http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=5&SuratKe=27
Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta dari kesesatan mereka. Kamu tidak dapat menjadikan (seorangpun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri.(QS. 27:81)
An Naml 81
وَمَا أَنْتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَنْ ضَلَالَتِهِمْ إِنْ تُسْمِعُ إِلَّا مَنْ يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ مُسْلِمُونَ (81)
Pada ayat ini Allah memperkuat pengertian ayat yang sebelumnya, bahwa Nabi Muhammad saw sama sekali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta dari kesesatan mereka. Orang yang telah, terkunci hatinya sehingga mata hatinya tidak dapat diberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sebab di depannya sudah ada hijab atau dinding yang menutupi pandangannya, sehingga tidak dapat melihat kebenaran itu sama sekali. Nabi Muhammad saw tidak dapat menjadikan seorangpun mendengar seruannya dengan pendengaran yang positif, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Allah, lalu berserah diri secara tulus ikhlas kepada-Nya.
وَمَا أَنْتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَنْ ضَلَالَتِهِمْ إِنْ تُسْمِعُ إِلَّا مَنْ يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ مُسْلِمُونَ (81)
Pada ayat ini Allah memperkuat pengertian ayat yang sebelumnya, bahwa Nabi Muhammad saw sama sekali tidak dapat memimpin (memalingkan) orang-orang buta dari kesesatan mereka. Orang yang telah, terkunci hatinya sehingga mata hatinya tidak dapat diberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sebab di depannya sudah ada hijab atau dinding yang menutupi pandangannya, sehingga tidak dapat melihat kebenaran itu sama sekali. Nabi Muhammad saw tidak dapat menjadikan seorangpun mendengar seruannya dengan pendengaran yang positif, kecuali orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Allah, lalu berserah diri secara tulus ikhlas kepada-Nya.
Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.(QS. 27:82)
An Naml 82
وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ الْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ (82)
Pada ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa bila kemarahan dan kemurkaan Allah telah jatuh atas manusia yang durhaka, karena meninggalkan, perintah-Nya dan mengotori kemurnian agama-Nya pada saat sudah dekat sekali datangnya Hari Kiamat, maka pada waktu itu binatang-binatang melata dari bumi akan mengatakan kepada mereka dengan lidah yang fasih, bahwa kebanyakan manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Allah, bahwa mereka tidak percaya akan datangya Hari Kiamat. Ucapan dari binatang melata itu mengandung cercaan dan peringatan yang sangat keras kepada manusia yang banyak berada di sekelilingnya. Keanehan ini yang akan terjadi sebelum kiamat, yaitu bahwa seekor binatang melata dapat berbicara memberi peringatan kepada orang-orang yang durhaka, tidak usah dipandang sebagai suatu hal yang mustahil, sebab Allah SWT memberi kemampuan kepadanya untuk berbicara sesuai dengan firman-Nya:
أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ
Artinya:
Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata. (Q.S. Fussilat: 21)
Manusia saja dalam kemajuan tekniknya dapat membuat hal-hal yang aneh-aneh seperti komputer atau robot yang mirip menyerupai manusia, apalagi Allah yang kekuasaan-Nya tidak terbatas ini. Akan keluarnya binatang melata itu termasuk kejadian di alam gaib dan tentang bentuk dan sifat-sifatnya tidak ada hadis sahih yang menjelaskannya kecuali hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin Amr yang menerangkan, bahwa sesungguhnya tanda-tanda pertama tentang akan datangnya Hari Kiamat itu ialah terbitnya matahari dari sebelah Barat dan keluarnya binatang melata kepada manusia di pagi hari. Manakala dua peristiwa ini yang lebih dahulu terjadi, maka yang satu lagi cepat menyusul di belakangnya. Kejadian yang mirip dengan keluarnya binatang melata ini ialah keluarnya Yakjuj dan Makjuj seperti dalam firman Allah:
حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ (96) وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ (97)
Artinya:
Hingga apabila dibukakan (tembok) Yakjuj dan Makjuj dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir (Mereka berkata) "Aduhai celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim". (Q.S. Al Anbiya: 96-97)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Naml 82
وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ الْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ (82)
(Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka) yakni azab telah pasti menimpa mereka termasuk orang-orang kafir lainnya. (Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka) yaitu akan berbicara kepada orang-orang yang ada dari kalangan mereka; sewaktu binatang melata itu keluar ia langsung berbicara kepada mereka dengan memakai bahasa Arab. Dan garis besar dari apa yang dikatakannya itu ialah (bahwa sesungguhnya manusia) orang-orang kafir Mekah. Lafal Anna menurut qiraat yang lain dibaca Inna; qiraat ini dapat dipakai pula bilamana diperkirakan adanya huruf Ba sesudah lafal Tukallimuhum (dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.") mereka tidak beriman kepada Alquran yang di dalamnya disebutkan tentang adanya hari berbangkit, hari hisab amal perbuatan dan hari pembalasan. Dengan keluarnya binatang melata ini, maka terhentilah fungsi Amar Makruf dan Nahi Mungkar dan orang kafir yang beriman pada saat itu tidak dianggap lagi keimanannya, sebagaimana yang telah diwahyukan oleh Allah swt. kepada Nabi Nuh melalui firman-Nya, "Bahwasanya sekali-kali, tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang-orang yang telah beriman saja." (Q.S. 11 Hud, 36).
Dan (ingatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok).(QS. 27:83)
An Naml 83 - 84
وَيَوْمَ نَحْشُرُ مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ فَوْجًا مِمَّنْ يُكَذِّبُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ يُوزَعُونَ (83) حَتَّى إِذَا جَاءُوا قَالَ أَكَذَّبْتُمْ بِآيَاتِي وَلَمْ تُحِيطُوا بِهَا عِلْمًا أَمَّاذَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (84)
Pada ayat-ayat ini Allah SWT menerangkan tingkah laku dan perbuatan orang-orang kafir yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya ketika mereka menyaksikan sendiri datangnya hari Kiamat setelah menjelaskan tanda-tanda pendahuluannya. Pada hari itu Allah mengumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan manusia yang besar sekali jumlahnya yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan setelah mereka berkumpul semuanya di padang mahsyar untuk menerima cercaan dan penghinaan, mereka semuanya berdiri di hadirat Allah SWT untuk menghadapi berbagai-bagai pertanyaan dan pemeriksaan. Mereka mendengar cercaan yang sangat menusuk perasaan, di antaranya : "Mengapa kamu telah mendustakan ayat-ayat Kami, yang secara jelas memberi tahukan akan adanya hari berbangkit dan hari pemeriksaan ini . Mengapa kamu tidak memikirkan persoalan itu, padahal dalil-dalilnya sudah cukup jelas dan gamblang disampaikan oleh Rasul-rasul Kami kepadamu? Mengapa kamu bersikap sombong dan angkuh tidak mau menerima keterangan para Rasul itu, padahal ilmu kamu masih picik sekali tidak pernah memikirkannya secara teliti dan sungguh-sungguh. Apa saja yang kamu kerjakan selama hidup di dunia itu?.
Hingga apabila mereka datang, Allah berfirman: `Apakah kamu telah mendustakan ayat-ayat-Ku, padahal ilmu kamu tidak meliputinya, atau apakah yang telah kamu kerjakan?`(QS. 27:84)
An Naml 83 - 84
وَيَوْمَ نَحْشُرُ مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ فَوْجًا مِمَّنْ يُكَذِّبُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ يُوزَعُونَ (83) حَتَّى إِذَا جَاءُوا قَالَ أَكَذَّبْتُمْ بِآيَاتِي وَلَمْ تُحِيطُوا بِهَا عِلْمًا أَمَّاذَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (84)
Pada ayat-ayat ini Allah SWT menerangkan tingkah laku dan perbuatan orang-orang kafir yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya ketika mereka menyaksikan sendiri datangnya hari Kiamat setelah menjelaskan tanda-tanda pendahuluannya. Pada hari itu Allah mengumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan manusia yang besar sekali jumlahnya yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan setelah mereka berkumpul semuanya di padang mahsyar untuk menerima cercaan dan penghinaan, mereka semuanya berdiri di hadirat Allah SWT untuk menghadapi berbagai-bagai pertanyaan dan pemeriksaan. Mereka mendengar cercaan yang sangat menusuk perasaan, di antaranya : "Mengapa kamu telah mendustakan ayat-ayat Kami, yang secara jelas memberi tahukan akan adanya hari berbangkit dan hari pemeriksaan ini . Mengapa kamu tidak memikirkan persoalan itu, padahal dalil-dalilnya sudah cukup jelas dan gamblang disampaikan oleh Rasul-rasul Kami kepadamu? Mengapa kamu bersikap sombong dan angkuh tidak mau menerima keterangan para Rasul itu, padahal ilmu kamu masih picik sekali tidak pernah memikirkannya secara teliti dan sungguh-sungguh. Apa saja yang kamu kerjakan selama hidup di dunia itu?.
Dan jatuhlah perkataan (azab) atas mereka disebabkan kezaliman mereka, maka mereka tidak dapat berkata (apa-apa).(QS. 27:85)
An Naml 85
وَوَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ بِمَا ظَلَمُوا فَهُمْ لَا يَنْطِقُونَ (85)
Dan jatuhlah kemurkaan Allah atas mereka yang mendustakan itu disebabkan kelaliman mereka sendiri. Mereka tidak dapat berkata apa-apa untuk menolak azab yang akan menimpa mereka itu seperti tersebut dalam firman Allah:
هَذَا يَوْمُ لَا يَنْطِقُونَ (35) وَلَا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُونَ (36)
Artinya:
Ini adalah hari, yang mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka ini minta uzur sehingga mereka (dapat) minta uzur. (Q.S. Al Mursalat: 35-36)
Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.(QS. 27:86)
An Naml 86
أَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا اللَّيْلَ لِيَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (86)
Setelah menyampaikan berita yang sangat menakutkan tentang kedahsyatan Hari Kiamat, maka Allah SWT pada ayat ini mengemukakan dalil-dalil keesaan-Nya, tentang kepastian akan datangnya hari berbangkit dan dalil-dalil tentang benarnya Muhammad saw sebagai utusan Allah. Apakah orang-orang yang mendustakan Hari Kiamat itu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan waktu itu ada siang dan ada malam, yang datangnya secara bergiliran. Malam untuk waktu istirahat dari kesibukan dan kelelahan bekerja pada siang harinya, untuk berkumpul secara santai dengan keluarganya di rumahnya masing-masing, dan untuk memulihkan kembali seluruh tenaga dan kekuatan guna menyelesaikan tugas pada keesokan harinya. Hari yang terang benderang telah menunggu mereka pula untuk melanjutkan usaha mereka mencari nafkah bagi diri dan keluarganya. Tidakkah mereka memikirkan, bahwa kesemuanya diatur dan dikemudikan oleh Allah SWT Yang Maha Kuasa, yang dapat menghidupkan dan mematikan dan membangkitkan mereka setelah mati? Kejadian yang diatur secara rapi dan teratur itu menjadi dalil pula atas kebenaran para rasul yang diutus Allah kepada manusia. Sebagaimana siang dan malam banyak mengandung manfaat dan faedah bagi kehidupan manusia, maka demikian pula diutusnya para Rasul itu membawa kemanfaatan yang besar sekali bagi kebahagiaan hidup manusia di dunia sampai di akhirat. Sesungguhnya pada kejadian-kejadian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman.
Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.(QS. 27:87)
An Naml 87
وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ (87)
Pada ayat ini Allah SWT setelah membentangkan peristiwa kiamat secara khusus, menjelaskan secara umum, yaitu pada hari ditiup sangkakala oleh malaikat Israfil, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali beberapa makhluk yang tertentu seperti Jibril, Mikail, Israfil, Izrail dan lain-lain. Tiupan sangkakala itu terjadi dua kali, dengan tiupan pertama ini yang diberi nama "nafkhatus-Sa'iq" akan matilah semua makhluk selain mereka yang dikecualikan, kemudian dengan tiupan kedua mereka semuanya akan dibangkitkan dari kubur mereka masing-masing, sebagaimana dalam firman-Nya:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أخرى فإذا هم قيام ينظرون
Artinya:
Dan ditiuplah sangkakala maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (Q.S. Az Zumar: 68)
Tiupan yang kedua ini diberi nama "nafkhatul Ba'is" artinya tiupan kebangkitan, seperti dalam firman-Nya:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ (51)
Artinya:
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. (Q.S. Yasin: 51)
Peristiwa ini disebutkan pula dalam firman Allah:
يَوْمَ يَخْرُجُونَ مِنَ الْأَجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوفِضُونَ (43) خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ (44)
Artinya:
(Yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia), dalam keadaan mereka menekurkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka". (Q.S. Al Ma'arij: 43-44)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Naml 87
وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ (87)
(Dan hari ketika ditiup sangkakala) tiupan sangkakala malaikat Israfil yang pertama (maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi) mereka ketakutan, sehingga ketakutan itu mematikan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh ayat lainnya, yaitu dengan ungkapan Sha'iqa, yakni terkejut yang mematikan. Dan ungkapan dalam ayat ini dipakai Fi'il Madhi untuk menggambarkan kepastian terjadinya hal ini (kecuali siapa yang dikehendaki Allah) yaitu malaikat Jibril, malaikat Mikail, malaikat Israfil dan malaikat Maut. Tetapi menurut suatu riwayat yang bersumber dari sahabat Ibnu Abbas disebutkan, bahwa mereka yang tidak terkejut adalah para Syuhada, karena mereka hidup di sisi Rabb mereka dengan diberi rezeki. (Dan semua mereka) lafal Kullun ini harakat Tanwinnya merupakan pergantian daripada Mudhaf Ilaih, artinya mereka semua sesudah dihidupkan kembali di hari kiamat (datang menghadap kepada-Nya) dapat dibaca Atauhu dan Atuhu (dengan merendahkan diri) artinya merasa rendah diri. Dan ungkapan lafal Atauhu dengan memakai Fi'il Madhi untuk menunjukkan, bahwa hal itu pasti terjadi.
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. 27:88)
An Naml 88
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ (88)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan, bahwa gunung-gunung yang sekarang kelihatannya tetap di tempatnya, nanti pada hari kiamat gunung-gunung itu akan dicabut dari dasarnya kemudian diterbangkan seperti bulu di udara sebagai jalannya awan, seperti tersebut dalam firman-Nya:
وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ (9)
Artinya:
Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang berterbangkan). (Q.S. Al Ma'arij: 9)
(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Mengenai tafsir ayat ini, yang menerangkan bahwa gunung-gunung akan diterbangkan di udara seperti jalannya awan, atau dalam ayat lain seperti bulu ditiup oleh angin, ulama tafsir mempunyai dua pendapat. Pendapat pertama, yang merupakan pendapat sebagian besar mufassir mengemukakan bahwa ayat ini berhubungan dengan peristiwa hari kiamat, seperti dalam firman Allah:
يَوْمَ تَمُورُ السَّمَاءُ مَوْرًا (9) وَتَسِيرُ الْجِبَالُ سَيْرًا (10)
Artinya:
Pada hari ketika langit benar-benar berguncang, dan gunung benar-benar berjalan. (Q.S. At Tur: 9-10)
Dan firman-Nya:
وَسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًا (20)
Artinya:
Dan dijalankan gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia. (Q.S. An Naba: 20)
Dan firman-Nya:
يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ (48)
Artinya:
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit; dan mereka semuanya (di padang mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (Q.S. Ibrahim: 48)
Kejadian-kejadian yang amat dahsyat ini pada Hari Kiamat terjadinya setelah tiupan sangkakala yang kedua kalinya, di mana semua manusia telah dibangkitkan dari kuburnya dan mereka menyaksikan semua macam peristiwa yang sangat dahsyat itu. Cara menyaksikan ada macam-macam. Ada yang tenang saja, sama sekali tidak mengalami ketakutan seperti tersebut dalam firman-Nya:
لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (103)
Artinya:
Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata): "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu." (Q.S. Al Anbiya: 103)
Mereka itu mukanya putih berseri dan bersinar dengan tanda-tanda kebahagiaan. Ada pula, bahkan sebagian besar di antara orang-orang di padang mahsyar itu yang mukanya kelam hitam dan penuh dengan ketakutan, penyasalan dan kegelisahan, terutama ketika menyaksikan malapetaka dan bencana pada Hari Kiamat itu, dan kepada mereka diucapkan: "Rasakanlah azab itu disebabkan kekafiran".
Pendapat yang kedua mengenai tafsir ayat 88 ini, yaitu pendapat ulama ahli falak, yang menyatakan bahwa ayat ini hubungannya bukan dengan peristiwa Hari Kiamat akan tetapi dengan suasana sekarang. Kamu sangka bahwa gunung-gunung yang berada di atas permukaan bumi ini tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan, karena mengikuti peredaran bumi. Jadi ayat ini dijadikan dalil bahwa bumi berputar seperti planet-planet yang lain pada sumbunya, hanya kita manusia sebagai penghuni bumi tidak merasakannya. Begitulah perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Alasan ulama falak, bahwa ayat 88 ini berhubungan dengan peristiwa sekarang dan bukan dengan peristiwa Hari Kiamat.
1. Ayat ini tidak dapat/patut dimasukkan dalam kategori ancaman atau menakuti-nakuti dengan kedahsyatan Hari Kiamat, sebab di belakangnya disambung dengan kata-kata : (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Yang cocok ialah bila ayat ini dihubungkan dengan masa sekarang, di mana kita manusia sebagai penghuni bumi menyangka bahwa bumi ini diam saja, demikianlah pula gunung-gunung yang berada di atas permukaannya, padahal bumi bersama gunung-gunung itu berjalan, beredar sebagai jalannya awan.
2. Diterbangkannya gunung-gunung itu untuk dihancurkan pada Hari Kiamat terjadinya bersamaan dengan hancurnya alam semesta, termasuk matinya seluruh manusia. Yang tinggal hidup hanya beberapa malaikat saja. Jadi jika pada hari setelah tiupan pertama dari sangkakala itu tidak ada lagi manusia yang hidup, bagaimana dapat dikatakan bahwa nanti kamu akan melihat gunung-gunung yang disangka diam saja, padahal ia itu berjalan sebagai jalannya awan. Di situlah letaknya kejanggalan.
3. Orang-orang di padang Mahsyar yang menyaksikan gunung-gunung itu berjalan sebagai jalannya awan, tentu mereka sadar, melihat dengan mata kepala sendiri dan tidak pantas dikatakan bahwa mereka menyangka gunung-gunung itu berdiam saja di tempatnya. Berlainan sekali jika dihubungkan dengan masa sekarang, karena memang manusia tidak dapat merasakan bahwa gunung-gunung itu bergerak dan berjalan di angkasa sebagai jalannya awan, karena gunung-gunung itu ikut bergerak bersama buminya, dan udara yang ada di sekitarnya. Dengan memandang demikian, maka barulah cocok dengan kata-kata (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu, dan kata-kata yang indah ini tidak patut dikemukakan pada Hari Kiamat yang penuh dengan ancaman dan ketakutan terhadap kehancuran seluruh alam semesta pada Hari Kiamat itu tidak patut dikatakan: "Begitulah perbuatan Allah membuat kokoh tiap sesuatu". Demikianlah kedua pendapat tentang tafsir ayat 88 ini , sebagian besar dari mufassir menerangkan bahwa ayat itu berhubungan dengan peristiwa Hari Kiamat, dan sebagian lagi yang terdiri dari ulama falak menerangkan bahwa ayat itu berhubungan dengan peristiwa sekarang, dan dijadikan dalil bahwa sekalian yang ada di atasnya termasuk gunung-gunung semuanya bergerak, berjalan di angkasa sebagai jalannya awan. Perbedaan tafsiran itu tidak mengenai artinya, hanya di sekitar waktu terjadinya, dan oleh karena termasuk kejadian dalam alam gaib, maka yang lebih baik, perhatian manusia dititik beratkan kepada perbaikan amalnya, dan oleh karena itu pada akhir ayat itu dinyatakan: sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Naml 88
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ (88)
(Dan kamu lihat gunung-gunung itu) yakni kamu saksikan gunung-gunung itu sewaktu terjadinya tiupan malaikat Israfil (kamu sangka dia) (tetap) diam di tempatnya karena besarnya (padahal ia berjalan sebagai jalannya awan) bagaikan hujan yang tertiup angin, maksudnya gunung-gunung itu tampak seolah-olah tetap, padahal berjalan lambat saking besarnya, kemudian jatuh ke bumi lalu hancur lebur kemudian menjadi abu bagaikan bulu-bulu yang beterbangan. (Begitulah perbuatan Allah) lafal Shun'a merupakan Mashdar yang mengukuhkan jumlah sebelumnya yang kemudian di-mudhaf-kan kepada Fa'il-nya Sesudah 'Amil-nya dibuang, bentuk asalnya ialah Shana'allahu Dzalika Shun'an. Selanjutnya hanya disebutkan lafal Shun'a yang kemudian dimudhaf-kan kepada Fa'il-nya yaitu lafal Allah, sehingga jadilah Shun'allahi; artinya begitulah perbuatan Allah (yang membuat dengan kokoh) rapih dan kokoh (tiap-tiap sesuatu) yang dibuat-Nya (sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan) lafal Taf'aluna dapat dibaca Yaf'aluna, yakni perbuatan maksiat yang dilakukan oleh musuh-musuh-Nya dan perbuatan taat yang dilakukan oleh kekasih-kekasih-Nya.
Barangsiapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram daripada kejutan yang dahsyat pada hari itu.(QS. 27:89)
An Naml 89
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَهُمْ مِنْ فَزَعٍ يَوْمَئِذٍ آمِنُونَ (89)
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan membawa arnal kebaikan, ia akan memperoleh balasan yang lebih baik dari amalnya sendiri, dan diberi tempat kediaman yang nyaman dan kekal dalam surga Na'im, mereka aman tenteram dari kejutan yang dahsyat pada Hari Kiamat itu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Naml 89
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَهُمْ مِنْ فَزَعٍ يَوْمَئِذٍ آمِنُونَ (89)
(Barang siapa yang membawa kebaikan) yakni membawa pengamalan kalimah "La ilaha illallah" kelak di hari kiamat (maka ia memperoleh kebaikan) pahala (daripadanya) disebabkan,lafal Khairun di sini bukan mengandung arti Tafdhil, karena tiada suatu pekerjaan pun yang lebih baik daripadanya. Di dalam ayat lain disebutkan bahwa pahala itu ialah sepuluh kali lipat daripadanya (sedangkan mereka) orang-orang yang datang membawanya (daripada kejutan yang dahsyat pada hari itu) dapat dibaca Faza'i Yaumaidzin dan Faza'in Yaumaidzin (merasa aman tenteram) .
Dan barangsiapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka. Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan.(QS. 27:90)
An Naml 90
وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (90)
Dan barangsiapa yang mempersekutukan Allah dan membawa kejahatan, maka disungkurkan muka mereka ke dalam neraka seraya berkata kepada mereka: "Tiadalah kamu dibalasi, melainkan setimpal dengan kemusyrikan dan kejahatan yang dahulu kamu kerjakan di dunia, yang jadi sebab datangnya kemurkaan Allah".
Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.(QS. 27:91)
An Naml 91
إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ (91)
Pada ayat ini Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad saw supaya mengatakan kepada orang-orang musyrik Quraisy, bahwa beliau hanya disuruh Allah menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) yang telah dijadikan tanah Haram (Tanah Suci), diharamkan padanya pertumpahan darah atau berbuat kelaliman terhadap siapapun. Disebutnya negeri Mekah di sini secara khusus, karena di dalamnya ada Kakbah, yaitu rumah yang pertama kali dibangun untuk peribadatan manusia kepada Allah, sesuai dengan firman Nya:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ (96)
Artinya:
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (Q.S. Ali Imran: 96)
Yang wajib disembah hanya Allah saja, bukan berhala-berhala yang oleh mereka ditempatkan di sana, sesuai dengan firman Allah:
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (4)
Artinya:
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Kakbah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Q.S. Quraisy: 3-4)
Ini merupakan cercaan yang keras kepada orang-orang kafir Quraisy yang tidak menyembah Tuhan yang mempunyai Baitullah itu, bahkan menyembah berhala-berhala yang oleh mereka ditempatkan di sekitarnya. Dan kepunyaan Allah lah segala sesuatu, baik yang di langit maupun di bumi, dari segi ciptaan, milik dan pengurusannya, tidak ada sekutu bagi Dia, karena itu hanya Dialah satu-satunya yang berhak disembah dan kepada Nya Nabi saw diperintahkan supaya menyerah diri beribadat dengan penuh keikhklasan dan ketauhidan, sesuai dengan firman Nya:
قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (161)
Artinya:
Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S. Al An'am: 161)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Naml 91
إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ (91)
("Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini) yakni Mekah (yang telah menjadihannya kota suci) suci dan aman, tidak boleh dialirkan darah manusia di dalamnya, dan tidak boleh seseorang pun dianiaya, serta binatang buruannya tidak boleh diburu dan pepohonannya tidak boleh ditebang. Yang demikian itu merupakan nikmat-nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kabilah Quraisy sebagai penduduknya, sehingga Allah tidak menurunkan azab atas negeri mereka dan selamat Pula dari fitnah-fitnah yang melanda kawasan negeri Arab lainnya (dan kepunyaan-Nya-lah) yakni kepunyaan Allah swt. (segala sesuatu) Dia adalah Rabb, pencipta dan pemilik semuanya (dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri) kepada Allah yaitu dengan mentauhidkan-Nya.
Dan supaya aku membacakan Al quran (kepada manusia). Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barangsiapa yang sesat maka katakanlah: `Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan`.(QS. 27:92)
An Naml 92
وَأَنْ أَتْلُوَ الْقُرْآنَ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَقُلْ إِنَّمَا أَنَا مِنَ الْمُنْذِرِينَ (92)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Nabi Muhammad saw diperintahkan supaya membacakan Alquran kepada manusia pada malam hari, pagi dan petang, agar dapat terbuka rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya dan dapat diserap dalil-dalil kekuasaan Allah yang dapat dilihat pada alam semesta, yang beraneka warna itu, sehingga beliau dapat menyelami hakikat hidup yang sebenarnya dan menerima limpahan karunia Allah kepadanya.
Telah diriwayatkan bahwa Rasulullah saw pada suatu malam salat tahajud dan membaca ayat 118:
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ
Artinya:
Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau. (Q.S. Al Maidah: 118)
Beliau mengulang bacaan ayat itu beberapa puluh kali sampai terbit fajar. Ketika membacanya tampaklah bagi beliau beberapa rahasia yang terkandung di dalamnya, sehingga beliau merasa terangkat ke tempat persemayamannya yang sangat tinggi. Demikianlah faedah membaca ayat Alquran serta membaca isinya, sesuai dengan firman Nya:
ذَلِكَ نَتْلُوهُ عَلَيْكَ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ (58)
Artinya:
Demikianlah (kisah `Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagai bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Alquran yang penuh hikmah. (Q.S. Ali Imran: 58)
Dan seperti firman yang lain:
كَذَلِكَ أَرْسَلْنَاكَ فِي أُمَّةٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهَا أُمَمٌ لِتَتْلُوَ عَلَيْهِمُ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ
Artinya:
Demikianlah Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumya, supya kamu membacakan kepada mereka (Alquran) yang Kami wahyukan kepadamu. (Q.S. Ar Ra'd: 30)
Maka barangsiapa yang mengikuti Nabi Muhammad saw dan menerima petunjuknya, maka sungguh ia telah menempuh jalan yang lurus yang menuju kebahagiaan dunia dan akhirat dan ternyata petunjuk itu adalah untuk kebaikan dirinya sendiri. Akan tetapi barangsiapa yang sesat, dan menyeleweng dari jalan yang lurus yang telah dirintis oleh Nabi saw itu, maka kemudaratannya akan dirasakan oleh mereka sendiri pula dan Nabi saw sendiri tidak akan menderita kerugian apa-apa sebab tugas beliau hanya sekadar memberi peringatan sesuai dengan firman Allah:
فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ
Artinya:
Sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami lah yang menghisab amalan mereka. (Q.S. Ar Ra'd: 40)
Dan firman Allah:
فَلَعَلَّكَ تَارِكٌ بَعْضَ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَضَائِقٌ بِهِ صَدْرُكَ أَنْ يَقُولُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ جَاءَ مَعَهُ مَلَكٌ إِنَّمَا أَنْتَ نَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ (12)
Artinya:
Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan, dan Allah Pemelihara segala sesuatu. (Q.S. Hud: 12)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Naml 92
وَأَنْ أَتْلُوَ الْقُرْآنَ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَقُلْ إِنَّمَا أَنَا مِنَ الْمُنْذِرِينَ (92)
(Dan supaya aku membacakan Alquran) kepada kalian dengan bacaan yang mengajak kalian untuk beriman (Maka barang siapa yang mendapat petunjuk) dari Alquran (maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk kebaikan dirinya) karena dia sendirilah yang mendapat kan pahalanya (dan barang siapa yang sesat) dari jalan iman, dan sesat dari jalan petunjuk (maka katakanlah) kepadanya, ('Sesungguhnya aku ini tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan.'") yang menakut-nakuti kalian, maka tidak ada hak bagiku melainkan hanya menyampaikan saja. Ayat ini diturunkan sebelum ada perintah dari Allah untuk berperang.
Dan katakanlah: `Segala puji bagi Allah, dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan`.(QS. 27:93)
An Naml 93
وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ سَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ فَتَعْرِفُونَهَا وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (93)
Pada ayat ini Allah SWT memerintahkan Nabi Nya supaya menyampaikan khabar kegembiraan kepada kaum Muslimin yang mengikuti petunjuknya dan memberi peringatan dengan azab Allah kepada mereka yang mengingkari kerasulannya dengan ucapan-ucapan yang maksudnya: "Katakanlah olehmu Muhammad, segala puji bagi Allah, atas segala limpahan rahmat dan karunia Nya, yang di antaranya ialah nikmat kenabian dan kerasulan, yang menyebabkan datangnya pula nikmat-nikmat yang lain, baik kenikmatan di dunia maupun kenikmatan kelak di akhirat. Allah telah memberi taufik kepadaku untuk memikul segala beban dalam melaksanakan seruan agama, yang walaupun berat dan payah namun aku merasakan enak dan ringan saja, karena semua itu aku lakukan dalam rangka ketaatan dan kepatuhan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih. Yang telah menyediakan keridaan dan pahala yang besar bagi hamba-hamba-Nya yang tulus dan ikhlas. Allah telah memberikan kepadaku berbagai-bagai mukjizat, yang menunjukkan kebenaran risalahku dan aku diberi taufik untuk mengikuti jalan agama Nya yang lurus. Aku ingin sekali supaya kamu membuka hatimu untuk dapat melihat bukti-bukti kebenaran itu, hanya sayang sekali, setan dan hawa nafsumu telah demikian rupa mengelabui mata penglihatanmu sehingga tidak dapat melihat kenyataan yang sebenarnya. Jika kamu masih tetap juga membangkang dan berkepala batu, maka ingatlah bahwa semua manusia akan mati, bila ajal telah tiba dan kamu sekalian pada Hari Kiamat akan dibangkitkan dari kuburan masing-masing dan di hadapan ke hadirat Allah SWT, yang akan memeriksa semua perbuatanmu yang sekarang kamu lakukan di dunia dan di sanalah nanti Allah akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran Nya. Di sanalah nanti Allah SWT akan memperlihatkan kepadamu azab Nya sangat pedih, maka kamu akan mengetahuinya. Dan di sanalah nanti akan mengemukakan penyesalan yang tiada terhingga atas kekafiranmu terhadap risalahku. Penyesalan yang tiada arti dan manfaat lagi karena kamu telah menyia-nyiakan kesempatan dan umurmu yang telah lewat itu, sedang Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Naml 93
وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ سَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ فَتَعْرِفُونَهَا وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (93)
(Dan katakanlah!, "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kalian akan mengetahuinya) Allah memperlihatkannya kepada mereka dalam perang Badar, yaitu dengan dibunuhnya mereka dan sebagian lagi ada yang tertawan, serta para Malaikat memukuli muka dan belakang mereka, dan Allah menyegerakan mereka untuk masuk ke dalam neraka. (Dan Rabbmu tiada lalai dari apa yang kalian kerjakan.") lafal Taa'maluna dapat dibaca Ya'maluna. Dan sesungguhnya Allah menangguhkan mereka hanya sampai pada saatnya saja.
وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ الْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ (82)
Pada ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa bila kemarahan dan kemurkaan Allah telah jatuh atas manusia yang durhaka, karena meninggalkan, perintah-Nya dan mengotori kemurnian agama-Nya pada saat sudah dekat sekali datangnya Hari Kiamat, maka pada waktu itu binatang-binatang melata dari bumi akan mengatakan kepada mereka dengan lidah yang fasih, bahwa kebanyakan manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Allah, bahwa mereka tidak percaya akan datangya Hari Kiamat. Ucapan dari binatang melata itu mengandung cercaan dan peringatan yang sangat keras kepada manusia yang banyak berada di sekelilingnya. Keanehan ini yang akan terjadi sebelum kiamat, yaitu bahwa seekor binatang melata dapat berbicara memberi peringatan kepada orang-orang yang durhaka, tidak usah dipandang sebagai suatu hal yang mustahil, sebab Allah SWT memberi kemampuan kepadanya untuk berbicara sesuai dengan firman-Nya:
أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ
Artinya:
Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata. (Q.S. Fussilat: 21)
Manusia saja dalam kemajuan tekniknya dapat membuat hal-hal yang aneh-aneh seperti komputer atau robot yang mirip menyerupai manusia, apalagi Allah yang kekuasaan-Nya tidak terbatas ini. Akan keluarnya binatang melata itu termasuk kejadian di alam gaib dan tentang bentuk dan sifat-sifatnya tidak ada hadis sahih yang menjelaskannya kecuali hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin Amr yang menerangkan, bahwa sesungguhnya tanda-tanda pertama tentang akan datangnya Hari Kiamat itu ialah terbitnya matahari dari sebelah Barat dan keluarnya binatang melata kepada manusia di pagi hari. Manakala dua peristiwa ini yang lebih dahulu terjadi, maka yang satu lagi cepat menyusul di belakangnya. Kejadian yang mirip dengan keluarnya binatang melata ini ialah keluarnya Yakjuj dan Makjuj seperti dalam firman Allah:
حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ (96) وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ (97)
Artinya:
Hingga apabila dibukakan (tembok) Yakjuj dan Makjuj dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir (Mereka berkata) "Aduhai celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim". (Q.S. Al Anbiya: 96-97)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Naml 82
وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِنَ الْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ (82)
(Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka) yakni azab telah pasti menimpa mereka termasuk orang-orang kafir lainnya. (Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka) yaitu akan berbicara kepada orang-orang yang ada dari kalangan mereka; sewaktu binatang melata itu keluar ia langsung berbicara kepada mereka dengan memakai bahasa Arab. Dan garis besar dari apa yang dikatakannya itu ialah (bahwa sesungguhnya manusia) orang-orang kafir Mekah. Lafal Anna menurut qiraat yang lain dibaca Inna; qiraat ini dapat dipakai pula bilamana diperkirakan adanya huruf Ba sesudah lafal Tukallimuhum (dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.") mereka tidak beriman kepada Alquran yang di dalamnya disebutkan tentang adanya hari berbangkit, hari hisab amal perbuatan dan hari pembalasan. Dengan keluarnya binatang melata ini, maka terhentilah fungsi Amar Makruf dan Nahi Mungkar dan orang kafir yang beriman pada saat itu tidak dianggap lagi keimanannya, sebagaimana yang telah diwahyukan oleh Allah swt. kepada Nabi Nuh melalui firman-Nya, "Bahwasanya sekali-kali, tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang-orang yang telah beriman saja." (Q.S. 11 Hud, 36).
Dan (ingatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok).(QS. 27:83)
An Naml 83 - 84
وَيَوْمَ نَحْشُرُ مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ فَوْجًا مِمَّنْ يُكَذِّبُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ يُوزَعُونَ (83) حَتَّى إِذَا جَاءُوا قَالَ أَكَذَّبْتُمْ بِآيَاتِي وَلَمْ تُحِيطُوا بِهَا عِلْمًا أَمَّاذَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (84)
Pada ayat-ayat ini Allah SWT menerangkan tingkah laku dan perbuatan orang-orang kafir yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya ketika mereka menyaksikan sendiri datangnya hari Kiamat setelah menjelaskan tanda-tanda pendahuluannya. Pada hari itu Allah mengumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan manusia yang besar sekali jumlahnya yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan setelah mereka berkumpul semuanya di padang mahsyar untuk menerima cercaan dan penghinaan, mereka semuanya berdiri di hadirat Allah SWT untuk menghadapi berbagai-bagai pertanyaan dan pemeriksaan. Mereka mendengar cercaan yang sangat menusuk perasaan, di antaranya : "Mengapa kamu telah mendustakan ayat-ayat Kami, yang secara jelas memberi tahukan akan adanya hari berbangkit dan hari pemeriksaan ini . Mengapa kamu tidak memikirkan persoalan itu, padahal dalil-dalilnya sudah cukup jelas dan gamblang disampaikan oleh Rasul-rasul Kami kepadamu? Mengapa kamu bersikap sombong dan angkuh tidak mau menerima keterangan para Rasul itu, padahal ilmu kamu masih picik sekali tidak pernah memikirkannya secara teliti dan sungguh-sungguh. Apa saja yang kamu kerjakan selama hidup di dunia itu?.
Hingga apabila mereka datang, Allah berfirman: `Apakah kamu telah mendustakan ayat-ayat-Ku, padahal ilmu kamu tidak meliputinya, atau apakah yang telah kamu kerjakan?`(QS. 27:84)
An Naml 83 - 84
وَيَوْمَ نَحْشُرُ مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ فَوْجًا مِمَّنْ يُكَذِّبُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ يُوزَعُونَ (83) حَتَّى إِذَا جَاءُوا قَالَ أَكَذَّبْتُمْ بِآيَاتِي وَلَمْ تُحِيطُوا بِهَا عِلْمًا أَمَّاذَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (84)
Pada ayat-ayat ini Allah SWT menerangkan tingkah laku dan perbuatan orang-orang kafir yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya ketika mereka menyaksikan sendiri datangnya hari Kiamat setelah menjelaskan tanda-tanda pendahuluannya. Pada hari itu Allah mengumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan manusia yang besar sekali jumlahnya yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan setelah mereka berkumpul semuanya di padang mahsyar untuk menerima cercaan dan penghinaan, mereka semuanya berdiri di hadirat Allah SWT untuk menghadapi berbagai-bagai pertanyaan dan pemeriksaan. Mereka mendengar cercaan yang sangat menusuk perasaan, di antaranya : "Mengapa kamu telah mendustakan ayat-ayat Kami, yang secara jelas memberi tahukan akan adanya hari berbangkit dan hari pemeriksaan ini . Mengapa kamu tidak memikirkan persoalan itu, padahal dalil-dalilnya sudah cukup jelas dan gamblang disampaikan oleh Rasul-rasul Kami kepadamu? Mengapa kamu bersikap sombong dan angkuh tidak mau menerima keterangan para Rasul itu, padahal ilmu kamu masih picik sekali tidak pernah memikirkannya secara teliti dan sungguh-sungguh. Apa saja yang kamu kerjakan selama hidup di dunia itu?.
Dan jatuhlah perkataan (azab) atas mereka disebabkan kezaliman mereka, maka mereka tidak dapat berkata (apa-apa).(QS. 27:85)
An Naml 85
وَوَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ بِمَا ظَلَمُوا فَهُمْ لَا يَنْطِقُونَ (85)
Dan jatuhlah kemurkaan Allah atas mereka yang mendustakan itu disebabkan kelaliman mereka sendiri. Mereka tidak dapat berkata apa-apa untuk menolak azab yang akan menimpa mereka itu seperti tersebut dalam firman Allah:
هَذَا يَوْمُ لَا يَنْطِقُونَ (35) وَلَا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُونَ (36)
Artinya:
Ini adalah hari, yang mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka ini minta uzur sehingga mereka (dapat) minta uzur. (Q.S. Al Mursalat: 35-36)
Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.(QS. 27:86)
An Naml 86
أَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا اللَّيْلَ لِيَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (86)
Setelah menyampaikan berita yang sangat menakutkan tentang kedahsyatan Hari Kiamat, maka Allah SWT pada ayat ini mengemukakan dalil-dalil keesaan-Nya, tentang kepastian akan datangnya hari berbangkit dan dalil-dalil tentang benarnya Muhammad saw sebagai utusan Allah. Apakah orang-orang yang mendustakan Hari Kiamat itu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan waktu itu ada siang dan ada malam, yang datangnya secara bergiliran. Malam untuk waktu istirahat dari kesibukan dan kelelahan bekerja pada siang harinya, untuk berkumpul secara santai dengan keluarganya di rumahnya masing-masing, dan untuk memulihkan kembali seluruh tenaga dan kekuatan guna menyelesaikan tugas pada keesokan harinya. Hari yang terang benderang telah menunggu mereka pula untuk melanjutkan usaha mereka mencari nafkah bagi diri dan keluarganya. Tidakkah mereka memikirkan, bahwa kesemuanya diatur dan dikemudikan oleh Allah SWT Yang Maha Kuasa, yang dapat menghidupkan dan mematikan dan membangkitkan mereka setelah mati? Kejadian yang diatur secara rapi dan teratur itu menjadi dalil pula atas kebenaran para rasul yang diutus Allah kepada manusia. Sebagaimana siang dan malam banyak mengandung manfaat dan faedah bagi kehidupan manusia, maka demikian pula diutusnya para Rasul itu membawa kemanfaatan yang besar sekali bagi kebahagiaan hidup manusia di dunia sampai di akhirat. Sesungguhnya pada kejadian-kejadian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman.
Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.(QS. 27:87)
An Naml 87
وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ (87)
Pada ayat ini Allah SWT setelah membentangkan peristiwa kiamat secara khusus, menjelaskan secara umum, yaitu pada hari ditiup sangkakala oleh malaikat Israfil, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali beberapa makhluk yang tertentu seperti Jibril, Mikail, Israfil, Izrail dan lain-lain. Tiupan sangkakala itu terjadi dua kali, dengan tiupan pertama ini yang diberi nama "nafkhatus-Sa'iq" akan matilah semua makhluk selain mereka yang dikecualikan, kemudian dengan tiupan kedua mereka semuanya akan dibangkitkan dari kubur mereka masing-masing, sebagaimana dalam firman-Nya:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أخرى فإذا هم قيام ينظرون
Artinya:
Dan ditiuplah sangkakala maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (Q.S. Az Zumar: 68)
Tiupan yang kedua ini diberi nama "nafkhatul Ba'is" artinya tiupan kebangkitan, seperti dalam firman-Nya:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ (51)
Artinya:
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. (Q.S. Yasin: 51)
Peristiwa ini disebutkan pula dalam firman Allah:
يَوْمَ يَخْرُجُونَ مِنَ الْأَجْدَاثِ سِرَاعًا كَأَنَّهُمْ إِلَى نُصُبٍ يُوفِضُونَ (43) خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ (44)
Artinya:
(Yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia), dalam keadaan mereka menekurkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan. Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka". (Q.S. Al Ma'arij: 43-44)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Naml 87
وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ (87)
(Dan hari ketika ditiup sangkakala) tiupan sangkakala malaikat Israfil yang pertama (maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi) mereka ketakutan, sehingga ketakutan itu mematikan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh ayat lainnya, yaitu dengan ungkapan Sha'iqa, yakni terkejut yang mematikan. Dan ungkapan dalam ayat ini dipakai Fi'il Madhi untuk menggambarkan kepastian terjadinya hal ini (kecuali siapa yang dikehendaki Allah) yaitu malaikat Jibril, malaikat Mikail, malaikat Israfil dan malaikat Maut. Tetapi menurut suatu riwayat yang bersumber dari sahabat Ibnu Abbas disebutkan, bahwa mereka yang tidak terkejut adalah para Syuhada, karena mereka hidup di sisi Rabb mereka dengan diberi rezeki. (Dan semua mereka) lafal Kullun ini harakat Tanwinnya merupakan pergantian daripada Mudhaf Ilaih, artinya mereka semua sesudah dihidupkan kembali di hari kiamat (datang menghadap kepada-Nya) dapat dibaca Atauhu dan Atuhu (dengan merendahkan diri) artinya merasa rendah diri. Dan ungkapan lafal Atauhu dengan memakai Fi'il Madhi untuk menunjukkan, bahwa hal itu pasti terjadi.
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. 27:88)
An Naml 88
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ (88)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan, bahwa gunung-gunung yang sekarang kelihatannya tetap di tempatnya, nanti pada hari kiamat gunung-gunung itu akan dicabut dari dasarnya kemudian diterbangkan seperti bulu di udara sebagai jalannya awan, seperti tersebut dalam firman-Nya:
وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ (9)
Artinya:
Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang berterbangkan). (Q.S. Al Ma'arij: 9)
(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Mengenai tafsir ayat ini, yang menerangkan bahwa gunung-gunung akan diterbangkan di udara seperti jalannya awan, atau dalam ayat lain seperti bulu ditiup oleh angin, ulama tafsir mempunyai dua pendapat. Pendapat pertama, yang merupakan pendapat sebagian besar mufassir mengemukakan bahwa ayat ini berhubungan dengan peristiwa hari kiamat, seperti dalam firman Allah:
يَوْمَ تَمُورُ السَّمَاءُ مَوْرًا (9) وَتَسِيرُ الْجِبَالُ سَيْرًا (10)
Artinya:
Pada hari ketika langit benar-benar berguncang, dan gunung benar-benar berjalan. (Q.S. At Tur: 9-10)
Dan firman-Nya:
وَسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًا (20)
Artinya:
Dan dijalankan gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia. (Q.S. An Naba: 20)
Dan firman-Nya:
يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ (48)
Artinya:
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit; dan mereka semuanya (di padang mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (Q.S. Ibrahim: 48)
Kejadian-kejadian yang amat dahsyat ini pada Hari Kiamat terjadinya setelah tiupan sangkakala yang kedua kalinya, di mana semua manusia telah dibangkitkan dari kuburnya dan mereka menyaksikan semua macam peristiwa yang sangat dahsyat itu. Cara menyaksikan ada macam-macam. Ada yang tenang saja, sama sekali tidak mengalami ketakutan seperti tersebut dalam firman-Nya:
لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (103)
Artinya:
Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata): "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu." (Q.S. Al Anbiya: 103)
Mereka itu mukanya putih berseri dan bersinar dengan tanda-tanda kebahagiaan. Ada pula, bahkan sebagian besar di antara orang-orang di padang mahsyar itu yang mukanya kelam hitam dan penuh dengan ketakutan, penyasalan dan kegelisahan, terutama ketika menyaksikan malapetaka dan bencana pada Hari Kiamat itu, dan kepada mereka diucapkan: "Rasakanlah azab itu disebabkan kekafiran".
Pendapat yang kedua mengenai tafsir ayat 88 ini, yaitu pendapat ulama ahli falak, yang menyatakan bahwa ayat ini hubungannya bukan dengan peristiwa Hari Kiamat akan tetapi dengan suasana sekarang. Kamu sangka bahwa gunung-gunung yang berada di atas permukaan bumi ini tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan, karena mengikuti peredaran bumi. Jadi ayat ini dijadikan dalil bahwa bumi berputar seperti planet-planet yang lain pada sumbunya, hanya kita manusia sebagai penghuni bumi tidak merasakannya. Begitulah perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Alasan ulama falak, bahwa ayat 88 ini berhubungan dengan peristiwa sekarang dan bukan dengan peristiwa Hari Kiamat.
1. Ayat ini tidak dapat/patut dimasukkan dalam kategori ancaman atau menakuti-nakuti dengan kedahsyatan Hari Kiamat, sebab di belakangnya disambung dengan kata-kata : (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Yang cocok ialah bila ayat ini dihubungkan dengan masa sekarang, di mana kita manusia sebagai penghuni bumi menyangka bahwa bumi ini diam saja, demikianlah pula gunung-gunung yang berada di atas permukaannya, padahal bumi bersama gunung-gunung itu berjalan, beredar sebagai jalannya awan.
2. Diterbangkannya gunung-gunung itu untuk dihancurkan pada Hari Kiamat terjadinya bersamaan dengan hancurnya alam semesta, termasuk matinya seluruh manusia. Yang tinggal hidup hanya beberapa malaikat saja. Jadi jika pada hari setelah tiupan pertama dari sangkakala itu tidak ada lagi manusia yang hidup, bagaimana dapat dikatakan bahwa nanti kamu akan melihat gunung-gunung yang disangka diam saja, padahal ia itu berjalan sebagai jalannya awan. Di situlah letaknya kejanggalan.
3. Orang-orang di padang Mahsyar yang menyaksikan gunung-gunung itu berjalan sebagai jalannya awan, tentu mereka sadar, melihat dengan mata kepala sendiri dan tidak pantas dikatakan bahwa mereka menyangka gunung-gunung itu berdiam saja di tempatnya. Berlainan sekali jika dihubungkan dengan masa sekarang, karena memang manusia tidak dapat merasakan bahwa gunung-gunung itu bergerak dan berjalan di angkasa sebagai jalannya awan, karena gunung-gunung itu ikut bergerak bersama buminya, dan udara yang ada di sekitarnya. Dengan memandang demikian, maka barulah cocok dengan kata-kata (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu, dan kata-kata yang indah ini tidak patut dikemukakan pada Hari Kiamat yang penuh dengan ancaman dan ketakutan terhadap kehancuran seluruh alam semesta pada Hari Kiamat itu tidak patut dikatakan: "Begitulah perbuatan Allah membuat kokoh tiap sesuatu". Demikianlah kedua pendapat tentang tafsir ayat 88 ini , sebagian besar dari mufassir menerangkan bahwa ayat itu berhubungan dengan peristiwa Hari Kiamat, dan sebagian lagi yang terdiri dari ulama falak menerangkan bahwa ayat itu berhubungan dengan peristiwa sekarang, dan dijadikan dalil bahwa sekalian yang ada di atasnya termasuk gunung-gunung semuanya bergerak, berjalan di angkasa sebagai jalannya awan. Perbedaan tafsiran itu tidak mengenai artinya, hanya di sekitar waktu terjadinya, dan oleh karena termasuk kejadian dalam alam gaib, maka yang lebih baik, perhatian manusia dititik beratkan kepada perbaikan amalnya, dan oleh karena itu pada akhir ayat itu dinyatakan: sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Naml 88
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ (88)
(Dan kamu lihat gunung-gunung itu) yakni kamu saksikan gunung-gunung itu sewaktu terjadinya tiupan malaikat Israfil (kamu sangka dia) (tetap) diam di tempatnya karena besarnya (padahal ia berjalan sebagai jalannya awan) bagaikan hujan yang tertiup angin, maksudnya gunung-gunung itu tampak seolah-olah tetap, padahal berjalan lambat saking besarnya, kemudian jatuh ke bumi lalu hancur lebur kemudian menjadi abu bagaikan bulu-bulu yang beterbangan. (Begitulah perbuatan Allah) lafal Shun'a merupakan Mashdar yang mengukuhkan jumlah sebelumnya yang kemudian di-mudhaf-kan kepada Fa'il-nya Sesudah 'Amil-nya dibuang, bentuk asalnya ialah Shana'allahu Dzalika Shun'an. Selanjutnya hanya disebutkan lafal Shun'a yang kemudian dimudhaf-kan kepada Fa'il-nya yaitu lafal Allah, sehingga jadilah Shun'allahi; artinya begitulah perbuatan Allah (yang membuat dengan kokoh) rapih dan kokoh (tiap-tiap sesuatu) yang dibuat-Nya (sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan) lafal Taf'aluna dapat dibaca Yaf'aluna, yakni perbuatan maksiat yang dilakukan oleh musuh-musuh-Nya dan perbuatan taat yang dilakukan oleh kekasih-kekasih-Nya.
Barangsiapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram daripada kejutan yang dahsyat pada hari itu.(QS. 27:89)
An Naml 89
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَهُمْ مِنْ فَزَعٍ يَوْمَئِذٍ آمِنُونَ (89)
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan membawa arnal kebaikan, ia akan memperoleh balasan yang lebih baik dari amalnya sendiri, dan diberi tempat kediaman yang nyaman dan kekal dalam surga Na'im, mereka aman tenteram dari kejutan yang dahsyat pada Hari Kiamat itu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Naml 89
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَهُمْ مِنْ فَزَعٍ يَوْمَئِذٍ آمِنُونَ (89)
(Barang siapa yang membawa kebaikan) yakni membawa pengamalan kalimah "La ilaha illallah" kelak di hari kiamat (maka ia memperoleh kebaikan) pahala (daripadanya) disebabkan,lafal Khairun di sini bukan mengandung arti Tafdhil, karena tiada suatu pekerjaan pun yang lebih baik daripadanya. Di dalam ayat lain disebutkan bahwa pahala itu ialah sepuluh kali lipat daripadanya (sedangkan mereka) orang-orang yang datang membawanya (daripada kejutan yang dahsyat pada hari itu) dapat dibaca Faza'i Yaumaidzin dan Faza'in Yaumaidzin (merasa aman tenteram) .
Dan barangsiapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka. Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan.(QS. 27:90)
An Naml 90
وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (90)
Dan barangsiapa yang mempersekutukan Allah dan membawa kejahatan, maka disungkurkan muka mereka ke dalam neraka seraya berkata kepada mereka: "Tiadalah kamu dibalasi, melainkan setimpal dengan kemusyrikan dan kejahatan yang dahulu kamu kerjakan di dunia, yang jadi sebab datangnya kemurkaan Allah".
Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.(QS. 27:91)
An Naml 91
إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ (91)
Pada ayat ini Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad saw supaya mengatakan kepada orang-orang musyrik Quraisy, bahwa beliau hanya disuruh Allah menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) yang telah dijadikan tanah Haram (Tanah Suci), diharamkan padanya pertumpahan darah atau berbuat kelaliman terhadap siapapun. Disebutnya negeri Mekah di sini secara khusus, karena di dalamnya ada Kakbah, yaitu rumah yang pertama kali dibangun untuk peribadatan manusia kepada Allah, sesuai dengan firman Nya:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ (96)
Artinya:
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (Q.S. Ali Imran: 96)
Yang wajib disembah hanya Allah saja, bukan berhala-berhala yang oleh mereka ditempatkan di sana, sesuai dengan firman Allah:
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (4)
Artinya:
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Kakbah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (Q.S. Quraisy: 3-4)
Ini merupakan cercaan yang keras kepada orang-orang kafir Quraisy yang tidak menyembah Tuhan yang mempunyai Baitullah itu, bahkan menyembah berhala-berhala yang oleh mereka ditempatkan di sekitarnya. Dan kepunyaan Allah lah segala sesuatu, baik yang di langit maupun di bumi, dari segi ciptaan, milik dan pengurusannya, tidak ada sekutu bagi Dia, karena itu hanya Dialah satu-satunya yang berhak disembah dan kepada Nya Nabi saw diperintahkan supaya menyerah diri beribadat dengan penuh keikhklasan dan ketauhidan, sesuai dengan firman Nya:
قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (161)
Artinya:
Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S. Al An'am: 161)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Naml 91
إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ (91)
("Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Rabb negeri ini) yakni Mekah (yang telah menjadihannya kota suci) suci dan aman, tidak boleh dialirkan darah manusia di dalamnya, dan tidak boleh seseorang pun dianiaya, serta binatang buruannya tidak boleh diburu dan pepohonannya tidak boleh ditebang. Yang demikian itu merupakan nikmat-nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kabilah Quraisy sebagai penduduknya, sehingga Allah tidak menurunkan azab atas negeri mereka dan selamat Pula dari fitnah-fitnah yang melanda kawasan negeri Arab lainnya (dan kepunyaan-Nya-lah) yakni kepunyaan Allah swt. (segala sesuatu) Dia adalah Rabb, pencipta dan pemilik semuanya (dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri) kepada Allah yaitu dengan mentauhidkan-Nya.
Dan supaya aku membacakan Al quran (kepada manusia). Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barangsiapa yang sesat maka katakanlah: `Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan`.(QS. 27:92)
An Naml 92
وَأَنْ أَتْلُوَ الْقُرْآنَ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَقُلْ إِنَّمَا أَنَا مِنَ الْمُنْذِرِينَ (92)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Nabi Muhammad saw diperintahkan supaya membacakan Alquran kepada manusia pada malam hari, pagi dan petang, agar dapat terbuka rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya dan dapat diserap dalil-dalil kekuasaan Allah yang dapat dilihat pada alam semesta, yang beraneka warna itu, sehingga beliau dapat menyelami hakikat hidup yang sebenarnya dan menerima limpahan karunia Allah kepadanya.
Telah diriwayatkan bahwa Rasulullah saw pada suatu malam salat tahajud dan membaca ayat 118:
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ
Artinya:
Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau. (Q.S. Al Maidah: 118)
Beliau mengulang bacaan ayat itu beberapa puluh kali sampai terbit fajar. Ketika membacanya tampaklah bagi beliau beberapa rahasia yang terkandung di dalamnya, sehingga beliau merasa terangkat ke tempat persemayamannya yang sangat tinggi. Demikianlah faedah membaca ayat Alquran serta membaca isinya, sesuai dengan firman Nya:
ذَلِكَ نَتْلُوهُ عَلَيْكَ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ (58)
Artinya:
Demikianlah (kisah `Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagai bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Alquran yang penuh hikmah. (Q.S. Ali Imran: 58)
Dan seperti firman yang lain:
كَذَلِكَ أَرْسَلْنَاكَ فِي أُمَّةٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهَا أُمَمٌ لِتَتْلُوَ عَلَيْهِمُ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ
Artinya:
Demikianlah Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumya, supya kamu membacakan kepada mereka (Alquran) yang Kami wahyukan kepadamu. (Q.S. Ar Ra'd: 30)
Maka barangsiapa yang mengikuti Nabi Muhammad saw dan menerima petunjuknya, maka sungguh ia telah menempuh jalan yang lurus yang menuju kebahagiaan dunia dan akhirat dan ternyata petunjuk itu adalah untuk kebaikan dirinya sendiri. Akan tetapi barangsiapa yang sesat, dan menyeleweng dari jalan yang lurus yang telah dirintis oleh Nabi saw itu, maka kemudaratannya akan dirasakan oleh mereka sendiri pula dan Nabi saw sendiri tidak akan menderita kerugian apa-apa sebab tugas beliau hanya sekadar memberi peringatan sesuai dengan firman Allah:
فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ
Artinya:
Sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami lah yang menghisab amalan mereka. (Q.S. Ar Ra'd: 40)
Dan firman Allah:
فَلَعَلَّكَ تَارِكٌ بَعْضَ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَضَائِقٌ بِهِ صَدْرُكَ أَنْ يَقُولُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ جَاءَ مَعَهُ مَلَكٌ إِنَّمَا أَنْتَ نَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ (12)
Artinya:
Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan, dan Allah Pemelihara segala sesuatu. (Q.S. Hud: 12)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Naml 92
وَأَنْ أَتْلُوَ الْقُرْآنَ فَمَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَقُلْ إِنَّمَا أَنَا مِنَ الْمُنْذِرِينَ (92)
(Dan supaya aku membacakan Alquran) kepada kalian dengan bacaan yang mengajak kalian untuk beriman (Maka barang siapa yang mendapat petunjuk) dari Alquran (maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk kebaikan dirinya) karena dia sendirilah yang mendapat kan pahalanya (dan barang siapa yang sesat) dari jalan iman, dan sesat dari jalan petunjuk (maka katakanlah) kepadanya, ('Sesungguhnya aku ini tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan.'") yang menakut-nakuti kalian, maka tidak ada hak bagiku melainkan hanya menyampaikan saja. Ayat ini diturunkan sebelum ada perintah dari Allah untuk berperang.
Dan katakanlah: `Segala puji bagi Allah, dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan`.(QS. 27:93)
An Naml 93
وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ سَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ فَتَعْرِفُونَهَا وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (93)
Pada ayat ini Allah SWT memerintahkan Nabi Nya supaya menyampaikan khabar kegembiraan kepada kaum Muslimin yang mengikuti petunjuknya dan memberi peringatan dengan azab Allah kepada mereka yang mengingkari kerasulannya dengan ucapan-ucapan yang maksudnya: "Katakanlah olehmu Muhammad, segala puji bagi Allah, atas segala limpahan rahmat dan karunia Nya, yang di antaranya ialah nikmat kenabian dan kerasulan, yang menyebabkan datangnya pula nikmat-nikmat yang lain, baik kenikmatan di dunia maupun kenikmatan kelak di akhirat. Allah telah memberi taufik kepadaku untuk memikul segala beban dalam melaksanakan seruan agama, yang walaupun berat dan payah namun aku merasakan enak dan ringan saja, karena semua itu aku lakukan dalam rangka ketaatan dan kepatuhan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih. Yang telah menyediakan keridaan dan pahala yang besar bagi hamba-hamba-Nya yang tulus dan ikhlas. Allah telah memberikan kepadaku berbagai-bagai mukjizat, yang menunjukkan kebenaran risalahku dan aku diberi taufik untuk mengikuti jalan agama Nya yang lurus. Aku ingin sekali supaya kamu membuka hatimu untuk dapat melihat bukti-bukti kebenaran itu, hanya sayang sekali, setan dan hawa nafsumu telah demikian rupa mengelabui mata penglihatanmu sehingga tidak dapat melihat kenyataan yang sebenarnya. Jika kamu masih tetap juga membangkang dan berkepala batu, maka ingatlah bahwa semua manusia akan mati, bila ajal telah tiba dan kamu sekalian pada Hari Kiamat akan dibangkitkan dari kuburan masing-masing dan di hadapan ke hadirat Allah SWT, yang akan memeriksa semua perbuatanmu yang sekarang kamu lakukan di dunia dan di sanalah nanti Allah akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran Nya. Di sanalah nanti Allah SWT akan memperlihatkan kepadamu azab Nya sangat pedih, maka kamu akan mengetahuinya. Dan di sanalah nanti akan mengemukakan penyesalan yang tiada terhingga atas kekafiranmu terhadap risalahku. Penyesalan yang tiada arti dan manfaat lagi karena kamu telah menyia-nyiakan kesempatan dan umurmu yang telah lewat itu, sedang Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Naml 93
وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ سَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ فَتَعْرِفُونَهَا وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (93)
(Dan katakanlah!, "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kalian akan mengetahuinya) Allah memperlihatkannya kepada mereka dalam perang Badar, yaitu dengan dibunuhnya mereka dan sebagian lagi ada yang tertawan, serta para Malaikat memukuli muka dan belakang mereka, dan Allah menyegerakan mereka untuk masuk ke dalam neraka. (Dan Rabbmu tiada lalai dari apa yang kalian kerjakan.") lafal Taa'maluna dapat dibaca Ya'maluna. Dan sesungguhnya Allah menangguhkan mereka hanya sampai pada saatnya saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar