SURAH
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=5&SuratKe=16
Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir, maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim itu.(QS. 23:41)
Kemudian Kami ciptakan sesudah mereka umat-umat yang lain.(QS. 23:42)
Tidak (dapat) sesuatu umatpun mendahului ajalnya, dan tidak (dapat pula) mereka terlambat (dari ajalnya itu).(QS. 23:43)
Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...
Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya, maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain. Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman.(QS. 23:44)
Surah Al Mu'minuun 44
ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَى كُلَّ مَا جَاءَ أُمَّةً رَسُولُهَا كَذَّبُوهُ فَأَتْبَعْنَا بَعْضَهُمْ بَعْضًا وَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ فَبُعْدًا لِقَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ (44)
Kemudian Allah mengutus kepada umat-umat itu Rasul-rasul-Nya secara berturut-turut dalam beberapa abad yang tertentu. Pada tiap-tiap abad ada Rasul-Nya yang berfungsi menyampaikan risalah-Nya. Demikianlah mereka datang silih berganti sampai kepada Nabi penutup yaitu Nabi Muhammad saw, setiap Rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya. Oleh karena masing-masing umat itu mendustakan Rasul-Nya, maka Allah membinasakan mereka berturut-turut, dan Allah menjadikan mereka buah tutur manusia yang datang kemudiannya. Mereka sering menyebut-nyebut kisah mereka dalam percakapannya sehari-hari untuk dijadikan pelajaran dalam sejarah umat-umat yang pernah mendustakan Nabi-nabinya. Maka kebinasaanlah akhirnya bagi umat-umat yang tidak beriman itu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Mu'minuun 44
ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَى كُلَّ مَا جَاءَ أُمَّةً رَسُولُهَا كَذَّبُوهُ فَأَتْبَعْنَا بَعْضَهُمْ بَعْضًا وَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ فَبُعْدًا لِقَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ (44)
(Kemudian Kami utus rasul-rasul Kami berturut-turut) lafal Tatran dapat pula dibaca Tatraa tanpa memakai harakat Tanwin, artinya berturut-turut yang di antara kedua rasul terdapat pemisah jarak waktu yang cukup lama. (Manakala datang kepada suatu umat) lafal Jaa-a Ummatan dapat dibaca Jaa-a ummatan yakni dengan mentashhilkan huruf Hamzah yang kedua, sehingga ucapannya seolah-olah ada huruf Wau (Rasul, umat itu mendustakannya, maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain) Kami samakan mereka dengan umat-umat terdahulu dalam hal terbinasa (dan Kami jadikan mereka buah tutur manusia maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman).
إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا عَالِينَ (46)
Kedatangan Musa dan Harun kepada Firaun dan pembesar-pembesar kaumnya itu disertai dengan hujah yang kuat, namun mereka tidak juga menyadari, bahkan mereka bersikap sombong yang memang telah menjadi kebiasaannya.
فَقَالُوا أَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ (47)
Mereka berkata, "Apakah kita pantas percaya kepada dua orang manusia seperti kita juga?. Apakan patut kita tunduk saja menerima keduanya, padahal mereka itu adalah golongan hamba-bamba dan khadam-khadam yang tunduk kepada kita sebagai majikan dan tuannya?" Mereka menyamakan keahlian untuk menyampaikan tugas risalah dari Allah Taala itu yang berdasarkan keikhlasan, kepercayaan dan kejujuran, seperti jabatan keduniaan saja yang bersumber kepada kepangkatan dan kekayaan. Pandangan mereka itu seperti pandangan orang kafir Quraisy seperti dijelaskan dalam ayat ini.
لولا نزل هذا القرآن على رجل من القريتين عظيم
Artinya:
Dan mereka berkata, "Mengapa Alquran ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini?". (Q.S. Az Zukhruf: 31)
Mereka mengingkari wahyu dan kenabian Muhammad saw, karena menurut jalan pikiran mereka, seorang yang diangkat menjadi Rasul itu hendaklah seorang yang kaya dan berpengaruh. Mereka tidak mengetahui bahwa pilihan Allah untuk kerasulan itu tidak didasarkan kepada soal kekayaan atau kepangkatan, akan tetapi semata-mata kepada karunia Allah, yang sudah ada ketetapannya di alam azali, dan hubungannya dengan keluhuran budi pekerti, kesucian dan kejujuran dan kesayangan kepada umatnya. Para Nabi itu karena kesucian batin mereka tidak terpengaruh oleh alam kebendaan. Mereka menerima wahyu dari malaikat, dan dalam melayani segala kepentingan umatnya dalam alam lahir, mereka tetap tidak terputus hubungannya dengan Tuhan mereka. Apabila hal ini dipandang aneh, mengapa Allah mengutus utusan-Nya dari kalangan manusia sendiri, maka lebih aneh dan ajaib lagi, mengapa mereka menyandarkan ketuhanan kepada kayu dan batu, yang dibuat dan diukir oleh tangan mereka sendiri? Tepat benar apa yang difirmankan dalam ayat.
فإنها لا تعمى الأبصار ولكن تعمى القلوب التي في الصدور
Artinya:
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Q.S. Al Hajj: 46)
ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَى كُلَّ مَا جَاءَ أُمَّةً رَسُولُهَا كَذَّبُوهُ فَأَتْبَعْنَا بَعْضَهُمْ بَعْضًا وَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ فَبُعْدًا لِقَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ (44)
Kemudian Allah mengutus kepada umat-umat itu Rasul-rasul-Nya secara berturut-turut dalam beberapa abad yang tertentu. Pada tiap-tiap abad ada Rasul-Nya yang berfungsi menyampaikan risalah-Nya. Demikianlah mereka datang silih berganti sampai kepada Nabi penutup yaitu Nabi Muhammad saw, setiap Rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya. Oleh karena masing-masing umat itu mendustakan Rasul-Nya, maka Allah membinasakan mereka berturut-turut, dan Allah menjadikan mereka buah tutur manusia yang datang kemudiannya. Mereka sering menyebut-nyebut kisah mereka dalam percakapannya sehari-hari untuk dijadikan pelajaran dalam sejarah umat-umat yang pernah mendustakan Nabi-nabinya. Maka kebinasaanlah akhirnya bagi umat-umat yang tidak beriman itu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Mu'minuun 44
ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَى كُلَّ مَا جَاءَ أُمَّةً رَسُولُهَا كَذَّبُوهُ فَأَتْبَعْنَا بَعْضَهُمْ بَعْضًا وَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ فَبُعْدًا لِقَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ (44)
(Kemudian Kami utus rasul-rasul Kami berturut-turut) lafal Tatran dapat pula dibaca Tatraa tanpa memakai harakat Tanwin, artinya berturut-turut yang di antara kedua rasul terdapat pemisah jarak waktu yang cukup lama. (Manakala datang kepada suatu umat) lafal Jaa-a Ummatan dapat dibaca Jaa-a ummatan yakni dengan mentashhilkan huruf Hamzah yang kedua, sehingga ucapannya seolah-olah ada huruf Wau (Rasul, umat itu mendustakannya, maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain) Kami samakan mereka dengan umat-umat terdahulu dalam hal terbinasa (dan Kami jadikan mereka buah tutur manusia maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman).
Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda (Kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata,(QS. 23:45)
Surah Al Mu'minuun 45
ثُمَّ أَرْسَلْنَا مُوسَى وَأَخَاهُ هَارُونَ بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (45)
Kemudian Allah mengutus Musa dan saudaranya Harun (sebagai pembantunya) kepada Firaun dan kaumnya dengan membawa sembilan macam mukjizat seperti yang telah tersebut dalam surat Al A'raf dan hujah yang nyata atas kerasulannya, tetapi Firaun dengan pemuka-pemuka kaum Qibti bersikap sombong dan takabur menerima seruan Musa dan Harun, agar mereka hanya menyembah kepada Allah dan meninggalkan kemusyrikan kepada-Nya, dan agar mereka jangan menyiksa Bani Israel yang berada di Mesir, dan membolehkan mereka dibawa kembali oleh Musa dan Harun kembali ke negeri asal Nabi Yakub di Palestina. Musa dan Harun datang kepada Firaun dengan seruan yang lemah lembut sebagaimana dalam firman-Nya:
فقولا له قولا لينا لعله يتذكر أو يخشى
Artinya:
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut." (Q.S. Taha: 44)
ثُمَّ أَرْسَلْنَا مُوسَى وَأَخَاهُ هَارُونَ بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ (45)
Kemudian Allah mengutus Musa dan saudaranya Harun (sebagai pembantunya) kepada Firaun dan kaumnya dengan membawa sembilan macam mukjizat seperti yang telah tersebut dalam surat Al A'raf dan hujah yang nyata atas kerasulannya, tetapi Firaun dengan pemuka-pemuka kaum Qibti bersikap sombong dan takabur menerima seruan Musa dan Harun, agar mereka hanya menyembah kepada Allah dan meninggalkan kemusyrikan kepada-Nya, dan agar mereka jangan menyiksa Bani Israel yang berada di Mesir, dan membolehkan mereka dibawa kembali oleh Musa dan Harun kembali ke negeri asal Nabi Yakub di Palestina. Musa dan Harun datang kepada Firaun dengan seruan yang lemah lembut sebagaimana dalam firman-Nya:
فقولا له قولا لينا لعله يتذكر أو يخشى
Artinya:
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut." (Q.S. Taha: 44)
kepada Firaun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takbur dan mereka adalah orang-orang yang sombong.(QS. 23:46)
إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا عَالِينَ (46)
Kedatangan Musa dan Harun kepada Firaun dan pembesar-pembesar kaumnya itu disertai dengan hujah yang kuat, namun mereka tidak juga menyadari, bahkan mereka bersikap sombong yang memang telah menjadi kebiasaannya.
Dan mereka berkata:` Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita? `(QS. 23:47)
فَقَالُوا أَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ (47)
Mereka berkata, "Apakah kita pantas percaya kepada dua orang manusia seperti kita juga?. Apakan patut kita tunduk saja menerima keduanya, padahal mereka itu adalah golongan hamba-bamba dan khadam-khadam yang tunduk kepada kita sebagai majikan dan tuannya?" Mereka menyamakan keahlian untuk menyampaikan tugas risalah dari Allah Taala itu yang berdasarkan keikhlasan, kepercayaan dan kejujuran, seperti jabatan keduniaan saja yang bersumber kepada kepangkatan dan kekayaan. Pandangan mereka itu seperti pandangan orang kafir Quraisy seperti dijelaskan dalam ayat ini.
لولا نزل هذا القرآن على رجل من القريتين عظيم
Artinya:
Dan mereka berkata, "Mengapa Alquran ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini?". (Q.S. Az Zukhruf: 31)
Mereka mengingkari wahyu dan kenabian Muhammad saw, karena menurut jalan pikiran mereka, seorang yang diangkat menjadi Rasul itu hendaklah seorang yang kaya dan berpengaruh. Mereka tidak mengetahui bahwa pilihan Allah untuk kerasulan itu tidak didasarkan kepada soal kekayaan atau kepangkatan, akan tetapi semata-mata kepada karunia Allah, yang sudah ada ketetapannya di alam azali, dan hubungannya dengan keluhuran budi pekerti, kesucian dan kejujuran dan kesayangan kepada umatnya. Para Nabi itu karena kesucian batin mereka tidak terpengaruh oleh alam kebendaan. Mereka menerima wahyu dari malaikat, dan dalam melayani segala kepentingan umatnya dalam alam lahir, mereka tetap tidak terputus hubungannya dengan Tuhan mereka. Apabila hal ini dipandang aneh, mengapa Allah mengutus utusan-Nya dari kalangan manusia sendiri, maka lebih aneh dan ajaib lagi, mengapa mereka menyandarkan ketuhanan kepada kayu dan batu, yang dibuat dan diukir oleh tangan mereka sendiri? Tepat benar apa yang difirmankan dalam ayat.
فإنها لا تعمى الأبصار ولكن تعمى القلوب التي في الصدور
Artinya:
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Q.S. Al Hajj: 46)
Maka (tetaplah) mereka mendustakan keduanya, sebab itu mereka adalah termasuk orang-orang yang dibinasakan.(QS. 23:48)
| ||||||||||||||
|
Dan telah Kami jadikan (Isa) putera Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.(QS. 23:50)
وَجَعَلْنَا ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ آيَةً وَآوَيْنَاهُمَا إِلَى رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ (50)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia telah menjadikan Isa putra Maryam suatu tanda yang menunjukkan kepada kekuasaan Allah yang dapat menciptakan seorang manusia hanya dari seorang ibu saja tanpa ayah, dan memberi kemampuan kepada seorang bayi berbicara sebelum waktunya, dan memberi mukjizat kepadanya, dapat menyembuhkan orang buta sejak lahir, menghidupkan seorang yang sudah mati tiga hari dari kuburannya, membuat burung yang terbang dari tanah liat dan sebagainya. Ibunya pula yaitu Maryam dijadikan tanda bukti kekuasaan Allah, karena hamil tanpa disentuh manusia, Maryam dan putranya disejajarkan dengan tanda kekuasaan Allah sebagaimana dalam firman-Nya:
والتي أحصنت فرجها فنفخنا فيها من روحنا وجعلناها وابنها آية للعالمين
Artinya:
Dan (Ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami, dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. (Q.S. Al Anbiya: 91)
Dan Kami memberi tempat kediaman dan melindungi mereka di suatu dataran tanah yang tinggi di daerah Palestina yang mempunyai padang-padang rumput dan sumber-sumber air jernih yang mengalir. Nabi Isa dan Maryam selama hidupnya tidak pernah keluar dari Palestina atau Syam, dan siapa yang mengatakan bahwa Nabi Isa pergi ke Rabwah dekat Lahore di Pakistan dan meninggal dunia di sana, maka dugaan yang demikian tidak mempunyai dasar sama sekali.
Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. 23:51)
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ (51)
Allah memerintahkan kepada setiap Nabi, supaya makan rezeki yang halal dan baik yang dikaruniakan Allah kepadanya dan sekali-kali tidak dibolehkan dia memakan harta yang haram dan supaya dia selalu mengerjakan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan yang keji dan mungkar. Nabi-nabi itulah orang-orang yang pertama-tama yang harus mematuhi perintah Allah, karena mereka akan menjadi contoh teladan bagi umat dimana mereka diutus untuk menyampaikan risalah Tuhannya. Perintah ini walaupun hanya ditunjukkan kepada Nabi-nabi, tetapi ia berlaku pula terhadap umat mereka tanpa kecuali karena para Nabi itu adalah menjadi panutan bagi umatnya kecuali dalam beberapa hal yang sudah dikhususkan untuk para Nabi itu saja. karena tidak sesuai untuk diwajibkan pula kepada umatnya. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
أيها الناس! إن الله طيب لا يقبل إلا طيبا وإن الله تعالى أمر المؤمنين بما أمر به المرسلين.
Artinya:
Hai Manusia, Sesungguhnya Allah Taala adalah baik, Dia tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah Taala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman apa yang diperintahkan-Nya kepada Rasul-rasul-Nya. (H.R. Muslim dan Tirmizi dari Abu Hurairah)
Maka Rasulullah saw membaca ayat ini. Kemudian Rasulullah saw membaca lagi ayat:
يا أيها الذين آمنوا كلوا من طيبات ما رزقناكم
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu. (Q.S. Al Baqarah: 172)
Kemudian Nabi menerangkan keadaan seorang laki-laki yang telah melakukan perjalanan panjang (lama), rambutnya penuh debu, makanannya dari yang haram, minumannya dari yang haram dan pakaiannya dari yang haram pula. Laki-laki itu berkata sambil menadahkan tangan ke langit. "Ya Tuhanku! Ya Tuhanku! Bagaimanakah doanya itu akan terkabul?
Pada ayat ini Allah mendahulukan perintah memakan makanan yang baik-baik baru beramal saleh, ini berarti amal yang saleh itu tidak akan diterima oleh Allah kecuali bila orang yang mengerjakannya memakan harta yang halal dan baik dan menjauhi harta yang haram. Menurut riwayat yang diterima dari Rasulullah beliau pernah bersabda:
إن الله تعالى لا يقبل عبادة من في جوفه لقمة من حرام وصح أيضا أيما لحم نبت من سحت فالنار أولى به.
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak menerima ibadat orang yang dalam perutnya terdapat sesuap makanan yang haram. Dan diriwayatkan pula bahwa Nabi saw bersabda, "setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram maka neraka lebih berhak membakarnya". (H.R. Muslim dan Tirmizi)
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, lbnu Abi Hatim dan lbnu Mardawaih dan Ummi Abdillah saudara perempuan Syaddad bin Aus ra bahwa Ummi Abdillah ini pernah mengirimkan seteko susu kepada Rasulullah untuk berbuka puasa. Susu itu ditolak oleh Rasulullah dan beliau menyuruh pembawa susu itu kembali dan menanyakan kepadanya dari mana susu itu didapatnya. Ummi Abdillah menjawab itu adalah susu kambingku sendiri. Kemudian susu itu ditolak lagi dan pesuruh Ummi Abdillah disuruh lagi menanyakan dari mana kambing itu didapat. Ummi Abdillah menjawab itu adalah kambing yang aku beli sendiri dengan uangku sendiri. Kemudian barulah Rasulullah menerima susu itu.
Keesokan harinya Ummi Abdillah datang menemui Rasulullah menanyakan kepada beliau mengapa ia menolak susu itu, pada mulanya. Rasulullah menjawab: Para Rasul diperintahkan supaya jangan memakan kecuali yang baik-baik dan jangan berbuat sesuatu kecuali yang baik-baik. Demikianlah perintah Allah kepada para Rasul-Nya yang harus dipatuhi oleh umat manusia karena Allah Maha Mengetahui amal perbuatan manusia, tak ada satupun yang bersembunyi bagi-Nya. Dia akan membalas perbuatan yang baik dengan berlipat ganda dan perbuatan jahat dengan balasan yang setimpal.
Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.(QS. 23:52)
وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ (52)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan agama para Rasul itu adalah agama yang satu yaitu agama tauhid yang mengakui ke Esaan Allah SWT dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada seorang Rasulpun yang menyimpang dari prinsip ini. Kalau dalam suatu agama terdapat sedikit saja penyimpangan dari prinsip ini maka agama itu bukanlah agama yang asli yang dibawa oleh seorang Rasul, berarti agama itu telah dirubah-rubah oleh pengikutnya dan tidak orisinil lagi. Mustahil Allah Yang Maha Esa memilih dan mengangkat seorang Rasul dengan membawa suatu agama yang bertentangan dengan kebenaran dan bertentangan dengan kemurnian ke Esaan-Nya. Meskipun syariat dan peraturan-peraturan yang dibawa para Nabi dan Rasul berbeda-beda sesuai dengan masa dan tempat di mana mereka diutus, tetapi mengenai dasar tauhid tidak ada sedikitpun perbedaan antara mereka. Oleh sebab itu Allah menegaskan lagi dalam ayat ini bahwa Dia adalah Tuhan Semesta Alam, hendaknya semua manusia menyembah dan bertakwa hanya kepada-Nya saja dan sekali-kali jangan mempersekutukan-Nya dengan siapapun dan sesuatu apapun jua.
Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).(QS. 23:53)
فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ (53)
Kemudian pada ayat ini Allah menerangkan bahwa umat para Rasul itu telah menyeleweng dari ajaran mereka sehingga mereka terpecah belah menjadi beberapa golongan, masing-masing golongan menganggap bahwa golongannyalah yang benar, sedang golongan yang lain adalah salah. Memang demikianlah didapat dalam sejarah agama agama samawi yang dibawa para Nabi dan Rasul. Pada mulanya agama-agama itu tetap suci dan murni tak sedikitpun dimasuki oleh dasar-dasar syirik, tetapi dengan berangsur-angsur sedikit demi sedikit paham tauhid yang murni itu telah dimasuki oleh paham-paham lain yang berbau syirik atau telah menyimpang sama sekali dari dasar tauhid sehingga jatuhlah manusia ke jurang kesesatan bahkan ada di antara manusia yang menyembah manusia, menyembah binatang dan benda-benda seperti patung dan berhala. Namun demikian kita dapat mengetahui suci dan murninya suatu agama dengan berpegang teguh kepada norma yang pasti yaitu paham tauhid. Bila dalam agama itu tidak terdapat sedikitpun penyimpangan dari dasar tauhid maka agama itu, pastilah agama yang asli dan murni. Tetapi bila terdapat di dalamnya paham yang menyimpang dari dasar itu, yakinilah bahwa agama itu telah tidak murni lagi dan telah kemasukan paham-paham yang sesat. Paham-paham yang sesat inilah yang tetah dianut oleh kaum musyrikin Mekah sekalipun mereka mendakwakan bahwa mereka adalah pengikut Nabi Ibrahim. Mereka telah jauh tersesat dari ajaran Nabi Ibrahim, tetapi mereka tetap membanggakan bahwa agama merekalah yang benar walaupun yang mereka sembah adalah benda-benda mati yang tidak bermanfaat sedikitpun dan tidak pula berdaya menolak suatu kemudaratan. Maka mereka menentang dengan keras ajaran tauhid yang dibawa Nabi Muhammad saw dan mengancam akan bertindak tegas terhadap siapa saja yang menentang mereka.
Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu.(QS. 23:54)
فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِينٍ (54)
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw supaya membiarkan saja orang-orang yang keras kepala yang tidak mau menerima kebenaran itu sampai tiba saatnya Allah akan menyiksa mereka baik di dunia maupun di akhirat nanti, di mana mereka akan menyaksikan sendiri bagaimana hebat dan dahsyatnya siksaan yang disediakan untuk mereka. Adapun siksaan di dunia ialah mala petaka yang menimpa mereka di waktu perang Badar di zaman mereka mengalami kekalahan basar dan kehancuran. Perintah seperti ini terdapat pula pada ayat yang lain seperti firman Allah:
فمهل الكافرين أمهلهم رويدا
Artinya:
Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu yaitu beri-tangguhlah mereka itu barang sebentar. (Q.S. At Tariq: 17)
Dan firman-Nya:
ذرهم يأكلوا ويتمتعوا ويلههم الأمل فسوف يعلمون
Artinya:
Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (Q.S. Al Hijir: 3)
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa),(QS. 23:55)
Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.(QS. 23:56)
Surah Al Mu'minuun 55 - 56
أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ (55) نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ (56)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang kafir itu telah ditipu dan diperdayakan oleh harta benda dan anak-anak mereka padahal harta kekayaan dan anak-anak yang banyak itu bukanlah suatu tanda bahwa Allah meridai mereka. Mereka membangga-banggakan harta dan kekayaan mereka terhadap kaum Muslimin yang di kala itu dalam keadaan serba kekurangan, seperti tersebut dalam firman Allah:
وقالوا نحن أكثر أموالا وأولادا وما نحن بمعذبين
Artinya:
Dan mereka berkata, "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (dari kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab". (Q.S. Saba: 35)
Sebenarnya Allah memberikan kelapangan rezeki kepada mereka hanya semata-mata untuk menjerumuskan mereka ke lembah kemaksiatan dan kedurhakaan karena sikap mereka yang sangat congkak dan sombong terhadap ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. Dengan harta dan anak-anak yang banyak itu mereka akan menjadi lupa daratan seakan-akan merekalah yang benar dan berkuasa, apa saja yang mereka lakukan adalah hak mereka walaupun dengan perbuatan itu mereka menginjak-injak hak orang lain dan menganiaya kaum lemah. Tetapi pada suatu saat Allah pasti akan menyiksa mereka karena menjadi Sunatullah bahwa kelaliman dan penganiayaan itu tidak akan kekal bahkan akan hancur dan musnah. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
فلا تعجبك أموالهم ولا أولادهم إنما يريد الله ليعذبهم بها في الحياة الدنيا وتزهق أنفسهم وهم كافرون
Artinya:
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir". (Q.S. At Taubah: 55)
Dan firman-Nya:
ولا يحسبن الذين كفروا أنما نملي لهم خير لأنفسهم إنما نملي لهم ليزدادوا إثما ولهم عذاب مهين
Artinya:
Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka, dan bagi mereka azab yang menghinakan". (Q.S. Ali Imran: 178)
Qatadah seorang mufassir telah memberikan ulasannya mengenai ayat ini sebagai berikut, "Allah telah memperdayakan orang-orang kafir itu dengan harta dan anak-anak mereka. Hai anak Adam janganlah kamu menganggap seseorang terhormat karena harta kekayaan dan anak-anaknya, tetapi hormatilah dia karena iman dan amal saleh. Diriwayatkan dan Ibnu Masud bahwa Rasulullah saw bersabda:
إن الله قسَم بينكم أخلاقكم كما قَسَم بينكم أرزاقكم وإن الله يعطي الدنيا من يحب ومن لا يحب ولا يعطي الدين إلا من أحب فمن أعطاه الله الدين فقد أحبه والذي نفس محمد بيده لا يُسْلِمُ العبد حتى يُسْلِمَ قلبه ولسانه ولا يؤمن حتى يأمن جاره بوائقه قالوا وما بوائقه يا رسول الله? قال غشه وظلمه.
Artinya:
Sesungguhnya Allah telah membagi-bagikan akhlak di antara kamu sebagaimana Dia telah membagi-bagikan rezeki di antara kamu. Sesungguhnya Allah memberikan nikmat dunia kepada orang yang diridai-Nya dan kepada orang yang tidak diridai-Nya. Dan Dia tidak memberikan keteguhan beragama melainkan kepada yang la rida. Dan barangsiapa yang Allah berikan kepadanya keteguhan beragama, berarti Allah meridainya. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya. Tidak Islam seorang hamba kecuali bila telah Islam pula batin dan lidahnya, tidak beriman dia kecuali tetangganya merasa aman terhadap kejahatannya. Para sahabat bertanya, "Apakah kejahatannya itu, Ya Rasulullah?". Rasulullah menjawab, "Penipuan dan aniayanya".
Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka,(QS. 23:57)
إِنَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ (57)
Salah satu di antara sifat-sifat orang yang benar-benar beriman itu pertama ialah takut kepada Tuhan. Karena itu mereka selalu mencari keridaan-Nya dengan bersungguh-sungguh mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Yang menjadi pedoman bagi hidup mereka ialah ajaran agama karena ajaran itulah prinsip mereka. Apa saja yang bertentangan dengan prinsip-prinsip itu tetap mereka tolak bagaimanapun akibatnya. Iman mereka tidak dapat digoyahkan oleh bujuk rayu atau ancaman apapun terhadap mereka.
Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka,(QS. 23:58)
وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ (58)
Sifat yang kedua ialah percaya sepenuhnya kepada bukti-bukti ke Esaan dan kekuasaan Allah yang terbentang luas dalam alam semesta sebagaimana difirmankan oleh Allah:
سنريهم آياتنا في الآفاق وفي أنفسهم حتى يتبين لهم أنه الحق أولم يكف بربك أنه على كل شيء شهيد
Artinya:
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri. sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alquran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?. (Q.S. Fussilat: 53)
Dan mereka percaya pula sepenuhnya kepada semua ayat-ayat yang diturunkan kepada Rasul-Nya apa yang tersebut dalam ayat-ayat itu adalah kebenaran mutlak yang tak dapat ditawar-tawar lagi.
dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun),(QS. 23:59)
وَالَّذِينَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ (59)
Sifat yang ketiga ialah memelihara kemurnian tauhid dengan benar-benar menyembah Allah semata tanpa mempersekutukan-Nya dengan sembahan-sembahan lain. Maka orang-orang yang beriman tidak akan mau menyembah berhala-berhala atau minta tolong kepadanya walaupun berhala-berhala itu dianggap oleh kaum musyrik sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
ألا لله الدين الخالص والذين اتخذوا من دونه أولياء ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى
Artinya:
Ingatlah hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih dari (sirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". (Q.S. Az Zumar: 3)
Mereka tidak akan minta tolong kepada makam-makam dan kuburan-kuburan karena mereka yakin sepenuhnya bahwa perbuatan itu sama saja dengan minta tolong kepada berhala-berhala dan itu termasuk perbuatan syirik yang sangat dimurkai Allah. Mereka tidak pula akan minta tolong kepada arwah-arwah, jin dan setan karena yang demikianpun termasuk syirik pula. Demikianlah semua perbuatan yang membawa kepada mempersekutukan Allah mereka hindari sejauh-jauhnya, sehingga kepercayaan mereka benar-benar murni tidak dikotori sedikitpun oleh hal-hal yang berbau syirik.
dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka,(QS. 23:60)
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (60)
Sifat yang keempat ialah takut kepada Allah, karena mereka yakin akan kembali kepada-Nya pada hari berhisab di mana akan diperhitungkan segala amal perbuatan manusia. Meskipun mereka telah mengerjakan segala perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya dan menafkahkan hartanya di jalan Allah namun mereka merasa takut kalau-kalau amal baik mereka tidak diterima karena mungkin ada di dalamnya unsur-unsur riya atau lainnya yang menyebabkan ditolaknya amal itu. Oleh sebab itu mereka selalu terdorong untuk selanjutnya berbuat baik karena kalau amal yang sebelumnya tidak diterima, mungkin amal yang sesudah itu menjadi amal yang makbul yang diberi ganjaran yang berlipat ganda.
Siti Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai ayat ini, apakah yang dimaksud dengan ayat ini ialah orang berzina dan meminum khamar atau mencuri, dan karena itu ia takut kepada Tuhan dan siksa-Nya? Pertanyaan ini dijawab oleh Rasulullah. "Bukan demikian maksudnya Hai anak Abu Bakar Sidik. Yang dimaksud dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengerjakan salat, berpuasa dan menafkahkan hartanya namun dia merasa takut kalau-kalau amalnya itu termasuk amal yang tidak diterima (mardud).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar