Senin, 03 September 2012

Al-Furqaan 61 - 77

SURAH AL-FURQAAN
<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH                         DAFTAR SURAH AL-FURQAAN>>
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=4&SuratKe=25
Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan bercahaya.(QS. 25:61)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Furqaan 61 
تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا (61) 
Maha Suci Allah Yang menjadikan di langit bintang-bintang yang oleh ulama falak dahulu jumlahnya dihitung sekitar "seribu" buah dan oleh ulama falak mutakhir dengan mempergunakan alat teropong telescoop sekitar dua ratus juta dan masih bertambah pula dengan penemuan-penemuan baru. Allah menjadikan pula padanya matahari yang bersinar terang dan bulan yang bercahaya. Adapun manazil atau tempat persinggahan bulan semuanya ada 12, yaitu: Hamal (Aries), Taur (Taurus), Jauza (Gemini), Saratan (Cancer), Asad (Leo), Sumbulah (Virgo), Mizan (Libra), Aqrab (Scorpio), Qaus (Sagitarius), Jady (Capricornus), Dalwu (Aquarius), dan Hut (Pices). 
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Furqaan 61 
تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا (61) 
(Maha Suci) yakni Maha Agung (Allah yang telah menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang) yang ada dua belas, yaitu: Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricornus, Aquarius dan Pisces. Gugusan-gugusan tersebut merupakan garis edar dari tujuh planet yang beredar, yaitu planet Mars mempunyai Aries dan Scorpio, Gemini dan Virgo, planet Bulan mempunyai Cancer, planet Matahari mempunyai Leo, planet Yupiter mempunyai Sagitarius dan Pisces, planet Uranus mempunyai Capricornus dan Aquarius (dan Dia menjadikan padanya) juga (lampu) yakni matahari (dan bulan yang bercahaya) menurut suatu qiraat lafal Siraajan dibaca Suruujan dengan ungkapan jamak. Arti Muniiran adalah Nayyiraatin yakni yang bercahaya. Sengaja di sini hanya disebutkan bulan di antara planet-planet tersebut karena mengingat keutamaan yang dimilikinya.

Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.(QS. 25:62)

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا (62) 
Dan Dia pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti agar supaya yang demikian itu jadi pelajaran dan i'tibar bagi orang-orang yang selalu mengingati nikmat Allah dan bertafakur tentang keajaiban ciptaan-Nya, sehingga timbul rasa dan dorongan hatinya untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah itu. Jika seandainya malam dan siang tidak bergiliran, dan matahari terus saja bersinar, niscaya hal demikian itu membawa perasaan jemu atau bosan dan lelah karena tidak dapat istirahat di malam harinya. Demikian pula jika malamnya terus berlangsung tanpa kelihatan sinar matahari, niscaya membawa perasaan kurang tenang. Adapun bergiliran siang dan malam itu memberikan kesempatan pula untuk menyempurnakan kekurangan dalam soal peribadatan yang sunah yaitu bilamana seseorang karena kesibukan bekerja pada siang harinya tidak sempat berdoa atau membaca wiridnya, maka dapat dilaksanakan pada malam harinya, seperti tersebut dalam sebuah hadis sahih: 

إن الله عز وجل يبسط يده بالليل ليتوب مسيء النهار ويبسط يده بالنهار ليتوب مسيء الليل حتى تطلع الشمس من مغربها 
Artinya: 
Sesungguhnya Allah SWT mengulurkan tangan-Nya di malam hari supaya orang yang berbuat dosa pada siang hari dapat bertobat dan mengulurkan tangan-Nya pada siang hari supaya dapat bertobat orang yang berdosa pada malam harinya, sehingga matahari terbit dari tempat terbenamnya. (H.R. Muslim dari Abu Musa) 
Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab pernah salat Duha lama sekali. Tatkala beliau ditegor oleh seorang sahabat, beliau menjawab: "Sesungguhnya ketinggalan beberapa wirid dan amalku hari ini, karena kesibukan, maka aku bermaksud menutup kekurangannya itu dengan mengadakan salat ini, lalu beliau membaca ayat 62 ini. 

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Furqaan 62 
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا (62) 
(Dan Dia pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti) yakni satu sama lainnya saling silih berganti dengan yang lainnya (bagi orang yang ingin mengambil pelajaran) dapat dibaca Yadzdzakkara dan Yadzkura, yang pembahasannya sebagaimana pada ayat sebelumnya. Yakni, ia ingat akan kebaikan yang tidak dilakukan pada salah satu di antaranya, kemudian ia melakukan pada waktu yang lainnya, sebagai ganti dari apa yang tidak dilakukannya di waktu yang pertama tadi (atau orang yang ingin bersyukur) atas nikmat Rabb yang telah dilimpahkan kepadanya pada dua waktu itu.

Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.(QS. 25:63)

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا (63) 
Pertama: Apabila mereka berjalan di muka bumi, terlihat sikap dan sifat kesederhanaan, jauh dari sifat kesombongan, langkahnya tetap dan teratur tidak dibuat-buat karena hendak menarik perhatian orang dan menunjukkan siapa dia. Ada orang yang mengatakan bahwa maksud ayat ini ialah supaya seorang mukmin apabila ia berjalan hendaklah menekurkan kepala, bersikap seperti orang yang lemah lunglai tak berdaya dan tak bertenaga, berjalan pelan-pelan karena menyangka sikap yang demikian itu menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang saleh dan takwa. Paham yang serupa ini bertentangan dengan yang dipraktekkan oleh Rasulullah saw. Rasulullah saw apabila ia berjalan maka langkahnya panjang-panjang dan beliau adalah orang yang paling cepat jalannya melangkah dengan tegap dan tenang. Abu Hurairah berkata: 

لم أر شيئا قط أحسن منه (رواه مسلم) كأن وجهه مثل الشمس أو القمر وكان مستديرا (مسلم عن جابر من سمرة) إذا مشى كأنما ينحط من صبب (عن هند بن أبي هالة) 
Artinya: 
"Saya tak pernah melihat sesuatu yang lebih cantik dari dia" "Wajahnya seolah-olah seperti matahari atau bulan yaitu bulat" "Bila berjalan seakan-akan beliau seperti turun dan anak tangga 
Demikian sifat dan sikap seorang mukmin bila ia berjalan bukan seperti sebagian pemuda yang sengaja melenggang melenggok senantiasa melenggang ke kiri dan ke kanan dan mengangkat dagunya memperlihatkan kesombongan dan kecongkakan seakan-akan tak ada orang yang lebih tampan dan gagah dari dia. 
Kedua: Apabila ada orang yang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas atau tidak senonoh terhadap mereka, mereka tidak membalas dengan kata-kata yang tidak senonoh bahkan dibalas dan dijawab mereka dengan ucapan yang baik yang mengandung nasihat dan harapan semoga mereka diberi petunjuk oleh Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih Penyayang Demikianlah sikap Rasulullah saw bila ia diserang dan dihina dengan kata-kata yang kasar, beliau tetap berlapang dada dan tetap menyantuni orang-orang yang tidak berbudi berakhlak itu. Al Hasan Basri berkata tentang sifat orang-orang mukmin. Mereka senantiasa lapang hati tidak pernah mengucapkan kata-kata kasar. Bila kepada mereka diucapkan kata-kata yang kurang sopan mereka tidak terpengaruh dan tidak membalas dengan kata-kata yang tidak sopan pula. Mungkin ada orang yang menganggap bahwa sifat dan sikap seperti itu menunjukkan kelemahan dan tidak tahu harga diri, karena adalah wajar apabila orang yang bertindak kurang sopan dibalas dengan tindakan kurang sopan pula. Tetapi bila direnungkan secara mendalam pastilah hal itu akan membawa pertengkaran dan perselisihan yang tidak akan habis-habisnya. Setiap mukmin harus mencegah berlarut-larut perselisihan dan permusuhan, Salah satu cara yang paling tepat dan ampuh untuk membasminya ialah membalas tindakan yang tidak baik dengan tindakan yang baik sehingga orang yang melakukan tindakan yang tidak baik itu akan malu sendiri, dan sadar bahwa mereka telah terlanjur melakukan sesuatu yang tidak wajar. Sikap seperti ini dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya: 

ولا تستوي الحسنة ولا السيئة ادفع بالتي هي أحسن فإذا الذي بينك وبينه عداوة كأنه ولي حميم وما يلقاها إلا الذين صبروا وما يلقاها إلا ذو حظ عظيم 
Artinya: 
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan, seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Q.S. Fussilat: 34-35) 
Demikianlah sifat dan sikap orang-orang mukmin di kala mereka berada di siang hari di mana mereka selalu ingat dengan sesama hamba Allah. Bagaimana pula sikap dan sifat mereka di kala berhubungan dengan Tuhan Pencipta alam di kala malam hari?. 

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Furqaan 63 
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا (63) 
(Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah itu) yakni hamba-hamba-Nya yang baik. Lafal ayat ini dan kalimat sesudahnya, berkedudukan menjadi Mubtada, yaitu sampai dengan firman-Nya, "Ulaika Yujzauna" dan seterusnya, tanpa ada jumlah lain yang menyisipinya (yaitu orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati) dengan tenang dan rendah diri (dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka) mengajak mereka berbicara mengenai hal-hal yang tidak disukainya (mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan) perkataan yang menghindarkan diri mereka dari dosa.

Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.,(QS. 25:64)

وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا (64) 
Ketiga: Apabila malam telah sunyi sepi, manusia telah dibuaikan oleh tidur nyenyak, mereka mengerjakan salat tahajud dan berdiri menghadap Tuhan Yang Maha Esa, mereka tinggalkan kesenangan dan kenyamanan tidur, mereka resapkan dengan sepenuh jiwa dan raga bagaimana nikmat dan tenteramnya di kala bermunajat dengan Tuhan. Mereka mengerjakan salat malam salat tahajud seperti yang dilakukan Rasulullah saw karena dengan salat di malam hari itu jiwa mereka menjadi suci dan bersih iman mereka bertambah-tambah, keyakinan menjadi kuat bahwa tiada Tuhan selain Dia, rahmat dan kasih sayang-Nya Maha Luas meliputi semua makhluk-Nya. Di sanalah mereka memohon dan berdoa dengan penuh khusyuk dan tawadu agar diampuni dosa dan kesalahan mereka dan dilimpahkan rahmat dan keridaan-Nya. Setelah melakukan salat malam itu barulah mereka tidur dengan diliputi rasa bahagia penuh tawakal dan takwa. 
Ibnu Abbas berkata: "Barangsiapa yang melakukan salat dia rakaat atau lebih sesudah salat Isya berarti dia telah salat sepanjang malam. Dalam ayat lain Allah menjelaskan pula sifat-sifat orang-orang mukmin yang mengerjakan salat malam ini: 

تتجافى جنوبهم عن المضاجع يدعون ربهم خوفا وطمعا ومما رزقناهم ينفقون 
Artinya: 
Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (Q.S. Sajdah: 16) 
Dan firman-Nya: 

أمن هو قانت آناء الليل ساجدا وقائما يحذر الآخرة ويرجو رحمة ربه قل هل يستوي الذين يعلمون والذين لا يعلمون 
Artinya: 
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?. Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (Q.S. Az Zumar: 9) 
Dan firman-Nya: 

كانوا قليلا من الليل ما يهجعون وبالأسحار هم يستغفرون 
Artinya: 
"Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)". (Q.S. Az Zariyat: 17-18) 

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Furqaan 64 
وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا (64) 
(Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud kepada Rabb mereka) lafal Sujjadan merupakan bentuk jamak dari lafal Saajidun (dan berdiri) pada malam harinya mereka mengerjakan salat.

Dan orang-orang yang berkata: `Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal`.(QS. 25:65)

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا (65) 
Keempat: Mereka selalu mengingat hari akhirat dan hari berhisab. Mereka yakin bahwa semua amal perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkan di hari itu, yang baik diberi ganjaran berlipat ganda, dan yang jahat akan dibalasi dengan balasan yang setimpal. Di kala mereka bermunajat dengan Tuhan di malam hari tergambarlah dalam pikiran mereka bagaimana dahsyatnya suasana di waktu itu seakan-akan mereka benar-benar melihat bagaimana ganasnya api neraka yang selalu menanti para hamba Allah yang durhaka dengan geram dan suara gemuruh untuk menjadi mangsa dan santapannya. Di kala itu meneteslah air mata mereka dan mereka memohon dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan agar mereka dibebaskan dari siksaan api neraka yang ganas itu. Orang-orang yang demikian kuat keyakinannya kepada hari akhirat tentulah dia akan mempergunakan kesempatan hidup di dunia berbuat amal kebaikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan melakukan perbuatan jahat karena yakin perbuatannya itu akan dibalas dengan siksaan yang pedih. Betapapun baiknya suatu peraturan yang dibikin manusia dan betapa ketatnya pengawasan dalam melaksanakannya, tetapi manusia yang tidak insaf dapat saja meloloskan diri dari ikatan peraturan dan undang-undang itu. Tetapi manusia yang beriman andai kata tidak ada peraturan dan undang-undang dia tidak akan melakukan suatu kejahatanpun, karena dia sadar walaupun dia dapat bebas dari hukuman di dunia, namun tidak akan dapat melepaskan diri dari azab di akhirat. Kesadaran dan keinsafan inilah yang tertanam dengan kuat di dalam hati setiap muslim yang mendapat julukan "hamba Allah Yang Maha Penyayang".

Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.(QS. 25:66)

إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (66) 
Mereka benar-benar takut akan jatuh ke dalam siksaan neraka karena siksaan neraka itu amat pedih dan dahsyat dan karena neraka itu seburuk-buruk tempat yang disediakan bagi hamba Allah yang ingkar dan durhaka. Orang-orang kafir kekal di dalamnya selama-lamanya, menderita berbagai macam siksaan. Meskipun kulit mereka telah hangus terbakar dan panasnya api neraka telah menembus kedalam daging dan tulang belulang mereka namun mereka tetap hidup untuk merasakan siksaan itu sebagai tersebut dalam firman-Nya: 

إن الذين كفروا بآياتنا سوف نصليهم نارا كلما نضجت جلودهم بدلناهم جلودا غيرها ليذوقوا العذاب إن الله كان عزيزا حكيما 
Artinya: 
Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. An Nisa: 56)

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.(QS. 25:67)

وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا (67) 
Kelima: "Mereka dalam menafkahkan harta tidak boros dan tidak pula kikir, tetapi tetap memelihara keseimbangan antara kedua sifat yang buruk itu. Sifat boros pasti akan membawa kemusnahan harta benda dan kerusakan masyarakat. Seseorang yang boros walaupun kebutuhan pribadi dan keluarganya telah terpenuhi dengan hidup secara mewah, dia tetap akan menghambur-hamburkan kekayaannya dengan cara yang lain yang merusak, seperti main judi, main perempuan dan minum-minuman keras, dan lain sebagainya. Dengan demikian dia merusak dirinya sendiri, dan merusak masyarakat sekelilingnya padahal kekayaan yang dititipkan Allah kepadanya harus dipeliharanya sebaik-baiknya sehingga dapat bermanfaat untuk dirinya dan untuk masyarakatnya. Sifat kikir dan bakhilpun akan membawa kepada kerugian dan kerusakan, karena seseorang yang bakhil selalu berusaha menumpuk kekayaan walaupun dia sendiri hidup sebagai seorang miskin dan dia tidak mau mengeluarkan uangnya untuk kepentingan masyarakatnya. Sedang untuk kepentingan dirinya dan keluarganya dia merasa segan mengeluarkan uang apalagi untuk kepentingan orang lain. Dengan demikian akan tertumpuklah kekayaan itu pada diri orang seorang atau beberapa gelintir manusia yang serakah dan tamak. Orang yang seperti ini sifatnya diancam Allah dengan api neraka sebagaimana tersebut dalam firman-Nya: 

ويل لكل همزة لمزة الذي جمع مالا وعدده يحسب أن ماله أخلده كلا لينبذن في الحطمة 
Artinya: 
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Hutamah. (Q.S. Al Humazah: 1-4) 
Demikianlah sifat orang mukmin dalam bernafkah, dia tidak bersifat boros sehingga tidak memikirkan hari esok dan tidak pula bersifat kikir sehingga menyiksa dirinya sendiri karena hendak mengumpulkan kekayaan. Keseimbangan antara kedua macam sifat yang tercela itulah yang selalu dipelihara dan dijaganya. Kalau dia seorang kaya dia dapat membantu masyarakatnya sesuai dengan kekayaannya, dan kalau dia miskin dia dapat menguasai dirinya dengan hidup secara sederhana. Yazid bin Abi Habib berkata: Demikianlah sifat para sahabat Nabi Muhammad saw. Mereka bukan makan untuk bermewah-mewah menikmati yang enak-enak, mereka berpakaian bukan untuk bermegah-megah dengan keindahan. Tetapi mereka makan sekadar untuk menutup rasa lapar dan untuk menguatkan jasmani karena hendak beribadat melaksanakan perintah Tuhan. Mereka berpakaian sekadar untuk menutup aurat dan memelihara tubuh mereka terhadap angin dan panas. Abdul Malik bin Marwan di waktu dia mengawinkan Fatimah dengan Umar bin Abdul Aziz bertanya kepadanya: "Bagaimana engkau memberi nafkah kepada anakku?" Umar menjawab: "Aku memilih yang baik di antara dua sifat yang buruk". (maksudnya sifat yang baik di antara dua sifat yang buruk yaitu boros dan kikir). Kemudian dia membacakan ayat ini.

Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya),(QS. 25:68)
(Yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,(QS. 25:69)
Surah Al Furqaan 68 - 69 
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا (68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا (69) 
Keenam: Pada ayat ini Allah menerangkan lagi sifat-sifat hamba Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yaitu dia tidak menyembah selain Allah, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dia benar-benar menganut tauhid yang murni. Bila dia beribadat, maka ibadahnya itu hanya semata-mata karena Allah, bila dia berbuat kebaikan perbuatannya itu karena Allah bukan karena ria atau ingin hendak dipuji orang. Bila dia berdoa benar-benar doanya langsung dipanjatkan ke hadirat Allah tanpa menghubungkannya dengan makam atau kuburan atau para wali. Karena dia yakin sepenuhnya bahwa yang sanggup mengabulkan doanya hanya Allah semata. Mereka tidak melakukan pembunuhan terhadap siapapun karena menyadari bahwa jiwa seseorang menjadi haknya sepenuhnya, dan tidak boleh dibunuh kecuali dengan hak yang telah ditetapkan oleh Allah SWT seperti murtad atau membunuh orang tanpa hak. Mereka tidak akan melakukan perbuatan zina karena menyadari bahwa berzina itu termasuk dosa besar, suatu perbuatan yang sangat terkutuk dan dimurkai Allah. Maka dengan memelihara kemurnian tauhid yang menjadi dasar bagi akidah, seseorang akan bersih jiwanya, jernih pikirannya tidak dapat diombang ambingkan oleh kepercayaan-kepercayaan yang menyesatkan. Dengan menjauhi pembunuhan tanpa hak akan bersihlah dirinya dari perbuatan zalim dan bersihlah masyarakat dari kekacauan dan hurn hara dan dipeliharalah hak setiap warga masyarakat dengan baik sehingga masyarakat benar-benar dapat menikmati keamanan dan ketenteraman. Dan dengan memelihara dirinya dari perbuatan zina akan bersihlah dirinya dari kekotoran dan bersih pula masyarakat dari keonaran dan kekacauan nasab yang menimbulkan berbagai kesulitan dan ketidak stabilan. Sehubungan dengan ini Nabi saw bersabda: "Berkata Ibnu Mas'ud bahwa aku bertanya kepada Rasulullah saw: Dosa apakah yang paling besar? Rasulullah menjawab: "Dosa mempersekutukan Allah dengan selain-Nya". Aku bertanya pula: "Dosa apakah lagi?" Rasulullah menjawab: "Dosa membunuh anakmu karena takut (miskin) karena dia akan makan bersamamu". Kemudian aka bertanya lagi: Dosa apakah lagi?" Rasulullah menjawab?: "Dosa berzina dengan istri tetanggamu. Maka turunlah ayat ini, memberitahukan sabda Rasulullah saw itu. 
Meskipun dalam hadis ini disebut "membunuh anak sendiri dan berzina dengan istri tetangga" tetapi yang dimaksud ialah membunuh siapa saja tanpa hak dan berzina dengan siapa saja sesuai dengan ayat 63 ini. Kemudian Allah mengancam orang-orang yang melakukan perbuatan dosa itu dengan ancaman yang amat keras, yaitu neraka di hari kiamat sebagai balasan atas semua dosa yang telah mereka perbuat di dunia. Bahkan Allah akan melipat gandakan azab bagi mereka karena dosa besar yang mereka lalukan itu. Mereka akan dilemparkan ke neraka dan akan tetap di neraka itu menerima siksaan penghinaan yang sangat menusuk perasaan mereka. Jadi di neraka itu mereka bukan saja menderita siksaan jasmani dengan dibakar tubuh mereka dan berbagai macam siksaan lainnya seperti minuman yang sangat panas membakar kerongkongan dan usus mereka tetapi menderita pula siksaan batin, siksaan rohani. karena selalu mendapat penghinaan dan selalu menyesal atas kesalahan mereka se waktu di dunia dahulu. 

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Furqaan 68 
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا (68) 
(Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah) membunuhnya (kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu) yakni salah satu di antara ketiga perbuatan tadi (niscaya dia mendapat pembalasan dosanya) hukumannya.

kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 25:70)
Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.(QS. 25:71)
Surah Al Furqaan 70 - 71 
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (70) وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا (71) 
Pada ayat-ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang mengerjakan perbuatan dosa seperti tersebut pada ayat di atas dan bertobat dengan sebenar-benar tobat dan kembali beriman serta selalu berbuat amal saleh, perbuatan mereka yang jahat itu akan diganti dengan kebaikan dan pahala yang berlipat ganda karena Allah adalah Maha Pengampun, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Menurut sebagian mufassirin bahwa penggantian dosa kejahatan dengan pahala kebaikan itu ialah dengan menghapuskan segala dosa yang telah dikerjakan di masa yang lalu itu dengan adanya tobat yang benar, kemudian amal kebaikan yang dikerjakannya sesudah bertobat dilipat gandakan pahalanya sehingga seimbang banyak pahalanya dengan banyak berbuat dosa yang telah dilakukan itu. Tetapi sebagian lain mengatakan bahwa Allah memberikan kepada orang yang bertobat itu pahala seimbang banyaknya dengan dosa yang telah dikerjakannya karena tobatnya itu. Kemudian bila dia sudah tobat mengerjakan amal yang baik maka amal yang baik itu akan diberi pahala yang berlipat ganda pula. Jadi orang yang bertobat itu mendapat dua kebaikan yaitu dosa-dosanya yang terdahulu dihapuskan dan kemudian diberi pula pahala yang sama banyaknya dengan dosa yang telah dikerjakannya itu. 
Diriwayatkan oleh At Tabrani sebuah hadis dari Abu Mugirah dari Sofwan bin Umar dari Abdurrahman bin Jubair dari Abu Sarwah bahwa Abu Sarwah ini datang menemui Rasulullah saw bertanya: "(Hai Rasulullah) bagaimana pendapatmu tentang seorang laki-laki yang telah mengerjakan segala macam dosa dan tak ada satupun yang ditinggalkannya, apakah dia juga berhak diterima tobatnya?". Rasulullah bertanya: "Apakah engkau sudah masuk Islam?". "Sudah", jawab Abu Sarwah: "Benar (engkau) berhak diterima tobatmu. Oleh sebab itu, berbuat baiklah sebanyak-banyaknya dan jauhilah segala macam perbuatan dosa. Maka Allah akan menjadikan semua dosamu itu menjadi perbuatan baik semuanya. Abu Sarwah bertanya lagi: "Apakah perbuatanku yang dahulu itu akan dijadikan perbuatan baik pula?". Rasulullah saw menjawab: "Benar!". Maka pergilah dia sambil bertakbir sampai dia tidak kelihatan lagi. Kemudian Allah menyatakan bahwa tobat yang diterima itu haruslah diiringi dengan perbuatan baik. Tobat dimulai dengan penyesalan atas perbuatan jahat yang telah dilaksanakan kemudian menghentikan segala perbuatan jahat itu, lalu diiringi dengan perbuatan baik untuk menjadi bukti, bahwa tobat itu adalah tobat yang sebenarnya dan dilakukan dengan sungguh-sungguh (nasuha). Mengerjakan amal yang baik sesudah tobat adalah pengisi kekosongan sesudah berjanji tidak akan berbuat jahat lagi. Karena berbuat jahat itu adalah suatu gerak dan pekerjaan. 

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Furqaan 70 
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (70) 
(Kecuali orang-orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh) dari kalangan mereka (maka kejahatan mereka itu diganti Allah) maksudnya dosa-dosa yang telah disebutkan tadi diganti oleh Allah (dengan kebaikan) di akhirat kelak. (Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) Dia tetap bersifat demikian.

Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.(QS. 25:72)

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا (72) 
Ketujuh: Pada ayat ini Allah menerangkan lagi di antara sifat hamba Allah yang Maha Pengasih yaitu orang-orang yang tidak mau dan tidak pernah melakukan sumpah palsu dan apabila mereka lewat di hadapan orang-orang yang suka beromong kosong dan mengucapkan kata-kata yang tidak karuan dan tidak ada faedahnya sama sekali, mereka berlalu saja tanpa ikut bergabung dengan mereka, karena mereka menyadari bahwa dia seorang mukmin tidak layak melayani orang-orang yang menyia-nyiakan waktunya yang sangat berharga dengan omong kosong itu, apalagi bila waktu itu dipergunakan untuk membicarakan hal-hal yang membawa kepada perbuatan dosa seperti mempergunjingkan orang atau menuduh orang-orang yang tidak bersalah dan lain-lain sebagainya. Bersumpah palsu sangat dilarang dalam agama Islam, karena di dalam bersumpah itu seseorang telah berbuat dusta tidak menyatakan hakikat yang sebenarnya. Banyak sekali orang yang melanjutkan sumpah palsu untuk membela orang-orang yang tidak benar agar orang itu dapat merampas atau memiliki hak orang lain atau melakukan kelaliman pada hal kalau tidak ikut naik saksi atau bersumpah tentulah yang hak itu akan nyata dan jelas dan tidak akan terjadi suatu kelaliman akan perampasan hak. Sebagai seorang mukmin dia harus berdiri di pihak yang benar dan harus merasa bertanggung jawab untuk menegakkan keadilan dan memberantas kelaliman. Umar bin Khattab sangat marah kepada orang yang melakukan sumpah palsu dan dia pernah mendera orang yang bersumpah palsu 40 kali dera, mencat mukanya dengan cat hitam, dan mencukur semua rambut kepalanya kemudian mengaraknya di tengah pasar. Sesuai dengan ayat ini firman Allah SWT: 

وإذا سمعوا اللغو أعرضوا عنه وقالوا لنا أعمالنا ولكم أعمالكم سلام عليكم لا نبتغي الجاهلين 
Artinya: 
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil". (Q.S. Al Qasas: 55) 

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Furqaan 72 
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا (72) 
(Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu) yakni kesaksian yang dusta dan batil (dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah) seperti perkataan-perkataan yang buruk dan perbuatan-perbuatan yang lainnya (mereka lalui saja dengan menjaga kehormatan dirinya) mereka berpaling daripadanya.

Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta.(QS. 25:73)

وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا (73) 
Kedelapan: Pada ayal ini Allah menerangkan lagi sifat hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih yaitu mereka dapat menanggapi peringatan yang diberikan Allah bila mereka mendengar peringatan itu. Hati mereka selalu terbuka untuk menerima nasihat dan pelajaran, pikiran merekapun selalu merenungkan ayat-ayat Allah untuk dipahami dan diamalkan, sehingga bertambahlah keimanan dan keyakinan mereka bahwa ajaran-ajaran yang diberikan Allah kepada mereka benar-benar ajaran yang tinggi nilai dan mutunya, ajaran yang benar yang tidak dapat dibantah lagi. Dengan demikian apabila mereka sangat fanatik kepada ajaran itu, tidaklah mengherankan karena mereka sangat meyakini kebaikan ajaran itu. Amatlah jauh perbedaan antara mereka dengan kaum musyrikin yang fanatik pula kepada sembahan-sembahan mereka. Tetapi fanatik mereka itu adalah fanatik buta karena mereka tidak mau menerima kebenaran walaupun telah jelas dan nyata sekali bahwa akidah yang mereka anut itu adalah salah bertentangan dengan akal yang sehat. Bagaimanapun kuat dan jelasnya alasan-alasan yang dikemukakan kepada mereka tentang ketidak benaran paham yang mereka anut mereka tidak akan mau menerimanya karena hati mereka telah tertutup dan mata mereka telah buta untuk memikirkan mana yang benar dan mana yang salah. 


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Furqaan 73 
وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا (73) 
(Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan) diberi nasihat dan pelajaran (dengan ayat-ayat Rabb mereka) yakni Alquran (mereka tidak menghadapinya) mereka tidak menanggapinya (sebagai orang-orang yang tuli dan buta) tetapi mereka menghadapinya dengan cara mendengarkannya sepenuh hati dan memikirkan isinya serta mengambil manfaat daripadanya.

Dan orang-orang yang berkata: `Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. 25:74)

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا (74) 
Kesembilan: Di antara sifat-sifat mereka ialah mereka selalu bermunajat dan memohon kepada Tuhan agar Dia menganugerahkan kepada mereka keturunan yang baik-baik sehingga istri dan anak-anaknya itu benar-benar menyenangkan hati dan menyejukkan perasaan mereka karena keluarga mereka sendiri terdiri dari orang-orang yang saleh dan bertakwa kepada Tuhan. Dengan demikian akan bertambah banyaklah di muka bumi ini hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang: Di samping itu mereka bermunajat kepada Tuhan agar keturunannya (anak cucunya) di samping menjadi orang-orang yang bertakwa seluruhnya mereka hendaknya menjadi penyeru manusia kepada takwa menjadi pemimpin bagi orang-orang yang yang bertakwa. Ini adalah cahaya iman yang telah memenuhi hati mereka dan meneranginya dengan petunjuk dan hidayah sehingga mereka ingin sekali supaya orang-orang yang bertakwa mendapat petunjuk kian lama bertambah juga. Keinginan mereka agar anak cucu dan keturunan mereka menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa bukanlah sekali-kali karena ingin kedudukan yang tinggi atau kekuasaan yang mutlak, tetapi mereka semata-mata karena keinginan yang tulus ikhlas agar penduduk dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa dan agar anak cucu mereka melanjutkan perjuangannya menegakkan keadilan dan kebenaran, karena dengan demikian mereka sendiri walaupun telah mati tetapi mereka tetap menerima pahala perjuangan anak cucu mereka sesuai dengan sabda Rasulullah saw: 

إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث; صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له. 
Artinya: 
"Apabila seorang anak Adam telah mati, maka putuslah segala pahala amalnya kecuali dari tiga macam: sedekah yang dapat dimanfaatkan orang, ilmu pengetahuan yang ditinggalkannya yang dapat diambil manfaatnya sesudah matinya, anak yang saleh yang selalu mendoakannya". (H.R. Muslim dari Abu Hurairah) 
Demikianlah sembilan sifat yang dipunyai oleh hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang. Bila sifat-sifat itu telah dimiliki oleh seseorang maka berhaklah mereka mendapat julukan demikian itu, dan orang-orang yang mendapat julukan pasti akan disayang Allah dan di akhirat nanti akan mendapat karunia dan rahmat yang sangat mulia dan besar. 

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Furqaan 74 
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا (74) 
(Dan orang-orang yang berkata, "Ya Rabb kami! Anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami) ia dapat dibaca secara jamak sehingga menjadi Dzurriyyaatinaa, dapat pula dibaca secara Mufrad, yakni Dzurriyyatinaa (sebagai penyenang hati kami) artinya kami melihat mereka selalu taat kepada-Mu (dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.") yakni pemimpin dalam kebaikan.

Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam syurga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya,(QS. 25:75)
mereka kekal di dalamnya. Syurga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.(QS. 25:76)
Surah Al Furqaan 75 - 76 
أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا (75) خَالِدِينَ فِيهَا حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (76) 
Pada ayat ini Allah menerangkan ganjaran dan karunia yang akan diberikan-Nya kepada "hamba-hamba Allah Yang Maha Pengayang itu", hamba-hamba Allah yang mempunyai sifat-sifat yang sempurna dan akhlak budi pekerti yang mulia berkat kesabaran dan keuletan mereka dalam mematuhi segala perintah Allah, berkat kesabaran dan keuletan mereka melawan hawa nafsu dalam menjauhi segala larangan-Nya. Mereka ditempatkan di tempat yang paling mulia dan tinggi dalam surga. Mereka disambut oleh para malaikat dengan salam sebagai penghormatan kepada mereka. Hal ini tergambar dalam firman Allah: 

والملائكة يدخلون عليهم من كل باب سلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار 
Artinya: 
Sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamaun 'alaikum bima sabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu?. (Q.S. Ar Ra'd: 23-24) 
Kemudian Allah menerangkan bahwa karunia dan nikmat yang mereka terima itu adalah karunia dan nikmat yang kekal abadi yang tiada putus-putusnya. Tidak diragukan lagi bahwa tempat itu adalah sebaik-baik tempat menetap dan sebaik-baik tempat kediaman. 


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Furqaan 75 
أُولَئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا (75) 
(Mereka itulah orang-orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi) di surga kelak (karena kesabaran mereka) di dalam menjalankan taat kepada Allah (dan mereka disambut) dapat dibaca Yulaqqauna dengan memakai Tasydid, sebagaimana dapat pula dibaca Yalqauna (di dalamnya) yakni di surga yang paling tinggi martabatnya itu (dengan penghormatan dan ucapan selamat) dari para Malaikat.

Katakanlah (kepada orang-orang musyrik):` Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya?, Karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu) `.(QS. 25:77)

قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا (77) 
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar mengatakan kepada orang-orang kafir yang tidak mau beriman dan selalu bersifat sombong dan takabur terhadap kaum Muslimin bahwa mereka karena kekafiran kesombongan dan keangkuhan mereka, Allah tidak akan memperdulikan mereka sedikitpun karena mereka telah mempersekutukan-Nya dan mendustakan Rasul-Nya. Maka mereka sekali-kali tidak akan mendapat karunia yang diberikan kepada orang-orang yang beriman bahkan mereka akan mendapat balasan yang setimpal yaitu neraka Jahanam. Mereka akan dilemparkan ke dalamnya dan mendapat siksaan yang tidak dapat digambarkan bagaimana hebat dan pedihnya dan akan kekal abadi pula dalam neraka itu. 

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Furqaan 77 
قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا (77) 
(Katakanlah,) hai Muhammad kepada penduduk Mekah ("Tiada) lafal Maa bermakna Nafi (mengindahkan) menghiraukan (Rabbku akan kalian melainkan kalau ada ibadah kalian) kepada-Nya di waktu kalian tertimpa kesengsaraan dan musibah, kemudian Dia menghilangkannya dari kalian (padahal sesungguhnya) maksudnya mana mungkin Dia memperhatikan kalian, (sedangkan kalian telah mendustakan) Rasul dan Alquran (karena itu kelak akan ada) azab (yang pasti.") menimpa kalian di akhirat, selain daripada azab yang akan menimpa kalian di dunia. Akhirnya di antara mereka banyak yang terbunuh di dalam perang Badar; jumlah mereka yang terbunuh ada tujuh puluh orang. Sedangkan yang menjadi Jawab dari lafal Laulaa terkandung di dalam pengertian kalimat yang sebelumnya.

<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH                         DAFTAR SURAH AL-FURQAAN>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar