http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=2&SuratKe=27
Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya atau benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang`.(QS. 27:21)
An Naml 21
لَأُعَذِّبَنَّهُ عَذَابًا شَدِيدًا أَوْ لَأَذْبَحَنَّهُ أَوْ لَيَأْتِيَنِّي بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ (21)
Ayat ini menerangkan ancaman Nabi Sulaiman as kepada burung Hud-hud yang pergi tanpa pamit, waktu ia memeriksa tentaranya, ia berkata: "Seandainya burung Hud-hud kembali nanti, tanpa mengemukakan alasan yang kuat atas kepergiannya dengan tidak ini minta izin itu, maka aku akan menyiksanya dengan mencabut bulu-bulunya, sehingga ia tidak dapat terbang lagi atau akan kusembelih. Salah satu dari dua hukuman itu akan aku laksanakan terhadapnya, agar dapat menjadi pengajaran bagi yang lain yang bertindak seperti burung Hud-hud itu".
Dari ayat ini dipahamkan bahwa jika burung Hud-hud itu dapat mengemukakan alasan-alasan kepergiannya tanpa pamit itu dan alasan-alasan itu dapat diyakini kebenarannya, maka Sulaiman as tidak akan melaksanakan hukuman yang telah diancamkan itu.
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: `Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini,(QS. 27:22)
An Naml 22
فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ (22)
Selang tidak beberapa lama, setelah mengeluarkan ancaman hukum mati untuk burung Hud-hud, burung itupun kembali dan Sulaiman pun menanyakan sebab-sebab kepergian burung Hud-hud yang tanpa pamit itu.
Burung Hud-hud itu menerangkan alasan kepergiannya, bahwa Ia telah pergi dan terbang mengarungi daerah yang jauh dan telah sampai kepada suatu negeri yang bernama Saba'. Ia telah mengetahui hal ihwal negeri itu yang Sulaiman sendiri belum mengetahuinya. Berita yang dibawanya itu adalah suatu berita penting serta dapat diyakini kebenarannya.
Burung Hud-hud telah menyampaikan berita penting itu kepada Nabi Sulaiman as sedemikian rupa, dengan kata-kata yang manis lagi hormat, enak didengar telinga, disertai dengan alasan-alasan yang kuat pula. Sehingga kemarahan Sulaiman kepada burung Hud-hud itu berangsur-angsur mencair dan meleleh, sehingga akhirnya menjadi hilang sama sekali. Bahkan dengan keterangan itu Nabi Sulaiman as telah mendapat sesuatu yang berharga, sehingga hukuman yang pernah diancamkannya itu tidak pernah dilaksanakannya.
Kesanggupan burung Hud-hud bepergian sejauh itu dan menyampaikan berita penting kepada Nabi Sulaiman itu adalah suatu perwujudan kekuasaan Allah dan ilham yang telah ditanamkan Nya ke dalam hati dan pikiran burung Hud-hud itu. Ia telah sanggup pergi dan terbang mengarungi daerah yang terletak antara negeri Palestina dan Yaman sekarang, suatu jarak yang cukup jauh, mengarungi daerah padang pasir yang sangat panas. Dan ia telah sanggup pula mengetahui dan mengerti keadaan negeri Saba dan dihubungkan pula dengan tugas Nabi Sulaiman as yang bertugas sebagai seorang kepala negara dan sebagai seorang Rasul Allah. Ia telah sanggup pula menyampaikan berita itu kepada Nabi Sulaiman dan memberikan kepadanya suatu pengertian yang baik pula, sehingga Nabi Sulaiman as langsung menanggapi berita yang dibawa burung Hud-hud itu.
Nabi Sulaiman adalah seorang Nabi dan Rasul, ia juga seorang raja yang bijaksana, yang mempunyai kekuasaan dan kekayaan yang banyak. Ia mempunyai pengetahuan yang banyak di samping pengetahuan-pengetahuan yang lain yang mungkin hanya kepadanya saja diberikan Allah. Sedang burung Hud-hud hanyalah seekor burung yang tidak mempunyai arti sama sekali, bila dibanding dengan apa yang ada dan dimiliki oleh Nabi Sulaiman as. Sekalipun demikian ada pengetahuan burung Hud-hud yang belum diketahui oleh Nabi Sulaiman dalam melaksanakan tugasnya sebagai raja, terutama pula dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai seorang Nabi dan Rasul Allah. Dalam menghadapi burung Hud-hud, baik burung itu dalam keadaan bersalah karena telah pergi tanpa pamit, maupun burung itu sebagai sumber dan pembawa berita penting. Nabi Sulaiman telah bersikap dengan sikap wajar, sebagai seorang hamba Allah.
Kisah Nabi Sulaiman as dan burung Hud-hud ini, hendaknya menjadi tamsil dan ibarat bagi manusia, terutama bagi orang-orang yang telah mengaku dirinya beriman kepada Allah. Janganlah hendaknya seseorang merasa sombong dan takabur, karena pengetahuan, kekuasaan dan kekayaan yang telah diberikan Allah kepada mereka. Yang diberikan itu walau berapapun banyaknya menurut dugaan seseorang, namun yang diperoleh itu hanyalah sedikit sekali bila dibanding dengan pengetahuan, kekuasaan dan kekayaan yang ada pada Nya. Karena itu jangan sekali-kali menganggap rendah, enteng dan hina sesuatu atau seseorang. Kemungkinan Allah SWT telah memberikan kepada sesuatu yang dianggap hina dan rendah itu, sesuatu yang tidak dipunyai oleh orang lain, yang ada pada suatu saat akan diperlukan untuk sesuatu keperluan dan kepentingan yang amat besar, sebagaimana yang telah dianugerahkan Nya kepada burung Hud-hud. Allah SWT Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan memuliakan manusia. Karena itu hendaklah manusia hidup berkasih-kasihan, tolong-menolong dan saling menghormati antara sesama manusia. Tirulah sikap Nabi Sulaiman as kepada burung Hud-hud, dia selalu mengasihi dan menghormatinya.
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.(QS. 27:23)
An Naml 23
إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ (23)
Ayat ini menerangkan bahwa burung Hud-hud menyampaikan kepada Nabi Sulaiman as pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang diperolehnya lama dalam perjalanan. Ia telah menemukan suatu negeri yang benar besar dan kaya raya yang diperintah oleh seseorang ratu yang cantik, yang mempunyai singgasana yang besar lagi indah.
Dalam ayat ini dipahami bahwa tiga hal mengenai negeri Saba' yang disampaikan oleh burung Hud-hud kepada Nabi Sulaiman as:
1. Negeri Saba' itu diperintah oleh ratu cantik, yang memerintah negerinya dengan baik dan bijaksana.
2. Ratu itu memerintah dengan perlengkapan yang cukup, yaitu segala sesuatu yang diperlukan dalam pemerintahan, seperti harta dan kekayaan, tentara yang kuat dan sebagainya.
3. Ratu mempunyai singgasana yang indah lagi besar, yang menunjukkan kebesaran dan pengaruh kekuasaannya, baik terhadap rakyat maupun terhadap negeri-negeri yang berada di sekitarnya.
Menurut sejarah, Saba' adalah ibu kota kerajaan Saba' atau Sabaiyah. Kerajaan Saba' atau Sabaiyah ini didirikan oleh Saba' Yasyjub bin Ya'rub bin Qahtan yang menjadi cikal bakal penduduk Yaman tahun kurang lebih 955 Sebelum Masehi di Yaman. Nama kota Saba' terambil dari nama Saba' bin Yasyjub itu, begitu juga nama kerajaan Saba' atau Sabaiyah itu. Kota Saba' kemudian dikenal dengan nama "Ma`rib ", letaknya kurang lebih 96 Km sebelah laut timur San'a' yang sekarang.
Kaum Saba' itu termasyhur di dalam sejarah sebagai orang-orang yang bergerak dalam bidang perniagaan. Jalan-jalan perniagaan laut dan darat bertemu di negeri Yaman itu. Barang perniagaan itu dibawa dari timur jauh (Indonesia, Malaya, India, dan Cina) ke benua Barat dengan melai Persia, Yaman, Suriah, dan Mesir, dari Suriah dan Mesir diteruskan ke Eropa. Dengan demikian daerah Yaman merupakah sebuah mata rantai dari daerah rantai perniagaan yang menghubungkan benua timur dengan benua barat. Kaum Saba' memegang peranan yang besar dalam melancarkan perniagaan antara benua Timur dan benua barat itu. Negeri Yaman mempunyai armada laut dan kafilah-kafilah darat untuk mengangkut perniagaan itu, sedang kota Ma'rib di waktu itu merupakan suatu kota internasional. Barang-barang yang diperniagakan ialah hasil bumi dan barang-barang kerajaan Timur Jauh itu, ditambah dengan hasil bumi negeri Yaman yang melimpah ruah, karena memang daerah Yaman adalah-daerah yang amat makmur. Di waktu kembali dari Eropah, Mesir dan Suriah saudagar-saudagar itu membawa tekstil ke Timur.
Kemakmuran negeri Yaman disebabkan adanya bendungan-bendungan air yang dibangun oleh raja-raja Sabaiyah itu. Di antaranya sebuah bendungan raksasa di kota Ma'rib yang dikenal dengan bendungan Ma'rib. Dengan adanya bendungan Ma'rib ini kaum Saba' dapat mengadakan irigasi yang teratur, yang menyebabkan daerah Yaman menjadi subur, dan mengeluarkan hasil yang melimpah sehingga Alquran sendiri menyebutkan bahwa kesuburan negeri Yaman itu adalah salah satu dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan.
Adapun wanita atau raja yang memerintah kaum Saba' yang disebutkan dalam ayat itu dikenal dengan nama "Balqis" yang masa pemerintahannya adalah semasa dengan pemerintahan Nabi Sulaiman as. Ia adalah putri dari Syurahil yang juga berasal dari keturunan Ya'rub bin Qahtan. Sekalipun Balqis adalah seorang wanita, namun ia sanggup membawa rakyat Saba' kepada kemakmuran dan ketenteraman. Ia adalah seorang yang dicintai oleh rakyatnya. Dalam sejarah dikenal dengan sebutan "Malikatus Saba'" (Ratu Saba': The Queen of Sheba).
Kerajaan Saba' ini lama juga hidupnya, kemudian oleh karena mereka berpaling dari seruan Tuhan dan mendustakan para Rasul dan tidak mensyukuri nikmat Allah, bahkan tenggelam dalam segala macam kenikmatan dan kemewahan hidup, maka Tuhan menghancurkan mereka dengan air bah yang amat besar. Air ini ditimbulkan dengan runtuhnya Saddu Ma'rib bendungan raksasa yang tadniya menjadi sumber kemakmuran negeri mereka. Dengan runtuhnya bendungan Ma'rib ini dan terjadinya air bah yang amat besar itu maka hancurlah kota Ma'rib, dan robohlah kerajaan Sabaiyah itu'. (Lihat Q.S. Saba: 15-17)
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,(QS. 27:24)
An Naml 24
وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ (24)
Burung Hud-hud menerangkan kepada Nabi Sulaiman as agama yang dianut oleh kaum Saba'. Dalam penyampaian berita itu nampak burung Hud-hud telah menanggapi agama dan perbuatan-perbuatan penduduk negeri Saba' itu, dan diperbandingkannya dengan kepercayaan dan agama yang diyakini sebagai agama yang benar.
Hud-hud mengatakan: "Bahwa dia mendapati raja putri itu bersama kaumnya menyembah matahari sebagai Tuhan, dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan maksiat yang bertentangan dengan agama yang benar. Mereka meIakukan yang demikian itu adalah karena setan telah berhasil memperdayakan mereka. Setan telah menjadikan baik dan indah menurut pikiran dan pandangan mereka perbuatan buruk yang dilarang Allah mengerjakannya. Mereka tidak lagi mengikuti ajaran-ajaran dan agama yang dibawa para Rasul dahulu. Mereka tidak lagi sujud kepada Allah, tetapi mereka sujud kepada matahari, karena itu mereka tidak mendapat petunjuk.
لَأُعَذِّبَنَّهُ عَذَابًا شَدِيدًا أَوْ لَأَذْبَحَنَّهُ أَوْ لَيَأْتِيَنِّي بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ (21)
Ayat ini menerangkan ancaman Nabi Sulaiman as kepada burung Hud-hud yang pergi tanpa pamit, waktu ia memeriksa tentaranya, ia berkata: "Seandainya burung Hud-hud kembali nanti, tanpa mengemukakan alasan yang kuat atas kepergiannya dengan tidak ini minta izin itu, maka aku akan menyiksanya dengan mencabut bulu-bulunya, sehingga ia tidak dapat terbang lagi atau akan kusembelih. Salah satu dari dua hukuman itu akan aku laksanakan terhadapnya, agar dapat menjadi pengajaran bagi yang lain yang bertindak seperti burung Hud-hud itu".
Dari ayat ini dipahamkan bahwa jika burung Hud-hud itu dapat mengemukakan alasan-alasan kepergiannya tanpa pamit itu dan alasan-alasan itu dapat diyakini kebenarannya, maka Sulaiman as tidak akan melaksanakan hukuman yang telah diancamkan itu.
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: `Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini,(QS. 27:22)
An Naml 22
فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ (22)
Selang tidak beberapa lama, setelah mengeluarkan ancaman hukum mati untuk burung Hud-hud, burung itupun kembali dan Sulaiman pun menanyakan sebab-sebab kepergian burung Hud-hud yang tanpa pamit itu.
Burung Hud-hud itu menerangkan alasan kepergiannya, bahwa Ia telah pergi dan terbang mengarungi daerah yang jauh dan telah sampai kepada suatu negeri yang bernama Saba'. Ia telah mengetahui hal ihwal negeri itu yang Sulaiman sendiri belum mengetahuinya. Berita yang dibawanya itu adalah suatu berita penting serta dapat diyakini kebenarannya.
Burung Hud-hud telah menyampaikan berita penting itu kepada Nabi Sulaiman as sedemikian rupa, dengan kata-kata yang manis lagi hormat, enak didengar telinga, disertai dengan alasan-alasan yang kuat pula. Sehingga kemarahan Sulaiman kepada burung Hud-hud itu berangsur-angsur mencair dan meleleh, sehingga akhirnya menjadi hilang sama sekali. Bahkan dengan keterangan itu Nabi Sulaiman as telah mendapat sesuatu yang berharga, sehingga hukuman yang pernah diancamkannya itu tidak pernah dilaksanakannya.
Kesanggupan burung Hud-hud bepergian sejauh itu dan menyampaikan berita penting kepada Nabi Sulaiman itu adalah suatu perwujudan kekuasaan Allah dan ilham yang telah ditanamkan Nya ke dalam hati dan pikiran burung Hud-hud itu. Ia telah sanggup pergi dan terbang mengarungi daerah yang terletak antara negeri Palestina dan Yaman sekarang, suatu jarak yang cukup jauh, mengarungi daerah padang pasir yang sangat panas. Dan ia telah sanggup pula mengetahui dan mengerti keadaan negeri Saba dan dihubungkan pula dengan tugas Nabi Sulaiman as yang bertugas sebagai seorang kepala negara dan sebagai seorang Rasul Allah. Ia telah sanggup pula menyampaikan berita itu kepada Nabi Sulaiman dan memberikan kepadanya suatu pengertian yang baik pula, sehingga Nabi Sulaiman as langsung menanggapi berita yang dibawa burung Hud-hud itu.
Nabi Sulaiman adalah seorang Nabi dan Rasul, ia juga seorang raja yang bijaksana, yang mempunyai kekuasaan dan kekayaan yang banyak. Ia mempunyai pengetahuan yang banyak di samping pengetahuan-pengetahuan yang lain yang mungkin hanya kepadanya saja diberikan Allah. Sedang burung Hud-hud hanyalah seekor burung yang tidak mempunyai arti sama sekali, bila dibanding dengan apa yang ada dan dimiliki oleh Nabi Sulaiman as. Sekalipun demikian ada pengetahuan burung Hud-hud yang belum diketahui oleh Nabi Sulaiman dalam melaksanakan tugasnya sebagai raja, terutama pula dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai seorang Nabi dan Rasul Allah. Dalam menghadapi burung Hud-hud, baik burung itu dalam keadaan bersalah karena telah pergi tanpa pamit, maupun burung itu sebagai sumber dan pembawa berita penting. Nabi Sulaiman telah bersikap dengan sikap wajar, sebagai seorang hamba Allah.
Kisah Nabi Sulaiman as dan burung Hud-hud ini, hendaknya menjadi tamsil dan ibarat bagi manusia, terutama bagi orang-orang yang telah mengaku dirinya beriman kepada Allah. Janganlah hendaknya seseorang merasa sombong dan takabur, karena pengetahuan, kekuasaan dan kekayaan yang telah diberikan Allah kepada mereka. Yang diberikan itu walau berapapun banyaknya menurut dugaan seseorang, namun yang diperoleh itu hanyalah sedikit sekali bila dibanding dengan pengetahuan, kekuasaan dan kekayaan yang ada pada Nya. Karena itu jangan sekali-kali menganggap rendah, enteng dan hina sesuatu atau seseorang. Kemungkinan Allah SWT telah memberikan kepada sesuatu yang dianggap hina dan rendah itu, sesuatu yang tidak dipunyai oleh orang lain, yang ada pada suatu saat akan diperlukan untuk sesuatu keperluan dan kepentingan yang amat besar, sebagaimana yang telah dianugerahkan Nya kepada burung Hud-hud. Allah SWT Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan memuliakan manusia. Karena itu hendaklah manusia hidup berkasih-kasihan, tolong-menolong dan saling menghormati antara sesama manusia. Tirulah sikap Nabi Sulaiman as kepada burung Hud-hud, dia selalu mengasihi dan menghormatinya.
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.(QS. 27:23)
An Naml 23
إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ (23)
Ayat ini menerangkan bahwa burung Hud-hud menyampaikan kepada Nabi Sulaiman as pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang diperolehnya lama dalam perjalanan. Ia telah menemukan suatu negeri yang benar besar dan kaya raya yang diperintah oleh seseorang ratu yang cantik, yang mempunyai singgasana yang besar lagi indah.
Dalam ayat ini dipahami bahwa tiga hal mengenai negeri Saba' yang disampaikan oleh burung Hud-hud kepada Nabi Sulaiman as:
1. Negeri Saba' itu diperintah oleh ratu cantik, yang memerintah negerinya dengan baik dan bijaksana.
2. Ratu itu memerintah dengan perlengkapan yang cukup, yaitu segala sesuatu yang diperlukan dalam pemerintahan, seperti harta dan kekayaan, tentara yang kuat dan sebagainya.
3. Ratu mempunyai singgasana yang indah lagi besar, yang menunjukkan kebesaran dan pengaruh kekuasaannya, baik terhadap rakyat maupun terhadap negeri-negeri yang berada di sekitarnya.
Menurut sejarah, Saba' adalah ibu kota kerajaan Saba' atau Sabaiyah. Kerajaan Saba' atau Sabaiyah ini didirikan oleh Saba' Yasyjub bin Ya'rub bin Qahtan yang menjadi cikal bakal penduduk Yaman tahun kurang lebih 955 Sebelum Masehi di Yaman. Nama kota Saba' terambil dari nama Saba' bin Yasyjub itu, begitu juga nama kerajaan Saba' atau Sabaiyah itu. Kota Saba' kemudian dikenal dengan nama "Ma`rib ", letaknya kurang lebih 96 Km sebelah laut timur San'a' yang sekarang.
Kaum Saba' itu termasyhur di dalam sejarah sebagai orang-orang yang bergerak dalam bidang perniagaan. Jalan-jalan perniagaan laut dan darat bertemu di negeri Yaman itu. Barang perniagaan itu dibawa dari timur jauh (Indonesia, Malaya, India, dan Cina) ke benua Barat dengan melai Persia, Yaman, Suriah, dan Mesir, dari Suriah dan Mesir diteruskan ke Eropa. Dengan demikian daerah Yaman merupakah sebuah mata rantai dari daerah rantai perniagaan yang menghubungkan benua timur dengan benua barat. Kaum Saba' memegang peranan yang besar dalam melancarkan perniagaan antara benua Timur dan benua barat itu. Negeri Yaman mempunyai armada laut dan kafilah-kafilah darat untuk mengangkut perniagaan itu, sedang kota Ma'rib di waktu itu merupakan suatu kota internasional. Barang-barang yang diperniagakan ialah hasil bumi dan barang-barang kerajaan Timur Jauh itu, ditambah dengan hasil bumi negeri Yaman yang melimpah ruah, karena memang daerah Yaman adalah-daerah yang amat makmur. Di waktu kembali dari Eropah, Mesir dan Suriah saudagar-saudagar itu membawa tekstil ke Timur.
Kemakmuran negeri Yaman disebabkan adanya bendungan-bendungan air yang dibangun oleh raja-raja Sabaiyah itu. Di antaranya sebuah bendungan raksasa di kota Ma'rib yang dikenal dengan bendungan Ma'rib. Dengan adanya bendungan Ma'rib ini kaum Saba' dapat mengadakan irigasi yang teratur, yang menyebabkan daerah Yaman menjadi subur, dan mengeluarkan hasil yang melimpah sehingga Alquran sendiri menyebutkan bahwa kesuburan negeri Yaman itu adalah salah satu dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan.
Adapun wanita atau raja yang memerintah kaum Saba' yang disebutkan dalam ayat itu dikenal dengan nama "Balqis" yang masa pemerintahannya adalah semasa dengan pemerintahan Nabi Sulaiman as. Ia adalah putri dari Syurahil yang juga berasal dari keturunan Ya'rub bin Qahtan. Sekalipun Balqis adalah seorang wanita, namun ia sanggup membawa rakyat Saba' kepada kemakmuran dan ketenteraman. Ia adalah seorang yang dicintai oleh rakyatnya. Dalam sejarah dikenal dengan sebutan "Malikatus Saba'" (Ratu Saba': The Queen of Sheba).
Kerajaan Saba' ini lama juga hidupnya, kemudian oleh karena mereka berpaling dari seruan Tuhan dan mendustakan para Rasul dan tidak mensyukuri nikmat Allah, bahkan tenggelam dalam segala macam kenikmatan dan kemewahan hidup, maka Tuhan menghancurkan mereka dengan air bah yang amat besar. Air ini ditimbulkan dengan runtuhnya Saddu Ma'rib bendungan raksasa yang tadniya menjadi sumber kemakmuran negeri mereka. Dengan runtuhnya bendungan Ma'rib ini dan terjadinya air bah yang amat besar itu maka hancurlah kota Ma'rib, dan robohlah kerajaan Sabaiyah itu'. (Lihat Q.S. Saba: 15-17)
Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,(QS. 27:24)
An Naml 24
وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ (24)
Burung Hud-hud menerangkan kepada Nabi Sulaiman as agama yang dianut oleh kaum Saba'. Dalam penyampaian berita itu nampak burung Hud-hud telah menanggapi agama dan perbuatan-perbuatan penduduk negeri Saba' itu, dan diperbandingkannya dengan kepercayaan dan agama yang diyakini sebagai agama yang benar.
Hud-hud mengatakan: "Bahwa dia mendapati raja putri itu bersama kaumnya menyembah matahari sebagai Tuhan, dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan maksiat yang bertentangan dengan agama yang benar. Mereka meIakukan yang demikian itu adalah karena setan telah berhasil memperdayakan mereka. Setan telah menjadikan baik dan indah menurut pikiran dan pandangan mereka perbuatan buruk yang dilarang Allah mengerjakannya. Mereka tidak lagi mengikuti ajaran-ajaran dan agama yang dibawa para Rasul dahulu. Mereka tidak lagi sujud kepada Allah, tetapi mereka sujud kepada matahari, karena itu mereka tidak mendapat petunjuk.
agar mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.(QS. 27:25)
An Naml 25
أَلَّا يَسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ (25)
Setan telah dapat memalingkan mereka, sehingga hilanglah keyakinan dan kepercayaan akan kekuasaan dan keesaan Allah. Hilanglah dari pikiran mereka bahwa hanya Allah saja yang berhak disembah. Mereka tidak lagi mempercayai bahwa Allah mengetahui segala yang tersembunyi di langit dan di bumi, dan bahwa Dialah Allah yang melahirkan dan menimbulkan segala sesuatu, seperti tumbuh-tumbuhan, barang-barang logam yang tersembunyi di dalam bumi dan di dalam laut.
Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai Arsy yang besar`.(QS. 27:26)
An Naml 26
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (26)
Selanjutnya Hud-hud mengatakan bahwa, sebenarnya Allah lah yang berhak disembah. Dialah yang mempunyai `Arasy yang besar, mempunyai kekuasaan yang mutlak, tak ada sesuatupun yang dapat mengatasinya.
Nabi Sulaiman as heran dan tercengang mendengar keterangan dan tanggapan burung Hud-hud itu. Kenapa burung itu sanggup dalam waktu yang singkat mengetahui keadaan negeri Saba', tata cara pemerintahannya, kekayaan dan pengaruhnya, dan mengetahui pula agama yang mereka anut. Burung Hud-hud juga tahu dan meyakini kekuasaan dan keesaan Allah, mengikuti bahwa Tuhan yang berhak disembah hanyalah Allah semata, tidak ada yang lain. Menyembah matahari adalah kepercayaan yang batil, dan mengakui pula macam perbuatan yang baik menurut agama dan perbuatan yang tidak baik. Dari ayat ini dipahami bahwa berdasar pengetahuan dan pengalamannya di negeri Saba' itu, seakan-akan burung Hud-hud itu menganjurkan kepada Nabi Sulaiman as agar beliau segera menyeru ratu Balqis dan rakyatnya untuk beriman kepada Allah dan mengikuti seruan Nabi Sulaiman as.
Berkata Sulaiman: `Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.(QS. 27:27)
An Naml 27
قَالَ سَنَنْظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (27)
Mendengar keterangan burung Hud-hud yang jelas dan meyakinkan itu, maka Nabi Sulaiman as menangguhkan hukumannya yang telah dinyatakan itu, dan mengatakan kepada burung Hud-hud: "Hai burung Hud-hud, kami telah mendengar semua keterangan-keteranganmu dan memperhatikannya. Dalam pada itu kami tetap akan menguji kamu, apakah keterangan yang kamu berian itu adalah benar atau dusta?".
Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan`.(QS. 27:28)
An Naml 28
اذْهَبْ بِكِتَابِي هَذَا فَأَلْقِهِ إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانْظُرْ مَاذَا يَرْجِعُونَ (28)
Untuk menguji kebenaran burung Hud-hud itu Nabi Sulaiman as memerintahkan agar burung Hud-hud itu menyampaikan suratnya kepada ratu Balqis itu, serta memperhatikan bagaimana reaksi dan sikap ratu Balqis membaca surat yang dibawanya itu.
Hud-hud pun membawa surat Nabi Sulaiman as itu. Setelah ia melemparkan surat itu kepada ratu Balqis, lalu ia bersembunyi dan memperhatikan sikapnya terhadap isi surat itu, sesuai dengan yang diperintahkan Sulaiman as.
Berkata ia (Balqis): `Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.(QS. 27:29)
Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya:` Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.(QS. 27:30)
An Naml 29 - 30
قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ (29) إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (30)
Setelah ratu Balqis membawa surat Nabi Sulaiman as yang dicampakkan burung Hud-hud itu, iapun mengumpulkan pemuka-pemuka kaumnya dan mengadakan persidangan. Dalam persidangan itu ratu Balqis menyampaikan isi surat tersebut dan meminta pertimbangan kepada yang hadir: "Wahai pemimpin kaumku, bahwasanya aku telah menerima surat yang mulia yang dikirimkan oleh seseorang yang mulia pula."
Dalam ayat ini diterangkan bahwa ratu Balqis merundingkan dan memusyawarahkan isi surat Sulaiman dengan pemuka-pemuka kaumnya. Sekalipun yang melakukan permusyawaratan itu adalah ratu Balqis dan pemuka-pemuka kaumnya yang belum beriman, tetapi tindakan ratu Balqis itu disebut Allah dalam firman Nya. Ratu ini menunjukkan bahwa prinsip musyawarah itu adalah prinsip yang diajarkan Allah kepada manusia dalam menghadapi persoalan-persoalan yang mereka alami dalam kehidupan mereka. Karena itu siapapun yang melakukannya, maka tindakan itu adalah tindakan yang dipuji Allah.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa surat Sulaiman yang dikirimkan kepada ratu Balqis itu disebut "Kitabun karim" (surat yang berharga). Biasanya perkataan "karim" itu digandengkan dengan perkataan "Alquran", atau perkataan-perkataan yang lain berarti Alquran seperti "Alquranul karim". Hal ini menunjukkan bahwa surat Nabi Sulaiman itu adalah surat yang mulia dan berharga karena:
1. Surah itu ditulis dalam bahasa yang baik, dan pakai stempel.
2. Surah itu berasal dari Sulaiman, sebagai seorang raja dan sebagai seorang Nabi.
3. Dimulai dengan "Bismillahir Rahmanir Rahim".
Menurut suatu riwayat: Surah Sulaiman ini adalah surat yang pertama kali dimulai dengan "Bismillahirrahmiirrahim".
Cara membuat surat seperti cara yang dilakukan Nabi Sulaiman ini adalah cara yang baik dicontoh oleh setiap kaum Muslimin pada setiap mereka membuat surat, yaitu memulainya dengan "Bismillahirrahmanirrahim".
Dalam surat itu ada beberapa hari yang merupakan keistimewaan surat Sulaiman itu, di antaranya ialah:
1. Surah itu dapat disampaikan burung Hud-hud dalam waktu yang singkat kepada ratu Balqis.
2. Kesanggupan burung Hud-hud menerima pesan menangkap pembicaraan dalam perundingan ratu Balqis dengan pembesar-pembesarnya.
3. Surah itu dapat pula dimengerti dan dipahami oleh penduduk negeri Saba'.
4. Para utusan pemuka kaum Balqis dapat menyatakan pendapat mereka dengan bebas, tidak ada sesuatupun yang menghalangi mereka mengemukakan pendapat masing-masing sehingga hasil perundingan itu adalah hasil yang sesuai dengan pikiran dan pendapat rakyat negeri Saba'.
Janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri `.(QS. 27:31)
An Naml 31
أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (31)
Ayat ini menerangkan isi surat Nabi Sulaiman as kepada ratu Balqis, yaitu agar ratu Balqis dan kaumnya, jangan bersikap sombong dan angkuh. Dan Sulaiman mengharapkan kepada mereka agar mereka datang kepadanya dalam keadaan tunduk dan menyerah diri kepada Allah dan asma Nya telah dijadikan pembuka kata dalam suratnya. Jangan mereka sekali-kali menentang agama Allah itu.
Dari surat Sulaiman itu dipahami bahwa hanya itulah yang diminta oleh Sulaiman, yaitu agar mereka segera beriman kepada Allah, dan ia tidak menuntut sesuatupun yang lain selain dari permintaannya itu.
Berkata dia (Balqis):` Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis (ku) `.(QS. 27:32)
Surah An Naml 32
قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا كُنْتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّى تَشْهَدُونِ (32)
Ayat ini menerangkan tentang pelaksanaan prinsip-prinsip musyawarah di negeri Saba'. Sekalipun ratu Balqis telah mempunyai pendapat sendiri dalam menanggapi isi surat Sulaiman, tetapi ia masih memerlukan musyawarah dengan pembesar-pembesarnya. Ia berkata kepada pembesar-pembesannya: "Wahai para pemimpin rakyatku yang bijaksana, kemukakanlah pendapat dan tanggapan terhadap isi surat Sulaiman yang telah disampaikannya kepadaku. Aku tak akan melaksanakan sesuatu keputusan, kecuali keputusan-keputusan yang telah kita sepakati bersama".
Mereka menjawab:` Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan `.(QS. 27:33)
Surah An Naml 33
قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ وَالْأَمْرُ إِلَيْكِ فَانْظُرِي مَاذَا تَأْمُرِينَ (33)
Mendengar perkataan ratu Balqis itu, maka di antara pembesar itu ada yang merasa tersinggung dengan isi surat Sulaiman itu. Mereka merasa dihina oleh surat itu, seakan-akan mereka diperintahkan oleh Sulaimn tunduk dan patuh kepadanya. Pada hal mereka semua adalah orang-orang yang terpandang, berilmu pengetahuan, disegani oleh negeri-negeri tetangga yang berdekatan dengan mereka. Mereka berkata: "Wahai ratu kami, kami yang hadir ini, semuanya adalah orang-orang yang terpandang, mempunyai pegetahuan dan keahlian dalam peperangan, mempunyai perlengkapan yang cukup. Dalam pada itu segala urusan dan damai kami serahkan kepadamu, kami telah siap melakukan semua yang engkau perintahkan, pikirkan dengan sebaik-baiknya keputusan yang akan engkau ambil".
Dia berkata:` Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.(QS. 27:34)
An Naml 34 - 35
قَالَتْ إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً وَكَذَلِكَ يَفْعَلُونَ (34) وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِمْ بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ (35)
Ayat ini menerangkan kebijaksanaan ratu Balqis dalam menghadapi sikap kaumnya terhadap surat Sulaiman itu. Ia tidak terpengaruh sikap sombong dan merasa diri kuat yang tercermin dari ucapan-ucapan mereka. Ratu Balqis berkata: "Wahai kaumku, ini adalah surat dari seorang raja, jika kita menentang dan memeranginya, mungkin kita menang dan mungkin pula kita kalah. Seandainya kita kalah, maka raja dan tentaranya itu akan merusak negeri kita, membinasakan dan menghancurkan semua yang telah kita bangun selama ini. Pada umumnya sikap dan tabiat raja-raja itu akan sama, sama-sama suka menindas dan membunuh secara kejam musuh-musuh yang dikalahkannya, mereka akan merusak kota-kota dan menghina pembesar-pembesar negeri yang telah ditaklukkannya itu. Untuk menghindarkan semua kejadian yang tidak diinginkan itu aku mempunyai suatu pikiran yang jika dilaksanakan akan membawa keuntungan bagi kita semua. Caranya ialah kita berusaha melunakkan hati Sulaiman dengan mengirimkan hadiah-hadiah kepadanya. Hadiah itu kita kirimkan dengan diantar orang-orang yang berilmu pengetahuan sehingga kita dapat mengetahui dengan pasti keadaan mereka dengan perantaraan utusan-utusan kita itu, barulah kita tetapkan bersama tindakan yang tepat yang akan kita laksanakan dalam menghadapi Sulaiman itu.
Para pembesar negeri Saba' menyetujui pendapat yang dikemukakan oleh ratu mereka.
Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.(QS. 27:35)
An Naml 34 - 35
قَالَتْ إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً وَكَذَلِكَ يَفْعَلُونَ (34) وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِمْ بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ (35)
Ayat ini menerangkan kebijaksanaan ratu Balqis dalam menghadapi sikap kaumnya terhadap surat Sulaiman itu. Ia tidak terpengaruh sikap sombong dan merasa diri kuat yang tercermin dari ucapan-ucapan mereka. Ratu Balqis berkata: "Wahai kaumku, ini adalah surat dari seorang raja, jika kita menentang dan memeranginya, mungkin kita menang dan mungkin pula kita kalah. Seandainya kita kalah, maka raja dan tentaranya itu akan merusak negeri kita, membinasakan dan menghancurkan semua yang telah kita bangun selama ini. Pada umumnya sikap dan tabiat raja-raja itu akan sama, sama-sama suka menindas dan membunuh secara kejam musuh-musuh yang dikalahkannya, mereka akan merusak kota-kota dan menghina pembesar-pembesar negeri yang telah ditaklukkannya itu. Untuk menghindarkan semua kejadian yang tidak diinginkan itu aku mempunyai suatu pikiran yang jika dilaksanakan akan membawa keuntungan bagi kita semua. Caranya ialah kita berusaha melunakkan hati Sulaiman dengan mengirimkan hadiah-hadiah kepadanya. Hadiah itu kita kirimkan dengan diantar orang-orang yang berilmu pengetahuan sehingga kita dapat mengetahui dengan pasti keadaan mereka dengan perantaraan utusan-utusan kita itu, barulah kita tetapkan bersama tindakan yang tepat yang akan kita laksanakan dalam menghadapi Sulaiman itu.
Para pembesar negeri Saba' menyetujui pendapat yang dikemukakan oleh ratu mereka.
Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: `Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta?, Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.(QS. 27:36)
An Naml 36 - 37
فَلَمَّا جَاءَ سُلَيْمَانَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِي بِمَالٍ فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا آتَاكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ (36) ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُودٍ لَا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ (37)
Maka berangkatlah suatu rombongan utusan ratu Balqis menghadap Sulaiman dengan membawa hadiah-hadiah yang tidak ternilai harganya. Setelah para utusan itu menghadap Sulaiman maka Sulaiman berkata kepada mereka: "Hai para utusan ratu Balqis, apakah kamu bermaksud memberikan harta-hartamu kepadaku. Aku tidak akan mencari dan meminta kesenangan dan kekayaan duniawi, yang aku inginkan ialah kamu semua beserta rakyatmu mengikuti agamaku yang menyembah Allah semata, Tuhan Yang Maha Esa tidak menyembah matahari, sebagaimana yang kamu lakukan. Allah SWT telah menganugerahkan kepadaku nikmat-nikmat yang tak terhingga banyaknya seperti nikmat kenabian, ilmu pengetahuan, dan kerajaan yang besar. Karena nikmat itu aku dapat menguasai jin, berbicara dengan binatang-binatang, menguasai angin dan banyak lagi pengetahuan yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadaku. Jika aku bandingkan nikmat yang aku peroleh dengan nikmat yang kamu peroleh, maka nikmat yang kamu peroleh itu tidak ada artinya bagiku sedikitpun. Karena kamu tidak mengetahui agama Allah, maka kamu anggap bahwa harta yang banyak dan kesenangan duniawi itu dapat memuaskan hatimu. Bagiku harta itu tidak ada artinya dan tidak akan memuaskan hatiku. Kesenangan dan kebahagiaan yang aku cari ialah kesenangan dan kebahagiaan yang abadi, sesuai dengan yang dijanjikan Allah kepada hamba-hamba Nya yang saleh. Selanjutnya Sulaiman menyatakan kepada para utusan ratu Balqis: "Jika kamu sekalian tidak memenuhi seruanku, maka kembalilah kamu kepada kaummu. Kami akan datang membawa pasukan tentara yang lengkap yang terdiri atas manusia, jin, dan binatang-binatang yang tidak sanggup kamu melarangnya. Dan kami akan mengusir setiap orang yang menentang tentaraku itu dari negeri dan kampung halaman mereka, dan mereka dijadikan orang-orang yang hina, dan selebihnya tawananku itu dijadikan budak.
Kembalilah kepada mereka, sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina.`(QS. 27:37)
An Naml 36 - 37
فَلَمَّا جَاءَ سُلَيْمَانَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِي بِمَالٍ فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا آتَاكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ (36) ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُودٍ لَا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ (37)
Maka berangkatlah suatu rombongan utusan ratu Balqis menghadap Sulaiman dengan membawa hadiah-hadiah yang tidak ternilai harganya. Setelah para utusan itu menghadap Sulaiman maka Sulaiman berkata kepada mereka: "Hai para utusan ratu Balqis, apakah kamu bermaksud memberikan harta-hartamu kepadaku. Aku tidak akan mencari dan meminta kesenangan dan kekayaan duniawi, yang aku inginkan ialah kamu semua beserta rakyatmu mengikuti agamaku yang menyembah Allah semata, Tuhan Yang Maha Esa tidak menyembah matahari, sebagaimana yang kamu lakukan. Allah SWT telah menganugerahkan kepadaku nikmat-nikmat yang tak terhingga banyaknya seperti nikmat kenabian, ilmu pengetahuan, dan kerajaan yang besar. Karena nikmat itu aku dapat menguasai jin, berbicara dengan binatang-binatang, menguasai angin dan banyak lagi pengetahuan yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadaku. Jika aku bandingkan nikmat yang aku peroleh dengan nikmat yang kamu peroleh, maka nikmat yang kamu peroleh itu tidak ada artinya bagiku sedikitpun. Karena kamu tidak mengetahui agama Allah, maka kamu anggap bahwa harta yang banyak dan kesenangan duniawi itu dapat memuaskan hatimu. Bagiku harta itu tidak ada artinya dan tidak akan memuaskan hatiku. Kesenangan dan kebahagiaan yang aku cari ialah kesenangan dan kebahagiaan yang abadi, sesuai dengan yang dijanjikan Allah kepada hamba-hamba Nya yang saleh. Selanjutnya Sulaiman menyatakan kepada para utusan ratu Balqis: "Jika kamu sekalian tidak memenuhi seruanku, maka kembalilah kamu kepada kaummu. Kami akan datang membawa pasukan tentara yang lengkap yang terdiri atas manusia, jin, dan binatang-binatang yang tidak sanggup kamu melarangnya. Dan kami akan mengusir setiap orang yang menentang tentaraku itu dari negeri dan kampung halaman mereka, dan mereka dijadikan orang-orang yang hina, dan selebihnya tawananku itu dijadikan budak.
Berkata Sulaiman: `Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri`.(QS. 27:38)
An Naml 38
قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (38)
Setelah para utusan ratu Balqis itu kembali ke negerinya, mereka menyampaikan kepada ratu Balqis, apa yang dimaksud oleh Nabi Sulaiman dengan suratnya itu, yaitu agar mereka memperkenankan seruannya beriman kepada Allah. Dan disampaikan pula keadaan mereka yang dipimpin oleh Sulaiman keadaan balatentara dan kekayaannya. Karena itu Balqis mengambil keputusan ingin pergi sendiri ke Yerusalem menemui Sulaiman dengan membawa hadiah yang besar baginya. Maka diberi tahukanlah niatnya kepada Sulaiman as.
Setelah Sulaiman as mengetahui bahwa ratu Balqis akan berkunjung ke negerinya, maka ia membuat sebuah istana yang besar dan megah yang lantainya terbuat dari kaca, dan dengan membuat istana yang demikian ia ingin memperlihatkan kepada ratu Balqis sesuatu yang belum pernah dilihatnya.
Maka berangkatlah Balqis ke Yerusalem mengunjungi Sulaiman as, dan Sulaimanpun telah mengetahui pula akan keberangkatan ratu Balqis itu. Setelah ratu Batqis sampai ke Yerusalem dan sebelum kedatangannya itu. Sulaiman ingin memperlihatkan kepada ratu Balqis tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, dan kekuasaan yang telah dilimpahkan Nya, agar ratu Balqis dan kaumnya beriman kepada Allah. Beliau bermaksud membawa singgasana tempat bersemayam ratu Balqis yang tinggal di negerinya itu ke Yerusalem dalam waktu yang singkat dan akan dijadikan tempat duduk ratu Balqis di istananya yang baru dibuatnya pada waktu kedatangan ratu Saba itu.
Sulaiman berkata kepada para pembesarnya menyampaikan maksud itu: "Wahai para pembesar, siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasana ratu Balqis yang ada di negerinya itu ke tempat ini, sebelum rombongan mereka sampai ke sini.
Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: `Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya (dan) dapat dipercaya`.(QS. 27:39)
An Naml 39
قَالَ عِفْريتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ (39)
Mendengar permintaan Sulaiman itu menjawab Ifrit yang cerdik, yang termasuk golongan jin: "Aku akan datang kepadamu membawa singgasana itu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu itu dan aku benar-benar sanggup melaksanakannya dan dapat dipercayai kesanggupanku itu".
Yang dimaksud dengan "sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu" ialah sebelum Sulaiman meninggalkan tempat itu. Beliau biasanya meninggalkan tempat itu sebelum tengah hari.
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: `Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip`. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: `Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia`.(QS. 27:40)
An Naml 40
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ (40)
Sulaiman belum puas dengan kesanggupan Ifrit itu, ia ingin agar singgasana itu sampai dalam waktu yang lebih singkat lagi, maka ia meminta lagi kesanggupan hadirin yang lain. Maka menjawablah seorang yang telah memperoleh ilmu dari Al Kitab, yaitu malaikat Jibril. Menurut pendapat yang lain, orang itu ialah Al Khidir: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu dalam waktu sekejap mata saja". Dan apa yang dikatakan orang itu terjadilah, dan singgasana ratu Balqis itu telah berada di hadapan Sulaiman.
Melihat peristiwa yang terjadi hanya dalam sekejap mata, maka Nabi Sulaiman berkata: "Ini termasuk karunia yang telah dilimpahkan Tuhan kepadaku. Dengan karunia itu aku diujinya, apakah aku termasuk orang-orang yang mensyukuri karunia Tuhan atau termasuk orang-orang yang mengingkarinya". Dari sikap Nabi Sulaiman as itu nampak kekuatan iman dan kewaspadaannya, ia tidak mudah diperdaya oleh siapapun yang datang kepadanya, karena semua yang datang itu baik berupa kebahagiaan atau kesengsaraan, semuanya merupakan ujian Tuhan kepada hamba-hamba Nya.
Sulaiman mengucapkan yang demikian itu karena telah yakin seyakin yakinnya bahwa barangsiapa yang mensyukuri nikmat Allah, maka faedah mensyukuri nikmat Allah itu akan kembali kepada dirinya sendiri, karena Allah akan menambah lagi nikmat-nikmat itu, sebaliknya orang yang mengingkari nikmat Allah maka dosa pengingkarannya itu juga akan kembali kepadanya. Dia akan disiksa oleh Allah karena pengingkarannya itu.
Selanjutnya Sulaiman mengatakan: "Bahwa Tuhan yang disembahnya itu adalah Tuhan Yang Maha Kaya, tidak memerlukan sesuatu pun dari makhluk Nya, tetapi makhluk-makhluk Nya lah yang memerlukannya, dan Tuhan yang disembahnya itu adalah Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba Nya dengan balasan yang berlipat ganda.
Sikap Nabi Sulaiman as dalam menerima nikmat Allah adalah sikap yang harus dijadikan contoh teladan oleh setiap muslim. Sikap demikian itu akan menghilangkan sifat angkuh dan sombong yang ada pada diri seseorang dan juga akan menghilangkan rasa putus asa dan rendah diri bagi seseorang yang dalam keadaan sengsara dan menderita. Karena dia mengetahui semuanya itu adalah cobaan dan ujian dari Tuhan kepada hamba-hamba Nya.
أَلَّا يَسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ (25)
Setan telah dapat memalingkan mereka, sehingga hilanglah keyakinan dan kepercayaan akan kekuasaan dan keesaan Allah. Hilanglah dari pikiran mereka bahwa hanya Allah saja yang berhak disembah. Mereka tidak lagi mempercayai bahwa Allah mengetahui segala yang tersembunyi di langit dan di bumi, dan bahwa Dialah Allah yang melahirkan dan menimbulkan segala sesuatu, seperti tumbuh-tumbuhan, barang-barang logam yang tersembunyi di dalam bumi dan di dalam laut.
Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai Arsy yang besar`.(QS. 27:26)
An Naml 26
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (26)
Selanjutnya Hud-hud mengatakan bahwa, sebenarnya Allah lah yang berhak disembah. Dialah yang mempunyai `Arasy yang besar, mempunyai kekuasaan yang mutlak, tak ada sesuatupun yang dapat mengatasinya.
Nabi Sulaiman as heran dan tercengang mendengar keterangan dan tanggapan burung Hud-hud itu. Kenapa burung itu sanggup dalam waktu yang singkat mengetahui keadaan negeri Saba', tata cara pemerintahannya, kekayaan dan pengaruhnya, dan mengetahui pula agama yang mereka anut. Burung Hud-hud juga tahu dan meyakini kekuasaan dan keesaan Allah, mengikuti bahwa Tuhan yang berhak disembah hanyalah Allah semata, tidak ada yang lain. Menyembah matahari adalah kepercayaan yang batil, dan mengakui pula macam perbuatan yang baik menurut agama dan perbuatan yang tidak baik. Dari ayat ini dipahami bahwa berdasar pengetahuan dan pengalamannya di negeri Saba' itu, seakan-akan burung Hud-hud itu menganjurkan kepada Nabi Sulaiman as agar beliau segera menyeru ratu Balqis dan rakyatnya untuk beriman kepada Allah dan mengikuti seruan Nabi Sulaiman as.
Berkata Sulaiman: `Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.(QS. 27:27)
An Naml 27
قَالَ سَنَنْظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (27)
Mendengar keterangan burung Hud-hud yang jelas dan meyakinkan itu, maka Nabi Sulaiman as menangguhkan hukumannya yang telah dinyatakan itu, dan mengatakan kepada burung Hud-hud: "Hai burung Hud-hud, kami telah mendengar semua keterangan-keteranganmu dan memperhatikannya. Dalam pada itu kami tetap akan menguji kamu, apakah keterangan yang kamu berian itu adalah benar atau dusta?".
Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan`.(QS. 27:28)
An Naml 28
اذْهَبْ بِكِتَابِي هَذَا فَأَلْقِهِ إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانْظُرْ مَاذَا يَرْجِعُونَ (28)
Untuk menguji kebenaran burung Hud-hud itu Nabi Sulaiman as memerintahkan agar burung Hud-hud itu menyampaikan suratnya kepada ratu Balqis itu, serta memperhatikan bagaimana reaksi dan sikap ratu Balqis membaca surat yang dibawanya itu.
Hud-hud pun membawa surat Nabi Sulaiman as itu. Setelah ia melemparkan surat itu kepada ratu Balqis, lalu ia bersembunyi dan memperhatikan sikapnya terhadap isi surat itu, sesuai dengan yang diperintahkan Sulaiman as.
Berkata ia (Balqis): `Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.(QS. 27:29)
Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi) nya:` Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.(QS. 27:30)
An Naml 29 - 30
قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ (29) إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (30)
Setelah ratu Balqis membawa surat Nabi Sulaiman as yang dicampakkan burung Hud-hud itu, iapun mengumpulkan pemuka-pemuka kaumnya dan mengadakan persidangan. Dalam persidangan itu ratu Balqis menyampaikan isi surat tersebut dan meminta pertimbangan kepada yang hadir: "Wahai pemimpin kaumku, bahwasanya aku telah menerima surat yang mulia yang dikirimkan oleh seseorang yang mulia pula."
Dalam ayat ini diterangkan bahwa ratu Balqis merundingkan dan memusyawarahkan isi surat Sulaiman dengan pemuka-pemuka kaumnya. Sekalipun yang melakukan permusyawaratan itu adalah ratu Balqis dan pemuka-pemuka kaumnya yang belum beriman, tetapi tindakan ratu Balqis itu disebut Allah dalam firman Nya. Ratu ini menunjukkan bahwa prinsip musyawarah itu adalah prinsip yang diajarkan Allah kepada manusia dalam menghadapi persoalan-persoalan yang mereka alami dalam kehidupan mereka. Karena itu siapapun yang melakukannya, maka tindakan itu adalah tindakan yang dipuji Allah.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa surat Sulaiman yang dikirimkan kepada ratu Balqis itu disebut "Kitabun karim" (surat yang berharga). Biasanya perkataan "karim" itu digandengkan dengan perkataan "Alquran", atau perkataan-perkataan yang lain berarti Alquran seperti "Alquranul karim". Hal ini menunjukkan bahwa surat Nabi Sulaiman itu adalah surat yang mulia dan berharga karena:
1. Surah itu ditulis dalam bahasa yang baik, dan pakai stempel.
2. Surah itu berasal dari Sulaiman, sebagai seorang raja dan sebagai seorang Nabi.
3. Dimulai dengan "Bismillahir Rahmanir Rahim".
Menurut suatu riwayat: Surah Sulaiman ini adalah surat yang pertama kali dimulai dengan "Bismillahirrahmiirrahim".
Cara membuat surat seperti cara yang dilakukan Nabi Sulaiman ini adalah cara yang baik dicontoh oleh setiap kaum Muslimin pada setiap mereka membuat surat, yaitu memulainya dengan "Bismillahirrahmanirrahim".
Dalam surat itu ada beberapa hari yang merupakan keistimewaan surat Sulaiman itu, di antaranya ialah:
1. Surah itu dapat disampaikan burung Hud-hud dalam waktu yang singkat kepada ratu Balqis.
2. Kesanggupan burung Hud-hud menerima pesan menangkap pembicaraan dalam perundingan ratu Balqis dengan pembesar-pembesarnya.
3. Surah itu dapat pula dimengerti dan dipahami oleh penduduk negeri Saba'.
4. Para utusan pemuka kaum Balqis dapat menyatakan pendapat mereka dengan bebas, tidak ada sesuatupun yang menghalangi mereka mengemukakan pendapat masing-masing sehingga hasil perundingan itu adalah hasil yang sesuai dengan pikiran dan pendapat rakyat negeri Saba'.
Janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri `.(QS. 27:31)
An Naml 31
أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (31)
Ayat ini menerangkan isi surat Nabi Sulaiman as kepada ratu Balqis, yaitu agar ratu Balqis dan kaumnya, jangan bersikap sombong dan angkuh. Dan Sulaiman mengharapkan kepada mereka agar mereka datang kepadanya dalam keadaan tunduk dan menyerah diri kepada Allah dan asma Nya telah dijadikan pembuka kata dalam suratnya. Jangan mereka sekali-kali menentang agama Allah itu.
Dari surat Sulaiman itu dipahami bahwa hanya itulah yang diminta oleh Sulaiman, yaitu agar mereka segera beriman kepada Allah, dan ia tidak menuntut sesuatupun yang lain selain dari permintaannya itu.
Berkata dia (Balqis):` Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis (ku) `.(QS. 27:32)
Surah An Naml 32
قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا كُنْتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّى تَشْهَدُونِ (32)
Ayat ini menerangkan tentang pelaksanaan prinsip-prinsip musyawarah di negeri Saba'. Sekalipun ratu Balqis telah mempunyai pendapat sendiri dalam menanggapi isi surat Sulaiman, tetapi ia masih memerlukan musyawarah dengan pembesar-pembesarnya. Ia berkata kepada pembesar-pembesannya: "Wahai para pemimpin rakyatku yang bijaksana, kemukakanlah pendapat dan tanggapan terhadap isi surat Sulaiman yang telah disampaikannya kepadaku. Aku tak akan melaksanakan sesuatu keputusan, kecuali keputusan-keputusan yang telah kita sepakati bersama".
Mereka menjawab:` Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan `.(QS. 27:33)
Surah An Naml 33
قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ وَالْأَمْرُ إِلَيْكِ فَانْظُرِي مَاذَا تَأْمُرِينَ (33)
Mendengar perkataan ratu Balqis itu, maka di antara pembesar itu ada yang merasa tersinggung dengan isi surat Sulaiman itu. Mereka merasa dihina oleh surat itu, seakan-akan mereka diperintahkan oleh Sulaimn tunduk dan patuh kepadanya. Pada hal mereka semua adalah orang-orang yang terpandang, berilmu pengetahuan, disegani oleh negeri-negeri tetangga yang berdekatan dengan mereka. Mereka berkata: "Wahai ratu kami, kami yang hadir ini, semuanya adalah orang-orang yang terpandang, mempunyai pegetahuan dan keahlian dalam peperangan, mempunyai perlengkapan yang cukup. Dalam pada itu segala urusan dan damai kami serahkan kepadamu, kami telah siap melakukan semua yang engkau perintahkan, pikirkan dengan sebaik-baiknya keputusan yang akan engkau ambil".
Dia berkata:` Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.(QS. 27:34)
An Naml 34 - 35
قَالَتْ إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً وَكَذَلِكَ يَفْعَلُونَ (34) وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِمْ بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ (35)
Ayat ini menerangkan kebijaksanaan ratu Balqis dalam menghadapi sikap kaumnya terhadap surat Sulaiman itu. Ia tidak terpengaruh sikap sombong dan merasa diri kuat yang tercermin dari ucapan-ucapan mereka. Ratu Balqis berkata: "Wahai kaumku, ini adalah surat dari seorang raja, jika kita menentang dan memeranginya, mungkin kita menang dan mungkin pula kita kalah. Seandainya kita kalah, maka raja dan tentaranya itu akan merusak negeri kita, membinasakan dan menghancurkan semua yang telah kita bangun selama ini. Pada umumnya sikap dan tabiat raja-raja itu akan sama, sama-sama suka menindas dan membunuh secara kejam musuh-musuh yang dikalahkannya, mereka akan merusak kota-kota dan menghina pembesar-pembesar negeri yang telah ditaklukkannya itu. Untuk menghindarkan semua kejadian yang tidak diinginkan itu aku mempunyai suatu pikiran yang jika dilaksanakan akan membawa keuntungan bagi kita semua. Caranya ialah kita berusaha melunakkan hati Sulaiman dengan mengirimkan hadiah-hadiah kepadanya. Hadiah itu kita kirimkan dengan diantar orang-orang yang berilmu pengetahuan sehingga kita dapat mengetahui dengan pasti keadaan mereka dengan perantaraan utusan-utusan kita itu, barulah kita tetapkan bersama tindakan yang tepat yang akan kita laksanakan dalam menghadapi Sulaiman itu.
Para pembesar negeri Saba' menyetujui pendapat yang dikemukakan oleh ratu mereka.
Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.(QS. 27:35)
An Naml 34 - 35
قَالَتْ إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً وَكَذَلِكَ يَفْعَلُونَ (34) وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِمْ بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ (35)
Ayat ini menerangkan kebijaksanaan ratu Balqis dalam menghadapi sikap kaumnya terhadap surat Sulaiman itu. Ia tidak terpengaruh sikap sombong dan merasa diri kuat yang tercermin dari ucapan-ucapan mereka. Ratu Balqis berkata: "Wahai kaumku, ini adalah surat dari seorang raja, jika kita menentang dan memeranginya, mungkin kita menang dan mungkin pula kita kalah. Seandainya kita kalah, maka raja dan tentaranya itu akan merusak negeri kita, membinasakan dan menghancurkan semua yang telah kita bangun selama ini. Pada umumnya sikap dan tabiat raja-raja itu akan sama, sama-sama suka menindas dan membunuh secara kejam musuh-musuh yang dikalahkannya, mereka akan merusak kota-kota dan menghina pembesar-pembesar negeri yang telah ditaklukkannya itu. Untuk menghindarkan semua kejadian yang tidak diinginkan itu aku mempunyai suatu pikiran yang jika dilaksanakan akan membawa keuntungan bagi kita semua. Caranya ialah kita berusaha melunakkan hati Sulaiman dengan mengirimkan hadiah-hadiah kepadanya. Hadiah itu kita kirimkan dengan diantar orang-orang yang berilmu pengetahuan sehingga kita dapat mengetahui dengan pasti keadaan mereka dengan perantaraan utusan-utusan kita itu, barulah kita tetapkan bersama tindakan yang tepat yang akan kita laksanakan dalam menghadapi Sulaiman itu.
Para pembesar negeri Saba' menyetujui pendapat yang dikemukakan oleh ratu mereka.
Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: `Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta?, Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.(QS. 27:36)
An Naml 36 - 37
فَلَمَّا جَاءَ سُلَيْمَانَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِي بِمَالٍ فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا آتَاكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ (36) ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُودٍ لَا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ (37)
Maka berangkatlah suatu rombongan utusan ratu Balqis menghadap Sulaiman dengan membawa hadiah-hadiah yang tidak ternilai harganya. Setelah para utusan itu menghadap Sulaiman maka Sulaiman berkata kepada mereka: "Hai para utusan ratu Balqis, apakah kamu bermaksud memberikan harta-hartamu kepadaku. Aku tidak akan mencari dan meminta kesenangan dan kekayaan duniawi, yang aku inginkan ialah kamu semua beserta rakyatmu mengikuti agamaku yang menyembah Allah semata, Tuhan Yang Maha Esa tidak menyembah matahari, sebagaimana yang kamu lakukan. Allah SWT telah menganugerahkan kepadaku nikmat-nikmat yang tak terhingga banyaknya seperti nikmat kenabian, ilmu pengetahuan, dan kerajaan yang besar. Karena nikmat itu aku dapat menguasai jin, berbicara dengan binatang-binatang, menguasai angin dan banyak lagi pengetahuan yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadaku. Jika aku bandingkan nikmat yang aku peroleh dengan nikmat yang kamu peroleh, maka nikmat yang kamu peroleh itu tidak ada artinya bagiku sedikitpun. Karena kamu tidak mengetahui agama Allah, maka kamu anggap bahwa harta yang banyak dan kesenangan duniawi itu dapat memuaskan hatimu. Bagiku harta itu tidak ada artinya dan tidak akan memuaskan hatiku. Kesenangan dan kebahagiaan yang aku cari ialah kesenangan dan kebahagiaan yang abadi, sesuai dengan yang dijanjikan Allah kepada hamba-hamba Nya yang saleh. Selanjutnya Sulaiman menyatakan kepada para utusan ratu Balqis: "Jika kamu sekalian tidak memenuhi seruanku, maka kembalilah kamu kepada kaummu. Kami akan datang membawa pasukan tentara yang lengkap yang terdiri atas manusia, jin, dan binatang-binatang yang tidak sanggup kamu melarangnya. Dan kami akan mengusir setiap orang yang menentang tentaraku itu dari negeri dan kampung halaman mereka, dan mereka dijadikan orang-orang yang hina, dan selebihnya tawananku itu dijadikan budak.
Kembalilah kepada mereka, sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina.`(QS. 27:37)
An Naml 36 - 37
فَلَمَّا جَاءَ سُلَيْمَانَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِي بِمَالٍ فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا آتَاكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ (36) ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُودٍ لَا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ (37)
Maka berangkatlah suatu rombongan utusan ratu Balqis menghadap Sulaiman dengan membawa hadiah-hadiah yang tidak ternilai harganya. Setelah para utusan itu menghadap Sulaiman maka Sulaiman berkata kepada mereka: "Hai para utusan ratu Balqis, apakah kamu bermaksud memberikan harta-hartamu kepadaku. Aku tidak akan mencari dan meminta kesenangan dan kekayaan duniawi, yang aku inginkan ialah kamu semua beserta rakyatmu mengikuti agamaku yang menyembah Allah semata, Tuhan Yang Maha Esa tidak menyembah matahari, sebagaimana yang kamu lakukan. Allah SWT telah menganugerahkan kepadaku nikmat-nikmat yang tak terhingga banyaknya seperti nikmat kenabian, ilmu pengetahuan, dan kerajaan yang besar. Karena nikmat itu aku dapat menguasai jin, berbicara dengan binatang-binatang, menguasai angin dan banyak lagi pengetahuan yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadaku. Jika aku bandingkan nikmat yang aku peroleh dengan nikmat yang kamu peroleh, maka nikmat yang kamu peroleh itu tidak ada artinya bagiku sedikitpun. Karena kamu tidak mengetahui agama Allah, maka kamu anggap bahwa harta yang banyak dan kesenangan duniawi itu dapat memuaskan hatimu. Bagiku harta itu tidak ada artinya dan tidak akan memuaskan hatiku. Kesenangan dan kebahagiaan yang aku cari ialah kesenangan dan kebahagiaan yang abadi, sesuai dengan yang dijanjikan Allah kepada hamba-hamba Nya yang saleh. Selanjutnya Sulaiman menyatakan kepada para utusan ratu Balqis: "Jika kamu sekalian tidak memenuhi seruanku, maka kembalilah kamu kepada kaummu. Kami akan datang membawa pasukan tentara yang lengkap yang terdiri atas manusia, jin, dan binatang-binatang yang tidak sanggup kamu melarangnya. Dan kami akan mengusir setiap orang yang menentang tentaraku itu dari negeri dan kampung halaman mereka, dan mereka dijadikan orang-orang yang hina, dan selebihnya tawananku itu dijadikan budak.
Berkata Sulaiman: `Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri`.(QS. 27:38)
An Naml 38
قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (38)
Setelah para utusan ratu Balqis itu kembali ke negerinya, mereka menyampaikan kepada ratu Balqis, apa yang dimaksud oleh Nabi Sulaiman dengan suratnya itu, yaitu agar mereka memperkenankan seruannya beriman kepada Allah. Dan disampaikan pula keadaan mereka yang dipimpin oleh Sulaiman keadaan balatentara dan kekayaannya. Karena itu Balqis mengambil keputusan ingin pergi sendiri ke Yerusalem menemui Sulaiman dengan membawa hadiah yang besar baginya. Maka diberi tahukanlah niatnya kepada Sulaiman as.
Setelah Sulaiman as mengetahui bahwa ratu Balqis akan berkunjung ke negerinya, maka ia membuat sebuah istana yang besar dan megah yang lantainya terbuat dari kaca, dan dengan membuat istana yang demikian ia ingin memperlihatkan kepada ratu Balqis sesuatu yang belum pernah dilihatnya.
Maka berangkatlah Balqis ke Yerusalem mengunjungi Sulaiman as, dan Sulaimanpun telah mengetahui pula akan keberangkatan ratu Balqis itu. Setelah ratu Batqis sampai ke Yerusalem dan sebelum kedatangannya itu. Sulaiman ingin memperlihatkan kepada ratu Balqis tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, dan kekuasaan yang telah dilimpahkan Nya, agar ratu Balqis dan kaumnya beriman kepada Allah. Beliau bermaksud membawa singgasana tempat bersemayam ratu Balqis yang tinggal di negerinya itu ke Yerusalem dalam waktu yang singkat dan akan dijadikan tempat duduk ratu Balqis di istananya yang baru dibuatnya pada waktu kedatangan ratu Saba itu.
Sulaiman berkata kepada para pembesarnya menyampaikan maksud itu: "Wahai para pembesar, siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasana ratu Balqis yang ada di negerinya itu ke tempat ini, sebelum rombongan mereka sampai ke sini.
Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: `Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya (dan) dapat dipercaya`.(QS. 27:39)
An Naml 39
قَالَ عِفْريتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ (39)
Mendengar permintaan Sulaiman itu menjawab Ifrit yang cerdik, yang termasuk golongan jin: "Aku akan datang kepadamu membawa singgasana itu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu itu dan aku benar-benar sanggup melaksanakannya dan dapat dipercayai kesanggupanku itu".
Yang dimaksud dengan "sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu" ialah sebelum Sulaiman meninggalkan tempat itu. Beliau biasanya meninggalkan tempat itu sebelum tengah hari.
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: `Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip`. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: `Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia`.(QS. 27:40)
An Naml 40
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ (40)
Sulaiman belum puas dengan kesanggupan Ifrit itu, ia ingin agar singgasana itu sampai dalam waktu yang lebih singkat lagi, maka ia meminta lagi kesanggupan hadirin yang lain. Maka menjawablah seorang yang telah memperoleh ilmu dari Al Kitab, yaitu malaikat Jibril. Menurut pendapat yang lain, orang itu ialah Al Khidir: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu dalam waktu sekejap mata saja". Dan apa yang dikatakan orang itu terjadilah, dan singgasana ratu Balqis itu telah berada di hadapan Sulaiman.
Melihat peristiwa yang terjadi hanya dalam sekejap mata, maka Nabi Sulaiman berkata: "Ini termasuk karunia yang telah dilimpahkan Tuhan kepadaku. Dengan karunia itu aku diujinya, apakah aku termasuk orang-orang yang mensyukuri karunia Tuhan atau termasuk orang-orang yang mengingkarinya". Dari sikap Nabi Sulaiman as itu nampak kekuatan iman dan kewaspadaannya, ia tidak mudah diperdaya oleh siapapun yang datang kepadanya, karena semua yang datang itu baik berupa kebahagiaan atau kesengsaraan, semuanya merupakan ujian Tuhan kepada hamba-hamba Nya.
Sulaiman mengucapkan yang demikian itu karena telah yakin seyakin yakinnya bahwa barangsiapa yang mensyukuri nikmat Allah, maka faedah mensyukuri nikmat Allah itu akan kembali kepada dirinya sendiri, karena Allah akan menambah lagi nikmat-nikmat itu, sebaliknya orang yang mengingkari nikmat Allah maka dosa pengingkarannya itu juga akan kembali kepadanya. Dia akan disiksa oleh Allah karena pengingkarannya itu.
Selanjutnya Sulaiman mengatakan: "Bahwa Tuhan yang disembahnya itu adalah Tuhan Yang Maha Kaya, tidak memerlukan sesuatu pun dari makhluk Nya, tetapi makhluk-makhluk Nya lah yang memerlukannya, dan Tuhan yang disembahnya itu adalah Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba Nya dengan balasan yang berlipat ganda.
Sikap Nabi Sulaiman as dalam menerima nikmat Allah adalah sikap yang harus dijadikan contoh teladan oleh setiap muslim. Sikap demikian itu akan menghilangkan sifat angkuh dan sombong yang ada pada diri seseorang dan juga akan menghilangkan rasa putus asa dan rendah diri bagi seseorang yang dalam keadaan sengsara dan menderita. Karena dia mengetahui semuanya itu adalah cobaan dan ujian dari Tuhan kepada hamba-hamba Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar