http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=4&SuratKe=28
Surah Al Qashash 71
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِضِيَاءٍ أَفَلَا تَسْمَعُونَ (71)
Katakanlah: `Terangkanlah kepadaku jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?`(QS. 28:71)
Pada ayat ini Allah SWT menyuruh Rasul-Nya supaya bertanya kepada orang-orang yang mempersekutukan-Nya. Andai kata Allah SWT menjadikan malam ini terus menerus sepanjang masa sampai Hari Kiamat tanpa ada siang mengelilinginya, apakah di antara sembahan-sembahan mereka itu kuasa. dan mampu mendatangkan siang untuk. dapat dimanfaatkan cahayanya? Apakah kaum musyrikin itu tidak mempergunakan pendengarannya?. Mereka itu seakan-akan tuli. Kalaulah mereka itu menpergunakan akal mereka sebaik-baiknya tentunya mereka itu akan insaf dan sadar serta mengetahui dengan yakin, bahwa; hanya Allah Yang Kuasa dan dapat mendatangkan malam untuk menggantikan siang apabila di kehendaki Dan sebaliknya Dia mendatangkan siang untuk menghapuskan malam apabila Dia kehendaki dan tiada sesuatupun yang dapat melakukan yang demikian itu.
Firman Allah SWT:
وجعلنا الليل والنهار آيتين فمحونا آية الليل وجعلنا آية النهار مبصرة
Artinya:
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang. (Q.S. Al Isra: 12)
Surah Al Qashash 72
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ أَفَلَا تُبْصِرُونَ (72)
Katakanlah: `Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?`(QS. 28:72)
Ayat ini kebalikan ayat sebelumnya. Pada ayat ini Allah SWT menyuruh Rasul-Nya menanyakan keadaan orang-orang musyrik Andai kata Allah menjadikan siang itu terus menerus sepanjang masa sampai. di Hari Kiamat tanpa ada Malam silih berganti dengannya apakah ada Tuhan selain dari Allah SWT yang dapat dan mampu mendatangkan malam untuk mereka pergunakan istirahat dengan perasaan tenang?. Apakah mereka tidak memperhatikan tanda-tanda, kekuasaan Allah yang sempurna? Seakan-akan mereka tak punya pikiran. Sekeranya mereka itu memperhatikan betul-betul, tentunya mereka akan mengambil kesimpulan yang mantap bahwa tidak ada yang layak disembah kecuali Tuhan yang telah memberikan karunia dan nikmat yang tak terhingga banyaknya dan kuasa menjadikan siang dan malam itu silih berganti untuk terciptanya suatu keseimbangan. Siang dijadikan terang untuk. mencari rezeki dengan segala kemampuan yang. ada kemudian siang itu lenyap digantikan oleh malam yang suasananya digunakan untuk melepaskan lelah dan menghilangkan capek di waktu siang guna pulihnya kembali tenaga dan kekuatannya untuk dengan perasaan segar mencari rezeki lagi pada keesokan harinya.
Surah Al Qashash 73
وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (73)
Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.(QS. 28:73)
Pergantian. siang dan malam dengan fungsinya masing-masing yaitu siang digunakan untuk berusaha mencari rezeki dan malam digunakan untuk istirahat melepaskan lelah, sehingga pulih kembali tenaga yang telah dipergunakan pada siang harinya, adalah suatu rahmat besar dari Allah SWT yang tak ternilai harganya, yang wajib disyukuri Sesuatu. nikmat, yang tak dapat disyukuri akan .hilang lenyap. dicabut dan ditarik kembali oleh Allah SWT. Sebaliknya nikmat yang disyukuri yaitu dengan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perintah Allah, akan bertambah terus sebagaimana firman Allah.
لئن شكرتم لأزيدنكم
Artinya:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. (Q.S. Ibrahim: 7)
Surah Al Qashash 74
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ (74)
Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata: `Dimanakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu katakan?`(QS. 28:74)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa di Hari Kiamat Dia memanggil orang-orang musyrik dan berkata kepada mereka: "Di mana sekutu-sekutu Ku yang kamu sekalian telah menganggap bahwa mereka itu, adalah sekutu Ku di Dunia?. Dapatkah mereka itu melepaskan kamu sekalian dari keadaan yang menghimpitmu sekarang ini. Sengaja orang musyrik itu dipanggil pada waktu itu untuk mengikrarkan sesuatu kesaksian atas penyembahan mereka selain dari Allah SWT, dan supaya mereka mengetahui bahwa mempersekutukan Allah itu adalah sebab paling utama atas kemurkaan-Nya sebagaimana mengesakan-Nya adalah sebab utama atas rida-Nya.
Surah Al Qashash 75
وَنَزَعْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا فَقُلْنَا هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ فَعَلِمُوا أَنَّ الْحَقَّ لِلَّهِ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (75)
Dan Kami datangkan dari tiap-tiap umat seorang saksi, lalu Kami berkata: `Tunjukkanlah bukti kebenaranmu`, maka tahulah mereka bahwasanya yang hak itu kepunyaan Allah dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulunya mereka ada-adakan.(QS. 28:75)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa di Hari Kiamat nanti, Dia akan mendatangkan saksi atas tiap-tiap umat, tiap Rasul akan menjadi Saksi atas umatnya masing-masing, sampai di mana sambutan dan penerimaan umatnya itu kepada agama yang dibawanya dari Allah SWT. Nabi Muhammad pun akan menjadi saksi pada umatnya nanti di Hari Kiamat, sebagaimana firman Allah SWT.
فكيف إذا جئنا من كل أمة بشهيد وجئنا بك على هؤلاء شهيدا
Artinya:
Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (Q.S. An Nisa: 41)
Orang-orang musyrik di Hari Kiamat nanti akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan syiriknya itu, diminta keterangan dan alasan-alasan atas kebenaran perbuatan mereka itu, yang tentunya mereka itu tidak dapat sama sekali mengemukakan satu alasan dan mendatangkan satu hujah. Pada waktu itulah mereka mengetahui bahwa mereka akan diazab untuk selama-lamanya di dalam neraka yang penuh dengan api yang menyala-nyala, sesuatu tempat yang tidak akan dimasukkan ke dalamnya kecuali orang-orang celaka bernasib buruk, sebagaimana firman Allah:
لا يصلاها إلا الأشقى الذي كذب وتولى
Artinya:
Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). (Q.S. Al Lail: 15-16)
Pada waktu itu juga sadar dan yakinlah mereka itu bahwa apa yang telah diterangkan Allah SWT melalui Nabi-Nya itulah yang benar dan lenyaplah sama sekali dari mereka segala apa yang dahulunya mereka ada-adakan di dunia seperti mendustakan Rasul yang diutus kepada mereka, mempersekutukan Allah dan sebagainya
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِضِيَاءٍ أَفَلَا تَسْمَعُونَ (71)
Katakanlah: `Terangkanlah kepadaku jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?`(QS. 28:71)
Pada ayat ini Allah SWT menyuruh Rasul-Nya supaya bertanya kepada orang-orang yang mempersekutukan-Nya. Andai kata Allah SWT menjadikan malam ini terus menerus sepanjang masa sampai Hari Kiamat tanpa ada siang mengelilinginya, apakah di antara sembahan-sembahan mereka itu kuasa. dan mampu mendatangkan siang untuk. dapat dimanfaatkan cahayanya? Apakah kaum musyrikin itu tidak mempergunakan pendengarannya?. Mereka itu seakan-akan tuli. Kalaulah mereka itu menpergunakan akal mereka sebaik-baiknya tentunya mereka itu akan insaf dan sadar serta mengetahui dengan yakin, bahwa; hanya Allah Yang Kuasa dan dapat mendatangkan malam untuk menggantikan siang apabila di kehendaki Dan sebaliknya Dia mendatangkan siang untuk menghapuskan malam apabila Dia kehendaki dan tiada sesuatupun yang dapat melakukan yang demikian itu.
Firman Allah SWT:
وجعلنا الليل والنهار آيتين فمحونا آية الليل وجعلنا آية النهار مبصرة
Artinya:
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang. (Q.S. Al Isra: 12)
Surah Al Qashash 72
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ أَفَلَا تُبْصِرُونَ (72)
Katakanlah: `Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?`(QS. 28:72)
Ayat ini kebalikan ayat sebelumnya. Pada ayat ini Allah SWT menyuruh Rasul-Nya menanyakan keadaan orang-orang musyrik Andai kata Allah menjadikan siang itu terus menerus sepanjang masa sampai. di Hari Kiamat tanpa ada Malam silih berganti dengannya apakah ada Tuhan selain dari Allah SWT yang dapat dan mampu mendatangkan malam untuk mereka pergunakan istirahat dengan perasaan tenang?. Apakah mereka tidak memperhatikan tanda-tanda, kekuasaan Allah yang sempurna? Seakan-akan mereka tak punya pikiran. Sekeranya mereka itu memperhatikan betul-betul, tentunya mereka akan mengambil kesimpulan yang mantap bahwa tidak ada yang layak disembah kecuali Tuhan yang telah memberikan karunia dan nikmat yang tak terhingga banyaknya dan kuasa menjadikan siang dan malam itu silih berganti untuk terciptanya suatu keseimbangan. Siang dijadikan terang untuk. mencari rezeki dengan segala kemampuan yang. ada kemudian siang itu lenyap digantikan oleh malam yang suasananya digunakan untuk melepaskan lelah dan menghilangkan capek di waktu siang guna pulihnya kembali tenaga dan kekuatannya untuk dengan perasaan segar mencari rezeki lagi pada keesokan harinya.
Surah Al Qashash 73
وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (73)
Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.(QS. 28:73)
Pergantian. siang dan malam dengan fungsinya masing-masing yaitu siang digunakan untuk berusaha mencari rezeki dan malam digunakan untuk istirahat melepaskan lelah, sehingga pulih kembali tenaga yang telah dipergunakan pada siang harinya, adalah suatu rahmat besar dari Allah SWT yang tak ternilai harganya, yang wajib disyukuri Sesuatu. nikmat, yang tak dapat disyukuri akan .hilang lenyap. dicabut dan ditarik kembali oleh Allah SWT. Sebaliknya nikmat yang disyukuri yaitu dengan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perintah Allah, akan bertambah terus sebagaimana firman Allah.
لئن شكرتم لأزيدنكم
Artinya:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. (Q.S. Ibrahim: 7)
Surah Al Qashash 74
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ (74)
Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata: `Dimanakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kamu katakan?`(QS. 28:74)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa di Hari Kiamat Dia memanggil orang-orang musyrik dan berkata kepada mereka: "Di mana sekutu-sekutu Ku yang kamu sekalian telah menganggap bahwa mereka itu, adalah sekutu Ku di Dunia?. Dapatkah mereka itu melepaskan kamu sekalian dari keadaan yang menghimpitmu sekarang ini. Sengaja orang musyrik itu dipanggil pada waktu itu untuk mengikrarkan sesuatu kesaksian atas penyembahan mereka selain dari Allah SWT, dan supaya mereka mengetahui bahwa mempersekutukan Allah itu adalah sebab paling utama atas kemurkaan-Nya sebagaimana mengesakan-Nya adalah sebab utama atas rida-Nya.
Surah Al Qashash 75
وَنَزَعْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا فَقُلْنَا هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ فَعَلِمُوا أَنَّ الْحَقَّ لِلَّهِ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (75)
Dan Kami datangkan dari tiap-tiap umat seorang saksi, lalu Kami berkata: `Tunjukkanlah bukti kebenaranmu`, maka tahulah mereka bahwasanya yang hak itu kepunyaan Allah dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulunya mereka ada-adakan.(QS. 28:75)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa di Hari Kiamat nanti, Dia akan mendatangkan saksi atas tiap-tiap umat, tiap Rasul akan menjadi Saksi atas umatnya masing-masing, sampai di mana sambutan dan penerimaan umatnya itu kepada agama yang dibawanya dari Allah SWT. Nabi Muhammad pun akan menjadi saksi pada umatnya nanti di Hari Kiamat, sebagaimana firman Allah SWT.
فكيف إذا جئنا من كل أمة بشهيد وجئنا بك على هؤلاء شهيدا
Artinya:
Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (Q.S. An Nisa: 41)
Orang-orang musyrik di Hari Kiamat nanti akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan syiriknya itu, diminta keterangan dan alasan-alasan atas kebenaran perbuatan mereka itu, yang tentunya mereka itu tidak dapat sama sekali mengemukakan satu alasan dan mendatangkan satu hujah. Pada waktu itulah mereka mengetahui bahwa mereka akan diazab untuk selama-lamanya di dalam neraka yang penuh dengan api yang menyala-nyala, sesuatu tempat yang tidak akan dimasukkan ke dalamnya kecuali orang-orang celaka bernasib buruk, sebagaimana firman Allah:
لا يصلاها إلا الأشقى الذي كذب وتولى
Artinya:
Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). (Q.S. Al Lail: 15-16)
Pada waktu itu juga sadar dan yakinlah mereka itu bahwa apa yang telah diterangkan Allah SWT melalui Nabi-Nya itulah yang benar dan lenyaplah sama sekali dari mereka segala apa yang dahulunya mereka ada-adakan di dunia seperti mendustakan Rasul yang diutus kepada mereka, mempersekutukan Allah dan sebagainya
Surah Al Qashash 76
إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ (76)
Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: `Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri`.(QS. 28:76)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Karun itu termasuk kaum Nabi Musa. Ia Bani Israel dan salah seorang paman Nabi Musa as. Karun dinamakan juga "Munawwirin" (bercahaya) karena bentuk badannya yang simpatik. Ia paling banyak membaca kitab Taurat dari antara teman-temannya Bani Israel secara mendalam, hanya dia itu munafik seperti halnya Samiri yang munafik itu. Ia berlaku aniaya dan sombong terhadap sesamanya Bani Israel. Kekayaan melimpah-limpah yang diberikan Allah kepadanya, dan perbendaharaan harta yang cukup banyak itu, sehingga kunci-kunci tak sanggup rasanya dipikul oleh sejumlah orang-orang yang kuat karena beratnya, menyebabkan ia sangat bangga dan berlaku aniaya dan sombong terhadap sesamanya serta memandang enteng dan hina mereka itu. Berkata Ibnu `Abbas, kunci-kunci perbendaharaan harta Karun dapat dibawa oleh empat puluh laki-laki yang kuat. Sekalipun ia diperingatkan oleh kaumnya agar ia jangan terlalu membanggakan hartanya yang berlimpah-limpah, dan kekayaan yang bertumpuk-tumpuk itu, karena Allah SWT tidak menyukai orang yang terlalu membanggakan diri, tetapi peringatan itu tidak digubrisnya sama sekali dan ia tetap bangga dan menyombongkan diri. Peringatan dan larangan terlalu gembira dan bangga atas pemberian Allah itu, ditegaskan juga dalam ayat lain, sebagaimana firman-Nya:
لكي لا تأسوا على ما فاتكم ولا تفرحوا بما ءاتاكم والله لا يحب كل مختال فخور
Artinya:
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S. Al Hadid: 23)
Dan firman-Nya:
إن الله لا يحب من كان مختالا فخورا
Artinya:
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Q.S. an Nisa: 36)
Surah Al Qashash 77
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77)
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS. 28:77)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan empat macam nasihat dan petunjuk yang ditujukan kepada Karun oleh kaumnya. Barangsiapa mengamalkan nasihat dan petunjuk itu akan memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat kelak.
1. Orang yang dianugerahi oleh Allah SWT kekayaan yang berlimpah-limpah, perbendaharaan harta yang bertumpuk-tumpuk serta nikmat yang banyak, hendaklah ia memanfaatkan di jalan Allah, patuh dan taat pada perintah-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya untuk memperoleh pahala sebanyak-banyaknya di dunia dan di akhirat. Sabda Nabi saw:
اغتنم خمسا قبل خمس شبابك قبل هرمك وصحتك قبل سقمك وغناك قبل فقرك وفراغك قبل شغلك وحياتك قبل موتك.
Artinya:
Manfaatkan yang lima sebelum datang (lawannya) yang lima; mudamu sebelum tuanmu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu senggangmu sebelum kesibukanmu dan hidupmu sebelum matimu. (H.R. Baihaki dari Ibnu Abbas)
2. Janganlah seseorang itu meninggalkan sama sekali kesenangan dunia baik berupa makanan, minuman dan pakaian serta kesenangan-kesenangan yang lain sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran yang telah digariskan oleh Allah SWT, karena baik untuk Tuhan, untuk diri sendiri maupun keluarga, semuanya itu mempunyai hak atas seseorang yang harus dilaksanakan. Sabda Nabi Muhammad saw:
اعمل لدنياك كأنك تعيش أبدا واعمل لآخرتك كأنك تموت غدا
Artinya:
Kerjakanlah (urusan) duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya. Don laksanakanlah amalan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok. (H.R. Ibnu Asakir)
3. Seseorang harus berbuat baik sebagaimana Allah SWT berbuat baik kepadanya, membantu orang-orang yang berkeperluan, pembangunan mesjid. madrasah, pembinaan rumah yatim piatu di panti asuhan dengan harta yang dianugerahkan Allah kepadanya dan dengan kewibawaan yang ada padanya, memberikan senyuman yang ramah tamah di dalam perjumpaannya dan lain sebagainya.
4. Janganlah seseorang itu berbuat kerusakan di atas bumi, berbuat jahat kepada sesama makhluk Allah, karena Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Allah SWT tidak akan menghormati mereka, bahkan Allah tidak akan memberikan rida dan rahmat-Nya.
Surah Al Qashash 78
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ (78)
Karun berkata: `Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku`. Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka.(QS. 28:78)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan reaksi Karun atas nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh kaumnya. Dengan bangga ia berkata: "Harta yang diberikan Allah kepadaku, adalah karena ilmu yang ada padaku, Allah SWT mengetahui hal itu, karena itu ia rida padaku dan memberikan harta itu kepadaku. Tidak sedikit manusia apabila ditimpa bahaya, ia kembali kepada Tuhan, berdoa sepenuh hatinya, semua doa yang diketahuinya dibacanya dengan harapan supaya bahaya yang menimpanya itu hilang lenyap. Dan apabila maksudnya itu tercapai, ia lupa kepada Tuhan yang mencabut bahaya itu dari padanya, dan mengaku bahwa hal itu terjadi karena kepintarannya, karena perhitungannya yang tepat dan sebagainya, sebagaimana firman Allah SWT:
فإذا مس الإنسان ضر دعانا ثم إذا خولنا نعمة منا قال إنما أوتيته على علم
Artinya:
Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami, ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". (Q.S. Az Zumar: 49)
Pengakuan seperti tersebut di atas ditolak oleh Allah SWT dengan firman-Nya: "Apakah ia lupa" ataukah ia tidak pernah mengetahui bahwa Allah SWT telah membinasakan umat dahulu sebelum dia, padahal mereka itu jauh lebih kuat dan lebih banyak harta yang dikumpulkannya. Sekiranya Allah SWT memberikan seseorang harta kekayaan dan lainnya, hanya karena kepintaran, kebaikan yang ada padanya yang menyebabkan Allah rida kepadanya, tentunya Allah SWT tidak membinasakan orang-orang dahulu yang jauh lebih kaya dan kuat serta lebih pintar dari dia, karena orang yang diridai Allah itu, tentunya tidak akan dibinasakan-Nya. Tidaklah ia menyaksikan nasib Firaun yang mempunyai kerajaan besar dan pengikutnya yang banyak dengan sekejap mata dibancurkan oleh Allah SWT.
Pada akhir ayat ini Allah SWT menegaskan bahwa apabila Dia hendak mengazab orang-orang yang bergelimang dosa itu, Dia tidak akan menanyakan berapa banyaknya dosa yang telah diperbuat, begitu juga jenisnya, karena Dia Maha Mengetahui semuanya itu. Dalam ayat lain ditegaskan juga sebagai berikut:
فيومئذ لا يسئل عن ذنبه إنس ولا جان
Artinya:
Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. (Q.S. Ar Rahman: 39)
Surah Al Qashash 79
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (79)
Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menhendaki kehidupan dunia: `Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar`.(QS. 28:79)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa pada suatu hari Karun keluar ke tengah-tengah kaumnya dengan pakaian yang megah dan perhiasan yang berlebih-lebihan, dalam suatu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya dan inang pengasuh untuk mempertontonkan ketinggian dan kebesarannya kepada manusia. Yang demikian itu adalah sifat yang amat tercela, kebanggaan yang terkutuk, bagi orang yang berakal dan berpikiran sehat Hal itu menyebabkan kaumnya terbagi dua. Pertama orang-orang yang mementingkan kehidupan duniawi yang selalu berpikir dan berusaha sekuat tenaga bagaimana caranya supaya bisa hidup mewah di dunia ini, karena menurut anggapan mereka hidup yang demikian itu adalah kebahagiaan. Mereka itu berharap semoga kiranya, dapat juga memiliki sebagaimana yang dimiliki Karun yaitu harta yang bertumpuk-tumpuk dan kekayaan yang berlebih-lebihan, karena yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar. Dengan demikian mereka akan hidup senang, berbuat sekehendak hatinya merasakan kenikmatan dunia dengan segala variasinya Keinginan seperti ini, sampai sekarang tetap ada, bahkan tumbuh dengan suburnya di tengah-tengah masyarakat kita. Di mana-mana kita dapat menyaksikan bahwa tidak sedikit orang yang berkeinginan keras untuk memiliki seperti apa yang telah dimiliki orang-orang kaya, pengusaha besar dan lainnya, seperti rumah besar dengan perabot serba lux, mobil mewah, tanah dan sawah ladang yang berpuluh-puluh bahkan beratus hektar, sekalipun dengan jalan yang tidak wajar, yang tidak sesuai dengan peraturan negara dan hukum agama, yang menyebabkan timbulnya kecurangan di mana-mana yang merugikan negara dan bangsa.
Surah Al Qashash 80
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ (80)
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: `Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar.`(QS. 28:80)
Kedua orang-orang yang berilmu dan berpikiran waras menganggap bahwa cara berpikir orang-orang yang termasuk golongan pertama tadi sangat keliru dan dianggapnya satu bencana besar dan kerugian yang nyata, karena mereka lebih mementingkan kehidupan dunia yang fana dari kehidupan akhirat yang kekal abadi itu. Golongan kedua berpendapat bahwa pahala di sisi Allah bagi orang-orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya serta beramal saleh, jauh lebih baik dari harta golongan pertama yang bertumpuk-tumpuk itu, karena apa yang di sisi Allah kekal abadi, sedang apa yang dimiliki manusia akan lenyap dan musnah, sebagaimana firman Allah SWT:
ما عندكم ينفد وما عند الله باق
Artinya:
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang di sisi Allah adalah kekal. (Q.S. An Nahl: 96)
Ayat 80 diakhiri satu penjelasan bahwa yang dapat menerima baik dan mengamalkan nasihat-nasihat tersebut di atas, hanyalah orang-orang yang sabar dan tekun mematuhi perintah Allah menjauhi larangan-Nya dan menerima baik apa yang telah diherikan Allah kepadanya serta membelanjakannya untuk kepentingan diri dan masyarakat.
إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ (76)
Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: `Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri`.(QS. 28:76)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Karun itu termasuk kaum Nabi Musa. Ia Bani Israel dan salah seorang paman Nabi Musa as. Karun dinamakan juga "Munawwirin" (bercahaya) karena bentuk badannya yang simpatik. Ia paling banyak membaca kitab Taurat dari antara teman-temannya Bani Israel secara mendalam, hanya dia itu munafik seperti halnya Samiri yang munafik itu. Ia berlaku aniaya dan sombong terhadap sesamanya Bani Israel. Kekayaan melimpah-limpah yang diberikan Allah kepadanya, dan perbendaharaan harta yang cukup banyak itu, sehingga kunci-kunci tak sanggup rasanya dipikul oleh sejumlah orang-orang yang kuat karena beratnya, menyebabkan ia sangat bangga dan berlaku aniaya dan sombong terhadap sesamanya serta memandang enteng dan hina mereka itu. Berkata Ibnu `Abbas, kunci-kunci perbendaharaan harta Karun dapat dibawa oleh empat puluh laki-laki yang kuat. Sekalipun ia diperingatkan oleh kaumnya agar ia jangan terlalu membanggakan hartanya yang berlimpah-limpah, dan kekayaan yang bertumpuk-tumpuk itu, karena Allah SWT tidak menyukai orang yang terlalu membanggakan diri, tetapi peringatan itu tidak digubrisnya sama sekali dan ia tetap bangga dan menyombongkan diri. Peringatan dan larangan terlalu gembira dan bangga atas pemberian Allah itu, ditegaskan juga dalam ayat lain, sebagaimana firman-Nya:
لكي لا تأسوا على ما فاتكم ولا تفرحوا بما ءاتاكم والله لا يحب كل مختال فخور
Artinya:
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S. Al Hadid: 23)
Dan firman-Nya:
إن الله لا يحب من كان مختالا فخورا
Artinya:
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (Q.S. an Nisa: 36)
Surah Al Qashash 77
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77)
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS. 28:77)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan empat macam nasihat dan petunjuk yang ditujukan kepada Karun oleh kaumnya. Barangsiapa mengamalkan nasihat dan petunjuk itu akan memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat kelak.
1. Orang yang dianugerahi oleh Allah SWT kekayaan yang berlimpah-limpah, perbendaharaan harta yang bertumpuk-tumpuk serta nikmat yang banyak, hendaklah ia memanfaatkan di jalan Allah, patuh dan taat pada perintah-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya untuk memperoleh pahala sebanyak-banyaknya di dunia dan di akhirat. Sabda Nabi saw:
اغتنم خمسا قبل خمس شبابك قبل هرمك وصحتك قبل سقمك وغناك قبل فقرك وفراغك قبل شغلك وحياتك قبل موتك.
Artinya:
Manfaatkan yang lima sebelum datang (lawannya) yang lima; mudamu sebelum tuanmu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu senggangmu sebelum kesibukanmu dan hidupmu sebelum matimu. (H.R. Baihaki dari Ibnu Abbas)
2. Janganlah seseorang itu meninggalkan sama sekali kesenangan dunia baik berupa makanan, minuman dan pakaian serta kesenangan-kesenangan yang lain sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran yang telah digariskan oleh Allah SWT, karena baik untuk Tuhan, untuk diri sendiri maupun keluarga, semuanya itu mempunyai hak atas seseorang yang harus dilaksanakan. Sabda Nabi Muhammad saw:
اعمل لدنياك كأنك تعيش أبدا واعمل لآخرتك كأنك تموت غدا
Artinya:
Kerjakanlah (urusan) duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya. Don laksanakanlah amalan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok. (H.R. Ibnu Asakir)
3. Seseorang harus berbuat baik sebagaimana Allah SWT berbuat baik kepadanya, membantu orang-orang yang berkeperluan, pembangunan mesjid. madrasah, pembinaan rumah yatim piatu di panti asuhan dengan harta yang dianugerahkan Allah kepadanya dan dengan kewibawaan yang ada padanya, memberikan senyuman yang ramah tamah di dalam perjumpaannya dan lain sebagainya.
4. Janganlah seseorang itu berbuat kerusakan di atas bumi, berbuat jahat kepada sesama makhluk Allah, karena Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Allah SWT tidak akan menghormati mereka, bahkan Allah tidak akan memberikan rida dan rahmat-Nya.
Surah Al Qashash 78
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ (78)
Karun berkata: `Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku`. Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka.(QS. 28:78)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan reaksi Karun atas nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh kaumnya. Dengan bangga ia berkata: "Harta yang diberikan Allah kepadaku, adalah karena ilmu yang ada padaku, Allah SWT mengetahui hal itu, karena itu ia rida padaku dan memberikan harta itu kepadaku. Tidak sedikit manusia apabila ditimpa bahaya, ia kembali kepada Tuhan, berdoa sepenuh hatinya, semua doa yang diketahuinya dibacanya dengan harapan supaya bahaya yang menimpanya itu hilang lenyap. Dan apabila maksudnya itu tercapai, ia lupa kepada Tuhan yang mencabut bahaya itu dari padanya, dan mengaku bahwa hal itu terjadi karena kepintarannya, karena perhitungannya yang tepat dan sebagainya, sebagaimana firman Allah SWT:
فإذا مس الإنسان ضر دعانا ثم إذا خولنا نعمة منا قال إنما أوتيته على علم
Artinya:
Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami, ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". (Q.S. Az Zumar: 49)
Pengakuan seperti tersebut di atas ditolak oleh Allah SWT dengan firman-Nya: "Apakah ia lupa" ataukah ia tidak pernah mengetahui bahwa Allah SWT telah membinasakan umat dahulu sebelum dia, padahal mereka itu jauh lebih kuat dan lebih banyak harta yang dikumpulkannya. Sekiranya Allah SWT memberikan seseorang harta kekayaan dan lainnya, hanya karena kepintaran, kebaikan yang ada padanya yang menyebabkan Allah rida kepadanya, tentunya Allah SWT tidak membinasakan orang-orang dahulu yang jauh lebih kaya dan kuat serta lebih pintar dari dia, karena orang yang diridai Allah itu, tentunya tidak akan dibinasakan-Nya. Tidaklah ia menyaksikan nasib Firaun yang mempunyai kerajaan besar dan pengikutnya yang banyak dengan sekejap mata dibancurkan oleh Allah SWT.
Pada akhir ayat ini Allah SWT menegaskan bahwa apabila Dia hendak mengazab orang-orang yang bergelimang dosa itu, Dia tidak akan menanyakan berapa banyaknya dosa yang telah diperbuat, begitu juga jenisnya, karena Dia Maha Mengetahui semuanya itu. Dalam ayat lain ditegaskan juga sebagai berikut:
فيومئذ لا يسئل عن ذنبه إنس ولا جان
Artinya:
Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. (Q.S. Ar Rahman: 39)
Surah Al Qashash 79
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (79)
Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menhendaki kehidupan dunia: `Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar`.(QS. 28:79)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa pada suatu hari Karun keluar ke tengah-tengah kaumnya dengan pakaian yang megah dan perhiasan yang berlebih-lebihan, dalam suatu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya dan inang pengasuh untuk mempertontonkan ketinggian dan kebesarannya kepada manusia. Yang demikian itu adalah sifat yang amat tercela, kebanggaan yang terkutuk, bagi orang yang berakal dan berpikiran sehat Hal itu menyebabkan kaumnya terbagi dua. Pertama orang-orang yang mementingkan kehidupan duniawi yang selalu berpikir dan berusaha sekuat tenaga bagaimana caranya supaya bisa hidup mewah di dunia ini, karena menurut anggapan mereka hidup yang demikian itu adalah kebahagiaan. Mereka itu berharap semoga kiranya, dapat juga memiliki sebagaimana yang dimiliki Karun yaitu harta yang bertumpuk-tumpuk dan kekayaan yang berlebih-lebihan, karena yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar. Dengan demikian mereka akan hidup senang, berbuat sekehendak hatinya merasakan kenikmatan dunia dengan segala variasinya Keinginan seperti ini, sampai sekarang tetap ada, bahkan tumbuh dengan suburnya di tengah-tengah masyarakat kita. Di mana-mana kita dapat menyaksikan bahwa tidak sedikit orang yang berkeinginan keras untuk memiliki seperti apa yang telah dimiliki orang-orang kaya, pengusaha besar dan lainnya, seperti rumah besar dengan perabot serba lux, mobil mewah, tanah dan sawah ladang yang berpuluh-puluh bahkan beratus hektar, sekalipun dengan jalan yang tidak wajar, yang tidak sesuai dengan peraturan negara dan hukum agama, yang menyebabkan timbulnya kecurangan di mana-mana yang merugikan negara dan bangsa.
Surah Al Qashash 80
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ (80)
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: `Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar.`(QS. 28:80)
Kedua orang-orang yang berilmu dan berpikiran waras menganggap bahwa cara berpikir orang-orang yang termasuk golongan pertama tadi sangat keliru dan dianggapnya satu bencana besar dan kerugian yang nyata, karena mereka lebih mementingkan kehidupan dunia yang fana dari kehidupan akhirat yang kekal abadi itu. Golongan kedua berpendapat bahwa pahala di sisi Allah bagi orang-orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya serta beramal saleh, jauh lebih baik dari harta golongan pertama yang bertumpuk-tumpuk itu, karena apa yang di sisi Allah kekal abadi, sedang apa yang dimiliki manusia akan lenyap dan musnah, sebagaimana firman Allah SWT:
ما عندكم ينفد وما عند الله باق
Artinya:
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang di sisi Allah adalah kekal. (Q.S. An Nahl: 96)
Ayat 80 diakhiri satu penjelasan bahwa yang dapat menerima baik dan mengamalkan nasihat-nasihat tersebut di atas, hanyalah orang-orang yang sabar dan tekun mematuhi perintah Allah menjauhi larangan-Nya dan menerima baik apa yang telah diherikan Allah kepadanya serta membelanjakannya untuk kepentingan diri dan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar