http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=1&SuratKe=28
Surah Al Qashash 11 - 12
وَقَالَتْ لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (11) وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ وَهُمْ لَهُ نَاصِحُونَ (12)
Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan:` Ikutilah dia `. Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya,(QS. 28:11)
dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan (nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa:` Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya? `.(QS. 28:12)
Walaupun hatinya sudah tenteram, tetapi disuruhnya juga saudaranya perempuan Musa mencari-cari dari berita tentang saudaranya itu. Pergilah saudaranya ke pasar-pasar dan ke tempat-tempat yang agak ramai untuk mendengarkan pembicaraan orang-orang kalau-kalau ada di antara mereka yang membicarakan anak yang dihanyutkan ke sungai. Akhirnya dia melihat sendiri dari jauh anak itu telah diangkat ke istana Firaun, sedang orang-orang ramai melihat kejadian yang aneh itu. Di istana orang-orang amat sibuk mencari siapa yang menyusukan anak itu, karena ia menolak setiap wanita yang hendak menyusukannya. Setelah saudara Musa mengetahui hal ini diapun memberanikan diri tampil ke muka dan mengatakan bahwa ia mengetahui seorang wanita yang sehat dan banyak air susunya, dan mungkin anak itu mau disusukan oleh wanita itu. Wanita itu dari keluarga baik-baik dan pasti anak itu akan dijaga dengan penuh perhatian dan penuh rasa kasih sayang.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa setelah saudara Musa mengucapkan kata-kata seperti itu, dia dibawa ke istana dan mereka memandang kepadanya dengan rasa curiga lalu mengemukakan pertanyaan "Dari mana engkau tahu bahwa keluarganya akan menjaganya dengan baik dan akan menumpahkan kasih sayang mereka terhadapnya?" Saudara Musa menjawab: "Tentu saja mereka akan berbuat demikian karena mengharapkan kesenangan hati raja Firaun dan mengharapkan pemberian yang banyak dari padanya. Dengan jawaban ini hilanglah kecurigaannya dan mereka membawa Musa ke rumah ibunya. Sesampainya di rumah ibunya itu, ibunya mengambilnya kepangkuannya untuk disusukan, dan dengan segera mulut Musa menangkap puting susu ibunya. Mereka yang hadir sangat gembira melihat hal itu dan dikirimlah utusan permaisuri raja untuk memberitakan hal itu, Permaisuri memanggil ibu Musa dan memberinya hadiah dan pemberian yang banyak serta meminta kepadanya supaya ia bersedia tinggal di istana untuk merawat dan mengasuh Musa. Ibu Musa menolak tawaran itu dengan halus dan mengatakan kepada permaisuri bahwa dia mempunyai suami dan anak-anak dan tidak sampai hati meninggalkan mereka. Dia mengharap permaisuri mengizinkan membawa Musa ke rumahnya. Permaisuri tidak merasa keberatan atas usul itu dan mengizinkan Musa di bawa ke rumah ibunya. Permaisuri memberinya perongkosan yang cukup di samping itu diberinya pula hadiah berupa uang pakaian dan lain sebagainya. Akhirnya kembalilah ibu Musa ke rumahnya membawa anak kandungnya dengan hati yang senang dan gembira. Allah telah menghilangkan semua kegelisahan dan kekhawatirannya dan menggantinya dengan ketenteraman, kemuliaan dan rezeki yang melimpah. Disebutkan dalam sebuah hadis "Orang yang berbuat kebaikan dan ikhlas mengerjakannya adalah seperti seorang ibu yang menyusui anaknya, sedang ia mendapat upah pula".
Surah Al Qashash 13
فَرَدَدْنَاهُ إِلَى أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (13)
Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.(QS. 28:13)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa diilhamkannya kepada ibu Musa berarti telah terlaksana janji Allah yakni dengan mengembalikan Musa kepadanya supaya tenteram hatinya dan tidak gelisah dan merasa sedih lagi. Demikianlah Allah telah menepati janji-Nya dan akan mengangkat Musa nanti menjadi Rasul; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui hal itu. Siapa menyangka bahwa seorang anak yang telah diincar maut karena dia anak dari Bani Israel kemudian disayangi dan diasuh dalam istana dengan penuh rasa cinta dan kasih dengan harapan dia akan berjasa nantinya bila dia besar tetapi nyatanya anak itu akan menjadi Rasul dan menentang kekuasaan Firaun bahkan meruntuhkan kerajaan itu sendiri.
Surah Al Qashash 14
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَاسْتَوَى آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (14)
Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS. 28:14)
Pada ayat-ayat ini Allah menerangkan bahwa setelah Musa sampai kepada umur dewasa Allah SWT mengaruniakan kepadanya ilmu dan hikmah karena ketaatan dan patuhnya kepada Tuhannya dan kesabaran menghadapi berbagai macam cobaan. Sudah sewajarnyalah bila Musa mengetahui dari ibunya dan ibunya tentu menceritakan kepadanya bagaimana halnya di waktu kecil dan bagaimana ia sampai dapat tinggal di istana keluarga raja Firaun. Padahal ia hanya anak orang yang biasa dari Bani Israel yang selalu dihina dan diperhamba oleh Firaun dan kaumnya. Tentu saja hal ini akan menimbulkan rasa tidak enak pada dirinya walaupun Firaun telah berjasa besar terhadapnya dengan mendidik dan mengasuhnya semenjak dari kecil sampai menjadi seorang laki-laki dewasa yang segar bugar, sehat wal afiat baik fisik maupun mentalnya.
Rasa simpati kepada kerabat dan kaum adalah naluri yang tak dapat dicabut dari jiwa seseorang, apalagi dari diri Musa yang setiap hari melihat Bani Israel ditindas dan dianiaya oleh orang-orang Qibti penduduk negeri Mesir itu. Tetapi berkat kesabaran yang dimilikinya, sebagai karunia dari Allah, ia dapat menahan hatinya sampai Allah memberikan jalan baginya untuk mengangkat kaumnya dari lembah kehinaan dan penderitaan itu. Justru karena kesabarannya dan kebaikan budi dan tingkah lakunya dan tentu saja karena patuhnya menjalankan ajaran agama kaumnya Bani Israel, dia dikaruniai Allah ilmu dan hikmah sebagai persiapan untuk mengangkatnya, kemudian menjadi Rasul yang akan menyampaikan risalah kepada kaumnya dan kepada Firaun sendiri yang sudah sangat sombong dan takabur sampai ia mengangkat dirinya sebagai tuhan.
Surah Al Qashash 15
وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ هَذَا مِنْ شِيعَتِهِ وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ قَالَ هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ (15)
Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Firaun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata:` Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).(QS. 28:15)
Pada suatu hari Musa menyelinap masuk ke kota tanpa diketahui orang banyak, yaitu ketika orang-orang sedang tidur siang hari sesudah waktu Zuhur. Di sana ia melihat dua orang sedang berkelahi, yang seorang adalah dari kaum Bani Israel dan seorang lagi dari bangsa Qibti, penduduk asli negeri Mesir yang dianggapnya sebagai musuhnya karena mereka selalu menghina dan menganggap rendah golongan Bani Israel. Salah seorang dari kaumnya itu berteriak meminta tolong untuk melepaskannya dari kekejaman lawannya. Di waktu itu timbullah amarahnya yang amat sangat dan bangkitlah rasa fanatik kepada kaumnya. Maka dengan cepat ia memburu orang Israel itu dan tanpa memikirkan akibat perbuatannya, karena amarahnya, dipukulnya orang Qibti itu dengan sekuat tenaga. Akibat pukulan yang dahsyat itu orang Qibti rubuh ke tanah, tidak bergerak lagi, karena ia sudah mati. Sebenarnya Musa tidak sekali-kali bermaksud hendak membunuhnya, tetapi ternyata orang itu sudah mati dengan sekali pukulan saja Musa amat menyesal atas keterlanjurannya itu dan menganggap tindakannya itu adalah tindakan yang salah, tindakan yang tergopoh-gopoh, dan dia berkata kepada dirinya sendiri. "Perbuatanku ini adalah perbuatan setan yang selalu memperdayakan manusia agar melakukan kelaliman dan maksiat Sesungguhnya aku telah terperosok masuk perangkap setan yang menjadi musuh manusia yang selalu berusaha untuk menyesatkannya.
Surah Al Qashash 16 - 17
قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (16) قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِلْمُجْرِمِينَ (17)
Musa mendoa: `Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku`. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 28:16)
Musa berkata: `Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa`.(QS. 28:17)
Di kala itu ia memohonkan ampun kepada Tuhannya, seraya berkata, "Sesungguhnya aku ini telah menganiaya diriku sendiri dengan melakukan pembunuhan terhadap seorang yang tidak boleh dibunuh maka ampunilah dosaku ini dan janganlah Engkau siksa aku karena perbuatanku yang tidak kusengaja itu". Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang terhadap hamba-Nya, mengampuni kesalahan Musa itu, dan dengan pengampunan itu tenteramlah hati Musa dan bebaslah dia dari kebimbangan dan kesusahan memikirkan nasibnya karena melakukan perbuatan dosa itu. Memang pengampunan itu adalah rahmat dan karunia dari Allah. Di antara karunia-Nya yang banyak kepada Musa sebagai tersebut dalam firman-Nya:
وقتلت نفسا فنجيناك من الغم وفتناك فتونا
Artinya:
Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan. (Q.S. Taha: 40)
Karena dosanya telah diampuni Tuhan barulah dia merasa lega dan menyadari bahwa pengampunan itu adalah karena rahmat dan karunia Tuhannya yang diberikan kepadanya. Dia berjanji bahwa dia tidak akan melakukan kesalahan itu lagi dan tidak akan menjadi pembantu bagi orang yang melakukan kesalahan apalagi bantuan itu akan membawa kepada penganiayaan atau pembunuhan.
Surah Al Qashash 18 - 19
فَأَصْبَحَ فِي الْمَدِينَةِ خَائِفًا يَتَرَقَّبُ فَإِذَا الَّذِي اسْتَنْصَرَهُ بِالْأَمْسِ يَسْتَصْرِخُهُ قَالَ لَهُ مُوسَى إِنَّكَ لَغَوِيٌّ مُبِينٌ (18) فَلَمَّا أَنْ أَرَادَ أَنْ يَبْطِشَ بِالَّذِي هُوَ عَدُوٌّ لَهُمَا قَالَ يَا مُوسَى أَتُرِيدُ أَنْ تَقْتُلَنِي كَمَا قَتَلْتَ نَفْسًا بِالْأَمْسِ إِنْ تُرِيدُ إِلَّا أَنْ تَكُونَ جَبَّارًا فِي الْأَرْضِ وَمَا تُرِيدُ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْمُصْلِحِينَ (19)
Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: `Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)`.(QS. 28:18)
Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata: `Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian`.(QS. 28:19)
Pengampunan Tuhannya telah menjadikan hatinya lega dan lapang, tetapi bagaimana dengan masyarakat yang ia hidup di kalangan mereka ? Apakah mereka akan membiarkannya saja bila pembunuhan itu diketahui oleh mereka? Inilah yang sangat mengganggu ketenteraman hati Musa dan selalu menjadi buah pikirannya. Oleh sebab itu dia dengan sembunyi-sembunyi berjalan kian kemari mendengar-dengarkan apakah perbuatannya itu telah diketahui orang dan bila mereka telah tahu, bagaimana sikap mereka apakah tindakan yang mereka ambil terhadapnya. Ketika ia menyusuri kota itu kelihatan olehnya orang yang ditolongnya dahulu berteriak lagi minta tolong kepadanya agar ia membantunya sekali lagi melawan orang Qibti yang lain.
Rupanya orang yang ditolongnya dahulu itu terlibat lagi dalam persengketaan dan perkelahian dengan orang Mesir pula Mangkin orang itu meminta kepadanya supaya ia membunuh lagi orang Mesir itu sebagaimana ia telah membunuh dahulu. Tergambarlah dalam otaknya bagaimana ia telah berbuat dosa dengan pembunuhan itu tetapi Tuhan dengan rahmat dan kasih sayangnya, telah mengampuni kesalahannya. Apakah ia akan berbuat kesalahan lagi, apalagi ia telah berjanji pula dengan Tuhannya bahwa dia tidak akan mengulangi lagi perbuatan itu. Oleh sebab itu ia berkata kepada orang Israel, sesungguhnya engkau ini adalah orang yang seat. Tetapi di samping gambaran itu, tergambar pula dalam pikirannya nasib kaumnya yang terhina yang selalu dianiaya oleh orang-orang Mesir, maka bangkit pulalah rasa amarahnya dan hampir saja ia menyerang orang Mesir itu. Tetapi sebelum ia maju menyerang, orang itu membentaknya dengan mengatakan, apakah engkau hendak membunuhku pula seperti yang engkau lakukan terhadap seseorang kemarin? Rupanya orang itu sudah mengenal rupa dan bentuknya karena orang-orang di kota itu ramai membicarakan pembunuhan itu dan selalu memperbincangkan tentang bentuk dan rupa orang yang melakukan. Kemudian orang Mesir itu membuat bentakan lagi , "Sesungguhnya engkau ini adalah seorang yang ingin menjadi penguasa yang bertindak sewenang-wenang di muka bumi. Engkau bukanlah termasuk orang-orang yang berbuat baik". Dengan bentakan itu sadarlah Musa kembali dan ingatlah ia akan janjinya bahwa dia tidak akan mengulangi kesalahannya lagi sehingga dia tidak jadi memukul orang itu.
Menurut pendapat sebagian mufassirin yang mengucapkan kata-kata tersebut kepada Musa bukanlah orang Mesir tetapi orang Israel yang telah ditolongnya itu, karena Musa menuduhnya sebagai seorang yang sesat dan hendak memukulnya.
Surah Al Qashash 20
وَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ يَسْعَى قَالَ يَا مُوسَى إِنَّ الْمَلَأَ يَأْتَمِرُونَ بِكَ لِيَقْتُلُوكَ فَاخْرُجْ إِنِّي لَكَ مِنَ النَّاصِحِينَ (20)
Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: `Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu`.(QS. 28:20)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan, bahwa seorang laki-laki dari kaum Firaun yang menghadiri musyawarah yang diadakan Firaun bersama pembesar-pembesar dan para cerdik cendikiawan, yang memutuskan bahwa Musa harus dibunuh, datang menjumpai Musa, memberitahukan kepadanya rencana jahat itu, karena ia sangat bersimpati dan hormat kepadanya ia minta supaya Musa segera meninggalkan negeri Mesir; kalau tidak, mungkin ia akan tertangkap dan dibunuh, karena mereka sedang menyiapkan polisi dan tentara rahasia untuk mengepung dan menangkapnya Ia menyatakan kepada Musa semua yang dibicarakannya itu adalah benar dan ia menasihati Musa agar ia lari dengan segera. Nasihat itu benar-benar timbul dari hatinya yang ikhlas dan benar-benar untuk keselamatan Musa sendiri.
وَقَالَتْ لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (11) وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ وَهُمْ لَهُ نَاصِحُونَ (12)
Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan:` Ikutilah dia `. Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya,(QS. 28:11)
dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan (nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa:` Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya? `.(QS. 28:12)
Walaupun hatinya sudah tenteram, tetapi disuruhnya juga saudaranya perempuan Musa mencari-cari dari berita tentang saudaranya itu. Pergilah saudaranya ke pasar-pasar dan ke tempat-tempat yang agak ramai untuk mendengarkan pembicaraan orang-orang kalau-kalau ada di antara mereka yang membicarakan anak yang dihanyutkan ke sungai. Akhirnya dia melihat sendiri dari jauh anak itu telah diangkat ke istana Firaun, sedang orang-orang ramai melihat kejadian yang aneh itu. Di istana orang-orang amat sibuk mencari siapa yang menyusukan anak itu, karena ia menolak setiap wanita yang hendak menyusukannya. Setelah saudara Musa mengetahui hal ini diapun memberanikan diri tampil ke muka dan mengatakan bahwa ia mengetahui seorang wanita yang sehat dan banyak air susunya, dan mungkin anak itu mau disusukan oleh wanita itu. Wanita itu dari keluarga baik-baik dan pasti anak itu akan dijaga dengan penuh perhatian dan penuh rasa kasih sayang.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa setelah saudara Musa mengucapkan kata-kata seperti itu, dia dibawa ke istana dan mereka memandang kepadanya dengan rasa curiga lalu mengemukakan pertanyaan "Dari mana engkau tahu bahwa keluarganya akan menjaganya dengan baik dan akan menumpahkan kasih sayang mereka terhadapnya?" Saudara Musa menjawab: "Tentu saja mereka akan berbuat demikian karena mengharapkan kesenangan hati raja Firaun dan mengharapkan pemberian yang banyak dari padanya. Dengan jawaban ini hilanglah kecurigaannya dan mereka membawa Musa ke rumah ibunya. Sesampainya di rumah ibunya itu, ibunya mengambilnya kepangkuannya untuk disusukan, dan dengan segera mulut Musa menangkap puting susu ibunya. Mereka yang hadir sangat gembira melihat hal itu dan dikirimlah utusan permaisuri raja untuk memberitakan hal itu, Permaisuri memanggil ibu Musa dan memberinya hadiah dan pemberian yang banyak serta meminta kepadanya supaya ia bersedia tinggal di istana untuk merawat dan mengasuh Musa. Ibu Musa menolak tawaran itu dengan halus dan mengatakan kepada permaisuri bahwa dia mempunyai suami dan anak-anak dan tidak sampai hati meninggalkan mereka. Dia mengharap permaisuri mengizinkan membawa Musa ke rumahnya. Permaisuri tidak merasa keberatan atas usul itu dan mengizinkan Musa di bawa ke rumah ibunya. Permaisuri memberinya perongkosan yang cukup di samping itu diberinya pula hadiah berupa uang pakaian dan lain sebagainya. Akhirnya kembalilah ibu Musa ke rumahnya membawa anak kandungnya dengan hati yang senang dan gembira. Allah telah menghilangkan semua kegelisahan dan kekhawatirannya dan menggantinya dengan ketenteraman, kemuliaan dan rezeki yang melimpah. Disebutkan dalam sebuah hadis "Orang yang berbuat kebaikan dan ikhlas mengerjakannya adalah seperti seorang ibu yang menyusui anaknya, sedang ia mendapat upah pula".
Surah Al Qashash 13
فَرَدَدْنَاهُ إِلَى أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (13)
Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.(QS. 28:13)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa diilhamkannya kepada ibu Musa berarti telah terlaksana janji Allah yakni dengan mengembalikan Musa kepadanya supaya tenteram hatinya dan tidak gelisah dan merasa sedih lagi. Demikianlah Allah telah menepati janji-Nya dan akan mengangkat Musa nanti menjadi Rasul; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui hal itu. Siapa menyangka bahwa seorang anak yang telah diincar maut karena dia anak dari Bani Israel kemudian disayangi dan diasuh dalam istana dengan penuh rasa cinta dan kasih dengan harapan dia akan berjasa nantinya bila dia besar tetapi nyatanya anak itu akan menjadi Rasul dan menentang kekuasaan Firaun bahkan meruntuhkan kerajaan itu sendiri.
Surah Al Qashash 14
وَلَمَّا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَاسْتَوَى آتَيْنَاهُ حُكْمًا وَعِلْمًا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (14)
Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS. 28:14)
Pada ayat-ayat ini Allah menerangkan bahwa setelah Musa sampai kepada umur dewasa Allah SWT mengaruniakan kepadanya ilmu dan hikmah karena ketaatan dan patuhnya kepada Tuhannya dan kesabaran menghadapi berbagai macam cobaan. Sudah sewajarnyalah bila Musa mengetahui dari ibunya dan ibunya tentu menceritakan kepadanya bagaimana halnya di waktu kecil dan bagaimana ia sampai dapat tinggal di istana keluarga raja Firaun. Padahal ia hanya anak orang yang biasa dari Bani Israel yang selalu dihina dan diperhamba oleh Firaun dan kaumnya. Tentu saja hal ini akan menimbulkan rasa tidak enak pada dirinya walaupun Firaun telah berjasa besar terhadapnya dengan mendidik dan mengasuhnya semenjak dari kecil sampai menjadi seorang laki-laki dewasa yang segar bugar, sehat wal afiat baik fisik maupun mentalnya.
Rasa simpati kepada kerabat dan kaum adalah naluri yang tak dapat dicabut dari jiwa seseorang, apalagi dari diri Musa yang setiap hari melihat Bani Israel ditindas dan dianiaya oleh orang-orang Qibti penduduk negeri Mesir itu. Tetapi berkat kesabaran yang dimilikinya, sebagai karunia dari Allah, ia dapat menahan hatinya sampai Allah memberikan jalan baginya untuk mengangkat kaumnya dari lembah kehinaan dan penderitaan itu. Justru karena kesabarannya dan kebaikan budi dan tingkah lakunya dan tentu saja karena patuhnya menjalankan ajaran agama kaumnya Bani Israel, dia dikaruniai Allah ilmu dan hikmah sebagai persiapan untuk mengangkatnya, kemudian menjadi Rasul yang akan menyampaikan risalah kepada kaumnya dan kepada Firaun sendiri yang sudah sangat sombong dan takabur sampai ia mengangkat dirinya sebagai tuhan.
Surah Al Qashash 15
وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ هَذَا مِنْ شِيعَتِهِ وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ قَالَ هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ (15)
Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Firaun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata:` Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).(QS. 28:15)
Pada suatu hari Musa menyelinap masuk ke kota tanpa diketahui orang banyak, yaitu ketika orang-orang sedang tidur siang hari sesudah waktu Zuhur. Di sana ia melihat dua orang sedang berkelahi, yang seorang adalah dari kaum Bani Israel dan seorang lagi dari bangsa Qibti, penduduk asli negeri Mesir yang dianggapnya sebagai musuhnya karena mereka selalu menghina dan menganggap rendah golongan Bani Israel. Salah seorang dari kaumnya itu berteriak meminta tolong untuk melepaskannya dari kekejaman lawannya. Di waktu itu timbullah amarahnya yang amat sangat dan bangkitlah rasa fanatik kepada kaumnya. Maka dengan cepat ia memburu orang Israel itu dan tanpa memikirkan akibat perbuatannya, karena amarahnya, dipukulnya orang Qibti itu dengan sekuat tenaga. Akibat pukulan yang dahsyat itu orang Qibti rubuh ke tanah, tidak bergerak lagi, karena ia sudah mati. Sebenarnya Musa tidak sekali-kali bermaksud hendak membunuhnya, tetapi ternyata orang itu sudah mati dengan sekali pukulan saja Musa amat menyesal atas keterlanjurannya itu dan menganggap tindakannya itu adalah tindakan yang salah, tindakan yang tergopoh-gopoh, dan dia berkata kepada dirinya sendiri. "Perbuatanku ini adalah perbuatan setan yang selalu memperdayakan manusia agar melakukan kelaliman dan maksiat Sesungguhnya aku telah terperosok masuk perangkap setan yang menjadi musuh manusia yang selalu berusaha untuk menyesatkannya.
Surah Al Qashash 16 - 17
قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (16) قَالَ رَبِّ بِمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا لِلْمُجْرِمِينَ (17)
Musa mendoa: `Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku`. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 28:16)
Musa berkata: `Ya Tuhanku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa`.(QS. 28:17)
Di kala itu ia memohonkan ampun kepada Tuhannya, seraya berkata, "Sesungguhnya aku ini telah menganiaya diriku sendiri dengan melakukan pembunuhan terhadap seorang yang tidak boleh dibunuh maka ampunilah dosaku ini dan janganlah Engkau siksa aku karena perbuatanku yang tidak kusengaja itu". Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang terhadap hamba-Nya, mengampuni kesalahan Musa itu, dan dengan pengampunan itu tenteramlah hati Musa dan bebaslah dia dari kebimbangan dan kesusahan memikirkan nasibnya karena melakukan perbuatan dosa itu. Memang pengampunan itu adalah rahmat dan karunia dari Allah. Di antara karunia-Nya yang banyak kepada Musa sebagai tersebut dalam firman-Nya:
وقتلت نفسا فنجيناك من الغم وفتناك فتونا
Artinya:
Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan. (Q.S. Taha: 40)
Karena dosanya telah diampuni Tuhan barulah dia merasa lega dan menyadari bahwa pengampunan itu adalah karena rahmat dan karunia Tuhannya yang diberikan kepadanya. Dia berjanji bahwa dia tidak akan melakukan kesalahan itu lagi dan tidak akan menjadi pembantu bagi orang yang melakukan kesalahan apalagi bantuan itu akan membawa kepada penganiayaan atau pembunuhan.
Surah Al Qashash 18 - 19
فَأَصْبَحَ فِي الْمَدِينَةِ خَائِفًا يَتَرَقَّبُ فَإِذَا الَّذِي اسْتَنْصَرَهُ بِالْأَمْسِ يَسْتَصْرِخُهُ قَالَ لَهُ مُوسَى إِنَّكَ لَغَوِيٌّ مُبِينٌ (18) فَلَمَّا أَنْ أَرَادَ أَنْ يَبْطِشَ بِالَّذِي هُوَ عَدُوٌّ لَهُمَا قَالَ يَا مُوسَى أَتُرِيدُ أَنْ تَقْتُلَنِي كَمَا قَتَلْتَ نَفْسًا بِالْأَمْسِ إِنْ تُرِيدُ إِلَّا أَنْ تَكُونَ جَبَّارًا فِي الْأَرْضِ وَمَا تُرِيدُ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْمُصْلِحِينَ (19)
Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: `Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya)`.(QS. 28:18)
Maka tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh keduanya, musuhnya berkata: `Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian`.(QS. 28:19)
Pengampunan Tuhannya telah menjadikan hatinya lega dan lapang, tetapi bagaimana dengan masyarakat yang ia hidup di kalangan mereka ? Apakah mereka akan membiarkannya saja bila pembunuhan itu diketahui oleh mereka? Inilah yang sangat mengganggu ketenteraman hati Musa dan selalu menjadi buah pikirannya. Oleh sebab itu dia dengan sembunyi-sembunyi berjalan kian kemari mendengar-dengarkan apakah perbuatannya itu telah diketahui orang dan bila mereka telah tahu, bagaimana sikap mereka apakah tindakan yang mereka ambil terhadapnya. Ketika ia menyusuri kota itu kelihatan olehnya orang yang ditolongnya dahulu berteriak lagi minta tolong kepadanya agar ia membantunya sekali lagi melawan orang Qibti yang lain.
Rupanya orang yang ditolongnya dahulu itu terlibat lagi dalam persengketaan dan perkelahian dengan orang Mesir pula Mangkin orang itu meminta kepadanya supaya ia membunuh lagi orang Mesir itu sebagaimana ia telah membunuh dahulu. Tergambarlah dalam otaknya bagaimana ia telah berbuat dosa dengan pembunuhan itu tetapi Tuhan dengan rahmat dan kasih sayangnya, telah mengampuni kesalahannya. Apakah ia akan berbuat kesalahan lagi, apalagi ia telah berjanji pula dengan Tuhannya bahwa dia tidak akan mengulangi lagi perbuatan itu. Oleh sebab itu ia berkata kepada orang Israel, sesungguhnya engkau ini adalah orang yang seat. Tetapi di samping gambaran itu, tergambar pula dalam pikirannya nasib kaumnya yang terhina yang selalu dianiaya oleh orang-orang Mesir, maka bangkit pulalah rasa amarahnya dan hampir saja ia menyerang orang Mesir itu. Tetapi sebelum ia maju menyerang, orang itu membentaknya dengan mengatakan, apakah engkau hendak membunuhku pula seperti yang engkau lakukan terhadap seseorang kemarin? Rupanya orang itu sudah mengenal rupa dan bentuknya karena orang-orang di kota itu ramai membicarakan pembunuhan itu dan selalu memperbincangkan tentang bentuk dan rupa orang yang melakukan. Kemudian orang Mesir itu membuat bentakan lagi , "Sesungguhnya engkau ini adalah seorang yang ingin menjadi penguasa yang bertindak sewenang-wenang di muka bumi. Engkau bukanlah termasuk orang-orang yang berbuat baik". Dengan bentakan itu sadarlah Musa kembali dan ingatlah ia akan janjinya bahwa dia tidak akan mengulangi kesalahannya lagi sehingga dia tidak jadi memukul orang itu.
Menurut pendapat sebagian mufassirin yang mengucapkan kata-kata tersebut kepada Musa bukanlah orang Mesir tetapi orang Israel yang telah ditolongnya itu, karena Musa menuduhnya sebagai seorang yang sesat dan hendak memukulnya.
Surah Al Qashash 20
وَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ يَسْعَى قَالَ يَا مُوسَى إِنَّ الْمَلَأَ يَأْتَمِرُونَ بِكَ لِيَقْتُلُوكَ فَاخْرُجْ إِنِّي لَكَ مِنَ النَّاصِحِينَ (20)
Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: `Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu`.(QS. 28:20)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan, bahwa seorang laki-laki dari kaum Firaun yang menghadiri musyawarah yang diadakan Firaun bersama pembesar-pembesar dan para cerdik cendikiawan, yang memutuskan bahwa Musa harus dibunuh, datang menjumpai Musa, memberitahukan kepadanya rencana jahat itu, karena ia sangat bersimpati dan hormat kepadanya ia minta supaya Musa segera meninggalkan negeri Mesir; kalau tidak, mungkin ia akan tertangkap dan dibunuh, karena mereka sedang menyiapkan polisi dan tentara rahasia untuk mengepung dan menangkapnya Ia menyatakan kepada Musa semua yang dibicarakannya itu adalah benar dan ia menasihati Musa agar ia lari dengan segera. Nasihat itu benar-benar timbul dari hatinya yang ikhlas dan benar-benar untuk keselamatan Musa sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar