http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=1&SuratKe=25
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,(QS. 25:1)
yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.(QS. 25:2)
yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.(QS. 25:2)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Furqaan 1 - 2
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا (1) الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا (2)
Pada ayat ini Allah memuji diri-Nya dengan menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad saw. yang disebutnya "hamba-Nya". untuk menjadi peringatan bagi alam semesta (manusia dan jin). Dengan pujian terhadap diri-Nya karena Dia menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad dapatlah dipahami bahwa Alquran itu adalah suatu kitab yang amat penting dan amat tinggi nilainya di sisi Allah, karena Alquran itu adalah petunjuk dan pedoman hidup bagi makhluk-Nya yang dimuliakan-Nya yaitu manusia, sedangkan ciptaan-ciptaan lainnya baik di langit maupun di bumi adalah untuk kepentingan manusia itu sendiri. Allah tidak menyebut Alquran tetapi Al Furqan, pada ayat ini karena Alquran itu adalah pembeda yang hak dan yang batil antara petunjuk dan kesesatan dan berbeda dengan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Kitab-kitab yang sebelumnya diturunkan hanya untuk suatu umat di masa itu tetapi Alquran diturunkan untuk seluruh umat manusia di masa Nabi Muhammad dan seterusnya di masa sesudahnya sampai hari kiamat, karena nabi-nabi sebelum Muhammad saw hanya diutus untuk kaumnya sedang Nabi Muhammad diutus untuk manusia di segala masa dan di semua tempat. Demikian pula Allah tidak menyebut nama Muhammad atau Rasul-Nya tetapi menyebut "hamba-Nya" karena hendak memuliakan-Nya dengan gelar itu. Manusia yang benar-benar memperhambakan dirinya kepada Allah mengaku ke-Esaan dan kekuasaan-Nya, taat dan patuh menjalankan perintah-Nya selalu menjadikan petunjuk-Nya sebagai pedoman hidupnya, mencintai Allah secara hakiki lebih daripada apapun di dunia ini, itulah hamba Allah yang hakiki, hamba Allah terkandung di dalam Surat Al Furqan ini. Di dalam ayat-ayat lain Allah menyebut Nabi Muhammad saw dengan predikat "Hamba-Nya" Seperti firman-Nya:
سبحان الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى الذي باركنا حوله
Artinya:
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidilharam ke Masjidilaksa yang telah Kami berkati sekelilingnya. (Q.S. Al Isra': 1)
Dan firman-Nya:
وأنه لما قام عبد الله يدعوه كادوا يكونون عليه لبدا
Artinya:
Dan bahwasanya, tatkala "hamba Allah" (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat) hampir saja jin-jin itu berdesak-desakan mengerumuninya. (Q.S. Al Jin: 19)
Dan firman-Nya:
الحمد لله الذي أنزل على عبده الكتاب ولم يجعل له عوجا
Artinya:
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya" Al Kitab (Alquran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya. (Q.S. Al Kahfi: 1)
Setelah Allah menyebutkan diri-Nya Yang menurunkan Al Furqan kepada hamba-Nya, barulah Dia mensifati diri-Nya bahwa Dialah pemilik langit dan bumi dan yang berkuasa atas keduanya mengutus dan mengurusnya menurut hikmah kebijaksanaan-Nya sesuai dengan kepentingan dan kemaslahatan mempunyai anak sebagaimana dituduhkan oleh kaum Nasrani, orang-orang Yahudi dan kaum musyrikin, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
وقالت اليهود عزير ابن الله وقالت النصارى المسيح ابن الله ذلك قولهم بأفواههم يضاهئون به قول الذين كفروا من قبل قاتلهم الله أنى يؤفكون
Artinya:
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair adalah putra Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih adalah putra Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allahlah mereka. Bagaimana mereka sampai berpaling. (Q.S. At Taubah: 30)
Dan firman-Nya:
فاستفتهم ألربك البنات ولهم البنون أم خلقنا الملائكة إناثا وهم شاهدون ألا إنهم من إفكهم ليقولون ولد الله وإنهم لكاذبون أصطفى البنات على البنين
Artinya:
Tanyakanlah (Ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah): "Apakah untuk tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki. Atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan, dan mereka menyaksikan(nya)? Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: "Allah beranak". Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. Apakah Tuhan memilih (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki? (Q.S. As Saffat: 149-153)
Selanjutnya Allah menyatakan lagi bahwa Dia tidak bersekutu dengan lainnya dalam kekuasaan-Nya, hanya Dialah yang patut disembah dan kepada-Nya sajalah, manusia harus memohonkan sesuatu, bukan seperti yang dilakukan oleh manusia-manusia yang telah sesat yang menyembah makhluk-Nya seperti menyembah manusia, berhala dan benda-benda lainnya. Kemudian Allah menyatakan pula bahwa Dia-lah Pencipta segala sesuatu sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya dan mengaturnya menurut kehendak dan ilmu-Nya.
Ringkasnya segala sesuatu dalam alam ini baik di langit maupun di bumi adalah makhluk-Nya. Dialah Penciptanya tak ada Pencipta selain Dia tak sekutu bagi-Nya yang patut disembah, semua berada di bawah kekuasaan-Nya dan tunduk patuh kepada Sunah dan peraturan yang telah ditetapkan-Nya. Janganlah sekali-kali terbayang atau terlintas dalam pikiran manusia bahwa Dia mempunyai anak atau mempunyai sekutu.
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا (1) الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا (2)
Pada ayat ini Allah memuji diri-Nya dengan menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad saw. yang disebutnya "hamba-Nya". untuk menjadi peringatan bagi alam semesta (manusia dan jin). Dengan pujian terhadap diri-Nya karena Dia menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad dapatlah dipahami bahwa Alquran itu adalah suatu kitab yang amat penting dan amat tinggi nilainya di sisi Allah, karena Alquran itu adalah petunjuk dan pedoman hidup bagi makhluk-Nya yang dimuliakan-Nya yaitu manusia, sedangkan ciptaan-ciptaan lainnya baik di langit maupun di bumi adalah untuk kepentingan manusia itu sendiri. Allah tidak menyebut Alquran tetapi Al Furqan, pada ayat ini karena Alquran itu adalah pembeda yang hak dan yang batil antara petunjuk dan kesesatan dan berbeda dengan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Kitab-kitab yang sebelumnya diturunkan hanya untuk suatu umat di masa itu tetapi Alquran diturunkan untuk seluruh umat manusia di masa Nabi Muhammad dan seterusnya di masa sesudahnya sampai hari kiamat, karena nabi-nabi sebelum Muhammad saw hanya diutus untuk kaumnya sedang Nabi Muhammad diutus untuk manusia di segala masa dan di semua tempat. Demikian pula Allah tidak menyebut nama Muhammad atau Rasul-Nya tetapi menyebut "hamba-Nya" karena hendak memuliakan-Nya dengan gelar itu. Manusia yang benar-benar memperhambakan dirinya kepada Allah mengaku ke-Esaan dan kekuasaan-Nya, taat dan patuh menjalankan perintah-Nya selalu menjadikan petunjuk-Nya sebagai pedoman hidupnya, mencintai Allah secara hakiki lebih daripada apapun di dunia ini, itulah hamba Allah yang hakiki, hamba Allah terkandung di dalam Surat Al Furqan ini. Di dalam ayat-ayat lain Allah menyebut Nabi Muhammad saw dengan predikat "Hamba-Nya" Seperti firman-Nya:
سبحان الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى الذي باركنا حوله
Artinya:
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidilharam ke Masjidilaksa yang telah Kami berkati sekelilingnya. (Q.S. Al Isra': 1)
Dan firman-Nya:
وأنه لما قام عبد الله يدعوه كادوا يكونون عليه لبدا
Artinya:
Dan bahwasanya, tatkala "hamba Allah" (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat) hampir saja jin-jin itu berdesak-desakan mengerumuninya. (Q.S. Al Jin: 19)
Dan firman-Nya:
الحمد لله الذي أنزل على عبده الكتاب ولم يجعل له عوجا
Artinya:
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya" Al Kitab (Alquran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya. (Q.S. Al Kahfi: 1)
Setelah Allah menyebutkan diri-Nya Yang menurunkan Al Furqan kepada hamba-Nya, barulah Dia mensifati diri-Nya bahwa Dialah pemilik langit dan bumi dan yang berkuasa atas keduanya mengutus dan mengurusnya menurut hikmah kebijaksanaan-Nya sesuai dengan kepentingan dan kemaslahatan mempunyai anak sebagaimana dituduhkan oleh kaum Nasrani, orang-orang Yahudi dan kaum musyrikin, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
وقالت اليهود عزير ابن الله وقالت النصارى المسيح ابن الله ذلك قولهم بأفواههم يضاهئون به قول الذين كفروا من قبل قاتلهم الله أنى يؤفكون
Artinya:
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair adalah putra Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih adalah putra Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allahlah mereka. Bagaimana mereka sampai berpaling. (Q.S. At Taubah: 30)
Dan firman-Nya:
فاستفتهم ألربك البنات ولهم البنون أم خلقنا الملائكة إناثا وهم شاهدون ألا إنهم من إفكهم ليقولون ولد الله وإنهم لكاذبون أصطفى البنات على البنين
Artinya:
Tanyakanlah (Ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah): "Apakah untuk tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki. Atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan, dan mereka menyaksikan(nya)? Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: "Allah beranak". Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. Apakah Tuhan memilih (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki? (Q.S. As Saffat: 149-153)
Selanjutnya Allah menyatakan lagi bahwa Dia tidak bersekutu dengan lainnya dalam kekuasaan-Nya, hanya Dialah yang patut disembah dan kepada-Nya sajalah, manusia harus memohonkan sesuatu, bukan seperti yang dilakukan oleh manusia-manusia yang telah sesat yang menyembah makhluk-Nya seperti menyembah manusia, berhala dan benda-benda lainnya. Kemudian Allah menyatakan pula bahwa Dia-lah Pencipta segala sesuatu sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya dan mengaturnya menurut kehendak dan ilmu-Nya.
Ringkasnya segala sesuatu dalam alam ini baik di langit maupun di bumi adalah makhluk-Nya. Dialah Penciptanya tak ada Pencipta selain Dia tak sekutu bagi-Nya yang patut disembah, semua berada di bawah kekuasaan-Nya dan tunduk patuh kepada Sunah dan peraturan yang telah ditetapkan-Nya. Janganlah sekali-kali terbayang atau terlintas dalam pikiran manusia bahwa Dia mempunyai anak atau mempunyai sekutu.
Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu kemanfaatanpun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.(QS. 25:3)
وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَلَا يَمْلِكُونَ مَوْتًا وَلَا حَيَاةً وَلَا نُشُورًا (3)
Allah menjelaskan dalam ayat ini bahwa berhala-berhala sembahan orang-orang kafir tak ada sedikitpun mempunyai arti, dan tidak sedikitpun mempunyai sifat kesempurnaan bahkan sifat-sifat yang dimiliki berhala itu hanyalah sifat-sifat kekurangan belaka. Sungguh amat aneh jalan pikiran orang-orang yang menjadikannya sebagai tuhan, menyembahnya dan memohonkan pertolongan kepadanya. Di antara sifat-sifat itu ialah: berhala-berhala itu tidak dapat menciptakan sesuatu apupun, sedang yang patut disembah ialah Allah Yang Maha Pencipta. Berhala-berhala itu sendiri dibuat oleh penyembah-penyembahnya. Alangkah bodohnya manusia-manusia yang menyembah buatannya sendiri yang lebih rendah derajatnya dari pada diri mereka. Berhala-berhala itu tak berdaya dan tak mempunyai tenaga untuk melakukan suatu tindakan, tidak dapat mendatangkan manfaat apapun bagi dirinya sendiri apalagi bagi penyembah-penyembahnya, tidak dapat membela dirinya apalagi untuk membela dan menolong orang lain. Memang tidak ada gunanya menyembah patung-patung yang demikian sifatnya. Berhala-berhala itu tidak dapat menghidupkan atau mematikan atau mengumpulkan manusia untuk memperhitungkan amal perbuatan mereka. Sedangkan untuk dirinya sendiri berhala itu tidak dapat memberikan kehidupan karena ternyata dia tetap saja sebagai benda mati, apalagi untuk memberikan kehidupan kepada orang lain. Inilah sifat-sifat berhala yang disembah oleh orang-orang musyrikin Mekah itu. Mengapa mereka tidak menyembah Allah yang mempunyai sifat kesempurnaan Yang Maha Esa, Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dan orang-orang kafir berkata: `Al quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain` (zzzz); maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar.(QS. 25:4)
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا (4)
Orang-orang kafir mengatakan bahwa Alquran itu bukanlah kitab yang diturunkan Allah. Alquran itu hanyalah suatu kebohongan yang dibuat-buat oleh Muhammad dan dalam membuat Alquran itu dia dibantu oleh sekelompok ahli kitab yang telah beriman. Muhammad kata mereka, selalu berulang-ulang menemui kelompok ahli kitab itu dan mereka mengajarkan kepadanya kisah-kisah tentang umat-umat yang terdahulu kemudian Muhammad menyusun kisah-kisah itu dalam bahasa Arab yang baik susunannya. Diriwayatkan bahwa ayat-ayat ini turun mengenai Nadr bin Al Haris dan orang-orang yang membantu Muhammad ialah Addas budak Khuwaitib bin Abdul Uzza, Yasar budak Al A'la bin Al Khadrami dan Abu Fukaihah Ar Rumi. Mereka adalah dahulunya menganut agama Yahudi pandai membaca Taurat dan banyak bercerita tentang kisah umat yang terdahulu. Kemudian mereka masuk Islam dan banyak berhubungan dengan Nabi Muhammad. Oleh sebab itulah Nadir bin Haris berani mengadakan tuduhan-tuduhan palsu itu. Maka Allah menolak tuduhan dan mengatakan bahwa orang-orang yang membuat tuduhan palsu itu telah berbuat zalim dan berdusta. Jelaslah bahwa tuduhan itu dibuat-buat karena Alquran sendiri dengan ayat-ayatnya telah menantang orang-orang Arab untuk membuat satu surah yang sama fasahah dan balagahnya dengan suatu surah dari Alquranulkarim. Kalau mereka tidak berhasil pastilah Alquran itu bukan bikinan Muhammad tetapi benar-benar wahyu dari Allah SWT. Hal ini tersebut dalam firman-Nya:
وإن كنتم في ريب مما نزلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثله وادعوا شهداءكم من دون الله إن كنتم صادقين
Artinya:
Dan jika (kamu) tetap dalam keraguan tentang Alquran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad) buatlah satu surah (saja) yang semisal dengan Alquran itu dan ajaklah penolong-penolong selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (Q.S. Al Baqarah: 23)
Karena tak ada seorangpun di antara mereka yang dapat menjawab tantangan itu walaupun mereka telah berusaha dengan sekuat tenaga, maka benarlah Alquran itu bukan buatan manusia tetapi dia adalah wahyu dari Allah SWT. Tetapi karena tak ada jalan bagi mereka untuk menentang Alquran, mereka mencari cerita-cerita untuk mendustakannya dan mereka buatlah berita-berita seperti tersebut di atas.
Dan mereka berkata: `Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.`(QS. 25:5)
وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (5)
Orang-orang kafir itu mengatakan pula Alquran itu hanyalah dongengan-dongengan orang dahulu kala yang mereka tulis di dalam buku-buku dan Nabi Muhammad minta kepada orang-orang Yahudi supaya disalinkan untuknya dan dibacakan kepadanya agar dia dapat menghafalnya pagi dan petang. Setelah dihafalnya barulah dia bacakan kepada sahabat dan pengikutnya sebagai Alquran yang didakwakan turun dari langit. Alangkah beraninya mereka mengada-ngada sesuatu yang tak pernah terjadi pada Nabi Muhammad saw. Kalau benar demikian tentulah para sahabatnya akan mengetahui hal itu dan tentulah mereka tidak akan percaya lagi kepadanya. Pada hal Nabi Muhammad dikenal oleh mereka semenjak kecilnya sebagai orang yang paling dipercaya, jujur dan tak pernah dusta. Apakah mungkin seorang yang demikian sifatnya semenjak dari kecilnya akan menipu orang yang setia kepadanya dan mendakawahkan hal-hal yang bukan-bukan.
Katakanlah: `Al quran itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.`(QS. 25:6)
قُلْ أَنْزَلَهُ الَّذِي يَعْلَمُ السِّرَّ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا (6)
Oleh karena keterlaluan orang-orang kafir itu mengadakan tuduhan-tuduhan yang tak masuk akal sedang mereka sudah ditentang sedemikian rupa dan tidak dapat menjawab tantangan itu, maka Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad saw supaya menyatakan kepada mereka dengan tegas bahwa Alquran itu bukanlah sebagaimana yang mereka tuduhkan. Alquran itu benar-benar diturunkan oleh Allah yang mengetahui segala rahasia yang tersembunyi di langit dan di bumi. Oleh karena itu terdapat di dalamnya hukum-hukum syariat dan peraturan yang sangat baik dan dalam bahasa yang amat tinggi nilai sastranya sehingga tidak ada seoarangpun di antara mereka yang bisa menirunya. Banyak yang mengandung hal-hal yang tidak dapat diketahui kecuali oleh Allah Yang Maha Luas Ilmu-Nya. Sesungguhnya Tuhan yang menurunkan Alquran itu, Maha Pengampun dan Penyayang kepada hamba-Nya. Sebenarnya kamu harus bersyukur dan berterimakasih atas rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kamu dengan menurunkan Alquran sebagai petunjuk bagimu dan pembimbingmu ke jalan yang benar. Tetapi kamu tetap ingkar dan durhaka dan menentang ajaran-ajaran-Nya. Kalau tidaklah karena rahmat dan kasih sayang-Nya tentulah telah ditimpakan kepada azabnya yang pedih.
Dan mereka berkata: `Mengapa rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama dengan dia?,(QS. 25:7)
Atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya perbendaharaan, atau (mengapa tidak) ada kebun baginya, yang dia dapat makan dari (hasil) nya?` Dan orang-orang yang zalim itu berkata: `Kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir.`(QS. 25:8)
Surah Al Furqaan 7 - 8
وَقَالُوا مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ لَوْلَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا (7) أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًا مَسْحُورًا (8)
Orang-orang kafir mengatakan bahwa tidak mungkin Muhammad itu menjadi Rasul karena tidak terdapat padanya tanda-tanda bahwa dia diangkat menjadi Rasul. Dia hanyalah orang biasa saja seperti kita bahkan jika dilihat bagaimana kehidupannya tambah nyatalah bahwa dia berbohong mendakwakan dirinya sebagai Rasul karena dia sama dengan kita bahkan sebagai manusia dia lebih rendah kedudukannya dan lebih miskin dari kita. Kritik-kritik itu dapat disimpulkan, sebagai berikut:
1. Mereka berkata: Kenapa Muhammad itu makan minum juga seperti manusia biasa dan tak ada kelebihannya sedikitpun dari kita, tidak akan mungkin dia berhubungan dengan Tuhan. Orang yang dapat berhubungan dengan Tuhan hanya orang-orang yang jiwanya suci dan tinggi sehingga tidak mementingkan makan dan minum lagi.
2. Mengapa tidak diturunkan malaikat bersamanya yang dapat menjadi bukti bagi kerasulannya dan membantunya dalam memberi peringatan dan memberi petunjuk kepada manusia.
3. Mengapa Muhammad itu pergi ke pasar untuk mencari nafkah hidupnya seperti orang biasa? Di mana letak kelebihannya sehingga ia diangkat Allah sebagai Rasul.
4. Mengapa Allah tidak menurunkan saja kepadanya perbendaharaan dari langit agar dia dapat menumpahkan seluruh perhatiannya kepada dakwah untuk menyebarkan agamanya, sehingga dia tidak perlu lagi pergi ke pasar melakukan jual beli untuk mencari nafkah hidupnya.
5. Atau kenapa tidak diberikan kepadanya kebun yang luas yang hasilnya dapat menutupi kebutuhannya.
Ibnu Abbas berkata mengenai turunnya ayat ini sebagai berikut: Pada suatu kesempatan berkumpullah 'Utbah bin Raui'ah, Abu Sofyan bin Harb, An Nadr bin Haris, Abdul Buhturi, Al Aswad bin Al Muttalib Zam'ah bin Abdullah bin Abi Umayyah. Umayyah bin Khalaf. Al As bin Wail dan Munabbih bin Al Hajjaj. Sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain. Kirimlah utusan kepada Muhammad untuk berbicara dan berdebat dengan dia sehingga ada alasan bagimu untuk tidak mempercayainya. Lalu sebagian mereka pergi menemui Rasulullah dan berkata kepadanya. Pemuka-pemuka kaummu telah berkumpul dan meminta engkau datang untuk berbicara dengan mereka. Maka datanglah Rasulullah menemui mereka. Mereka berkata: "Hai Muhammad kami minta engkau datang kemari untuk berbicara dengan kami dan untuk mengetahui alasan bagi dakwahmu ini. Jika engkau mengemukakan seruanmu itu karena ingin mencari harta, maka kami akan mengumpulkan harta kami untuk diserahkan kepadamu. Jika engkau menginginkan kehormatan maka kami akan menjadikan kamu pemimpin kami yang kami hormati. Jika engkau ingin menjadi raja, kami angkat engkau menjadi raja kami. Rasulullah menjawab: "Tak ada sedikitpun perhatianku terhadap apa yang kamu kemukakan itu. Aku datang menyeru kamu bukan karena menuntut harta kehormatan atau kerajaan dari kamu. Tetapi yang sebenarnya ialah, Allah telah mengutusku kepadamu sebagai Rasul, dan menurunkan kepadaku Alquran. Allah memerintahkan kepadaku supaya aku memberi peringatan dan kabar gembira kepadamu, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan risalah Tuhanku kepadamu dan aku berikan nasihat dan petunjuk kepadamu. Kalau kamu menerima seruanku itu maka berbahagialah kamu di dunia dan akhirat. Kalau kamu menolak, aku akan sabar dan tabah menunggu hasil seruanku itu sampai Allah memberikan keputusan antara aku dan kamu. Mereka menjawab: "Jika engkau hai Muhammad tidak mau menerima apa yang kami tawarkan, maka mintalah kepada Tuhanmu supaya Dia mengirimkan malaikat yang akan menguatkan dan membenarkan seruanmu itu dan dia dapat berbicara dengan kami tentang kebenaranmu, dan mintalah agar Dia memberikan kepadamu kebun yang luas, istana emas dan perak yang dapat memenuhi kebutuhanmu, sehingga tidak perlu engkau pulang pergi ke pasar untuk mencari nafkah hidupmu. Dengan demikian kami akan dapat mengetahui keutamaanmu dan kedudukanmu di sisi Tuhanmu, jika benar engkau seorang Rasul yang diutus Tuhanmu". Rasulullah menjawab: "Saya tidak akan berbuat seperti yang kamu usulkan itu. Bukanlah aku yang akan meminta semua itu kepada-Nya. Aku bukan diutus untuk itu, tetapi Allah mengutusku sebagai pembawa peringatan dan kabar gembira". Maka turunlah ayat ini (Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Ishak Ibnu Jarir dan Ibnu Munzir). Setelah mereka berputus asa karena semua tawaran mereka ditolak oleh Muhammad tak ada jalan lain bagi mereka kecuali menuduhnya sebagai orang yang kena sihir sehingga tidak dapat lagi membedakan antara yang baik dan yang buruk. Orang-orang seperti itu tidaklah pantas untuk dipercaya apalagi untuk diangkat Allah sebagai Nabi.
Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesatlah mereka, mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu).(QS. 25:9)
انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الْأَمْثَالَ فَضَلُّوا فَلَا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلًا (9)
Pada ayat ini Allah menyuruh memperhatikan kecaman-kecaman yang dikemukakan oleh orang-orang kafir itu. Dengan memperhatikan kecaman-kecaman itu jelaslah bahwa mereka telah kehabisan hujah dan keterangan untuk menolak seruan Nabi Muhammad kepada tauhid dan meninggalkan sembahan-sembahan mereka yang menyesatkan itu. Mereka tidak sanggup menolak hujah-hujah dan bukti-bukti yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad berupa ayat-ayat Alquran dan lainnya. Mereka tidak sanggup menjawab tantangan membuat satu surah saja yang sama nilainya dengan satu surah dalam Alquran, baik dari segi isi, makna maupun sastranya. Oleh sebab itu mereka mengalihkan kecaman mereka kepada pribadi Nabi Muhammad sendiri. Hal itu banyak terjadi pada orang-orang yang telah dikalahkan hujahnya. Oleh sebab itu Allah tidak langsung menjawab kecaman-kecaman itu dan menyuruh memperlihatkannya agar jelas bagi semua orang bahwa mereka itu telah terlempar ke sudut karena mereka memang telah sesat dari jalan yang benar.
Maha Suci (Allah) yang jika Dia menghendaki, niscaya dijadikan-Nya bagimu yang lebih baik dari yang demikian, (yaitu) syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dan dijadikan-Nya (pula) untukmu istana-istana (zzzz).(QS. 25:10)
تَبَارَكَ الَّذِي إِنْ شَاءَ جَعَلَ لَكَ خَيْرًا مِنْ ذَلِكَ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَيَجْعَلْ لَكَ قُصُورًا (10)
Kemudian sebagai hiburan kepada Nabi yang selalu dihina dan direndahkan oleh orang-orang kafir itu, Allah menjelaskan bahwa kalau Dia menghendaki niscaya Dia akan memberikan kepadanya kebun-kebun yang lebih baik dari yang disuruh minta oleh orang-orang kafir itu dan akan memberikan pula istana-istana yang paling megah dan indah. Hal itu adalah amat mudah bagi Allah SWT tetapi bukan demikian yang dikehendaki-Nya. Allah menghendaki yang lain dengan hikmah kebijaksanaan-Nya, Allah menghendaki agar Rasul pembawa Risalah-Nya sebagai manusia biasa yang menjadi ikutan dan suri teladan bagi umatnya dalam memperjuangkan suatu cita-cita, memperjuangkan kebenaran dan memperjuangkan kalimat Allah. Di samping perjuangan yang maha berat itu dia harus pula memikirkan keperluan dan hajat pribadinya. Begitulah seharusnya seorang Rasul yang akan menjadi contoh dan teladan. Kalaulah Nabi Muhammad itu seorang kaya mempunyai kebun-kebun dan istana serta perbendaharaan yang berlimpah-limpah tentulah tidak akan sebesar itu nilai perjuangannya dan tentulah tidak akan dapat dicontoh oleh pengikut-pengikutnya di belakang hari. Apa arti istana, apa arti kebun-kebun dan apa arti perbendaharaan yang berlimpah-limpah bila seorang berhadapan dengan Khaliknya Yang Maha Kuasa Maha Kaya dan Maha Perkasa? Demikianlah Nabi Muhammad rida dengan keadaannya. Biar miskin lemah menerima berbagai hinaan dan cemoohan kaumnya, tetapi dia senang dan bahagia karena dia mengemban tugas suci dari Tuhannya. Pernah beliau berkata: Ya Tuhanku apapun yang terjadi pada diriku dan bagaimanapun beratnya penderitaanku tetapi aku tetap bahagia selama Engkau rida terhadapku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar