http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=2&SuratKe=28
Surah Al Qashash 21
فَخَرَجَ مِنْهَا خَائِفًا يَتَرَقَّبُ قَالَ رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (21)
Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: `Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang zalim itu`.(QS. 28:21)
Mendengar nasihat yang dikemukakan oleh orang itu dan melihat sikap orang yang menampakkan kejujuran dan keikhlasan, dengan segera ia berangkat tanpa rencana dan persiapan meskipun ia tahu bahwa perjalanan yang akan dilakukannyan itu penuh dengan bahaya dan kesulitan, karena akan mengarungi padang pasir yang luas, padang pasir yang seram dan kejam, yang telah banyak memakan korban. Di samping itu harus berjalan dengan cepat dan selalu waspada, karena di belakangnya telah siap beberapa orang tentara Firaun untuk mengepung dan menangkapnya. Alangkah hebatnya tekanan yang diderita oleh Musa, tetapi walaupun demikian ia tetap berusaha melepaskan dirinya dan berdoa kepada Tuhannya, "Hai Tuhanku Yang Maha Kuasa, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, bebaskanlah aku dari cengkeraman kaum Firaun yang aniaya. Allah mengabulkan doanya dan memimpinnya menempuh jalan raya yang menuju Madyan. Menurut riwayat Firaun memerintahkan kepada tentaranya supaya mengejar Musa ke jalan-jalan kecil yang bercabang dan melarang mereka melalui jalan raya karena ia yakin bahwa Musa tidak mungkin akan menempuh jalan itu.
Surah Al Qashash 22
وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَاءَ مَدْيَنَ قَالَ عَسَى رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ (22)
Dan tatkala ia menghadap ke jurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi): `Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar`.(QS. 28:22)
Setelah Musa mengetahui, bahwa jalan yang ditempuhnya itu adalah jalan yang biasa dilalui orang, jalan yang menuju ke Madyan, timbullah harapannya, bahwa ia tidak akan tersesat di jalan dan tidak akan berlarut-larut menempuh padang pasir yang luas itu. Di waktu ia berdoa lagi kepada Tuhannya agar Dia selalu menunjuki dan memimpinnya ke jalan yang lurus. Tetapi walaupun jalan yang ditempuhnya itu adalah jalan raya yang biasa dilalui orang, namun jarak yang harus ditempuhnya amat jauh sekali sedangkan dia tidak membawa bekal kecuali sedikit saja, karena ia harus meninggalkan kota Mesir dengan segera mungkin. Diriwayatkan bahwa Musa berjalan delapan hari delapan malam lamanya, tanpa makanan dan dengan kaki telanjang pula. Tak ada yang dapat dimakannya kecuali daun-daun kayu walaupun demikian hatinya tetap kuat dan semangatnya tetap membaja karena ia telah luput dari kejaran Firaun. Dia telah selamat dari jebakan Firaun di waktu kecilnya, tatkala dia membunub setiap bayi laki-laki dari Bani Israel; sekarang ia telah bebas dari jebakan Firaun di waktu ia sudan besar. Semua itu adalah karena rahmat dan lindungan Tuhan, karena itu ia yakin pula dalam perjalanan yang jauh dan sulit itu ia akan tetap berada dalam lindungan-Nya.
Surah Al Qashash 23
وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ (23)
Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menahan ternaknya. Musa berkata: `Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?` Kedua wanita itu menjawab: `Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya`.(QS. 28:23)
Akhirnya sampailah Musa ke sebuah mata air di kota Madyan dan dilihatnya di sana orang-orang sedang ramai berdesak-desakan mengambil air dan memberi minum binatang ternak mereka. Di sana tempat yang agak rendah, nampak olehnya dua orang gadis memegang dan menahan tali kambingnya yang selalu hendak maju ke arah orang-orang yang mengambil air karena sudah sangat haus. Melihat hal itu timbullah rasa santun dan kasihan dalam hatinya lalu ia dekati kedua gadis itu hendak menanyakan mengapakah tidak ikut, bersama orang banyak mengambil air dan memberi minum kambing mereka. Mereka menjawab "Kami tidak dapat mengambil air kecuali sesudah orang-orang itu semuanya telah selesai mengambilnya, dan karena kami tidak kuat berebut dan berdesak-desakan dengan orang banyak itu. Bapak kami sudah sangat tua, karena itu tidak pula sanggup datang kemari untuk mengambil air. Itulah sebabnya kami terpaksa duduk saja di sini menunggu orang-orang itu pergi dan kami hanya dapat mengambil air, jika ada sisa-sisa air yang ditinggalkan mereka.
Surah Al Qashash 24
فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ (24)
Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: `Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku`.(QS. 28:24)
Dengan cepat Musa mengambil air untuk kedua dara itu dan untuk memberi minum kambing mereka, dan karena lelahnya ia berlindung di bawah sebatang pohon. Memang dia sangat lelah dan merasa lapar karena sudah beberapa hari tidak makan kecuali daun-daunan. Demikianlah dia berdoa lagi kepada Tuhannya. Ya Tuhanku, Aku sangat membutuhkan rahmat dan kasih sayang Engkau, berilah aku apa saja yang dapat melenyapkan penderitaanku ini. Ibnu Abbas pernah berkata tentang hal Musa ini sebagai berikut , "Musa mengucapkan doa seperti itu sedang dia adalah makhluk yang paling dimuliakan Allah, karena ia sangat lapar dan ingin makan walaupun setengah biji kurmapun jadilah.
Surah Al Qashash 25
فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (25)
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: `Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami`. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syuaib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syuaib berkata: `Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu`.(QS. 28:25)
Rupanya kepahitan penderitaan yang dialami Musa itu akan berakhir juga, dengan dikabulkannya doanya oleh Allah SWT. Dengan tak disangka sangka, datanglah salah seorang dari kedua dara itu dengan agak malu-malu dan berkata kepadanya, bahwa bapaknya mengundang Musa datang ke rumahnya untuk sekadar membalas budi baik Musa yang telah menolong mereka mengambil air minum dan memberi minum binatang ternak mereka. Musa dapat memahami bahwa kedua wanita itu adalah keluarga orang baik-baik, karena melihat sikapnya yang malu-malu di waktu dia datang kepadanya dan mendengar bahwa yang mengundang datang ke rumahnya itu bukan. dia sendiri karena kalau dara itu sendiri langsung mengundang, mungkin timbul pengertian yang tidak baik terhadapnya.
Para mufassirin berbeda pendapat tentang bapak wanita itu apakah dia Nabi Syuaib atau bukan, tetapi sependapat bahwa dia adalah seorang pemuka agama yang saleh dan telah lanjut umurnya. Pendapat yang mengatakan bahwa bapak wanita itu adalah Nabi Syuaib hidup jauh sebelum Nabi Muhammad sebagaimana tersebut dalam ayat:
وما قوم لوط منكم ببعيد
Artinya:
sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu. (Q.S. Hud: 89)
Nabi Lut satu masa dengan Nabi Ibrahim sebagaimana dikisahkan dalam Alquran. Sedang antara Nabi Ibrahim dengan Nabi Musa adalah 400 tahun. Di dalam kitab-kitab orang Yahudi, orang tua itu namanya Yetsro.
Di dalam Taurat pasal kedua dalam buku kedua ada tersebut "Tatkala Firaun mendengar kabar terbunuhnya seorang Qibti, dia memerintahkan supaya Musa di bunuh. Lalu Musa lari ke Madyan, di sana ia beristirahat di dekat sebuah sumur. seorang pemuka agama di Madyan ini mempunyai tujuh orang putri. Ketujuh putri itu pergi mengambil air ke sumur itu dan mereka meminta air untuk mengisi tempat air supaya kambing-kambing mereka dapat minum. Kemudian datang penggembala-penggembala mengusir mereka. Musa maju membela putri-putri itu dan memberi minum kambing-kambing mereka. Tatkala mereka kembali kepada bapak mereka Rawail, dia amat merasa heran, kenapa mereka dapat segera kembali pada hari ini.
Dan di dalam pasal ketiga ada tersebut, Musa menggembalakan kambing "Yetsro" mertuanya seorang pemuka agama Madyan", karena itu ia diundang untuk datang ke rumahnya. Musa menyetujui undangan itu bukan karena ia ingin mendapat upah atau jasa yang telah diberikannya kepada kedua dara itu, tetapi ingin hendak mengenal orang tua itu dan ingin mendapat berkah dari padanya. Akhirnya berangkatlah Musa bersama kedua dara itu ke rumah orang tua mereka, dan setelah sampai di sana Musa menceritakan kepadanya riwayat hidupnya bersama Firaun, bagaimana kesombongannya dan penghinaannya terhadap Bani Israel, sampai kepada ketetapan dan perintahnya untuk membunuhnya, sehingga ia lari dari Mesir karena takut akan dibunuh. Orang tua itu mendengar cerita Musa baik-baik dan setelah Musa selesai bercerita, orang tua itu berkata kepadanya "Jangan engkau merasa takut dan khawatir, karena engkau telah lepas dari kekuasaan orang-orang zalim itu. Mereka tidak akan dapat menangkapmu, karena engkau telah berada di sini, suatu daerah yang tidak termasuk dalam kerajaan mereka. Dengan demikian hati Musa merasa tenteram, karena ia sudah dapat berlindung di rumah seorang pemuka agama yang besar pengaruhnya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qashash 25
فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (25)
(Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan) seraya menutupkan kain kerudung ke mukanya karena malu kepada Nabi Musa (ia berkata, "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap kebaikanmu memberi minum ternak kami") Nabi Musa memenuhi panggilannya dan menolak dalam hatinya upah yang akan diberikan kepadanya, karena seolah-olah wanita itu bermaksud hendak memberi upah dan menganggap dirinya sebagai seorang upahan. Kemudian wanita itu berjalan di muka Nabi Musa tiba-tiba angin meniup kainnya, sehingga terlihat kedua betisnya. Lalu Nabi Musa berkata kepadanya, "Berjalanlah engkau di belakangku dan tunjukkanlah jalan itu kepadaku". Wanita itu menuruti apa yang dikatakan oleh Nabi Musa, sehingga Nabi Musa sampai ke tempat bapak wanita itu, dia adalah Nabi Syuaib a.s. Ketika Nabi Musa sampai di hadapannya ternyata telah disiapkan makan malam, maka Nabi Syuaib berkata, "Duduklah, kemudian makan malamlah". Nabi Musa menjawab, "Aku khawatir jika makan malam ini sebagai imbalan karena aku telah memberi minum ternak keduanya, sedangkan aku berasal dari ahlul bait yang tidak pernah meminta imbalan dari suatu pekerjaan yang baik". Nabi Syuaib berkata, "Tidak, ini merupakan tradisiku dan tradisi nenek moyangku. Kami biasa menjamu tamu kami, juga biasa memberi makan". Nabi Musa baru mau memakannya dan menceritakan kepadanya semua apa yang telah ia alami. Untuk itu maka Allah swt. berfirman, ("Maka tatkala Musa mendatangi bapak wanita itu dan menceritakan kepadanya kisah mengenai dirinya) lafal Al Qashash adalah Mashdar yang bermakna Isim Maf'ul; maksudnya Nabi Musa menceritakan kepadanya tentang pembunuhannya terhadap seorang bangsa Mesir dan niat bangsa Mesir untuk membunuhnya, serta kekhawatirannya terhadap Firaun (Syuaib berkata, 'Janganlah kamu takut! Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim'.") karena tidak ada kekuasaan bagi Firaun atas negeri Madyan.
Surah Al Qashash 26
قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ (26)
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: `Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya`.(QS. 28:26)
Rupanya orang tua itu tidak mempunyai anak laki-laki dan tidak pula mempunyai pembantu. Oleh sebab itu yang mengurus semua urusan keluarga itu hanyalah kedua putrinya saja, sampai keduanya terpaksa menggembala kambing mereka, di samping mengurus rumah tangga. Terpikirlah salah seorang putri itu untuk memintanya supaya datang memenuhi undangan bapaknya alangkah baiknya kalau Musa yang nampaknya amat baik sikap dan budi pekertinya dan kuat tenaganya diangkat menjadi pembantu di rumah ini. Putri itu mengusulkan kepada bapaknya angkatlah Musa itu sebagai pembantu kita yang akan mengurus sebagian urusan kita sebagai penggembala kambing, mengambil air dan sebagainya. Saya lihat dia seorang yang jujur dapat dipercaya dan kuat juga tenaganya. Usul itu berkenan di hati bapaknya, bahkan bapaknya bukan saja ingin mengangkatnya sebagai pembantu, malah ia hendak mengawinkan putrinya itu dengan Musa dan sebagai maharnya Musa harus bekerja di sana selama delapan tahun dan bila Musa menyanggupi sepuluh tahun dengan suka rela itulah yang lebih baik.
Surah Al Qashash 27
قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ (27)
Berkatalah dia (Syuaib): `Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik`.(QS. 28:27)
Dengan segera orang tua itu mengajak Musa berunding, dan dengan terus terang dia mengatakan kepada Musa "Aku ingin mengawinkan engkau dengan salah seorang putriku, tetapi sebagai mahar perkawinan ini engkau harus bekerja dengan kami menggembalakan kambing selama delapan tahun. kalau engkau menyanggupi bekerja sepuluh tahun maka itu lebih baik. Aku tidak merasa engkau bekerja dua tahun lagi, itu hanya terserah kepada kerelaan hatimu. Insya Allah engkau tidak akan menemui hal-hal yang tidak baik dari kami, karena kami ini termasuk orang baik-baik di sini. Ini adalah suatu tawaran yang amat simpatik dan amat melegakan hati Musa, karena dia sebagai seorang pelarian yang ingin menghindarkan dirinya dari maut, seorang yang belum yakin masa depannya, mungkin ia terlunta-lunta di negeri orang, tidak tentu arah yang akan ditujunya. Sekarang ditawarkan kepadanya agar ia kawin dengan salah seorang putri dari seorang pemuka agama yang disegani dan termasuk golongann orang baik-baik, apalagi yang lebih berharga dan lebih membahagiakan dari itu? Tanpa ragu-ragu dia telah menetapkan dalam hatinya akan menerimanya.
Para ulama mengambil dalil dengan ayat ini bahwa seorang bapak boleh meminang seorang laki-laki untuk menjadi suami putrinya. Hal ini banyak terjadi di masa Rasulullah saw bahkan ada di antara wanita yang menawarkan dirinya supaya dikawini oleh Rasulullah saw atau supaya Rasulullah mengawinkan mereka dengan siapa yang diinginkannya oleh Rasulullah.
Pernah Umar menawarkan anaknya Hafsah (yang sudah janda kepada Abu Bakar tetapi Abu Bakar diam saja. Kemudian ditawarkan kepada Usman tetapi Usman meminta maaf karena keberatan. Hal ini diberitahukan Abu Bakar kepada Nabi saw. Nabipun menenteramkan hatinya dengan mengatakan "Semoga Allah akan memberikan kepada Hafsah orang yang lebih baik dari Abu Bakar dun Usman. Kemudian Hafsah dikawini oleh Rasulullah.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qashash 27
قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ (27)
(Berkatalah dia, "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini) yaitu yang paling besar atau yang paling kecil (atas dasar kamu bekerja denganku) yakni, menggembalakan kambingku (delapan tahun) selama delapan tahun (dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun) yakni, menggembalakan kambingku selama sepuluh tahun (maka itu adalah suatu kebaikan dari kamu) kegenapan itu (maka aku tidak hendak memberati kamu) dengan mensyaratkan sepuluh tahun. (Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku) lafal Insya Allah di sini maksudnya untuk ber-tabarruk (termasuk orang-orang yang baik") yaitu orang-orang yang menepati janjinya.
Surah Al Qashash 28
قَالَ ذَلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ أَيَّمَا الْأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّ وَاللَّهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ (28)
Dia berkata: `Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan`.(QS. 28:28)
Musa menerima tawaran itu dan berjanji kepada orang tua itu, bahwa dia akan memenuhi syarat-syarat yang akan diberikannya dan telah menegaskan bahwa dia akan memenuhi salah satu dari dua masa yang telah ditetapkan, yaitu delapan atau sepuluh tahun sesudah itu tidak ada kewajiban lagi yang harus dibebankan kepadanya, dan menyatakan bahwa Allah-lah yang menjadi saksi atas kebenaran apa yang telah diikrarkan bersama. Diriwayatkan oleh Al Khatib bahwa Nabi saw pernah ditanya tentang ketentuan manakah yang dilaksanakan oleh Musa ? Rasulullah, "Musa melaksanakan ketentuan yang lebih sempurna dan lebih banyak buktinya".
Surah Al Qashash 29
فَلَمَّا قَضَى مُوسَى الْأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِ آنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا قَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ (29)
Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung, ia berkata kepada keluarganya: `Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan`.(QS. 28:29)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa setelah Musa menunaikan tugasnya selama sepuluh tahun dengan sebaik-baiknya, diapun pamit kepada mertuanya untuk kembali ke Mesir, kampung halamannya, bersama dengan istrinya. Tentu saja tidak ada alasan lagi bagi mertuanya untuk menahannya, karena semua ketentuan yang telah ditetapkan untuk mengawini anaknya sudah terpenuhi semuanya. Hanya saja sebagai seorang yang telah tua. tidak akan sampai hati melepaskan anak menantunya begitu saja, tanpa memberikan sekadar bekal di jalan. Mertuanya membekali secukupnya dan memberikan pula kepadanya beberapa ekor kambing. Maka berangkatlah Musa bersama istrinya menempuh jalan yang pernah ditempuhnya dahulu sewaktu dia lari dari Mesir. Di tengah jalan dia berhenti di suatu tempat melepaskan lelahnya. Malam itu adalah malam gelap gulita, karena itu ia mencoba menyalakan api dengan batu cetusnya, tetapi rabuknya tidak mau menyala sehingga hilanglah akalnya, karena ia tidak dapat mengerjakan sesuatu dalam gelap gulita itu. Udarapun sangat dingin tentu dia dan keluarganya tidak akan dapat bertahan lama, tanpa ada api untuk berdiang. Dalam keadaan demikian dari jauh dia melihat nyala api, di sebelah kanan bukit Tur, lalu dia berkata kepada istrinya, tunggulah aku di sini, aka akan pergi ke tempat api itu, semoga orang-orang di sana dapat memberikan berita kepada kita atau aku dapat membawa kemari sepotong kayu yang menyala supaya kita dapat menghangatkan badan kita terhadap dingin yang tak tertahan ini.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qashash 29
فَلَمَّا قَضَى مُوسَى الْأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِ آنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا قَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ (29)
(Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan) yakni masa penggembalaan itu, yaitu delapan atau sepuluh tahun. Masa sepuluh tahun inilah yang diduga kuat dilakukan oleh Nabi Musa (dan dia berangkat dengan keluarganya) dengan istrinya menuju ke negeri Mesir dengan seizin bapaknya (dilihatnyalah) yakni, Nabi Musa melihat dari jarak jauh (dari arah lereng gunung Thur) Thur adalah nama sebuah gunung (api, Ia berkata kepada keluarganya, "Tunggulah) di sini (sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari tempat api itu) tentang jalan yang sebenarnya, karena pada saat itu Nabi Musa tersesat (atau membawa sesuluh) dapat dibaca Jadzwatin, Judzwatin, dan Jidzwatin, yakni sebuah obor (api agar kamu dapat menghangatkan badan") maksudnya, berdiang dengan api itu. Huruf Tha yang ada pada lafal Tashthaluna merupakan pergantian dari huruf Ta wazan Ifti'al, karena berasal dari kata Shala bin nari atau Shaliya bin nari artinya berdiang dekat api untuk menghangatkan badan.
Surah Al Qashash 30
فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِي الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا مُوسَى إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (30)
Maka tatkala Musa sampai ke (tempat api itu), diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: `Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam,(QS. 28:30)
Musa berjalan ke arah api yang dilihatnya itu dan tatkala dia telah dekat ke api itu, di lereng bukit Tur ia diseru oleh Tuhannya, di lembah yang sebelah kanan yaitu di sebelah kanan Musa, di tempat yang penuh berkat, karena di tempat itulah Musa mula-mula menerima wahyu dari Tuhannya. Dia mendengar suara itu serasa di dekat sebatang pohon. Ia mendengar seruan itu menyatakan kepadanya: "Bahwasanya aku adalah Allah Tuhan Seru Sekalian Alam". Di sanalah Musa mendengar seruan Tuhannya, di malam yang sunyi senyap, di lembah dalam keadaan sendirian tak seorangpun yang menemaninya. Bagaimana Musa dapat mendengar Kalam Ilahi langsung dari Tuhannya, karena hal itu adalah suatu hal yang gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT Allah telah mengilhamkan kepada Musa keyakinan bahwa yang berbicara dengan dia itu adalah Tuhan Seru Sekalian Alam. Tempat pohon itu tumbuh dijadikan tempat yang penuh berkat, karena di sanalah Musa mendengar firman Tuhannya dan diangkat menjadi Rasul.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qashash 30
فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِي الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا مُوسَى إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (30)
(Maka tatkala Musa sampai ke tempat api itu, dia diseru dari arah pinggir) yakni sebelah (lembah yang kanan) yang berada di sebelah kanan Nabi Musa (pada tempat yang diberkahi) bagi Musa untuk mendengarkan Kalam Allah di tempat itu (dari sebatang pohon) lafal ayat ini menjadi Badal dari lafal Syathi' berikut pengulangan huruf Jar-nya, disebabkan pohon itu tumbuh di pinggir lembah; pohon itu adalah pohon anggur, atau pohon 'Ulaiq, atau pohon 'Ausaj (yaitu) huruf An adalah An Mufassarah bukan An Mukhaffafah ("Hai Musa! Sesungguhnya Aku adalah Allah, Rabb semesta alam) .
فَخَرَجَ مِنْهَا خَائِفًا يَتَرَقَّبُ قَالَ رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (21)
Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa: `Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang zalim itu`.(QS. 28:21)
Mendengar nasihat yang dikemukakan oleh orang itu dan melihat sikap orang yang menampakkan kejujuran dan keikhlasan, dengan segera ia berangkat tanpa rencana dan persiapan meskipun ia tahu bahwa perjalanan yang akan dilakukannyan itu penuh dengan bahaya dan kesulitan, karena akan mengarungi padang pasir yang luas, padang pasir yang seram dan kejam, yang telah banyak memakan korban. Di samping itu harus berjalan dengan cepat dan selalu waspada, karena di belakangnya telah siap beberapa orang tentara Firaun untuk mengepung dan menangkapnya. Alangkah hebatnya tekanan yang diderita oleh Musa, tetapi walaupun demikian ia tetap berusaha melepaskan dirinya dan berdoa kepada Tuhannya, "Hai Tuhanku Yang Maha Kuasa, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, bebaskanlah aku dari cengkeraman kaum Firaun yang aniaya. Allah mengabulkan doanya dan memimpinnya menempuh jalan raya yang menuju Madyan. Menurut riwayat Firaun memerintahkan kepada tentaranya supaya mengejar Musa ke jalan-jalan kecil yang bercabang dan melarang mereka melalui jalan raya karena ia yakin bahwa Musa tidak mungkin akan menempuh jalan itu.
Surah Al Qashash 22
وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَاءَ مَدْيَنَ قَالَ عَسَى رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ (22)
Dan tatkala ia menghadap ke jurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi): `Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar`.(QS. 28:22)
Setelah Musa mengetahui, bahwa jalan yang ditempuhnya itu adalah jalan yang biasa dilalui orang, jalan yang menuju ke Madyan, timbullah harapannya, bahwa ia tidak akan tersesat di jalan dan tidak akan berlarut-larut menempuh padang pasir yang luas itu. Di waktu ia berdoa lagi kepada Tuhannya agar Dia selalu menunjuki dan memimpinnya ke jalan yang lurus. Tetapi walaupun jalan yang ditempuhnya itu adalah jalan raya yang biasa dilalui orang, namun jarak yang harus ditempuhnya amat jauh sekali sedangkan dia tidak membawa bekal kecuali sedikit saja, karena ia harus meninggalkan kota Mesir dengan segera mungkin. Diriwayatkan bahwa Musa berjalan delapan hari delapan malam lamanya, tanpa makanan dan dengan kaki telanjang pula. Tak ada yang dapat dimakannya kecuali daun-daun kayu walaupun demikian hatinya tetap kuat dan semangatnya tetap membaja karena ia telah luput dari kejaran Firaun. Dia telah selamat dari jebakan Firaun di waktu kecilnya, tatkala dia membunub setiap bayi laki-laki dari Bani Israel; sekarang ia telah bebas dari jebakan Firaun di waktu ia sudan besar. Semua itu adalah karena rahmat dan lindungan Tuhan, karena itu ia yakin pula dalam perjalanan yang jauh dan sulit itu ia akan tetap berada dalam lindungan-Nya.
Surah Al Qashash 23
وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ (23)
Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menahan ternaknya. Musa berkata: `Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?` Kedua wanita itu menjawab: `Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya`.(QS. 28:23)
Akhirnya sampailah Musa ke sebuah mata air di kota Madyan dan dilihatnya di sana orang-orang sedang ramai berdesak-desakan mengambil air dan memberi minum binatang ternak mereka. Di sana tempat yang agak rendah, nampak olehnya dua orang gadis memegang dan menahan tali kambingnya yang selalu hendak maju ke arah orang-orang yang mengambil air karena sudah sangat haus. Melihat hal itu timbullah rasa santun dan kasihan dalam hatinya lalu ia dekati kedua gadis itu hendak menanyakan mengapakah tidak ikut, bersama orang banyak mengambil air dan memberi minum kambing mereka. Mereka menjawab "Kami tidak dapat mengambil air kecuali sesudah orang-orang itu semuanya telah selesai mengambilnya, dan karena kami tidak kuat berebut dan berdesak-desakan dengan orang banyak itu. Bapak kami sudah sangat tua, karena itu tidak pula sanggup datang kemari untuk mengambil air. Itulah sebabnya kami terpaksa duduk saja di sini menunggu orang-orang itu pergi dan kami hanya dapat mengambil air, jika ada sisa-sisa air yang ditinggalkan mereka.
Surah Al Qashash 24
فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ (24)
Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: `Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku`.(QS. 28:24)
Dengan cepat Musa mengambil air untuk kedua dara itu dan untuk memberi minum kambing mereka, dan karena lelahnya ia berlindung di bawah sebatang pohon. Memang dia sangat lelah dan merasa lapar karena sudah beberapa hari tidak makan kecuali daun-daunan. Demikianlah dia berdoa lagi kepada Tuhannya. Ya Tuhanku, Aku sangat membutuhkan rahmat dan kasih sayang Engkau, berilah aku apa saja yang dapat melenyapkan penderitaanku ini. Ibnu Abbas pernah berkata tentang hal Musa ini sebagai berikut , "Musa mengucapkan doa seperti itu sedang dia adalah makhluk yang paling dimuliakan Allah, karena ia sangat lapar dan ingin makan walaupun setengah biji kurmapun jadilah.
Surah Al Qashash 25
فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (25)
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: `Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami`. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syuaib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syuaib berkata: `Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu`.(QS. 28:25)
Rupanya kepahitan penderitaan yang dialami Musa itu akan berakhir juga, dengan dikabulkannya doanya oleh Allah SWT. Dengan tak disangka sangka, datanglah salah seorang dari kedua dara itu dengan agak malu-malu dan berkata kepadanya, bahwa bapaknya mengundang Musa datang ke rumahnya untuk sekadar membalas budi baik Musa yang telah menolong mereka mengambil air minum dan memberi minum binatang ternak mereka. Musa dapat memahami bahwa kedua wanita itu adalah keluarga orang baik-baik, karena melihat sikapnya yang malu-malu di waktu dia datang kepadanya dan mendengar bahwa yang mengundang datang ke rumahnya itu bukan. dia sendiri karena kalau dara itu sendiri langsung mengundang, mungkin timbul pengertian yang tidak baik terhadapnya.
Para mufassirin berbeda pendapat tentang bapak wanita itu apakah dia Nabi Syuaib atau bukan, tetapi sependapat bahwa dia adalah seorang pemuka agama yang saleh dan telah lanjut umurnya. Pendapat yang mengatakan bahwa bapak wanita itu adalah Nabi Syuaib hidup jauh sebelum Nabi Muhammad sebagaimana tersebut dalam ayat:
وما قوم لوط منكم ببعيد
Artinya:
sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu. (Q.S. Hud: 89)
Nabi Lut satu masa dengan Nabi Ibrahim sebagaimana dikisahkan dalam Alquran. Sedang antara Nabi Ibrahim dengan Nabi Musa adalah 400 tahun. Di dalam kitab-kitab orang Yahudi, orang tua itu namanya Yetsro.
Di dalam Taurat pasal kedua dalam buku kedua ada tersebut "Tatkala Firaun mendengar kabar terbunuhnya seorang Qibti, dia memerintahkan supaya Musa di bunuh. Lalu Musa lari ke Madyan, di sana ia beristirahat di dekat sebuah sumur. seorang pemuka agama di Madyan ini mempunyai tujuh orang putri. Ketujuh putri itu pergi mengambil air ke sumur itu dan mereka meminta air untuk mengisi tempat air supaya kambing-kambing mereka dapat minum. Kemudian datang penggembala-penggembala mengusir mereka. Musa maju membela putri-putri itu dan memberi minum kambing-kambing mereka. Tatkala mereka kembali kepada bapak mereka Rawail, dia amat merasa heran, kenapa mereka dapat segera kembali pada hari ini.
Dan di dalam pasal ketiga ada tersebut, Musa menggembalakan kambing "Yetsro" mertuanya seorang pemuka agama Madyan", karena itu ia diundang untuk datang ke rumahnya. Musa menyetujui undangan itu bukan karena ia ingin mendapat upah atau jasa yang telah diberikannya kepada kedua dara itu, tetapi ingin hendak mengenal orang tua itu dan ingin mendapat berkah dari padanya. Akhirnya berangkatlah Musa bersama kedua dara itu ke rumah orang tua mereka, dan setelah sampai di sana Musa menceritakan kepadanya riwayat hidupnya bersama Firaun, bagaimana kesombongannya dan penghinaannya terhadap Bani Israel, sampai kepada ketetapan dan perintahnya untuk membunuhnya, sehingga ia lari dari Mesir karena takut akan dibunuh. Orang tua itu mendengar cerita Musa baik-baik dan setelah Musa selesai bercerita, orang tua itu berkata kepadanya "Jangan engkau merasa takut dan khawatir, karena engkau telah lepas dari kekuasaan orang-orang zalim itu. Mereka tidak akan dapat menangkapmu, karena engkau telah berada di sini, suatu daerah yang tidak termasuk dalam kerajaan mereka. Dengan demikian hati Musa merasa tenteram, karena ia sudah dapat berlindung di rumah seorang pemuka agama yang besar pengaruhnya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qashash 25
فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (25)
(Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan) seraya menutupkan kain kerudung ke mukanya karena malu kepada Nabi Musa (ia berkata, "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap kebaikanmu memberi minum ternak kami") Nabi Musa memenuhi panggilannya dan menolak dalam hatinya upah yang akan diberikan kepadanya, karena seolah-olah wanita itu bermaksud hendak memberi upah dan menganggap dirinya sebagai seorang upahan. Kemudian wanita itu berjalan di muka Nabi Musa tiba-tiba angin meniup kainnya, sehingga terlihat kedua betisnya. Lalu Nabi Musa berkata kepadanya, "Berjalanlah engkau di belakangku dan tunjukkanlah jalan itu kepadaku". Wanita itu menuruti apa yang dikatakan oleh Nabi Musa, sehingga Nabi Musa sampai ke tempat bapak wanita itu, dia adalah Nabi Syuaib a.s. Ketika Nabi Musa sampai di hadapannya ternyata telah disiapkan makan malam, maka Nabi Syuaib berkata, "Duduklah, kemudian makan malamlah". Nabi Musa menjawab, "Aku khawatir jika makan malam ini sebagai imbalan karena aku telah memberi minum ternak keduanya, sedangkan aku berasal dari ahlul bait yang tidak pernah meminta imbalan dari suatu pekerjaan yang baik". Nabi Syuaib berkata, "Tidak, ini merupakan tradisiku dan tradisi nenek moyangku. Kami biasa menjamu tamu kami, juga biasa memberi makan". Nabi Musa baru mau memakannya dan menceritakan kepadanya semua apa yang telah ia alami. Untuk itu maka Allah swt. berfirman, ("Maka tatkala Musa mendatangi bapak wanita itu dan menceritakan kepadanya kisah mengenai dirinya) lafal Al Qashash adalah Mashdar yang bermakna Isim Maf'ul; maksudnya Nabi Musa menceritakan kepadanya tentang pembunuhannya terhadap seorang bangsa Mesir dan niat bangsa Mesir untuk membunuhnya, serta kekhawatirannya terhadap Firaun (Syuaib berkata, 'Janganlah kamu takut! Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim'.") karena tidak ada kekuasaan bagi Firaun atas negeri Madyan.
Surah Al Qashash 26
قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ (26)
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: `Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya`.(QS. 28:26)
Rupanya orang tua itu tidak mempunyai anak laki-laki dan tidak pula mempunyai pembantu. Oleh sebab itu yang mengurus semua urusan keluarga itu hanyalah kedua putrinya saja, sampai keduanya terpaksa menggembala kambing mereka, di samping mengurus rumah tangga. Terpikirlah salah seorang putri itu untuk memintanya supaya datang memenuhi undangan bapaknya alangkah baiknya kalau Musa yang nampaknya amat baik sikap dan budi pekertinya dan kuat tenaganya diangkat menjadi pembantu di rumah ini. Putri itu mengusulkan kepada bapaknya angkatlah Musa itu sebagai pembantu kita yang akan mengurus sebagian urusan kita sebagai penggembala kambing, mengambil air dan sebagainya. Saya lihat dia seorang yang jujur dapat dipercaya dan kuat juga tenaganya. Usul itu berkenan di hati bapaknya, bahkan bapaknya bukan saja ingin mengangkatnya sebagai pembantu, malah ia hendak mengawinkan putrinya itu dengan Musa dan sebagai maharnya Musa harus bekerja di sana selama delapan tahun dan bila Musa menyanggupi sepuluh tahun dengan suka rela itulah yang lebih baik.
Surah Al Qashash 27
قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ (27)
Berkatalah dia (Syuaib): `Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik`.(QS. 28:27)
Dengan segera orang tua itu mengajak Musa berunding, dan dengan terus terang dia mengatakan kepada Musa "Aku ingin mengawinkan engkau dengan salah seorang putriku, tetapi sebagai mahar perkawinan ini engkau harus bekerja dengan kami menggembalakan kambing selama delapan tahun. kalau engkau menyanggupi bekerja sepuluh tahun maka itu lebih baik. Aku tidak merasa engkau bekerja dua tahun lagi, itu hanya terserah kepada kerelaan hatimu. Insya Allah engkau tidak akan menemui hal-hal yang tidak baik dari kami, karena kami ini termasuk orang baik-baik di sini. Ini adalah suatu tawaran yang amat simpatik dan amat melegakan hati Musa, karena dia sebagai seorang pelarian yang ingin menghindarkan dirinya dari maut, seorang yang belum yakin masa depannya, mungkin ia terlunta-lunta di negeri orang, tidak tentu arah yang akan ditujunya. Sekarang ditawarkan kepadanya agar ia kawin dengan salah seorang putri dari seorang pemuka agama yang disegani dan termasuk golongann orang baik-baik, apalagi yang lebih berharga dan lebih membahagiakan dari itu? Tanpa ragu-ragu dia telah menetapkan dalam hatinya akan menerimanya.
Para ulama mengambil dalil dengan ayat ini bahwa seorang bapak boleh meminang seorang laki-laki untuk menjadi suami putrinya. Hal ini banyak terjadi di masa Rasulullah saw bahkan ada di antara wanita yang menawarkan dirinya supaya dikawini oleh Rasulullah saw atau supaya Rasulullah mengawinkan mereka dengan siapa yang diinginkannya oleh Rasulullah.
Pernah Umar menawarkan anaknya Hafsah (yang sudah janda kepada Abu Bakar tetapi Abu Bakar diam saja. Kemudian ditawarkan kepada Usman tetapi Usman meminta maaf karena keberatan. Hal ini diberitahukan Abu Bakar kepada Nabi saw. Nabipun menenteramkan hatinya dengan mengatakan "Semoga Allah akan memberikan kepada Hafsah orang yang lebih baik dari Abu Bakar dun Usman. Kemudian Hafsah dikawini oleh Rasulullah.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qashash 27
قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ (27)
(Berkatalah dia, "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini) yaitu yang paling besar atau yang paling kecil (atas dasar kamu bekerja denganku) yakni, menggembalakan kambingku (delapan tahun) selama delapan tahun (dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun) yakni, menggembalakan kambingku selama sepuluh tahun (maka itu adalah suatu kebaikan dari kamu) kegenapan itu (maka aku tidak hendak memberati kamu) dengan mensyaratkan sepuluh tahun. (Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku) lafal Insya Allah di sini maksudnya untuk ber-tabarruk (termasuk orang-orang yang baik") yaitu orang-orang yang menepati janjinya.
Surah Al Qashash 28
قَالَ ذَلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ أَيَّمَا الْأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّ وَاللَّهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ (28)
Dia berkata: `Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan`.(QS. 28:28)
Musa menerima tawaran itu dan berjanji kepada orang tua itu, bahwa dia akan memenuhi syarat-syarat yang akan diberikannya dan telah menegaskan bahwa dia akan memenuhi salah satu dari dua masa yang telah ditetapkan, yaitu delapan atau sepuluh tahun sesudah itu tidak ada kewajiban lagi yang harus dibebankan kepadanya, dan menyatakan bahwa Allah-lah yang menjadi saksi atas kebenaran apa yang telah diikrarkan bersama. Diriwayatkan oleh Al Khatib bahwa Nabi saw pernah ditanya tentang ketentuan manakah yang dilaksanakan oleh Musa ? Rasulullah, "Musa melaksanakan ketentuan yang lebih sempurna dan lebih banyak buktinya".
Surah Al Qashash 29
فَلَمَّا قَضَى مُوسَى الْأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِ آنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا قَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ (29)
Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung, ia berkata kepada keluarganya: `Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan`.(QS. 28:29)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa setelah Musa menunaikan tugasnya selama sepuluh tahun dengan sebaik-baiknya, diapun pamit kepada mertuanya untuk kembali ke Mesir, kampung halamannya, bersama dengan istrinya. Tentu saja tidak ada alasan lagi bagi mertuanya untuk menahannya, karena semua ketentuan yang telah ditetapkan untuk mengawini anaknya sudah terpenuhi semuanya. Hanya saja sebagai seorang yang telah tua. tidak akan sampai hati melepaskan anak menantunya begitu saja, tanpa memberikan sekadar bekal di jalan. Mertuanya membekali secukupnya dan memberikan pula kepadanya beberapa ekor kambing. Maka berangkatlah Musa bersama istrinya menempuh jalan yang pernah ditempuhnya dahulu sewaktu dia lari dari Mesir. Di tengah jalan dia berhenti di suatu tempat melepaskan lelahnya. Malam itu adalah malam gelap gulita, karena itu ia mencoba menyalakan api dengan batu cetusnya, tetapi rabuknya tidak mau menyala sehingga hilanglah akalnya, karena ia tidak dapat mengerjakan sesuatu dalam gelap gulita itu. Udarapun sangat dingin tentu dia dan keluarganya tidak akan dapat bertahan lama, tanpa ada api untuk berdiang. Dalam keadaan demikian dari jauh dia melihat nyala api, di sebelah kanan bukit Tur, lalu dia berkata kepada istrinya, tunggulah aku di sini, aka akan pergi ke tempat api itu, semoga orang-orang di sana dapat memberikan berita kepada kita atau aku dapat membawa kemari sepotong kayu yang menyala supaya kita dapat menghangatkan badan kita terhadap dingin yang tak tertahan ini.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qashash 29
فَلَمَّا قَضَى مُوسَى الْأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِ آنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا قَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ (29)
(Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan) yakni masa penggembalaan itu, yaitu delapan atau sepuluh tahun. Masa sepuluh tahun inilah yang diduga kuat dilakukan oleh Nabi Musa (dan dia berangkat dengan keluarganya) dengan istrinya menuju ke negeri Mesir dengan seizin bapaknya (dilihatnyalah) yakni, Nabi Musa melihat dari jarak jauh (dari arah lereng gunung Thur) Thur adalah nama sebuah gunung (api, Ia berkata kepada keluarganya, "Tunggulah) di sini (sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari tempat api itu) tentang jalan yang sebenarnya, karena pada saat itu Nabi Musa tersesat (atau membawa sesuluh) dapat dibaca Jadzwatin, Judzwatin, dan Jidzwatin, yakni sebuah obor (api agar kamu dapat menghangatkan badan") maksudnya, berdiang dengan api itu. Huruf Tha yang ada pada lafal Tashthaluna merupakan pergantian dari huruf Ta wazan Ifti'al, karena berasal dari kata Shala bin nari atau Shaliya bin nari artinya berdiang dekat api untuk menghangatkan badan.
Surah Al Qashash 30
فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِي الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا مُوسَى إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (30)
Maka tatkala Musa sampai ke (tempat api itu), diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: `Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam,(QS. 28:30)
Musa berjalan ke arah api yang dilihatnya itu dan tatkala dia telah dekat ke api itu, di lereng bukit Tur ia diseru oleh Tuhannya, di lembah yang sebelah kanan yaitu di sebelah kanan Musa, di tempat yang penuh berkat, karena di tempat itulah Musa mula-mula menerima wahyu dari Tuhannya. Dia mendengar suara itu serasa di dekat sebatang pohon. Ia mendengar seruan itu menyatakan kepadanya: "Bahwasanya aku adalah Allah Tuhan Seru Sekalian Alam". Di sanalah Musa mendengar seruan Tuhannya, di malam yang sunyi senyap, di lembah dalam keadaan sendirian tak seorangpun yang menemaninya. Bagaimana Musa dapat mendengar Kalam Ilahi langsung dari Tuhannya, karena hal itu adalah suatu hal yang gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT Allah telah mengilhamkan kepada Musa keyakinan bahwa yang berbicara dengan dia itu adalah Tuhan Seru Sekalian Alam. Tempat pohon itu tumbuh dijadikan tempat yang penuh berkat, karena di sanalah Musa mendengar firman Tuhannya dan diangkat menjadi Rasul.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Qashash 30
فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِي الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا مُوسَى إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (30)
(Maka tatkala Musa sampai ke tempat api itu, dia diseru dari arah pinggir) yakni sebelah (lembah yang kanan) yang berada di sebelah kanan Nabi Musa (pada tempat yang diberkahi) bagi Musa untuk mendengarkan Kalam Allah di tempat itu (dari sebatang pohon) lafal ayat ini menjadi Badal dari lafal Syathi' berikut pengulangan huruf Jar-nya, disebabkan pohon itu tumbuh di pinggir lembah; pohon itu adalah pohon anggur, atau pohon 'Ulaiq, atau pohon 'Ausaj (yaitu) huruf An adalah An Mufassarah bukan An Mukhaffafah ("Hai Musa! Sesungguhnya Aku adalah Allah, Rabb semesta alam) .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar