http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=4&SuratKe=27
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan) nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.(QS. 27:61)
An Naml 61
أَمْ مَنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (61)
Pada ayat ini Allah SWT mengemukakan lagi pertanyaan dalam rangka mengungkapkan kesesatan penyembah-penyembah berhala, yang maksudnya: "Apakah pantas seseorang menyembah berhala-berhala yang tidak memberi manfaat dan mudarat itu, ataukah yang pantas disembah, Tuhan yang telah menjadikan bumi sebagai tempat kediaman bagi manusia dan hewan-hewan, Yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya untuk ini minuman manusia dan hewan-hewan piaraannya dan untuk menyiram kebun-kebun tanamannya dan Yang menjadikan gunung-gunung untuk mengokohkan bumi yang banyak mengandung kemanfaatan dengan adanya hutan-hutan di atasnya dan berbagai logam dan mineral di dalamnya dan Yang menjadikan suatu pemisah antara air laut yang asin dan sungai yang membawa air tawar ke muaranya?. Sungai yang tawar itu setelah sampai di laut tidak langsung menjadi asin? "Dalam merenungkan semua kejadian alam itu apakah ada lagi tuhan selain Allah?" Bahkan sebenarnya kebanyakan dari mereka tidak mengetahui nilai keagungan Allah Maha Pencipta itu, sehingga menyamakan-Nya dengan berhala-berhala yang sama sekali tidak memberi manfaat dan mudarat itu.
Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).(QS. 27:62)
An Naml 62
أَمْ مَنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ (62)
Pada ayat ini Allah SWT mengemukakan lagi pertanyaan ketiga dalam rangka menyingkapkan tabir kesesatan penyembah berhala. Kedua pertanyaan sebelumnya mengenai bidang materi, sedang pertanyaan ketiga ini menyangkut kerohanian. Siapakan yang mengabulkan permohonan orang yang herada dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya? Seperti penumpang sebuah kapal di tengah laut yang sedang diserang badai angin taufan yang dahsyat, yang hampir tenggelam, kemudian ia berdoa memohon keselamatan kepada Allah, maka berhalakah yang dapat menyelamatkannya dari bahaya maut, ataukah Allah sendiri? Apakah jika timbul kekacauan dalam bumi, lalu kamu memerlukan seorang Khalifah yang bijaksana, maka adakah tuhan selain Allah yang dapat mengemudikan dan melancarkan pembangunan negara itu? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).
Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa (pula) kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).(QS. 27:63)
An Naml 63
أَمْ مَنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (63)
Pada ayat ini Allah SWT mengemukakan pertanyaan keempat dalam rangka mengungkapkan tabir kesesatan penyembah berhala. Yaitu: "Atau siapakah yang memimpin kamu dalam perjalanan yang gelap di daratan dan lautan, ketika kamu tersesat dari jalan yang henar? Bukankah Allah yang menciptakan bintang-bintang di langit yang oleh kamu dijadikan penunjuk jalan, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
Artinya:
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. (Q.S. Al An'am: 97)
Dapatkah berhala-herhala yang oleh mereka disembah itu memberi petunjuk kepada mereka dalam kegelapan di darat dan di laut? Tentunya tidak. Kalau begitu, mengapa mereka disembah pula? Dan siapa pulakah yang mendatangkan angin pembawa kabar gembira bagi para petani sebelum turun hujan yang merupakan rahmat besar dari Tuhan? Dapatkah berhala-berhala itu berbuat seperti demikian? Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain? Maha Suci lagi Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan dengan-Nya.
Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Katakanlah:` Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar `.(QS. 27:64)
An Naml 64
أَمْ مَنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (64)
Pada ayat ini Allah SWT mengemukakan pertanyaan yang kelima dalam rangka memperlihatkan keadilan dan ke Esaan-Nya, yaitu: "Atau siapakah yang menciptakan manusia dari permulaanya dalam bentuk yang seindah-indahnya, kemudian mematikannya bila Dia kehendaki, kemudian mengulanginya lagi pada Hari Kiamat, setelah menjadi tulang-belulang, menjadi manusia lagi setelah dibangkitkan dari kuburnya? Dan siapa yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi dengan menurunkan air hujan dari langit yang menyebabkan timbulnya kesuburan tanaman yang buahnya di makan oleh kamu dan binatang ternakmu? Apakah di samping Allah ada lagi tuhan yang lain? Dan setelah Allah mengemukakan lima buah pertanyaan, yang jika diadakan renungan dan pemikiran, pasti akan menjadi bukti tentang kekuasaan dan keesaan-Nya, maka Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad saw supaya menanyakan kepada orang-orang penyembah berhala itu alasan dan bukti-bukti kebenaran mereka, jika memang mereka itu orang-orang yang benar: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu memang orang yang beriman".
Katakanlah:` Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah `, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.(QS. 27:65)
أَمْ مَنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (61)
Pada ayat ini Allah SWT mengemukakan lagi pertanyaan dalam rangka mengungkapkan kesesatan penyembah-penyembah berhala, yang maksudnya: "Apakah pantas seseorang menyembah berhala-berhala yang tidak memberi manfaat dan mudarat itu, ataukah yang pantas disembah, Tuhan yang telah menjadikan bumi sebagai tempat kediaman bagi manusia dan hewan-hewan, Yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya untuk ini minuman manusia dan hewan-hewan piaraannya dan untuk menyiram kebun-kebun tanamannya dan Yang menjadikan gunung-gunung untuk mengokohkan bumi yang banyak mengandung kemanfaatan dengan adanya hutan-hutan di atasnya dan berbagai logam dan mineral di dalamnya dan Yang menjadikan suatu pemisah antara air laut yang asin dan sungai yang membawa air tawar ke muaranya?. Sungai yang tawar itu setelah sampai di laut tidak langsung menjadi asin? "Dalam merenungkan semua kejadian alam itu apakah ada lagi tuhan selain Allah?" Bahkan sebenarnya kebanyakan dari mereka tidak mengetahui nilai keagungan Allah Maha Pencipta itu, sehingga menyamakan-Nya dengan berhala-berhala yang sama sekali tidak memberi manfaat dan mudarat itu.
Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).(QS. 27:62)
An Naml 62
أَمْ مَنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ (62)
Pada ayat ini Allah SWT mengemukakan lagi pertanyaan ketiga dalam rangka menyingkapkan tabir kesesatan penyembah berhala. Kedua pertanyaan sebelumnya mengenai bidang materi, sedang pertanyaan ketiga ini menyangkut kerohanian. Siapakan yang mengabulkan permohonan orang yang herada dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya? Seperti penumpang sebuah kapal di tengah laut yang sedang diserang badai angin taufan yang dahsyat, yang hampir tenggelam, kemudian ia berdoa memohon keselamatan kepada Allah, maka berhalakah yang dapat menyelamatkannya dari bahaya maut, ataukah Allah sendiri? Apakah jika timbul kekacauan dalam bumi, lalu kamu memerlukan seorang Khalifah yang bijaksana, maka adakah tuhan selain Allah yang dapat mengemudikan dan melancarkan pembangunan negara itu? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).
Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di daratan dan lautan dan siapa (pula) kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).(QS. 27:63)
An Naml 63
أَمْ مَنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (63)
Pada ayat ini Allah SWT mengemukakan pertanyaan keempat dalam rangka mengungkapkan tabir kesesatan penyembah berhala. Yaitu: "Atau siapakah yang memimpin kamu dalam perjalanan yang gelap di daratan dan lautan, ketika kamu tersesat dari jalan yang henar? Bukankah Allah yang menciptakan bintang-bintang di langit yang oleh kamu dijadikan penunjuk jalan, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
Artinya:
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. (Q.S. Al An'am: 97)
Dapatkah berhala-herhala yang oleh mereka disembah itu memberi petunjuk kepada mereka dalam kegelapan di darat dan di laut? Tentunya tidak. Kalau begitu, mengapa mereka disembah pula? Dan siapa pulakah yang mendatangkan angin pembawa kabar gembira bagi para petani sebelum turun hujan yang merupakan rahmat besar dari Tuhan? Dapatkah berhala-berhala itu berbuat seperti demikian? Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain? Maha Suci lagi Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan dengan-Nya.
Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Katakanlah:` Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar `.(QS. 27:64)
An Naml 64
أَمْ مَنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (64)
Pada ayat ini Allah SWT mengemukakan pertanyaan yang kelima dalam rangka memperlihatkan keadilan dan ke Esaan-Nya, yaitu: "Atau siapakah yang menciptakan manusia dari permulaanya dalam bentuk yang seindah-indahnya, kemudian mematikannya bila Dia kehendaki, kemudian mengulanginya lagi pada Hari Kiamat, setelah menjadi tulang-belulang, menjadi manusia lagi setelah dibangkitkan dari kuburnya? Dan siapa yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi dengan menurunkan air hujan dari langit yang menyebabkan timbulnya kesuburan tanaman yang buahnya di makan oleh kamu dan binatang ternakmu? Apakah di samping Allah ada lagi tuhan yang lain? Dan setelah Allah mengemukakan lima buah pertanyaan, yang jika diadakan renungan dan pemikiran, pasti akan menjadi bukti tentang kekuasaan dan keesaan-Nya, maka Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad saw supaya menanyakan kepada orang-orang penyembah berhala itu alasan dan bukti-bukti kebenaran mereka, jika memang mereka itu orang-orang yang benar: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu memang orang yang beriman".
Katakanlah:` Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah `, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.(QS. 27:65)
An Naml 65
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ (65)
Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad saw, supaya menerangkan, bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui perkara yang gaib baik di langit maupun di bumi melainkan Allah Taala sendiri sesuai dengan firman-Nya:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ
Artinya:
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. (Q.S. Al An'am: 59)
Dan firman Allah:
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (34)
Artinya:
Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Lukman: 34)
Yang dimaksud dengan perkara gaib di sini ialah persoalan-persoalan yang ada hubungannya dengan keadaan dan kehidupan di akhirat dan persoalan-persoalan di dunia yang berada dalam lingkungan perasaan tetapi di luar kemampuan manusia mencapainya. Diriwayatkan dari Masruq dari 'Aisyah beliau berkata: "Barangsiapa yang beranggapan bahwa Nabi Muhammad saw mengetahui apa yang akan terjadi besok, maka ia telah berbuat dusta terhadap Allah, karena Allah Taala sendiri menyatakan:
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ
Artinya:
Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah". (Q.S. An Naml: 65)
Dalam ayat ini disebutkan salah satu di antara yang gaib itu ialah mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan dari kubur, pada Hari Kiamat karena kiamat itu datangnya secara tiba-tiba sesuai dengan firman Allah:
ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً
Artinya:
Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". (Q.S. Al A'raf: 187)
Kemudian pada ayat berikutnya Allah menerangkan kejahilan mereka tentang Hari Kiamat itu.
Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana) malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya.(QS. 27:66)
An Naml 66
بَلِ ادَّارَكَ عِلْمُهُمْ فِي الْآخِرَةِ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْهَا بَلْ هُمْ مِنْهَا عَمُونَ (66)
Sesungguhnya pengetahuan mereka tentang akhirat itu tidak sampai ke ujungnya. Bukan saja mereka tidak percaya dan tidak mengetahui kapan akan terjadinya kiamat itu, malah mereka sangat ragu-ragu yang akhirnya menjurus kepada keadaan buta sama sekali tentang Hari Kiamat itu, dan dalil apapun yang ditunjukkan kepada mereka tentang akan datangnya Hari Kiamat itu, mereka tetap saja menolaknya. Soal keimanan terhadap akan datangnya kiamat itu sangat perlu dimiliki oleh setiap orang yang ingin mendidik dirinya supaya menjadi manusia yang jujur dan bertanggung jawab, sebab bila mana ia yakin akan mendapat pemeriksaan terhadap dirinya pada Hari Kiamat, maka ia akan selalu mengekang hawa nafsunya dan setiap penyelewengan dan keangkara murkaan. Negara dan seluruh warga negaranya tidak akan dirugikan oleh semua tingkah lakunya. Semua kebijaksanaannya menjurus ke arah keamanan kesejahteraan dan kebahagiaan. Agama adalah unsur mutlak dalam pembangunan bangsa.
Berkatalah orang-orang kafir:` Apakah setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) bapak-bapak kita; apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan (dari kubur)?(QS. 27:67)
An Naml 67
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَئِذَا كُنَّا تُرَابًا وَآبَاؤُنَا أَئِنَّا لَمُخْرَجُونَ (67)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan keingkaran orang-orang kafir terhadap hari kebangkitan dari kubur. Mereka berkata : "Apakah setelah kita mati masuk kubur dan menjadi tanah, dan begitu pula nenek moyang kita, apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan dari kubur?". Pertanyaan mereka itu diucapkan secara sinis dan sebagai suatu keadaan yang mustahil akan terjadi, seperti tercantum pula dalam firman Allah:
وَقَالُوا أَئِذَا كُنَّا عِظَامًا وَرُفَاتًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ خَلْقًا جَدِيدًا (49)
Artinya:
Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?" (Q.S. Al Isra': 49)
Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan (juga) bapak-bapak kami dahulu; ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang dahulu kala `.(QS. 27:68)
An Naml 68
لَقَدْ وُعِدْنَا هَذَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ إِنْ هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (68)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan alasan orang-orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan itu dengan ucapan mereka: "Sesungguhnya kami selalu diberi ancaman seperti itu sejak nenek moyang kami dahulu. ltu tidak hanya dongeng-dongeng orang-orang dahulu kala, yang sama sekali tidak berdasarkan kenyataan".
Katakanlah:` Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang berdosa.(QS. 27:69)
An Naml 69
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ (69)
Pada ayat ini Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad saw agar memberi nasihat dan petunjuk kepada orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan itu, supaya mereka mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan, bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa di antara umat-umat yang dahulu, yang mendustakan kepada Allah dan para Rasul yang diutus-Nya. Bagaimana umat-umat itu telah mengalami kehancuran sebagai akibat kekufuan mereka kepada Allah dan berbangkit pada Hari Kiamat. Hendaknya peristiwa-peristiwa itu jadi pelajaran bagi mereka. Tetapi mereka tetap pula dalam keingkaran, pasti mereka pun akan mengalami kehancuran, berdasarkan sunnatullah yang tetap berlaku.
Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka, dan janganlah merasa sempit terhadap apa yang mereka tipudayakan `.(QS. 27:70)
An Naml 70
وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُنْ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ (70)
Pada ayat ini Nabi Muhammad saw diperintahkan Allah supaya berlaku sabar dan tenang menghadapi bermacam-macam tantangan dan cemoohan dari orang-orang kafir itu, jangan sekali-sekali dada mereka sempit menghadapi tipu daya mereka, karena Allah SWT pasti memberikan pertolongan-Nya sehingga agama Islam akan tersebar luas ke seluruh pelosok bumi, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya, seperti tercantum dalam firman-Nya:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (33)
Artinya:
Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Alquran) dan agama yang benar untuk dimenangkan Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musryik tidak menyukai. (Q.S. At Taubah: 33)
Dan mereka (orang-orang kafir) berkata:` Bilakah datangnya azab itu, jika memang kamu orang-orang yang benar `.(QS. 27:71)
An Naml 71
وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (71)
Pada ayat ini diterangkan bahwa orang-orang Quraisy itu tidak saja mengingkari hari kebangkitan, bahkan mereka menantang dengan menyuruh Nabi Muhammad saw mendatangkan azab yang diancamkan kepada mereka itu. Tantangan mereka itu benar-benar menunjukkan sikap mereka yang benar-benar mendustakan adanya hari berbangkit, bahkan mereka mengemukakan tantangan pula dengan ucapan mereka: "Bilakah datangnya azab itu yang kamu ancamkan kepada kami, jika memang kamu orang-orang yang benar?".
Katakanlah:` Mungkin telah hampir datang kepadamu sebagian dari (azab) yang kamu minta (supaya) disegerakan itu.(QS. 27:72)
An Naml 72
قُلْ عَسَى أَنْ يَكُونَ رَدِفَ لَكُمْ بَعْضُ الَّذِي تَسْتَعْجِلُونَ (72)
Nabi Muhammad saw disuruh Allah menjawab pertanyaan orang-orang Quraisy itu, bahwa azab yang mereka tunggu-tunggu itu dan yang mereka ingin disegerakan datangnya itu, sebentar lagi pasti akan datang. Dan dalam kenyataan, azab itu merupakan kebinasaan dan kekalahan yang akan mereka alami waktu perang Badar, di mana terbunuh sebanyak 70 orang di antara gembong-gembong mereka termasuk Abu Jahal dan 70 orang lainnya jatuh jadi tawanan perang.
Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri (nya).(QS. 27:73)
An Naml 73
وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ (73)
Pada ayat ini Allah SWT menjelaskan apa sebabnya azab yang mereka minta disegerakan itu tidak diturunkan kepada orang-orang kafir itu, ialah oleh karena Allah SWT benar-benar mempunyai karunia besar yang diberikan kepada manusia, Allah itu Maha Penyantun tidak segera menurunkan azab-Nya kepada mereka, bahkan sebaliknya memberi kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan menyadari kesesatan mereka sehingga dengan penuh kesadaran akan menerima petunjuk Allah yang dibawa oleh Nabi-Nya itu. Kesempatan untuk bertobat dan kembali kepada jalan kebenaran itu adalah karunia yang besar, hanya sayang kebanyakan manusia tidak mensyukurinya.
Hal ini tersebut pula dalam firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ
Artinya:
Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (Q.S. Al Baqarah: 243)
Dan sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan.(QS. 27:74)
An Naml 74
وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ (74)
Pada ayat ini Allah SWT menjelaskan, bahwa Dia benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan dalam hati mereka dan apa yang mereka nyatakan. Dia mengetahui apa yang mereka sembunyikan tentang permusuhan mereka terhadap Rasulullah saw dan apa yang mereka nyatakan dalam perbuatan dan tipu muslihat dan akan memberi balasan sesuai dengan amat perbuatan mereka itu. Hal ini sesuai dengan firman-Nya:
سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ (10)
Artinya:
Sama saja (bagi Tuhan) siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapannya itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari". (Q.S. Ar Ra'd: 10)
Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).(QS. 27:75)
An Naml 75
وَمَا مِنْ غَائِبَةٍ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (75)
Pada ayat ini diterangkan bahwa semua yang berada dari makhluk itu semuanya sudah ada catatannya di Lohmhfuz. Tiada sesuatupun yang gaib di langit dan di bumi, melainkan terdapat dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz), sesuai dengan firman-Nya:
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (70)
Artinya:
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lohmahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. (Q.S. Al Hajj: 70)
Sesungguhnya Al quran ini menjelaskan kepada Bani Israil sebahagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya.(QS. 27:76)
An Naml 76
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَقُصُّ عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَكْثَرَ الَّذِي هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (76)
Ayat ini menerangkan bahwa identitas kesempuanaannya ada tiga perkara:
1. Alquran berisi kisah-kisah dari Nabi-nabi dan umatnya, sesuai dengan yang diuraikan dalam kitab Taurat dan Injil, padahal Nabi Muhammad sw itu seorang ummi, yang tidak dapat membaca dan menulis, dan belum pernah bergaul dengan pemuka-pemuka ahli kitab sebelum menjadi Rasul, hal mana menjadi dalil yang nyata, bahwa Alquran itu adalah firman Allah yang diwahyukan kepadanya.
2. Alquran mengandung dalil-dalil akal tentang ketauhidan, kebangkitan, kenabian, hukum-hukum kemasyarakatan yang sangat dibutuhkan oleh seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia sampai di akhirat dengan cara yang tidak terdapat dalam Taurat dan Injil, hal mana meyakinkan, bahwa Alquran itu benar-benar datangnya dari Allah SWT.
3. Alquran diturunkan dalam bahasa yang indah dan kesusasteraan yang sangat tinggi dan isinya yang sangat murni, tak mungkin dibuat oleh siapapun hal mana menunjukkan, bahwa ia berada di luar kemampuan manusia, karena ia adalah semata-mata firman Allah. Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa Alquran memberi kepastian kepada Bani Israel tentang soal-soal yang telah mereka perselisihkan, seperti yang bersangkutan dengan Al-Masih Isa putra Maryam, karena sebagian Ahli Kitab ada yang menganggapnya sebagai tuhan, ada pula sebagian yang memandangnya sebagai anak Allah, dan ada pula yang menganggapnya sebagai oknum ketiga dari ajaran trimurti. Ada yang memandangnya sebagai Nabi palsu, sebagaimana Maryam pula dituduh melakukan perbuatan zina. Dan terhadap Nabi yang diisyaratkan oleh kitab Taurat akan diutus setelah Musa, mereka mengatakan bahwa Nabi itu ialah Nabi Yusya', atau seorang Nabi lain yang diutus di akhir zaman. Jika orang-orang Ahli Kitab itu mempelajari isi kitabnya dengan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran tanpa sentimen kebangsaan atau kesukuan, niscaya mereka meyakini, bahwa Nabi yang diisyaratkan oleh Kitab Taurat yang akan diutus setelah Musa, ialah tidak lain melainkan Nabi Muhammad saw. Hanya karena Nabi Muhammad saw itu dari keturunan Bani Ismail dan bukan dari Bani Israel, maka timbullah sentimen kesukuan yang sukar untuk menerima kebenaran. Dalam kitab perjanjian lama, kitab Ulangan (Deuteronomium 18: 18) disebutkan demikian, "Bahwa Aku (Tuhan) akan menjadikan bagi mereka itu seorang Nabi antara segala saudaranya, yang seperti engkau (Musa), dan Aku akan memberi segala firman-Ku dalam mulutnya dan iapun akan mengatakan kepadanya segala yang Ku suruh akan dia. Bahwa sesungguhnya barang siapa yang tidak mau dengan akan segala firman-Ku, yang akan dikatakan olehnya dengan nama-Ku, niscaya Aku menuntutnya kelak kepada orang itu.
Isyarat dari kitab Ulangan itu mengandung pengertian. bahwa Nabi yang akan diutus Allah setelah Nabi Musa itu ialah dari saudara-saudaranya Bani Israel, yaitu Bani Ismail atau bangsa Arab, sebab Israel atau Yakub dan Ismail adalah sama-sama keturunan Nabi Ibrahim as. Ismail putra Ibrahim dan Yakub adalah putra Ishak dan Ishak putra Ibrahim. Dan Nabi yang akan diutus adalah seperti Musa.
Juga dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Alquran yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad saw menjelaskan kepada Bani Israel sebagian besar dari persoalan-persoalan yang oleh mereka diperselisihkan. Jika mereka sadar dan insaf dan menjauhkan diri dari ajakan hawa nafsu dan sentimen kesukuan, mereka akan merasakan hak dan kemurnian ajaran Alquran itu. Hanya sayang sekali, karena terhalang oleh ketakaburan, mereka tetap menolaknya, padahal sudah jelas nampak dalil-dalil tentang kebenarannya, tidak bedanya seperti sikap orang-orang musyrikin pula.
Dan sesungguhnya Al quran itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.(QS. 27:77)
An Naml 77
وَإِنَّهُ لَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (77)
Dan Alquran itu benar-benar memberi petunjuk kepada kaum Muslimin ke jalan kebahagiaan dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan mengamalkan segala petunjuk-Nya.
Sesungguhnya Tuhanmu akan menyelesaikan perkara antara mereka dengan keputusan-Nya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.(QS. 27:78)
An Naml 78
إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ بِحُكْمِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ (78)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan, bahwa Dia akan menyelesaikan semua persoalan yang diperselisihkan Bani Israel dengan keputusan-Nya yang adil lagi bijaksana, sehingga yang batil akan dikenakan siksa; dan yang benar akan diberi pahala sesuai dengan amalnya, karena Dia adalah Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Sebab itu bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata.(QS. 27:79)
An Naml 79
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ (79)
Setelah Allah menerangkan sifat-sifat-Nya Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, Dia memerintahkan Rasul-Nya supaya bertawakal sepenuhnya kepada Allah, menyerahkan semua urusannya kepada-Nya, karena Dialah yang memberi kecukupan dan memberi pertolongan untuk mengalahkan musuh-musuh agama, karena Muhammad saw sungguh-sungguh berada di atas kebenaran yang nyata. Perintah Allah kepada Nabi Muhammad saw supaya bertawakal kepada-Nya mengandung arti yang dalam, yang isinya melarang jangan beliau terpengaruh apalagi putus asa karena melihat orang-orang kafir selalu berkepala batu, tidak menghiraukan malah mencemoohkan seruannya. Walaupun Nabi keras kemauannya untuk mengislamkan mereka itu, namun bila kunci hati mereka belum dibukakan oleh Allah, tetap saja mereka tidak akan beriman, sesuai dengan firman-Nya:
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ (103)
Artinya:
Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya. (Q.S. Yusuf: 103)
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ (65)
Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad saw, supaya menerangkan, bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui perkara yang gaib baik di langit maupun di bumi melainkan Allah Taala sendiri sesuai dengan firman-Nya:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ
Artinya:
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. (Q.S. Al An'am: 59)
Dan firman Allah:
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (34)
Artinya:
Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Lukman: 34)
Yang dimaksud dengan perkara gaib di sini ialah persoalan-persoalan yang ada hubungannya dengan keadaan dan kehidupan di akhirat dan persoalan-persoalan di dunia yang berada dalam lingkungan perasaan tetapi di luar kemampuan manusia mencapainya. Diriwayatkan dari Masruq dari 'Aisyah beliau berkata: "Barangsiapa yang beranggapan bahwa Nabi Muhammad saw mengetahui apa yang akan terjadi besok, maka ia telah berbuat dusta terhadap Allah, karena Allah Taala sendiri menyatakan:
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ
Artinya:
Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah". (Q.S. An Naml: 65)
Dalam ayat ini disebutkan salah satu di antara yang gaib itu ialah mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan dari kubur, pada Hari Kiamat karena kiamat itu datangnya secara tiba-tiba sesuai dengan firman Allah:
ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً
Artinya:
Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". (Q.S. Al A'raf: 187)
Kemudian pada ayat berikutnya Allah menerangkan kejahilan mereka tentang Hari Kiamat itu.
Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (ke sana) malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya.(QS. 27:66)
An Naml 66
بَلِ ادَّارَكَ عِلْمُهُمْ فِي الْآخِرَةِ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْهَا بَلْ هُمْ مِنْهَا عَمُونَ (66)
Sesungguhnya pengetahuan mereka tentang akhirat itu tidak sampai ke ujungnya. Bukan saja mereka tidak percaya dan tidak mengetahui kapan akan terjadinya kiamat itu, malah mereka sangat ragu-ragu yang akhirnya menjurus kepada keadaan buta sama sekali tentang Hari Kiamat itu, dan dalil apapun yang ditunjukkan kepada mereka tentang akan datangnya Hari Kiamat itu, mereka tetap saja menolaknya. Soal keimanan terhadap akan datangnya kiamat itu sangat perlu dimiliki oleh setiap orang yang ingin mendidik dirinya supaya menjadi manusia yang jujur dan bertanggung jawab, sebab bila mana ia yakin akan mendapat pemeriksaan terhadap dirinya pada Hari Kiamat, maka ia akan selalu mengekang hawa nafsunya dan setiap penyelewengan dan keangkara murkaan. Negara dan seluruh warga negaranya tidak akan dirugikan oleh semua tingkah lakunya. Semua kebijaksanaannya menjurus ke arah keamanan kesejahteraan dan kebahagiaan. Agama adalah unsur mutlak dalam pembangunan bangsa.
Berkatalah orang-orang kafir:` Apakah setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) bapak-bapak kita; apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan (dari kubur)?(QS. 27:67)
An Naml 67
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَئِذَا كُنَّا تُرَابًا وَآبَاؤُنَا أَئِنَّا لَمُخْرَجُونَ (67)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan keingkaran orang-orang kafir terhadap hari kebangkitan dari kubur. Mereka berkata : "Apakah setelah kita mati masuk kubur dan menjadi tanah, dan begitu pula nenek moyang kita, apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan dari kubur?". Pertanyaan mereka itu diucapkan secara sinis dan sebagai suatu keadaan yang mustahil akan terjadi, seperti tercantum pula dalam firman Allah:
وَقَالُوا أَئِذَا كُنَّا عِظَامًا وَرُفَاتًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ خَلْقًا جَدِيدًا (49)
Artinya:
Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?" (Q.S. Al Isra': 49)
Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan (juga) bapak-bapak kami dahulu; ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang dahulu kala `.(QS. 27:68)
An Naml 68
لَقَدْ وُعِدْنَا هَذَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ إِنْ هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (68)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan alasan orang-orang kafir yang mengingkari hari kebangkitan itu dengan ucapan mereka: "Sesungguhnya kami selalu diberi ancaman seperti itu sejak nenek moyang kami dahulu. ltu tidak hanya dongeng-dongeng orang-orang dahulu kala, yang sama sekali tidak berdasarkan kenyataan".
Katakanlah:` Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang berdosa.(QS. 27:69)
An Naml 69
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ (69)
Pada ayat ini Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad saw agar memberi nasihat dan petunjuk kepada orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan itu, supaya mereka mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan, bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa di antara umat-umat yang dahulu, yang mendustakan kepada Allah dan para Rasul yang diutus-Nya. Bagaimana umat-umat itu telah mengalami kehancuran sebagai akibat kekufuan mereka kepada Allah dan berbangkit pada Hari Kiamat. Hendaknya peristiwa-peristiwa itu jadi pelajaran bagi mereka. Tetapi mereka tetap pula dalam keingkaran, pasti mereka pun akan mengalami kehancuran, berdasarkan sunnatullah yang tetap berlaku.
Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka, dan janganlah merasa sempit terhadap apa yang mereka tipudayakan `.(QS. 27:70)
An Naml 70
وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُنْ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ (70)
Pada ayat ini Nabi Muhammad saw diperintahkan Allah supaya berlaku sabar dan tenang menghadapi bermacam-macam tantangan dan cemoohan dari orang-orang kafir itu, jangan sekali-sekali dada mereka sempit menghadapi tipu daya mereka, karena Allah SWT pasti memberikan pertolongan-Nya sehingga agama Islam akan tersebar luas ke seluruh pelosok bumi, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya, seperti tercantum dalam firman-Nya:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (33)
Artinya:
Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Alquran) dan agama yang benar untuk dimenangkan Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musryik tidak menyukai. (Q.S. At Taubah: 33)
Dan mereka (orang-orang kafir) berkata:` Bilakah datangnya azab itu, jika memang kamu orang-orang yang benar `.(QS. 27:71)
An Naml 71
وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (71)
Pada ayat ini diterangkan bahwa orang-orang Quraisy itu tidak saja mengingkari hari kebangkitan, bahkan mereka menantang dengan menyuruh Nabi Muhammad saw mendatangkan azab yang diancamkan kepada mereka itu. Tantangan mereka itu benar-benar menunjukkan sikap mereka yang benar-benar mendustakan adanya hari berbangkit, bahkan mereka mengemukakan tantangan pula dengan ucapan mereka: "Bilakah datangnya azab itu yang kamu ancamkan kepada kami, jika memang kamu orang-orang yang benar?".
Katakanlah:` Mungkin telah hampir datang kepadamu sebagian dari (azab) yang kamu minta (supaya) disegerakan itu.(QS. 27:72)
An Naml 72
قُلْ عَسَى أَنْ يَكُونَ رَدِفَ لَكُمْ بَعْضُ الَّذِي تَسْتَعْجِلُونَ (72)
Nabi Muhammad saw disuruh Allah menjawab pertanyaan orang-orang Quraisy itu, bahwa azab yang mereka tunggu-tunggu itu dan yang mereka ingin disegerakan datangnya itu, sebentar lagi pasti akan datang. Dan dalam kenyataan, azab itu merupakan kebinasaan dan kekalahan yang akan mereka alami waktu perang Badar, di mana terbunuh sebanyak 70 orang di antara gembong-gembong mereka termasuk Abu Jahal dan 70 orang lainnya jatuh jadi tawanan perang.
Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri (nya).(QS. 27:73)
An Naml 73
وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ (73)
Pada ayat ini Allah SWT menjelaskan apa sebabnya azab yang mereka minta disegerakan itu tidak diturunkan kepada orang-orang kafir itu, ialah oleh karena Allah SWT benar-benar mempunyai karunia besar yang diberikan kepada manusia, Allah itu Maha Penyantun tidak segera menurunkan azab-Nya kepada mereka, bahkan sebaliknya memberi kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan menyadari kesesatan mereka sehingga dengan penuh kesadaran akan menerima petunjuk Allah yang dibawa oleh Nabi-Nya itu. Kesempatan untuk bertobat dan kembali kepada jalan kebenaran itu adalah karunia yang besar, hanya sayang kebanyakan manusia tidak mensyukurinya.
Hal ini tersebut pula dalam firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ
Artinya:
Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (Q.S. Al Baqarah: 243)
Dan sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan.(QS. 27:74)
An Naml 74
وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ (74)
Pada ayat ini Allah SWT menjelaskan, bahwa Dia benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan dalam hati mereka dan apa yang mereka nyatakan. Dia mengetahui apa yang mereka sembunyikan tentang permusuhan mereka terhadap Rasulullah saw dan apa yang mereka nyatakan dalam perbuatan dan tipu muslihat dan akan memberi balasan sesuai dengan amat perbuatan mereka itu. Hal ini sesuai dengan firman-Nya:
سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ (10)
Artinya:
Sama saja (bagi Tuhan) siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan ucapannya itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari". (Q.S. Ar Ra'd: 10)
Tiada sesuatupun yang ghaib di langit dan di bumi, melainkan (terdapat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).(QS. 27:75)
An Naml 75
وَمَا مِنْ غَائِبَةٍ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (75)
Pada ayat ini diterangkan bahwa semua yang berada dari makhluk itu semuanya sudah ada catatannya di Lohmhfuz. Tiada sesuatupun yang gaib di langit dan di bumi, melainkan terdapat dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz), sesuai dengan firman-Nya:
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (70)
Artinya:
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lohmahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. (Q.S. Al Hajj: 70)
Sesungguhnya Al quran ini menjelaskan kepada Bani Israil sebahagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya.(QS. 27:76)
An Naml 76
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَقُصُّ عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَكْثَرَ الَّذِي هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (76)
Ayat ini menerangkan bahwa identitas kesempuanaannya ada tiga perkara:
1. Alquran berisi kisah-kisah dari Nabi-nabi dan umatnya, sesuai dengan yang diuraikan dalam kitab Taurat dan Injil, padahal Nabi Muhammad sw itu seorang ummi, yang tidak dapat membaca dan menulis, dan belum pernah bergaul dengan pemuka-pemuka ahli kitab sebelum menjadi Rasul, hal mana menjadi dalil yang nyata, bahwa Alquran itu adalah firman Allah yang diwahyukan kepadanya.
2. Alquran mengandung dalil-dalil akal tentang ketauhidan, kebangkitan, kenabian, hukum-hukum kemasyarakatan yang sangat dibutuhkan oleh seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia sampai di akhirat dengan cara yang tidak terdapat dalam Taurat dan Injil, hal mana meyakinkan, bahwa Alquran itu benar-benar datangnya dari Allah SWT.
3. Alquran diturunkan dalam bahasa yang indah dan kesusasteraan yang sangat tinggi dan isinya yang sangat murni, tak mungkin dibuat oleh siapapun hal mana menunjukkan, bahwa ia berada di luar kemampuan manusia, karena ia adalah semata-mata firman Allah. Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa Alquran memberi kepastian kepada Bani Israel tentang soal-soal yang telah mereka perselisihkan, seperti yang bersangkutan dengan Al-Masih Isa putra Maryam, karena sebagian Ahli Kitab ada yang menganggapnya sebagai tuhan, ada pula sebagian yang memandangnya sebagai anak Allah, dan ada pula yang menganggapnya sebagai oknum ketiga dari ajaran trimurti. Ada yang memandangnya sebagai Nabi palsu, sebagaimana Maryam pula dituduh melakukan perbuatan zina. Dan terhadap Nabi yang diisyaratkan oleh kitab Taurat akan diutus setelah Musa, mereka mengatakan bahwa Nabi itu ialah Nabi Yusya', atau seorang Nabi lain yang diutus di akhir zaman. Jika orang-orang Ahli Kitab itu mempelajari isi kitabnya dengan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran tanpa sentimen kebangsaan atau kesukuan, niscaya mereka meyakini, bahwa Nabi yang diisyaratkan oleh Kitab Taurat yang akan diutus setelah Musa, ialah tidak lain melainkan Nabi Muhammad saw. Hanya karena Nabi Muhammad saw itu dari keturunan Bani Ismail dan bukan dari Bani Israel, maka timbullah sentimen kesukuan yang sukar untuk menerima kebenaran. Dalam kitab perjanjian lama, kitab Ulangan (Deuteronomium 18: 18) disebutkan demikian, "Bahwa Aku (Tuhan) akan menjadikan bagi mereka itu seorang Nabi antara segala saudaranya, yang seperti engkau (Musa), dan Aku akan memberi segala firman-Ku dalam mulutnya dan iapun akan mengatakan kepadanya segala yang Ku suruh akan dia. Bahwa sesungguhnya barang siapa yang tidak mau dengan akan segala firman-Ku, yang akan dikatakan olehnya dengan nama-Ku, niscaya Aku menuntutnya kelak kepada orang itu.
Isyarat dari kitab Ulangan itu mengandung pengertian. bahwa Nabi yang akan diutus Allah setelah Nabi Musa itu ialah dari saudara-saudaranya Bani Israel, yaitu Bani Ismail atau bangsa Arab, sebab Israel atau Yakub dan Ismail adalah sama-sama keturunan Nabi Ibrahim as. Ismail putra Ibrahim dan Yakub adalah putra Ishak dan Ishak putra Ibrahim. Dan Nabi yang akan diutus adalah seperti Musa.
Juga dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Alquran yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad saw menjelaskan kepada Bani Israel sebagian besar dari persoalan-persoalan yang oleh mereka diperselisihkan. Jika mereka sadar dan insaf dan menjauhkan diri dari ajakan hawa nafsu dan sentimen kesukuan, mereka akan merasakan hak dan kemurnian ajaran Alquran itu. Hanya sayang sekali, karena terhalang oleh ketakaburan, mereka tetap menolaknya, padahal sudah jelas nampak dalil-dalil tentang kebenarannya, tidak bedanya seperti sikap orang-orang musyrikin pula.
Dan sesungguhnya Al quran itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.(QS. 27:77)
An Naml 77
وَإِنَّهُ لَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (77)
Dan Alquran itu benar-benar memberi petunjuk kepada kaum Muslimin ke jalan kebahagiaan dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan mengamalkan segala petunjuk-Nya.
Sesungguhnya Tuhanmu akan menyelesaikan perkara antara mereka dengan keputusan-Nya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.(QS. 27:78)
An Naml 78
إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ بِحُكْمِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ (78)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan, bahwa Dia akan menyelesaikan semua persoalan yang diperselisihkan Bani Israel dengan keputusan-Nya yang adil lagi bijaksana, sehingga yang batil akan dikenakan siksa; dan yang benar akan diberi pahala sesuai dengan amalnya, karena Dia adalah Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Sebab itu bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata.(QS. 27:79)
An Naml 79
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّكَ عَلَى الْحَقِّ الْمُبِينِ (79)
Setelah Allah menerangkan sifat-sifat-Nya Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui, Dia memerintahkan Rasul-Nya supaya bertawakal sepenuhnya kepada Allah, menyerahkan semua urusannya kepada-Nya, karena Dialah yang memberi kecukupan dan memberi pertolongan untuk mengalahkan musuh-musuh agama, karena Muhammad saw sungguh-sungguh berada di atas kebenaran yang nyata. Perintah Allah kepada Nabi Muhammad saw supaya bertawakal kepada-Nya mengandung arti yang dalam, yang isinya melarang jangan beliau terpengaruh apalagi putus asa karena melihat orang-orang kafir selalu berkepala batu, tidak menghiraukan malah mencemoohkan seruannya. Walaupun Nabi keras kemauannya untuk mengislamkan mereka itu, namun bila kunci hati mereka belum dibukakan oleh Allah, tetap saja mereka tidak akan beriman, sesuai dengan firman-Nya:
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ (103)
Artinya:
Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya. (Q.S. Yusuf: 103)
Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang.(QS. 27:80)
An Naml 80
إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلَا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ (80)
Pada ayat ini Allah SWT menjelaskan kepada Nabi Muhammad beliau tidak dibebani menjadikan orang-orang musyrik itu beriman, beliau ditugaskan hanya sekadar menyampaikan seruan atau risalah dari Allah SWT dan tidak termasuk wewenang beliau untuk merubah orang kafir menjadi seorang muslim. Hal tersebut berada dalam tangan kekuasaan Allah dan Nabi tidak mampu untuk memasukkan petunjuk ke dalam hati orang yang sudah terkunci mati, karena itu Allah SWT dalam ayat ini menjelaskan bahwa Muhammad tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati itu mendengar dan tidak pula menjadikan orang-orang tuli mendengar paggilan, terlebih-lebih lagi bila mereka telah berpaling membelakang. Sebabnya, mereka diserupakan dengan orang yang telah mati, karena semua ayat yang dibacakan di hadapannya sama sekali tidak berbekas, sama juga seperti memanggil orang yang tuli, tidak ada harapan untuk dapat memenuhi panggilan itu karena tidak didengar sama sekali. Ayat ini walaupun pada umumnya menerangkan bahwa orang yang telah mati tidak dapat dijadikan oleh seseorang hingga dapat mendengar seruan orang yang masih hidup, ada beberapa hadis yang sahih yang menerangkan seperti yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa Nabi Muhammad saw pernah berkata pada mayat-mayat kaum musyrikin yang terbunuh waktu perang Badar dan dikubur bersama-sama dalam sebuah sumur (qalib) di Badar. Lalu beliau ditanya oleh beberapa orang sahabat: "Ya Rasulullah, mengapa engkau berbicara dengan orang yang tak bernyawa lagi?" Beliau menjawab: "Demi Allah, Yang jiwa saya berada dalam tangan kekuasaan Nya, kamu tidak lebih mendengar kepada ucapanku dari pada mereka. Artinya kamu dan mayat-mayat itu sama dapat mendengar ucapanku, hanya bedanya kamu dapat menjawab, sedang mereka tidak. Dalam beberapa hadis yang sahih diterangkan pula oleh Nabi saw, bahwa bila seorang mayat telah selesai dimasukkan kekuburnya ia dapat mendengar suara sepatu atau terompah orang-orang yang mengantarnya. Pengertian umum ayat ini ditakhsiskan oleh hadis ini. Di antara ayat-ayat Alquran ada yang sepintas lalu kelihatannya seperti berlawanan, padahal sebenarnya tidak, hanya harus berhati-hati cara menafsirkannya, yaitu seperti firman Allah:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (56)
Artinya:
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Q.S. Al Qasas: 56)
Dari firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya:
Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Q.S. Asy Syu'ara: 52)
Nabi Muhammad saw tidak diberi kemampuan untuk memberikan petunjuk (taufik untuk beriman) walaupun kepada orang yang dikasihinya seperti pamannya sendiri Abu Tatib, tetapi Muhammad saw benar-henar dapat memberi petunjuk (menunjukkan) kepada jalan yang lurus atas izin Allah SWT.
إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلَا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ (80)
Pada ayat ini Allah SWT menjelaskan kepada Nabi Muhammad beliau tidak dibebani menjadikan orang-orang musyrik itu beriman, beliau ditugaskan hanya sekadar menyampaikan seruan atau risalah dari Allah SWT dan tidak termasuk wewenang beliau untuk merubah orang kafir menjadi seorang muslim. Hal tersebut berada dalam tangan kekuasaan Allah dan Nabi tidak mampu untuk memasukkan petunjuk ke dalam hati orang yang sudah terkunci mati, karena itu Allah SWT dalam ayat ini menjelaskan bahwa Muhammad tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati itu mendengar dan tidak pula menjadikan orang-orang tuli mendengar paggilan, terlebih-lebih lagi bila mereka telah berpaling membelakang. Sebabnya, mereka diserupakan dengan orang yang telah mati, karena semua ayat yang dibacakan di hadapannya sama sekali tidak berbekas, sama juga seperti memanggil orang yang tuli, tidak ada harapan untuk dapat memenuhi panggilan itu karena tidak didengar sama sekali. Ayat ini walaupun pada umumnya menerangkan bahwa orang yang telah mati tidak dapat dijadikan oleh seseorang hingga dapat mendengar seruan orang yang masih hidup, ada beberapa hadis yang sahih yang menerangkan seperti yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa Nabi Muhammad saw pernah berkata pada mayat-mayat kaum musyrikin yang terbunuh waktu perang Badar dan dikubur bersama-sama dalam sebuah sumur (qalib) di Badar. Lalu beliau ditanya oleh beberapa orang sahabat: "Ya Rasulullah, mengapa engkau berbicara dengan orang yang tak bernyawa lagi?" Beliau menjawab: "Demi Allah, Yang jiwa saya berada dalam tangan kekuasaan Nya, kamu tidak lebih mendengar kepada ucapanku dari pada mereka. Artinya kamu dan mayat-mayat itu sama dapat mendengar ucapanku, hanya bedanya kamu dapat menjawab, sedang mereka tidak. Dalam beberapa hadis yang sahih diterangkan pula oleh Nabi saw, bahwa bila seorang mayat telah selesai dimasukkan kekuburnya ia dapat mendengar suara sepatu atau terompah orang-orang yang mengantarnya. Pengertian umum ayat ini ditakhsiskan oleh hadis ini. Di antara ayat-ayat Alquran ada yang sepintas lalu kelihatannya seperti berlawanan, padahal sebenarnya tidak, hanya harus berhati-hati cara menafsirkannya, yaitu seperti firman Allah:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (56)
Artinya:
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Q.S. Al Qasas: 56)
Dari firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya:
Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Q.S. Asy Syu'ara: 52)
Nabi Muhammad saw tidak diberi kemampuan untuk memberikan petunjuk (taufik untuk beriman) walaupun kepada orang yang dikasihinya seperti pamannya sendiri Abu Tatib, tetapi Muhammad saw benar-henar dapat memberi petunjuk (menunjukkan) kepada jalan yang lurus atas izin Allah SWT.
laut adalah tempat penyimpanan kekayaan laut
BalasHapuslaut adalah tempat tersimpannya mineral baru sebagai kebutuhan untuk kesejahteraan umat manusia
BalasHapus