SURAH AL MU'MINUUN
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=5&SuratKe=23
Sebenarnya mereka mengucapkan perkataan yang serupa dengan perkataan yang diucapkan oleh orang-orang dahulu kala.(QS. 23:81)
بَلْ قَالُوا مِثْلَ مَا قَالَ الْأَوَّلُونَ (81)
Pada ayat ini Allah menerangkan bagaimana kerasnya keingkaran orang-orang kafir Mekah itu sehingga mereka mengulang-ulang apa yang diucapkan oleh orang-orang kafir dahulu seakan-akan mata mereka telah buta, telinga mereka telah tuli dan hati mereka telah terkunci mati untuk memperhatikan dan memikirkan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad saw. yang tidak dapat mereka bantah lagi. Mereka mengatakan bahwa hari berbangkit itu adalah omong kosong belaka yang selalu diada-adakan oleh Nabi Muhammad dan para Rasul sebelumnya. Semenjak dahulu kala telah ada Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang mengucapkan kata-kata seperti yang diucapkan Muhammad, tetapi nyatanya sampai sekarang telah berlalu masa yang demikian panjang Hari Kiamat dan hari berbangkit itu belum juga datang.
Mereka berkata:` Apakah betul, apabila kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan?(QS. 23:82)
قَالُوا أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ (82)
Mereka mengulang-ulang ucapan nenek moyang mereka dahulu. Apakah kami sesudah mati dan tulang belulang kami telah hancur luluh menjadi tanah, kami akan dibangkitkan kembali?. Ini adalah suatu hal yang mustahil yang tak mungkin terjadi, karena sampai sekarang belum ada seorangpun nenek moyang kita yang telah mati dan menjadi tanah itu dapat hidup kembali. Barang kali orang yang mengucapkan kata-kata itu sudah kemasukan setan atau sudah menjadi gila.
Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman (dengan) ini dahulu, ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu kala! `.(QS. 23:83)
لَقَدْ وُعِدْنَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا هَذَا مِنْ قَبْلُ إِنْ هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (83)
Selanjutnya mereka berkata lagi untuk menghina dan memperolok-olokkan Muhammad. Memang kita ini sudah diberi janji yang tidak ada kebenarannya sama sekali sebagaimana kepada nenek moyang kita yang telah dijanjikan pula seperti janji-janji Muhammad ini, tatapi tak ada satupun janji-janji rasul-rasul yang terdahulu itu yang telah terbukti. Bagaimana kita akan dapat percaya dan menerima saja ucapan-ucapan Muhammad yang telah gila itu yang tak ada buktinya sama sekali dan mungkin ucapan-ucapannya itu hanya dongengan orang dahulu kala. Pada ayat-ayat lain terdapat pula penjelasan mengenai ucapan-ucapan mereka beserta bantahan dan penolakan terhadap ucapan-ucapan itu seperti firman Allah:
يقولون أإنا لمرددون في الحافرة أإذا كنا عظاما نخرة قالوا تلك إذا كرة خاسرة فإنما هي زجرة واحدة فإذا هم بالساهرة
Artinya:
(Orang-orang kafir) berkata, "Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula?. Apakah (kami akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?". Mereka berkata, "Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan". Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali dipermukaan bumi. (Q.S. An Naziat: 10-14)
Dan firman-Nya:
وضرب مثلا ونسي خلقه قال من يحيي العظام وهي رميم قل يحييها الذي أنشأها أول مرة وهو بكل خلق عليم
Artinya:
Dan dia membuat perumpamaan bagi kami, dan dia lupa kepada kejadiannya. Ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?". Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan Yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk". (Q.S. Yasin: 78-79)
Dan firman-Nya:
أيعدكم أنكم إذا متم وكنتم ترابا وعظاما أنكم مخرجون هيهات هيهات لما توعدون إن هي إلا حياتنا الدنيا نموت ونحيا وما نحن بمبعوثين إن هو إلا رجل افترى على الله كذبا وما نحن له بمؤمنين
Artinya:
Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa apabila kamu telah mati dan telah manjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu?) Jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu, kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup, dan sekali-kali kita tidak akan dibangkitkan lagi, ia tidak lain hanyalah seorang yang mengada-ada kebohongan terhadap Allah, dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepada-Nya. (Q.S. Al Mu'minun: 35-38)
Katakanlah:` Kepunyaan siapakah bumi ini dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui? `(QS. 23:84)
Mereka akan menjawab:` Kepunyaan Allah. `Katakanlah:` Maka apakah kamu tidak ingat? `(QS. 23:85)
Surah Al Mu'minuun 84 - 85
قُلْ لِمَنِ الْأَرْضُ وَمَنْ فِيهَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (84) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (85)
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw supaya menanyakan kepada orang-orang kafir yang mengatakan bahwa tidak mungkin Allah kuasa menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati sedang tulang belulangnya telah menjadi remuk menjadi tanah dan tak mungkin Dia mengumpulkan mereka di padang mahsyar nanti. Siapakah yang memiliki bumi dan segala yang ada padanya?. Mereka orang-orang kafir diminta supaya untuk menjawab pertanyaan ini. Pada dasarnya mereka akan menjawab bahwa pemiliknya dan yang berkuasa atasnya ialah Allah, karena demikianlah kepercayaan nenek moyang mereka. Hanya mereka telah jauh menyimpang dari agama tauhid yang murni dan akidah mereka telah dikotori oleh kepercayaan yang tidak benar dan menyesatkan. Oleh sebab itu Allah mengemukakan pertanyaan ini kepada mereka seakan-akan mereka tidak mengetahuinya sama sekali atau telah merupakan kepercayaan yang mereka anut selama ini.
قُلْ لِمَنِ الْأَرْضُ وَمَنْ فِيهَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (84) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (85)
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw supaya menanyakan kepada orang-orang kafir yang mengatakan bahwa tidak mungkin Allah kuasa menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati sedang tulang belulangnya telah menjadi remuk menjadi tanah dan tak mungkin Dia mengumpulkan mereka di padang mahsyar nanti. Siapakah yang memiliki bumi dan segala yang ada padanya?. Mereka orang-orang kafir diminta supaya untuk menjawab pertanyaan ini. Pada dasarnya mereka akan menjawab bahwa pemiliknya dan yang berkuasa atasnya ialah Allah, karena demikianlah kepercayaan nenek moyang mereka. Hanya mereka telah jauh menyimpang dari agama tauhid yang murni dan akidah mereka telah dikotori oleh kepercayaan yang tidak benar dan menyesatkan. Oleh sebab itu Allah mengemukakan pertanyaan ini kepada mereka seakan-akan mereka tidak mengetahuinya sama sekali atau telah merupakan kepercayaan yang mereka anut selama ini.
Katakanlah:` Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya Arsy yang besar? `(QS. 23:86)
Mereka akan menjawab:` Kepunyaan Allah. `Katakanlah:` Maka apakah kamu tidak bertakwa? `(QS. 23:87)
Surah Al Mu'minuun 86 - 87
قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (86) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ (87)
Kemudian Allah memerintahkan pula agar Nabi Muhammad saw menanyakan lagi kepada mereka. Siapakah yang menciptakan langit yang tujuh dan yang menciptakan Arasy yang Maha Besar dan Luas dan besarnya meliputi langit dan bumi sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
وسع كرسيه السموات والأرض
Artinya:
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. (Q.S. Al Baqarah: 255)
Siapakah yang mengatur dan mengurusnya sehingga segalanya berjalan menurut aturan yang demikian teliti dan baik. Allah menetapkan langsung jawaban atas pertanyaan ini karena pastilah jawaban orang-orang kafir itu sama yaitu Pencipta itu semua adalah Allah Yang memiliki dan Menguasainya. Tak akan ada jawaban mereka selain itu karena demikianlah kepercayaan mereka pada dasarnya. Hanya saja mereka di samping mengakui kekuasaan Allah mereka menyembah pula sembahan-semhahan seperti berhala dan sebagainya. Kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar mengatakan lagi kepada mereka, "Kalau benar Allah yang menciptakan langit yang tujuh dan menciptakan Arasy yang Maha Besar dan Luas itu, dan benar pula Allah lah yang mengatur dan mengurusnya, mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya dan tidak mau mengikuti ajaran dan perintah-Nya?. Kenapa kamu tetap saja menyembah berhala, sedang penyembahan selain Allah itu sangat dimurkai oleh-Nya?.
قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (86) سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ (87)
Kemudian Allah memerintahkan pula agar Nabi Muhammad saw menanyakan lagi kepada mereka. Siapakah yang menciptakan langit yang tujuh dan yang menciptakan Arasy yang Maha Besar dan Luas dan besarnya meliputi langit dan bumi sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
وسع كرسيه السموات والأرض
Artinya:
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. (Q.S. Al Baqarah: 255)
Siapakah yang mengatur dan mengurusnya sehingga segalanya berjalan menurut aturan yang demikian teliti dan baik. Allah menetapkan langsung jawaban atas pertanyaan ini karena pastilah jawaban orang-orang kafir itu sama yaitu Pencipta itu semua adalah Allah Yang memiliki dan Menguasainya. Tak akan ada jawaban mereka selain itu karena demikianlah kepercayaan mereka pada dasarnya. Hanya saja mereka di samping mengakui kekuasaan Allah mereka menyembah pula sembahan-semhahan seperti berhala dan sebagainya. Kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar mengatakan lagi kepada mereka, "Kalau benar Allah yang menciptakan langit yang tujuh dan menciptakan Arasy yang Maha Besar dan Luas itu, dan benar pula Allah lah yang mengatur dan mengurusnya, mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya dan tidak mau mengikuti ajaran dan perintah-Nya?. Kenapa kamu tetap saja menyembah berhala, sedang penyembahan selain Allah itu sangat dimurkai oleh-Nya?.
Katakanlah:` Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui? `(QS. 23:88)
قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (88)
Lalu Allah menyuruh Nabi Muhammad menanyakan pula kepada mereka siapakah yang menguasai segala sesuatu dan mengaturnya. Yang di tangan-Nya kekuasaan mutlak. Bila Dia melindungi seseorang tak ada satu kekuasaanpun yang dapat menimpakan malapetaka atasnya atau membinasakannya. Dan bila Dia hendak menimpakan bahaya kepada seseorang tak ada pula satu kekuatanpun yang dapat melindungi orang itu?. Siapakah yang mempunyai sifat demikian Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa?. Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini hai kaum musyrikin jika kamu benar-benar mengetahui.
Mereka akan menjawab:` Kepunyaan Allah `. Katakanlah:` (Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu? `(QS. 23:89)
سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ (89)
Pastilah mereka akan menjawab bahwa yang demikian sifatnya adalah Allah semata. Oleh sebab itu Allah memastikan bahwa mereka akan menjawab seperti itu. Karena itu Allah menyuruh Nabi menanyakan lagi kepada mereka. Kalau kamu mengetahui bahwa Allah lah Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa, mengapa kamu sampai tertipu dan berpaling dan agama tauhid dan selalu menentang Allah dan durhaka kepada-Nya?. Dengan menyembah berhala atau lainnya seakan-akan kamu telah kena sihir dan pikiran kamu tak dapat percaya lagi sehingga akidah kamu menjadi kacau balau, mencampur aduk yang benar dengan yang salah, sehingga kamu mempersekutukan Allah dengan lain-Nya. Padahal Allah tidak akan membenarkan tindakan kamu itu bahkan sangat murka kepadamu.
Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.(QS. 23:90)
بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِالْحَقِّ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (90)
Pada ayat ini Allah menegaskan kepada orang-orang kafir itu, karena semua pertanyaan yang dikemukakan kepada mereka mengenai Allah sebagai Pencipta, Pemilik dan Pengatur segala-galanya, mereka jawab dengan jawaban yang benar dan positif, bahwa Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhamamd untuk memperbaiki dan meluruskan akidah mereka yang telah sesat, adalah benar dan tuduhan-tuduhan yang mereka kemukakan terhadap Muhammad dan Alquran yang dibawanya adalah palsu dan bohong. Alquran itu bukanlah dongengan-dongengan orang dahulu, tetapi benar-benar wahyu dan petunjuk dari Allah Yang Maha Pencipta, Maha Kuasa dan Yang Mengatur segala sesuatu baik di bumi maupun di langit dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya.
Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,(QS. 23:91)
مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ (91)
Pada ayat ini Allah menolak dakwaan kaum musyrikin bahwa para malaikat itu adalah putri-putri Allah dengan menerangkan bahwa Allah sekali-kali tidak ada mempunyai anak, karena Dia Maka Kaya Maha Kuasa dan Maha Kekal tidak memerlukan keturunan seperti halnya manusia. Manusia memang banyak memerlukan adanya anak yang akan melanjutkan keturunannya, dan bila dia sudah tua dan tidak berdaya lagi maka anak-anaknya itulah yang akan membantu dan menolongnya. Dan bila dia mati maka anak-anaknya pulalah yang akan melanjutkan usaha dan profesinya dan mengangkat namanya di kalangan masyarakatnya. Allah Yang Maha Kuasa. Maha Kaya dan Maha Kekal tidak memerlukan semua itu.
Dia tidak ditimpa kelelahan karena Dia Maha Kuat, tidak akan ditimpa kematian karena Dia Maha Kekal, Dia tidak akan ditimpa kemiskinan karena Dia Maha Kaya, milik-Nya lah semua yang ada di langit dan di bumi. Alangkah bodohnya kaum musyrikin itu yang menyerupakan Allah dengan manusia yang amat lemah dan miskin, atau kalau mereka tidak bodoh maka mereka adalah pendusta besar karena yang diucapkannya itu bertentangan sama sekali dengan pikiran orang-orang berakal.
Demikian pula Allah menolak bahwa di samping-Nya ada pula tuhan yang lain sebagai sekutu-Nya. Karena Dia tidak memerlukan sekutu dalam menciptakan alam dan mengurusnya karena orang yang memerlukan sekutu adalah orang yang lemah yang tidak sangup mengurus sesuatu seorang diri. Tuduhan ini sama halnya dengan tuduhan, bahwa Allah mempunyai anak, karena hal itu menunjukkan kelemahan dan ketidak sanggupan yang sangat bertentangan dengan sifat-Nya yang Maha Sempurna. Kalau benar Allah mempunyai sekutu yang sama derajatnya dengan Dia, tentulah sekutunya itu akan berkuasa penuh pula terhadap yang diciptakannya. Hal ini akan menimbulkan pertikaian dan perselisihan dalam pengurusan alam ini, dan tentulah pertikaian dan perselisihan itu akan membawa kepada peperangan. Tuhan yang satu ingin menguasai milik tuhan yang lain dan demikian pula sebaliknya., seperti yang terjadi pada pemerintahan di dunia. Sampai sekarang peperangan itu belum dapat dihindarkan sama sekali meskipun telah ada organisasi-organisasi seperti PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan lain sebagainya. Tetapi ternyata semenjak terciptanya langit dan bumi, Semuanya berjalan menurut garis yang telah ditentukan, menurut Sunah yang telah ditetapkan. Karena itu terjadilah keharmonisan dalam perjalanan bintang-bintang dan planet-planet. Belum pernah terjadi suatu bintang berbenturan dengan suatu bintang lain atau dengan suatu planet, padahal di cakrawala ini berkeliaran jutaan bintang-bintang. Sungguh amat lemahlah pikiran orang yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak atau mempunyai sekutu. Maha Suci Allah dari segala anggapan dan tuduhan yang tidak masuk akal itu.
Yang mengetahui semua yang ghaib dan semua yang nampak, maka Maha Tinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan.(QS. 23:92)
عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (92)
Dialah Allah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib yang tidak dapat dilihat dan dirasakan dengan pancaindera, Maha Mengetahui segala yang nampak dan nyata dan dapat dilihat dan dirasakan. Apapun yang terjadi di alam ini baik alam langit ataupun alam bumi semuanya terjadi dengan sepengetahuan-Nya, tak ada yang besar maupun yang kecil kecuali ada dalam ilmu-Nya yang Maha luas seperti tersebut dalam firman-Nya:
يا بني إنها إن تك مثقال حبة من خردل فتكن في صخر أو في السموات أو في الأرض يأت بها الله إن الله لطيف خبير
Artinya:
(Luqman berkata), "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui". (Q.S. Luqman: 16)
Demikianlah luas dan mencakupnya ilmu Allah. Maha Suci Dia dari segala tuduhan orang kafir itu yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak dan sekutu.
Katakanlah:` Ya Tuhanku, jika Engkau sungguh-sungguh hendak memperlihatkan kepadaku azab yang diancamkan kepada mereka,(QS. 23:93)
ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku berada di antara orang-orang yang zalim.`(QS. 23:94)
Surah Al Mu'minuun 93 - 94
قُلْ رَبِّ إِمَّا تُرِيَنِّي مَا يُوعَدُونَ (93) رَبِّ فَلَا تَجْعَلْنِي فِي الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (94)
Pada ayat ini Allah menyuruh Rasul-Nya Muhammad saw agar dia berdoa memohon kepada-Nya supaya dia dijauhkan dari golongan orang-orang kafir yang aniaya itu bila Dia hendak menimpakan siksa-Nya kepada mereka, dan jangan dibinasakan bersama mereka dan agar dia diselamatkan dari siksa dan kemurkaan-Nya dan menjadikannya termasuk golongan orang-orang yang diridai. Dan perintah supaya berdoa seperti tersebut di atas dipahami bahwa musibah dan malapetaka yang ditimpakan Allah kepada orang-orang durhaka dan aniaya kadang-kadang menimpa pula orang-orang yang tidak bersalah, karena mereka hidup bersama mereka dalam masyarakat atau dalam suatu negara, Ini sesuai dengan firman Allah:
واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا منكم خاصة واعلموا أن الله شديد العقاب
Artinya:
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksa-Nya. (Q.S. Al Anfal: 25)
Menurut riwayat Imam Ahmad dan Tirmizi doa Nabi Muhammad saw dalam hal ini berbunyi:
وإذا أردت بقوم فتنة فتوفني إليك غير مفتون
Artinya:
(Ya Allah) apabila Engkau hendak menimpakan siksaan kepada kaum (yang aniaya) maka wafatkan aku dalam keadaan tidak ikut disiksa. (H.R. Ahmad dan Tirmizi)
قُلْ رَبِّ إِمَّا تُرِيَنِّي مَا يُوعَدُونَ (93) رَبِّ فَلَا تَجْعَلْنِي فِي الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (94)
Pada ayat ini Allah menyuruh Rasul-Nya Muhammad saw agar dia berdoa memohon kepada-Nya supaya dia dijauhkan dari golongan orang-orang kafir yang aniaya itu bila Dia hendak menimpakan siksa-Nya kepada mereka, dan jangan dibinasakan bersama mereka dan agar dia diselamatkan dari siksa dan kemurkaan-Nya dan menjadikannya termasuk golongan orang-orang yang diridai. Dan perintah supaya berdoa seperti tersebut di atas dipahami bahwa musibah dan malapetaka yang ditimpakan Allah kepada orang-orang durhaka dan aniaya kadang-kadang menimpa pula orang-orang yang tidak bersalah, karena mereka hidup bersama mereka dalam masyarakat atau dalam suatu negara, Ini sesuai dengan firman Allah:
واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا منكم خاصة واعلموا أن الله شديد العقاب
Artinya:
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksa-Nya. (Q.S. Al Anfal: 25)
Menurut riwayat Imam Ahmad dan Tirmizi doa Nabi Muhammad saw dalam hal ini berbunyi:
وإذا أردت بقوم فتنة فتوفني إليك غير مفتون
Artinya:
(Ya Allah) apabila Engkau hendak menimpakan siksaan kepada kaum (yang aniaya) maka wafatkan aku dalam keadaan tidak ikut disiksa. (H.R. Ahmad dan Tirmizi)
Dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepadamu apa yang Kami ancamkan kepada mereka.(QS. 23:95)
وَإِنَّا عَلَى أَنْ نُرِيَكَ مَا نَعِدُهُمْ لَقَادِرُونَ (95)
Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad saw Dia Kuasa memperlihatkan kepadanya siksaan yang akan ditimpakan kepada orang-orang kafir itu sehingga Nabi Muhammad dapat melihat sendiri bagaimana dahsyatnya dan hebatnya siksaan Allah itu. Tetapi karena rahmat dan kasih sayang-Nya kepada umat Muhammad Dia tidak menjatuhkan siksa itu dengan segera (di dunia ini) tetapi sudah menjadi ketetapan-Nya bahwa siksaaan itu akan menimpa mereka di akhirat nanti., karena mungkin di antara mereka atau keturunan mereka yang akan sadar dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu janganlah Nabi Muhammad saw terlalu bersedih hati atas tindakan dan perlakuan orang-orang kafir itu terhadapnya dan kaum Muslimin yang memang dalam keadaan lemah dan tak berdaya.
Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.(QS. 23:96)
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ (96)
Kemudian Allah memberikan tuntunan kepada Nabi Muhammad saw bagaimana cara yang sebaik-baiknya menghadapi sikap kaum musyrikin itu. Allah menunjuki supaya dia tetap bersikap lemah lembut terhadap mereka dan jangan sekali-kali membalas kejahatan dengan kejahatan, kekerasan dengan kekerasan karena memang belum waktunya bersikap demikian. Bila mereka mencemooh dan mencaci maki hendaklah Nabi memaafkan ucapan-ucapan mereka yang tidak pada tempatnya itu, karena ucapan itu tidak mengenai sasarannya dan hendaknya dibalas dengan kata-kata yang mengandung petunjuk dan ajaran dengan mengemukakan dalil-dalil dan hujah yang masuk akal. Bila mereka hendak melakukan tindakan penganiayaan, hindarilah mereka sedapat mungkin dan jauhilah sedapat mungkin kesempatan yang membawa kepada tindakan seperti itu dan hendaklah dihadapi dengan penuh kesabaran dan ketabahan dan tunjukkanlah kepada mereka bahwa engkau memang seorang kesatria yang tidak ada niat sedikitpun untuk mencelakakan mereka. Dengan sikap lemah lembut dan kebijaksanaan itu mereka tidak akan merajalela terhadap kaum Muslimin dan siapa tahu hati mereka yang keras seperti batu itu akan menjadi lembut dan mereka akan menyadari sendiri kesalahan dan keterlaluan mereka. Hendaklah engkau camkan dalam hati bahwa Allah mengetahui semua ucapan dan tindakan mereka. Kami lebih mengetahui apa saja yang mereka lakukan dan apa saja yang tersembunyi dalam dada mereka.
Sesuai dengan petunjuk ini Allah berfirman dalam ayat yang lain:
ولا تستوي الحسنة ولا السيئة ادفع بالتي هي أحسن فإذا الذي بينك وبينه عداوة كأنه ولي حميم
Artinya:
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan, seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (Q.S. As Sajdah: 34)
Anas bin Malik pernah berkata mengomentari ayat ini, "Seorang laki-laki mengatakan terhadap saudaranya hal yang tidak-tidak". Maka dia menjawab, "Jika ucapanmu itu bohong maka saya memohon kepada Allah supaya Dia mengampuni atas kebohonganmu itu. Jika ucapanmu itu benar maka saya memohon kepada Allah supaya mengampuniku"
Dan katakanlah:` Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan syaitan.(QS. 23:97)
Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.`(QS. 23:98)
Surah Al Mu'minuun 97 - 98
وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ (97) وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ (98)
Pada ayat ini Allah menyuruh Nabi Muhammad supaya dia selalu berlindung kepada-Nya dari bisikan-bisikan setan dan dari godaan-godaannya, dan supaya setan itu selalu jauh dari padanya dan tidak dapat masuk ke dalam hatinya untuk memperdayakannya.
Demikianlah seharusnya setiap pejuang untuk menegakkan kebenaran harus menjaga benar-benar supaya dia jangan sekali-kali dipengaruhi hawa nafsunya selalu mendorongnya untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak benar dan tidak jujur. Setan amat mudah sekali menjerumuskan manusia ke jurang kesalahan, penghinaan dan kejahatan apabila ia dapat memasuki hawa nafsu manusia. karena itu hendaklah kita selalu berlindung kepada Allah dari tipu daya setan itu. Memang apabila seseorang benar-benar telah berserah diri kepada Tuhannya dalam segala tindakan-tindakannya dan selalu memohon perlindungan-Nya dari tipu daya dan godaan setan akan bersihlah dirinya dan bangunlah hati nuraninya untuk selalu berbuat kebaikan dan menghindari kejahatan. Rasulullah selalu berlindung kepada Tuhannya supaya dijauhkan dari padanya campur tangan setan dalam segala amal perbuatannya terutama dalam salat membaca Alquran dan di saat ajalnya akan tiba.
Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud dan Tirmizi dikuatkan oleh Baihaqy yang diriwayatkannya dari Amr bin Syuaib dan ayahnya dari kakeknya ia berkata, "Rasulullah saw mengajarkan kepada kami beberapa kata-kata (doa) di waktu akan tidur. (Lihat Tafsir Al Maragi jilid 6 Juz 18, hal. 54)
باسم الله أعوذ بكلمات الله التامة من غضبه وعقابه وشر عباده ومن همزات الشياطين وأن يحضرون. (حديث رواه أحمد وأبو داود والترمذي)
Artinya:
Dengan menyebut nama Allah, aku berlindung dengan nikmat Allah yang sempurna dari kemurkaan-Nya dan dari kejahatan hambanya, dan dari bisikan-bisikan setan dan dari kehadiran setan kepadaku.
Ibnu Umar mengajarkan doa ini kepada anak-anaknya yang telah dewasa dan menyuruh mereka membacanya sebelum tidur. Dan bagi anak-anaknya yang masih kecil yang belum mungkin menghafal doa itu ditulisnya doa itu dan diikatkannya ke leher mereka.
وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ (97) وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ (98)
Pada ayat ini Allah menyuruh Nabi Muhammad supaya dia selalu berlindung kepada-Nya dari bisikan-bisikan setan dan dari godaan-godaannya, dan supaya setan itu selalu jauh dari padanya dan tidak dapat masuk ke dalam hatinya untuk memperdayakannya.
Demikianlah seharusnya setiap pejuang untuk menegakkan kebenaran harus menjaga benar-benar supaya dia jangan sekali-kali dipengaruhi hawa nafsunya selalu mendorongnya untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak benar dan tidak jujur. Setan amat mudah sekali menjerumuskan manusia ke jurang kesalahan, penghinaan dan kejahatan apabila ia dapat memasuki hawa nafsu manusia. karena itu hendaklah kita selalu berlindung kepada Allah dari tipu daya setan itu. Memang apabila seseorang benar-benar telah berserah diri kepada Tuhannya dalam segala tindakan-tindakannya dan selalu memohon perlindungan-Nya dari tipu daya dan godaan setan akan bersihlah dirinya dan bangunlah hati nuraninya untuk selalu berbuat kebaikan dan menghindari kejahatan. Rasulullah selalu berlindung kepada Tuhannya supaya dijauhkan dari padanya campur tangan setan dalam segala amal perbuatannya terutama dalam salat membaca Alquran dan di saat ajalnya akan tiba.
Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud dan Tirmizi dikuatkan oleh Baihaqy yang diriwayatkannya dari Amr bin Syuaib dan ayahnya dari kakeknya ia berkata, "Rasulullah saw mengajarkan kepada kami beberapa kata-kata (doa) di waktu akan tidur. (Lihat Tafsir Al Maragi jilid 6 Juz 18, hal. 54)
باسم الله أعوذ بكلمات الله التامة من غضبه وعقابه وشر عباده ومن همزات الشياطين وأن يحضرون. (حديث رواه أحمد وأبو داود والترمذي)
Artinya:
Dengan menyebut nama Allah, aku berlindung dengan nikmat Allah yang sempurna dari kemurkaan-Nya dan dari kejahatan hambanya, dan dari bisikan-bisikan setan dan dari kehadiran setan kepadaku.
Ibnu Umar mengajarkan doa ini kepada anak-anaknya yang telah dewasa dan menyuruh mereka membacanya sebelum tidur. Dan bagi anak-anaknya yang masih kecil yang belum mungkin menghafal doa itu ditulisnya doa itu dan diikatkannya ke leher mereka.
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:` Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia),(QS. 23:99)
agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.(QS. 23:100)
Surah Al Mu'minuun 99 - 100
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100)
Pada ayat ini Allah memberitahukan tentang kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang kafir ketika menghadapi maut, walaupun kata-kata itu tidak dapat didengar oleh orang-orang yang hadir ketika itu. Orang-orang kafir itu meminta kepada Allah supaya dia jangan dimatikan dahulu dan dibiarkan hidup seperti sedia kala agar dia dapat bertobat dari kesalahan dan kedurhakaannya dan dapat beriman dan mengerjakan amal yang baik yang tidak dikerjakannya selama hidupnya.
Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu di waktu dia masih sehat wal-afiat dan mempunyai kesanggupan untuk beriman dan beramal saleh, dia enggan menerima kebenaran, takabur dan sombong terhadap orang-orang yang beriman, selalu durhaka kepada Allah bahkan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan perintah Allah dan mengucapkan kata-kata yang tidak benar terhadap-Nya. Tetapi mereka dalam sakaratul maul teringatlah mereka kepada dosa dan kesalahan mereka dan ketika itulah baru mereka insaf dan sadar lalu meminta dengan sepenuh hati kepada Allah agar diberi umur panjang untuk berbuat baik guna menutupi semua kedurhakaan dan kejahatan yang telah mereka lakukan. Tetapi saat sakarutul maut itu bukan saat meminta ampun dan bertobat sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
إنما التوبة على الله للذين يعملون السوء بجهالة ثم يتوبون من قريب فأولئك يتوب الله عليهم وكان الله عليما حكيما وليست التوبة للذين يعملون السيئات حتى إذا حضر أحدهم الموت قال إني تبت الآن ولا الذين يموتون وهم كفار أولئك أعتدنا لهم عذابا أليما
Artinya:
"Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan karena kejahilan, yang kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah tobatnya, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, "Sesungguhnya saya bertobat sekarang". Dan tidak (pula diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam keadaan kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (Q.S. An Nisa: 17-18)
Lalu Allah menegaskan bahwa permintaan orang-orang kafir itu hanyalah ucapan yang keluar dari mulut mereka saja dan tidak akan dilayani atau dikabulkan. Umpamanya mereka benar-benar diberi umur panjang mereka tidak juga akan kembali beriman dan tidak akan mau mengerjakan amal yang saleh sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
ولو ترى إذ وقفوا على النار فقالوا ياليتنا نرد ولا نكذب بآيات ربنا ونكون من المؤمنين بل بدا لهم ما كانوا يخفون من قبل ولو ردوا لعادوا لما نهوا عنه وإنهم لكاذبون
Artinya:
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami serta menjadi orang-orang yang beriman" (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia tentulah mereka kembali kepada apa yang telah mereka dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Q.S. Al an'am: 27-28)
Demikianlah ucapan yang mereka lontarkan sebagai penghibur hati mereka sendiri, suatu ucapan yang tidak ada nilainya sama sekali karena tidaklah mungkin mereka akan kembali hidup karena ajal mereka telah tiba. Di hadapan mereka terbentang dinding yang menghalangi mereka kembali ke dunia sampai Hari Kiamat.
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100)
Pada ayat ini Allah memberitahukan tentang kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang kafir ketika menghadapi maut, walaupun kata-kata itu tidak dapat didengar oleh orang-orang yang hadir ketika itu. Orang-orang kafir itu meminta kepada Allah supaya dia jangan dimatikan dahulu dan dibiarkan hidup seperti sedia kala agar dia dapat bertobat dari kesalahan dan kedurhakaannya dan dapat beriman dan mengerjakan amal yang baik yang tidak dikerjakannya selama hidupnya.
Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu di waktu dia masih sehat wal-afiat dan mempunyai kesanggupan untuk beriman dan beramal saleh, dia enggan menerima kebenaran, takabur dan sombong terhadap orang-orang yang beriman, selalu durhaka kepada Allah bahkan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan perintah Allah dan mengucapkan kata-kata yang tidak benar terhadap-Nya. Tetapi mereka dalam sakaratul maul teringatlah mereka kepada dosa dan kesalahan mereka dan ketika itulah baru mereka insaf dan sadar lalu meminta dengan sepenuh hati kepada Allah agar diberi umur panjang untuk berbuat baik guna menutupi semua kedurhakaan dan kejahatan yang telah mereka lakukan. Tetapi saat sakarutul maut itu bukan saat meminta ampun dan bertobat sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
إنما التوبة على الله للذين يعملون السوء بجهالة ثم يتوبون من قريب فأولئك يتوب الله عليهم وكان الله عليما حكيما وليست التوبة للذين يعملون السيئات حتى إذا حضر أحدهم الموت قال إني تبت الآن ولا الذين يموتون وهم كفار أولئك أعتدنا لهم عذابا أليما
Artinya:
"Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan karena kejahilan, yang kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah tobatnya, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, "Sesungguhnya saya bertobat sekarang". Dan tidak (pula diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam keadaan kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (Q.S. An Nisa: 17-18)
Lalu Allah menegaskan bahwa permintaan orang-orang kafir itu hanyalah ucapan yang keluar dari mulut mereka saja dan tidak akan dilayani atau dikabulkan. Umpamanya mereka benar-benar diberi umur panjang mereka tidak juga akan kembali beriman dan tidak akan mau mengerjakan amal yang saleh sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
ولو ترى إذ وقفوا على النار فقالوا ياليتنا نرد ولا نكذب بآيات ربنا ونكون من المؤمنين بل بدا لهم ما كانوا يخفون من قبل ولو ردوا لعادوا لما نهوا عنه وإنهم لكاذبون
Artinya:
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami serta menjadi orang-orang yang beriman" (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia tentulah mereka kembali kepada apa yang telah mereka dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Q.S. Al an'am: 27-28)
Demikianlah ucapan yang mereka lontarkan sebagai penghibur hati mereka sendiri, suatu ucapan yang tidak ada nilainya sama sekali karena tidaklah mungkin mereka akan kembali hidup karena ajal mereka telah tiba. Di hadapan mereka terbentang dinding yang menghalangi mereka kembali ke dunia sampai Hari Kiamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar