[TAFSIR-QS:42] : as-Syura
Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosapun atas mereka.(QS. 42:41)
Surah Asy Syuura 41 - 42
وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ (41) إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (42)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa orang yang berbuat sesuatu karena membela dirinya dari satu penganiayaan atau suatu perbuatan kejahatan yang ditimpakan kepadanya, tidak ada jalan untuk menuntutnya karena dia melakukannya berdasarkan hak. Tetapi orang-orang yang berbuat zalim dan mendahulukan berbuat kejahatan melampaui batas dalam memberikan pembalasan mereka itulah yang dapat dituntut dan akan mendapat azab dan siksa yang pedih di akhirat kelak.
وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ (41) إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (42)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa orang yang berbuat sesuatu karena membela dirinya dari satu penganiayaan atau suatu perbuatan kejahatan yang ditimpakan kepadanya, tidak ada jalan untuk menuntutnya karena dia melakukannya berdasarkan hak. Tetapi orang-orang yang berbuat zalim dan mendahulukan berbuat kejahatan melampaui batas dalam memberikan pembalasan mereka itulah yang dapat dituntut dan akan mendapat azab dan siksa yang pedih di akhirat kelak.
Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.(QS. 42:42)
Surah Asy Syuura 41 - 42
وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُولَئِكَ مَا عَلَيْهِمْ مِنْ سَبِيلٍ (41) إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (42)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa orang yang berbuat sesuatu karena membela dirinya dari satu penganiayaan atau suatu perbuatan kejahatan yang ditimpakan kepadanya, tidak ada jalan untuk menuntutnya karena dia melakukannya berdasarkan hak. Tetapi orang-orang yang berbuat zalim dan mendahulukan berbuat kejahatan melampaui batas dalam memberikan pembalasan mereka itulah yang dapat dituntut dan akan mendapat azab dan siksa yang pedih di akhirat kelak.
Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.(QS. 42:43)
Asy Syuura 43
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (43)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa yang sabar dan memaafkan perbuatan jahat yang dilakukan orang atas dirinya, sedangkan ia sanggup membalasnya, mereka itu telah melakukan sesuatu yang utama dan mereka itu berhak menerima pahala yang banyak. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw berkata kepada Abu Bakar mengenai tiga hal, yakni:
1. Seorang hamba dianiaya, lalu dia memaafkan penganiayaan itu, maka ia akan dimuliakan Allah dan ditolong Nya.
2. Seorang laki-laki yang memberikan suatu pemberian dengan maksud mengeratkan hubungan silaturrahmi akan diberi Allah tambahan rezeki yang banyak.
3. Orang-orang yang minta-minta dengan maksud memperkaya diri akan dikurangi Allah rezekinya.
Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada baginya seorang pemimpinpun sesudah itu. Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata: `Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)`(QS. 42:44)
Asy Syuura 44
وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ وَلِيٍّ مِنْ بَعْدِهِ وَتَرَى الظَّالِمِينَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ يَقُولُونَ هَلْ إِلَى مَرَدٍّ مِنْ سَبِيلٍ (44)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa apa yang dikehendaki Nya pasti menjadi kenyataan dan tak seorangpun yang dapat menghalangi Nya; sebaliknya apa yang tidak dikehendaki Nya, tidak akan terjadi, oleh karena barangsiapa yang telah ditunjuki oleh Allah SWT tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barangsiapa yang telah dibiarkan sesat oleh Allah SWT karena selalu berbuat kejahatan tidak akan ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk ke jalan yang benar, yang akan membuat dia mencapai kebahagiaan dan keberuntungan.
Firman Allah SWT:
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا
Artinya:
Dan barangsiapa yang disesatkan Nya, maka kami tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (Q.S. al Kahfi: 17)
Orang-orang yang kafir di akhirat nanti ketika melihat dan menyaksikan azab di depan matanya, berangan-angan mereka akan kembali lagi ke dunia untuk berbuat baik dan beriman. Mereka berkata: "Apakah masih ada jalan bagi kami untuk kembali ke dunia?". Andaikata mereka itu dapat kembali lagi ke dunia, mereka tidak juga akan beriman dan berbuat baik, mereka akan tetap saja melanggar larangan-larangan Allah. Hal ini digambarkan pula oleh Allah SWT dalam ayat yang lain dengan firman Nya:
وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (27) بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (28)
Artinya:
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak lagi mendustakan ayat-ayat Tuhan kami serta menjadi orang-orang yang beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka, kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikan. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Q.S. Al An'am: 27-28)
Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena (merasa) terhina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu. Dan orang-orang yang beriman berkata: `Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan (kehilangan) keluarga mereka pada hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu berada dalam azab yang kekal.(QS. 42:45)
Asy Syuura 45
وَتَرَاهُمْ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا خَاشِعِينَ مِنَ الذُّلِّ يَنْظُرُونَ مِنْ طَرْفٍ خَفِيٍّ وَقَالَ الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا إِنَّ الظَّالِمِينَ فِي عَذَابٍ مُقِيمٍ (45)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa ketika orang-orang kafir itu dihadapkan di akhirat ke neraka, mereka dalam keadaan sangat takut dan merasa hina sekali karena mereka itu tahu dengan yakin akan pelanggaran pelanggaran dan dosa yang telah dilakukannya, dan mengetahui kebesaran serta kekuasaan Tuhan yang telah didurhakainya itu. Mereka tidak dapat menatap api neraka yang menyala-nyala itu, mereka melihatnya dengan lirikan mata yang penuh kelesuan, sama halnya dengan orang yang digiring untuk dibunuh ketika ia melihat pedang yang mengkilat yang akan menghabiskan nyawanya. Dia tidak akan menatap pedang itu, tetapi dia melihatnya dengan lirikan mata dan dalam keadaan lesu dan dengan penglihatan yang dicuri-curi. Di kala itu orang orang mukmin berkata: "Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang telah menganiaya dirinya sendiri sehingga mereka dimasukkan dalam neraka dan tidak memperoleh sedikit pun nikmat dan kesenangan yang abadi di dalam surga; mereka dipisahkan dengan orang yang disayanginya, dan familinya. Ini adalah suatu kerugian yang tak ada taranya. Pada akhir ayat ini dijelaskan bahwa orang-orang kafir akan berada dalam siksaan yang berkepanjangan yang tak ada habis-habisnya. Tidak ada jalan bagi mereka untuk lepas dan menghindar dari siksaan itu.
Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung-pelindung yang dapat menolong mereka selain Allah. Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidaklah ada baginya sesuatu jalanpun (untuk mendapat petunjuk).(QS. 42:46)
Asy Syuura 46
وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنْ أَوْلِيَاءَ يَنْصُرُونَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ سَبِيلٍ (46)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa orang-orang itu tidak akan mendapat pertolongan dari siapa pun untuk menyelamatkan mereka dari siksa yang menimpa mereka. Berhala-berhala yang pernah disembah mereka di dunia tidak dapat sama sekali memberi pertolongan, bahkan mustahil akan dapat membela mereka dan melepaskan mereka dari azab yang sedang menimpa mereka. Ayat 46 ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa orang yang dibiarkan Allah sesat itu telah menjadi watak dan tabiat mereka akan selalu berbuat kejahatan, kerusakan dan pelanggaran-pelanggaran terhadap larangan agama; mereka tidak akan dapat lagi diperbaiki, tidak akan dapat lagi melakukan hal-hal yang hak dan benar di dunia ini , dan tidak akan dapat memasuki surga Jannatun Na'im di akhirat nanti.
Patuhilah seruan Rabbmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).(QS. 42:47)
Asy Syuura 47
اسْتَجِيبُوا لِرَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللَّهِ مَا لَكُمْ مِنْ مَلْجَإٍ يَوْمَئِذٍ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَكِيرٍ (47)
Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah memerintahkan agar manusia itu patuh dan taat serta menerima seruan Rasul-Nya, agama Allah yang disampaikan sebelum datang suatu hari yang tidak seorang pun dapat menahan, menolak dan menghalangi kedatangannya yaitu Hari Kiamat. Pada hari itu mereka tidak mempunyai suatu tempat pun untuk berlindung yang akan menyelamatkan mereka dari kesusahan, dan mereka itu tidak dapat mengingkari kejahatan-kejahatan yang telah diperbuatnya di dunia karena semuanya itu sudah tertera dengan jelas di dalam buku catatan amalan masing-masing dan lidah serta anggota tubuh mereka pun menjadi saksi. Bagaimana pun juga mereka tidak akan dapat melarikan diri dan menghindar dari kedahsyatan hari itu. Dalam hubungan ini Allah SWT berfirman:
يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (24)
Artinya:
Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (Q.S. An Nur: 24)
Dan firman Nya:
يَقُولُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ (10) كَلَّا لَا وَزَرَ (11) إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ (12)
Artinya:
Pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat lari?" Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu engkau kembali. (Q.S. Al Qiyamah: 10-12)
Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat).(QS. 42:48)
Asy Syuura 48
فَإِنْ أَعْرَضُوا فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا إِنْ عَلَيْكَ إِلَّا الْبَلَاغُ وَإِنَّا إِذَا أَذَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً فَرِحَ بِهَا وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَإِنَّ الْإِنْسَانَ كَفُورٌ (48)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa apabila Nabi Muhammad telah menunaikan tugas menyampaikan risalah menyeru orang-orang musyrik kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus, tetapi mereka itu tidak menyambut baik dan tidak mau menerimanya bahkan mereka itu tetap menolak dan berpaling dari kebenaran, maka hendaklah dia membiarkan saja mereka itu dan tidak perlu gusar dan cemas, karena dia tidak diberi tugas mengawasi dan meneliti amal perbuatan orang-orang musyrik itu, tetapi dia hanya diberi tugas menyampaikan apa yang diturunkan dan diperintahkan Allah kepadanya. Apabila Nabi Muhammad saw telah melaksanakan kewajibannya maka beliau sudah dianggap menunaikan misinya, sebagaimana firman Allah SWT:
لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُسَيْطِرٍ
Artinya:
Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Q.S. Al Gasyiah: 210)
Dan firman-Nya:
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Artinya:
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) kepada siapa yang dikehendaki Nya. (Q.S. Al Baqarah: 272)
Dan firman Nya pula:
فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ
Artinya:
Karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Q.S. Ar Ra'd: 40)
Selanjutnya Allah SWT menerangkan tabiat dan watak manusia yaitu manusia itu diberi kekayaan, dikaruniai kesenangan hidup, kesejahteraan jasmani, perasaan aman sentosa, mereka senang dan gembira atas karunia tersebut, bahkan sering menimbulkan perasaan angkuh dan takabur. Tetapi sebaliknya apabila mereka ditimpa kemiskinan, penyakit, musibah yang bermacam-macam berupa banjir, kebakaran dan akibat dosa dan maksiat yang dikerjakannya, mereka mengingkari semua karunia yang telah diberikan Allah kepadanya, lupa akan karunia itu, malah mereka lupa mengerjakan kebaikan. Demikianlah sifat orang kafir dan tidak beriman kepada Allah SWT. Berbeda dengan orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, mereka bersyukur, beriman dan beribadah semakin mantap. Apabila mereka tidak atau belum memperoleh karunia, mereka bersabar karena mereka percaya kepada ketentuan Allah; segala sesuatupun dikembalikan kepada Allah SWT, mereka menyesuaikan diri dengan firman Allah:
وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأُمُورُ
Artinya:
Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (Q.S. Al Baqarah: 210)
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki,(QS. 42:49)
Asy Syuura 49 - 50
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ (49) أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (50)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi, memiliki, berkuasa dan berbuat sekehendak Nya terhadap apa yang ada di langit dan di bumi. Apa saja yang Dia kehendaki pasti terwujud dan menjadi kenyataan, dan apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan ada dan tidak akan terwujud. Dia memberikan nikmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Tidak seorang pun dapat menghalangi apa yang dikehendaki-Nya sebagaimana tidak seorang pun dapat memberikan nikmat kepada siapa yang tidak dikehendaki Nya. Dia lah yang menciptakan segala sesuatu menurut kehendak-Nya. Dia lah yang memberikan keturunan anak perempuan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, memberikan keturunan anak laki-laki kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan memberikan keturunan anak laki-laki dan perempuan, dan ada pula yang dijadikannya mandul, tidak berketurunan, semua ada gunanya dan faedahnya.
Semuanya itu menunjukkan ke Mahakuasaan Allah SWT yang tidak seorang pun dapat menentang Nya. Dia berbuat sekehendak Nya sesuai dengan kodrat Nya dan tidak seorang pun yang sanggup merintangi Nya atau turut membantu mengatur keinginan Nya. Ayat ini ditutup dengan satu ketegasan, bahwa Allah Maha Mengetahui siapa-siapa yang layak dan berhak dianugerahi tiap-tiap macam karunia tersebut di atas; Dia Maha Kuasa menciptakan apa yang dikehendaki dan berbuat sekehendak-Nya menurut kebijaksanaan dan ilmu-Nya.
atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia dikehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.(QS. 42:50)
Asy Syuura 49 - 50
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ (49) أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (50)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi, memiliki, berkuasa dan berbuat sekehendak Nya terhadap apa yang ada di langit dan di bumi. Apa saja yang Dia kehendaki pasti terwujud dan menjadi kenyataan, dan apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan ada dan tidak akan terwujud. Dia memberikan nikmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Tidak seorang pun dapat menghalangi apa yang dikehendaki-Nya sebagaimana tidak seorang pun dapat memberikan nikmat kepada siapa yang tidak dikehendaki Nya. Dia lah yang menciptakan segala sesuatu menurut kehendak-Nya. Dia lah yang memberikan keturunan anak perempuan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, memberikan keturunan anak laki-laki kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan memberikan keturunan anak laki-laki dan perempuan, dan ada pula yang dijadikannya mandul, tidak berketurunan, semua ada gunanya dan faedahnya.
Semuanya itu menunjukkan ke Mahakuasaan Allah SWT yang tidak seorang pun dapat menentang Nya. Dia berbuat sekehendak Nya sesuai dengan kodrat Nya dan tidak seorang pun yang sanggup merintangi Nya atau turut membantu mengatur keinginan Nya. Ayat ini ditutup dengan satu ketegasan, bahwa Allah Maha Mengetahui siapa-siapa yang layak dan berhak dianugerahi tiap-tiap macam karunia tersebut di atas; Dia Maha Kuasa menciptakan apa yang dikehendaki dan berbuat sekehendak-Nya menurut kebijaksanaan dan ilmu-Nya.
Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.(QS. 42:51)
Asy Syuura 51
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ (51)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Allah tidak akan berkata-kata dengan hamba-Nya kecuali dengan salah satu dari tiga cara seperti tersebut berikut ini :
1. Dengan wahyu, yakni Allah SWT menanamkan ke dalam hati sanubari seorang Nabi suatu pengertian yang tidak diragukannya bahwa yang diterimanya adalah dari Allah SWT. Seperti halnya yang terjadi dengan Nabi Muhammad saw Sabda beliau:
إِنَّ رُوحَ الْقُدُسِ نَفَثَ فِي قَلْبِي إِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا وَأَجَلُهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّيِّبِ
Artinya:
Sesungguhnya Ruhul Qudus telah menghembuskan ke dalam lubuk hatiku bahwasanya seseorang tidak akan meninggal dunia hingga dia menerima dan menjalin dengan sempurna rezeki dan ajalnya, maka bertakwalah kepada Allah SWT dan berusahalah dengan cara yang sebaik-baiknya. (H.R. Ibnu Hibban)
2. Di belakang tabir yakni dengan cara mendengar dan tidak melihat siapa yang berkata, tetapi perkataannya itu didengar, seperti halnya Allah berbicara dengan Nabi Musa, Firman Allah SWT:
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي
Artinya:
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkata Musa: "Ya Tuhanku! Nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tak dapat melihat-Ku". (Q.S. Al A'raf: 143)
3. Mengutus seorang utusan, yakni Allah SWT mengutus seorang utusan berupa malaikat Jibril, maka utusan itu menyampaikan wahyu kepada siapa yang dikehendaki Nya, sebagai mana halnya Jibril turun kepada Nabi Muhammad saw dan kepada Nabi-nabi yang lain.
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Siti 'Aisyah ra. bahwa, Al Harits bin Hisyam bertanya kepada Nabi saw, ujarnya: "Bagaimana cara wahyu datang kepada engkau? jawab Rasulullah sa: "Kadang-kadang wahyu datang kepadaku sebagai bunyi gemerincing lonceng. Itulah yang sangat berat bagiku. Setelah ia berhenti, aku telah mengerti apa yang telah dikatakan Nya; kadang-kadang malaikat merupakan dirinya kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu dia berbicara kepadaku, maka aku mengerti apa yang dibicarakannya". Berkata Aisyah ra, sesungguhnya saya lihat Nabi ketika turun Kepadanya wahyu di hari yang sangat dingin, kemudian setelah wahyu itu terhenti terlihat dahinya bercucuran keringat.
Ayat ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah itu Maha Tinggi lagi Maha Suci dari sifat-sifat makhluk ciptaan Nya. Dia disebut menurut kebijaksanaan Nya, berbicara dengan hamba-hamba Nya, adakalanya tanpa, perantara baik berupa ilham atau berupa percakapan dari belakang tabir.
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.(QS. 42:52)
Asy Syuura 52
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (52)
Allah SWT menerangkan bahwa sebagaimana Dia menurunkan wahyu kepada Rasul-rasul terdahulu Dia menurunkan juga wahyu kepada Nabi Muhammad berupa Alquran sebagai rahmat Nya. Selanjutnya Allah SWT menjelaskan bahwa Muhammad saw sebelum mencapai umur empat puluh tahun dan berada di tengah-tengah kaumnya, belum tahu apa Alquran itu dan apa iman itu, dan begitu juga dia belum tahu apa syariat itu secara terperinci dan pengertian tentang hal-hal yang mengenai wahyu yang diturunkannya, tetapi Allah menjadikan Alquran itu cahaya terang benderang yang dengannya Allah SWT memberi petunjuk kepada hamba-hamba yang dikehendaki Nya dan membimbingnya kepada agama yang benar, yaitu agama Islam.
Sebagaimana firman Allah SWT:
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى
Artinya:
Katakanlah: "Alquran itu adalah petunjuk dan penawar hati bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbat sedangkan Alquran itu adalah suatu kegelapan bagi mereka". (Q.S. Fussilat: 44)
dan firman Nya:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
Artinya:
Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus". (Q.S. Al Isra: 9)
Dengan cahaya Alquran itulah, Allah SWT memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus, agama yang benar.
(Yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan.(QS. 42:53)
Asy Syuura 53
صِرَاطِ اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ أَلَا إِلَى اللَّهِ تَصِيرُ الْأُمُورُ (53)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa jalan yang lurus itu ialah jalan yang telah disyariatkan Allah SWT pemilik langit dan bumi serta berkuasa kepada keduanya, berbuat sekehendak Nya, dan sebagai hakim yang tidak dapat digugat keputusan Nya.
Ayat ini diakhiri dengan satu peringatan bahwa semua urusan makhluk pada Hari Kiamat nanti dikembalikan kepada Allah tidak kepada yang lain. Maka ditempatkanlah setiap mereka itu pada tempat yang layak baginya, di surga atau di neraka.
Firman Allah SWT:
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ (109)
Artinya:
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.
(Q.S. Ali Imran: 109)
وَمَا كَانَ لَهُمْ مِنْ أَوْلِيَاءَ يَنْصُرُونَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ سَبِيلٍ (46)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa orang-orang itu tidak akan mendapat pertolongan dari siapa pun untuk menyelamatkan mereka dari siksa yang menimpa mereka. Berhala-berhala yang pernah disembah mereka di dunia tidak dapat sama sekali memberi pertolongan, bahkan mustahil akan dapat membela mereka dan melepaskan mereka dari azab yang sedang menimpa mereka. Ayat 46 ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa orang yang dibiarkan Allah sesat itu telah menjadi watak dan tabiat mereka akan selalu berbuat kejahatan, kerusakan dan pelanggaran-pelanggaran terhadap larangan agama; mereka tidak akan dapat lagi diperbaiki, tidak akan dapat lagi melakukan hal-hal yang hak dan benar di dunia ini , dan tidak akan dapat memasuki surga Jannatun Na'im di akhirat nanti.
Patuhilah seruan Rabbmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).(QS. 42:47)
Asy Syuura 47
اسْتَجِيبُوا لِرَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللَّهِ مَا لَكُمْ مِنْ مَلْجَإٍ يَوْمَئِذٍ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَكِيرٍ (47)
Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah memerintahkan agar manusia itu patuh dan taat serta menerima seruan Rasul-Nya, agama Allah yang disampaikan sebelum datang suatu hari yang tidak seorang pun dapat menahan, menolak dan menghalangi kedatangannya yaitu Hari Kiamat. Pada hari itu mereka tidak mempunyai suatu tempat pun untuk berlindung yang akan menyelamatkan mereka dari kesusahan, dan mereka itu tidak dapat mengingkari kejahatan-kejahatan yang telah diperbuatnya di dunia karena semuanya itu sudah tertera dengan jelas di dalam buku catatan amalan masing-masing dan lidah serta anggota tubuh mereka pun menjadi saksi. Bagaimana pun juga mereka tidak akan dapat melarikan diri dan menghindar dari kedahsyatan hari itu. Dalam hubungan ini Allah SWT berfirman:
يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (24)
Artinya:
Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (Q.S. An Nur: 24)
Dan firman Nya:
يَقُولُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ (10) كَلَّا لَا وَزَرَ (11) إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ (12)
Artinya:
Pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat lari?" Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu engkau kembali. (Q.S. Al Qiyamah: 10-12)
Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat).(QS. 42:48)
Asy Syuura 48
فَإِنْ أَعْرَضُوا فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا إِنْ عَلَيْكَ إِلَّا الْبَلَاغُ وَإِنَّا إِذَا أَذَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً فَرِحَ بِهَا وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَإِنَّ الْإِنْسَانَ كَفُورٌ (48)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa apabila Nabi Muhammad telah menunaikan tugas menyampaikan risalah menyeru orang-orang musyrik kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus, tetapi mereka itu tidak menyambut baik dan tidak mau menerimanya bahkan mereka itu tetap menolak dan berpaling dari kebenaran, maka hendaklah dia membiarkan saja mereka itu dan tidak perlu gusar dan cemas, karena dia tidak diberi tugas mengawasi dan meneliti amal perbuatan orang-orang musyrik itu, tetapi dia hanya diberi tugas menyampaikan apa yang diturunkan dan diperintahkan Allah kepadanya. Apabila Nabi Muhammad saw telah melaksanakan kewajibannya maka beliau sudah dianggap menunaikan misinya, sebagaimana firman Allah SWT:
لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُسَيْطِرٍ
Artinya:
Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Q.S. Al Gasyiah: 210)
Dan firman-Nya:
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Artinya:
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) kepada siapa yang dikehendaki Nya. (Q.S. Al Baqarah: 272)
Dan firman Nya pula:
فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ
Artinya:
Karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Q.S. Ar Ra'd: 40)
Selanjutnya Allah SWT menerangkan tabiat dan watak manusia yaitu manusia itu diberi kekayaan, dikaruniai kesenangan hidup, kesejahteraan jasmani, perasaan aman sentosa, mereka senang dan gembira atas karunia tersebut, bahkan sering menimbulkan perasaan angkuh dan takabur. Tetapi sebaliknya apabila mereka ditimpa kemiskinan, penyakit, musibah yang bermacam-macam berupa banjir, kebakaran dan akibat dosa dan maksiat yang dikerjakannya, mereka mengingkari semua karunia yang telah diberikan Allah kepadanya, lupa akan karunia itu, malah mereka lupa mengerjakan kebaikan. Demikianlah sifat orang kafir dan tidak beriman kepada Allah SWT. Berbeda dengan orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, mereka bersyukur, beriman dan beribadah semakin mantap. Apabila mereka tidak atau belum memperoleh karunia, mereka bersabar karena mereka percaya kepada ketentuan Allah; segala sesuatupun dikembalikan kepada Allah SWT, mereka menyesuaikan diri dengan firman Allah:
وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأُمُورُ
Artinya:
Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (Q.S. Al Baqarah: 210)
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki,(QS. 42:49)
Asy Syuura 49 - 50
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ (49) أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (50)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi, memiliki, berkuasa dan berbuat sekehendak Nya terhadap apa yang ada di langit dan di bumi. Apa saja yang Dia kehendaki pasti terwujud dan menjadi kenyataan, dan apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan ada dan tidak akan terwujud. Dia memberikan nikmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Tidak seorang pun dapat menghalangi apa yang dikehendaki-Nya sebagaimana tidak seorang pun dapat memberikan nikmat kepada siapa yang tidak dikehendaki Nya. Dia lah yang menciptakan segala sesuatu menurut kehendak-Nya. Dia lah yang memberikan keturunan anak perempuan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, memberikan keturunan anak laki-laki kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan memberikan keturunan anak laki-laki dan perempuan, dan ada pula yang dijadikannya mandul, tidak berketurunan, semua ada gunanya dan faedahnya.
Semuanya itu menunjukkan ke Mahakuasaan Allah SWT yang tidak seorang pun dapat menentang Nya. Dia berbuat sekehendak Nya sesuai dengan kodrat Nya dan tidak seorang pun yang sanggup merintangi Nya atau turut membantu mengatur keinginan Nya. Ayat ini ditutup dengan satu ketegasan, bahwa Allah Maha Mengetahui siapa-siapa yang layak dan berhak dianugerahi tiap-tiap macam karunia tersebut di atas; Dia Maha Kuasa menciptakan apa yang dikehendaki dan berbuat sekehendak-Nya menurut kebijaksanaan dan ilmu-Nya.
atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia dikehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.(QS. 42:50)
Asy Syuura 49 - 50
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ (49) أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (50)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi, memiliki, berkuasa dan berbuat sekehendak Nya terhadap apa yang ada di langit dan di bumi. Apa saja yang Dia kehendaki pasti terwujud dan menjadi kenyataan, dan apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan ada dan tidak akan terwujud. Dia memberikan nikmat kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Tidak seorang pun dapat menghalangi apa yang dikehendaki-Nya sebagaimana tidak seorang pun dapat memberikan nikmat kepada siapa yang tidak dikehendaki Nya. Dia lah yang menciptakan segala sesuatu menurut kehendak-Nya. Dia lah yang memberikan keturunan anak perempuan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, memberikan keturunan anak laki-laki kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan memberikan keturunan anak laki-laki dan perempuan, dan ada pula yang dijadikannya mandul, tidak berketurunan, semua ada gunanya dan faedahnya.
Semuanya itu menunjukkan ke Mahakuasaan Allah SWT yang tidak seorang pun dapat menentang Nya. Dia berbuat sekehendak Nya sesuai dengan kodrat Nya dan tidak seorang pun yang sanggup merintangi Nya atau turut membantu mengatur keinginan Nya. Ayat ini ditutup dengan satu ketegasan, bahwa Allah Maha Mengetahui siapa-siapa yang layak dan berhak dianugerahi tiap-tiap macam karunia tersebut di atas; Dia Maha Kuasa menciptakan apa yang dikehendaki dan berbuat sekehendak-Nya menurut kebijaksanaan dan ilmu-Nya.
Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.(QS. 42:51)
Asy Syuura 51
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ (51)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Allah tidak akan berkata-kata dengan hamba-Nya kecuali dengan salah satu dari tiga cara seperti tersebut berikut ini :
1. Dengan wahyu, yakni Allah SWT menanamkan ke dalam hati sanubari seorang Nabi suatu pengertian yang tidak diragukannya bahwa yang diterimanya adalah dari Allah SWT. Seperti halnya yang terjadi dengan Nabi Muhammad saw Sabda beliau:
إِنَّ رُوحَ الْقُدُسِ نَفَثَ فِي قَلْبِي إِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا وَأَجَلُهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّيِّبِ
Artinya:
Sesungguhnya Ruhul Qudus telah menghembuskan ke dalam lubuk hatiku bahwasanya seseorang tidak akan meninggal dunia hingga dia menerima dan menjalin dengan sempurna rezeki dan ajalnya, maka bertakwalah kepada Allah SWT dan berusahalah dengan cara yang sebaik-baiknya. (H.R. Ibnu Hibban)
2. Di belakang tabir yakni dengan cara mendengar dan tidak melihat siapa yang berkata, tetapi perkataannya itu didengar, seperti halnya Allah berbicara dengan Nabi Musa, Firman Allah SWT:
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي
Artinya:
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkata Musa: "Ya Tuhanku! Nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tak dapat melihat-Ku". (Q.S. Al A'raf: 143)
3. Mengutus seorang utusan, yakni Allah SWT mengutus seorang utusan berupa malaikat Jibril, maka utusan itu menyampaikan wahyu kepada siapa yang dikehendaki Nya, sebagai mana halnya Jibril turun kepada Nabi Muhammad saw dan kepada Nabi-nabi yang lain.
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Siti 'Aisyah ra. bahwa, Al Harits bin Hisyam bertanya kepada Nabi saw, ujarnya: "Bagaimana cara wahyu datang kepada engkau? jawab Rasulullah sa: "Kadang-kadang wahyu datang kepadaku sebagai bunyi gemerincing lonceng. Itulah yang sangat berat bagiku. Setelah ia berhenti, aku telah mengerti apa yang telah dikatakan Nya; kadang-kadang malaikat merupakan dirinya kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu dia berbicara kepadaku, maka aku mengerti apa yang dibicarakannya". Berkata Aisyah ra, sesungguhnya saya lihat Nabi ketika turun Kepadanya wahyu di hari yang sangat dingin, kemudian setelah wahyu itu terhenti terlihat dahinya bercucuran keringat.
Ayat ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah itu Maha Tinggi lagi Maha Suci dari sifat-sifat makhluk ciptaan Nya. Dia disebut menurut kebijaksanaan Nya, berbicara dengan hamba-hamba Nya, adakalanya tanpa, perantara baik berupa ilham atau berupa percakapan dari belakang tabir.
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.(QS. 42:52)
Asy Syuura 52
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (52)
Allah SWT menerangkan bahwa sebagaimana Dia menurunkan wahyu kepada Rasul-rasul terdahulu Dia menurunkan juga wahyu kepada Nabi Muhammad berupa Alquran sebagai rahmat Nya. Selanjutnya Allah SWT menjelaskan bahwa Muhammad saw sebelum mencapai umur empat puluh tahun dan berada di tengah-tengah kaumnya, belum tahu apa Alquran itu dan apa iman itu, dan begitu juga dia belum tahu apa syariat itu secara terperinci dan pengertian tentang hal-hal yang mengenai wahyu yang diturunkannya, tetapi Allah menjadikan Alquran itu cahaya terang benderang yang dengannya Allah SWT memberi petunjuk kepada hamba-hamba yang dikehendaki Nya dan membimbingnya kepada agama yang benar, yaitu agama Islam.
Sebagaimana firman Allah SWT:
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى
Artinya:
Katakanlah: "Alquran itu adalah petunjuk dan penawar hati bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbat sedangkan Alquran itu adalah suatu kegelapan bagi mereka". (Q.S. Fussilat: 44)
dan firman Nya:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
Artinya:
Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus". (Q.S. Al Isra: 9)
Dengan cahaya Alquran itulah, Allah SWT memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus, agama yang benar.
(Yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan.(QS. 42:53)
Asy Syuura 53
صِرَاطِ اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ أَلَا إِلَى اللَّهِ تَصِيرُ الْأُمُورُ (53)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa jalan yang lurus itu ialah jalan yang telah disyariatkan Allah SWT pemilik langit dan bumi serta berkuasa kepada keduanya, berbuat sekehendak Nya, dan sebagai hakim yang tidak dapat digugat keputusan Nya.
Ayat ini diakhiri dengan satu peringatan bahwa semua urusan makhluk pada Hari Kiamat nanti dikembalikan kepada Allah tidak kepada yang lain. Maka ditempatkanlah setiap mereka itu pada tempat yang layak baginya, di surga atau di neraka.
Firman Allah SWT:
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ (109)
Artinya:
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.
(Q.S. Ali Imran: 109)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar