[TAFSIR] : al-Mu'min
Surah Al Mu'min 30 - 31
Dan orang yang beriman itu berkata:` Hai kaumku sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu,(QS. 40:30)
(Yakni) seperti keadaan kaum Nuh, Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya.(QS. 40:31)
وَقَالَ الَّذِي آمَنَ يَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ مِثْلَ يَوْمِ الْأَحْزَابِ (30) مِثْلَ دَأْبِ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَالَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعِبَادِ (31)
Sam'an memperingati azab Allah yang pasti di turunkan-Nya baik azab dunia maupun azab akhirat. "Wahai kaumku, andai kata Anda sekalian masih juga mendustakan Musa malah kamu menganiaya dia dan pengikutnya dengan siksaan berat, maka aku khawatir bahwa kamu akan mengalami nasib malang seperti apa yang telah menimpa bangsa-bangsa dahulu di mana mereka bersekutu menentang dan mendustakan para Rasul yang diutus Allah. Ingatlah apa yang telah dialami oleh umat Nabi Nuh, kaum Ad, Samud dan kaum-kaum sesudahnya. Mereka semua telah dibinasakan Allah dengan berbagai rupa azab, dan tiada seorang pun yang sanggup menolaknya dan menyelamatkan diri. Itulah balasan (siksaan) Allah yang ditetapkannya kepada umat yang mendustakan Rasul-Nya. Aku sampaikan peringatan keras kepada Anda semua dan aku ini penasihat yang jujur, bahwa mereka yang telah dibinasakan itu disebabkan jahatnya tingkah laku mereka, dan besarnya dosa kedurhakaan serta kelaliman mereka terhadap Allah. Allah tidak menganiaya mereka tetapi mereka sendirilah yang menganiaya dirinya sendiri.
Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil.(QS. 40:32)
(Yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorangpun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk.(QS. 40:33)
Surah Al Mu'min 32 - 33
وَيَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ يَوْمَ التَّنَادِ (32) يَوْمَ تُوَلُّونَ مُدْبِرِينَ مَا لَكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ (33)
Setelah Sam'an memperingati siksaan duniawi terhadap kaum-kaum dahulu kala, maka dilanjutkan dengan peringatan adanya azab hari akhirat: "Wahai kaumku aku merasa khawatir kamu akan mengalami siksaan di Hari Kiamat, di mana sebagian di antaramu berteriak-teriak minta tolong kepada yang Ian, karena keadaannya begitu dahsyat dan mengerikan. Di hari itu "Ashabul A'raf" (orang-orang yang berada di tempat yang tinggi) sedang menunggu untuk masuk surga memanggil-manggil orang yang mereka kenal wajahnya yang berada di neraka. Demikian pula Ashabul Jannah memanggil pula ahli neraka bahwa mereka telah memperoleh kebahagiaan yang telah dijanjikan Tuhan, dan apakah engkau wahai ahli neraka telah mendapatkan pula dengan sebenarnya apa yang telah diancamkan Tuhan kepadamu? Mereka menjawab: "Benar". Penduduk di neraka dengan tak putus-putusnya minta tolong kepada orang yang berada di surga, agar menuangkan seteguk air bagi mereka atau memberikan apa yang telah dianugerahkan Allah. Tetapi orang yang berada di surga hanya menjawab: "Allah telah mengharamkan keduanya untuk orang-orang kafir". Di hari itu, kata laki-laki mukmin itu; kamu lari dan berpaling ke belakang karena begitu takut dan ngerinya melihat bunga api yang menjilat kian ke mari. Di waktu itu tiada seorang pun yang dapat mencari penolong untuk menyelamatkan dirinya dari azab Allah. Barang siapa yang disesatkan Allah dan tidak diberinya ilham untuk memperoleh jalan yang lurus maka tidaklah ada yang dapat memberinya hidayah yang menunjukkan jalan untuk mencapai kemenangan dan melepaskannya dari siksaan-siksaan. Lafal "dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk", mengisyaratkan bahwa laki-laki yang beriman (Sam'an) itu telah berputus asa, karena kaumnya tidak juga kunjung menerima nasihatnya. Tentang tafsir lafal "Yaumut tanad" (hari panggil memanggil), terdapat beberapa pengertian, yakni:
a. Yaumut tanad adalah Hari Kiamat, dinamakan demikian karena waktu Kiamat terjadi bumi berguncang dengan hebatnya yang menimbulkan gempa yang dahsyat. Melihat keadaan yang manakutkan itu manusia berlari-lari ketakutan sambil berteriak saling panggil-memanggil minta tolong untuk menyelamatkan diri.
b. Yaumut tanad adalah hari di mana orang-orang kafir dihadapkan pada neraka Jahanam, mereka lari ketakutan menghindarkan diri. Tetapi tiba-tiba malaikat mencegatnya dan menghalau mereka sampai mereka berkumpul kembali untuk diterjunkan ke dalam api neraka.
c. Dinamakan Yaumut tanad karena pada waktu malaikat berada di sisi timbangan amal (mizan), bila seseorang ternyata berat timbangan kebaikannya mereka berteriak-teriak kegirangan dengan suara me lengking tinggi, si polan bahagia, si polan bahagia, tidak akan celaka selamanya. Demikian pula kalau seseorang menerima timbangan amalnya ringan dibanding timbangan kebaikannya, mereka akan meratapi hidupnya dengan penuh penyesalan.
d. Dinamakan Yaumut tanad karena penduduk neraka dan surga saling panggil memangil.
Imam Al-Bagawy menggabungkan semua penafsiran-penafsiran di atas dan memandang seluruh pengertian tersebut dapat diterima.
وَيَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ يَوْمَ التَّنَادِ (32) يَوْمَ تُوَلُّونَ مُدْبِرِينَ مَا لَكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ (33)
Setelah Sam'an memperingati siksaan duniawi terhadap kaum-kaum dahulu kala, maka dilanjutkan dengan peringatan adanya azab hari akhirat: "Wahai kaumku aku merasa khawatir kamu akan mengalami siksaan di Hari Kiamat, di mana sebagian di antaramu berteriak-teriak minta tolong kepada yang Ian, karena keadaannya begitu dahsyat dan mengerikan. Di hari itu "Ashabul A'raf" (orang-orang yang berada di tempat yang tinggi) sedang menunggu untuk masuk surga memanggil-manggil orang yang mereka kenal wajahnya yang berada di neraka. Demikian pula Ashabul Jannah memanggil pula ahli neraka bahwa mereka telah memperoleh kebahagiaan yang telah dijanjikan Tuhan, dan apakah engkau wahai ahli neraka telah mendapatkan pula dengan sebenarnya apa yang telah diancamkan Tuhan kepadamu? Mereka menjawab: "Benar". Penduduk di neraka dengan tak putus-putusnya minta tolong kepada orang yang berada di surga, agar menuangkan seteguk air bagi mereka atau memberikan apa yang telah dianugerahkan Allah. Tetapi orang yang berada di surga hanya menjawab: "Allah telah mengharamkan keduanya untuk orang-orang kafir". Di hari itu, kata laki-laki mukmin itu; kamu lari dan berpaling ke belakang karena begitu takut dan ngerinya melihat bunga api yang menjilat kian ke mari. Di waktu itu tiada seorang pun yang dapat mencari penolong untuk menyelamatkan dirinya dari azab Allah. Barang siapa yang disesatkan Allah dan tidak diberinya ilham untuk memperoleh jalan yang lurus maka tidaklah ada yang dapat memberinya hidayah yang menunjukkan jalan untuk mencapai kemenangan dan melepaskannya dari siksaan-siksaan. Lafal "dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk", mengisyaratkan bahwa laki-laki yang beriman (Sam'an) itu telah berputus asa, karena kaumnya tidak juga kunjung menerima nasihatnya. Tentang tafsir lafal "Yaumut tanad" (hari panggil memanggil), terdapat beberapa pengertian, yakni:
a. Yaumut tanad adalah Hari Kiamat, dinamakan demikian karena waktu Kiamat terjadi bumi berguncang dengan hebatnya yang menimbulkan gempa yang dahsyat. Melihat keadaan yang manakutkan itu manusia berlari-lari ketakutan sambil berteriak saling panggil-memanggil minta tolong untuk menyelamatkan diri.
b. Yaumut tanad adalah hari di mana orang-orang kafir dihadapkan pada neraka Jahanam, mereka lari ketakutan menghindarkan diri. Tetapi tiba-tiba malaikat mencegatnya dan menghalau mereka sampai mereka berkumpul kembali untuk diterjunkan ke dalam api neraka.
c. Dinamakan Yaumut tanad karena pada waktu malaikat berada di sisi timbangan amal (mizan), bila seseorang ternyata berat timbangan kebaikannya mereka berteriak-teriak kegirangan dengan suara me lengking tinggi, si polan bahagia, si polan bahagia, tidak akan celaka selamanya. Demikian pula kalau seseorang menerima timbangan amalnya ringan dibanding timbangan kebaikannya, mereka akan meratapi hidupnya dengan penuh penyesalan.
d. Dinamakan Yaumut tanad karena penduduk neraka dan surga saling panggil memangil.
Imam Al-Bagawy menggabungkan semua penafsiran-penafsiran di atas dan memandang seluruh pengertian tersebut dapat diterima.
Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: `Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya`. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu.(QS. 40:34)
Surah Al Mu'min 34
وَلَقَدْ جَاءَكُمْ يُوسُفُ مِنْ قَبْلُ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا زِلْتُمْ فِي شَكٍّ مِمَّا جَاءَكُمْ بِهِ حَتَّى إِذَا هَلَكَ قُلْتُمْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ مِنْ بَعْدِهِ رَسُولًا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ مُرْتَابٌ (34)
Sesungguhnya telah diutus Allah, Yusuf salah seorang nenek moyang sebelum diutus Musa, dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas, dengan berbagai rupa mukjizat yang menakjubkan. akan tetapi Bani Israel waktu itu masih tetap ragu-ragu tentang kebenaran kerasulannya, sehingga mereka tidak mau beriman, ketika Yusuf itu kembali ke hadirat Allah SWT, mereka mengatakan: "Tidakkah Allah mengutus lagi seorang Rasul sesudahnya yang akan mengajak manusia ke jalan-Nya dan memperingatkan akan kedatangan azab-Nya. Jelaslah bahwa umat Nabi Musa sebenarnya telah mewariskan sikap nenek moyang mereka yang selalu mendustakan para Rasul. Demikian pula sikap keras kepala selalu ragu-ragu dalam menerima kebenaran serta adat kebiasaan nenek moyang mereka di masa lalu, kini merupakan pusaka lama yang turun temurun, diwarisi oleh anak cucu Bani Israel. Demikianlah suatu keadaan yang berlaku sejak zaman Nabi Hud, Nuh, Saleh dan seterusnya sampai kepada sikap sebagian umat Nabi Muhammad dewasa ini.
Ringkasnya Bani Israel ingkar kepada kebenaran risalah yang dibawa Nabi Yusuf di masa hidupnya, demikian pula generasi sesudahnya tetap tidak percaya kepada para Rasul sesudah mereka wafat. Alasan mereka tetap yang itu juga. yakni merupakan sikap nenek moyang mereka yang sudah turun-temurun. Kemudian diterangkan bahwa yang mendustai Rasul itu. Allah menutup penglihatan (pikiran) dan mencap hati mereka sehingga hidup mereka berada dalam kekotoran jiwa, diselubungi dosa-dosa besar yang menumpuk. Demikianlah Allah menyesatkan dan menjauhkan dari jalan yang benar, setiap orang yang telah melampaui batas dan masih ragu-ragu tentang keesaan Allah, atau belum percaya kepada janji adanya ancaman-Nya. Pengertian "Al-bayyinah" (keterangan-keterangan) dalam ayat ini ialah mengajak manusia ke jalan Allah dengan kebenaran. Dalam hal ini adalah menginsafkan Bani Israel bahwa Allah adalah lebih patut dan berhak disembah dibandingkan dengan para rabbi (arbab) yang dikultuskan oleh Bani Israel waktu itu, sehingga mengarah kepada perbuatan-perbuatan menyembah. Nama-nama terhadap para rabbi (Tuhan-tuhan) itu hanyalah semata-mata nama yang diberikan oleh nenek moyang mereka saja, dan Allah tidak pernah menerangkannya Oleh karena itulah Nabi Yusuf as membawa keterangan yang sebenarnya dari Allah, bahwa yang lebih patut disembah itu adalah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.
Dalam ayat-ayat inilah satu-satunya keterangan yang kita peroleh dari Alquran yang mengisyaratkan kepada adanya risalah Nabi Yusuf as yang khusus berlaku bagi bangsa Mesir. Di dalam surah Yusuf telah diceritakan panjang lebar bahwa Yusuf menguasai perbendaharaan negeri Mesir, sehingga ia memegang tampuk pemerintahan waktu itu, sehingga waktu bapaknya (Yakub) mengunjungi Mesir dibawanya ke singgasana kerajaan itu, dan semua saudara-saudaranya sujud kepadanya. Boleh jadi singgasana kebesaran yang diduduki Yusuf bukan singgasana kerajaan yang diduduki oleh Firaun, tetapi yang jelas Yusuf pernah memerintah dan merajai negeri Mesir. Oleh karena itu dapatlah dipahami kenapa laki-laki yang beriman itu menasihati Firaun kaumnya serta mengambil perbandingan dengan Bani Israel yang dulunya berada di bawah pemerintahan Yusuf.
وَلَقَدْ جَاءَكُمْ يُوسُفُ مِنْ قَبْلُ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا زِلْتُمْ فِي شَكٍّ مِمَّا جَاءَكُمْ بِهِ حَتَّى إِذَا هَلَكَ قُلْتُمْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ مِنْ بَعْدِهِ رَسُولًا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ مُرْتَابٌ (34)
Sesungguhnya telah diutus Allah, Yusuf salah seorang nenek moyang sebelum diutus Musa, dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas, dengan berbagai rupa mukjizat yang menakjubkan. akan tetapi Bani Israel waktu itu masih tetap ragu-ragu tentang kebenaran kerasulannya, sehingga mereka tidak mau beriman, ketika Yusuf itu kembali ke hadirat Allah SWT, mereka mengatakan: "Tidakkah Allah mengutus lagi seorang Rasul sesudahnya yang akan mengajak manusia ke jalan-Nya dan memperingatkan akan kedatangan azab-Nya. Jelaslah bahwa umat Nabi Musa sebenarnya telah mewariskan sikap nenek moyang mereka yang selalu mendustakan para Rasul. Demikian pula sikap keras kepala selalu ragu-ragu dalam menerima kebenaran serta adat kebiasaan nenek moyang mereka di masa lalu, kini merupakan pusaka lama yang turun temurun, diwarisi oleh anak cucu Bani Israel. Demikianlah suatu keadaan yang berlaku sejak zaman Nabi Hud, Nuh, Saleh dan seterusnya sampai kepada sikap sebagian umat Nabi Muhammad dewasa ini.
Ringkasnya Bani Israel ingkar kepada kebenaran risalah yang dibawa Nabi Yusuf di masa hidupnya, demikian pula generasi sesudahnya tetap tidak percaya kepada para Rasul sesudah mereka wafat. Alasan mereka tetap yang itu juga. yakni merupakan sikap nenek moyang mereka yang sudah turun-temurun. Kemudian diterangkan bahwa yang mendustai Rasul itu. Allah menutup penglihatan (pikiran) dan mencap hati mereka sehingga hidup mereka berada dalam kekotoran jiwa, diselubungi dosa-dosa besar yang menumpuk. Demikianlah Allah menyesatkan dan menjauhkan dari jalan yang benar, setiap orang yang telah melampaui batas dan masih ragu-ragu tentang keesaan Allah, atau belum percaya kepada janji adanya ancaman-Nya. Pengertian "Al-bayyinah" (keterangan-keterangan) dalam ayat ini ialah mengajak manusia ke jalan Allah dengan kebenaran. Dalam hal ini adalah menginsafkan Bani Israel bahwa Allah adalah lebih patut dan berhak disembah dibandingkan dengan para rabbi (arbab) yang dikultuskan oleh Bani Israel waktu itu, sehingga mengarah kepada perbuatan-perbuatan menyembah. Nama-nama terhadap para rabbi (Tuhan-tuhan) itu hanyalah semata-mata nama yang diberikan oleh nenek moyang mereka saja, dan Allah tidak pernah menerangkannya Oleh karena itulah Nabi Yusuf as membawa keterangan yang sebenarnya dari Allah, bahwa yang lebih patut disembah itu adalah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.
Dalam ayat-ayat inilah satu-satunya keterangan yang kita peroleh dari Alquran yang mengisyaratkan kepada adanya risalah Nabi Yusuf as yang khusus berlaku bagi bangsa Mesir. Di dalam surah Yusuf telah diceritakan panjang lebar bahwa Yusuf menguasai perbendaharaan negeri Mesir, sehingga ia memegang tampuk pemerintahan waktu itu, sehingga waktu bapaknya (Yakub) mengunjungi Mesir dibawanya ke singgasana kerajaan itu, dan semua saudara-saudaranya sujud kepadanya. Boleh jadi singgasana kebesaran yang diduduki Yusuf bukan singgasana kerajaan yang diduduki oleh Firaun, tetapi yang jelas Yusuf pernah memerintah dan merajai negeri Mesir. Oleh karena itu dapatlah dipahami kenapa laki-laki yang beriman itu menasihati Firaun kaumnya serta mengambil perbandingan dengan Bani Israel yang dulunya berada di bawah pemerintahan Yusuf.
(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.(QS. 40:35)
Surah Al Mu'min 35
الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الَّذِينَ آمَنُوا كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ (35)
Kemudian di jelaskan pula siapakah yang dimaksud dengan "orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu", yakni orang-orang yang memperdebatkan tentang kebenaran ayat-ayat Allah yang telah disampaikan oleh para Rasul-Nya. Mereka berusaha terus menerus untuk membatalkan keterangan ayat-ayat Allah dengan tujuan mendustakan-Nya. Akan tetapi cara mereka untuk mematahkan kebenaran ayat Allah itu tidak masuk akal, tidak ditunjang oleh alasan dan keterangan yang tepat. Yang selalu mereka kemukakan sebagai dalih untuk mendustakan Rasul itu adalah adat kebiasaan nenek moyang mereka yang juga tidak percaya kepada Rasul. Sikap bertaklid semacam itu tidak bisa diterima oleh akal yang sehat dan pikiran yang jernih". Perdebatan yang semata-mata didorong oleh sikap fanatik kepada nenek moyang itu, sangat dibenci dan dimurkai Allah dan orang-orang yang beriman.
Dikatakan orang-orang beriman benci kepada cara berpikir demikian ialah karena bila seseorang mukmin juga meniru jalan pikiran orang musyrik itu, maka Allah pasti akan mencap hatinya, sehingga tidak tahu lagi akan kebenaran. Kemarahan Allah akibat sikap taklid ini akan disusul dengan datangnya siksaan. Sedang kemarahan orang mukmin harus ditunjukkan dengan sikap menjauhi mereka, dan berhati-hati dengan pergaulan mereka, dan cenderung untuk memperturutkan jalan pikiran mereka baik dalam soal-soal agama maupun duniawi.
Kemudian Allah menerangkan Sunatullah (ketetapan Allah) yang harus belaka bagi mereka yakni Allah akan mencap hati setiap orang sombong sebagaimana Dia juga mencap orang yang suka melampaui batas dan suka menentang kebenaran-Nya tanpa alasan yang kuat. Pengertian Jabbar (yang suka berbuat sewenang-wenang), maksudnya ialah orang yang enggan mentauhidkan Allah membenarkan Rasul-Nya dan berlagak sombong dan membenarkan diri tanpa mau mendengarkan kebenaran yang disampaikan kepadanya. Sikap sombong inilah sumber dari perbuatan melampaui batas, ragu-ragu dan suka menentang atau membicarakan (memperdebatkan) ayat-ayat Tuhan dengan tidak mengemukakan dalil-dalil. Dalam ayat ini dikaitkan sombong itu dengan perbuatan hati, karena memang sombong itu bertahta di hati sanubari, sedang sekalian anggota tubuh yang lain mengikuti saja. Sebab itulah Rasulullah bersabda:
أن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله, وإذا فسدت فسد الجسد كله, إلا وهي القلب.
Artinya:
Sesungguhnya dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging bila dia baik, baiklah seluruh tubuhnya Bila dia jahat (rusak). rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah dia itulah hati.
الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الَّذِينَ آمَنُوا كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ (35)
Kemudian di jelaskan pula siapakah yang dimaksud dengan "orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu", yakni orang-orang yang memperdebatkan tentang kebenaran ayat-ayat Allah yang telah disampaikan oleh para Rasul-Nya. Mereka berusaha terus menerus untuk membatalkan keterangan ayat-ayat Allah dengan tujuan mendustakan-Nya. Akan tetapi cara mereka untuk mematahkan kebenaran ayat Allah itu tidak masuk akal, tidak ditunjang oleh alasan dan keterangan yang tepat. Yang selalu mereka kemukakan sebagai dalih untuk mendustakan Rasul itu adalah adat kebiasaan nenek moyang mereka yang juga tidak percaya kepada Rasul. Sikap bertaklid semacam itu tidak bisa diterima oleh akal yang sehat dan pikiran yang jernih". Perdebatan yang semata-mata didorong oleh sikap fanatik kepada nenek moyang itu, sangat dibenci dan dimurkai Allah dan orang-orang yang beriman.
Dikatakan orang-orang beriman benci kepada cara berpikir demikian ialah karena bila seseorang mukmin juga meniru jalan pikiran orang musyrik itu, maka Allah pasti akan mencap hatinya, sehingga tidak tahu lagi akan kebenaran. Kemarahan Allah akibat sikap taklid ini akan disusul dengan datangnya siksaan. Sedang kemarahan orang mukmin harus ditunjukkan dengan sikap menjauhi mereka, dan berhati-hati dengan pergaulan mereka, dan cenderung untuk memperturutkan jalan pikiran mereka baik dalam soal-soal agama maupun duniawi.
Kemudian Allah menerangkan Sunatullah (ketetapan Allah) yang harus belaka bagi mereka yakni Allah akan mencap hati setiap orang sombong sebagaimana Dia juga mencap orang yang suka melampaui batas dan suka menentang kebenaran-Nya tanpa alasan yang kuat. Pengertian Jabbar (yang suka berbuat sewenang-wenang), maksudnya ialah orang yang enggan mentauhidkan Allah membenarkan Rasul-Nya dan berlagak sombong dan membenarkan diri tanpa mau mendengarkan kebenaran yang disampaikan kepadanya. Sikap sombong inilah sumber dari perbuatan melampaui batas, ragu-ragu dan suka menentang atau membicarakan (memperdebatkan) ayat-ayat Tuhan dengan tidak mengemukakan dalil-dalil. Dalam ayat ini dikaitkan sombong itu dengan perbuatan hati, karena memang sombong itu bertahta di hati sanubari, sedang sekalian anggota tubuh yang lain mengikuti saja. Sebab itulah Rasulullah bersabda:
أن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله, وإذا فسدت فسد الجسد كله, إلا وهي القلب.
Artinya:
Sesungguhnya dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging bila dia baik, baiklah seluruh tubuhnya Bila dia jahat (rusak). rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah dia itulah hati.
Dan berkatalah Firaun: `Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu,(QS. 40:36)
(yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta`. Demikianlah dijadikan Firaun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Firaun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.(QS. 40:37)
Surah Al Mu'min 36 - 37
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ (36) أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِي تَبَابٍ (37)
Alquran setelah mendengar nasihat Sam'an dan peringatannya akan kedatangan azab Allah bila dia masih tetap hendak mendustai dan membunuh Musa memerintahkan kepada Perdana Menterinya Haman: "Hai Haman bangunlah sebuah menara yang agung dan tinggi yang mempunyai tiang-tiang yang menjulang angkasa, sehingga dengan menaiki istana itu aku dapat membuka pintu langit dan bisa langsung melihat Tuhan Musa. Di ayat lain disebutkan bahwa Haman diperintahkan mendirikan istana itu yang bahannya terdiri dari tanah liat yang dibakar (batu bata) sebagaimana bunyi ayat:
وقال فرعون ياأيها الملأ ما علمت لكم من إله غيري فأوقد لي ياهامان على الطين فاجعل لي صرحا لعلي أطلع إلى إله موسى وإني لأظنه من الكاذبين
Artinya:
Dan berkata Firaun "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta". (Q.S. Al Qasas: 38)
Perkataan "dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta" berarti tentang risalah, tentang ketauhidan Allah dan bahwa tiada Tuhan melainkan aku (Alquran) menurutnya adalah perkataan yang dusta. Dengan perkataan lain perintah mendirikan menara sebagai tangga untuk membuka pintu langit, hanyalah sekadar lelucon belaka dengan maksud untuk memperolok-olokkan Musa dan membatalkan dakwah (risalah) tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang menguasai langit dan bumi. Hal itu ditegaskan "dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Dengan pernyataan Alquran ini diharapkan rakyatnya tetap pada kekafirannya, menentang kebenaran Musa. Menurut jalan pikiran Alquran (dunia sebenarnya tidak percaya akan adanya Tuhan itu), tempat beradanya Tuhan itu tidak hanya di tempat yang tinggi saja, dan seolah-olah ia berpendapat "andai kata Tuhan Musa itu betul-betul ada, pastilah ia berada di suatu tempat, mungkin di bumi karena mustahil ia berada di langit. Untuk mencapai langit yang tinggi itu, haruslah ada tangga, dan karena itu perlulah dibangun istana yang tinggi supaya kita bisa mencapainya. Kemudian jelaslah bahwa sebab pemikiran Firaun demikian adalah oleh karena demikianlah gambaran (illusi) yang dilukiskan setan dalam pikirannya, sehingga cara berpikir sesat itu menjadi seolah-olah benar dalam pandangannya. Karena itu terus meneruslah ia berada dalam kesombongannya dan jalan untuk mencari jalan yang benar yang tertutup baginya. Bila diperlihatkan lebih lanjut, tentulah hal itu mungkin saja tercapai pada diri seorang pembesar negara seperti Alquran, di mana kerakusan memperturutkan hawa nafsunya dan kepribadian yang berlumuran dengan kekotoran menyebabkan pikirannya terhalang mencapai kebenaran. Syair Arab menggambarkan bagaimana hakikat nafsu itu sebagai berikut:
\s \s1 والنفس كالطفل إن تهمله شب على \s2 حب الرضاع وإن تفطمه ينفطم
Artinya:
Nafsu itu bagaikan anak kecil, jika engkau biarkan ia ingin menyusu (menetek) terus-menerus. Tapi kalau engkau pisahkan (dari susuan itu), ia akan bercerai sendiri.
Kemudian ayat ini ditutup dengan suatu ketegasan bahwa tipu daya Alquran yang membenci Musa dan kekacauan jalan pikiran itu akan menjadi sia-sia belaka, sedang Allah akan tetap memberi pertolongan kepada para wali-Nya. dan menghancurkan musuh-musuh-Nya. Firman Allah SWT:
إن هؤلاء متبر ما هم فيه وباطل ما كانوا يعملون
Artinya:
Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan". (Q.S. Al-A'raf: 139)
Perkataan "dan tipu daya" Alquran itu tidak lain hanyalah membawa kerugian berarti usaha dan ikhtiarnya hendak melihat Tuhan Nabi Musa hanyalah akan membawa kerugian (waktu) dan kerugian harta benda (material) saja, sebab anggaran belanja yang disediakan untuk itu tidak akan menghasilkan apa-apa, sedang dakwah Nabi Musa tetap akan berjalan terus sampai Allah memberikan kemenangan baginya. Segala hasil usaha yang baik itu hanyalah diperoleh orang-orang yang bertakwa saja.
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ (36) أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِي تَبَابٍ (37)
Alquran setelah mendengar nasihat Sam'an dan peringatannya akan kedatangan azab Allah bila dia masih tetap hendak mendustai dan membunuh Musa memerintahkan kepada Perdana Menterinya Haman: "Hai Haman bangunlah sebuah menara yang agung dan tinggi yang mempunyai tiang-tiang yang menjulang angkasa, sehingga dengan menaiki istana itu aku dapat membuka pintu langit dan bisa langsung melihat Tuhan Musa. Di ayat lain disebutkan bahwa Haman diperintahkan mendirikan istana itu yang bahannya terdiri dari tanah liat yang dibakar (batu bata) sebagaimana bunyi ayat:
وقال فرعون ياأيها الملأ ما علمت لكم من إله غيري فأوقد لي ياهامان على الطين فاجعل لي صرحا لعلي أطلع إلى إله موسى وإني لأظنه من الكاذبين
Artinya:
Dan berkata Firaun "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta". (Q.S. Al Qasas: 38)
Perkataan "dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta" berarti tentang risalah, tentang ketauhidan Allah dan bahwa tiada Tuhan melainkan aku (Alquran) menurutnya adalah perkataan yang dusta. Dengan perkataan lain perintah mendirikan menara sebagai tangga untuk membuka pintu langit, hanyalah sekadar lelucon belaka dengan maksud untuk memperolok-olokkan Musa dan membatalkan dakwah (risalah) tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang menguasai langit dan bumi. Hal itu ditegaskan "dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Dengan pernyataan Alquran ini diharapkan rakyatnya tetap pada kekafirannya, menentang kebenaran Musa. Menurut jalan pikiran Alquran (dunia sebenarnya tidak percaya akan adanya Tuhan itu), tempat beradanya Tuhan itu tidak hanya di tempat yang tinggi saja, dan seolah-olah ia berpendapat "andai kata Tuhan Musa itu betul-betul ada, pastilah ia berada di suatu tempat, mungkin di bumi karena mustahil ia berada di langit. Untuk mencapai langit yang tinggi itu, haruslah ada tangga, dan karena itu perlulah dibangun istana yang tinggi supaya kita bisa mencapainya. Kemudian jelaslah bahwa sebab pemikiran Firaun demikian adalah oleh karena demikianlah gambaran (illusi) yang dilukiskan setan dalam pikirannya, sehingga cara berpikir sesat itu menjadi seolah-olah benar dalam pandangannya. Karena itu terus meneruslah ia berada dalam kesombongannya dan jalan untuk mencari jalan yang benar yang tertutup baginya. Bila diperlihatkan lebih lanjut, tentulah hal itu mungkin saja tercapai pada diri seorang pembesar negara seperti Alquran, di mana kerakusan memperturutkan hawa nafsunya dan kepribadian yang berlumuran dengan kekotoran menyebabkan pikirannya terhalang mencapai kebenaran. Syair Arab menggambarkan bagaimana hakikat nafsu itu sebagai berikut:
\s \s1 والنفس كالطفل إن تهمله شب على \s2 حب الرضاع وإن تفطمه ينفطم
Artinya:
Nafsu itu bagaikan anak kecil, jika engkau biarkan ia ingin menyusu (menetek) terus-menerus. Tapi kalau engkau pisahkan (dari susuan itu), ia akan bercerai sendiri.
Kemudian ayat ini ditutup dengan suatu ketegasan bahwa tipu daya Alquran yang membenci Musa dan kekacauan jalan pikiran itu akan menjadi sia-sia belaka, sedang Allah akan tetap memberi pertolongan kepada para wali-Nya. dan menghancurkan musuh-musuh-Nya. Firman Allah SWT:
إن هؤلاء متبر ما هم فيه وباطل ما كانوا يعملون
Artinya:
Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan". (Q.S. Al-A'raf: 139)
Perkataan "dan tipu daya" Alquran itu tidak lain hanyalah membawa kerugian berarti usaha dan ikhtiarnya hendak melihat Tuhan Nabi Musa hanyalah akan membawa kerugian (waktu) dan kerugian harta benda (material) saja, sebab anggaran belanja yang disediakan untuk itu tidak akan menghasilkan apa-apa, sedang dakwah Nabi Musa tetap akan berjalan terus sampai Allah memberikan kemenangan baginya. Segala hasil usaha yang baik itu hanyalah diperoleh orang-orang yang bertakwa saja.
Orang yang beriman itu berkata: `Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.(QS. 40:38)
Al Mu'min 38
وَقَالَ الَّذِي آمَنَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ (38)
Sekalipun kaumnya menentangnya namun orang yang beriman kepada Musa itu tetap menyeru kaumnya agar mengikuti Musa as ia berkata: "Wahai kaumku, jika kamu mengikuti seruanku dan kamu mempercayai apa yang telah aku sampaikan, berarti kamu mengikuti jalan yang lurus yang menuju kepada kebahagiaan hidup abadi di akhirat nanti dan berarti pula kamu telah memeluk agama Allah yang disampaikan oleh Musa as.
Ayat ini memberikan petunjuk kepada orang-orang yang beriman agar selalu menyampaikan agama Allah kepada manusia dengan cara yang baik sekalipun orang-orang kafir mengingkarinya dan mengajak manusia ke jalan yang lurus itu termasuk salah satu tugas yang dipikulkan Allah SWT kepada setiap orang-orang yang beriman. Hendaklah tabah dan sabar melakukan dakwah itu seperti yang telah dilakukan oleh orang yang beriman yang mengikuti seruan Musa itu.
وَقَالَ الَّذِي آمَنَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ (38)
Sekalipun kaumnya menentangnya namun orang yang beriman kepada Musa itu tetap menyeru kaumnya agar mengikuti Musa as ia berkata: "Wahai kaumku, jika kamu mengikuti seruanku dan kamu mempercayai apa yang telah aku sampaikan, berarti kamu mengikuti jalan yang lurus yang menuju kepada kebahagiaan hidup abadi di akhirat nanti dan berarti pula kamu telah memeluk agama Allah yang disampaikan oleh Musa as.
Ayat ini memberikan petunjuk kepada orang-orang yang beriman agar selalu menyampaikan agama Allah kepada manusia dengan cara yang baik sekalipun orang-orang kafir mengingkarinya dan mengajak manusia ke jalan yang lurus itu termasuk salah satu tugas yang dipikulkan Allah SWT kepada setiap orang-orang yang beriman. Hendaklah tabah dan sabar melakukan dakwah itu seperti yang telah dilakukan oleh orang yang beriman yang mengikuti seruan Musa itu.
Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.(QS. 40:39)
Al Mu'min 39
يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ (39)
Pada ayat ini diterangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Musa itu menyampaikan kepada kaumnya: "Wahai kaumku, kehidupan dunia ini adalah kehidupan yang fana, dan kesenangan serta kebahagiaan yang diperoleh di dalamnya adalah kesenangan dan kebahagiaan yang tidak sempurna serta tidak kekal, sedang kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal, kesenangan dan kebahagiaan yang diperoleh adalah kesenangan dan kebahagiaan yang sempurna. Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengingkari Allah dalam kehidupan dunia ini agar kamu terhindar dari siksa-Nya di akhirat nanti".
يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ (39)
Pada ayat ini diterangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Musa itu menyampaikan kepada kaumnya: "Wahai kaumku, kehidupan dunia ini adalah kehidupan yang fana, dan kesenangan serta kebahagiaan yang diperoleh di dalamnya adalah kesenangan dan kebahagiaan yang tidak sempurna serta tidak kekal, sedang kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal, kesenangan dan kebahagiaan yang diperoleh adalah kesenangan dan kebahagiaan yang sempurna. Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengingkari Allah dalam kehidupan dunia ini agar kamu terhindar dari siksa-Nya di akhirat nanti".
Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk syurga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.(QS. 40:40)
Al Mu'min 40
مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ (40)
Orang yang beriman itu menerangkan kepada kaumnya bagaimana besar pengaruh kehidupan dunia seseorang kepada kehidupan akhirat. Ia berkata kepada kaumnya: "Wahai kaumku, barangsiapa yang mengerjakan suatu kejahatan baik laki-laki maupun perempuan, maka ia hanya diazab sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya, akan tetapi barangsiapa yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mengikuti perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya, maka ia akan dimasukkan ke dalam surga yang penuh kenikmatan. Allah membalas iman dan amal saleh mereka dengan pahala yang berlipat ganda dan rezeki yang tiada terhingga.
Ayat ini menggambarkan keadilan Allah SWT yang sesungguhnya serta sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dia tidak menganiaya hamba-Nya sedikit pun, jika Dia mengazab hamba-Nya di akhirat nanti, maka azab itu diberikan seimbang dengan perbuatan jahat dan ingkar yang telah dilakukannya selama hidup di dunia, tidak dilebihkan-Nya sedikitpun. Tetapi jika Dia membatasi iman dan amal saleh hamba-Nya, maka Dia membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.
مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ (40)
Orang yang beriman itu menerangkan kepada kaumnya bagaimana besar pengaruh kehidupan dunia seseorang kepada kehidupan akhirat. Ia berkata kepada kaumnya: "Wahai kaumku, barangsiapa yang mengerjakan suatu kejahatan baik laki-laki maupun perempuan, maka ia hanya diazab sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya, akan tetapi barangsiapa yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mengikuti perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya, maka ia akan dimasukkan ke dalam surga yang penuh kenikmatan. Allah membalas iman dan amal saleh mereka dengan pahala yang berlipat ganda dan rezeki yang tiada terhingga.
Ayat ini menggambarkan keadilan Allah SWT yang sesungguhnya serta sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dia tidak menganiaya hamba-Nya sedikit pun, jika Dia mengazab hamba-Nya di akhirat nanti, maka azab itu diberikan seimbang dengan perbuatan jahat dan ingkar yang telah dilakukannya selama hidup di dunia, tidak dilebihkan-Nya sedikitpun. Tetapi jika Dia membatasi iman dan amal saleh hamba-Nya, maka Dia membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar