[TAFSIR-QS:43] : az-ZUKHRUF
Az Zukhruf (Perhiasan) surah 43 ayat 41
فَاِمَّا نَذۡہَبَنَّ بِکَ فَاِنَّا مِنۡہُمۡ مُّنۡتَقِمُوۡنَ
Sungguh, jika Kami mewafatkan kamu (sebelum kamu mencapai kemenangan) maka sesungguhnya Kami akan menyiksa mereka (di akhirat).―QS. 43:41
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 41. Oleh Kementrian Agama RI
Di dalam dua ayat ini dijelaskan bahwa Nabi ﷺ tidak perlu terlalu merisaukan penentangan orang-orang musyrikin Mekah.
Mereka pasti akan dihukum oleh Allah pada saat yang dikehendaki-Nya.
Kemungkinan hukuman itu dalam dua cara.
Pertama, Allah akan menghukum mereka setelah Nabi ﷺ meninggal; dengan demikian hukuman itu tidak sempat beliau saksikan sendiri di dunia.
Kedua, hukuman terhadap orang-orang yang kafir itu dilaksanakan Allah sekarang juga yaitu pada saat Nabi ﷺ masih hidup.
Bukti hukuman seperti itu adalah, menurut sebagian ulama, terbunuhnya banyak pemimpin kaum kafir Mekah pada Perang Badar.
Demikianlah ancaman Allah terhadap kaum kafir itu.
Pernyataan itu kembali menguatkan hati Nabi ﷺ bahwa mereka yang menentang itu memang betul-betul membutakan mata hatinya karena itu perlu didakwahi lebih intensif lagi.
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 42
اَوۡ نُرِیَنَّکَ الَّذِیۡ وَعَدۡنٰہُمۡ فَاِنَّا عَلَیۡہِمۡ مُّقۡتَدِرُوۡنَ
Atau Kami memperlihatkan kepadamu (azab) yang telah Kami ancamkan kepada mereka.
Maka sesungguhnya Kami berkuasa atas mereka.
―QS. 43:42
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 42. Oleh Kementrian Agama RI
Di dalam dua ayat ini dijelaskan bahwa Nabi ﷺ tidak perlu terlalu merisaukan penentangan orang-orang musyrikin Mekah.
Mereka pasti akan dihukum oleh Allah pada saat yang dikehendaki-Nya.
Kemungkinan hukuman itu dalam dua cara.
Pertama, Allah akan menghukum mereka setelah Nabi ﷺ meninggal; dengan demikian hukuman itu tidak sempat beliau saksikan sendiri di dunia.
Kedua, hukuman terhadap orang-orang yang kafir itu dilaksanakan Allah sekarang juga yaitu pada saat Nabi ﷺ masih hidup.
Bukti hukuman seperti itu adalah, menurut sebagian ulama, terbunuhnya banyak pemimpin kaum kafir Mekah pada Perang Badar.
Demikianlah ancaman Allah terhadap kaum kafir itu.
Pernyataan itu kembali menguatkan hati Nabi ﷺ bahwa mereka yang menentang itu memang betul-betul membutakan mata hatinya karena itu perlu didakwahi lebih intensif lagi.
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 43
Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.
―QS. 43:43
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 44
―QS. 43:44
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 45
“Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?”
―QS. 43:45
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 45. Oleh Kementrian Agama RI
Ayat ini mengandung celaan terhadap kaum kafir Mekah yang masih belum mau beriman dan masih tetap menyembah berhala-berhala.
Celaan itu ditujukan kepada mereka karena Al-Qur’an turun dalam bahasa mereka, dimana merekalah seharusnya yang lebih memahaminya dan mengimaninya terlebih dahulu.
Untuk itulah Allah meminta Nabi Muhammad bertanya kepada rasul-rasul terdahulu, pernahkah Allah menjadikan sembahan selain-Nya.
Perintah agar Nabi ﷺ bertanya kepada nabi-nabi terdahulu itu, menurut pendapat sebagian ulama, terjadi pada waktu Nabi ﷺ melakukan Isra’ Mi’raj.
Ada pula yang berpendapat bahwa pertanyaan kepada rasul-rasul itu dilakukan dengan memeriksa isi kitab-kitab suci terdahulu, yaitu Taurat dan Injil.
Para nabi itu pasti akan menjawab bahwa mereka tidak pernah menyaksikan adanya Tuhan selain Allah.
Dengan demikian perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk bertanya kepada nabi-nabi terdahulu itu bukanlah bertanya karena tidak tahu, tetapi bertanya untuk menunjukkan bahwa kaum Quraisy yang menyembah berhala-berhala itu keliru karena hal itu tidak pernah diajarkan dalam agama-agama terdahulu.
Oleh sebab itu mereka seharusnya beriman.
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 46
Dan sesunguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya.
Maka Musa berkata:
“Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam”.
―QS. 43:46
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 47
Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka mentertawakannya.
―QS. 43:47
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 48
Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).
―QS. 43:48
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 49
“Hai ahli sihir, berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu, sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) benar-benar akan menjadi orang yang mendapat petunjuk.
―QS. 43:49
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 50
―QS. 43:50
Maka sesungguhnya Kami berkuasa atas mereka.
―QS. 43:42
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 42. Oleh Kementrian Agama RI
Di dalam dua ayat ini dijelaskan bahwa Nabi ﷺ tidak perlu terlalu merisaukan penentangan orang-orang musyrikin Mekah.
Mereka pasti akan dihukum oleh Allah pada saat yang dikehendaki-Nya.
Kemungkinan hukuman itu dalam dua cara.
Pertama, Allah akan menghukum mereka setelah Nabi ﷺ meninggal; dengan demikian hukuman itu tidak sempat beliau saksikan sendiri di dunia.
Kedua, hukuman terhadap orang-orang yang kafir itu dilaksanakan Allah sekarang juga yaitu pada saat Nabi ﷺ masih hidup.
Bukti hukuman seperti itu adalah, menurut sebagian ulama, terbunuhnya banyak pemimpin kaum kafir Mekah pada Perang Badar.
Demikianlah ancaman Allah terhadap kaum kafir itu.
Pernyataan itu kembali menguatkan hati Nabi ﷺ bahwa mereka yang menentang itu memang betul-betul membutakan mata hatinya karena itu perlu didakwahi lebih intensif lagi.
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 43
فَاسۡتَمۡسِکۡ بِالَّذِیۡۤ اُوۡحِیَ اِلَیۡکَ ۚ اِنَّکَ عَلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ
Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu.Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.
―QS. 43:43
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 43. Oleh Kementrian Agama RI
Pada ayat ini Nabi ﷺ diminta Allah untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an, yaitu lebih meningkatkan iman kepadanya dan lebih giat menyampaikan ajaran-ajaran Allah di dalamnya.
Hal itu karena ajaran-ajaran yang terdapat di dalam Kitab itu mutlak benar dan menjamin kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat.
Sedangkan bagi mereka yang tetap membangkang tentu Allah akan menentukan hukuman buat mereka.
Pada ayat ini Nabi ﷺ diminta Allah untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an, yaitu lebih meningkatkan iman kepadanya dan lebih giat menyampaikan ajaran-ajaran Allah di dalamnya.
Hal itu karena ajaran-ajaran yang terdapat di dalam Kitab itu mutlak benar dan menjamin kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat.
Sedangkan bagi mereka yang tetap membangkang tentu Allah akan menentukan hukuman buat mereka.
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 44
وَ اِنَّہٗ لَذِکۡرٌ لَّکَ وَ لِقَوۡمِکَ ۚ وَ سَوۡفَ تُسۡـَٔلُوۡنَ
Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab.―QS. 43:44
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 44. Oleh Kementrian Agama RI
Allah menegaskan bahwa turunnya Al-Qur’an itu sesungguhnya adalah kemuliaan bagi Nabi ﷺ dan kaumnya, yaitu suku Quraisy pada khususnya dan bangsa Arab pada umumnya.
Hal itu karena Al-Qur’an itu diturunkan dalam bahasa mereka.
Dengan begitu bangsa Arab, khususnya suku Quraisy, tentu yang paling paham maknanya, karena itu seharusnya mereka menjadi yang pertama dalam mengimaninya dan melaksanakan ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya.
Dalam ayat lain Allah menyatakan Al-Qur’an sebagai kehormatan yang telah diberikan kepada mereka:
Sungguh, telah Kami turunkan kepadamu sebuah Kitab (Al-Qur’an) yang di dalamnya terdapat peringatan bagimu.
Maka apakah kamu tidak mengerti?
(Al-Anbiya’: 10)
Selanjutnya, orang-orang musyrikin Mekah seharusnya menjadi pelopor dalam menyebarkan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Untuk itu semua mereka akan diminta pertanggungjawabannya.
Bila mereka tidak mengimaninya, tidak menjalankannya, dan tidak menyebarluaskannya, maka kedudukan mereka akan digantikan oleh kaum-kaum lain, sebagaimana difirmankan Allah:
Ingatlah, kamu adalah orang-orang yang diajak untuk menginfakkan (hartamu) di jalan Allah.
Lalu di antara kamu ada orang yang kikir, dan barangsiapa kikir maka sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya sendiri.
Dan Allah-lah Yang Mahakaya dan kamulah yang membutuhkan (karunia-Nya).
Dan jika kamu berpaling (dari jalan yang benar) Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan (durhaka) seperti kamu (ini)
(Muhammad: 38)
Karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, kaum muslimin yang bukan bangsa Arab dan tidak berbahasa Arab berarti perlu belajar bahasa Arab supaya dapat memahami ajaran-ajaran yang terdapat di dalam Al-Qur’an itu dengan baik.
Di antara mereka perlu ada yang mendalami ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya, melaksanakannya, dan mendakwahkannya.
Bila mereka melakukan yang demikian itu, maka kedudukan mereka setingkat dengan suku Quraisy yang dianugerahi kemulian sebagai umat pertama yang menerima Islam dan menyebarluaskannya kepada bangsa-bangsa lain.
Mereka adalah para ulama.
Dengan demikian di pundak para ulama terletak tanggung jawab besar dan mereka juga akan diminta pertanggungjawaban nanti di akhirat oleh Allah subhanahu wa ta’ala
Allah menegaskan bahwa turunnya Al-Qur’an itu sesungguhnya adalah kemuliaan bagi Nabi ﷺ dan kaumnya, yaitu suku Quraisy pada khususnya dan bangsa Arab pada umumnya.
Hal itu karena Al-Qur’an itu diturunkan dalam bahasa mereka.
Dengan begitu bangsa Arab, khususnya suku Quraisy, tentu yang paling paham maknanya, karena itu seharusnya mereka menjadi yang pertama dalam mengimaninya dan melaksanakan ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya.
Dalam ayat lain Allah menyatakan Al-Qur’an sebagai kehormatan yang telah diberikan kepada mereka:
Sungguh, telah Kami turunkan kepadamu sebuah Kitab (Al-Qur’an) yang di dalamnya terdapat peringatan bagimu.
Maka apakah kamu tidak mengerti?
(Al-Anbiya’: 10)
Selanjutnya, orang-orang musyrikin Mekah seharusnya menjadi pelopor dalam menyebarkan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Untuk itu semua mereka akan diminta pertanggungjawabannya.
Bila mereka tidak mengimaninya, tidak menjalankannya, dan tidak menyebarluaskannya, maka kedudukan mereka akan digantikan oleh kaum-kaum lain, sebagaimana difirmankan Allah:
Ingatlah, kamu adalah orang-orang yang diajak untuk menginfakkan (hartamu) di jalan Allah.
Lalu di antara kamu ada orang yang kikir, dan barangsiapa kikir maka sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya sendiri.
Dan Allah-lah Yang Mahakaya dan kamulah yang membutuhkan (karunia-Nya).
Dan jika kamu berpaling (dari jalan yang benar) Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan (durhaka) seperti kamu (ini)
(Muhammad: 38)
Karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, kaum muslimin yang bukan bangsa Arab dan tidak berbahasa Arab berarti perlu belajar bahasa Arab supaya dapat memahami ajaran-ajaran yang terdapat di dalam Al-Qur’an itu dengan baik.
Di antara mereka perlu ada yang mendalami ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya, melaksanakannya, dan mendakwahkannya.
Bila mereka melakukan yang demikian itu, maka kedudukan mereka setingkat dengan suku Quraisy yang dianugerahi kemulian sebagai umat pertama yang menerima Islam dan menyebarluaskannya kepada bangsa-bangsa lain.
Mereka adalah para ulama.
Dengan demikian di pundak para ulama terletak tanggung jawab besar dan mereka juga akan diminta pertanggungjawaban nanti di akhirat oleh Allah subhanahu wa ta’ala
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 45
وَ سۡـَٔلۡ مَنۡ اَرۡسَلۡنَا مِنۡ قَبۡلِکَ مِنۡ رُّسُلِنَاۤ اَجَعَلۡنَا مِنۡ دُوۡنِ الرَّحۡمٰنِ اٰلِـہَۃً یُّعۡبَدُوۡنَ
Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu:“Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?”
―QS. 43:45
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 45. Oleh Kementrian Agama RI
Ayat ini mengandung celaan terhadap kaum kafir Mekah yang masih belum mau beriman dan masih tetap menyembah berhala-berhala.
Celaan itu ditujukan kepada mereka karena Al-Qur’an turun dalam bahasa mereka, dimana merekalah seharusnya yang lebih memahaminya dan mengimaninya terlebih dahulu.
Untuk itulah Allah meminta Nabi Muhammad bertanya kepada rasul-rasul terdahulu, pernahkah Allah menjadikan sembahan selain-Nya.
Perintah agar Nabi ﷺ bertanya kepada nabi-nabi terdahulu itu, menurut pendapat sebagian ulama, terjadi pada waktu Nabi ﷺ melakukan Isra’ Mi’raj.
Ada pula yang berpendapat bahwa pertanyaan kepada rasul-rasul itu dilakukan dengan memeriksa isi kitab-kitab suci terdahulu, yaitu Taurat dan Injil.
Para nabi itu pasti akan menjawab bahwa mereka tidak pernah menyaksikan adanya Tuhan selain Allah.
Dengan demikian perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk bertanya kepada nabi-nabi terdahulu itu bukanlah bertanya karena tidak tahu, tetapi bertanya untuk menunjukkan bahwa kaum Quraisy yang menyembah berhala-berhala itu keliru karena hal itu tidak pernah diajarkan dalam agama-agama terdahulu.
Oleh sebab itu mereka seharusnya beriman.
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 46
وَ لَقَدۡ اَرۡسَلۡنَا مُوۡسٰی بِاٰیٰتِنَاۤ اِلٰی فِرۡعَوۡنَ وَ مَلَا۠ئِہٖ فَقَالَ اِنِّیۡ رَسُوۡلُ رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ
Dan sesunguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya.
Maka Musa berkata:
“Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam”.
―QS. 43:46
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 46. Oleh Kementrian Agama RI
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah telah mengutus Nabi Musa kepada Fir’aun dan rakyatnya untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah.
Nabi Musa diutus kepada Fir’aun dengan dilengkapi beberapa mukjizat, misalnya tongkat menjadi ular, tangan yang bercahaya, dan sebagainya.
Inti seruan Nabi Musa kepada Fir’aun adalah agar Fir’aun mengakui Allah sebagai Tuhan yang menciptakan dan memelihara seluruh alam ini, dan mengakuinya sebagai utusan-Nya.
Penegasan berkenaan dengan Nabi Musa itu mengandung pula penegasan mengenai Nabi Muhammad ﷺ.
Kaum kafir Mekah hendaknya juga mengimani Allah subhanahu wa ta’ala sebagai Tuhan Yang Maha Esa, mengimani Muhammad ﷺ sebagai Rasul-Nya dan mengimani mukjizatnya yang utama yaitu Al-Qur’an.
Selanjutnya penegasan itu mengandung arti bahwa agama yang diserukan Nabi Muhammad sama dengan yang diserukan Nabi Musa dan seluruh nabi, yaitu Islam.
Allah berfirman:
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.
(Ali ‘Imran:19)
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah telah mengutus Nabi Musa kepada Fir’aun dan rakyatnya untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah.
Nabi Musa diutus kepada Fir’aun dengan dilengkapi beberapa mukjizat, misalnya tongkat menjadi ular, tangan yang bercahaya, dan sebagainya.
Inti seruan Nabi Musa kepada Fir’aun adalah agar Fir’aun mengakui Allah sebagai Tuhan yang menciptakan dan memelihara seluruh alam ini, dan mengakuinya sebagai utusan-Nya.
Penegasan berkenaan dengan Nabi Musa itu mengandung pula penegasan mengenai Nabi Muhammad ﷺ.
Kaum kafir Mekah hendaknya juga mengimani Allah subhanahu wa ta’ala sebagai Tuhan Yang Maha Esa, mengimani Muhammad ﷺ sebagai Rasul-Nya dan mengimani mukjizatnya yang utama yaitu Al-Qur’an.
Selanjutnya penegasan itu mengandung arti bahwa agama yang diserukan Nabi Muhammad sama dengan yang diserukan Nabi Musa dan seluruh nabi, yaitu Islam.
Allah berfirman:
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.
(Ali ‘Imran:19)
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 47
فَلَمَّا جَآءَہُمۡ بِاٰیٰتِنَاۤ اِذَا ہُمۡ مِّنۡہَا یَضۡحَکُوۡنَ
Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka mentertawakannya.
―QS. 43:47
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 47. Oleh Kementrian Agama RI
Ayat ini menerangkan sikap Fir’aun dan kaumnya terhadap seruan Nabi Musa.
Mereka meminta Nabi Musa menyampaikan bukti-bukti kerasulannya, lalu Nabi Musa menyampaikan mukjizat-mukjizatnya, di antaranya tongkat menjadi ular, tangan bercahaya, dan lain-lain.
Tetapi mereka menertawakannya dan mengejeknya.
Nabi Muhammad pun diperlakukan demikian oleh kaum kafir Mekah.
Mereka menuduhnya pesihir dan pembohong (Shad: 4), dan menuduh Al-Qur’an itu mimpi, rekayasa, atau syair gubahan Nabi Muhammad ﷺ.
(Al-Anbiya’: 5).
Apa yang disampaikan dalam ayat ini meringankan tekanan batin yang diderita Nabi ﷺ akibat penentangan yang keras dari kaum kafir Mekah.
Dari isi ayat itu Nabi ﷺ memperoleh pelajaran bahwa sudah menjadi kebiasaan seorang nabi ditentang oleh kaumnya, karena itu yang ditentang bukan hanya dia, tetapi seluruh nabi.
Ia harus sabar dan tabah menghadapi segala tantangan, sebagaimana Nabi Musa sabar dan tabah menghadapi Fir’aun dan balatentaranya, sehingga ia memperoleh kemenangan.
Begitu pula Nabi Muhammad ﷺ, bila sabar dan tabah, maka ia juga akan memperoleh kemenangan atas kaum kafir Mekah di dunia ini juga, yang kemudian dibuktikan dengan hancurnya pasukan kafir Mekah pada Perang Badar.
Ayat ini menerangkan sikap Fir’aun dan kaumnya terhadap seruan Nabi Musa.
Mereka meminta Nabi Musa menyampaikan bukti-bukti kerasulannya, lalu Nabi Musa menyampaikan mukjizat-mukjizatnya, di antaranya tongkat menjadi ular, tangan bercahaya, dan lain-lain.
Tetapi mereka menertawakannya dan mengejeknya.
Nabi Muhammad pun diperlakukan demikian oleh kaum kafir Mekah.
Mereka menuduhnya pesihir dan pembohong (Shad: 4), dan menuduh Al-Qur’an itu mimpi, rekayasa, atau syair gubahan Nabi Muhammad ﷺ.
(Al-Anbiya’: 5).
Apa yang disampaikan dalam ayat ini meringankan tekanan batin yang diderita Nabi ﷺ akibat penentangan yang keras dari kaum kafir Mekah.
Dari isi ayat itu Nabi ﷺ memperoleh pelajaran bahwa sudah menjadi kebiasaan seorang nabi ditentang oleh kaumnya, karena itu yang ditentang bukan hanya dia, tetapi seluruh nabi.
Ia harus sabar dan tabah menghadapi segala tantangan, sebagaimana Nabi Musa sabar dan tabah menghadapi Fir’aun dan balatentaranya, sehingga ia memperoleh kemenangan.
Begitu pula Nabi Muhammad ﷺ, bila sabar dan tabah, maka ia juga akan memperoleh kemenangan atas kaum kafir Mekah di dunia ini juga, yang kemudian dibuktikan dengan hancurnya pasukan kafir Mekah pada Perang Badar.
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 48
وَ مَا نُرِیۡہِمۡ مِّنۡ اٰیَۃٍ اِلَّا ہِیَ اَکۡبَرُ مِنۡ اُخۡتِہَا ۫ وَ اَخَذۡنٰہُمۡ بِالۡعَذَابِ لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ
Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya.Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).
―QS. 43:48
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 48. Oleh Kementrian Agama RI
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa mukjizat adalah sesuatu peristiwa atau sesuatu yang besar dan luar biasa yang diberikan kepada seorang nabi sebagai bukti kenabiannya.
Namun mukjizat yang diberikan kepada seorang nabi lebih hebat dari mukjizat yang diberikan kepada nabi sebelumnya.
Begitu pula mukjizat yang diberikan kepada Nabi Musa.
Dalam Surah al-Isra’: 101 dinyatakan bahwa Nabi Musa diberi sembilan macam mukjizat, yaitu tongkat menjadi ular, tangan bercahaya, kemarau panjang, laut terbelah, topan yang dahsyat, belalang yang memusnahkan tanaman, kutu yang menimbulkan penyakit, kodok yang menjadi hama, dan air minum yang berubah menjadi darah yang Allah turunkan kepada Fir’aun dan kaumnya dalam bentuk bencana untuk menyadarkan mereka, sebagaimana firman Allah:
Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.
(Al-A’raf: 133)
Dengan ditimpakannya bencana-bencana itu kepada Fir’aun dan pengikut-pengikutnya diharapkan mereka akan kembali, yaitu beriman.
Tetapi tidak demikian, mereka tetap membangkang.
Begitu pula dengan Nabi Muhammad ﷺ, beliau telah menyampaikan kepada kafir Mekah mukjizatnya yang terbesar, yaitu Al-Qur’an.
Tetapi mereka tetap menolaknya dan menyatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah mimpi, rekayasa, atau syair gubahan Nabi Muhammad ﷺ.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa mukjizat adalah sesuatu peristiwa atau sesuatu yang besar dan luar biasa yang diberikan kepada seorang nabi sebagai bukti kenabiannya.
Namun mukjizat yang diberikan kepada seorang nabi lebih hebat dari mukjizat yang diberikan kepada nabi sebelumnya.
Begitu pula mukjizat yang diberikan kepada Nabi Musa.
Dalam Surah al-Isra’: 101 dinyatakan bahwa Nabi Musa diberi sembilan macam mukjizat, yaitu tongkat menjadi ular, tangan bercahaya, kemarau panjang, laut terbelah, topan yang dahsyat, belalang yang memusnahkan tanaman, kutu yang menimbulkan penyakit, kodok yang menjadi hama, dan air minum yang berubah menjadi darah yang Allah turunkan kepada Fir’aun dan kaumnya dalam bentuk bencana untuk menyadarkan mereka, sebagaimana firman Allah:
Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.
(Al-A’raf: 133)
Dengan ditimpakannya bencana-bencana itu kepada Fir’aun dan pengikut-pengikutnya diharapkan mereka akan kembali, yaitu beriman.
Tetapi tidak demikian, mereka tetap membangkang.
Begitu pula dengan Nabi Muhammad ﷺ, beliau telah menyampaikan kepada kafir Mekah mukjizatnya yang terbesar, yaitu Al-Qur’an.
Tetapi mereka tetap menolaknya dan menyatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah mimpi, rekayasa, atau syair gubahan Nabi Muhammad ﷺ.
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 49
وَ قَالُوۡا یٰۤاَیُّہَ السّٰحِرُ ادۡعُ لَنَا رَبَّکَ بِمَا عَہِدَ عِنۡدَکَ ۚ اِنَّنَا لَمُہۡتَدُوۡنَ
Dan mereka berkata:“Hai ahli sihir, berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu, sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) benar-benar akan menjadi orang yang mendapat petunjuk.
―QS. 43:49
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 49. Oleh Kementrian Agama RI
Fir’aun dan pengikut-pengikutnya merasakan bencana-bencana yang ditimpakan kepada mereka sangat dahsyat, lalu mereka memohon kepada Nabi Musa agar berdoa kepada Allah supaya melepaskan mereka dari azab itu.
“Wahai tukang sihir!” kata mereka, “Berdoalah kepada Tuhanmu sesuai dengan apa yang Ia janjikan kepadamu! Kami pasti menerima apa yang kau sampaikan.” Memanggil Nabi Musa tukang sihir sudah menunjukkan bahwa mereka menghina beliau dan tidak mempercayainya.
Tetapi Nabi Musa tetap mengabulkan permintaan mereka, karena Allah memang telah menjanjikan kepadanya bahwa bila mereka beriman, azab itu akan dihentikan.
Nabi Musa pun berdoa setelah mereka berjanji akan beriman, lalu Allah pun menghentikan azab tersebut.
Fir’aun dan pengikut-pengikutnya merasakan bencana-bencana yang ditimpakan kepada mereka sangat dahsyat, lalu mereka memohon kepada Nabi Musa agar berdoa kepada Allah supaya melepaskan mereka dari azab itu.
“Wahai tukang sihir!” kata mereka, “Berdoalah kepada Tuhanmu sesuai dengan apa yang Ia janjikan kepadamu! Kami pasti menerima apa yang kau sampaikan.” Memanggil Nabi Musa tukang sihir sudah menunjukkan bahwa mereka menghina beliau dan tidak mempercayainya.
Tetapi Nabi Musa tetap mengabulkan permintaan mereka, karena Allah memang telah menjanjikan kepadanya bahwa bila mereka beriman, azab itu akan dihentikan.
Nabi Musa pun berdoa setelah mereka berjanji akan beriman, lalu Allah pun menghentikan azab tersebut.
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 50
فَلَمَّا کَشَفۡنَا عَنۡہُمُ الۡعَذَابَ اِذَا ہُمۡ یَنۡکُثُوۡنَ
Maka tatkala Kami hilangkan azab itu dari mereka, dengan serta merta mereka memungkiri (janjinya).―QS. 43:50
Tafsir QS. Az Zukhruf (43) : 50. Oleh Kementrian Agama RI
Setelah azab dihentikan, ternyata mereka memungkiri janji mereka.
Mereka tetap membangkang.
Di dalam ayat lain peristiwa itu diterangkan pula:
Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) mereka pun berkata, “Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu.
Jika engkau dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.” Tetapi setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi ternyata mereka ingkar janji.
(Surah al-A’raf: 134-135)
Di dalam ayat itu diterangkan bahwa mereka berjanji bahwa bila mereka dilepaskan dari bencana-bencana itu, mereka akan beriman dan akan membebaskan Bani Israil dari siksaan dan perbudakan yang mereka perlakukan terhadap mereka.
Tetapi semuanya itu hanyalah janji.
Mereka tidak menepati janji itu, bahkan ingin mencelakakan Nabi Musa dan kaumnya.
Setelah azab dihentikan, ternyata mereka memungkiri janji mereka.
Mereka tetap membangkang.
Di dalam ayat lain peristiwa itu diterangkan pula:
Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) mereka pun berkata, “Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu.
Jika engkau dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.” Tetapi setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi ternyata mereka ingkar janji.
(Surah al-A’raf: 134-135)
Di dalam ayat itu diterangkan bahwa mereka berjanji bahwa bila mereka dilepaskan dari bencana-bencana itu, mereka akan beriman dan akan membebaskan Bani Israil dari siksaan dan perbudakan yang mereka perlakukan terhadap mereka.
Tetapi semuanya itu hanyalah janji.
Mereka tidak menepati janji itu, bahkan ingin mencelakakan Nabi Musa dan kaumnya.
https://risalahmuslim.id/quran/az-zukhruf/43-41/
s/d
https://risalahmuslim.id/quran/az-zukhruf/43-50/
Great blog, Thanks.
BalasHapusHe is a man from Jannah , Angels of Allah, KHALID BIN WALID TAKES POISON, The Supplication of Musa, Who is ad-Dayuth?, Ask Allah for everything, True Story of Prophet Yunus, learn quran online, learn quran online uk, quran teacher online,
quran teacher needed, need quran teacher online
Great blog, Thanks.
BalasHapusHe is a man from Jannah , Angels of Allah, KHALID BIN WALID TAKES POISON, The Supplication of Musa, Who is ad-Dayuth?, Ask Allah for everything, True Story of Prophet Yunus, learn quran online, learn quran online uk, quran teacher online,
quran teacher needed, need quran teacher online