[TAFSIR-QS:41] : FUSHSHILAT
Surah Fush shilat 1
حم (1)
Ha Mim, termasuk huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan beberapa surah Alquran. Ada dua hal yang perlu dibicarakan tentang huruf-huruf abjad yang disebutkan pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu, yaitu apa yang dimaksud dengan huruf ini, dan apa hikmahnya menyebutkan huruf-huruf ini?
Tentang soal pertama, maka para mufassir berlainan pendapat, yaitu:
1. Ada yang menyerahkan saja kepada Allah, dengan arti mereka tidak mau menafsirkan huruf-huruf itu. Mereka berkata, "Allah sajalah yang mengetahui maksudnya." Mereka menggolongkan huruf-huruf itu ke dalam golongan ayat-ayat mutasyabihat.
2. Ada yang menafsirkannya. Mufassirin yang menafsirkannya ini berlain-lain pula pendapat mereka, yaitu:
a. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah isyarat (keringkasan dari kata-kata), umpamanya Alif Lam Mim. Maka "Alif" adalah keringkasan dari "Allah", "Lam" keringkasan dari "Jibril", dan "Mim" keringkasan dari Muhammad, yang berarti bahwa Alquran itu datangnya dari Allah, disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad. Pada Alif Lam Ra; "Alif" keringkasan dari "Ana", "Lam" keringkasan dari "Allah" dan "Ra" keringkasan dari "Ar-Rahman", yang berarti: Saya Allah Yang Maha Pemurah.
b. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama dari surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu.
c. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad ini adalah huruf-huruf abjad itu sendiri. Maka yang dimaksud dengan "Alif" adalah "Alif", yang dimaksud dengan "Lam" adalah "Lam", yang dimaksud dengan "Mim" adalah "Mim", dan begitu seterusnya.
d. Huruf-huruf abjad itu untuk menarik perhatian.
Menurut para mufassir ini, huruf-huruf abjad itu disebut Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim, hikmahnya adalah untuk "menantang". Tantangan itu bunyinya kira-kira begini: Alquran itu diturunkan dalam bahasa Arab, yaitu bahasa kamu sendiri, yang tersusun dari huruf-huruf abjad, seperti Alif Lam Mim Ra, Ka Ha Ya Ain Shad, Qaf, Tha Sin dan lain-lainnya. Maka kalau kamu sekalian tidak percaya bahwa Alquran ini datangnya dari Allah dan kamu mendakwakan datangnya dari Muhammad, yakni dibuat oleh Muhammad sendiri, maka cobalah kamu buat ayat-ayat yang seperti ayat Alquran ini. Kalau Muhammad dapat membuatnya tentu kamu juga dapat membuatnya."
Maka ada "penantang", yaitu Allah, dan ada "yang ditantang", yaitu bahasa Arab, dan ada "alat penantang", yaitu Alquran. Sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasih berbahasa Arab, dan mengetahui pula seluk-beluk bahasa Arab itu menurut naluri mereka, karena di antara mereka itu adalah pujangga-pujangga, penyair-penyair dan ahli-ahli pidato, namun demikian mereka tidak bisa menjawab tantangan Alquran itu dengan membuat ayat-ayat seperti Alquran. Ada juga di antara mereka yang memberanikan diri untuk menjawab tantangan Alquran itu, dengan mencoba membuat kalimat-kalimat seperti ayat-ayat Alquran itu, tetapi sebelum mereka ditertawakan oleh orang-orang Arab itu, lebih dahulu mereka telah ditertawakan oleh diri mereka sendiri.
Para mufassir dari golongan ini, yakni yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu disebut oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquran untuk menantang bangsa Arab itu, mereka sampai kepada pendapat itu adalah dengan "istiqra" artinya menyelidiki masing-masing surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu. Dengan penyelidikan itu mereka mendapat fakta-fakta sebagai berikut:
1. Surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad ini adalah surah-surah Makiyah (diturunkan di Mekah), selain dari dua buah surah saja yang Madaniyah (diturunkan di Madinah), yaitu surah Al-Baqarah yang dimulai dengan Alif Lam Mim dan surah Ali Imran yang dimulai dengan Alif Lam Mim juga. Sedang penduduk Mekah itulah yang tidak percaya bahwa Alquran itu adalah dari Tuhan, dan mereka mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata.
2. Sesudah menyebutkan huruf-huruf abjad itu ditegaskan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah, atau diwahyukan oleh-Nya. Penegasan itu disebutkan oleh Allah secara langsung atau tidak langsung. Hanya ada 9 surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu yang tidak disebutkan sesudahnya penegasan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah.
3. Huruf-huruf abjad yang disebutkan itu adalah huruf-huruf abjad yang banyak terpakai dalam bahasa Arab.
Dari ketiga fakta yang didapat dari penyelidikan itu, mereka menyimpulkan bahwa huruf-huruf abjad itu didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu adalah untuk "menantang" bangsa Arab agar membuat ayat-ayat seperti ayat-ayat Alquran itu, bila mereka tidak percaya bahwa Alquran itu, datangnya dari Allah dan mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata sebagai yang disebutkan di atas. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa para mufassir yang mengatakan bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan Allah untuk "tahaddi" (menantang) adalah memakai tariqah (metode) ilmiah, yaitu "menyelidiki dari contoh-contoh, lalu menyimpulkan daripadanya yang umum". Tariqah ini disebut "Ath-Thariqat Al-Istiqra'iyah" (metode induksi).
Ada mufassir yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah-surah Alquranul Karim untuk menarik perhatian. Memulai pembicaraan dengan huruf-huruf abjad adalah suatu cara yang belum dikenal oleh bangsa Arab di waktu itu, karena itu maka hal ini menarik perhatian mereka.
Tinjauan terhadap pendapat-pendapat ini:
1. Pendapat yang pertama yaitu menyerahkan saja kepada Allah karena Allah sajalah yang mengetahui, tidak diterima oleh kebanyakan mufassirin ahli-ahli tahqiq (yang menyelidiki secara mendalam). (Lihat Tafsir Al-Qasimi j.2, hal. 32)
Alasan-alasan mereka ialah:
a. Allah sendiri telah berfirman dalam Alquran:
بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195)
Artinya:
Dengan bahasa Arab yang jelas.
(Q.S. Asy Syu'ara': 195)
Maksudnya Alquran itu dibawa oleh Jibril kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang jelas. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa ayat-ayat dalam Alquran itu adalah "jelas", tak ada yang tidak jelas, yang tak dapat dipahami atau dipikirkan, yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.
b. Di dalam Alquran ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Alquran itu menjadi petunjuk bagi manusia. Di antaranya firman Allah:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2)
Artinya:
Kitab Alquran ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
(Q.S. Al-Baqarah: 2)
Firman-Nya lagi:
وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya:
....dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
(Q.S. Al-Baqarah: 97)
Firman-Nya lagi:
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138)
Artinya:
(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(Q.S. Ali Imran: 138)
Dan banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan bahwa Alquran itu adalah petunjuk bagi manusia. Sesuatu yang fungsinya menjadi "petunjuk" tentu harus jelas dan dapat dipahami. Hal-hal yang tidak jelas tentu tidak dijadikan petunjuk.
c. Dalam ayat yang lain Allah berfirman pula:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17)
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
(Q.S. Al-Qamar: 17, 22, 32, dan 40)
2.
a. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad itu adalah keringkasan dari suatu kalimat. Pendapat ini juga banyak para mufassir yang tidak dapat menerimanya.
Keberatan mereka ialah: tidak ada kaidah-kaidah atau patokan-patokan yang tertentu untuk ini, sebab itu para mufassir yang berpendapat demikian berlain-lainan pendapatnya dalam menentukan kalimat-kalimat itu. Maka di samping pendapat mereka bahwa Alif Lam Mim artinya ialah: Allah, Jibril, Muhammad, ada pula yang mengartikan "Allah, Latifun, Maujud" (Allah Maha Halus lagi Ada). (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
b. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan beberapa surah ini adalah nama surah, juga banyak pula para mufassir yang tidak dapat menerimanya. Alasan mereka ialah: bahwa surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu kebanyakannya adalah mempunyai nama yang lain, dan nama yang lain itulah yang terpakai. Umpamanya surah Al-Baqarah, Ali Imran, Maryam dan lain-lain. Maka kalau betul huruf-huruf itu adalah nama surah, tentu nama-nama itulah yang akan dipakai oleh para sahabat Rasulullah dan kaum muslimin sejak dari dahulu sampai sekarang.
Hanya ada empat buah surah yang sampai sekarang tetap dinamai dengan huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan surah-surah itu, yaitu: Surah Thaha, surah Yasin, surah Shad dan surah Qaf. (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
c. Pendapat yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad itu sendiri, dan abjad-abjad ini didatangkan oleh Allah ialah untuk "menantang" (tahaddi). Inilah yang dipegang oleh sebahagian mufassirin ahli tahqiq. (Di antaranya: Az Zamakhsyari, Al Baidawi, Ibnu Taimiah, dan Hafizh Al Mizzi, lihat Rasyid Rida, Tafsir Al Manar jilid 8, hal. 303 dan Dr Shubhi As Salih, Mabahis Ulumi Qur'an, hal 235. Menurut An Nasafi: pendapat bahwa huruf abjad ini adalah untuk menantang patut diterima. Lihat Tafsir An Nasafi, hal. 9)
d. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad ini adalah untuk "menarik perhatian" (tanbih) pendapat ini juga diterima oleh ahli tahqiq. (Tafsir Al Manar jilid 8 hal. 209-303)
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa "yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad yang disebutkan oleh Allah pada permulaan beberapa surat dari Alquran hikmahnya adalah untuk "menantang" bangsa Arab serta menghadapkan perhatian manusia kepada ayat-ayat yang akan dibacakan oleh Nabi Muhammad saw."
Diturunkan dari (Rabb) Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.(QS. 41:2)
حم (1)
Ha Mim, termasuk huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan beberapa surah Alquran. Ada dua hal yang perlu dibicarakan tentang huruf-huruf abjad yang disebutkan pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu, yaitu apa yang dimaksud dengan huruf ini, dan apa hikmahnya menyebutkan huruf-huruf ini?
Tentang soal pertama, maka para mufassir berlainan pendapat, yaitu:
1. Ada yang menyerahkan saja kepada Allah, dengan arti mereka tidak mau menafsirkan huruf-huruf itu. Mereka berkata, "Allah sajalah yang mengetahui maksudnya." Mereka menggolongkan huruf-huruf itu ke dalam golongan ayat-ayat mutasyabihat.
2. Ada yang menafsirkannya. Mufassirin yang menafsirkannya ini berlain-lain pula pendapat mereka, yaitu:
a. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah isyarat (keringkasan dari kata-kata), umpamanya Alif Lam Mim. Maka "Alif" adalah keringkasan dari "Allah", "Lam" keringkasan dari "Jibril", dan "Mim" keringkasan dari Muhammad, yang berarti bahwa Alquran itu datangnya dari Allah, disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad. Pada Alif Lam Ra; "Alif" keringkasan dari "Ana", "Lam" keringkasan dari "Allah" dan "Ra" keringkasan dari "Ar-Rahman", yang berarti: Saya Allah Yang Maha Pemurah.
b. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama dari surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu.
c. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad ini adalah huruf-huruf abjad itu sendiri. Maka yang dimaksud dengan "Alif" adalah "Alif", yang dimaksud dengan "Lam" adalah "Lam", yang dimaksud dengan "Mim" adalah "Mim", dan begitu seterusnya.
d. Huruf-huruf abjad itu untuk menarik perhatian.
Menurut para mufassir ini, huruf-huruf abjad itu disebut Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim, hikmahnya adalah untuk "menantang". Tantangan itu bunyinya kira-kira begini: Alquran itu diturunkan dalam bahasa Arab, yaitu bahasa kamu sendiri, yang tersusun dari huruf-huruf abjad, seperti Alif Lam Mim Ra, Ka Ha Ya Ain Shad, Qaf, Tha Sin dan lain-lainnya. Maka kalau kamu sekalian tidak percaya bahwa Alquran ini datangnya dari Allah dan kamu mendakwakan datangnya dari Muhammad, yakni dibuat oleh Muhammad sendiri, maka cobalah kamu buat ayat-ayat yang seperti ayat Alquran ini. Kalau Muhammad dapat membuatnya tentu kamu juga dapat membuatnya."
Maka ada "penantang", yaitu Allah, dan ada "yang ditantang", yaitu bahasa Arab, dan ada "alat penantang", yaitu Alquran. Sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasih berbahasa Arab, dan mengetahui pula seluk-beluk bahasa Arab itu menurut naluri mereka, karena di antara mereka itu adalah pujangga-pujangga, penyair-penyair dan ahli-ahli pidato, namun demikian mereka tidak bisa menjawab tantangan Alquran itu dengan membuat ayat-ayat seperti Alquran. Ada juga di antara mereka yang memberanikan diri untuk menjawab tantangan Alquran itu, dengan mencoba membuat kalimat-kalimat seperti ayat-ayat Alquran itu, tetapi sebelum mereka ditertawakan oleh orang-orang Arab itu, lebih dahulu mereka telah ditertawakan oleh diri mereka sendiri.
Para mufassir dari golongan ini, yakni yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu disebut oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquran untuk menantang bangsa Arab itu, mereka sampai kepada pendapat itu adalah dengan "istiqra" artinya menyelidiki masing-masing surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu. Dengan penyelidikan itu mereka mendapat fakta-fakta sebagai berikut:
1. Surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad ini adalah surah-surah Makiyah (diturunkan di Mekah), selain dari dua buah surah saja yang Madaniyah (diturunkan di Madinah), yaitu surah Al-Baqarah yang dimulai dengan Alif Lam Mim dan surah Ali Imran yang dimulai dengan Alif Lam Mim juga. Sedang penduduk Mekah itulah yang tidak percaya bahwa Alquran itu adalah dari Tuhan, dan mereka mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata.
2. Sesudah menyebutkan huruf-huruf abjad itu ditegaskan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah, atau diwahyukan oleh-Nya. Penegasan itu disebutkan oleh Allah secara langsung atau tidak langsung. Hanya ada 9 surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu yang tidak disebutkan sesudahnya penegasan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah.
3. Huruf-huruf abjad yang disebutkan itu adalah huruf-huruf abjad yang banyak terpakai dalam bahasa Arab.
Dari ketiga fakta yang didapat dari penyelidikan itu, mereka menyimpulkan bahwa huruf-huruf abjad itu didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu adalah untuk "menantang" bangsa Arab agar membuat ayat-ayat seperti ayat-ayat Alquran itu, bila mereka tidak percaya bahwa Alquran itu, datangnya dari Allah dan mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata sebagai yang disebutkan di atas. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa para mufassir yang mengatakan bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan Allah untuk "tahaddi" (menantang) adalah memakai tariqah (metode) ilmiah, yaitu "menyelidiki dari contoh-contoh, lalu menyimpulkan daripadanya yang umum". Tariqah ini disebut "Ath-Thariqat Al-Istiqra'iyah" (metode induksi).
Ada mufassir yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah-surah Alquranul Karim untuk menarik perhatian. Memulai pembicaraan dengan huruf-huruf abjad adalah suatu cara yang belum dikenal oleh bangsa Arab di waktu itu, karena itu maka hal ini menarik perhatian mereka.
Tinjauan terhadap pendapat-pendapat ini:
1. Pendapat yang pertama yaitu menyerahkan saja kepada Allah karena Allah sajalah yang mengetahui, tidak diterima oleh kebanyakan mufassirin ahli-ahli tahqiq (yang menyelidiki secara mendalam). (Lihat Tafsir Al-Qasimi j.2, hal. 32)
Alasan-alasan mereka ialah:
a. Allah sendiri telah berfirman dalam Alquran:
بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195)
Artinya:
Dengan bahasa Arab yang jelas.
(Q.S. Asy Syu'ara': 195)
Maksudnya Alquran itu dibawa oleh Jibril kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang jelas. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa ayat-ayat dalam Alquran itu adalah "jelas", tak ada yang tidak jelas, yang tak dapat dipahami atau dipikirkan, yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.
b. Di dalam Alquran ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Alquran itu menjadi petunjuk bagi manusia. Di antaranya firman Allah:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2)
Artinya:
Kitab Alquran ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
(Q.S. Al-Baqarah: 2)
Firman-Nya lagi:
وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya:
....dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
(Q.S. Al-Baqarah: 97)
Firman-Nya lagi:
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138)
Artinya:
(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(Q.S. Ali Imran: 138)
Dan banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan bahwa Alquran itu adalah petunjuk bagi manusia. Sesuatu yang fungsinya menjadi "petunjuk" tentu harus jelas dan dapat dipahami. Hal-hal yang tidak jelas tentu tidak dijadikan petunjuk.
c. Dalam ayat yang lain Allah berfirman pula:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17)
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
(Q.S. Al-Qamar: 17, 22, 32, dan 40)
2.
a. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad itu adalah keringkasan dari suatu kalimat. Pendapat ini juga banyak para mufassir yang tidak dapat menerimanya.
Keberatan mereka ialah: tidak ada kaidah-kaidah atau patokan-patokan yang tertentu untuk ini, sebab itu para mufassir yang berpendapat demikian berlain-lainan pendapatnya dalam menentukan kalimat-kalimat itu. Maka di samping pendapat mereka bahwa Alif Lam Mim artinya ialah: Allah, Jibril, Muhammad, ada pula yang mengartikan "Allah, Latifun, Maujud" (Allah Maha Halus lagi Ada). (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
b. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan beberapa surah ini adalah nama surah, juga banyak pula para mufassir yang tidak dapat menerimanya. Alasan mereka ialah: bahwa surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu kebanyakannya adalah mempunyai nama yang lain, dan nama yang lain itulah yang terpakai. Umpamanya surah Al-Baqarah, Ali Imran, Maryam dan lain-lain. Maka kalau betul huruf-huruf itu adalah nama surah, tentu nama-nama itulah yang akan dipakai oleh para sahabat Rasulullah dan kaum muslimin sejak dari dahulu sampai sekarang.
Hanya ada empat buah surah yang sampai sekarang tetap dinamai dengan huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan surah-surah itu, yaitu: Surah Thaha, surah Yasin, surah Shad dan surah Qaf. (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
c. Pendapat yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad itu sendiri, dan abjad-abjad ini didatangkan oleh Allah ialah untuk "menantang" (tahaddi). Inilah yang dipegang oleh sebahagian mufassirin ahli tahqiq. (Di antaranya: Az Zamakhsyari, Al Baidawi, Ibnu Taimiah, dan Hafizh Al Mizzi, lihat Rasyid Rida, Tafsir Al Manar jilid 8, hal. 303 dan Dr Shubhi As Salih, Mabahis Ulumi Qur'an, hal 235. Menurut An Nasafi: pendapat bahwa huruf abjad ini adalah untuk menantang patut diterima. Lihat Tafsir An Nasafi, hal. 9)
d. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad ini adalah untuk "menarik perhatian" (tanbih) pendapat ini juga diterima oleh ahli tahqiq. (Tafsir Al Manar jilid 8 hal. 209-303)
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa "yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad yang disebutkan oleh Allah pada permulaan beberapa surat dari Alquran hikmahnya adalah untuk "menantang" bangsa Arab serta menghadapkan perhatian manusia kepada ayat-ayat yang akan dibacakan oleh Nabi Muhammad saw."
Diturunkan dari (Rabb) Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.(QS. 41:2)
Surah Fush shilat 2
تَنْزِيلٌ مِنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (2)
Ayat ini menerangkan bahwa Alquran berasal dari Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, diturunkan kepada Rasul Nya. Muhammad saw, dengan perantaraan malaikat Jibril
Dalam ayat ini dikatakan bahwa Alquran itu berasal dari Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Maksudnya ialah bahwa Alquran ini diturunkan kepada manusia sebagai tanda bahwa Allah SWT Maha Pemurah dan Maha Pengasih kepada hamba-hamba Nya. Alquran bagi manusia dapat diibaratkan sebagai obat bagi orang yang sakit, Obat diperlukan oleh orang yang sedang sakit, karena obat itu dapat menyembuhkan penyakitnya. Demikian pula halnya dengan Alquran , manusia sangat menginginkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Mereka tidak mengetahui jalan yang harus ditempuh untuk mencapai keinginannya itu. maka Allah SWT karena sifatnya Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang kepada hamba-hamba Nya itu, menurunkan petunjuk-petunjuk ke jalan yang dimaksud sehingga manusia mencapai keinginannya itu. Petunjuk-petunjuk itu terdapat di dalam Alquran yang diturunkan Nya kepada Nabi Muhammad saw. Allah SWT berfirman:
وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين
Artinya:
Dan tidaklah Kami mengutus kamu (hai Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Q.S. Al-Anbiya: 107)
Dalam ayat ini disebut bahwa "pengutusan Muhammad merupakan rahmat bagi semesta alam". Maksudnya ialah Allah SWT mengutus Muhammad untuk menyampaikan agama Allah kepada manusia. Agama Allah itu merupakan rahmat bagi manusia, dan pokok-pokok agama Allah itu terdapat di dalam Alquran . Jadi yang menjadi rahmat utama itu ialah Alquran.
Dan firman Allah SWT:
وإنه لتنزيل رب العالمين نزل به الروح الأمين على قلبك لتكون من المنذرين بلسان عربي مبين وإنه لفي زبر الأولين
Artinya:
Dan sesungguhnya Alquran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. Dan sesungguhnya Alquran itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab orang yang dahulu.
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui,(QS. 41:3)
Surah Fush shilat 3
كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (3)
Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang merupakan rahmat Tuhan yang besar kepada manusia itu terdiri atas ayat-ayat. Ayat-ayat itu diterangkan satu persatu dengan jelas. Masing-masing ayat dipisahkan dengan ayat-ayat yang lain, dengan tanda-tanda yang jelas pula. Ada permulaan dan akhir dari tiap-tiap surah, Isinya bermacam-macam petunjuk, ada yang berhubungan dengan pelajaran, nasihat-nasihat, akhlak yang mulia, latihan jiwa, kisah-kisah Rasul yang terdahulu dengan umat-umatnya petunjuk ke jalan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat dan sebagainya.
Allah SWT berfirman:
كتاب أحكمت آياته ثم فصلت من لدن حكيم خبير
Artinya:
(inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu. (Q.S. As Syura: 192-196)
Diterangkan pula bahwa Alquran diturunkan berbahasa Arab, bahasa ibu dari Rasul yang menyampaikannya dan sesuai pula dengan bahasa yang digunakan oleh bangsa yang pertama kali menerimanya. Dengan demikian Alquran itu mudah dipahami mereka, dapat mendalami kandungan dan maksudnya dan dengan mudah pula mereka menyampaikan kepada bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, yang mempunyai bahasa ibu bukan bahasa Arab.
Allah SWT berfirman:
وما أرسلنا من رسول إلا بلسان قومه ليبين لهم
Artinya:
"Kami tidak mengutus seorang Rasulpun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka". (Q.S. Ibrahim: 4)
Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa Alquran itu berfaedah bagi yang mengetahui. Maksudnya ialah bahwa Alquran itu akan berfaedah bagi orang-orang yang berpengetahuan, ingin mencari kebenaran yang hakiki, ingin memperoleh petunjuk yang benar yang dapat mengantarkan kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Mereka mempelajari Alquran, membanding-bandingkannya dengan ajaran-ajaran yang lain serta mengolahnya dengan pengetahuan yang telah ada pada diri mereka. Orang yang dikemukakan yang dapat memahami dan menyelami rahasia dan petunjuk Alquran.
Dari pengertian ini dipahami bahwa orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya, tidak ingin mencari kebenaran karena mereka telah terikat kepada agama atau kepercayaan yang telah mereka anut atau orang yang meperturutkan hawa nafsu atau karena fanatik golongan atau karena pangkat dan kedudukan, tidak akan dapat menyelami dan memahami isi Alquran itu apalagi mendapat petunjuk dari padanya.
Sebagian ahli tafsir ada yang menafsirkan ayat ini dengan Alquran itu akan dipahami oleh orang-orang yang mengetahui bahasa Arab, karena bahasa Arab itu adalah bahasa yang paling luas, paling lengkap, dalam maknanya, mudah mempengaruhi jiwa. Dalam pada itu, waktu itu orang-orang Arab mengetahui bahasa dengan baik, banyak di antara mereka menjadi ahli bahasa, sastrawan yang terkenal, banyak pula di antara mereka yang menjadi penyair. Bahasa Arab Alquran adalah bahasa Arab yang sangat tinggi nilainya, baik gaya bahasanya maupun gramatikanya. Karena itu orang yang dapat memahami ayat-ayatnya hanyalah orang yang dalam pengetahuan bahasa Arabnya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Fush shilat 3
كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (3)
(Kitab) lafal ayat ini menjadi Khabar Mubtada (yang dijelaskan ayat-ayatnya) maksudnya, dijelaskan di dalamnya hukum-hukum, kisah-kisah dan nasihat-nasihat (yakni bacaan dalam bahasa Arab) lafal Qur-aanan berikut sifatnya menjadi Haal atau kata keterangan keadaan dari lafal Kitaabun (untuk kaum) berta'alluq kepada lafal Fushshilat (yang mengetahui) artinya, bagi mereka yang mengerti, yaitu orang- orang Arab.
yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan.(QS. 41:4)
Fush shilat 4
بَشِيرًا وَنَذِيرًا فَأَعْرَضَ أَكْثَرُهُمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ (4)
Ayat ini menerangkan bahwa Alquran membawa berita gembira bagi orang-orang. yang mengamalkan petunjuk dan membawa berita yang menakutkan hati orang-orang yang mengingkarinya. Orang yang mengikuti petunjuknya akan memperoleh kenikmatan hidup di dunia dan di akhirat mereka akan dimaksudkan ke dalam surga yang penuh kenikmatan. Sedang orang yang mengingkarinya dan mendustakan ayat-ayatnya akan memperoleh kesengsaraan yang tidak terhingga di akhirat nanti.
Sekalipun demikian tujuan dari isi Alquran, namun orang-orang musyrik tidak mengacuhkannya, bahkan mereka menyombongkan diri, tidak mau mendengarkannya, apalagi mengikuti petunjuk-petunjuknya.
Mereka berkata: `Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan di antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungghnya kami bekerja (pula)`.(QS. 41:5)
Surah Fush shilat 5
وَقَالُوا قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍ مِمَّا تَدْعُونَا إِلَيْهِ وَفِي آذَانِنَا وَقْرٌ وَمِنْ بَيْنِنَا وَبَيْنِكَ حِجَابٌ فَاعْمَلْ إِنَّنَا عَامِلُونَ (5)
Pada ayat ini disebutkan sebab orang-orang musyrik yang mengingkari dan mendustakan ayat-ayat Alquran. yaitu:
1. Mereka menyatakan bahwa hati mereka telah tertutup, tidak dapat dimasuki oleh seruan kepada iman, seruan melaksanakan petunjuk-petunjuk Alquran dan seruan lain yang disampaikan Muhammad saw.
2. Mereka menyatakan bahwa telinga-telinga mereka telah tersumbat sehingga tidak dapat mendengar seruan Muhammad dan ayat-ayat Alquran yang dibacakan kepadanya.
3. Mereka mengatakan bahwa antara mereka dan kaum Muslimin ada dinding pemisah yang menghalangi mereka menerima seruan itu.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang diterangkan ayat ini merupakan gambaran keadaan orang-orang musyrik yang jiwa dan hati mereka tidak dapat lagi memahami seruan Rasulullah saw dan mengikuti petunjuk Alquran. Hati mereka diserupakan dengan suatu benda yang terletak dalam suatu tempat yang tertutup, telinga mereka diserupakan dengan telinga orang pekak yang tidak dapat mendengar sesuatu pun, dan keadaan mereka diserupakan dengan orang yang berdiri di samping dinding tebal dan tinggi, sehingga mereka tidak mengetahui apa yang terjadi di balik dinding tembok itu.
Karena orang-orang musyrik telah demikian halnya, tidak berfaedah sedikitpun seruan itu kepada mereka, mereka disuruh melakukan segala yang mereka ingini, termasuk usaha tipu daya, menyiksa dan menyakiti orang-orang yang beriman, menjauhkan manusia dari Muhammad dan menghancurkan Islam dan kaum Muslimin, dan Allah pun akan menjaga kaum Muslimin dari tindakan mereka itu.
Katakanlah: `Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya,(QS. 41:6)
Surah Fush shilat 6
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ (6)
Mendengar alasan-alasan yang dikemukakan orang-orang musyrik pada ayat-ayat yang lalu itu, maka Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah menjawab ucapan mereka itu dengan mengatakan: "Aku ini bukanlah malaikat, bukan jin atau orang yang mempunyai kekuatan gaib. Aku tidak lain hanyalah manusia biasa, seperti kamu juga. Kenapa kamu mengatakan bahwa antara aku dan kamu terdapat dinding yang tinggi dan tebal sehingga tidak memungkinkan aku berhubungan dengan kamu. Seandainya =akui bukan jenis manusia dan berbicara dengan bahasa yang bukan bahasa manusia, sehingga kamu tidak memahami bahasaku, maka hal itu tidaklah wajar. Tidak ada sesuatu pun perbedaan antara aku dan kamu. Aku adalah seorang Rasul yang diutus Tuhan untuk menyampaikan agama Nya kepadamu. Pokok ajaran agama itu ialah bahwa Tuhan yang berhak disembah adalah Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu aku diperintahkan agar menyampaikan kepadamu: "Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Nya, hendaklah kamu beribadat kepada Nya saja, murnikanlah ketundukan dan ketaatan hanya kepada Nya saja. Janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan sesuatu pun. Mohonkanlah ampun kepada Nya terhadap dosa-dosa yang telah kamu kerjakan".
Pada akhir ayat ini Allah SWT menegaskan bahwa kerugian dan kesengsaraan yang besar akan dialami oleh orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Mereka akan kekal di dalam neraka di akhirat nanti.
(yaitu orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat.(QS. 41:7)
Surah Fush shilat 8
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ (8)
Pada ayat ini diterangkan janji Allah SWT kepada orang-orang yang beriman.
Semua orang yang beriman kepada Allah dan Rasul Nya, mengerjakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan Nya akan memperoleh balasan yang paling baik yang tidak putus-putusnya dari Allah. Itulah pembalasan yang paling baik, yaitu pembalasan yang diberikan kepada orang-orang yang beramal saleh.
Menurut As-Suddi ayat ini diturunkan berhubungan dengan orang yang sakit yang tidak dapat lagi diharapkan kesembuhannya, orang yang telah sangat tua, sehingga ia tidak dapat lagi beramal seperti ia beramal di waktu masih muda, tetapi mereka masih mempunyai semangat yang tinggi dan ingin beramal seperti yang pernah dilakukannya. Terhadap orang yang seperti ini Allah SWT memberikan pahala seperti pahala yang diberikan kepada orang yang sanggup mengerjakan amal itu.
Katakanlah: `Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya (Yang bersifat) demikian itulah Rabb semesta alam`.(QS. 41:9)
Surah Fush shilat 9
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ (9)
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar mengatakan kepada orang-orang musyrik Mekah: "Kenapa kamu sekalian mengingkari Allah yang telah menciptakan bumi dalam dua hari. Kenapa kamu menyembah tuhan-tuhan yang lain di samping menyembah Allah?. Pada hal Allah Maha Suci dari segala sesuatu.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan menjadikan bumi dalam ayat ini ialah menciptakan wujudnya dan yang dimaksud dengan "hari" dalam ayat ini ialah waktu, karena hari dan malam belum ada di waktu langit dan bumi diadakan.
Pertanyaan yang disampaikan kepada orang-orang musyrik dalam ayat ini, bukanlah maksudnya untuk bertanya, tetapi untuk mencela perbuatan mereka menyembah berhala. Seakan-akan dikatakan kepada mereka: "Bukankah mereka telah mengetahui dengan pasti bahwa berhala-berhala yang meteka sembah itu terbuat dari batu yang tidak dapat berbuat sesuatupun, bahkan berhala itu mereka sendiri yang membuatnya, mengapa mereka sembah yang demikian itu. Jika mereka mau menghambakan diri, maka hambakanlah kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan yang menentukan segala sesuatu.
Tuhan yang berhak mereka sembah ialah Tuhan yang menciptakan. menguasai, mengatur, memelihara kelangsungan adanya dan yang menentukan akhir kesudahan semesta alam ini, bukan berhala yang mereka sembah itu.
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuninya) dalam empat masa.(Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.(QS. 41:10)
Surah Fush shilat 10
وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ (10)
Pada ayat ini diterangkan kebagusan penciptaan dan hukum-hukum yang berlaku pada bumi yang diciptakan Nya itu. Dia telah menjadikan gunung-gunung di permukaan bumi, ada yang tinggi ada yang sedang ada yang merupakan dataran tinggi saja, ada yang berapi dan ada pula gunung itu merupakan pasak atau paku bumi. Dengan adanya gunung, permukaan bumi menjadi indah, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Tumbuh-tumbuhan pegunungan pun berbeda dengan tumbuh-tumbuhan yang ada di dataran rendah demikian pula binatang-binatangnya. Dengan adanya gunung-gunung, maka ada pula sungai-sungai yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah, dan akhirnya bermuara ke laut, seakan-akan gunung itu merupakan tempat penyimpanan air, yang terus menerus mengalir memenuhi keperluan manusia.
Jika di permukaan bumi ini tidak ada gunung-gunung yang menghijau, bukit-bukit yang berbaris, lembah dan jurang yang dialiri sungai-sungai, padang rumput dan padang pasir, tentulah keadaan bumi ini lain dari keadaan yang sekarang ini. Betapa hambarnya hidup di dunia seandainya bumi ini merupakan dataran yang datar terhampar saja, sesayup-sayup mata memandang, hanya terdapat dataran yang luas saja, tidak bervariasi, tidak ada tanaman dan binatang yang beraneka ragam.
Selanjutnya Allah SWT menerangkan bahwa Dia menciptakan bumi ini sebagai tempat yang penuh keberkatan bagi manusia, penuh dengan kebagusan dan keindahan, dilengkapi dengan segala macam yang diperlukan manusia untuk kelangsungan hidupnya dan keperluan makhluk-makhluk lain. Sejak dari udara yang dihisap setiap saat, makanan-makanan yang diperlukan, tempat-tempat yang sejuk dan nyaman, lautan yang luas dapat dilayari, barang tambang yang terpendam di dalam tanah dan banyak lagi nikmat yang lain yang disediakan Nya yang tidak terhitung macam dan jumlahnya.
Dia pula yang telah menentukan ukuran dan kadar segala sesuatu. Mengadakan makanan pengenyang yang sesuai dengan keadaan binatang atau manusia yang memerlukannya. Untuk manusia disediakan Nya padi, gandum dan sebagainya. Untuk binatang ternak disediakan Nya rumput dan sebagainya. Betapa banyak jumlah manusia, berapa banyak ikan di laut, burung yang beterbangan. binatang-binatang yang hidup di dalam rimba semuanya disediakan Allah rezeki dan keperluan hidupnya, sesuai dengan keadaan masing-masing.
Allah SWT menerangkan bahwa menciptakan bumi dan gunung-gunung yang ada padanya itu ialah dalam dua masa dan menciptakan keperluan-keperluan, makanan dan sebagainya itu dua masa pula. Semuanya dilakukan dalam empat masa. Dalam waktu empat masa itu terciptalah semuanya dan dasar-dasar dari segala sesuatu yang ada di alam ini, sesuai dengan masa dan keadaan dalam perkembangan selanjutnya.
قُلْ أَئِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَادًا ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ (9)
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar mengatakan kepada orang-orang musyrik Mekah: "Kenapa kamu sekalian mengingkari Allah yang telah menciptakan bumi dalam dua hari. Kenapa kamu menyembah tuhan-tuhan yang lain di samping menyembah Allah?. Pada hal Allah Maha Suci dari segala sesuatu.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan menjadikan bumi dalam ayat ini ialah menciptakan wujudnya dan yang dimaksud dengan "hari" dalam ayat ini ialah waktu, karena hari dan malam belum ada di waktu langit dan bumi diadakan.
Pertanyaan yang disampaikan kepada orang-orang musyrik dalam ayat ini, bukanlah maksudnya untuk bertanya, tetapi untuk mencela perbuatan mereka menyembah berhala. Seakan-akan dikatakan kepada mereka: "Bukankah mereka telah mengetahui dengan pasti bahwa berhala-berhala yang meteka sembah itu terbuat dari batu yang tidak dapat berbuat sesuatupun, bahkan berhala itu mereka sendiri yang membuatnya, mengapa mereka sembah yang demikian itu. Jika mereka mau menghambakan diri, maka hambakanlah kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan yang menentukan segala sesuatu.
Tuhan yang berhak mereka sembah ialah Tuhan yang menciptakan. menguasai, mengatur, memelihara kelangsungan adanya dan yang menentukan akhir kesudahan semesta alam ini, bukan berhala yang mereka sembah itu.
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuninya) dalam empat masa.(Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.(QS. 41:10)
Surah Fush shilat 10
وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ (10)
Pada ayat ini diterangkan kebagusan penciptaan dan hukum-hukum yang berlaku pada bumi yang diciptakan Nya itu. Dia telah menjadikan gunung-gunung di permukaan bumi, ada yang tinggi ada yang sedang ada yang merupakan dataran tinggi saja, ada yang berapi dan ada pula gunung itu merupakan pasak atau paku bumi. Dengan adanya gunung, permukaan bumi menjadi indah, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Tumbuh-tumbuhan pegunungan pun berbeda dengan tumbuh-tumbuhan yang ada di dataran rendah demikian pula binatang-binatangnya. Dengan adanya gunung-gunung, maka ada pula sungai-sungai yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah, dan akhirnya bermuara ke laut, seakan-akan gunung itu merupakan tempat penyimpanan air, yang terus menerus mengalir memenuhi keperluan manusia.
Jika di permukaan bumi ini tidak ada gunung-gunung yang menghijau, bukit-bukit yang berbaris, lembah dan jurang yang dialiri sungai-sungai, padang rumput dan padang pasir, tentulah keadaan bumi ini lain dari keadaan yang sekarang ini. Betapa hambarnya hidup di dunia seandainya bumi ini merupakan dataran yang datar terhampar saja, sesayup-sayup mata memandang, hanya terdapat dataran yang luas saja, tidak bervariasi, tidak ada tanaman dan binatang yang beraneka ragam.
Selanjutnya Allah SWT menerangkan bahwa Dia menciptakan bumi ini sebagai tempat yang penuh keberkatan bagi manusia, penuh dengan kebagusan dan keindahan, dilengkapi dengan segala macam yang diperlukan manusia untuk kelangsungan hidupnya dan keperluan makhluk-makhluk lain. Sejak dari udara yang dihisap setiap saat, makanan-makanan yang diperlukan, tempat-tempat yang sejuk dan nyaman, lautan yang luas dapat dilayari, barang tambang yang terpendam di dalam tanah dan banyak lagi nikmat yang lain yang disediakan Nya yang tidak terhitung macam dan jumlahnya.
Dia pula yang telah menentukan ukuran dan kadar segala sesuatu. Mengadakan makanan pengenyang yang sesuai dengan keadaan binatang atau manusia yang memerlukannya. Untuk manusia disediakan Nya padi, gandum dan sebagainya. Untuk binatang ternak disediakan Nya rumput dan sebagainya. Betapa banyak jumlah manusia, berapa banyak ikan di laut, burung yang beterbangan. binatang-binatang yang hidup di dalam rimba semuanya disediakan Allah rezeki dan keperluan hidupnya, sesuai dengan keadaan masing-masing.
Allah SWT menerangkan bahwa menciptakan bumi dan gunung-gunung yang ada padanya itu ialah dalam dua masa dan menciptakan keperluan-keperluan, makanan dan sebagainya itu dua masa pula. Semuanya dilakukan dalam empat masa. Dalam waktu empat masa itu terciptalah semuanya dan dasar-dasar dari segala sesuatu yang ada di alam ini, sesuai dengan masa dan keadaan dalam perkembangan selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar