http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=1&SuratKe=16#Top
1. Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah
kamu meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha Suci Allah dan Maha
Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.(QS. 16:1)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah An Nahl 1
أَتَى أَمْرُ اللَّهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (1)
Allah SWT menegaskan bahwa ketetapan Allah pasti datang. Dimaksud dengan ketetapan Allah di dalam ayat ini ialah hari kiamat yang telah diancamkan kepada orang-orang musyrikin. Orang-orang musyrik secara berolok-olok meminta kepada Nabi agar siksaan hari kiamat itu segera di datangkan. Itulah sebabnya maka Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk mengatakan bahwa siksaan Allah yang akan diancamkan kepada mereka itu pasti terjadi.
Maka dari itu Allah SWT melarang agar mereka tidak minta siksaan itu disegerakan datangnya, karena munculnya siksaan hari kiamat itu tergantung kepada siksaan Allah yang berlaku pada segala sesuatu. Siksaan hari kiamat itu akan datang pada waktu yang telan ditentukan dan diputuskan oleh Nya.
Di dalam ayat ini Allah SWT memberitakan datangnya hari kiamat dengan menggunakan kata kerja bentuk lampau pada hal siksaan itu belum terjadi. Hal ini memberikan pengertian bahwa siksaan itu betul-betul akan terjadi. Oleh sebab itu maka Allah SWT melarang agar supaya orang-orang musyrik tidak meminta siksaan hari kiamat itu disegerakan kedatangannya, karena baik diminta ataupun tidak siksaan itu tetap akan terjadi sesuai dengan kehendak Allah dan keputusan-Nya. Ayat ini mengandung ancaman bagi orang-orang kafir dan sekaligus mengandung pemberitahuan kepada mereka akan datangnya ancaman itu bahwa siksaan yang akan ditimpakan kepada mereka dan kehancuran mereka telah dekat dan pasti datang.
Kemudian dari pada itu Allah SWT menyatakan bahwa Allah SWT Maha Suci dari apa yang mereka persekutukan, Dia tidak memerlukan serikat dan tidak memerlukan pembantu untuk melaksanakan siksaan yang akan ditimpakan kepada mereka itu. Bantahan ini sebagai jawaban terhadap pernyataan mereka, baik siksaan itu di dunia ataupun di akhirat mereka akan meminta bantuan (syafaat) kepada patung-patung yang mereka sembah.
Patung itu adalah benda benda mati yang tidak ada artinya. Patung patung itu tidak pantas dipersekutukan kepada Allah, karena patung itu adalah makhluk-makhluk yang diciptakan menurut kehendak-Nya, maka tidak mungkin apabila mereka itu menjadikan barang yang diciptakan sebagai sekutu dari yang menciptakan.
Untuk lebih jelas dapatlah diikuti sebab turunnya ayat ini. Diriwayatkan bahwa setelah firman Allah Taala turun: telah dekat (datangnya) saat itu dan telah berbelah bulan 192). Orang-orang kafir setelah kembali kepada setan setan, mereka berkata: "Sesungguhnya orang ini mengira bahwa hari kiamat telah dekat, maka hentikanlah sebagian perbuatan yang kamu lakukan sehingga kami melihat apa yang terjadi". Kemudian setelah hari kiamat itu tidak kunjung datang mereka pun berkata: "Kami sedikitpun tidak melihat apa yang kamu ancamkan kepada kami. Kemudian turunlah firman Allah: Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (dari pada Nya). 193)
Kemudian merekapun berkata: "Berhati hatilah kamu sekalian dan tunggulah kemudian setelah berlangsung beberapa hari, merekapun berkata : "Hai Muhammad, kami tidak melihat sedikitpun dari apa yang kamu ancamkan kepada kami". Kemudian turunlah firman Allah : Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu minta disegerakan (datangnya). Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. 194). Kemudian Rasulullah saw, bangkit dan manusiapun mengangkat kepalanya. Kemudian turunlah firman Allah tersebut.
Dari sebab nuzul itu dapatlah dipahami bahwa orang orang Quraisy sering sekali mengejek Rasulullah saw yang memberitakan tentang terjadinya hari kiamat. Merekapun secara berolok-olok meminta kepada Nabi Muhammad agar hari kiamat itu segera dipercepat datangnya Hal ini menunjukkan bahwa mereka betul-betul tidak mempercayai akan terjadinya hari kiamat itu, dan tidak percaya pula adanya hari pembalasan.
Sikap mereka nampak pada ketika terjadinya perang Badar. Pada saat itu mereka minta kepada Nabi Muhammad agar siksaan Allah dipercepat datangnya. Itulah sebabnya Allah SWT memberikan pengawasan tentang terjadinya kiamat itu dan kepastian datangnya sebagai pernyataan bahwa pendirian mereka itu tidak benar dan janji Allah pasti akan terjadi.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 1
أَتَى أَمْرُ اللَّهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (1)
Ketika orang-orang musyrik merasa lambat akan datangnya azab yang diancamkan kepada mereka, lalu turunlah firman-Nya: (Telah pasti datangnya ketetapan Allah) yakni hari kiamat. Lafal ataa diungkapkan dalam bentuk fi`il madhi untuk menunjukkan kepastian kejadiannya, artinya telah dekat (maka janganlah kalian meminta disegerakan datangnya) artinya janganlah kalian meminta disegerakan sebelum saatnya karena sesungguhnya hari kiamat itu pasti akan terjadi (Maha Suci Allah) kalimat ini mengandung makna memahasucikan Dia (dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan) di samping-Nya.
أَتَى أَمْرُ اللَّهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (1)
Allah SWT menegaskan bahwa ketetapan Allah pasti datang. Dimaksud dengan ketetapan Allah di dalam ayat ini ialah hari kiamat yang telah diancamkan kepada orang-orang musyrikin. Orang-orang musyrik secara berolok-olok meminta kepada Nabi agar siksaan hari kiamat itu segera di datangkan. Itulah sebabnya maka Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk mengatakan bahwa siksaan Allah yang akan diancamkan kepada mereka itu pasti terjadi.
Maka dari itu Allah SWT melarang agar mereka tidak minta siksaan itu disegerakan datangnya, karena munculnya siksaan hari kiamat itu tergantung kepada siksaan Allah yang berlaku pada segala sesuatu. Siksaan hari kiamat itu akan datang pada waktu yang telan ditentukan dan diputuskan oleh Nya.
Di dalam ayat ini Allah SWT memberitakan datangnya hari kiamat dengan menggunakan kata kerja bentuk lampau pada hal siksaan itu belum terjadi. Hal ini memberikan pengertian bahwa siksaan itu betul-betul akan terjadi. Oleh sebab itu maka Allah SWT melarang agar supaya orang-orang musyrik tidak meminta siksaan hari kiamat itu disegerakan kedatangannya, karena baik diminta ataupun tidak siksaan itu tetap akan terjadi sesuai dengan kehendak Allah dan keputusan-Nya. Ayat ini mengandung ancaman bagi orang-orang kafir dan sekaligus mengandung pemberitahuan kepada mereka akan datangnya ancaman itu bahwa siksaan yang akan ditimpakan kepada mereka dan kehancuran mereka telah dekat dan pasti datang.
Kemudian dari pada itu Allah SWT menyatakan bahwa Allah SWT Maha Suci dari apa yang mereka persekutukan, Dia tidak memerlukan serikat dan tidak memerlukan pembantu untuk melaksanakan siksaan yang akan ditimpakan kepada mereka itu. Bantahan ini sebagai jawaban terhadap pernyataan mereka, baik siksaan itu di dunia ataupun di akhirat mereka akan meminta bantuan (syafaat) kepada patung-patung yang mereka sembah.
Patung itu adalah benda benda mati yang tidak ada artinya. Patung patung itu tidak pantas dipersekutukan kepada Allah, karena patung itu adalah makhluk-makhluk yang diciptakan menurut kehendak-Nya, maka tidak mungkin apabila mereka itu menjadikan barang yang diciptakan sebagai sekutu dari yang menciptakan.
Untuk lebih jelas dapatlah diikuti sebab turunnya ayat ini. Diriwayatkan bahwa setelah firman Allah Taala turun: telah dekat (datangnya) saat itu dan telah berbelah bulan 192). Orang-orang kafir setelah kembali kepada setan setan, mereka berkata: "Sesungguhnya orang ini mengira bahwa hari kiamat telah dekat, maka hentikanlah sebagian perbuatan yang kamu lakukan sehingga kami melihat apa yang terjadi". Kemudian setelah hari kiamat itu tidak kunjung datang mereka pun berkata: "Kami sedikitpun tidak melihat apa yang kamu ancamkan kepada kami. Kemudian turunlah firman Allah: Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (dari pada Nya). 193)
Kemudian merekapun berkata: "Berhati hatilah kamu sekalian dan tunggulah kemudian setelah berlangsung beberapa hari, merekapun berkata : "Hai Muhammad, kami tidak melihat sedikitpun dari apa yang kamu ancamkan kepada kami". Kemudian turunlah firman Allah : Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu minta disegerakan (datangnya). Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. 194). Kemudian Rasulullah saw, bangkit dan manusiapun mengangkat kepalanya. Kemudian turunlah firman Allah tersebut.
Dari sebab nuzul itu dapatlah dipahami bahwa orang orang Quraisy sering sekali mengejek Rasulullah saw yang memberitakan tentang terjadinya hari kiamat. Merekapun secara berolok-olok meminta kepada Nabi Muhammad agar hari kiamat itu segera dipercepat datangnya Hal ini menunjukkan bahwa mereka betul-betul tidak mempercayai akan terjadinya hari kiamat itu, dan tidak percaya pula adanya hari pembalasan.
Sikap mereka nampak pada ketika terjadinya perang Badar. Pada saat itu mereka minta kepada Nabi Muhammad agar siksaan Allah dipercepat datangnya. Itulah sebabnya Allah SWT memberikan pengawasan tentang terjadinya kiamat itu dan kepastian datangnya sebagai pernyataan bahwa pendirian mereka itu tidak benar dan janji Allah pasti akan terjadi.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 1
أَتَى أَمْرُ اللَّهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (1)
Ketika orang-orang musyrik merasa lambat akan datangnya azab yang diancamkan kepada mereka, lalu turunlah firman-Nya: (Telah pasti datangnya ketetapan Allah) yakni hari kiamat. Lafal ataa diungkapkan dalam bentuk fi`il madhi untuk menunjukkan kepastian kejadiannya, artinya telah dekat (maka janganlah kalian meminta disegerakan datangnya) artinya janganlah kalian meminta disegerakan sebelum saatnya karena sesungguhnya hari kiamat itu pasti akan terjadi (Maha Suci Allah) kalimat ini mengandung makna memahasucikan Dia (dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan) di samping-Nya.
2. Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu
dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara
hamba-hambanya, yaitu: `Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak
ada Tuhan melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku`.(QS. 16:2)
Surah An Nahl 2
يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنْذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُونِ (2)
Setelah ayat tersebut turun orang orang Quraisy menanyakan bahwa Allah berkuasa untuk menyiksa hamba-hamba-Nya yang lain, maka siapakah yang mengetahui hal yang sangat rahasia ini yang tidak diketahui oleh siapapun juga terkecuali hanya Dia? Pertanyaan ini hanya mengandung pengingkaran terhadap terjadinya hari kiamat, maka Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw bahwa berita itu diketahui dari wahyu yang diturunkan Allah melalui malaikat. Dari wahyu itulah berita berita yang rahasia itu dapat diketahui. Wahyu itu dibawa oleh malaikat dengan perintah Allah kepada hamba-Nya yang dikehendaki. Penjelasan itu dikemukakan kepada mereka agar mereka dapat mengetahui bahwa seseorang yang menerima wahyu berarti dia telah menerima kenabian. Dimaksud dengan ruh dalam ayat ini ialah wahyu sebagaimana nampak ...ayat yang lain:
يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
Artinya:
Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.
(Q.S. Mu'min: 15)
Dan firman Nya lagi:
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا
Artinya:
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Alquran) dengan perintah Kami.
(Q.S. Asy Syura: 52)
Wahyu itu dibawa oleh para malaikat kepada para Nabi semata mata karena Perintah Allah SWT dan bukan kemauan malaikat itu sendiri. Seperti ditegaskan dalam ayat-ayat yang lain sebagai berikut:
وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ
Artinya:
Dan tidaklah kami (Jibril) turun kecuali dengan perintah Tuhanmu.
(Q.S. Maryam: 64)
Dan firman Allah SWT:
لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
Artinya:
Mereka itu tidak mendahului Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.
(Q.S. Al-Anbiya': 27).
Wahyu itu diberikan oleh Allah kepada hamba-hamba Nya yang terpilih yang mempunyai kesiapan mental untuk menerima wahyu itu. Gunanya sebagai alat untuk memberikan peringatan kepada para hamba Allah mengenai hal hal yang di luar jangkauan akal mereka antara lain untuk menyampaikan tauhid dan untuk meyakinkan mereka tentang keesaan Allah bahwa tidak ada Tuhan yang wajib di sembah oleh segenap makhluk terkecuali Allah yang Maha Esa dan Dialah Tuhan dari segala makhluk, sedang tuhan-tuhan yang lain adalah tuhan ciptaan mereka yang jauh daripada kebenaran. Dengan demikian wajiblah bagi manusia menghambakan diri semata-mata hanya kepada Nya karena dengan jalan demikian itulah manusia itu akan selamat dari kehancuran dan terlepas dari kesesatan. Di dalam ayat itu terdapat suatu petunjuk isyarat bahwa wahyu itu turun dari Allah kepada Nabi Nya dengan perantaraan malaikat malaikat Nya.
Di dalam ayat yang lain disebutkan:
كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
Artinya:
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya.
(Q.S. Al-Baqarah: 285)
Malaikat disebut terlebih dahulu dari Rasul Nya untuk menyatakan bahwa malaikat itu menerima wahyu dari Allah tanpa perantara sedangkan dimaksud Kitab-kitab ialah wahyu yang disampaikan oleh para malaikat itu kepada para Nabi-Nya. Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa hendaklah manusia bertakwa hanya kepada-Nya. Ini adalah seruan yang ditujukan kepada orang orang yang beriman agar supaya tetap bertakwa kepada-Nya, dan juga mencakup orang-orang kafir Quraisy yang menentang terjadinya hari kiamat agar supaya mereka itu menghentikan kemusyrikannya dan meninggalkan sifat sifat yang menentang terhadap ketentuan yang datang dan Allah dikarenakan sifat tergesa gesa menolak sesuatu yang belum dipikirkan kebenarannya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 2
يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنْذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُونِ (2)
(Dia menurunkan malaikat) yakni malaikat Jibril (dengan wahyu) dengan membawa wahyu (atas perintah-Nya) berdasarkan kehendak-Nya (kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya) mereka adalah para nabi (yaitu) huruf an di sini bermakna mufassirah atau kata penafsir (peringatkanlah olehmu sekalian) peringatkanlah orang-orang kafir dengan azab, dan beritahukanlah kepada mereka (bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka hendaklah kalian bertakwa kepada-Ku) artinya takutlah kalian kepada-Ku.
يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنْذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُونِ (2)
Setelah ayat tersebut turun orang orang Quraisy menanyakan bahwa Allah berkuasa untuk menyiksa hamba-hamba-Nya yang lain, maka siapakah yang mengetahui hal yang sangat rahasia ini yang tidak diketahui oleh siapapun juga terkecuali hanya Dia? Pertanyaan ini hanya mengandung pengingkaran terhadap terjadinya hari kiamat, maka Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw bahwa berita itu diketahui dari wahyu yang diturunkan Allah melalui malaikat. Dari wahyu itulah berita berita yang rahasia itu dapat diketahui. Wahyu itu dibawa oleh malaikat dengan perintah Allah kepada hamba-Nya yang dikehendaki. Penjelasan itu dikemukakan kepada mereka agar mereka dapat mengetahui bahwa seseorang yang menerima wahyu berarti dia telah menerima kenabian. Dimaksud dengan ruh dalam ayat ini ialah wahyu sebagaimana nampak ...ayat yang lain:
يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
Artinya:
Yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.
(Q.S. Mu'min: 15)
Dan firman Nya lagi:
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا
Artinya:
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Alquran) dengan perintah Kami.
(Q.S. Asy Syura: 52)
Wahyu itu dibawa oleh para malaikat kepada para Nabi semata mata karena Perintah Allah SWT dan bukan kemauan malaikat itu sendiri. Seperti ditegaskan dalam ayat-ayat yang lain sebagai berikut:
وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ
Artinya:
Dan tidaklah kami (Jibril) turun kecuali dengan perintah Tuhanmu.
(Q.S. Maryam: 64)
Dan firman Allah SWT:
لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
Artinya:
Mereka itu tidak mendahului Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.
(Q.S. Al-Anbiya': 27).
Wahyu itu diberikan oleh Allah kepada hamba-hamba Nya yang terpilih yang mempunyai kesiapan mental untuk menerima wahyu itu. Gunanya sebagai alat untuk memberikan peringatan kepada para hamba Allah mengenai hal hal yang di luar jangkauan akal mereka antara lain untuk menyampaikan tauhid dan untuk meyakinkan mereka tentang keesaan Allah bahwa tidak ada Tuhan yang wajib di sembah oleh segenap makhluk terkecuali Allah yang Maha Esa dan Dialah Tuhan dari segala makhluk, sedang tuhan-tuhan yang lain adalah tuhan ciptaan mereka yang jauh daripada kebenaran. Dengan demikian wajiblah bagi manusia menghambakan diri semata-mata hanya kepada Nya karena dengan jalan demikian itulah manusia itu akan selamat dari kehancuran dan terlepas dari kesesatan. Di dalam ayat itu terdapat suatu petunjuk isyarat bahwa wahyu itu turun dari Allah kepada Nabi Nya dengan perantaraan malaikat malaikat Nya.
Di dalam ayat yang lain disebutkan:
كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
Artinya:
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya.
(Q.S. Al-Baqarah: 285)
Malaikat disebut terlebih dahulu dari Rasul Nya untuk menyatakan bahwa malaikat itu menerima wahyu dari Allah tanpa perantara sedangkan dimaksud Kitab-kitab ialah wahyu yang disampaikan oleh para malaikat itu kepada para Nabi-Nya. Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa hendaklah manusia bertakwa hanya kepada-Nya. Ini adalah seruan yang ditujukan kepada orang orang yang beriman agar supaya tetap bertakwa kepada-Nya, dan juga mencakup orang-orang kafir Quraisy yang menentang terjadinya hari kiamat agar supaya mereka itu menghentikan kemusyrikannya dan meninggalkan sifat sifat yang menentang terhadap ketentuan yang datang dan Allah dikarenakan sifat tergesa gesa menolak sesuatu yang belum dipikirkan kebenarannya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 2
يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنْذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُونِ (2)
(Dia menurunkan malaikat) yakni malaikat Jibril (dengan wahyu) dengan membawa wahyu (atas perintah-Nya) berdasarkan kehendak-Nya (kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya) mereka adalah para nabi (yaitu) huruf an di sini bermakna mufassirah atau kata penafsir (peringatkanlah olehmu sekalian) peringatkanlah orang-orang kafir dengan azab, dan beritahukanlah kepada mereka (bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka hendaklah kalian bertakwa kepada-Ku) artinya takutlah kalian kepada-Ku.
3. Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak. Maha Tinggi Allah daripada apa yang mereka persekutukan.(QS. 16:3)
Surah An Nahl 3
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ تَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (3)
Allah SWT menjelaskan bahwa Dia, menciptakan benda-benda yang ada di langit dan benda-benda yang ada di bumi, termasuk pula semua benda penyusunnya dengan hak, maksudnya sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya dan tidak sia-sia, Dia menciptakan semuanya itu tanpa bantuan dan pertolongan siapapun akan tetapi cukup menciptakan benda-benda dan hukum yang berlaku terhadap benda-benda itu, dan benda-benda itu berjalan sesuai dengan hukumnya.
Allah Maha Suci dari apa yang mereka persekutukan, maksudnya dalam menciptakan alam semesta dan semua isinya itu Allah tidak memerlukan sekutu yang mampu diajak untuk membantu atau menolong menciptakannya dan pengendaliannya, karena memang tidak ada Zat yang lain yang berkuasa untuk mencipta mengatur dan mengendalikan langit, bumi dan semua benda benda penyusunnya itu. Sebagai konsekuensinya maka tidak layaklah apabila ada orang yang menghambakan dirinya kepada tuhan-tuhan yang lain selain Nya.
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ تَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (3)
Allah SWT menjelaskan bahwa Dia, menciptakan benda-benda yang ada di langit dan benda-benda yang ada di bumi, termasuk pula semua benda penyusunnya dengan hak, maksudnya sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya dan tidak sia-sia, Dia menciptakan semuanya itu tanpa bantuan dan pertolongan siapapun akan tetapi cukup menciptakan benda-benda dan hukum yang berlaku terhadap benda-benda itu, dan benda-benda itu berjalan sesuai dengan hukumnya.
Allah Maha Suci dari apa yang mereka persekutukan, maksudnya dalam menciptakan alam semesta dan semua isinya itu Allah tidak memerlukan sekutu yang mampu diajak untuk membantu atau menolong menciptakannya dan pengendaliannya, karena memang tidak ada Zat yang lain yang berkuasa untuk mencipta mengatur dan mengendalikan langit, bumi dan semua benda benda penyusunnya itu. Sebagai konsekuensinya maka tidak layaklah apabila ada orang yang menghambakan dirinya kepada tuhan-tuhan yang lain selain Nya.
4. Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.(QS. 16:4)
Surah An Nahl 4
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ (4)
Kemudian, Allah SWT menjelaskan kejadian diri mereka bahwa Allah menciptakan manusia dari nutfah yang terkenal dalam dunia kedokteran dengan istilah spermatozoon yang terdapat pada dirinya dan ovum yang terdapat pada wanita.
Dalam ayat yang lain dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia itu dari air yang lemah. Kejadian itu melalui proses perkembangan. Di dalam kandungan mani itu berubah menjadi darah kental, kemudian menjadi gumpalan daging, barulah jantungnya mengalami berdetak setelah mengalami jangka waktu 4 bulan. Pada saat itu telah mulai terwujud janin yang sempurna, barulah setelah 9 bulan kejadian bayi itu dikeluarkan dari kandungan ibunya ke alam dunia.
Sesudah itu bayi masih memerlukan bantuan dan perawatan ibunya untuk menyusuinya, merawatnya, mendidiknya hingga sampai pada saat ia telah dapat berpikir secara sempurna, tiba-tiba ia menjadi pembantah terjadinya hari berbangkit dan mengingkari keesaan penciptanya, serta memusuhi utusan-Nya, padahal ia diciptakan tiada lebih kedudukannya sebagai hamba. Ia telah melupakan asal kejadiannya bahwa ia diciptakan dari sepercik air yang tidak mempunyai kemampuan sedikitpun. Mereka itu berkata terus terang bukan secara sindiran ataupun secara sembunyi.
Firman Allah:
قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ
Artinya:
Ia berkata Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?"
(Q.S. Yasin: 78).
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ (4)
Kemudian, Allah SWT menjelaskan kejadian diri mereka bahwa Allah menciptakan manusia dari nutfah yang terkenal dalam dunia kedokteran dengan istilah spermatozoon yang terdapat pada dirinya dan ovum yang terdapat pada wanita.
Dalam ayat yang lain dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia itu dari air yang lemah. Kejadian itu melalui proses perkembangan. Di dalam kandungan mani itu berubah menjadi darah kental, kemudian menjadi gumpalan daging, barulah jantungnya mengalami berdetak setelah mengalami jangka waktu 4 bulan. Pada saat itu telah mulai terwujud janin yang sempurna, barulah setelah 9 bulan kejadian bayi itu dikeluarkan dari kandungan ibunya ke alam dunia.
Sesudah itu bayi masih memerlukan bantuan dan perawatan ibunya untuk menyusuinya, merawatnya, mendidiknya hingga sampai pada saat ia telah dapat berpikir secara sempurna, tiba-tiba ia menjadi pembantah terjadinya hari berbangkit dan mengingkari keesaan penciptanya, serta memusuhi utusan-Nya, padahal ia diciptakan tiada lebih kedudukannya sebagai hamba. Ia telah melupakan asal kejadiannya bahwa ia diciptakan dari sepercik air yang tidak mempunyai kemampuan sedikitpun. Mereka itu berkata terus terang bukan secara sindiran ataupun secara sembunyi.
Firman Allah:
قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ
Artinya:
Ia berkata Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?"
(Q.S. Yasin: 78).
5. Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu;
padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan
sebahagiannya kamu makan.(QS. 16:5)
Surah An Nahl 5
وَالْأَنْعَامَ خَلَقَهَا لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ (5)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan aneka ragam nikmat Nya yang disediakan untuk para hamba Nya yaitu binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing dan lain sebagainya seperti diterangkan secara terperinci dalam surah Al An'am, semua ada 8 pasang. Dan nikmat yang diperoleh dari binatang seperti bulunya, yang dapat dibuat kain wool, berguna untuk memelihara panas badannya dari gangguan udara dingin, dan kulitnya digunakan sepatu dan peralatan lainnya, dan juga susu dan dagingnya dapat berguna bagi kesehatan.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa binatang ternak itu diciptakan untuk manusia agar manusia dapat memanfaatkannya sebagai sumber pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 5
وَالْأَنْعَامَ خَلَقَهَا لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ (5)
(Dan binatang ternak) yakni unta, sapi dan kambing. Lafal al-an`aam dibaca nashab karena dinashabkan oleh fi`il yang diperkirakan keberadaannya lalu fi`il tersebut ditafsirkan atau dijelaskan oleh lafal berikut ini, yaitu: (Dia telah menciptakannya untuk kalian) sebagian dari manusia (padanya ada kehangatan) yaitu bulu dan kulitnya dapat dibuat pakaian dan selimut untuk penghangat tubuh kalian (dan berbagai manfaat) yaitu dari anak-anaknya, air susunya dan dapat dijadikan sebagai kendaraan (dan sebagiannya kalian makan) zharaf didahulukan karena untuk tujuan fashilah.
6. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.(QS. 16:6)
Surah An Nahl 6
وَلَكُمْ فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ وَحِينَ تَسْرَحُونَ (6)
Dalam pada itu Allah SWT menjelaskan pula bahwa manusia memperoleh pemandangan yang indah pada binatang ternak itu, yaitu keindahan mereka rasakan pada saat menggiring binatang ternak itu kembali ke kandang, menjelang senja, dan pemandangan indah yang mereka rasakan pada saat membawa binatang ternak itu melepaskan ke tempat penggembalaan. Keindahan yang dirasakan oleh manusia yang diperoleh dari binatang ternak itu termasuk nikmat Allah yang diberikan kepada hamba Nya.
Surah An Nahl 5
وَالْأَنْعَامَ خَلَقَهَا لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ (5)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan aneka ragam nikmat Nya yang disediakan untuk para hamba Nya yaitu binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing dan lain sebagainya seperti diterangkan secara terperinci dalam surah Al An'am, semua ada 8 pasang. Dan nikmat yang diperoleh dari binatang seperti bulunya, yang dapat dibuat kain wool, berguna untuk memelihara panas badannya dari gangguan udara dingin, dan kulitnya digunakan sepatu dan peralatan lainnya, dan juga susu dan dagingnya dapat berguna bagi kesehatan.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa binatang ternak itu diciptakan untuk manusia agar manusia dapat memanfaatkannya sebagai sumber pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 5
وَالْأَنْعَامَ خَلَقَهَا لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ (5)
(Dan binatang ternak) yakni unta, sapi dan kambing. Lafal al-an`aam dibaca nashab karena dinashabkan oleh fi`il yang diperkirakan keberadaannya lalu fi`il tersebut ditafsirkan atau dijelaskan oleh lafal berikut ini, yaitu: (Dia telah menciptakannya untuk kalian) sebagian dari manusia (padanya ada kehangatan) yaitu bulu dan kulitnya dapat dibuat pakaian dan selimut untuk penghangat tubuh kalian (dan berbagai manfaat) yaitu dari anak-anaknya, air susunya dan dapat dijadikan sebagai kendaraan (dan sebagiannya kalian makan) zharaf didahulukan karena untuk tujuan fashilah.
6. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.(QS. 16:6)
Surah An Nahl 6
وَلَكُمْ فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ وَحِينَ تَسْرَحُونَ (6)
Dalam pada itu Allah SWT menjelaskan pula bahwa manusia memperoleh pemandangan yang indah pada binatang ternak itu, yaitu keindahan mereka rasakan pada saat menggiring binatang ternak itu kembali ke kandang, menjelang senja, dan pemandangan indah yang mereka rasakan pada saat membawa binatang ternak itu melepaskan ke tempat penggembalaan. Keindahan yang dirasakan oleh manusia yang diperoleh dari binatang ternak itu termasuk nikmat Allah yang diberikan kepada hamba Nya.
7. Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu
tidak sanggup sampai kepadanya melainkan dengan kesukaran-kesukaran
(yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang,(QS. 16:7)
Surah An Nahl 7
وَتَحْمِلُ أَثْقَالَكُمْ إِلَى بَلَدٍ لَمْ تَكُونُوا بَالِغِيهِ إِلَّا بِشِقِّ الْأَنْفُسِ إِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (7)
Kemudian Allah SWT menyebutkan nikmat Nya yang lain yang diperoleh manusia dari binatang ternak itu yakni mengangkut barang/beban manusia yang berat tanpa bersusah payah.
Allah berfirman:
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهَا وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ
Artinya:
Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu. Kami memberi minum kamu dan air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan.
(Q.S. Al-Mu'minun: 21)
Dan firman Nya:
اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَنْعَامَ لِتَرْكَبُوا مِنْهَا وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ
Artinya:
Allah lah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan.
(Q.S. Al-Mu'min: 79).
Kemudian Allah SWT menegaskan bahwa sebenarnya Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kasih sayang Allah disebutkan dalam ayat ini agar manusia dapat mensyukuri nikmat Allah yang didapat manusia dan binatang ternak itu, yang sangat bermanfaat bagi mereka, sebagai alat pengangkut yang sangat penting artinya bagi kehidupan mereka.
Allah SWT berfirman:
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَا أَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ
Artinya:
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah mencipitakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya?.
(Q.S. Yasin: 71).
8. dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.(QS. 16:8)
Surah An Nahl 8
وَالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (8)
Sesudah itu Allah SWT menyebutkan beberapa binatang ternak yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia itu, yaitu Allah menciptakan kuda, bagal dan keledai untuk dikendarai dan dijadikan perhiasan yang menyenangkan.
Ada segolongan Fuqaha yang mengharamkan daging kuda. Mereka ini mengemukakan alasan bahwa kuda itu diciptakan Allah untuk dijadikan kendaraan bukan untuk dimakan. Alasan ini diperkuat dengan mantuqnya ayat.
Di dalam ayat ini disebutkan 3 jenis binatang ternak. Hal ini menunjukkan bahwa kuda dan keledai hukumnya sama-sama haram dimakan. Dan seumpama ketiga binatang ini boleh dimakan tentulah disebutkan di dalam ayat ini, sebab kebutuhan seseorang untuk makan lebih terasa dari pada kebutuhan mereka terhadap kendaraan.
Akan tetapi alasan yang dikemukakan di atas ini tidak disetujui oleh kalangan fuqaha yang lain dengan alasan bahwa seandainya ayat ini menunjukkan keharaman kuda, tentulah keledai yang dipelihara termasuk ke dalamnya.
Dan kalau memang demikian pengertiannya, tentulah pada saat terjadinya perang Khaibar tidak perlu adanya penegasan keharaman memakan keledai piaraan itu, karena ayat itu turun jauh sebelum perang Khaibar yaitu turun di Mekah.
Apa lagi banyak terdapat dalil-dalil yang sahih yang membolehkan memakan daging kuda. Dalil-dali1 ini ialah:
نحرنا على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فرسا فأكلنا
Artinya:
Kami berkorban seekor kuda pada masa Rasulullah, lalu kami memakan dagingnya.
(H.R. Bukhari dan Muslim dari Asma').
أطعمنا رسول الله صلى الله عليه وسلم لحوم الخيل ونهانا عن لحوم الحمر الأهلية
Artinya:
Rasulullah menyuruh kami memakan daging kuda dan melarang kami memakan daging keledai piaraan.
(H.R Abu Ubaid, Ibnu Abi Syaibah, Turmuzi dan Nasa'I dan lain-lain dari Jabir).
نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن لحوم الحمر الأهلية وأذن فى الخيل
Artinya:
Rasulullah melarang memakan daging keledai piaraan dan membolehkan memakan daging kuda.
(H.R Bukhari dari Abu Daud dari Jabir).
Di samping hadis tersebut, memang ada hadis yang melarang memakan daging kuda, bagal dan keledai.
نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن أكل كل ذى ناب من السباع وعن البغال وعن لحوم الحمر الأهليه
Artinya:
Rasulullah melarang memakan daging tiap-tiap binatang buas yang bertaring, daging kuda bagal dan keledai piaraan.
Hanya saja di antara sanad-sanad hadis ini terdapat orang yang namanya Salah bin Yahya sedang orang ini diragukan kekuatan hafalannya.
Dan seumpama hadis ini sahih, nilai kekuatannya tidak melebihi hadis-hadis sahih yang lain lebih banyak yang membolehkan memakan daging keledai itu.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa hadis yang melarang memakan daging kuda, bagal dan keledai itu terjadi sebelum peristiwa Khaibar, oleh sebab itu maka tidak ada halangannya apabila hadis ini dinasikh oleh hadis yang menerangkan kebolehannya.
Di akhir ayat Allah SWT menyebutkan bahwa Dia menciptakan semua makhluk yang belum diketahui oleh manusia, baik binatang darat, laut ataupun ataupun angkasa yang dapat diambil manfaatnya oleh manusia, seperti binatang-binatang ternak, berkuku genap ataupun berkuku ganjil, yang disebut dalam ayat-ayat sebelum ayat ini, agar manusia dapat memahami betapa luasnya nikmat Allah SWT yang diberikan kepada mereka yang tiada putus-putusnya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 8
وَالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (8)
(Dan) Dia telah menciptakan (kuda, bighal dan keledai agar kalian menungganginya dan menjadikannya sebagai perhiasan) lafal ziinatan menjadi maf`ul lah. Disebutkannya kedua `illat itu, yaitu untuk ditunggangi dan dianggap sebagai perhiasan hal ini sama sekali tidak bertentangan dengan manfaat lain yang ada padanya. Seperti halnya pada kuda, selain dapat ditunggangi dan dijadikan perhiasan dagingnya dapat dimakan, hal ini telah ditetapkan berdasarkan hadis kitab Sahih Bukhari dan Muslim. (Dan Allah menciptakan apa yang kalian tidak mengetahuinya) berupa hal-hal yang aneh dan menakjubkan.
9. Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar).(QS. 16:9)
Surah An Nahl 9
وَعَلَى اللَّهِ قَصْدُ السَّبِيلِ وَمِنْهَا جَائِرٌ وَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ (9)
Sesudah itu Allah SWT menyebutkan nikmat Nya yang berguna untuk kepentingan jiwa mereka, agar mereka mengetahui dan mensyukuri Pencipta Alam Semesta ini dan Pencipta nikmat yang sangat luas ini.
Allah SWT menjelaskan bahwa Dia lah yang mempunyai kekuasaan tertinggi untuk membimbing manusia ke jalan yang lurus, agar manusia sampai pada kebenaran dengan memberikan bimbingan wahyu kepada para Rasul Nya dan memerintahkan agar mengajak manusia menaati bimbingan wahyu itu. Dengan demikian maka barang siapa mengikuti bimbingan itu berarti ia akan peroleh kebahagiaan, dan kebahagiaan itu sangat berguna bagi dirinya, tetapi barang siapa yang menempuh jalan sesat maka deritanya akan dirasakannya sendiri.
Allah SWT berfirman:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya:
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.
(Q.S Al An'am: 153).
Dan firman Nya:
قَالَ هَذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ
Artinya:
Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajipan aku lah (menjaganya)".
(Q.S Al Hijr: 41)
Dan firman-Nya:
إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَى
Artinya:
Sesungguhnya kewajiban Kami lah memberi petunjuk.
(Q.S Al Lail: 12).
Di samping jalan lurus itu ada jalan lain yang menyimpang dari kebenaran yang apabila manusia melalui jalan itu tidak akan mencapai kebahagiaan, jalan itu adalah jalan yang tersesat, yang membawa manusia pada perpecahan dan kehancuran.
Dimaksud dengan jalan lurus ini ialah Agama Islam, sedang jalan yang tersesat ialah agama-agama yang lain, baik agama itu berlandaskan pada wahyu yang diturunkan kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang telah berubah dari sumber aslinya ataupun agama yang berlandaskan pada hasil pemikiran atau renungan semata.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa jalan lurus yang mengantarkan manusia untuk memperoleh kebahagiaan hanyalah Agama Islam, yaitu agama yang disyariatkan Allah dan diwahyukan Nya kepada Nabi Muhammad saw. Yaitu Agama yang sesuai dengan fitrah manusia.
Allah SWT berfirman:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
Artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah) (tataplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
(Q.S Ar Rum: 30).
Untuk membimbing manusia seluruhnya beragama tauhid, tentulah Allah berkuasa, akan tetapi Allah SWT Maha Bijaksana, Ia telah memberi akal pikiran kepada manusia agar dipergunakan sebagaimana mestinya, dan Allah SWT telah memberikan bimbingan wahyu kepada manusia dengan Rasul Nya, agar manusia melaksanakan tuntunan wahyu itu dengan diberi pilihan.
Untuk mendorong minat manusia melakukan amal yang baik, Allah SWT menjanjikan pahala, dan untuk menghilangkan minat mereka melakukan amal yang jelek, Allah telah mengancam bagi pelaku-pelakunya dengan ancaman yang pedih. Hal ini dimaksudkan agar manusia suka mengikuti petunjuk petunjuk Nya dan menghindari larangan-larangan Nya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 9
وَعَلَى اللَّهِ قَصْدُ السَّبِيلِ وَمِنْهَا جَائِرٌ وَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ (9)
(Dan hak bagi Allah menerangkan jalan yang lurus) hak bagi Allah menjelaskannya (dan di antara jalan-jalan) tersebut (ada yang bengkok) menyimpang dari jalan yang lurus. (Dan jika Dia menghendaki) untuk memberi petunjuk kepada kalian (niscaya Dia memberi petunjuk kepada kalian) ke jalan yang lurus (semuanya) sehingga kalian semua mendapat petunjuk ke jalan yang lurus itu atas kehendak kalian sendiri.
10. Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.(QS. 16:10)
Surah An Nahl 10
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ (10)
Setelah Allah SWT menyebutkan nikmat Nya yang dapat dirasakan oleh manusia di permukaan bumi yaitu nikmat yang mereka peroleh dari binatang yang dapat mencukupkan keperluan hidup manusia, maka Allah SWT menyebutkan pula nikmat yang diperoleh manusia dari langit secara langsung atau tidak langsung.
Nikmat Allah yang mereka peroleh secara langsung adalah hujan yang diturunkan dari langit, air hujan dapat dijadikan air minum dan keperluan lainnya dalam kehidupan mereka sehari-hari, seperti mandi, mencuci pakaian dan lain sebagainya. Dan karena air hujan, udara yang panas menjadi sejuk menyegarkan badan.
Sedang nikmat Allah yang diperoleh secara tidak langsung dari air hujan itu adalah, air hujan itu dapat mengairi segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohonan dan rerumputan. Di padang rumput ini manusia menggembalakan binatang ternak mereka.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 10
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ (10)
(Dialah Yang telah menurunkan air hujan itu dari langit untuk kalian, sebagiannya menjadi minuman) untuk kalian minum (dan sebagiannya menjadi tumbuh-tumbuhan) maksudnya oleh sebab air itu menjadi suburlah tumbuh-tumbuhan (yang pada tempat tumbuhnya kalian menggembalakan ternak kalian) kalian jadikan sebagai tempat menggembalakan ternak.
11. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.(QS. 16:11)
Surah An Nahl 11
يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالْأَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (11)
Dan karena hujan itu pulalah Allah SWT menumbuhkan tanam-tanaman yang buahnya dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dari jenis rumput rumputan, manusia dapat memperoleh bahan makanan dan zaitun mereka dapat memperoleh rempah-rempah, dan dari kurma dan anggur mereka dapat memperoleh buah-buahan sebagai penambah lezatnya makanan mereka.
Kemudian disebut pula segala macam buah-buahan, agar manusia dapat mengetahui kekuasaan Nya yang tidak terbatas, yaitu dari air yang sama Allah SWT berkuasa menumbuhkan tanam-tanaman yang beraneka ragam dan mengeluarkan buah-buahan yang beraneka ragam bentuk. Warna dan rasanya. Segala macam tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan bahan pemenuhan kebutuhan hidup mereka, adalah nikmat yang diberikan oleh Allah dan sekaligus sebagai bukti keesaan Tuhan bagi orang yang mengingkari Nya.
Pada akhir ayat Allah SWT menandaskan bahwa segala macam nikmat yang diturunkan baik secara langsung ataupun tidak langsung adalah merupakan bukti-bukti kebenaran bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Allah. Bukti-bukti itu dapat diketahui oleh orang-orang yang memperhatikan dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Tuhan serta memikirkan hukum-hukum yang berlaku di dalamnya. Bukti-bukti kekuasaan Tuhan yang terdapat di kolong langit ini cukup memberikan kepuasan pada orang yang benar-benar memperhatikan kekuasaan Nya dan cukup kuat untuk mempercayai keesaan Nya. Sebagai contoh misalnya orang yang memperhatikan biji-bijian, baik biji tunggal ataupun yang berkeping dua, yang terletak di permukaan tanah yang dibasahi oleh embun, lama kelamaan merkahlah biji itu dan keluarlah akarnya menembus permukaan bumi. Kemudian tumbuh batang dan dedaunan. Dan kemudian berkembang menjadi besar berbunga dan berbuah. Satu hal yang menarik perhatian ialah biji-bijian yang hampir sama menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam dan menghasilkan buah-buahan yang bermacam-macam bentuk warna dan rasanya. Orang yang demikian tentunya akan melihat bahwa pencipta dari segala macam tumbuh-tumbuhan itu ialah Zat Yang Maha Sempurna yang tidak bisa disaingi oleh zat-zat yang lain. Dialah yang berhak dipertuhan dan berhak disembah.
12. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya),(QS. 16:12)
Surah An Nahl 12
وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومُ مُسَخَّرَاتٌ بِأَمْرِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (12)
Kemudian, Allah SWT menjelaskan bahwa Dialah yang mengendalikan malam dan siang, matahari dan bulan. Kesemuanya itu untuk kepentingan manusia. Sebagai nikmai yang diciptakan Allah untuk mereka. Allah SWT mengendalikan siang dan malam secara berganti-ganti. Malam sebagai waktu untuk manusia beristirahat dan tidur agar tenang pikirannya di siang harinya. Sedang siang adalah waktu untuk mereka berusaha mencari rezeki guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Allah SWT men menyebutkan matahari dan bulan. Matahari sebagai penyebab adanya siang dan malam. Apabila matahari muncul di cakrawala di bagian bola langit sebelah timur berarti hari sudah mulai siang dan makin lama matahari makin meninggi bergerak di angkasa secara perlahan-lahan dan apabila matahari telah tenggelam di bagian ufuk sebelah barat berarti malam telah mulai tiba. Matahari sebagai sumber tenaga yang sangat diperlukan bagi segenap kehidupan yang ada di permukaan bumi ini, diperlukan oleh manusia oleh binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Bulan mempunyai perjalanan yang lebih cepat dari matahari sehingga menyebabkan kedudukan dan rupa-rupa semu yang berubah-ubah. Pada suatu saat ia berbentuk sabit beberapa hari kemudian bertambah besar akhirnya menjadi bulan purnama, sesudah itu cahayanya mulai berkurang, sehingga habis sama sekali, saat itu disebut bulan mati. Dari perubahan-perubahan rupa-rupa semua inilah orang dapat mengetahui tanggal yang sangat bermanfaat bagi pelaksanaan ibadat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa benda langit itu merupakan nikmat Allah yang sangat besar bagi manusia, baik manfaat bagi kehidupan mereka ataupun manfaat bagi pengetahuan mereka.
Allah SWT menyebutkan juga bahwa Dia mengendalikan bintang-bintang yang bergerak pada orbitnya sendiri-sendiri dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan Tuhan. Gerakannya begitu teratur dan tetap, demikian pula posisi dan konstelasinya. Hal ini memberikan petunjuk kepada manusia untuk mengetahui posisi mereka di permukaan bumi dengan berpedoman kepada kedudukan bintang-bintang itu, baik di daratan, di lautan maupun di udara, terutama pada saat tanda-tanda dan rambu-rambu pengenal lainnya tak dapat dilihat.
Di rakhir ayat Allah SWT menandaskan sekali lagi bahwa matahari bulan dan bintang itu menjadi tanda bukti yang jelas bagi mereka yang suka memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah itu dan dapat memahami hukum-hukum yang berlaku terhadapnya.
Disebutkan bahwa tanda-tanda kekuasaan itu sebagai bukti bagi orang yang berakal, memberikan pengertian bahwa memikirkan tanda-tanda kekuasaan yang terdapat di angkasa tidaklah hanya di dapat dengan penglihatan selintas saja melainkan dengan merenungkan dan memikirkan dengan akal yang sehat. Berbeda dengan memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat di permukaan bumi. Dalam hal ini dengan pandangan selintas saja manusia akan dapat mengetahui keagungan pencipta-Nya, dan dalam hal ini manusia dapat melihat tanda-tanda kekuasaan itu secara langsung. Sedang memperhatikan benda-benda langit, selain benda langit itu yang terlihat hanya rupa-rupa semu saja, juga yang terlihat oleh mata itu hanya sesungguhnya merupakan akibat saja dari keadaan yang sebenarnya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 12
وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومُ مُسَخَّرَاتٌ بِأَمْرِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (12)
(Dan Dia menundukkan malam dan siang untuk kalian, dan matahari) lafal wasysyamsa bila dibaca nashab berarti diathafkan kepada lafal sebelumnya, bila dibaca rafa' berarti menjadi mubtada (bulan dan bintang-bintang) kedua lafal ini dapat dibaca nashab dan rafa` (ditundukkan) kalau dibaca nashab, maka berkedudukan menjadi hal, dan kalau dibaca rafa` maka menjadi khabar (dengan perintah-Nya) berdasarkan kehendak-Nya (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang memahami-Nya) bagi kaum yang mau memikirkannya.
13. dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.(QS. 16:13)
Surah An Nahl 13
وَمَا ذَرَأَ لَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ (13)
Dalam pada itu Allah SWT menjelaskan bahwa Dia juga mengendalikan segala macam benda yang diciptakan, baik benda-benda itu hanya terdapat di permukaan bumi seperti aneka ragam binatang ternak dan tumbuh-tumbuhan juga benda-benda yang terdapat di dalam benda itu sendiri, seperti benda-benda mineral dan barang tambang. Kesemuanya itu diciptakan oleh Allah beraneka ragam jenis bentuknya. Dan manfaatnyapun bermacam-macam pula.
Di akhir ayat Allah SWT menjelaskan bahwa sesungguhnya pada nikmat-nikmat yang telah diciptakan oleh Allah SWT yang beraneka ragam bentuk itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mengambil pelajaran. Yaitu mereka memahami betapa besarnya nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka dan mensyukuri nikmat-nikmat itu sebagaimana mestinya, serta memanfaatkannya sesuai dengan keperluan mereka menurut keridaan Allah.
Surah An Nahl 7
وَتَحْمِلُ أَثْقَالَكُمْ إِلَى بَلَدٍ لَمْ تَكُونُوا بَالِغِيهِ إِلَّا بِشِقِّ الْأَنْفُسِ إِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (7)
Kemudian Allah SWT menyebutkan nikmat Nya yang lain yang diperoleh manusia dari binatang ternak itu yakni mengangkut barang/beban manusia yang berat tanpa bersusah payah.
Allah berfirman:
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهَا وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ
Artinya:
Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu. Kami memberi minum kamu dan air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan.
(Q.S. Al-Mu'minun: 21)
Dan firman Nya:
اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَنْعَامَ لِتَرْكَبُوا مِنْهَا وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ
Artinya:
Allah lah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan.
(Q.S. Al-Mu'min: 79).
Kemudian Allah SWT menegaskan bahwa sebenarnya Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kasih sayang Allah disebutkan dalam ayat ini agar manusia dapat mensyukuri nikmat Allah yang didapat manusia dan binatang ternak itu, yang sangat bermanfaat bagi mereka, sebagai alat pengangkut yang sangat penting artinya bagi kehidupan mereka.
Allah SWT berfirman:
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَا أَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ
Artinya:
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah mencipitakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya?.
(Q.S. Yasin: 71).
8. dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.(QS. 16:8)
Surah An Nahl 8
وَالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (8)
Sesudah itu Allah SWT menyebutkan beberapa binatang ternak yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia itu, yaitu Allah menciptakan kuda, bagal dan keledai untuk dikendarai dan dijadikan perhiasan yang menyenangkan.
Ada segolongan Fuqaha yang mengharamkan daging kuda. Mereka ini mengemukakan alasan bahwa kuda itu diciptakan Allah untuk dijadikan kendaraan bukan untuk dimakan. Alasan ini diperkuat dengan mantuqnya ayat.
Di dalam ayat ini disebutkan 3 jenis binatang ternak. Hal ini menunjukkan bahwa kuda dan keledai hukumnya sama-sama haram dimakan. Dan seumpama ketiga binatang ini boleh dimakan tentulah disebutkan di dalam ayat ini, sebab kebutuhan seseorang untuk makan lebih terasa dari pada kebutuhan mereka terhadap kendaraan.
Akan tetapi alasan yang dikemukakan di atas ini tidak disetujui oleh kalangan fuqaha yang lain dengan alasan bahwa seandainya ayat ini menunjukkan keharaman kuda, tentulah keledai yang dipelihara termasuk ke dalamnya.
Dan kalau memang demikian pengertiannya, tentulah pada saat terjadinya perang Khaibar tidak perlu adanya penegasan keharaman memakan keledai piaraan itu, karena ayat itu turun jauh sebelum perang Khaibar yaitu turun di Mekah.
Apa lagi banyak terdapat dalil-dalil yang sahih yang membolehkan memakan daging kuda. Dalil-dali1 ini ialah:
نحرنا على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فرسا فأكلنا
Artinya:
Kami berkorban seekor kuda pada masa Rasulullah, lalu kami memakan dagingnya.
(H.R. Bukhari dan Muslim dari Asma').
أطعمنا رسول الله صلى الله عليه وسلم لحوم الخيل ونهانا عن لحوم الحمر الأهلية
Artinya:
Rasulullah menyuruh kami memakan daging kuda dan melarang kami memakan daging keledai piaraan.
(H.R Abu Ubaid, Ibnu Abi Syaibah, Turmuzi dan Nasa'I dan lain-lain dari Jabir).
نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن لحوم الحمر الأهلية وأذن فى الخيل
Artinya:
Rasulullah melarang memakan daging keledai piaraan dan membolehkan memakan daging kuda.
(H.R Bukhari dari Abu Daud dari Jabir).
Di samping hadis tersebut, memang ada hadis yang melarang memakan daging kuda, bagal dan keledai.
نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن أكل كل ذى ناب من السباع وعن البغال وعن لحوم الحمر الأهليه
Artinya:
Rasulullah melarang memakan daging tiap-tiap binatang buas yang bertaring, daging kuda bagal dan keledai piaraan.
Hanya saja di antara sanad-sanad hadis ini terdapat orang yang namanya Salah bin Yahya sedang orang ini diragukan kekuatan hafalannya.
Dan seumpama hadis ini sahih, nilai kekuatannya tidak melebihi hadis-hadis sahih yang lain lebih banyak yang membolehkan memakan daging keledai itu.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa hadis yang melarang memakan daging kuda, bagal dan keledai itu terjadi sebelum peristiwa Khaibar, oleh sebab itu maka tidak ada halangannya apabila hadis ini dinasikh oleh hadis yang menerangkan kebolehannya.
Di akhir ayat Allah SWT menyebutkan bahwa Dia menciptakan semua makhluk yang belum diketahui oleh manusia, baik binatang darat, laut ataupun ataupun angkasa yang dapat diambil manfaatnya oleh manusia, seperti binatang-binatang ternak, berkuku genap ataupun berkuku ganjil, yang disebut dalam ayat-ayat sebelum ayat ini, agar manusia dapat memahami betapa luasnya nikmat Allah SWT yang diberikan kepada mereka yang tiada putus-putusnya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 8
وَالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (8)
(Dan) Dia telah menciptakan (kuda, bighal dan keledai agar kalian menungganginya dan menjadikannya sebagai perhiasan) lafal ziinatan menjadi maf`ul lah. Disebutkannya kedua `illat itu, yaitu untuk ditunggangi dan dianggap sebagai perhiasan hal ini sama sekali tidak bertentangan dengan manfaat lain yang ada padanya. Seperti halnya pada kuda, selain dapat ditunggangi dan dijadikan perhiasan dagingnya dapat dimakan, hal ini telah ditetapkan berdasarkan hadis kitab Sahih Bukhari dan Muslim. (Dan Allah menciptakan apa yang kalian tidak mengetahuinya) berupa hal-hal yang aneh dan menakjubkan.
9. Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar).(QS. 16:9)
Surah An Nahl 9
وَعَلَى اللَّهِ قَصْدُ السَّبِيلِ وَمِنْهَا جَائِرٌ وَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ (9)
Sesudah itu Allah SWT menyebutkan nikmat Nya yang berguna untuk kepentingan jiwa mereka, agar mereka mengetahui dan mensyukuri Pencipta Alam Semesta ini dan Pencipta nikmat yang sangat luas ini.
Allah SWT menjelaskan bahwa Dia lah yang mempunyai kekuasaan tertinggi untuk membimbing manusia ke jalan yang lurus, agar manusia sampai pada kebenaran dengan memberikan bimbingan wahyu kepada para Rasul Nya dan memerintahkan agar mengajak manusia menaati bimbingan wahyu itu. Dengan demikian maka barang siapa mengikuti bimbingan itu berarti ia akan peroleh kebahagiaan, dan kebahagiaan itu sangat berguna bagi dirinya, tetapi barang siapa yang menempuh jalan sesat maka deritanya akan dirasakannya sendiri.
Allah SWT berfirman:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya:
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.
(Q.S Al An'am: 153).
Dan firman Nya:
قَالَ هَذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ
Artinya:
Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajipan aku lah (menjaganya)".
(Q.S Al Hijr: 41)
Dan firman-Nya:
إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدَى
Artinya:
Sesungguhnya kewajiban Kami lah memberi petunjuk.
(Q.S Al Lail: 12).
Di samping jalan lurus itu ada jalan lain yang menyimpang dari kebenaran yang apabila manusia melalui jalan itu tidak akan mencapai kebahagiaan, jalan itu adalah jalan yang tersesat, yang membawa manusia pada perpecahan dan kehancuran.
Dimaksud dengan jalan lurus ini ialah Agama Islam, sedang jalan yang tersesat ialah agama-agama yang lain, baik agama itu berlandaskan pada wahyu yang diturunkan kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang telah berubah dari sumber aslinya ataupun agama yang berlandaskan pada hasil pemikiran atau renungan semata.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa jalan lurus yang mengantarkan manusia untuk memperoleh kebahagiaan hanyalah Agama Islam, yaitu agama yang disyariatkan Allah dan diwahyukan Nya kepada Nabi Muhammad saw. Yaitu Agama yang sesuai dengan fitrah manusia.
Allah SWT berfirman:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
Artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah) (tataplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
(Q.S Ar Rum: 30).
Untuk membimbing manusia seluruhnya beragama tauhid, tentulah Allah berkuasa, akan tetapi Allah SWT Maha Bijaksana, Ia telah memberi akal pikiran kepada manusia agar dipergunakan sebagaimana mestinya, dan Allah SWT telah memberikan bimbingan wahyu kepada manusia dengan Rasul Nya, agar manusia melaksanakan tuntunan wahyu itu dengan diberi pilihan.
Untuk mendorong minat manusia melakukan amal yang baik, Allah SWT menjanjikan pahala, dan untuk menghilangkan minat mereka melakukan amal yang jelek, Allah telah mengancam bagi pelaku-pelakunya dengan ancaman yang pedih. Hal ini dimaksudkan agar manusia suka mengikuti petunjuk petunjuk Nya dan menghindari larangan-larangan Nya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 9
وَعَلَى اللَّهِ قَصْدُ السَّبِيلِ وَمِنْهَا جَائِرٌ وَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ (9)
(Dan hak bagi Allah menerangkan jalan yang lurus) hak bagi Allah menjelaskannya (dan di antara jalan-jalan) tersebut (ada yang bengkok) menyimpang dari jalan yang lurus. (Dan jika Dia menghendaki) untuk memberi petunjuk kepada kalian (niscaya Dia memberi petunjuk kepada kalian) ke jalan yang lurus (semuanya) sehingga kalian semua mendapat petunjuk ke jalan yang lurus itu atas kehendak kalian sendiri.
10. Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.(QS. 16:10)
Surah An Nahl 10
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ (10)
Setelah Allah SWT menyebutkan nikmat Nya yang dapat dirasakan oleh manusia di permukaan bumi yaitu nikmat yang mereka peroleh dari binatang yang dapat mencukupkan keperluan hidup manusia, maka Allah SWT menyebutkan pula nikmat yang diperoleh manusia dari langit secara langsung atau tidak langsung.
Nikmat Allah yang mereka peroleh secara langsung adalah hujan yang diturunkan dari langit, air hujan dapat dijadikan air minum dan keperluan lainnya dalam kehidupan mereka sehari-hari, seperti mandi, mencuci pakaian dan lain sebagainya. Dan karena air hujan, udara yang panas menjadi sejuk menyegarkan badan.
Sedang nikmat Allah yang diperoleh secara tidak langsung dari air hujan itu adalah, air hujan itu dapat mengairi segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohonan dan rerumputan. Di padang rumput ini manusia menggembalakan binatang ternak mereka.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 10
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ (10)
(Dialah Yang telah menurunkan air hujan itu dari langit untuk kalian, sebagiannya menjadi minuman) untuk kalian minum (dan sebagiannya menjadi tumbuh-tumbuhan) maksudnya oleh sebab air itu menjadi suburlah tumbuh-tumbuhan (yang pada tempat tumbuhnya kalian menggembalakan ternak kalian) kalian jadikan sebagai tempat menggembalakan ternak.
11. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.(QS. 16:11)
Surah An Nahl 11
يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالْأَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (11)
Dan karena hujan itu pulalah Allah SWT menumbuhkan tanam-tanaman yang buahnya dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dari jenis rumput rumputan, manusia dapat memperoleh bahan makanan dan zaitun mereka dapat memperoleh rempah-rempah, dan dari kurma dan anggur mereka dapat memperoleh buah-buahan sebagai penambah lezatnya makanan mereka.
Kemudian disebut pula segala macam buah-buahan, agar manusia dapat mengetahui kekuasaan Nya yang tidak terbatas, yaitu dari air yang sama Allah SWT berkuasa menumbuhkan tanam-tanaman yang beraneka ragam dan mengeluarkan buah-buahan yang beraneka ragam bentuk. Warna dan rasanya. Segala macam tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan bahan pemenuhan kebutuhan hidup mereka, adalah nikmat yang diberikan oleh Allah dan sekaligus sebagai bukti keesaan Tuhan bagi orang yang mengingkari Nya.
Pada akhir ayat Allah SWT menandaskan bahwa segala macam nikmat yang diturunkan baik secara langsung ataupun tidak langsung adalah merupakan bukti-bukti kebenaran bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Allah. Bukti-bukti itu dapat diketahui oleh orang-orang yang memperhatikan dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan Tuhan serta memikirkan hukum-hukum yang berlaku di dalamnya. Bukti-bukti kekuasaan Tuhan yang terdapat di kolong langit ini cukup memberikan kepuasan pada orang yang benar-benar memperhatikan kekuasaan Nya dan cukup kuat untuk mempercayai keesaan Nya. Sebagai contoh misalnya orang yang memperhatikan biji-bijian, baik biji tunggal ataupun yang berkeping dua, yang terletak di permukaan tanah yang dibasahi oleh embun, lama kelamaan merkahlah biji itu dan keluarlah akarnya menembus permukaan bumi. Kemudian tumbuh batang dan dedaunan. Dan kemudian berkembang menjadi besar berbunga dan berbuah. Satu hal yang menarik perhatian ialah biji-bijian yang hampir sama menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam dan menghasilkan buah-buahan yang bermacam-macam bentuk warna dan rasanya. Orang yang demikian tentunya akan melihat bahwa pencipta dari segala macam tumbuh-tumbuhan itu ialah Zat Yang Maha Sempurna yang tidak bisa disaingi oleh zat-zat yang lain. Dialah yang berhak dipertuhan dan berhak disembah.
12. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya),(QS. 16:12)
Surah An Nahl 12
وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومُ مُسَخَّرَاتٌ بِأَمْرِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (12)
Kemudian, Allah SWT menjelaskan bahwa Dialah yang mengendalikan malam dan siang, matahari dan bulan. Kesemuanya itu untuk kepentingan manusia. Sebagai nikmai yang diciptakan Allah untuk mereka. Allah SWT mengendalikan siang dan malam secara berganti-ganti. Malam sebagai waktu untuk manusia beristirahat dan tidur agar tenang pikirannya di siang harinya. Sedang siang adalah waktu untuk mereka berusaha mencari rezeki guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Allah SWT men menyebutkan matahari dan bulan. Matahari sebagai penyebab adanya siang dan malam. Apabila matahari muncul di cakrawala di bagian bola langit sebelah timur berarti hari sudah mulai siang dan makin lama matahari makin meninggi bergerak di angkasa secara perlahan-lahan dan apabila matahari telah tenggelam di bagian ufuk sebelah barat berarti malam telah mulai tiba. Matahari sebagai sumber tenaga yang sangat diperlukan bagi segenap kehidupan yang ada di permukaan bumi ini, diperlukan oleh manusia oleh binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Bulan mempunyai perjalanan yang lebih cepat dari matahari sehingga menyebabkan kedudukan dan rupa-rupa semu yang berubah-ubah. Pada suatu saat ia berbentuk sabit beberapa hari kemudian bertambah besar akhirnya menjadi bulan purnama, sesudah itu cahayanya mulai berkurang, sehingga habis sama sekali, saat itu disebut bulan mati. Dari perubahan-perubahan rupa-rupa semua inilah orang dapat mengetahui tanggal yang sangat bermanfaat bagi pelaksanaan ibadat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa benda langit itu merupakan nikmat Allah yang sangat besar bagi manusia, baik manfaat bagi kehidupan mereka ataupun manfaat bagi pengetahuan mereka.
Allah SWT menyebutkan juga bahwa Dia mengendalikan bintang-bintang yang bergerak pada orbitnya sendiri-sendiri dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan Tuhan. Gerakannya begitu teratur dan tetap, demikian pula posisi dan konstelasinya. Hal ini memberikan petunjuk kepada manusia untuk mengetahui posisi mereka di permukaan bumi dengan berpedoman kepada kedudukan bintang-bintang itu, baik di daratan, di lautan maupun di udara, terutama pada saat tanda-tanda dan rambu-rambu pengenal lainnya tak dapat dilihat.
Di rakhir ayat Allah SWT menandaskan sekali lagi bahwa matahari bulan dan bintang itu menjadi tanda bukti yang jelas bagi mereka yang suka memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah itu dan dapat memahami hukum-hukum yang berlaku terhadapnya.
Disebutkan bahwa tanda-tanda kekuasaan itu sebagai bukti bagi orang yang berakal, memberikan pengertian bahwa memikirkan tanda-tanda kekuasaan yang terdapat di angkasa tidaklah hanya di dapat dengan penglihatan selintas saja melainkan dengan merenungkan dan memikirkan dengan akal yang sehat. Berbeda dengan memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang terdapat di permukaan bumi. Dalam hal ini dengan pandangan selintas saja manusia akan dapat mengetahui keagungan pencipta-Nya, dan dalam hal ini manusia dapat melihat tanda-tanda kekuasaan itu secara langsung. Sedang memperhatikan benda-benda langit, selain benda langit itu yang terlihat hanya rupa-rupa semu saja, juga yang terlihat oleh mata itu hanya sesungguhnya merupakan akibat saja dari keadaan yang sebenarnya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 12
وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومُ مُسَخَّرَاتٌ بِأَمْرِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (12)
(Dan Dia menundukkan malam dan siang untuk kalian, dan matahari) lafal wasysyamsa bila dibaca nashab berarti diathafkan kepada lafal sebelumnya, bila dibaca rafa' berarti menjadi mubtada (bulan dan bintang-bintang) kedua lafal ini dapat dibaca nashab dan rafa` (ditundukkan) kalau dibaca nashab, maka berkedudukan menjadi hal, dan kalau dibaca rafa` maka menjadi khabar (dengan perintah-Nya) berdasarkan kehendak-Nya (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang memahami-Nya) bagi kaum yang mau memikirkannya.
13. dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.(QS. 16:13)
Surah An Nahl 13
وَمَا ذَرَأَ لَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ (13)
Dalam pada itu Allah SWT menjelaskan bahwa Dia juga mengendalikan segala macam benda yang diciptakan, baik benda-benda itu hanya terdapat di permukaan bumi seperti aneka ragam binatang ternak dan tumbuh-tumbuhan juga benda-benda yang terdapat di dalam benda itu sendiri, seperti benda-benda mineral dan barang tambang. Kesemuanya itu diciptakan oleh Allah beraneka ragam jenis bentuknya. Dan manfaatnyapun bermacam-macam pula.
Di akhir ayat Allah SWT menjelaskan bahwa sesungguhnya pada nikmat-nikmat yang telah diciptakan oleh Allah SWT yang beraneka ragam bentuk itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mengambil pelajaran. Yaitu mereka memahami betapa besarnya nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka dan mensyukuri nikmat-nikmat itu sebagaimana mestinya, serta memanfaatkannya sesuai dengan keperluan mereka menurut keridaan Allah.
14. Dan Dia-lah Allah yang menundukkan lautan (untukmu),
agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu
mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat
bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari
karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.(QS. 16:14)
Surah An Nahl 14
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (14)
Sesudah itu Allah SWT menyebutkan nikmat-nikmat Nya yang diberikan kepada hamba-Nya, yang terdapat di lautan. Allah SWT menjelaskan bahwa Dia yang telah mengendalikan lautan untuk manusia yaitu mengendalikan segala macam nikmat Nya, yang terdapat di lautan agar supaya manusia dapat memperoleh makanan dari lautan itu, yaitu daging yang segar. Dimaksud dengan daging yang segar di sini ialah segala macam jenis ikan yang diperoleh manusia dengan jalan menangkapnya. Bukan ikan yang telah mati dan membusuk di lautan. Disebutkan ikan itu dengan daging yang segar agar supaya dapat memahami bahwa yang boleh dimakan dari segala jenis ikan yang terdapat di dalam lautan itu ialah yang ditangkap dalam keadaan hidup, meskipun binatang itu mati tanpa disembelih. Akan tetapi apabila segala jenis ikan itu diperoleh telah menjadi bangkai apalagi telah membusuk, maka tidak boleh dimakan karena dikhawatirkan membahayakan kesehatan orang-orang yang memakannya. Dimaksud dengan binatang yang mati di lautan ialah binatang yang mati dengan sendirinya atau karena sebab-sebab yang lain sehingga binatang itu mati mengambang di dalam air, bukan binatang yang mati karena ditangkap oleh manusia.
Rasulullah bersabda:
ما نضب عنه الماء فكلوا وما لفظه فكلوا وما طفا فلا تأكلوا
Artinya:
Semua binatang laut yang mati karena kehabisan air makanlah dan semua binatang laut yang terdampar ke daratan dan lautan makanlah. Tetapi binatang yang terapung di lautan janganlah dimakan.
(H.R Jabir).
Demikian sabda Nabi Muhammad saw:
هو الطهور ماؤه الحل ميتته
Artinya:
Air laut itu suci airnya dan halal bangkainya".
(H.R Arba'ah dari Abu Hurairah dari Ibnu Syaibah).
Hendaklah dipahami bahwa bangkai binatang air laut yang halal dimakan ialah binatang yang ditangkap oleh manusia, yang terlempar ke daratan, yang mati kerana kehabisan air, yang masih segar bukan binatang yang mati terapung di lautan yang sudah membusuk.
Sesudah itu Allah SWT menyebutkan nikmat-Nya yang lain yang didapat manusia dan lautan yang mereka pergunakan sebagai perhiasan. Perhiasan yang didapat orang dan lautan ialah sebangsa mutiara dan marjan. Mutiara adalah sebangsa lokan yang diproses kejadiannya sebagai berikut:
Ada semacam benda keras, pasir atau benda lainnya yang memasuki lokan itu. Karena benda itu begitu mengganggu pada organ-organ tubuhnya dibungkuslah benda keras itu oleh semacam cairan yang dapat mengeras. Proses itu berlaku terus sehingga lama kelamaan terjadilah benda yang bulat dan mengkilat yang warnanya putih kebiru-biruan atau kemerah-merahan atau kekuning-kuningan yang sangat indah dipandang mata. Benda itu dikeluarkan oleh manusia dari sebangsa lokan tadi ada yang kecil dan ada yang besar sesuai dengan lamanya benda itu di dalam tubuh lokan itu dan besarnya lokan itu sendiri, dan itulah yang dimaksud dengan mutiara.
Perhiasan yang lain adalah marjan sebangsa tumbuh-tumbuhan yang hidup di dasar laut yang mirip dengan sebangsa karang. Marjan itu diambil oleh manusia dari lautan dan dapat dibuat kalung atau gelang dan perhiasan lain yang sangat indah. Kesemuanya itu berupa nikmat Allah yang diberikan kepada manusia yang tiada bernilai harganya.
Dan di antara nikmat yang diberikan kepada manusia yang didapat dari lautan itu ialah bahwa dapat dijadikan lalu lintas pelayaran, baik oleh kapal-kapal layar ataupun kapal-kapal api yang hilir mudik dari suatu negara ke negara lain untuk mengangkut segala macam barang perdagangan sehingga mempermudah perdagangan dari suatu negara ke negara lain. Dari perdagangan itulah orang-orang mendapat rezeki karena untung yang diperoleh dari padanya. Nikmat-nikmat Allah itu disebutkan dengan maksud agar supaya manusia dapat mensyukuri semua nikmat Allah yang diberikan kepada mereka itu dan agar manusia dapat memahami betapa besarnya nikmat Allah yang telah diberikan pada mereka dan memanfaatkan nikmat yang tiada taranya itu untuk kesejahteraan mereka.
15. Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,(QS. 16:15)
Surah An Nahl 15
وَأَلْقَى فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَارًا وَسُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (15)
Dalam pada itu Allah SWT menyebutkan pula nikmat yang di dapat, oleh manusia secara tidak langsung. Yaitu bahwa Dia telah menciptakan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak guncang dan binatang-binatang serta manusia yang berada di permukaannya dapat hidup tenang. Gambaran yang dapat diambil dari ayat ini ialah bahwa gunung diciptakan oleh Allah sebagai pemelihara keseimbangan bumi sehingga bumi dapat berputar secara tenang. Mengenai ketenangan bumi karena adanya gunung itu dapat diumpamakan seperti tenangnya perahu di atas air, apabila perahu itu tidak diberi beban maka terlihatlah ia mudah terguncang oleh gelombang ombak. Tetapi apabila perahu itu diberi beban yang cukup berat maka perahu itu tidaklah akan oleng. Dan Allah SWT menciptakan beberapa sungai di permukaan bumi itu yang mengalir dari suatu tempat ke tempat lain sebagai nikmat yang diberikan pada hamba Nya. Karena dengan sungai itulah pengairan-pengairan dapat diatur untuk mengairi sawah dan ladang yang karenanya manusia dapat bercocok tanam sehingga segala macam kebutuhan dapat terpenuhi. Sungai-sungai itu mengalir melalui berbagai negeri di celah-celah gunung yang di samping mengairi sawah-sawah mereka dapat juga dijadikan lalu lintas guna kepentingan pengangkutan barang-barang dagangan mereka. Dan Allah juga menciptakan daratan-daratan yang dapat digunakan sebagai jalan perhubungan dari suatu negeri ke negeri yang lain. Jalan-jalan itu terbentang mulai dari tepi pantai menembus hutan-hutan melingkari gunung-gunung sehingga dengan demikian manusia dapat mencapai tujuannya tanpa tersesat ke tempat-tempat yang lain. Itulah sebabnya di akhir ayat Allah SWT menyebutkan bahwa manfaat dari jalan-jalan itu agar manusia mendapat petunjuk. Artinya tidak tersesat tanpa arah tujuan.
16. dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.(QS. 16:16)
Surah An Nahl 16
وَعَلَامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ (16)
Di samping itu Allah SWT menciptakan tanda-tanda yang dapat digunakan sebagai petunjuk, tanda-tanda itu dapat diambil dari bentuk ujung-ujung gunung sehingga manusia dapat memahami di daerah mana mereka berada. Apabila seseorang berlayar di lautan misalnya yang masih dapat melihat rambu-rambu darat maka gunung-gunung itulah sebagai tanda baginya untuk menentukan posisi dan kedudukan dari perahunya. Selanjutnya Allah SWT menjelaskan pula bahwa Allah SWT menciptakan bintang-bintang yang dengan bintang-bintang itulah mereka itu dapat petunjuk. Bintang itu dipergunakan sebagai petunjuk oleh para pengelana di darat, para pelaut dan para penerbang di waktu malam apabila rambu-rambu tak dapat dipergunakan lagi. Karena di waktu malam gelap hanya cahaya-cahaya bintang itulah yang paling jelas bagi mereka. Orang-orang dapat mengambil petunjuk dari bintang itu dengan jalan mengenal gugusan bintang-bintang itu yang dalam ilmu falak telah diberi nama-nama tersendiri. Sudah tentu orang-orang yang menggunakan bintang sebagai petunjuk ialah mereka yang telah dapat membedakan masing-masing gugusan bintang itu dan telah mengenal pula saat terbit dan tenggelamnya. Dan gugusan-gugusan bintang-bintang itulah mereka mengambil petunjuk sebagai pedoman di dalam menentukan kedudukan mereka itu di permukaan bumi.
17. Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.(QS. 16:17)
Surah An Nahl 17
أَفَمَنْ يَخْلُقُ كَمَنْ لَا يَخْلُقُ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (17)
Sesudah itu Allah SWT membungkam orang-orang musyrikin dan membatalkan alasan-alasan yang dikemukakan mereka karena mereka tidak mau memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah dan tetap bergelimang dalam kemusyrikannya. Allah SWT menyuruh mereka agar memperhatikan apakah yang menciptakan segala macam nikmat yang diberikan kepada manusia itu sama dengan patung-patung yang mereka sembah yang tidak dapat, mengambil pelajaran dari segala macam nikmat-nikmat tadi sehingga mereka akan mengenal siapakah sebenarnya yang mempunyai kekuasaan tertinggi, dan menentukan segala macam bentuk kejadian menurut kehendaknya. Sebenarnya apabila mereka suka merenungkan tentang kejadian alam dan seluruh isinya serta segala macam nikmat yang diperoleh dari padanya tentulah mereka akan memahami siapakah yang sebenarnya berhak disembah dan tentulah mereka akan meninggalkan penyembahan terhadap patung-patung yang mereka lakukan hanya dengan mengikuti cara-ara yang ditempuh oleh nenek moyang mereka.
18. Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 16:18)
Surah An Nahl 18
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (18)
Kemudian, Allah SWT menegaskan bahwa apabila manusia suka menghitung-hitung nikmat Allah tentulah mereka tak akan dapat menentukan jumlahnya. Pernyataan ini merupakan penegasan terhadap keadaan sebenarnya, karena pikiran manusia itu sangat terbatas, padahal nikmat Allah begitu luasnya. Oleh sebab itu kewajiban manusia ialah mensyukuri nikmat-nikmat itu dan memanfaatkan nikmat yang diberikan oleh Allah untuk mencukupi keperluan hidupnya dan masyarakatnya sesuai dengan tuntunan dan keridaan Allah.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Disebutkan pengampunan dalam ayat ini karena kebanyakan manusia mensyukuri sebagian kecil dari nikmat-nikmat yang mereka terima dan nikmat-nikmat yang sangat luas mereka alpakan begitu saja. Dan disebutkan kata-kata Maha Penyayang bahwa Allah tidak akan memberikan hukuman kepada mereka dengan segera karena keingkaran mereka terhadap nikmat Allah yang Maha Luas itu.
19. Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan.(QS. 16:19)
Surah An Nahl 19
وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ (19)
Kemudian, Allah SWT menjelaskan bahwa Dia Maha Mengetahui segala apa saja yang mereka rahasiakan, maksudnya Dia mengetahui apa yang bergerak di dalam hati mereka yang berbeda dengan apa yang mereka ucapkan, dan apa yang mereka kerjakan.
Meskipun mereka merahasiakannya apa yang sebenarnya terjadi, dalam hati mereka dan tidak seorangpun yang dapat mengetahuinya pula, nanti di hari kiamat rahasia itu akan terbuka dan Allah akan memberikan pahala kepada orang yang melakukan kebaikan sesuai dengan kebaikannya, dan menghukum orang-orang yang melakukan kejahatan sesuai dengan kejahatannya. Allah sendirilah Yang akan menanyakan kepada mereka apakah mereka telah mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka itu. Ataukah mereka mengingkari nikmat itu.
20. Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang.(QS. 16:20)
Surah An Nahl 20
وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ (20)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan kepada orang-orang musyrikin bagaimana keadaan patung yang sebenarnya. Hal ini sebagai penegasan terhadap kebebalan mereka yang tidak dapat menilai keadaan yang sebenarnya dari patung-patung yang mereka sembah.
Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang yang menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah, mereka itu menyembah sesuatu sembahan yang tidak dapat menciptakan suatu apapun, bahwa apa yang mereka sembah tiada lain kecuali makhluk yang diciptakan oleh Allah. Jadi patung-patung dan sembahan sembahan lainnya itu tidak dapat memberikan pengaruh apa saja karena patung-patung itu tiada lain hanyalah pahatan manusia itu sendiri.
Allah SWT berfirman:
قَالَ أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ(95)وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ(96)
Artinya:
Ibrahim berkata: "Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu? Padahal Allah lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".
(Q.S As Saffat: 95-96)
Pertanyaan ini adalah cetusan perasaan Nabi Ibrahim pada saat melihat kaumnya yang menyembah patung-patung. Hal ini menunjukkan cetusan kebenaran Nabi Ibrahim itu, karena patung-patung itu tiada lain hanyalah ciptaan manusia belaka.
Surah An Nahl 14
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (14)
Sesudah itu Allah SWT menyebutkan nikmat-nikmat Nya yang diberikan kepada hamba-Nya, yang terdapat di lautan. Allah SWT menjelaskan bahwa Dia yang telah mengendalikan lautan untuk manusia yaitu mengendalikan segala macam nikmat Nya, yang terdapat di lautan agar supaya manusia dapat memperoleh makanan dari lautan itu, yaitu daging yang segar. Dimaksud dengan daging yang segar di sini ialah segala macam jenis ikan yang diperoleh manusia dengan jalan menangkapnya. Bukan ikan yang telah mati dan membusuk di lautan. Disebutkan ikan itu dengan daging yang segar agar supaya dapat memahami bahwa yang boleh dimakan dari segala jenis ikan yang terdapat di dalam lautan itu ialah yang ditangkap dalam keadaan hidup, meskipun binatang itu mati tanpa disembelih. Akan tetapi apabila segala jenis ikan itu diperoleh telah menjadi bangkai apalagi telah membusuk, maka tidak boleh dimakan karena dikhawatirkan membahayakan kesehatan orang-orang yang memakannya. Dimaksud dengan binatang yang mati di lautan ialah binatang yang mati dengan sendirinya atau karena sebab-sebab yang lain sehingga binatang itu mati mengambang di dalam air, bukan binatang yang mati karena ditangkap oleh manusia.
Rasulullah bersabda:
ما نضب عنه الماء فكلوا وما لفظه فكلوا وما طفا فلا تأكلوا
Artinya:
Semua binatang laut yang mati karena kehabisan air makanlah dan semua binatang laut yang terdampar ke daratan dan lautan makanlah. Tetapi binatang yang terapung di lautan janganlah dimakan.
(H.R Jabir).
Demikian sabda Nabi Muhammad saw:
هو الطهور ماؤه الحل ميتته
Artinya:
Air laut itu suci airnya dan halal bangkainya".
(H.R Arba'ah dari Abu Hurairah dari Ibnu Syaibah).
Hendaklah dipahami bahwa bangkai binatang air laut yang halal dimakan ialah binatang yang ditangkap oleh manusia, yang terlempar ke daratan, yang mati kerana kehabisan air, yang masih segar bukan binatang yang mati terapung di lautan yang sudah membusuk.
Sesudah itu Allah SWT menyebutkan nikmat-Nya yang lain yang didapat manusia dan lautan yang mereka pergunakan sebagai perhiasan. Perhiasan yang didapat orang dan lautan ialah sebangsa mutiara dan marjan. Mutiara adalah sebangsa lokan yang diproses kejadiannya sebagai berikut:
Ada semacam benda keras, pasir atau benda lainnya yang memasuki lokan itu. Karena benda itu begitu mengganggu pada organ-organ tubuhnya dibungkuslah benda keras itu oleh semacam cairan yang dapat mengeras. Proses itu berlaku terus sehingga lama kelamaan terjadilah benda yang bulat dan mengkilat yang warnanya putih kebiru-biruan atau kemerah-merahan atau kekuning-kuningan yang sangat indah dipandang mata. Benda itu dikeluarkan oleh manusia dari sebangsa lokan tadi ada yang kecil dan ada yang besar sesuai dengan lamanya benda itu di dalam tubuh lokan itu dan besarnya lokan itu sendiri, dan itulah yang dimaksud dengan mutiara.
Perhiasan yang lain adalah marjan sebangsa tumbuh-tumbuhan yang hidup di dasar laut yang mirip dengan sebangsa karang. Marjan itu diambil oleh manusia dari lautan dan dapat dibuat kalung atau gelang dan perhiasan lain yang sangat indah. Kesemuanya itu berupa nikmat Allah yang diberikan kepada manusia yang tiada bernilai harganya.
Dan di antara nikmat yang diberikan kepada manusia yang didapat dari lautan itu ialah bahwa dapat dijadikan lalu lintas pelayaran, baik oleh kapal-kapal layar ataupun kapal-kapal api yang hilir mudik dari suatu negara ke negara lain untuk mengangkut segala macam barang perdagangan sehingga mempermudah perdagangan dari suatu negara ke negara lain. Dari perdagangan itulah orang-orang mendapat rezeki karena untung yang diperoleh dari padanya. Nikmat-nikmat Allah itu disebutkan dengan maksud agar supaya manusia dapat mensyukuri semua nikmat Allah yang diberikan kepada mereka itu dan agar manusia dapat memahami betapa besarnya nikmat Allah yang telah diberikan pada mereka dan memanfaatkan nikmat yang tiada taranya itu untuk kesejahteraan mereka.
15. Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,(QS. 16:15)
Surah An Nahl 15
وَأَلْقَى فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَارًا وَسُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (15)
Dalam pada itu Allah SWT menyebutkan pula nikmat yang di dapat, oleh manusia secara tidak langsung. Yaitu bahwa Dia telah menciptakan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak guncang dan binatang-binatang serta manusia yang berada di permukaannya dapat hidup tenang. Gambaran yang dapat diambil dari ayat ini ialah bahwa gunung diciptakan oleh Allah sebagai pemelihara keseimbangan bumi sehingga bumi dapat berputar secara tenang. Mengenai ketenangan bumi karena adanya gunung itu dapat diumpamakan seperti tenangnya perahu di atas air, apabila perahu itu tidak diberi beban maka terlihatlah ia mudah terguncang oleh gelombang ombak. Tetapi apabila perahu itu diberi beban yang cukup berat maka perahu itu tidaklah akan oleng. Dan Allah SWT menciptakan beberapa sungai di permukaan bumi itu yang mengalir dari suatu tempat ke tempat lain sebagai nikmat yang diberikan pada hamba Nya. Karena dengan sungai itulah pengairan-pengairan dapat diatur untuk mengairi sawah dan ladang yang karenanya manusia dapat bercocok tanam sehingga segala macam kebutuhan dapat terpenuhi. Sungai-sungai itu mengalir melalui berbagai negeri di celah-celah gunung yang di samping mengairi sawah-sawah mereka dapat juga dijadikan lalu lintas guna kepentingan pengangkutan barang-barang dagangan mereka. Dan Allah juga menciptakan daratan-daratan yang dapat digunakan sebagai jalan perhubungan dari suatu negeri ke negeri yang lain. Jalan-jalan itu terbentang mulai dari tepi pantai menembus hutan-hutan melingkari gunung-gunung sehingga dengan demikian manusia dapat mencapai tujuannya tanpa tersesat ke tempat-tempat yang lain. Itulah sebabnya di akhir ayat Allah SWT menyebutkan bahwa manfaat dari jalan-jalan itu agar manusia mendapat petunjuk. Artinya tidak tersesat tanpa arah tujuan.
16. dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.(QS. 16:16)
Surah An Nahl 16
وَعَلَامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ (16)
Di samping itu Allah SWT menciptakan tanda-tanda yang dapat digunakan sebagai petunjuk, tanda-tanda itu dapat diambil dari bentuk ujung-ujung gunung sehingga manusia dapat memahami di daerah mana mereka berada. Apabila seseorang berlayar di lautan misalnya yang masih dapat melihat rambu-rambu darat maka gunung-gunung itulah sebagai tanda baginya untuk menentukan posisi dan kedudukan dari perahunya. Selanjutnya Allah SWT menjelaskan pula bahwa Allah SWT menciptakan bintang-bintang yang dengan bintang-bintang itulah mereka itu dapat petunjuk. Bintang itu dipergunakan sebagai petunjuk oleh para pengelana di darat, para pelaut dan para penerbang di waktu malam apabila rambu-rambu tak dapat dipergunakan lagi. Karena di waktu malam gelap hanya cahaya-cahaya bintang itulah yang paling jelas bagi mereka. Orang-orang dapat mengambil petunjuk dari bintang itu dengan jalan mengenal gugusan bintang-bintang itu yang dalam ilmu falak telah diberi nama-nama tersendiri. Sudah tentu orang-orang yang menggunakan bintang sebagai petunjuk ialah mereka yang telah dapat membedakan masing-masing gugusan bintang itu dan telah mengenal pula saat terbit dan tenggelamnya. Dan gugusan-gugusan bintang-bintang itulah mereka mengambil petunjuk sebagai pedoman di dalam menentukan kedudukan mereka itu di permukaan bumi.
17. Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.(QS. 16:17)
Surah An Nahl 17
أَفَمَنْ يَخْلُقُ كَمَنْ لَا يَخْلُقُ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ (17)
Sesudah itu Allah SWT membungkam orang-orang musyrikin dan membatalkan alasan-alasan yang dikemukakan mereka karena mereka tidak mau memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah dan tetap bergelimang dalam kemusyrikannya. Allah SWT menyuruh mereka agar memperhatikan apakah yang menciptakan segala macam nikmat yang diberikan kepada manusia itu sama dengan patung-patung yang mereka sembah yang tidak dapat, mengambil pelajaran dari segala macam nikmat-nikmat tadi sehingga mereka akan mengenal siapakah sebenarnya yang mempunyai kekuasaan tertinggi, dan menentukan segala macam bentuk kejadian menurut kehendaknya. Sebenarnya apabila mereka suka merenungkan tentang kejadian alam dan seluruh isinya serta segala macam nikmat yang diperoleh dari padanya tentulah mereka akan memahami siapakah yang sebenarnya berhak disembah dan tentulah mereka akan meninggalkan penyembahan terhadap patung-patung yang mereka lakukan hanya dengan mengikuti cara-ara yang ditempuh oleh nenek moyang mereka.
18. Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 16:18)
Surah An Nahl 18
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (18)
Kemudian, Allah SWT menegaskan bahwa apabila manusia suka menghitung-hitung nikmat Allah tentulah mereka tak akan dapat menentukan jumlahnya. Pernyataan ini merupakan penegasan terhadap keadaan sebenarnya, karena pikiran manusia itu sangat terbatas, padahal nikmat Allah begitu luasnya. Oleh sebab itu kewajiban manusia ialah mensyukuri nikmat-nikmat itu dan memanfaatkan nikmat yang diberikan oleh Allah untuk mencukupi keperluan hidupnya dan masyarakatnya sesuai dengan tuntunan dan keridaan Allah.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Disebutkan pengampunan dalam ayat ini karena kebanyakan manusia mensyukuri sebagian kecil dari nikmat-nikmat yang mereka terima dan nikmat-nikmat yang sangat luas mereka alpakan begitu saja. Dan disebutkan kata-kata Maha Penyayang bahwa Allah tidak akan memberikan hukuman kepada mereka dengan segera karena keingkaran mereka terhadap nikmat Allah yang Maha Luas itu.
19. Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan.(QS. 16:19)
Surah An Nahl 19
وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ (19)
Kemudian, Allah SWT menjelaskan bahwa Dia Maha Mengetahui segala apa saja yang mereka rahasiakan, maksudnya Dia mengetahui apa yang bergerak di dalam hati mereka yang berbeda dengan apa yang mereka ucapkan, dan apa yang mereka kerjakan.
Meskipun mereka merahasiakannya apa yang sebenarnya terjadi, dalam hati mereka dan tidak seorangpun yang dapat mengetahuinya pula, nanti di hari kiamat rahasia itu akan terbuka dan Allah akan memberikan pahala kepada orang yang melakukan kebaikan sesuai dengan kebaikannya, dan menghukum orang-orang yang melakukan kejahatan sesuai dengan kejahatannya. Allah sendirilah Yang akan menanyakan kepada mereka apakah mereka telah mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka itu. Ataukah mereka mengingkari nikmat itu.
20. Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang.(QS. 16:20)
Surah An Nahl 20
وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ (20)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan kepada orang-orang musyrikin bagaimana keadaan patung yang sebenarnya. Hal ini sebagai penegasan terhadap kebebalan mereka yang tidak dapat menilai keadaan yang sebenarnya dari patung-patung yang mereka sembah.
Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang yang menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah, mereka itu menyembah sesuatu sembahan yang tidak dapat menciptakan suatu apapun, bahwa apa yang mereka sembah tiada lain kecuali makhluk yang diciptakan oleh Allah. Jadi patung-patung dan sembahan sembahan lainnya itu tidak dapat memberikan pengaruh apa saja karena patung-patung itu tiada lain hanyalah pahatan manusia itu sendiri.
Allah SWT berfirman:
قَالَ أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ(95)وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ(96)
Artinya:
Ibrahim berkata: "Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu? Padahal Allah lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".
(Q.S As Saffat: 95-96)
Pertanyaan ini adalah cetusan perasaan Nabi Ibrahim pada saat melihat kaumnya yang menyembah patung-patung. Hal ini menunjukkan cetusan kebenaran Nabi Ibrahim itu, karena patung-patung itu tiada lain hanyalah ciptaan manusia belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar