Kembali ke Daftar Surah Kembali ke Surah Al-Hijr
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?SuratKe=15&start=81#Top
81. dan Kami telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami, tetapi mereka selalu berpaling daripadanya,(QS. 15:81)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hijr 80 - 81
وَلَقَدْ كَذَّبَ أَصْحَابُ الْحِجْرِ الْمُرْسَلِينَ (80) وَآتَيْنَاهُمْ آيَاتِنَا فَكَانُوا عَنْهَا مُعْرِضِينَ (81)
Ayat ini menerangkan bahwa penduduk kota Al Hijr telah mendustakan Rasul-rasul. Dalam ayat ini disebutkan Rasul-rasul padahal mereka hanya mendustakan seorang Rasul, yaitu Nabi Saleh as. Karena mendustakan seorang Rasul hukumnya sama dengan mendustakan seluruh Rasul-rasul Allah. Seluruh Rasul yang diutus Allah membawa agama tauhid dan asas-asas agama yang sama. Walaupun mendustakan seorang Rasul, tetapi mereka telah mendustakan ketauhidan dan azas-azas agama yang dibawa Rasul itu, yang berarti mereka telah mendustakan seluruh Rasul-rasul itu.
Kota Al Hijr adalah tempat tinggal kaum Samud yang terletak
antara Mekah dan Syam, di dekat Wadil Qura. Kepada mereka diutus Nabi
Saleh menunjukkan mukjizat sebagai bukti kerasulannya. Saleh menyatakan
mukjizatnya berupa unta betina yang mereka kenal sebagai bukti
kerasulannya. Unta itu tidak boleh diganggu dan disakiti. Air minumnya
ditentukan banyaknya secara bergantian, yaitu sehari untuk minum unta
dan sehari untuk yang lain untuk meminum mereka semuanya, demikianlah
seterusnya. Tetapi mereka tidak mau mengikuti ketentuan Saleh itu,
bahkan mereka menyembelih unta itu.وَلَقَدْ كَذَّبَ أَصْحَابُ الْحِجْرِ الْمُرْسَلِينَ (80) وَآتَيْنَاهُمْ آيَاتِنَا فَكَانُوا عَنْهَا مُعْرِضِينَ (81)
Ayat ini menerangkan bahwa penduduk kota Al Hijr telah mendustakan Rasul-rasul. Dalam ayat ini disebutkan Rasul-rasul padahal mereka hanya mendustakan seorang Rasul, yaitu Nabi Saleh as. Karena mendustakan seorang Rasul hukumnya sama dengan mendustakan seluruh Rasul-rasul Allah. Seluruh Rasul yang diutus Allah membawa agama tauhid dan asas-asas agama yang sama. Walaupun mendustakan seorang Rasul, tetapi mereka telah mendustakan ketauhidan dan azas-azas agama yang dibawa Rasul itu, yang berarti mereka telah mendustakan seluruh Rasul-rasul itu.
82. dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman.(QS. 15:82)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hijr 82 - 84
وَكَانُوا يَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا آمِنِينَ (82) فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُصْبِحِينَ (83) فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (84)
Kaum Samud adalah kaum yang kuat dan perkasa tubuhnya, mereka memahat gunung-gunung batu untuk dijadikan rumah-rumah mereka. Karena rumah-rumah mereka dipahat di gunung-gunung batu itu, maka disebutlah kota mereka "kota Al Hijr" yang berarti kota pegunungan batu". Karena kemungkaran mereka, Allah menimpakan kepada mereka azab berupa suara keras yang mengguntur yang menghancurkan mereka semuanya. Azab itu datangnya pada pagi hari keempat dari hari yang ditetapkan Saleh bagi mereka untuk berpikir. Tetapi mereka tidak mengindahkannya, sehingga mereka berkubur di dalam rumah-rumah mereka yang berupa gua-gua yang dipahat pada gunung-gunung batu itu. Keadaan mereka ini diterangkan Allah dalam firman Nya yang lain:
وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ (67) كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا
Artinya:
Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu".
(Q.S Hud: 67-68)
Kaum Samud itu tidak dapat mengelakkan azab Allah sedikitpun, tidak ada faedah keperkasaan tubuh mereka, kemampuan mereka memahat gunung untuk dijadikan rumah yang seakan-akan merupakan benteng yang kokoh, demikian pula harta dan jumlah mereka yang hanyak, semuanya itu hancur lebur bersama mereka, seakan-akan negeri itu tidak pernah didiami manusia.
Tentang kedahsyatan azab yang dialami kaum Samud ini, tergambar dalam hadis Nabi saw:
عن إبن عمر أن النبى مر بالحجر وهو ذاهب إلى تبوك فقنع رأسه وأسرع براحلته وقال لأصحابه: لا تدخلوا بيوت القوم المعذبين إلا أن تكون باكين فإن لم تبكوا فتباكوا خشية أن يصيبكم ما أصابهم
Artinya:
Dari Ibnu Umar ra bahwasanya Nabi saw telah lewat di kota Hijr dalam perjalanan beliau menuju perang Tabuk, lalu beliau menundukkan kepalanya dan mempercepat perjalanannya dan berkata kepada para sahabatnya: "Janganlah kamu memasuki rumah-rumah kaum yang diazab (kaum Samud), kecuali kamu akan menangis. Jika kamu tidak menangis, maka hendaklah seakan-akan menangis karena takut, kamu akan ditimpa azab nanti sebagaimana mereka telah ditimpa azab dahulu".
(H.r Bukhari)
وَكَانُوا يَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا آمِنِينَ (82) فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُصْبِحِينَ (83) فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (84)
Kaum Samud adalah kaum yang kuat dan perkasa tubuhnya, mereka memahat gunung-gunung batu untuk dijadikan rumah-rumah mereka. Karena rumah-rumah mereka dipahat di gunung-gunung batu itu, maka disebutlah kota mereka "kota Al Hijr" yang berarti kota pegunungan batu". Karena kemungkaran mereka, Allah menimpakan kepada mereka azab berupa suara keras yang mengguntur yang menghancurkan mereka semuanya. Azab itu datangnya pada pagi hari keempat dari hari yang ditetapkan Saleh bagi mereka untuk berpikir. Tetapi mereka tidak mengindahkannya, sehingga mereka berkubur di dalam rumah-rumah mereka yang berupa gua-gua yang dipahat pada gunung-gunung batu itu. Keadaan mereka ini diterangkan Allah dalam firman Nya yang lain:
وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ (67) كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا
Artinya:
Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu".
(Q.S Hud: 67-68)
Kaum Samud itu tidak dapat mengelakkan azab Allah sedikitpun, tidak ada faedah keperkasaan tubuh mereka, kemampuan mereka memahat gunung untuk dijadikan rumah yang seakan-akan merupakan benteng yang kokoh, demikian pula harta dan jumlah mereka yang hanyak, semuanya itu hancur lebur bersama mereka, seakan-akan negeri itu tidak pernah didiami manusia.
Tentang kedahsyatan azab yang dialami kaum Samud ini, tergambar dalam hadis Nabi saw:
عن إبن عمر أن النبى مر بالحجر وهو ذاهب إلى تبوك فقنع رأسه وأسرع براحلته وقال لأصحابه: لا تدخلوا بيوت القوم المعذبين إلا أن تكون باكين فإن لم تبكوا فتباكوا خشية أن يصيبكم ما أصابهم
Artinya:
Dari Ibnu Umar ra bahwasanya Nabi saw telah lewat di kota Hijr dalam perjalanan beliau menuju perang Tabuk, lalu beliau menundukkan kepalanya dan mempercepat perjalanannya dan berkata kepada para sahabatnya: "Janganlah kamu memasuki rumah-rumah kaum yang diazab (kaum Samud), kecuali kamu akan menangis. Jika kamu tidak menangis, maka hendaklah seakan-akan menangis karena takut, kamu akan ditimpa azab nanti sebagaimana mereka telah ditimpa azab dahulu".
(H.r Bukhari)
83. Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur di waktu pagi,(QS. 15:83)
84. maka tak dapat menolong mereka apa yang telah mereka usahakan.(QS. 15:84)
85. Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya
saat (kiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan
cara yang baik.(QS. 15:85)
Surah Al Hijr 85
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَإِنَّ السَّاعَةَ لَآتِيَةٌ فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيلَ (85)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Ia menciptakan segala yang di langit dan segala yang ada di bumi ini, bukanlah untuk berbuat aniaya dan zalim kepada seluruh penduduk atau makhluk, seperti yang dilakukan terhadap umat dahulu yang durhaka. Tetapi Allah melakukan semuanya itu ada maksud dan tujuannya, sesuai dengan pengetahuan dan kasih sayang Allah kepada makhluk Nya. Demikian pula kisah-kisah umat yang dahulu itu disampaikan agar dijadikan iktibar, tamsil dan ibarat bagi orang-orang yang mau percaya kepada kekuasaan dan kebesaran Allah.
Kemudian Allah SWT menegaskan bahwa hari kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan sedikitpun. Karena waktu itulah Allah menyempurnakan balasannya kepada manusia sesuai dengan perbuatan yang telah mereka lakukan. Perbuatan baik dibalas dengan surga, sedang perbuatan buruk dibalas dengan azab neraka. Sekalipun sebagian manusia telah menerima azab atau menerima sebagian azab perbuatan jahat atau karena perbuatan baiknya, tetapi hal itu belum sebanding dengan perbuatannya itu. Dalam pada itu ada manusia yang belum menikmati hasil perbuatan baiknya dan ada pula manusia yang belum pernah mengalami sengsara karena perbuatan jahatnya.
Dan Allah memperingatkan bahwa jika manusia tidak mau beriman kepada Allah dan kepadamu hai Muhammad, tidak mau mengambil pelajaran dan pengalaman yang telah dialami umat-umat yang dahulu itu, maka berpalinglah kamu dari mereka, dan perlihatkanlah kepada mereka sikap yang baik, budi pekerti yang tinggi, serta maafkanlah tindak tanduk mereka yang tidak wajar terhadapmu itu.
Ayat ini menerangkan sikap-sikap yang harus dipunyai oleh seorang dai khususnya dan seluruh kaum Muslimin pada umumnya dalam menyampaikan agama Allah dan dalam menghadapi orang-orang yang durhaka, karena kaum Muslimin hanyalah berkewajiban menyampaikan agama Allah, mereka tidak diharuskan untuk menjadikan orang-orang beriman, yang menjadikan iman dan kafirnya seseorang hanyalah Allah.
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَإِنَّ السَّاعَةَ لَآتِيَةٌ فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيلَ (85)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Ia menciptakan segala yang di langit dan segala yang ada di bumi ini, bukanlah untuk berbuat aniaya dan zalim kepada seluruh penduduk atau makhluk, seperti yang dilakukan terhadap umat dahulu yang durhaka. Tetapi Allah melakukan semuanya itu ada maksud dan tujuannya, sesuai dengan pengetahuan dan kasih sayang Allah kepada makhluk Nya. Demikian pula kisah-kisah umat yang dahulu itu disampaikan agar dijadikan iktibar, tamsil dan ibarat bagi orang-orang yang mau percaya kepada kekuasaan dan kebesaran Allah.
Kemudian Allah SWT menegaskan bahwa hari kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan sedikitpun. Karena waktu itulah Allah menyempurnakan balasannya kepada manusia sesuai dengan perbuatan yang telah mereka lakukan. Perbuatan baik dibalas dengan surga, sedang perbuatan buruk dibalas dengan azab neraka. Sekalipun sebagian manusia telah menerima azab atau menerima sebagian azab perbuatan jahat atau karena perbuatan baiknya, tetapi hal itu belum sebanding dengan perbuatannya itu. Dalam pada itu ada manusia yang belum menikmati hasil perbuatan baiknya dan ada pula manusia yang belum pernah mengalami sengsara karena perbuatan jahatnya.
Dan Allah memperingatkan bahwa jika manusia tidak mau beriman kepada Allah dan kepadamu hai Muhammad, tidak mau mengambil pelajaran dan pengalaman yang telah dialami umat-umat yang dahulu itu, maka berpalinglah kamu dari mereka, dan perlihatkanlah kepada mereka sikap yang baik, budi pekerti yang tinggi, serta maafkanlah tindak tanduk mereka yang tidak wajar terhadapmu itu.
Ayat ini menerangkan sikap-sikap yang harus dipunyai oleh seorang dai khususnya dan seluruh kaum Muslimin pada umumnya dalam menyampaikan agama Allah dan dalam menghadapi orang-orang yang durhaka, karena kaum Muslimin hanyalah berkewajiban menyampaikan agama Allah, mereka tidak diharuskan untuk menjadikan orang-orang beriman, yang menjadikan iman dan kafirnya seseorang hanyalah Allah.
86. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.(QS. 15:86)
Surah Al Hijr 86
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ (86)
Selanjutnya Allah menegaskan bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta dan Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang nampak atau yang tidak nampak, yang nyata dan yang disembunyikan dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ (86)
Selanjutnya Allah menegaskan bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta dan Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang nampak atau yang tidak nampak, yang nyata dan yang disembunyikan dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.
87. Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al quran yang agung.(QS. 15:87)
Surah Al Hijr 87
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ (87)
Ayat ini menerangkan bahwa Dia telah menurunkan kepada Nabi Muhammad "as sab'ul masani" (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Alquran yang agung" tidak diterangkan dalam ayat ini yang dimaksud dengan "as sab'ul masani" dan "Alquran yang Agung itu".
Hadis menerangkan bahwa yang dimaksud dengan "as sab'ul masani" dan Alquran yang agung itu ialah surah Al Fatihah. Hadis itu ialah:
عن أبي سعيد المعلى قال: مر بي النبي صلى الله عليه وسلم وأنا أصلي فدعاني فلم آته حتى صليت فأتيته فقال: ما منعك أن تأتيني فقلت كنت أصلي فقال: ألم يقل الله: يأيها اللذين آمنوا استجيبوا لله وللرسول ثم قال: ألا أعلمك أعظم سورة فى القرآن قبل أن أخرج من المسجد فذهب النبي صلى الله عليه وسلم ليخرج فذكرته فقال: ألحمد لله رب العالمين هى سبع المثاني والقرآن العظيم الذي أوتيته
Artinya:
Dari Abi Said Al Mu'alla ia berkata: "Telah lewat di hadapanku Nabi saw sedang saya dalam salat, maka dia memanggilku dan aku tidak mendatanginya hingga aku selesai salat. Kemudian aku datang kepadanya, kemudian Nabi berkata: "Kenapa engkau tidak datang kepadaku". Aku menjawab: "Aku sedang salat". Beliau berkata: "Bukanlah Allah telah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman perkenankanlah seruan Allah dan Rasul", kemudian beliau berkata: Ketahuilah aku akan mengajarkan kepadamu surah yang paling agung di dalam Alquran, sebelum aku keluar dari mesjid ini. Maka Nabi saw pergi untuk keluar lalu beliau kuingatkan, maka katanya: `Alhamdulillahi rabil 'alamin, adalah "as sab'ul masani" dan "Alquran yang agung" yang telah aku berikan".
(H.R Bukhari).
Pada hadis yang Rasulullah saw bersabda:
أم القرآن هى السبع المثاني والقرآن العظيم
Artinya:
"Ummul Quran itu ialah "as sab'ul masani" dan Alquran yang Agung".
Banyak Hadis sahih yang lain menerangkan bahwa "as sab'ul masani" dan Alquran yang Agung adalah nama-nama yang lain dari surah Al Fatihah.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "as sab'ul masani" dalam ayat di atas ialah "as sab'ut tiwal" (tujuh surah Alquran yang terpanjang ayat-ayatnya), yaitu surah-surah Al Baqarah, Al Imran, Al Maidah. An Nisa', Al A'raf, Al An'am, At Taubah atau Al Anfal. Surah-surah yang tujuh itu disebut "as sab'ul masani", karena dalam surah yang tujuh diulang-ulang menyebut kisah-kisah, hukum-hukum, ketauhidan, dan lain-lain. Tetapi pendapat ini bertentangan dengan hadis-hadis sahih di atas. Dalam pada itu sebagian dari surah "as sab'ut tiwal" diturunkan di Madinah, sedang ayat yang menerangkan tentang "as sab'ul masani" ini adalah Makiyah.
Disebut "as sab'ul masani" (tujuh berulang-ulang) karena surah Al Fatihah itu terdiri atas tujuh ayat yang diulang-ulang membacanya pada tiap-tiap rakaat dalam salat. Seorang muslim sekurang-kurangnya salat tujuh belas rakaat dalam sehari semalam. Karena itu mereka sekurang-kurangnya membaca Al Fatihah tujuh belas kali dalam sehari semalam. Disebut Alquran yang Agung karena isi surah Al Fatihah itu merupakan pokok-pokok isi dari seluruh Alquran. dan sesuai pula dengan maksud hadis di atas.
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ (87)
Ayat ini menerangkan bahwa Dia telah menurunkan kepada Nabi Muhammad "as sab'ul masani" (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Alquran yang agung" tidak diterangkan dalam ayat ini yang dimaksud dengan "as sab'ul masani" dan "Alquran yang Agung itu".
Hadis menerangkan bahwa yang dimaksud dengan "as sab'ul masani" dan Alquran yang agung itu ialah surah Al Fatihah. Hadis itu ialah:
عن أبي سعيد المعلى قال: مر بي النبي صلى الله عليه وسلم وأنا أصلي فدعاني فلم آته حتى صليت فأتيته فقال: ما منعك أن تأتيني فقلت كنت أصلي فقال: ألم يقل الله: يأيها اللذين آمنوا استجيبوا لله وللرسول ثم قال: ألا أعلمك أعظم سورة فى القرآن قبل أن أخرج من المسجد فذهب النبي صلى الله عليه وسلم ليخرج فذكرته فقال: ألحمد لله رب العالمين هى سبع المثاني والقرآن العظيم الذي أوتيته
Artinya:
Dari Abi Said Al Mu'alla ia berkata: "Telah lewat di hadapanku Nabi saw sedang saya dalam salat, maka dia memanggilku dan aku tidak mendatanginya hingga aku selesai salat. Kemudian aku datang kepadanya, kemudian Nabi berkata: "Kenapa engkau tidak datang kepadaku". Aku menjawab: "Aku sedang salat". Beliau berkata: "Bukanlah Allah telah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman perkenankanlah seruan Allah dan Rasul", kemudian beliau berkata: Ketahuilah aku akan mengajarkan kepadamu surah yang paling agung di dalam Alquran, sebelum aku keluar dari mesjid ini. Maka Nabi saw pergi untuk keluar lalu beliau kuingatkan, maka katanya: `Alhamdulillahi rabil 'alamin, adalah "as sab'ul masani" dan "Alquran yang agung" yang telah aku berikan".
(H.R Bukhari).
Pada hadis yang Rasulullah saw bersabda:
أم القرآن هى السبع المثاني والقرآن العظيم
Artinya:
"Ummul Quran itu ialah "as sab'ul masani" dan Alquran yang Agung".
Banyak Hadis sahih yang lain menerangkan bahwa "as sab'ul masani" dan Alquran yang Agung adalah nama-nama yang lain dari surah Al Fatihah.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "as sab'ul masani" dalam ayat di atas ialah "as sab'ut tiwal" (tujuh surah Alquran yang terpanjang ayat-ayatnya), yaitu surah-surah Al Baqarah, Al Imran, Al Maidah. An Nisa', Al A'raf, Al An'am, At Taubah atau Al Anfal. Surah-surah yang tujuh itu disebut "as sab'ul masani", karena dalam surah yang tujuh diulang-ulang menyebut kisah-kisah, hukum-hukum, ketauhidan, dan lain-lain. Tetapi pendapat ini bertentangan dengan hadis-hadis sahih di atas. Dalam pada itu sebagian dari surah "as sab'ut tiwal" diturunkan di Madinah, sedang ayat yang menerangkan tentang "as sab'ul masani" ini adalah Makiyah.
Disebut "as sab'ul masani" (tujuh berulang-ulang) karena surah Al Fatihah itu terdiri atas tujuh ayat yang diulang-ulang membacanya pada tiap-tiap rakaat dalam salat. Seorang muslim sekurang-kurangnya salat tujuh belas rakaat dalam sehari semalam. Karena itu mereka sekurang-kurangnya membaca Al Fatihah tujuh belas kali dalam sehari semalam. Disebut Alquran yang Agung karena isi surah Al Fatihah itu merupakan pokok-pokok isi dari seluruh Alquran. dan sesuai pula dengan maksud hadis di atas.
88. Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu
kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan
di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih
hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang
beriman.(QS. 15:88)
Surah Al Hijr 88 - 89
لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ (88) وَقُلْ إِنِّي أَنَا النَّذِيرُ الْمُبِينُ (89)
Pada ayat di atas diterangkan bahwa Allah SWT telah menganugerahkan sesuatu yang besar nilainya kepada orang-orang yang beriman, yaitu surah Al Fatihah. Pemberian itu adalah pemberian yang berupa petunjuk ke jalan yang benar dan tidak dapat dinilai dengan harta bagaimanapun banyaknya. Karena itu Allah SWT memperingatkan orang-orang yang beriman agar jangan merasa bimbang dan bersedih hati atas kesenangan duniawi yang telah diberikan Allah kepada orang-orang kafir. Tidak pantas seseorang memalingkan perhatiannya dari sesuatu yang mulia dan tinggi nilainya kepada sesuatu yang kurang bernilai, apalagi jika kesenangan dunia itu diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan Allah. Semuanya itu adalah kesenangan sementara, kemudian mereka akan dimasukkan ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Ayat ini senada dengan firman Allah SWT:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى (131)
Artinya:
"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal".
(Q.S Taha: 131)
Allah SWT melarang Nabi Muhammad saw bersedih hati terhadap setiap orang kafir yang tidak mengindahkan seruannya. Larangan Allah ini adalah karena Nabi saw sangat mengharapkan agar seluruh manusia beriman dan mengharapkan agar orang-orang kafir itu tidak ditimpa siksa Allah di akhirat nanti karena keluasan rahmat Nya. Larangan Allah juga mengingatkan Nabi saw, bahwa tugasnya hanya menyampaikan Agama Allah, bukan untuk menjadikan manusia beriman. Kemudian Allah memutuskan agar Nabi saw berlaku lemah lembut. Katakanlah kepada orang-orang kafir bahwa mereka akan ditimpa azab Allah, jika mereka terus-menerus dalam kekafiran dan kesesatan. Sebagaimana yang telah ditimpakan-Nya kepada umat-umat dahulu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hijr 88
لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ (88)
(Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandangan matamu kepada berbagai macam kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan) maksudnya terhadap berbagai macam kemewahan hidup (di antara mereka, dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka) jika mereka tidak beriman (dan berendah dirilah kamu) bersikap lembutlah kamu (terhadap orang-orang yang beriman.)
لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ (88) وَقُلْ إِنِّي أَنَا النَّذِيرُ الْمُبِينُ (89)
Pada ayat di atas diterangkan bahwa Allah SWT telah menganugerahkan sesuatu yang besar nilainya kepada orang-orang yang beriman, yaitu surah Al Fatihah. Pemberian itu adalah pemberian yang berupa petunjuk ke jalan yang benar dan tidak dapat dinilai dengan harta bagaimanapun banyaknya. Karena itu Allah SWT memperingatkan orang-orang yang beriman agar jangan merasa bimbang dan bersedih hati atas kesenangan duniawi yang telah diberikan Allah kepada orang-orang kafir. Tidak pantas seseorang memalingkan perhatiannya dari sesuatu yang mulia dan tinggi nilainya kepada sesuatu yang kurang bernilai, apalagi jika kesenangan dunia itu diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan Allah. Semuanya itu adalah kesenangan sementara, kemudian mereka akan dimasukkan ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Ayat ini senada dengan firman Allah SWT:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى (131)
Artinya:
"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal".
(Q.S Taha: 131)
Allah SWT melarang Nabi Muhammad saw bersedih hati terhadap setiap orang kafir yang tidak mengindahkan seruannya. Larangan Allah ini adalah karena Nabi saw sangat mengharapkan agar seluruh manusia beriman dan mengharapkan agar orang-orang kafir itu tidak ditimpa siksa Allah di akhirat nanti karena keluasan rahmat Nya. Larangan Allah juga mengingatkan Nabi saw, bahwa tugasnya hanya menyampaikan Agama Allah, bukan untuk menjadikan manusia beriman. Kemudian Allah memutuskan agar Nabi saw berlaku lemah lembut. Katakanlah kepada orang-orang kafir bahwa mereka akan ditimpa azab Allah, jika mereka terus-menerus dalam kekafiran dan kesesatan. Sebagaimana yang telah ditimpakan-Nya kepada umat-umat dahulu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hijr 88
لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ (88)
(Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandangan matamu kepada berbagai macam kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan) maksudnya terhadap berbagai macam kemewahan hidup (di antara mereka, dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka) jika mereka tidak beriman (dan berendah dirilah kamu) bersikap lembutlah kamu (terhadap orang-orang yang beriman.)
89. Dan katakanlah:` Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan `.(QS. 15:89)
Surah Al Hijr 88 - 89
لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ (88) وَقُلْ إِنِّي أَنَا النَّذِيرُ الْمُبِينُ (89)
Pada ayat di atas diterangkan bahwa Allah SWT telah menganugerahkan sesuatu yang besar nilainya kepada orang-orang yang beriman, yaitu surah Al Fatihah. Pemberian itu adalah pemberian yang berupa petunjuk ke jalan yang benar dan tidak dapat dinilai dengan harta bagaimanapun banyaknya. Karena itu Allah SWT memperingatkan orang-orang yang beriman agar jangan merasa bimbang dan bersedih hati atas kesenangan duniawi yang telah diberikan Allah kepada orang-orang kafir. Tidak pantas seseorang memalingkan perhatiannya dari sesuatu yang mulia dan tinggi nilainya kepada sesuatu yang kurang bernilai, apalagi jika kesenangan dunia itu diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan Allah. Semuanya itu adalah kesenangan sementara, kemudian mereka akan dimasukkan ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Ayat ini senada dengan firman Allah SWT:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى (131)
Artinya:
"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal".
(Q.S Taha: 131)
Allah SWT melarang Nabi Muhammad saw bersedih hati terhadap setiap orang kafir yang tidak mengindahkan seruannya. Larangan Allah ini adalah karena Nabi saw sangat mengharapkan agar seluruh manusia beriman dan mengharapkan agar orang-orang kafir itu tidak ditimpa siksa Allah di akhirat nanti karena keluasan rahmat Nya. Larangan Allah juga mengingatkan Nabi saw, bahwa tugasnya hanya menyampaikan Agama Allah, bukan untuk menjadikan manusia beriman. Kemudian Allah memutuskan agar Nabi saw berlaku lemah lembut. Katakanlah kepada orang-orang kafir bahwa mereka akan ditimpa azab Allah, jika mereka terus-menerus dalam kekafiran dan kesesatan. Sebagaimana yang telah ditimpakan-Nya kepada umat-umat dahulu.
لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ (88) وَقُلْ إِنِّي أَنَا النَّذِيرُ الْمُبِينُ (89)
Pada ayat di atas diterangkan bahwa Allah SWT telah menganugerahkan sesuatu yang besar nilainya kepada orang-orang yang beriman, yaitu surah Al Fatihah. Pemberian itu adalah pemberian yang berupa petunjuk ke jalan yang benar dan tidak dapat dinilai dengan harta bagaimanapun banyaknya. Karena itu Allah SWT memperingatkan orang-orang yang beriman agar jangan merasa bimbang dan bersedih hati atas kesenangan duniawi yang telah diberikan Allah kepada orang-orang kafir. Tidak pantas seseorang memalingkan perhatiannya dari sesuatu yang mulia dan tinggi nilainya kepada sesuatu yang kurang bernilai, apalagi jika kesenangan dunia itu diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan Allah. Semuanya itu adalah kesenangan sementara, kemudian mereka akan dimasukkan ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Ayat ini senada dengan firman Allah SWT:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى (131)
Artinya:
"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal".
(Q.S Taha: 131)
Allah SWT melarang Nabi Muhammad saw bersedih hati terhadap setiap orang kafir yang tidak mengindahkan seruannya. Larangan Allah ini adalah karena Nabi saw sangat mengharapkan agar seluruh manusia beriman dan mengharapkan agar orang-orang kafir itu tidak ditimpa siksa Allah di akhirat nanti karena keluasan rahmat Nya. Larangan Allah juga mengingatkan Nabi saw, bahwa tugasnya hanya menyampaikan Agama Allah, bukan untuk menjadikan manusia beriman. Kemudian Allah memutuskan agar Nabi saw berlaku lemah lembut. Katakanlah kepada orang-orang kafir bahwa mereka akan ditimpa azab Allah, jika mereka terus-menerus dalam kekafiran dan kesesatan. Sebagaimana yang telah ditimpakan-Nya kepada umat-umat dahulu.
90. Sebagaimana (Kami telah memberi peringatan), Kami telah menurunkan (azab) kepada orang-orang yang membagi-bagi (Kitab Allah),(QS. 15:90)
Surah Al Hijr 90 - 91
كَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى الْمُقْتَسِمِينَ (90) الَّذِينَ جَعَلُوا الْقُرْآنَ عِضِينَ (91)
Allah SWT menerangkan bahwa sebagaimana Dia telah menganugerahkan "as sab'ul masani" kepada umat Nabi Muhammad, demikian pula Dia telah menganugerahkan yang serupa itu kepada umat-umat dahulu dengan perantaraan Nabi-nabi yang telah diutus kepada mereka, seperti halnya sikap dan tindakan umat yang dahulu terhadap kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka, demikian pula orang-orang musyrik di Mekah telah menamakan Alquran dengan nama yang bermacam-macam, seperti yang mengatakan Syan, Sihir dongeng-dongeng orang purbakala, buatan Muhammad dan sebagainya.
Berbeda pendapat para mufassir tentang yang dimaksud dengan perkataan "al Muqtasimin" (orang membagi-bagi):
Pendapat Pertama:
Mengartikan "al Muqtasimin" dengan orang-orang yang telah bersumpah, mereka beralasan dengan firman Allah SWT:
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَا يَبْعَثُ اللَّهُ مَنْ يَمُوتُ بَلَى وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (38)
Artinya:
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh "Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati". (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitkannya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui."
(Q.S An Nahl: 38)
Dan firman Allah SWT:
أَهَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمْتُمْ لَا يَنَالُهُمُ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ
Artinya:
(Orang-orang di atas A'raf bertanya kepada penghuni neraka): "Itulah orang-orang yang kamu telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah?".
(Q.S Al A'raf: 49)
Pendapat Kedua:
Mengatakan Al Muqtasimin dengan "orang-orang yang membagi-bagi" Kitab Allah, yaitu mengurangi, menukar dan menambah isi Al Kitab Allah yang telah diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya. Alasan-alasan pendapat mereka ialah firman Allah SWT:
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ
Artinya:
"Apakah kamu beriman kepada sebagian Al Kitab Allah (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain?"
(Q.S Al Baqarah: 85).
Dan firman Allah SWT:
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ
Artinya:
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya..
(Q.S An Nisa': 46)
Pendapat Ketiga:
Mereka menentukannya dengan "orang-orang yang membagi bagi". Maksudnya menamakan Alquran sesuai dengan nama yang mereka ingini, sehingga orang tidak mempercayai sebagai kitab yang diturunkan Allah. Alasan mereka ialah firman Allah SWT:
بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ
Artinya:
Bahkan mereka berkata (pula): (Alquran itu adalah) mimpi-mimpi yang karut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair.
(Q.S Al Anbiya': 5)
Firman Allah SWT:
فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ (24)
Artinya:
Lalu dia berkata "(Alquran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu)"
(Q.S Al Muddassir: 24).
Pendapat-pendapat di atas mempunyai dalil dalil yang kuat: Tetapi yang lebih sesuai dengan ayat ayat ini ialah pendapat ketiga, apalagi jika dihubungkan dengan ayat-ayat selanjutnya, yaitu firman Allah yang artinya: "Yaitu orang-orang yang telah menjadikan Alquran itu terbagi bagi".
Dalam pada itu orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani telah menjadikan pula Alquran itu terbagi-bagi, ada bagian yang mereka percayai, dan ada pula bagian yang mereka ingkari.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa orang-orang musyrik Mekah telah membagi-bagi jalan yang akan dilalui manusia, tiap-tiap mereka berdiri pada jalan yang akan dilalui manusia dan menakut-nakuti orang orang yang akan menempuh jalan yang akan dibentangkan oleh nabi saw.
كَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى الْمُقْتَسِمِينَ (90) الَّذِينَ جَعَلُوا الْقُرْآنَ عِضِينَ (91)
Allah SWT menerangkan bahwa sebagaimana Dia telah menganugerahkan "as sab'ul masani" kepada umat Nabi Muhammad, demikian pula Dia telah menganugerahkan yang serupa itu kepada umat-umat dahulu dengan perantaraan Nabi-nabi yang telah diutus kepada mereka, seperti halnya sikap dan tindakan umat yang dahulu terhadap kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka, demikian pula orang-orang musyrik di Mekah telah menamakan Alquran dengan nama yang bermacam-macam, seperti yang mengatakan Syan, Sihir dongeng-dongeng orang purbakala, buatan Muhammad dan sebagainya.
Berbeda pendapat para mufassir tentang yang dimaksud dengan perkataan "al Muqtasimin" (orang membagi-bagi):
Pendapat Pertama:
Mengartikan "al Muqtasimin" dengan orang-orang yang telah bersumpah, mereka beralasan dengan firman Allah SWT:
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَا يَبْعَثُ اللَّهُ مَنْ يَمُوتُ بَلَى وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (38)
Artinya:
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh "Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati". (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitkannya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui."
(Q.S An Nahl: 38)
Dan firman Allah SWT:
أَهَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمْتُمْ لَا يَنَالُهُمُ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ
Artinya:
(Orang-orang di atas A'raf bertanya kepada penghuni neraka): "Itulah orang-orang yang kamu telah bersumpah bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah?".
(Q.S Al A'raf: 49)
Pendapat Kedua:
Mengatakan Al Muqtasimin dengan "orang-orang yang membagi-bagi" Kitab Allah, yaitu mengurangi, menukar dan menambah isi Al Kitab Allah yang telah diturunkan kepada Rasul-rasul-Nya. Alasan-alasan pendapat mereka ialah firman Allah SWT:
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ
Artinya:
"Apakah kamu beriman kepada sebagian Al Kitab Allah (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain?"
(Q.S Al Baqarah: 85).
Dan firman Allah SWT:
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ
Artinya:
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya..
(Q.S An Nisa': 46)
Pendapat Ketiga:
Mereka menentukannya dengan "orang-orang yang membagi bagi". Maksudnya menamakan Alquran sesuai dengan nama yang mereka ingini, sehingga orang tidak mempercayai sebagai kitab yang diturunkan Allah. Alasan mereka ialah firman Allah SWT:
بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ
Artinya:
Bahkan mereka berkata (pula): (Alquran itu adalah) mimpi-mimpi yang karut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair.
(Q.S Al Anbiya': 5)
Firman Allah SWT:
فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ (24)
Artinya:
Lalu dia berkata "(Alquran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu)"
(Q.S Al Muddassir: 24).
Pendapat-pendapat di atas mempunyai dalil dalil yang kuat: Tetapi yang lebih sesuai dengan ayat ayat ini ialah pendapat ketiga, apalagi jika dihubungkan dengan ayat-ayat selanjutnya, yaitu firman Allah yang artinya: "Yaitu orang-orang yang telah menjadikan Alquran itu terbagi bagi".
Dalam pada itu orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani telah menjadikan pula Alquran itu terbagi-bagi, ada bagian yang mereka percayai, dan ada pula bagian yang mereka ingkari.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa orang-orang musyrik Mekah telah membagi-bagi jalan yang akan dilalui manusia, tiap-tiap mereka berdiri pada jalan yang akan dilalui manusia dan menakut-nakuti orang orang yang akan menempuh jalan yang akan dibentangkan oleh nabi saw.
91. (yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al quran itu terbagi-bagi.(QS. 15:91)
92. Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua,(QS. 15:92)
Surah Al Hijr 92 - 93
فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (92) عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ (93)
Ayat ini memerintahkan agar Nabi Muhammad saw memperingatkan orang-orang yang membagi-bagi Alquran, tidak mempercayainya bahwa Allah akan menurunkan azab kepada mereka sebagaimana Allah telah membinasakan umat-umat dahulu karena perbuatan yang serupa dengan mereka.
Diriwayatkan Abu Jakfar dari Ar Rabi' dan Abi Aliyah tentang tafsir ayat ini, ia berkata: "Allah menanyakan kepada semua hamba-hamba-Nya di hari kiamat tentang dua perkara, yaitu tentang apa yang mereka sembah dan tentang apakah mereka perkenankan seruan Rasul.
فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (92) عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ (93)
Ayat ini memerintahkan agar Nabi Muhammad saw memperingatkan orang-orang yang membagi-bagi Alquran, tidak mempercayainya bahwa Allah akan menurunkan azab kepada mereka sebagaimana Allah telah membinasakan umat-umat dahulu karena perbuatan yang serupa dengan mereka.
Diriwayatkan Abu Jakfar dari Ar Rabi' dan Abi Aliyah tentang tafsir ayat ini, ia berkata: "Allah menanyakan kepada semua hamba-hamba-Nya di hari kiamat tentang dua perkara, yaitu tentang apa yang mereka sembah dan tentang apakah mereka perkenankan seruan Rasul.
93. tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.(QS. 15:93)
94. Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala
apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang
yang musyrik.(QS. 15:94)
Surah Al Hijr 94
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ (94)
Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad saw agar menyiarkan agama Islam dengan terang terangan, tidak lagi dengan sembunyi sembunyi, tantanglah orang-orang musyrik itu, janganlah engkau memperdulikan mereka apa yang mereka katakan, jangan takut lagi kepada mereka yang menghalangi dalam menyiarkan agama Allah.
Sebagian ahli tafsir menafsirkan: "Berpalinglah dari orang-orang musyrik" dan janganlah acuhkan segala macam tindak tanduk orang orang musyrik, yang telah mendustakan, memperolok-olokan dan menentang kamu, janganlah tindakan mereka itu menghalangimu menyiarkan agama Allah, karena Allah memelihara dari gangguan mereka".
Sebagian ahli tafsir menafsirkan dengan: agar kaum Muslimin menghindari berpihak dengan kaum musyrikin dalam menyiarkan agama, karena itu berpalinglah dahulu, kemudian ayat ini dinasakh (dinyatakan tidak berlaku lagi hukumnya) oleh ayat-ayat yang memerintahkan agar kaum Muslimin memerangi orang kafir.
Jika diperhatikan hubungan ayat ini dengan ayat yang sebelumnya dan sejarah penyiaran agama Islam di masa Nabi, maka pendapat pertama yang mendekati kebenaran.
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ (94)
Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammad saw agar menyiarkan agama Islam dengan terang terangan, tidak lagi dengan sembunyi sembunyi, tantanglah orang-orang musyrik itu, janganlah engkau memperdulikan mereka apa yang mereka katakan, jangan takut lagi kepada mereka yang menghalangi dalam menyiarkan agama Allah.
Sebagian ahli tafsir menafsirkan: "Berpalinglah dari orang-orang musyrik" dan janganlah acuhkan segala macam tindak tanduk orang orang musyrik, yang telah mendustakan, memperolok-olokan dan menentang kamu, janganlah tindakan mereka itu menghalangimu menyiarkan agama Allah, karena Allah memelihara dari gangguan mereka".
Sebagian ahli tafsir menafsirkan dengan: agar kaum Muslimin menghindari berpihak dengan kaum musyrikin dalam menyiarkan agama, karena itu berpalinglah dahulu, kemudian ayat ini dinasakh (dinyatakan tidak berlaku lagi hukumnya) oleh ayat-ayat yang memerintahkan agar kaum Muslimin memerangi orang kafir.
Jika diperhatikan hubungan ayat ini dengan ayat yang sebelumnya dan sejarah penyiaran agama Islam di masa Nabi, maka pendapat pertama yang mendekati kebenaran.
95. Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu),(QS. 15:95)
Surah Al Hijr 95 - 99
إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ (95) الَّذِينَ يَجْعَلُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (96) وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ (97) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (98) وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ (99)
Ayat ini memberi jaminan kepada Nabi Muhammad bahwa Allah SWT memeliharanya dari tindakan-tindakan orang-orang musyrik Mekah yang memperolok-olok dan menyakitinya dan memelihara Alquran dari usaha-usaha orang-orang yang ingin mengotorinya.
Menurut suatu riwayat bahwa orang-orang musyrik Mekah yang sangat memperolok-olok Alquran ialah Al Walid bin Mugirah, Al As bin Wa'il, Al`Adi bin Qais, Aswad bin Abdu Yagus, dan Aswad bin Muttalib, semua mereka terkenal dalam sejarah, sebab kematiannya, karena tindakan mereka itu sendiri.
Menurut suatu riwayat diterangkan bahwa suatu ketika Nabi saw di hadapan orang-orang kafir Mekah, mereka saling mengedipkan mata tanpa setahu Nabi Muhammad saw, dan berkata sesamanya dengan maksud mengejek Nabi: Inilah orang yang mendakwakan dirinya Nabi". Pada waktu itu Jibril as menyertai Nabi, lalu Jibril menusuk punggung orang-orang yang memperolok-olokkan itu dengan jarinya, sehingga menimbulkan bekas dan menimbulkan tukak dan borok yang busuk baunya, tiada seorangpun yang mendekati mereka karena baunya itu. Maka turunlah ayat ini yang menegaskan bahwa Nabi saw dilindungi Allah SWT dari gangguan orang-orang kafir itu.
Allah mengetahui bahwa Nabi saw sesak dan sempit dadanya karena olok-olokan dan tindakan-tindakan orang-orang kafir itu. Untuk mengobati hati yang sakit dan dada yang sempit itu ialah dengan bertasbih, menyucikan Allah dari segala sesuatu yang menyerikatkannya, salat, rukuk, dan sujud, banyak melakukan ibadat berbuat baik, mengekang hawa nafsu. Hal ini hendaklah dilakukan kaum Muslimin sampai akhir hidupnya.
إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ (95) الَّذِينَ يَجْعَلُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (96) وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ (97) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (98) وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ (99)
Ayat ini memberi jaminan kepada Nabi Muhammad bahwa Allah SWT memeliharanya dari tindakan-tindakan orang-orang musyrik Mekah yang memperolok-olok dan menyakitinya dan memelihara Alquran dari usaha-usaha orang-orang yang ingin mengotorinya.
Menurut suatu riwayat bahwa orang-orang musyrik Mekah yang sangat memperolok-olok Alquran ialah Al Walid bin Mugirah, Al As bin Wa'il, Al`Adi bin Qais, Aswad bin Abdu Yagus, dan Aswad bin Muttalib, semua mereka terkenal dalam sejarah, sebab kematiannya, karena tindakan mereka itu sendiri.
Menurut suatu riwayat diterangkan bahwa suatu ketika Nabi saw di hadapan orang-orang kafir Mekah, mereka saling mengedipkan mata tanpa setahu Nabi Muhammad saw, dan berkata sesamanya dengan maksud mengejek Nabi: Inilah orang yang mendakwakan dirinya Nabi". Pada waktu itu Jibril as menyertai Nabi, lalu Jibril menusuk punggung orang-orang yang memperolok-olokkan itu dengan jarinya, sehingga menimbulkan bekas dan menimbulkan tukak dan borok yang busuk baunya, tiada seorangpun yang mendekati mereka karena baunya itu. Maka turunlah ayat ini yang menegaskan bahwa Nabi saw dilindungi Allah SWT dari gangguan orang-orang kafir itu.
Allah mengetahui bahwa Nabi saw sesak dan sempit dadanya karena olok-olokan dan tindakan-tindakan orang-orang kafir itu. Untuk mengobati hati yang sakit dan dada yang sempit itu ialah dengan bertasbih, menyucikan Allah dari segala sesuatu yang menyerikatkannya, salat, rukuk, dan sujud, banyak melakukan ibadat berbuat baik, mengekang hawa nafsu. Hal ini hendaklah dilakukan kaum Muslimin sampai akhir hidupnya.
96. (yaitu) orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang
lain di samping Allah; maka mereka kelak akan mengetahui
(akibat-akibatnya).(QS. 15:96)
Surah Al Hijr 96
الَّذِينَ يَجْعَلُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (96)
(Yaitu orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain di samping Allah) kalimat ayat ini berkedudukan menjadi sifat. Akan tetapi menurut suatu pendapat dianggap sebagai mubtada, oleh karena mengandung makna syarat, maka khabarnya dimasuki huruf fa, yaitu (maka mereka kelak akan mengetahui) akibat-akibat perbuatannya itu.
الَّذِينَ يَجْعَلُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (96)
(Yaitu orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain di samping Allah) kalimat ayat ini berkedudukan menjadi sifat. Akan tetapi menurut suatu pendapat dianggap sebagai mubtada, oleh karena mengandung makna syarat, maka khabarnya dimasuki huruf fa, yaitu (maka mereka kelak akan mengetahui) akibat-akibat perbuatannya itu.
97. Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan,(QS. 15:97)
Surah Al Hijr 97
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ (97)
(Dan sungguh) lafal qad menunjukkan makna littahqiq (Kami telah mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka katakan) yaitu disebabkan perolok-olokkan dan pendustaan mereka itu.
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ (97)
(Dan sungguh) lafal qad menunjukkan makna littahqiq (Kami telah mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka katakan) yaitu disebabkan perolok-olokkan dan pendustaan mereka itu.
98. maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat),(QS. 15:98)
Surah Al Hijr 98
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (98)
(Maka bertasbihlah) seraya (memuji Rabbmu) artinya katakanlah subhaanallaah wa bihamdihi (dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud) yakni orang-orang yang mendirikan salat.
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (98)
(Maka bertasbihlah) seraya (memuji Rabbmu) artinya katakanlah subhaanallaah wa bihamdihi (dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud) yakni orang-orang yang mendirikan salat.
99. dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).(QS. 15:99)
Kembali ke Daftar Surah Kembali ke Surah Al-Hijr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar