http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=4&SuratKe=29#Top
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al 'Ankabuut 61
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ (61)
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: `Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?` Tentu mereka akan menjawab: `Allah`, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).(QS. 29:61)
Ayat ini menerangkan bahwa kaum musyrikin itu mengakui bahwa yang menciptakan langit dan bumi itu adalah Allah Yang Maha Esa. Dialah yang menundukkan matahari dan bulan untuk kepentingan manusia.
Pengakuan mereka itu adalah suatu hal yang wajar, karena pada mulanya nenek moyang mereka beragama tauhid, yaitu agama yang di bawa nenek moyang mereka, Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail as. Pada mulanya mereka berbangga dengan agama tauhid itu, sehingga mereka tidak tertarik kepada agama Yahudi dan Nasrani yang berkembang di Jaziratul Arab. Dengan berlalunya masa dan bergantinya generasi yang satu dengan generasi yang datang kemudian, tanpa mereka sadari agama tauhid yang murni itu sedikit demi sedikit telah dimasuki oleh unsur-unsur musyrikin. Makin lama, makin jauh menyimpang dari dasar semula., mereka telah menyembah patung-patung, jin-jin dan benda-benda lain di samping mereka menyembah Allah, mereka juga menyembah berhala Lata, Uzza dan Manat.
Sekalipun kepercayaan yang mereka anut telah jauh menyimpang dari agama tauhid, namun mereka masih tetap mengakui bahwa mereka menganut agama Ibrahim. Kalau ditanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan, mereka menjawab: "Yang menciptakan ialah Allah dan Allah-lah yang menguasainya". Apabila ditanyakan kepada mereka: "Kenapa mereka menyembah patung-patung itu:, mereka menjawab: "Nenek moyang kamilah yang menyuruhnya".
Jawaban mereka ini sesuai dengan yang tersebut dalam firman Allah SWT:
وإذا قيل لهم تعالوا إلى ما أنزل الله وإلى الرسول قالوا حسبنا ما وجدنا عليه آباءنا أو لو كان آباؤهم لا يعلمون شيئا ولا يهتدون
Artinya:
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab : "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?. (Q.S. Al Maidah: 104)
Karena sikap dan kepercayaan mereka itulah, Allah SWT bertanya dengan maksud mengingkari tindakan mereka itu dengan mengatakan: "Maka mengapa mereka berpaling dari jalan yang benar?".
Surah Al 'Ankabuut 62
اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (62)
Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.(QS. 29:62)
Pada ayat ini Allah SWT menyatakan bahwa Dialah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia pula yang menyempitkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya. 1Dia sendirilah yang berkuasa untuk menentukan rezeki itu, karena itu janganlah kamu wahai orang-orang yang beriman enggan berhijrah karena takut miskin, Allah memberi rezeki di mana saja kamu berada baik kamu berada di negerimu sendiri, atau di negeri orang atau dalam perjalanan, maupun di waktu kamu sedang ditawan musuh.
Allah SWT berfirman:
إن الله هو الرزاق ذو القوة المتين
Artinya:
Sesungguhnya Allah. Dialah Maha Pemberi Rezeki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (Q.S. Az Zariyat: 58)
Selanjutnya Allah SWT menyatakan: "Dia mengetahui segala kemaslahatan makhluk-Nya, mengetahui orang-orang yang mengerjakan amal saleh, karena ia banyak dianugerahi-Nya rezeki, dan mengetahui orang-orang yang membuat kerusakan dan kemungkaran dengan kekayaan yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka.
Ayat ini dapat pula dihubungkan dengan pernyataan orang-orang musyrik pada ayat sebelum ini, yaitu ayat (61) Allah menyatakan kepada orang-orang musyrik: "Siapa yang menciptakan dan menguasai alam semesta ini". Mereka tidak mendapatkan jawaban, kecuali tunduk dengan menetapkan bahwa Allah Yang Maha Esa Yang menciptakan dan menguasai seluruh makhluk. Jika mereka telah mengakui bahwa Allah menciptakan dan menguasai semua makhluk mengapa mereka masih ragu-ragu tentang yang menanggung rezeki seluruh makhluk itu. Seharusnya mereka mengatakan bahwa Allah-lah yang melapangkan dan menyempitkan rezeki kepada makhluk-Nya, tidak ada yang lain, tetapi mereka masih menyembah dan meminta rezeki itu kepada berhala-berhala yang mereka sembah. Kemudian Allah menjelaskan sebab-sebab yang membedakan hamba-hamba-Nya dalam hal pemberian rezeki, karena Allah lebih mengetahui kemaslahatan hamba-Nya dan pemberian itu harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing hamba-Nya.
Surah Al 'Ankabuut 63
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ (63)
Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: `Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?` Tentu mereka akan menjawab: `Allah`. Katakanlah: `Segala puji bagi Allah`, tetapi kebanyakan mereka tidak memahami (nya).(QS. 29:63)
Dalam ayat ini pertanyaan masih dihadapkan kepada orang-orang musyrik Mekah, tentang siapa yang menurunkan air hujan dari langit, kemudian dengan air itu suburlah tanah yang selama ini tandus dan gersang? Apa jawaban mereka terhadap pertanyaan ini?
Pada ayat 61 di atas mereka telah menyatakan, bahwa Allah-lah yang menjadikan langit dan bumi, menundukkan matahari dan bulan. Hal ini adalah suatu yang tidak perlu diperbincangkan lagi, karena sesuai dengan akal pikiran yang benar dan sesuai pula dengan kepercayaan, agama yang dibawa Nabi Ibrahim agama yang mereka akui sebagai agama mereka. Namun perbuatan mereka berlawanan dengan pernyataan yang mereka ucapkan. Inilah keanehan yang ada pada mereka. Maka dalam ayat 63 ini Allah menerangkan bahwa kalau dihadapkan kepada mereka pertanyaan tersebut, mereka juga akan menjawab: "Allah". Dengan demikian jelaslah bahwa mereka mempercayai bahwa Allah-lah Pemilik semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. Dialah yang mengendalikan segala sesuatu yang ada pada keduanya, seperti menurunkan hujan dari langit, kemudian dengan air hujan itu bumi menjadi subur dan menumbuhkan tanam-tanaman. Akan tetapi kepercayaan mereka ini tidaklah kelihatan dalam amal perbuatan yang mereka lakukan setiap hari. Karena dalam amal perbuatan mereka, mereka mempersekutukan Tuhan dengan berhala-berhala yang tidak mempunyai sesuatu kekuasaan atau kekuatanpun. Oleh karena itu Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar mengucapkan "Alhamdulillah" (Segala Puji bagi Allah Tuhan semesta alam), karena orang-orang musyrik mengakui keesaan dan kekuasaan Allah serta penciptaan dan pemilihan-Nya terhadap semesta alam.
Akan tetapi sekalipun orang-orang musyrik menyatakan pengakuan seperti di atas sesuai dengan kepercayaan dan pikiran mereka, namun kebanyakan mereka tidak mau memahami dan mengamalkan pengakuan itu, seakan-akan mereka seperti orang yang bodoh yang tidak dapat mengerti hakikat pengakuan mereka. Yang demikian itu adalah karena kesesatan dan. kelaliman yang telah mengalahkan kebenaran. Apabila kebenaran itu dikemukakan kepada mereka, sekalipun pikiran dan naluri mereka menerimanya, tetapi hati mereka tidak menerimanya lagi, Bahkan mereka menuduh Nabi Muhammad telah menyihir mereka, sehingga mereka ragu-ragu terhadap kenyataan yang dilihat oleh mata dan pikiran mereka sendiri. Allah SWT berfirman:
لقالوا إنما سكرت أبصارنا بل نحن قوم مسحورون
Artinya:
Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang yang kena sihir. (Q.S. Al Hijir: 15)
Pada ayat inilah Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad, supaya mengucapkan "Alhamdulillah". Perkataan ini diucapkan sebagai pernyataan syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya, yaitu tersingkapnya kebenaran dengan adanya pengakuan dan pernyataan kaum musyrikin tentang keesaan Tuhan itu, sekali pun mereka telah mengakui kekuasaan dan ke Maha Pemurahan Allah, tetapi hati mereka masih tergantung pada berhala-berhala yang mereka sembah.
Surah Al 'Ankabuut 64
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (64)
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.(QS. 29:64)
Ayat ini menerangkan hakikat kehidupan duniawi, terutama kepada orang-orang musyrik yang terpedaya dengan kehidupan duniawi itu. Diterangkan bahwa kehidupan duniawi itu hanyalah permainan dan senda gurau saja, bukan kehidupan yang sebenarnya. Pandangan dan pikiran orang-orang musyrik telah tertutup, sehingga mereka telah disibukkan oleh urusan duniawi. Mereka berlomba-lomba mencari harta kekayaan, kekuasaan dan kesenangan serta kelezatan yang ada padanya, seakan-akan kehidupan dunia ialah kehidupan yang sebenarnya bagi mereka. Andai kata mereka mau mengurangi perhatian mereka kepada kehidupan duniawi itu agak sedikit saja, dan memandang kehidupan duniawi ini sebagai jembatan untuk sampai kepada kehidupan lain yang lebih kekal dan abadi, serta mau pula mendengarkan ayat-ayat Allah, tentulah mereka tidak akan durhaka dan tidak akan mempersekutukan Allah. Andai kata mereka mendengarkan seruan Rasul dengan menggunakan telinga, akal dan hati, mereka tidak akan tersesat dari jalan Allah.
Kemudian Allah SWT menerangkan bahwa kehidupan yang hakiki itu adalah kehidupan akhirat, kehidupan akhirat itu merupakan segi yang lain dari kehidupan manusia itu, yaitu kehidupan yang diliputi oleh kebenaran yang mutlak. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang di dalamnya masih bercampur baur antara kebenaran dan kebatilan, sedang pada kehidupan akhirat itu telah dipisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Kehidupan akhirat banyak ditentukan oleh corak kehidupan dunia yang dialami seseorang sekarang, dan tergantung kepada amal dan usahanya sewaktu ia masih hidup. Kehidupan dunia dapat diibaratkan dengan kehidupan masa kanak-kanak, sedang kehidupan akhirat dapat diibaratkan dengan kehidupan masa dewasa. Jika seseorang pada masa kanak-kanak mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, seperti belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh, maka kehidupan masa dewasanya akan merupakan kehidupan yang cerah. Sebaliknya jika ia banyak bermain-main tidak menggunakan waktu-waktu itu sebaik-baiknya, maka ia akan mempunyai masa dewasa yang suram.
Demikianlah halnya dengan kehidupan akhirat, tergantung kepada amal dan usaha seseorang se waktu masih hidup di dunia. Jika ia selama hidup di dunia beriman dan beramal saleh, maka kehidupannya di akhirat akan baik dan bahagia, sebaliknya jika ia kafir dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang terlarang, ia akan mengalami kehidupan yang sengsara di akhirat nanti.
Pada akhir ayat Allah SWT memperingatkan kepada orang-orang musyrik agar mereka mengetahui hakikat hidup itu. Andai kata mereka mendalami dan mengetahui hakikat hidup itu, tentulah mereka tidak akan tersesat, dan tentu pula mereka tidak akan terpedaya oleh kehidupan dunia yang fana ini. Setiap orang yang berilmu dan mau mempergunakan akalnya dengan mudah dapat membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara yang benar dan yang salah dan sebagainya.
Surah Al 'Ankabuut 65
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ (65)
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah),(QS. 29:65)
Ayat ini melukiskan kehidupan orang-orang musyrik yang penuh pertentangan dan kontradiksi. Hati mereka percaya kepada kekuasaan dan keesaan Allah, tetapi pengaruh dunia dan hawa nafsu mereka menutup keyakinan hati mereka yang benar, sehingga mereka tidak dapat beramal dan mengingat Allah secara ikhlas. Mereka seperti orang bingung di dalam kehidupan mereka yang penuh kemusyrikan.
Mereka diibaratkan Allah SWT dengan seorang yang naik kapal, berlayar mengarungi lautan luas. Tiba-tiba datanglah angin topan yang kencang disertai gelombang dan ombak yang menggunung dan kapal mereka dihempaskan gelombang yang besar itu ke sana ke mari. Maka timbul ketakutan dalam hati mereka dan mereka merasa tidak akan selamat dan akan ditelan oleh gelombang itu. Di saat itu mereka ingat kepada Allah, dan meyakini bahwa hanya Dia Yang Maha Kuasalah yang dapat menyelamatkan dan melindungi mereka dari hempasan ombak itu. Mereka mentauhidkan Allah baik dalam hati dan perasaan maupun dalam ucapan. Pendeknya dalam semua tindak tanduk mereka waktu itu, mereka kembali kepada fitrah mereka semula, yang mengakui keesaan dan kekuasaan Allah. Mereka tidak percaya lagi bahwa Tuhan-tuhan yang selama ini disembah sanggup melepaskan dan menyelamatkan mereka dari malapetaka yang sedang mengancam itu. Karena itu mereka berdoa dan mohon pertolongan kepada Allah saja.
Maka Allah SWT mengabulkan permohonan dan doa mereka yang ikhlas itu dengan menyelamatkan mereka dari segala bencana. Tetapi setelah mereka terlepas dari bencana kehancuran itu dan hati mereka telah merasa aman dan tenteram, dengan serta merta mereka kembali mengingkari Allah SWT yang telah menyelamatkan mereka. Mereka lupa bahwa mereka pernah berdoa kepada-Nya untuk keselamatan mereka dan berjanji akan tetap tunduk dan patuh hanya kepada-Nya saja. Mereka kembali mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang tidak layak sedikitpun dipersekutukan dengan-Nya. Maka Allah SWT membiarkan mereka bersenang-senang sampai pada waktu yang ditentukan dan Allah SWT akan memberi ganjaran yang setimpal di akhirat kelak.
Pada ayat yang lain diterangkan keadaan orang-orang musyrik di akhirat kelak. Mereka akan mengakui keesaan dan kekuasaan Allah di saat mereka mengalami siksaan yang pedih di dalam neraka dan berdoa kepada-Nya agar melepaskan mereka dari siksaan itu, sebagaimana firman Allah:
ربنا أخرجنا منها فإن عدنا فإنا ظالمون قال أخسئوا فيها ولا تكلمون
Artinya:
Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim. Allah berfirman "Tinggallah dengan hina di dalamnya dan janganlah kamu berbicara dengan Aku". (Q.S. Al Mu'minun: 107-108)
Muhammad bin Ishaq dalam kitab "Sirah"nya (tarikh Nabi Muhammad saw) meriwayatkan bahwa Ikrimah bin Abu Jahal berkata: "Tatkala Rasulullah menaklukkan Mekah, aku lari daripadanya. Ketika aku naik kapal ke Habsyah, kapal itu terombang-ambing. Para penumpang kapal berkata: "Hai orang banyak, berdoalah dengan ikhlas kepada Tuhanmu, sesungguhnya tidak ada yang dapat menyelamatkan kita dari bencana ini, kecuali Dia". Selanjutnya Ikrimah berkata: "Andai kata di laut tidak ada yang dapat menyelamatkan, kecuali Dia maka di daratpun tidak ada pula yang dapat menyelamatkan, kecuali Dia. Hai Tuhanku, aku berjanji kepadamu, jika aku keluar dari laut ini, maka aku allan pergi kepada Muhammad dan aku akan menyatakan keimananku kepadanya, maka akan kudapati dia seorang yang sangat pengasih dan penyayang, dan terlaksanalah janjiku itu".
Ikrimah juga berkata: "Bangsa Jahiliah itu apabila menaiki kapal, berhala-berhala mereka juga ikut dibawa. Jika angin ribut datang, berhala-berhala itu dilemparkan ke laut, lalu mereka mengucapkan "Ya Tuhan, Ya Tuhan".
Ar Razi mengatakan dalam bukunya "Al Lawami": Ini adalah suatu pertanda bahwa pengetahuan tentang Tuhan itu merupakan fitrah kepada manusia, walaupun mereka lalai mengingat Tuhan di waktu mereka bersuka ria, mereka mengingat-Nya di waktu kesusahan"
Surah Al 'Ankabuut 66
لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ وَلِيَتَمَتَّعُوا فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (66)
agar mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka dan agar mereka (hidup) bersenang-senang (dalam kekafiran). Kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya).(QS. 29:66)
Ayat ini merupakan akibat dari perilaku kaum musyrikin mempersekutukan Tuhan sesudah Allah SWT menyelamatkan mereka dari bencana, dan ancaman atas kekafiran kaum musyrikin itu kepada nikmat Allah, ketika Dia menyelamatkan mereka dari bahaya tenggelam ditelan ombak Pada ayat yang lalu Allah menerangkan bahwa, setelah mereka selamat, tiba-tiba mereka kembali mempersekutukan Allah, maka timbullah pertanyaan kenapa Allah SWT menyelamatkan mereka dari bahaya tenggelam itu?". Kenapa kapal mereka beserta mereka tidak dibiarkan tenggelam ke dasar laut, sehingga selesailah persoalan mereka?
Pertanyaan ini dapat dijawab: bahwa wajarlah sudah kalau Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang itu memperkenankan doa dari hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya dengan tulus ikhlas Dalam pada itu mereka diselamatkan adalah juga sebagai batu ujian bagi keimanan mereka; apakah mereka akan tetap dalam keimanan itu atau akan musyrik kembali.
Ujian ini membawa hasil, bahwa mereka sesudah diselamatkan Allah musyrik kembali yang demikian itu adalah karena kemusyrikan itu telah berurat dan berakar pada jiwa mereka. Kemusyrikan mereka kembali itu mengakibatkan mereka kafir kepada nikmat Allah, yang telah menyelamatkan mereka dari bencana tenggelam dalam laut itu dan membuat mereka hidup bersenang-senang dalam kekafiran itu. Oleh karena itu Allah SWT mengancam mereka dengan mengatakan bahwa mereka kelak akan mengetahui akibat perbuatan mereka itu.
Maka "kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)" ini adalah kalimat yang mempunyai nada ancaman kepada orang-orang musyrik, karena tanda tanda kekuasaan dan keesaan Allah dan nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka, tidak dapat meyakinkan mereka, bahkan menambah keingkaran mereka, sehingga seakan-akan dikatakan kepada mereka: "Apabila mereka lalai dan tidak merubah tindak tanduk mereka, mereka akan mengetahui dengan ilmu yakin; bahwa azab yang dijanjikan itu pasti menimpa mereka". Apabila azab itu telah menimpa mereka, maka semua pintu tobat telah tertutup bagi mereka.
Surah Al 'Ankabuut 67
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ (67)
Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah?(QS. 29:67)
Ayat ini mengingatkan orang-orang musyrik Mekah akan nikmat yang dilimpahkan kepada mereka. Mereka diistimewakan Allah dari penduduk negeri-negeri yang berada di sekitar mereka dengan menjadikan kota Mekah sebagai negeri yang aman dan tenteram diharamkan berperang di sana, dan Allah menjaga negeri itu dari musuh-musuhnya yang hendak menghancurkan dan menguasainya, seperti yang pernah terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad saw. Pada waktu itu tentara Abrahah yang mengendarai gajah dihancurkan Allah sebelum mereka sempat menjamah Kakbah.
Allah SWT berfirman:
ألم تر كيف فعل ربك بأصحاب الفيل ألم يجعل كيدهم في تضليل وأرسل عليهم طيرا أبابيل ترميهم بحجارة من سجيل فجعلهم كعصف مأكول
Artinya:
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Kakbah) itu sia-sia dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (Q.S. Al Fil: 1-5)
Dalam ayat yang lain diterangkan keadaan kota Mekah dan kehidupan orang-orang Quraisy, Allah SWT berfirman:
لإيلاف قريش إيلافهم رحلة الشتاء والصيف فليعبدوا رب هذا البيت الذي أطعمهم من جوع وآمنهم من خوف
Artinya:
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Kakbah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakuan. (Q.S. Quraisy: 1-4)
Dalam pada itu negeri-negeri yang berada di sekitar Mekah dalam keadaan tidak aman, sering terjadi perampokan, pembunuhan, kekacauan dan peperangan antar kabilah, sehingga seseorang tidak dapat merasakan kedamaian dan keamanan atas jiwanya, keluarga dan hartanya. Setiap saat penduduknya selalu berada dalam keadaan kekhawatiran diserbu musuh. Pada ayat ini diterangkan kepada orang-orang musyrik itu : Apakah mereka tidak melihat nikanat yang jelas dan nyata itu? Apakah mereka tidak merasakan sedikit juga bahwa Allah telah mengistimewakan mereka dari penduduk negeri-negeri sekitar mereka. Kenapa mereka tidak meninggalkan penyembahan berhala yang mengotorkan Kakbah itu? Sebenarnya orang Mekah telah mengetahui semuanya itu, tetapi karena keingkaran mereka, mereka mempercayai yang batil dan mengingkari nikmat Allah. Alangkah rendahnya akal mereka?.
Surah Al 'Ankabuut 68
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ (68)
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?(QS. 29:68)
Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang musyrik itu adalah orang yang sangat zalim, karena mereka mengada-adakan sekutu bagi Allah dan mengatakan bahwa Allah mempunyai anak. Mereka adalah orang-orang yang membuat-buat kedustaan terhadap Allah dan menjadi musuh-Nya. Mereka membuat patung-patung, kemudian menyembahnya untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Allah SWT berfirman, menceritakan kepercayaan kaum musyrikin itu:
ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى
Artinya:
Kami tidak menyembah mereka (patung-patung) melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. (Q.S. Az Zumar: 3)
Setelah datang kepada mereka seorang Rasul Allah menerangkan kebatilan dan kepalsuan perbuatan mereka, serta menunjukkan jalan yang lurus berdasarkan kebenaran, mereka mengingkari dan mendustakan semuanya. Bahkan mengingkari semua nikmat Allah yang diberikan kepada mereka.
Sesungguhnya orang-orang musyrik itu telah mengerjakan dosa yang paling besar yang tidak ada tandingannya di dunia ini, tiada balasan yang tepat kecuali azab neraka Jahanam di akhirat nanti dan itulah tempat yang wajar bagi mereka.
Surah Al 'Ankabuut 69
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69)
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari) keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.(QS. 29:69)
Ayat ini menerangkan janji yang mulia dari Allah SWT kepada orang-orang mukmin yang berjihad di jalan Allah dengan mengorbankan jiwanya dan hartanya serta menanggung siksaan dan rintangan. Karena itu Allah SWT akan memberi mereka petunjuk dan membulatkan tekad dan memberikan bantuan, sehingga mereka memperoleh kemenangan di dunia dan kebahagiaan serta kemuliaan di akhirat kelak.
Allah SWT berfirman:
ولينصرن الله من ينصره
Artinya:
Sesunguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya (Q.S. Al Hajj: 40)
Yang dimaksud dengan jihad di sini ialah melakukan segala macam usaha untuk menegakkan agama Allah dan meninggikan kalimat-Nya, seperti memerangi orang-orang kafir yang ingin memusnahkan Islam dan kaum Muslimin, menyiarkan agama Islam dan sebagainya.
Menurut Abu Sulaiman Ad Darami "jihad" dalam ayat ini bukan berarti memerangi orang-orang kafir saja, melainkan juga berarti mempertahankan agama, memberantas kelaliman. Dan yang terutama ialah menganjurkan berbuat yang makruf dan melarang dari perbuatan yang mungkar, memerangi hawa nafsu dalam menaati Allah.
Mereka yang berjihad itu dijanjikan Allah akan diberi-Nya jalan yang lapang. Janji ini pasti Allah melaksanakannya, sebagaimana firman-Nya:
وكان حقا علينا نصر المؤمنين
Artinya:
Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman (Q.S. Ar Rum: 47)
Dalam ayat ini diterangkan bahwa orang-orang yang berjihad di jalan Allah itu adalah orang-orang yang berbuat baik. Hal ini berarti bahwa segala macam perbuatan, sesuai dengan yang digariskan Allah dalam berjihad itu adalah perbuatan baik, dan orangnya adalah orang yang berbuat baik (muhsin). Dinamakan demikian karena orang-orang yang berjihad itu selalu berjalan di jalan Allah, dan orang-orang yang tidak mau berjihad adalah orang yang jelek, sebab ia telah membangkang terhadap perintah Allah untuk melakukan jihad Orang itu adalah orang yang sesat, karena dia tidak mau melalui jalan yang lurus yang telah dibentangkan-Nya.
Sehubungan dengan arti "ihsan" ini lbnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sya'bi bahwa Nabi Isa as bersabda: "Yang dikatakan ihsan ialah : apabila seseorang berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat jelek kepadanya. Ihsan itu bukan berarti berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat baik kepadanya".
Dinyatakan dalam ayat ini bahwa setiap orang yang selalu berjihad di jalan Allah, Allah SWT selalu beserta orang-orang yang berperang di jalan-Nya, memerangi hawa nafsu, mengusir semua waswas setan dari hatinya, dan tak pernah menyia-nyiakan agama-Nya. Pernyataan ini dapat menenteramkan hati orang yang beriman dalam menghadapi orang-orang kafir dan dapat membangkitkan semangat mereka berjuang di jalan-Nya.
Dalam ayat ini diterangkan bahwa orang-orang yang berjihad untuk mencari keridaan Allah, pasti akan ditunjukkan kepada mereka jalan-Nya. Dari ayat ini dipahami bahwa lapangan jihad yang luas dapat berupa perkataan, tulisan, lisan dan kalau perlu, jihad itu dapat dilakukan dengan senjata. Karena luas dan banyaknya lapangan jihad berarti banyak sekali jalan-jalan yang dapat ditempuh seorang mukmin untuk sampai kepada keridaan Allah, asal semua jalan itu didasarkan untuk menegakkan kebenaran, keadilan dan kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar