[TAFSIR-QS:42 : as-Syura
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.(QS. 42:11)
Surah Asy Syuura 11
فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (11)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi serta segala isinya, begitu juga yang ajaib dan mengherankan yang kita saksikan seperti luasnya cakrawala yang membentang luas di atas kita tanpa ada tiang yang menunjangnya; karenanya, Dia-lah yang pantas dan layak dijadikan sandaran dalam segala hal dan dimintai bantuan dan pertolongan-Nya; bukan tuhan-tuhan mereka yang tidak berdaya dan yang tidak dapat berbuat apa-apa. Dia-lah yang menjadikan bagi manusia dari jenisnya sendiri jodohnya masing-masing; yang satu dijodohkan kepada yang lain sehingga lahirlah keturunan turun-temurun memakmurkan dunia ini. Demikian itu berlaku pula pada binatang ternak yang akhirnya berkembang biak memenuhi daratan bumi.
Dengan demikian, teratur dan terjaminlah hidup dan kehidupan makhluk yang berada di atas bumi ini. Makanan bergizi cukup, minuman yang menyegarkan lengkap dan lain-lain nikmat yang wajib disyukuri untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Semuanya itu menunjukkan kebenaran dan kekuasaan Allah. Tidak ada satu pun yang menyamai-Nya dalam segala hal. Dia Maha Mendengar. Dia mendengar segala apa yang diucapkan setiap makhluk. Maha Melihat. Tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Dia melihat segala amal perbuatan makhluk-Nya, yang baik maupun yang jahat.
Kepunyaan-Nya-lah perbendaharaan langit dan bumi; Dia melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan(nya). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.(QS. 42:12)
Surah Asy Syuura 12
لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (12)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia-lah yang memiliki perbendaharaan langit dan bumi. Baik buruknya sesuatu ada di tangan Dia. Siapa saja yang dianugerahi rahmat, tidak ada satu pun yang dapat menghalangi-Nya. Sebaliknya, siapa yang tidak diberi rahmat, tidak seorang pun yang dapat mendatangkan kepadanya. Dialah yang melapangkan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia pula yang menyempitkan rezeki kepada yang dikehendaki-Nya. Semua itu terjadi sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya berdasarkan kekuasaan-NYa yang luas dan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu.
Surah Asy Syuura 11
فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (11)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi serta segala isinya, begitu juga yang ajaib dan mengherankan yang kita saksikan seperti luasnya cakrawala yang membentang luas di atas kita tanpa ada tiang yang menunjangnya; karenanya, Dia-lah yang pantas dan layak dijadikan sandaran dalam segala hal dan dimintai bantuan dan pertolongan-Nya; bukan tuhan-tuhan mereka yang tidak berdaya dan yang tidak dapat berbuat apa-apa. Dia-lah yang menjadikan bagi manusia dari jenisnya sendiri jodohnya masing-masing; yang satu dijodohkan kepada yang lain sehingga lahirlah keturunan turun-temurun memakmurkan dunia ini. Demikian itu berlaku pula pada binatang ternak yang akhirnya berkembang biak memenuhi daratan bumi.
Dengan demikian, teratur dan terjaminlah hidup dan kehidupan makhluk yang berada di atas bumi ini. Makanan bergizi cukup, minuman yang menyegarkan lengkap dan lain-lain nikmat yang wajib disyukuri untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Semuanya itu menunjukkan kebenaran dan kekuasaan Allah. Tidak ada satu pun yang menyamai-Nya dalam segala hal. Dia Maha Mendengar. Dia mendengar segala apa yang diucapkan setiap makhluk. Maha Melihat. Tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Dia melihat segala amal perbuatan makhluk-Nya, yang baik maupun yang jahat.
Kepunyaan-Nya-lah perbendaharaan langit dan bumi; Dia melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan(nya). Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.(QS. 42:12)
Surah Asy Syuura 12
لَهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (12)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia-lah yang memiliki perbendaharaan langit dan bumi. Baik buruknya sesuatu ada di tangan Dia. Siapa saja yang dianugerahi rahmat, tidak ada satu pun yang dapat menghalangi-Nya. Sebaliknya, siapa yang tidak diberi rahmat, tidak seorang pun yang dapat mendatangkan kepadanya. Dialah yang melapangkan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia pula yang menyempitkan rezeki kepada yang dikehendaki-Nya. Semua itu terjadi sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya berdasarkan kekuasaan-NYa yang luas dan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu.
Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).(QS. 42:13)
Surah Asy Syuura 13
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ (13)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah mensyariatkan agama kepada Muhammad saw dan kaumnya sebagaimana Dia telah mewasiatkan pula kepada Nuh dan Nabi-nabi yang datang sesudahnya yaitu Ibrahim, Musa dan Isa as.
Allah SWT hanya menyebut nama-nama Nabi tersebut ialah karena mereka itu dibandingkan dengan Nabi-nabi yang lain, mempunyai tanggung jawab yang besar dan berat, dan karena ketabahan mereka menghadapi cobaan dan kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan oleh kaum mereka sehingga mereka itu mendapat julukan Ulil azmi dari Allah SWT. Lagi pula agar orang-orang musyrik sadar sehingga mau memeluk agama Muhammad saw. Dengan disebutkan nama Musa dan Isa diharapkan orang-orang Yahudi dan Nasrani bisa sadar dan tertarik karena agama yang dibawa oleh Muhammad itu, agama samawi juga yang banyak persamaannya dengan agama mereka, yang tertera jelas di dalam kitab Taurat dan Injil terutama mengenai tauhid, salat, zakat, puasa, haji dan akhlak yang baik seperti menepati janji, jujur, menghubungkan silaturahmi, dan lain-lain.
Allah SWT memerintahkan agar agama Islam yang dibawa Muhammad saw itu dipelihara dan ditegakkan sepenuhnya; pengikutnya dilarang berselisih sesamanya yang dapat mengakibatkan perpecahan dan merusak persatuan.
Firman Allah SWT:
اُدخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً
Artinya:
Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya. (Q.S. Al Baqarah: 208).
dan firman-Nya:
وَ اعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيْعًا وَلَا تَتَفَرَّقُوا
Artinya:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai. (Q.S. Ali Imran: 103)
Amatlah berat bagi orang-orang musyrik untuk memeluk agama tauhid yaitu agama Islam yang dibawa oleh Muhammad saw itu dan melepaskan agama syirik dan menyembah berhala mereka yang telah diwarisi turun-temurun dari nenek moyang mereka; patokan mereka telah diabadikan di dalam Alquran.
إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ
Artinya:
Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka. (Q.S. AZ Zukhruf: 22)
Memang tidak semua orang dengan mudah dapat memenuhi seruan untuk memeluk agama Islam yang dibawa Muhammad itu, tetapi Allah menentukan hamba-Nya yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada mereka sehingga mereka memeluk agama Islam. Begitu pula, hanya orang-orang yang sadar akan kekeliruannya, yang dahulu selalu membangkang dan bergelimang dosa lalu cepat-cepat kembali dan bertobat kepada Allah SWT yang akan diberi petunjuk untuk menerima baik agama tauhid itu, sebagaimana bunyi hadis kudsi melalui sabda Nabi Muhammad saw:
مَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ ذِرَاعًا وَمَنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
Artinya:
Barang siapa mendekatkan diri kepada-Ku barang sejengkal. Aku akan mendekatkan kepadanya sehasta. Dan barangsiapa datang kepada-Ku berjalan, Aku akan datang kepadanya berlari. (H.R. Bukhari)
Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka karena kedengkian antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Rabbmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu.(QS. 42:14)
Surah Asy Syuura 14
وَمَا تَفَرَّقُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ أُورِثُوا الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِهِمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ (14)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa ahli Kitab baik Yahudi maupun Nasrani sesudah mengetahui kebenaran Rasul-rasul yang diutus kepada mereka, lalu berpecah-belah, bergolong-golongan, sebagaimana digambarkan Allah SWT di dalam firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. (Q.S. Al An'am: 159)
Mereka melakukan yang demikian ini karena kedengkian dan kebencian antara mereka sehingga timbullah pertentangan antara mereka yang sukar untuk diatasi dan diselesaikan. Mereka saling menuduh, orang-orang Yahudi meyakinkan kebenaran pendirian dan pegangan mereka, sedangkan anggapan orang Nasrani mereka itu tidak mempunyai pendirian dan pegangan. Begitu pula sebaliknya, orang-oang Yahudi menganggap bahwa orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai pendirian, sebagaimana firman Allah SWT:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ لَيْسَتِ النَّصَارَى عَلَى شَيْءٍ وَقَالَتِ النَّصَارَى لَيْسَتِ الْيَهُودُ عَلَى شَيْء
Artinya:
Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan; dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai suatu pegangan". (Q.S. Al Baqarah: 113)
Sekiranya belum ada ketentuan lebih dahulu dari Allah SWT mengenai ditangguhkannya pembalasan dan siksa bagi orang-orang yang menentang dan menyalahi perintah Allah SWT ini sampai kepada waktu yang telah ditentukan Nya (Hari Kiamat), niscaya mereka telah dibinasakan-di dunia ini dan tidak perlu lagi ditunda sampai di akhirat nanti. Ayat 14 ini ditutup dengan satu penegasan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mewarisi Kitab Taurat dan Injil dari nenek moyang mereka, yang pada masa Rasulullah saw menyaksikan Dakwah Islamiyah, mereka itu menjadi ragu tentang kebenaran Kitab mereka dan benar-benar mengguncangkan kepercayaan merek. Tidak heran karena mereka itu, di samping kepercayaan mereka kepada Kitab Samawi memang tidak penuh, juga agama mereka hanya karena ikut-ikutan kepada nenek moyang mereka.
Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: `Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)`.(QS. 42:15)
Surah Asy Syuura 15
فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ (15)
Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar menyeru kaumnya supaya jangan berpecah belah seperti ahli Kitab itu, supaya bersatu memeluk agama tauhid yang telah dirintis oleh para Nabi, yaitu agama Islam yang dibawanya dan supaya beliau tetap tabah menghadapi mereka. Jangan sekali-kali terpengaruh oleh keraguan mereka terhadap agama yang benar yang telah disyariatkan kepadanya. Ia harus selalu menandaskan pendiriannya bahwa dia tetap percaya kepada semua yang telah diturunkan Allah dari langit seperti Kitab Taurat, Injil dan Zabur, dan tidak didustakannya sedikitpun. Diapun diperintahkan berlaku adil di antara mereka di dalam menetapkan hukum dan sebagainya, dan tidak akan mengurangi dan menambah apa yang telah disyariatkan Allah kepadanya serta akan menyampaikan apa yang telah diperintahkan kepadanya untuk menyampaikannya.
Allah Tuhan kamu dan Tuhan kami sekalian, Dialah satu-satunya yang wajib disembah, yang wajib dipercaya dengan penuh pengertian. Tiada Tuhan selain Dia. Bagi kami amalan kami, baik buruknya adalah tanggung jawab kami, diberi pahala atau diazab, dan bagi kamu sekalian amalan kamu. Kami tidak akan berbahagia karena amalan baikmu dan tidak akan celaka karena amalan burukmu. Masing-masing bertanggung jawab atas amal perbuatannya. Sejalan dengan ayat ini firman Allah SWT:
وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ (41)
Artinya:
Jika mereka mendustakan kamu maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".(Q.S. Yunus: 41)
Tidak boleh lagi ada pertengkaran antara kita, yang hak dan yang benar telah nyata. Barang siapa yang masih saja membangkang dan tidak mau percaya berarti dia ingkar. Ketahuilah, pada waktunya nanti akan jelas dan tampak siapa yang benar di antara kita karena Allah SWT akan mengumpulkan kita nanti di hari kemudian, dan di sanalah Dia akan menjatuhkan keputusan yang seadil-adilnya atas apa yang kita persengketakan, sebagaimana firman Allah SWT:
قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ (26)
Artinya:
Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan di antara kita dengan benar. Dan Dia lah Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui". (Q.S. Saba': 26)
Kepada-Nyalah kita semua akan kembali sesudah mati dan mempertanggungjawabkan semua amal kita di dunia. Kita akan menerima balasan sesuai dengan amal kita masing-masing, sebagaimana firman Allah SWT:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
Artinya:
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Q.S. Az Zalzalah: 7-8)
Dan orang-orang yang membantah (agama) Allah sesudah agama itu diterima maka bantahan mereka itu sia-sia saja, di sisi Rabb mereka. Mereka mendapat kemurkaan (Allah) dan bagi mereka azab yang sangat keras.(QS. 42:16)
Surah Asy Syuura 16
وَالَّذِينَ يُحَاجُّونَ فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا اسْتُجِيبَ لَهُ حُجَّتُهُمْ دَاحِضَةٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ (16)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa orang-orang yang masih membantah kebenaran agama Allah, sekalipun agama itu telah diterima baik oleh masyarakat, akan sia-sialah usaha mereka dan bantahan mereka tidak berguna. Mereka itu dimurkai Allah SWT karena keberanian mereka mengingkari kenyataan yaitu kebenaran agama Islam serta mereka akan diazab di hari kemudian karena keangkuhan mereka meninggalkan agama yang hak sesudah jelas dan dapat dibuktikan kebenarannya.
Diriwayatkan bahwa orang-orang Yahudi berkata kepada orang-orang mukmin: "Wahai orang-orang mukmin! Kamu sekalian telah mengatakan bahwa mengambil dan menerima yang sudah disepakati, lebih baik daripada mengambil dan menerima yang sudah diperselisihkan. Kenabian Musa dan kitab Taurat nya telah diterima dan disepakati kebenarannya antara kita bersama sedangkan kenabian Muhammad masih diperselisihkan dan dipersengketakan. Jadi agama Yahudilah yang pantas dan layak diambil dan diterima. Untuk melumpuhkan alasan mereka itu, Allah SWT membawakan Hujjah bahwa kewajiban beriman dan mempercayai kebenaran Musa adalah karena adanya mukjizat yang diberikan Allah kepadanya yang menunjukkan dan membuktikan kebenarannya. Telah terjadi pula beberapa mukjizat pada din Muhammad saw yang disaksikan sendiri oleh orang-orang Yahudi. Maka wajiblah atas kita semua mengakui dan mempercayai kenabian Muhammad saw itu.
Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan). Dan tahukah kamu, boleh jadi hari Kiamat itu (sudah) dekat(QS. 42:17)
Surah Asy Syuura 17
اللَّهُ الَّذِي أَنْزَلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ وَالْمِيزَانَ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ قَرِيبٌ (17)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah menurunkan Kitab-kitab Nya kepada Nabi-nabi Nya, yang memuat kebenaran yang tak diragukan lagi, jauh dari kebatilan dan semuanya mengandung kebaikan. Dia menurunkan keadilan untuk menjadi dasar dalam menentukan sesuatu dengan segala kesadaran dan menghukum mereka dengan hukuman yang telah ditetapkan di dalam Kitab Nya.
Firman Allah SWT:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (Q.S. Al Hadid : 25)
Penutup ayat ini mendorong kita berbuat baik untuk kebahagiaan ukhrawi dan menjauhi godaan duniawi. Karena tidak diketahui kapan dunia ini kiamat, maka tentunya kita harus patuh dan taat mengikuti petunjuk Alquran, selalu berbuat adil di antara sesama manusia, mengamalkan apa-apa yang diperintahkan, selalu waspada terhadap kemungkinan panggilan Allah yang datang dengan tiba-tiba, lalu tidak ada lagi kesempatan untuk berbuat baik. Merugilah dia, dan di Hari Kiamat nanti dia akan menyesal karena menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk beramal baik.
Sabda Nabi saw:
مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُوْتُ إلَّا وَنَدِمَ إنْ كَانَ مُحْسِنًا نَدِمَ أن لَّا يزْدَادَ وَإِنْ كَانَ مُسِيْئًا نَدِمَ أَنْ لَّا نَزَعَ
Artinya:
Tidak seorangpun yang meninggal dunia kecuali ia menyesal, baik ia menyesali dirinya karena kebaikannya itu tidak dapat bertambah lagi. Jika ia seorang yang berbuat tidak baik ia menyesal karena tidak sempat melepaskan dirinya dari kejahatan itu . (H.R. Tirmizi)
Orang-orang yang tidak beriman kepada hari Kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah terhadap terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh.(QS. 42:18)
Surah Asy Syuura 18
يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ أَلَا إِنَّ الَّذِينَ يُمَارُونَ فِي السَّاعَةِ لَفِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ (18)
Diriwayatkan bahwa pernah di dalam suatu kesempatan Nabi Muhammad saw menyebut-nyebut Hari Kiamat dan pada waktu itu ada orang-orang musyrik. Maka mereka bertanya dengan nada mengejek dan mendustakan kedatangan Hari Kiamat itu, "Kapankah Hari Kiamat itu?" Maka turunlah ayat ini menceritakan bahwa orang-orang yang tidak percaya akan terjadinya Hari Kiamat itu mengejeknya dan ingkar kepadanya. Mereka menginginkan supaya Hari Kiamat itu segera datang supaya jelas, siapakah yang benar. Merekakah atau Muhammad dan sahabatnya yang benar? Berbeda halnya dengan orang-orang mukmin. Orang-orang mukmin merasa takut dan cemas akan kedatangan Hari Kiamat. Mereka belum tahu bagaimana nasibnya pada hari itu nanti. Mereka akan mempertanggungjawabkan amal perbuatan mereka di dunia. Kalau baik, akan dibalas dengan baik yaitu surga, dan kalau tidak baik, akan dibalas dengan yang setimpal yaitu neraka.
Sejalan dengan ayat ini firman Allah SWT:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (60)
Artinya:
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. (Q.S. Al Mu'minun: 60)
Ayat ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa orang-orang yang membantah dan menolak akan adanya Hari Kiamat adalah orang-orang yang sesat, salah jalan, jauh dari kebenaran, karena yang menciptakan langit dan bumi itu mampu dan kuasa pula menghancurkannya serta menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati.
Sebagaimana firman Allah SWT:
وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ
Artinya:
Dan Dia lah yang menciptakan (manusia) dari permulaan kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi Nya. (Q.S. Ar Rum: 27)
Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rizki kepada siapa yang di kehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.(QS. 42:19)
Surah Asy Syuura 13
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ (13)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah mensyariatkan agama kepada Muhammad saw dan kaumnya sebagaimana Dia telah mewasiatkan pula kepada Nuh dan Nabi-nabi yang datang sesudahnya yaitu Ibrahim, Musa dan Isa as.
Allah SWT hanya menyebut nama-nama Nabi tersebut ialah karena mereka itu dibandingkan dengan Nabi-nabi yang lain, mempunyai tanggung jawab yang besar dan berat, dan karena ketabahan mereka menghadapi cobaan dan kesulitan-kesulitan yang ditimbulkan oleh kaum mereka sehingga mereka itu mendapat julukan Ulil azmi dari Allah SWT. Lagi pula agar orang-orang musyrik sadar sehingga mau memeluk agama Muhammad saw. Dengan disebutkan nama Musa dan Isa diharapkan orang-orang Yahudi dan Nasrani bisa sadar dan tertarik karena agama yang dibawa oleh Muhammad itu, agama samawi juga yang banyak persamaannya dengan agama mereka, yang tertera jelas di dalam kitab Taurat dan Injil terutama mengenai tauhid, salat, zakat, puasa, haji dan akhlak yang baik seperti menepati janji, jujur, menghubungkan silaturahmi, dan lain-lain.
Allah SWT memerintahkan agar agama Islam yang dibawa Muhammad saw itu dipelihara dan ditegakkan sepenuhnya; pengikutnya dilarang berselisih sesamanya yang dapat mengakibatkan perpecahan dan merusak persatuan.
Firman Allah SWT:
اُدخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً
Artinya:
Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya. (Q.S. Al Baqarah: 208).
dan firman-Nya:
وَ اعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيْعًا وَلَا تَتَفَرَّقُوا
Artinya:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai. (Q.S. Ali Imran: 103)
Amatlah berat bagi orang-orang musyrik untuk memeluk agama tauhid yaitu agama Islam yang dibawa oleh Muhammad saw itu dan melepaskan agama syirik dan menyembah berhala mereka yang telah diwarisi turun-temurun dari nenek moyang mereka; patokan mereka telah diabadikan di dalam Alquran.
إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ
Artinya:
Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka. (Q.S. AZ Zukhruf: 22)
Memang tidak semua orang dengan mudah dapat memenuhi seruan untuk memeluk agama Islam yang dibawa Muhammad itu, tetapi Allah menentukan hamba-Nya yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada mereka sehingga mereka memeluk agama Islam. Begitu pula, hanya orang-orang yang sadar akan kekeliruannya, yang dahulu selalu membangkang dan bergelimang dosa lalu cepat-cepat kembali dan bertobat kepada Allah SWT yang akan diberi petunjuk untuk menerima baik agama tauhid itu, sebagaimana bunyi hadis kudsi melalui sabda Nabi Muhammad saw:
مَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ ذِرَاعًا وَمَنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
Artinya:
Barang siapa mendekatkan diri kepada-Ku barang sejengkal. Aku akan mendekatkan kepadanya sehasta. Dan barangsiapa datang kepada-Ku berjalan, Aku akan datang kepadanya berlari. (H.R. Bukhari)
Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka karena kedengkian antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Rabbmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu.(QS. 42:14)
Surah Asy Syuura 14
وَمَا تَفَرَّقُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ أُورِثُوا الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِهِمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ (14)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa ahli Kitab baik Yahudi maupun Nasrani sesudah mengetahui kebenaran Rasul-rasul yang diutus kepada mereka, lalu berpecah-belah, bergolong-golongan, sebagaimana digambarkan Allah SWT di dalam firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. (Q.S. Al An'am: 159)
Mereka melakukan yang demikian ini karena kedengkian dan kebencian antara mereka sehingga timbullah pertentangan antara mereka yang sukar untuk diatasi dan diselesaikan. Mereka saling menuduh, orang-orang Yahudi meyakinkan kebenaran pendirian dan pegangan mereka, sedangkan anggapan orang Nasrani mereka itu tidak mempunyai pendirian dan pegangan. Begitu pula sebaliknya, orang-oang Yahudi menganggap bahwa orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai pendirian, sebagaimana firman Allah SWT:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ لَيْسَتِ النَّصَارَى عَلَى شَيْءٍ وَقَالَتِ النَّصَارَى لَيْسَتِ الْيَهُودُ عَلَى شَيْء
Artinya:
Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan; dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai suatu pegangan". (Q.S. Al Baqarah: 113)
Sekiranya belum ada ketentuan lebih dahulu dari Allah SWT mengenai ditangguhkannya pembalasan dan siksa bagi orang-orang yang menentang dan menyalahi perintah Allah SWT ini sampai kepada waktu yang telah ditentukan Nya (Hari Kiamat), niscaya mereka telah dibinasakan-di dunia ini dan tidak perlu lagi ditunda sampai di akhirat nanti. Ayat 14 ini ditutup dengan satu penegasan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mewarisi Kitab Taurat dan Injil dari nenek moyang mereka, yang pada masa Rasulullah saw menyaksikan Dakwah Islamiyah, mereka itu menjadi ragu tentang kebenaran Kitab mereka dan benar-benar mengguncangkan kepercayaan merek. Tidak heran karena mereka itu, di samping kepercayaan mereka kepada Kitab Samawi memang tidak penuh, juga agama mereka hanya karena ikut-ikutan kepada nenek moyang mereka.
Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: `Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)`.(QS. 42:15)
Surah Asy Syuura 15
فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ (15)
Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar menyeru kaumnya supaya jangan berpecah belah seperti ahli Kitab itu, supaya bersatu memeluk agama tauhid yang telah dirintis oleh para Nabi, yaitu agama Islam yang dibawanya dan supaya beliau tetap tabah menghadapi mereka. Jangan sekali-kali terpengaruh oleh keraguan mereka terhadap agama yang benar yang telah disyariatkan kepadanya. Ia harus selalu menandaskan pendiriannya bahwa dia tetap percaya kepada semua yang telah diturunkan Allah dari langit seperti Kitab Taurat, Injil dan Zabur, dan tidak didustakannya sedikitpun. Diapun diperintahkan berlaku adil di antara mereka di dalam menetapkan hukum dan sebagainya, dan tidak akan mengurangi dan menambah apa yang telah disyariatkan Allah kepadanya serta akan menyampaikan apa yang telah diperintahkan kepadanya untuk menyampaikannya.
Allah Tuhan kamu dan Tuhan kami sekalian, Dialah satu-satunya yang wajib disembah, yang wajib dipercaya dengan penuh pengertian. Tiada Tuhan selain Dia. Bagi kami amalan kami, baik buruknya adalah tanggung jawab kami, diberi pahala atau diazab, dan bagi kamu sekalian amalan kamu. Kami tidak akan berbahagia karena amalan baikmu dan tidak akan celaka karena amalan burukmu. Masing-masing bertanggung jawab atas amal perbuatannya. Sejalan dengan ayat ini firman Allah SWT:
وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ (41)
Artinya:
Jika mereka mendustakan kamu maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".(Q.S. Yunus: 41)
Tidak boleh lagi ada pertengkaran antara kita, yang hak dan yang benar telah nyata. Barang siapa yang masih saja membangkang dan tidak mau percaya berarti dia ingkar. Ketahuilah, pada waktunya nanti akan jelas dan tampak siapa yang benar di antara kita karena Allah SWT akan mengumpulkan kita nanti di hari kemudian, dan di sanalah Dia akan menjatuhkan keputusan yang seadil-adilnya atas apa yang kita persengketakan, sebagaimana firman Allah SWT:
قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ (26)
Artinya:
Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan di antara kita dengan benar. Dan Dia lah Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui". (Q.S. Saba': 26)
Kepada-Nyalah kita semua akan kembali sesudah mati dan mempertanggungjawabkan semua amal kita di dunia. Kita akan menerima balasan sesuai dengan amal kita masing-masing, sebagaimana firman Allah SWT:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
Artinya:
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Q.S. Az Zalzalah: 7-8)
Dan orang-orang yang membantah (agama) Allah sesudah agama itu diterima maka bantahan mereka itu sia-sia saja, di sisi Rabb mereka. Mereka mendapat kemurkaan (Allah) dan bagi mereka azab yang sangat keras.(QS. 42:16)
Surah Asy Syuura 16
وَالَّذِينَ يُحَاجُّونَ فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا اسْتُجِيبَ لَهُ حُجَّتُهُمْ دَاحِضَةٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ (16)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa orang-orang yang masih membantah kebenaran agama Allah, sekalipun agama itu telah diterima baik oleh masyarakat, akan sia-sialah usaha mereka dan bantahan mereka tidak berguna. Mereka itu dimurkai Allah SWT karena keberanian mereka mengingkari kenyataan yaitu kebenaran agama Islam serta mereka akan diazab di hari kemudian karena keangkuhan mereka meninggalkan agama yang hak sesudah jelas dan dapat dibuktikan kebenarannya.
Diriwayatkan bahwa orang-orang Yahudi berkata kepada orang-orang mukmin: "Wahai orang-orang mukmin! Kamu sekalian telah mengatakan bahwa mengambil dan menerima yang sudah disepakati, lebih baik daripada mengambil dan menerima yang sudah diperselisihkan. Kenabian Musa dan kitab Taurat nya telah diterima dan disepakati kebenarannya antara kita bersama sedangkan kenabian Muhammad masih diperselisihkan dan dipersengketakan. Jadi agama Yahudilah yang pantas dan layak diambil dan diterima. Untuk melumpuhkan alasan mereka itu, Allah SWT membawakan Hujjah bahwa kewajiban beriman dan mempercayai kebenaran Musa adalah karena adanya mukjizat yang diberikan Allah kepadanya yang menunjukkan dan membuktikan kebenarannya. Telah terjadi pula beberapa mukjizat pada din Muhammad saw yang disaksikan sendiri oleh orang-orang Yahudi. Maka wajiblah atas kita semua mengakui dan mempercayai kenabian Muhammad saw itu.
Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan). Dan tahukah kamu, boleh jadi hari Kiamat itu (sudah) dekat(QS. 42:17)
Surah Asy Syuura 17
اللَّهُ الَّذِي أَنْزَلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ وَالْمِيزَانَ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ قَرِيبٌ (17)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah menurunkan Kitab-kitab Nya kepada Nabi-nabi Nya, yang memuat kebenaran yang tak diragukan lagi, jauh dari kebatilan dan semuanya mengandung kebaikan. Dia menurunkan keadilan untuk menjadi dasar dalam menentukan sesuatu dengan segala kesadaran dan menghukum mereka dengan hukuman yang telah ditetapkan di dalam Kitab Nya.
Firman Allah SWT:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (Q.S. Al Hadid : 25)
Penutup ayat ini mendorong kita berbuat baik untuk kebahagiaan ukhrawi dan menjauhi godaan duniawi. Karena tidak diketahui kapan dunia ini kiamat, maka tentunya kita harus patuh dan taat mengikuti petunjuk Alquran, selalu berbuat adil di antara sesama manusia, mengamalkan apa-apa yang diperintahkan, selalu waspada terhadap kemungkinan panggilan Allah yang datang dengan tiba-tiba, lalu tidak ada lagi kesempatan untuk berbuat baik. Merugilah dia, dan di Hari Kiamat nanti dia akan menyesal karena menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk beramal baik.
Sabda Nabi saw:
مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُوْتُ إلَّا وَنَدِمَ إنْ كَانَ مُحْسِنًا نَدِمَ أن لَّا يزْدَادَ وَإِنْ كَانَ مُسِيْئًا نَدِمَ أَنْ لَّا نَزَعَ
Artinya:
Tidak seorangpun yang meninggal dunia kecuali ia menyesal, baik ia menyesali dirinya karena kebaikannya itu tidak dapat bertambah lagi. Jika ia seorang yang berbuat tidak baik ia menyesal karena tidak sempat melepaskan dirinya dari kejahatan itu . (H.R. Tirmizi)
Orang-orang yang tidak beriman kepada hari Kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah terhadap terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh.(QS. 42:18)
Surah Asy Syuura 18
يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ أَلَا إِنَّ الَّذِينَ يُمَارُونَ فِي السَّاعَةِ لَفِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ (18)
Diriwayatkan bahwa pernah di dalam suatu kesempatan Nabi Muhammad saw menyebut-nyebut Hari Kiamat dan pada waktu itu ada orang-orang musyrik. Maka mereka bertanya dengan nada mengejek dan mendustakan kedatangan Hari Kiamat itu, "Kapankah Hari Kiamat itu?" Maka turunlah ayat ini menceritakan bahwa orang-orang yang tidak percaya akan terjadinya Hari Kiamat itu mengejeknya dan ingkar kepadanya. Mereka menginginkan supaya Hari Kiamat itu segera datang supaya jelas, siapakah yang benar. Merekakah atau Muhammad dan sahabatnya yang benar? Berbeda halnya dengan orang-orang mukmin. Orang-orang mukmin merasa takut dan cemas akan kedatangan Hari Kiamat. Mereka belum tahu bagaimana nasibnya pada hari itu nanti. Mereka akan mempertanggungjawabkan amal perbuatan mereka di dunia. Kalau baik, akan dibalas dengan baik yaitu surga, dan kalau tidak baik, akan dibalas dengan yang setimpal yaitu neraka.
Sejalan dengan ayat ini firman Allah SWT:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (60)
Artinya:
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. (Q.S. Al Mu'minun: 60)
Ayat ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa orang-orang yang membantah dan menolak akan adanya Hari Kiamat adalah orang-orang yang sesat, salah jalan, jauh dari kebenaran, karena yang menciptakan langit dan bumi itu mampu dan kuasa pula menghancurkannya serta menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati.
Sebagaimana firman Allah SWT:
وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ
Artinya:
Dan Dia lah yang menciptakan (manusia) dari permulaan kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi Nya. (Q.S. Ar Rum: 27)
Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rizki kepada siapa yang di kehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.(QS. 42:19)
Surah Asy Syuura 19
اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ (19)
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia sendiri selalu berbuat baik kepada hamba Nya, memberi mereka hal-hal yang bermanfaat, dan menjauhkan mereka dari bencana yang mengancam, menganugerahkan rezeki kepada hamba Nya yang mukmin dan yang kafir tanpa mengadakan perbedaan di antara mereka, melapangkan dan menyempitkan rezeki kepada hamba Nya yang dikehendaki Nya sebagai ujian bagi orang kaya dalam sikapnya terhadap orang fakir dan ujian bagi orang fakir dalam hubungannya dengan orang kaya agar supaya hubungan antara seorang dengan yang lain menjadi baik dan mereka saling membutuhkan, Sebagaimana firman Allah SWT:
لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا
Artinya:
Agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. (Q.S. Az Zukhruf: 32)
Allah Maha Kuasa dan berbuat menurut kehendak Nya, Maha Perkasa tidak seorang pun yang dapat mencegah dan menghalangi apa yang dikehendaki Nya.
Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.(QS. 42:20)
اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ (19)
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia sendiri selalu berbuat baik kepada hamba Nya, memberi mereka hal-hal yang bermanfaat, dan menjauhkan mereka dari bencana yang mengancam, menganugerahkan rezeki kepada hamba Nya yang mukmin dan yang kafir tanpa mengadakan perbedaan di antara mereka, melapangkan dan menyempitkan rezeki kepada hamba Nya yang dikehendaki Nya sebagai ujian bagi orang kaya dalam sikapnya terhadap orang fakir dan ujian bagi orang fakir dalam hubungannya dengan orang kaya agar supaya hubungan antara seorang dengan yang lain menjadi baik dan mereka saling membutuhkan, Sebagaimana firman Allah SWT:
لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا
Artinya:
Agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. (Q.S. Az Zukhruf: 32)
Allah Maha Kuasa dan berbuat menurut kehendak Nya, Maha Perkasa tidak seorang pun yang dapat mencegah dan menghalangi apa yang dikehendaki Nya.
Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.(QS. 42:20)
Surah Asy Syuura 20
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ (20)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa barangsiapa yang menghendaki dengan amal dan usahanya pahala akhirat, Dia mudahkan baginya untuk beramal saleh, kemudian Dia mengganjar amalnya itu, satu kebaikan dengan sepuluh kebaikan sampai berlipat ganda, menurut kehendak Allah SWT begitu pula sebaliknya, barangsiapa mengharapkan dari amal usahanya kemewahan dunia dengan segala bentuknya dan tidak ada sedikitpun perhatiannya tentang amalan dan pahala akhirat, maka Dia akan memberikan sebanyak apa yang telah ditentukan baginya, tetapi ia tidak akan memperoleh sedikit pun pahala akhirat karena amal itu sesuai dengan niatnya, dan bagi setiap orang balasan amalnya sesuai dengan niatnya, sebagaimana sabda Nabi saw:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِإٍ مَانَوَى
Artinya:
Bahwasanya amal itu menurut niatnya, dan bahwasanya bagi setiap orang mendapat balasan sesuai dengan apa yang telah diniatkannya. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Berkata Qatadah: "Sesungguhnya Allah memberikan kepada orang-orang yang dalam amalnya berniat untuk akhirat, dan akan mendapat pula nikmat kesenangan dunia menurut kehendak Nya, dan Dia tidak memberikan kepada orang yang dengan amalnya menghendaki nikmat dunia kecuali nikmat dunia saja. Sejalan dengan ayat ini firman Allah SWT:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا (18) وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا (19)
Artinya:
Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. (Q.S. Al Isra': 18-19)
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ (20)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa barangsiapa yang menghendaki dengan amal dan usahanya pahala akhirat, Dia mudahkan baginya untuk beramal saleh, kemudian Dia mengganjar amalnya itu, satu kebaikan dengan sepuluh kebaikan sampai berlipat ganda, menurut kehendak Allah SWT begitu pula sebaliknya, barangsiapa mengharapkan dari amal usahanya kemewahan dunia dengan segala bentuknya dan tidak ada sedikitpun perhatiannya tentang amalan dan pahala akhirat, maka Dia akan memberikan sebanyak apa yang telah ditentukan baginya, tetapi ia tidak akan memperoleh sedikit pun pahala akhirat karena amal itu sesuai dengan niatnya, dan bagi setiap orang balasan amalnya sesuai dengan niatnya, sebagaimana sabda Nabi saw:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِإٍ مَانَوَى
Artinya:
Bahwasanya amal itu menurut niatnya, dan bahwasanya bagi setiap orang mendapat balasan sesuai dengan apa yang telah diniatkannya. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Berkata Qatadah: "Sesungguhnya Allah memberikan kepada orang-orang yang dalam amalnya berniat untuk akhirat, dan akan mendapat pula nikmat kesenangan dunia menurut kehendak Nya, dan Dia tidak memberikan kepada orang yang dengan amalnya menghendaki nikmat dunia kecuali nikmat dunia saja. Sejalan dengan ayat ini firman Allah SWT:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا (18) وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا (19)
Artinya:
Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. (Q.S. Al Isra': 18-19)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar