Senin, 14 Mei 2012

Ar-Ra'd 11-20

Surah Ar-Ra'd
Kembali ke Daftar Surah                               Kembali ke Surah Ar-Ra'd 

11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.(QS. 13:11)
Surah Ar Ra'd 11
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ (11)
Allah swt. menugaskan kepada beberapa malaikat untuk selalu mengikuti manusia secara bergiliran, di muka dan di belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Ada malaikat yang menjaganya di malam hari, dan ada yang di siang hari, menjaga dari berbagai bahaya dan kemudaratan, dan ada pula malaikat yang mencatat semua amal perbuatan manusia, yang baik atau yang buruk. Dua malaikat di sebelah kanan dan di sebelah kiri yang mencatat amal perbuatan manusia. Yang sebelah kanan mencatat segala kebaikannya, dan yang sebelah kiri mencatat amal keburukannya, dan dua malaikat lain lagi yang satu di depan dan yang satu lagi di belakangnya. Maka setiap orang ada malaikatnya empat pada siang hari dan empat pada malam hari yang datangnya secara bergiliran, sebagaimana diterangkan dalam hadis yang sahih:

يتعاقبون فيكم ملائكة بالليل وملائكة بالنهار ويجتمعون في صلاة الصبح وصلاة العصر فيصعد إليه الذين باتوا فيكم فيسألهم وهو أعلم بكم. كيف تركتم عبادي؟ فيقولون أتيناهم وهم يصلون وتركناهم وهم يصلون
(رواه البخاري)
Artinya:
Ada beberapa malaikat yang menjaga kamu secara bergiliran di malam hari dan di siang hari. Mereka bertemu (untuk mengadakan serah terima) pada waktu salat subuh dan salat asar, lalu naiklah malaikat-malaikat yang menjaga di malam hari kepada Allah Taala. Dia bertanya sedangkan Ia sudah mengetahui apa yang akan ditanyakannya itu: "Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku ketika kamu meninggalkan mereka (di dunia)?" Malaikat menjawab: "Kami datang kepada mereka padahal mereka sedang salat dan kami meninggalkan mereka dan mereka pun sedang salat pula."
(H.R. Bukhari)
Apabila manusia mengetahui bahwa di sampingnya ada malaikat-malaikat yang mencatat semua amal perbuatannya, maka patutlah dia selalu menjaga diri dari perbuatan maksiat karena khawatir akan dilihat oleh malaikat-malaikat itu seperti kekhawatirannya perbuatan itu dilihat oleh orang yang disegani. Dan tentang penelitian malaikat-malaikat terhadap perbuatan-perbuatan manusia dapat diyakinkan kebenarannya setelah ilmu pengetahuan menciptakan alat-alat yang baru yang dapat mencatat semua kejadian-kejadian yang terjadi pada diri manusia sebagai contoh aliran listrik dan pemakaian air minum di tiap-tiap kota dan desa telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat diketahui berapa jumlah yang telah dipergunakan, demikian pula ada alat-alat yang dipasang di kendaraan bermotor yang dapat mencatat kecepatannya dan mengukur berapa jarak yang telah ditempuh. Perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat mengungkapkan bermacam-macam perkara yang gaib adalah memberi keyakinan kepada kita tentang benarnya teori ketentuan agama itu dan menjadi sebab untuk menundukkan orang-orang yang terpengaruh oleh doktrin kebendaan sehingga mereka mengakui adanya benda-benda gaib yang tidak dapat dicapai dengan pancaindra mereka sendiri, oleh karena itu benarlah orang yang mengatakan bahwa kedudukan akal di dalam Islam itu adalah seperti dua anak yang kembar yang tidak akan dipisahkan atau seperti dua orang kawan yang selalu sama pendapat-pendapatnya dan tidak akan berbantah-bantahan.
Malaikat-malaikat itu menjaga manusia atas perintah Allah, dengan izin Allah dan pemeliharaan-Nya yang sempurna. Sebagaimana dalam alam kebendaan ada hubungan erat antara sebab dan musabab sesuai dengan hikmahnya, seperti adanya pelupuk mata melindunginya dari kemasukan benda yang merusaknya, maka demikian pula dalam alam kerohanian Allah telah menugaskan beberapa malaikat untuk menjaga manusia dari berbagai kemudaratan. Perbuatan Tuhan selalu tidak luput dari hikmah dan kemaslahatan. Demikian pula Allah swt. telah menugaskan malaikat-malaikat untuk mencatat amal perbuatan manusia. Kita tidak tahu bagaimana cara mencatatnya, kita mengetahui bahwa sesungguhnya Allah sendiri cukup untuk mengetahuinya. Mengapa Dia masih menugaskan malaikat untuk mencatatnya. Mungkin di dalamnya terkandung hikmah ialah supaya manusia lebih tunduk dan akan menerima pahala atau azab yang akan diterimanya nanti di akhirat, karena telah pula disaksikan dan dicatat oleh para malaikat itu, menjaga manusia atas perintah dan izin Allah, tetapi bilamana ada kepastian Allah yang tidak dapat ditolaknya, mereka membiarkan kepastian Allah itu menimpa pula kepada manusia yang dijaganya.
Ali bin Abu Talib menerangkan pula bahwa tidak ada seorang hamba pun melainkan ada malaikat yang menjaganya daripada kejatuhan tembok, atau jatuh ke dalam sumur, atau dimakan binatang buas, tenggelam atau terbakar akan tetapi bilamana datang kepastian dari Allah swt. mereka membiarkan manusia itu ditimpa oleh kepastian itu. Abu Bakar berkata: "Jika manusia melihat seseorang yang lalim dan tidak bertindak terhadapnya, maka mungkin sekali Allah akan menurunkan azab yang mengenai mereka semuanya." Keterangan beliau ini diperkuat dengan firman Allah:

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً
Artinya:
Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa kepada orang-orang yang lalim saja di antara kamu.
(Q.S. Al-Anfal: 25)
Ibnu Khaldun dalam Mukadimahnya telah mencantumkan sebuah bab dengan judul "kelaliman dapat menghancurkan kemakmuran". Beliau mengemukakan beberapa contoh dalam sejarah sebelum Islam dan sesudahnya bahwa kelaliman itu menghancurkan singgasana umat Islam, telah merendahkan derajatnya, telah menjadi rongrongan dari semua bangsa yang ada di sekelilingnya. Demikian pula umat Islam yang pernah meringkuk beberapa abad lamanya di bawah penjajahan orang barat yang semuanya terjadi atas kebenaran firman Allah:

أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ
Artinya:
Bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.
(Q.S. Al-Anbiya': 105)
Apabila Allah menghendaki keburukan kepada suatu kaum dengan penyakit, kemiskinan atau bermacam-macam cobaan yang lain sebagai akibat dari perbuatan buruk yang mereka kerjakan sendiri, maka tak ada seorang pun yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Allah Taala sendiri. Semua berhala-berhala yang disembah selain Allah, sedikit pun tak ada menarik kemanfaatan dan menolak kemudaratan bagi dirinya sendiri apalagi untuk orang lain. Pernah ada seorang Badui, penghuni padang pasir melihat seekor serigala kencing di atas kepala sebuah berhala. Maka spontan bangkit semangat amarahnya, lalu memegang berhala itu dan memecahkannya sampai berkeping-keping seraya berkata: Apakah patut tuhan dikencingi serigala di atas kepalanya? Sungguh hina benar yang dikencingi serigala di atas kepalanya itu."


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ar Ra'd 11
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ (11)
(Baginya) manusia (ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran) para malaikat yang bertugas mengawasinya (di muka) di hadapannya (dan di belakangnya) dari belakangnya (mereka menjaganya atas perintah Allah) berdasarkan perintah Allah, dari gangguan jin dan makhluk-makhluk yang lainnya. (Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum) artinya Dia tidak mencabut dari mereka nikmat-Nya (sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri) dari keadaan yang baik dengan melakukan perbuatan durhaka. (Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum) yakni menimpakan azab (maka tak ada yang dapat menolaknya) dari siksaan-siksaan tersebut dan pula dari hal-hal lainnya yang telah dipastikan-Nya (dan sekali-kali tak ada bagi mereka) bagi orang-orang yang telah dikehendaki keburukan oleh Allah (selain Dia) selain Allah sendiri (seorang penolong pun) yang dapat mencegah datangnya azab Allah terhadap mereka. Huruf min di sini adalah zaidah.
12. Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.(QS. 13:12)
Surah Ar Ra'd 12
هُوَ الَّذِي يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَ (12)
Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat yang menimbulkan ketakutan kepada sebagian hamba-Nya seperti orang-orang yang sedang bepergian, karena ditimpa hujan atau disambar petir, dan menimbulkan harapan kepada orang-orang lain seperti petani-petani yang mengharapkan turunnya hujan untuk mengairi sawah-sawah dan ladang-ladangnya. Demikian pula segala sesuatu di dunia ini, kadang-kadang dipandang baik karena dibutuhkan pada masa-masanya yang tertentu, dan kadang-kadang dipandang buruk mengingat kemudaratannya yang mungkin timbul dan Allah pula yang mengadakan awan yang mendung yang mengandung air hujan dan karena beratnya, maka awan yang mengandung itu adanya dekat di atas permukaan bumi.
13. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.(QS. 13:13)
Surah Ar Ra'd 13
وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ (13)
Dan guruh itu bila mengeluarkan suaranya yang mengguntur, maka suaranya itu adalah bacaan tasbih seraya memuji kepada Allah sebagai tanda tunduk kepada Allah, menyucikan Allah dari persekutuan dan pernyataan kelemahan, dibandingkan dengan kekuatan Penciptanya Yang Maha Luhur dan Maha Agung. Tiap-tiap benda yang bersuara maka suaranya itu berarti tasbih hanya saja manusia tidak mengerti bahasanya, seperti dinyatakan dalam firman-Nya:

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ
Artinya:
Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengetahui tasbih mereka.
(Q.S. Al-Isra': 44)
Diriwayatkan oleh Bukhari, Ahmad, Turmuzi, Nasa'i dari Ibnu Umar,
bahwa Nabi Muhammad saw. bila mendengar suara guruh dan halilintar suka mendoa demikian: "Ya Allah, janganlah Engkau membunuh kami dengan kemurkaan-Mu dan janganlah kami dibinasakan dengan azab-Mu, dan berilah sehat walafiat kepada kami sebelum itu."
Abu Hurairah meriwayatkan pula sebuah hadis yang menyatakan
bahwa Rasulullah saw. bila ada tiupan angin yang keras, atau mendengar suara guruh berubah warna mukanya, lalu beliau berkata kepada guruh itu: "Maha Suci Allah, yang engkau bertasbih kepada-Nya." Dan kepada angin beliau berkata: "Ya Allah jadikanlah angin itu pembawa rahmat dan jangan membawa azab."
Dan demikian pula para malaikat bertasbih karena takut kepada Allah dan memuji kepada-Nya. Dan Allah melepaskan halilintar, lalu mengenai siapa yang Dia kehendaki dan membinasakannya, namun mereka berbantah-bantahan juga tentang Allah, tentang sifat-sifat-Nya yang telah diterangkan oleh Rasul-Nya, seperti ilmu-Nya yang sempurna, kekuasaan-Nya, keesaan-Nya dan ketentuan-Nya dan menghidupkan manusia kembali di hari kiamat untuk menghadapkan mereka pada hari pengadilan dan pembalasan. Pada ayat ini Allah swt. menyuruh supaya berlaku sabar atas keingkaran orang-orang musyrikin yang menuntut supaya Nabi mengemukakan mukjizat seperti tongkat Musa, mukjizat Isa dan lain-lain padahal Alquran sendiri adalah mukjizat yang paling besar dan kekal sepanjang masa, tidak dapat ditiru oleh siapa pun juga. Allah menyuruh Nabi-Nya berlaku sabar itu ialah dengan pengertian, bahwa mereka itu bukan saja mengingkari kenabianmu, dan menuntut supaya dikemukakan berbagai mukjizat, bahkan mereka itu sudah melampaui batas sampai mengingkari ketuhanan Allah dan keesaan-Nya, mengadakan berbagai sekutu bagi Allah, mengatakan bahwa Allah mempunyai anak, mengingkari adanya hari berbangkit dan pembalasan. Maka dengan cara demikian Allah swt. menenteramkan hati Nabi-Nya supaya jangan terlalu sedih dan prihatin menghadapi semua tantangan itu, dan Dialah Tuhan Yang Maha Keras (siksa-Nya) seperti dicantumkan dalam firman-Nya:

وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
Artinya:
Dan begitulah azab Tuhanmu apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat lalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.
(Q.S. Hud: 102)


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ar Ra'd 13
وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ (13)
(Dan guruh itu bertasbih) yaitu malaikat yang diserahi tugas untuk menggiring mendung seraya (memuji Allah) artinya ia selalu mengucapkan kalimat 'subhaanallaah wa bihamdihi' (dan) demikian pula bertasbih (para malaikat karena takut kepada-Nya) kepada Allah (dan Allah melepaskan halilintar) yaitu api yang keluar dari mendung (lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki) kemudian halilintar itu membakarnya. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan seorang laki-laki yang Nabi saw. mengutus seseorang untuk menyerunya menyembah Allah. Akan tetapi laki-laki itu menjawab, "Siapakah utusan Allah itu, dan siapakah Allah itu; apakah ia dari emas atau dari perak atau dari tembaga." Ketika itu juga turunlah halilintar menyambarnya sehingga hancur tulang batok kepalanya (dan mereka) orang-orang kafir (berbantah-bantahan) selalu membantah Nabi saw. (tentang Allah dan Dialah Tuhan Yang Maha Keras siksa-Nya) Maha Kuat atau Maha Keras azab-Nya.
14. Hanya bagi Allahlah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatu pun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka.(QS. 13:14)
Surah Ar Ra'd 14
لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَسْتَجِيبُونَ لَهُمْ بِشَيْءٍ إِلَّا كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ (14)
Hanya bagi Allah saja wewenang untuk mengabulkan doa yang benar. Ada pula yang menafsirkan hanya kepada Allahlah seruan yang benar kepada ketauhidan, kemurnian dan keikhlasan dalam ibadat. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat mengabulkan permintaan mereka sedikit pun, seperti orang yang ingin minum, tetapi cukup dengan membukakan kedua telapak tangannya saja kepada air supaya air itu naik sendiri ke dalam mulutnya padahal air itu tentu tidak dengan sendirinya akan masuk ke dalam mulutnya tanpa ditampung dulu oleh kedua telapak tangannya. Demikian pula berhala-berhala yang mereka sembah itu, jangankan mereka dapat memenuhi permintaan penyembahnya, sedang ditanya saja mereka tidak dapat menjawab. Dan tidak ada doa dan ibadat orang-orang kafir itu melainkan sia-sia belaka. Bila mereka mendoa kepada Allah, doanya tidak dikabulkan, dan jika mereka mendoa kepada berhala-berhala sedikit pun mereka tidak bisa mendengar apalagi mengabulkan permintaannya.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ar Ra'd 14
لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ لَا يَسْتَجِيبُونَ لَهُمْ بِشَيْءٍ إِلَّا كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ (14)
(Hanya bagi Dia) bagi Allah swt. (doa yang benar) artinya kalimat-Nya, yaitu kalimat laa ilaaha illallaah (tiada Tuhan selain Allah). (Dan berhala-berhala yang mereka seru) dapat dibaca yad'uuna dan tad`uuna, artinya yang mereka sembah (selain Dia) yakni selain dari Allah, yaitu berhala-berhala (tidak dapat memperkenankan sesuatu pun bagi mereka) yakni sesuatu dari hal-hal yang mereka minta (melainkan) berkenaan (yang mirip dengan orang yang membukakan) artinya perihalnya sama dengan seseorang yang membukakan (kedua telapak tangannya ke dalam air) sedangkan ia berada di pinggir sumur, seraya menyeru air (supaya sampai kepada mulutnya) sekali pun tempat ia berada jauh dari air yang ada di dalam sumur itu (padahal air itu tidak dapat sampai kepadanya) ke mulutnya untuk selama-lamanya. Demikian pula keadaan para penyembah berhala itu, berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak akan dapat memperkenankan kepada mereka. (Dan doa orang-orang kafir itu) penyembahan mereka terhadap berhala-berhala atau makna yang dimaksud adalah doa yang sesungguhnya (hanyalah sia-sia belaka) tidak ada artinya.
15. Hanya kepada Allahlah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.(QS. 13:15)
Surah Ar Ra'd 15
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَالُهُمْ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ (15)
Hanya kepada Allahlah tunduk, sujud dan patuh semua malaikat, jin dan manusia yang beriman dalam keadaan lapang dan sempit, yang berada di langit dan di bumi, rela dengan kemauan sendiri dan tunduk patuh pula orang-orang kafir dalam keadaan darurat dan terdesak seperti dalam firman Allah:

وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ
Artinya:
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia.
(Q.S. Al-Isra': 67)
Dan firman-Nya:

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
Artinya:
Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).
(Q.S. Al-Ankabut: 65)
Dan yang tunduk, sujud dan patuh kepada Allah itu bukan hanya tubuh-tubuh mereka saja, akan tetapi sujud pula bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari. Setiap benda yang kena sinar matahari terutama di waktu pagi dan petang hari tentu kelihatan bayang-bayangnya memendek atau memanjang. Semua benda dan bayang-bayangnya tunduk kepada Allah, baik dengan kemauan sendiri maupun terpaksa, hal mana menunjukkan atas kekuasaan Yang Maha Sempurna.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ar Ra'd 15
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَالُهُمْ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ (15)
(Hanya kepada Allahlah sujud segala apa yang ada di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri) seperti orang-orang yang beriman (atau pun terpaksa) seperti orang-orang munafik dan orang-orang yang dipaksa dengan kekerasan (dan) sujud pula (bayang-bayangnya di waktu pagi) pada pagi hari (dan petang hari) sore hari.
16. Katakanlah:` Siapakah Tuhan langit dan bumi? `Jawabnya:` Allah `. Katakanlah:` Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri? `. Katakanlah:` Adakah sama orang buta dan orang yang melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka? `Katakanlah:` Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa `.(QS. 13:16)
Surah Ar Ra'd 16
قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (16)
Katakanlah hai Nabi kepada orang orang yang mempersekutukan Allah dengan lain-Nya: "Siapakah pencipta alam semesta yang sangat mengagumkan pikiran manusia tentang keindahannya itu?" Jawablah: "Dialah Allah yang menciptakan semuanya mengatur dan memelihara secara tertib dan sempurna." Allah swt. memerintahkan Nabi Muhammad saw. supaya menjawab pertanyaan itu, karena bunyi jawaban itu akan sama dengan yang diucapkan oleh orang-orang musyrikin sendiri. Mereka tidak akan mengingkari bahwa penciptanya adalah Allah Taala sendiri seperti tersebut dalam firman-Nya:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Artinya:
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).
(Q.S. Al-Ankabut: 61)
Katakanlah: "Jika memang Allahlah Pencipta alam semesta itu, maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindung selain Allah padahal berhala-berhala yang kamu sembah itu tidak dapat memberi kemanfaatan kepadamu atau menolak kemudaratan daripadamu. Mengapa kamu menjadikan benda-benda mati itu menjadi pelindungmu? Mengapa otak pikiranmu tidak dipergunakan untuk menentukan pilihan yang benar lagi sehat? Berhala-berhala itu dalam keadaan kelemahannya diumpamakan seperti lalat sebagaimana firman Allah:

إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ
Artinya:
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu.
(Q.S. Al-Hajj: 73)
Katakanlah dalam rangka membuka tabir tentang kepicikan akal mereka, sehingga tidak dapat mengadakan perbandingan antara yang baik dan yang buruk: "Adakah sama orang buta yang sama sekali tidak melihat dengan orang yang matanya sehat dapat melihat semua benda di hadapannya dengan terang dan jelas?" Tentu saja jawabannya: "Tidak sama." Dan jika ditanyakan pula: "Samakah gelap-gulita dengan terang-benderang?" Tentu jawabannya: "Tidak sama." Sehingga akhirnya dapat diambil kesimpulan mengapa Allah Yang Maha Esa Sempurna dalam segala-galanya akan disamakan dengan berhala, benda mati yang sama sekali tidak dapat memberi manfaat dan menolak kemudaratan. Demikian pula kekafiran seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya yang diserupakan dengan gelap-gulita, karena tidak mengetahui jalan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat tidak sama dengan cahaya keimanan seorang mukmin yang memancar dari wajah dan hatinya. Dan apakah berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah itu dapat menciptakan makhluk seperti ciptaan Allah, sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka? Sehingga sukar dibedakan mana ciptaan berhala dan mana ciptaan Allah?
Jika memang demikian keadaannya, mereka ada alasan untuk mempersekutukan Allah, akan tetapi keadaannya jauh sekali daripada demikian. Berhala-berhala itu adalah benda yang beku, jangan lagi dapat disamakan ciptaannya dengan ciptaan Allah sendiri, bahkan terjadinya mereka pun karena diukir dengan tangan manusia. Ditanya tidak dapat menjawab, tidak dapat memberi kemanfaatan dan kemudaratan sedikit pun kepada penyembahnya, sajen-sajen yang dihidangkan di hadapannya jika dicuri oleh lalat, mereka sama sekali tidak dapat mengambil kembali dan jika penyembah-penyembahnya sedang lengah sehingga seekor serigala kencing di atas kepalanya, mereka pun tidak dapat berkutik apa-apa.
Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu, termasuk pula Pencipta berhala-berhala, dan Dialah Tuhan Yang Tunggal dalam keesaan-Nya lagi Maha Perkasa. Mengapa kamu menyembah kepada selain-Nya yang sama sekali tidak memberi manfaat dan kemudaratan.
17. Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.(QS. 13:17)
Surah Ar Ra'd 17
أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِثْلُهُ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ (17)
Allah menurunkan air hujan dari langit yang mengandung awan, lalu mengalirkan air hujan itu di berbagai lembah yang lebar dan yang sempit sesuai dengan ukurannya. Arus itu akan menimbulkan banyak buih di permukaannya yang merupakan gumpalan buih yang ikut bergerak dengan arus air dan banyak pula yang berserak-serak di sampingnya, sehingga bila ada angin kencang yang meniup, maka buih itu akan segera lenyap dari pandangan mata. Itulah perumpamaan yang pertama yang dikemukakan oleh Allah swt. tentang kebenaran dan kebatilan dan tentang keimanan dan kekafiran.
Dan dari berbagai logam seperti emas, perak, besi, perunggu dan timah ada yang oleh seorang ahli perhiasan dan pandai besi dilebur dalam api untuk membuat perhiasan dan alat-alat keperluan rumah tangga, pertanian, pertukangan dan perindustrian. Inilah perumpamaan yang kedua. Demikianlah Allah membuat perumpamaan bagi yang benar dan yang batil. Kebenaran dan kebatilan itu bila bercampuran, misalnya seperti arus air yang campur dengan buih itu, atau seperti logam yang dibakar yang sama-sama juga mengeluarkan buih berupa kotoran atau karat yang semula melekat pada logam itu, kemudian terpisah karena pengaruh api yang membakarnya. Maka sebagaimana buih yang berada di atas arus air akan lenyap setelah ada tiupan angin, dan buih yang berada di atas logam yang sedang dibakar akan hilang pula karena terbakar api, maka demikian pula perkara yang batil akan hilang musnah bilamana datang hak dan kebenaran yang menimpa kepadanya. Adapun buih itu akan hilang di pinggir lembah, atau tersangkut pada pohon atau ditiup angin. Demikian pula kotoran atau karat yang semula melekat pada logam itu akan habis terbakar, dan yang tinggal tetap di bumi hanya yang memberi manfaat saja kepada manusia, yaitu airnya yang dapat diminum, digunakan untuk mengairi tanaman yang bermanfaat bagi manusia dan binatang. Emasnya digunakan untuk perhiasan dan logam-logam yang lainnya untuk alat rumah tangga, pertanian dan sebagainya. Dari kedua perumpamaan itu dapat diambil pengertian, bahwa Allah swt. telah menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad saw. kemudian disampaikan ke dalam hati manusia yang semuanya tidak sama keadaan dan persiapannya untuk menerima ayat-ayat Alquran itu. Masing-masing mempunyai ukurannya tentang bacaannya, pengertiannya, hafalannya, pengamalannya, yang ayat Alquran itu menjadi unsur kehidupan kerohanian dan kebahagiaan hidup sebagaimana air menjadi sebab hidupnya semua makhluk.
Di antara tanah yang ditimpa hujan itu ada yang tandus tidak dapat menumbuhkan tanam-tanaman, hanya sekadar menyimpan air saja, yang dapat dijadikan sumber penampungan air jernih. Ada pula tanah yang subur yang setelah disiram dengan air hujan itu dapat menghasilkan bermacam-macam hasil bumi. Itulah air yang manfaat bagi manusia dan binatang-binatang. Di antara logam yang dilebur dalam api seperti emas dan perak, tembaga, perunggu dan timah ada yang dijadikan alat rumah tangga, pertukangan, perindustrian dan sebagainya. Orang mukmin diumpamakan seperti air dan logam yang dimanfaatkan oleh manusia dan binatang-binatang, dan buih semula bercampur kemudian lenyap dengan tiupan angin dan buih logam yang habis pula dibakar dengan api adalah tamsil bagi kekafiran dan kebatilan yang akhirnya mesti hancur bila berhadapan dengan hak dan kebenaran, sesuai dengan firman Allah:

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
Artinya:
Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap."
(Q.S. Al-Isra': 81)
Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan yang indah yang dapat menjelaskan kepada manusia apa yang masih dipandang sulit oleh mereka tentang masalah-masalah agamanya agar supaya jelas perbedaannya antara yang hak dan yang batil, antara keimanan dan kekafiran sehingga dapatlah ditempuh jalan petunjuk kepada kebahagiaan dan dihindari jalan yang dimurkai Tuhan dan yang menyesatkan.
Dengan memperhatikan perumpamaan-perumpamaan yang tepat dan baik itu niscaya umat Islam akan menjadi sebaik-baiknya umat yang dikeluarkan untuk menjadi teladan kepada umat yang lain. Tersebut dalam hadis Bukhari dan Muslim yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asyari:

إن مثل ما بعثني الله من الهدى والعلم كمثل غيث أصاب أرضا
Artinya:
Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutus padaku adalah seperti air hujan yang menimpa bumi.
Di antaranya ada sebagian bumi yang menerima air itu, lalu menumbuhkan rumput dan tanam-tanaman dan ada pula tanah yang tandus hanya menyimpan air saja, lalu Allah memanfaatkan air itu kepada manusia yang meminumnya dan mempergunakannya untuk mengairi kebun-kebun tanamannya dan ladang-ladangnya, dan ada pula sebagian tanah yang keras tidak dapat menyimpan air (karena letaknya miring) dan tidak menyerap air, sehingga tidak menumbuhkan tanaman apa-apa. Itulah perumpamaan bagi orang yang memahami agama Allah dan memanfaatkan ajaran agama yang Allah mengutusku untuk menyampaikannya kepada manusia, sehingga ia mengetahui dan mengajarkannya (kepada orang lain), dan tamsil bagi orang (kafir) yang sama sekali tidak memperhatikan dan tidak menerima petunjuk Allah yang mengutusku untuk menyampaikannya. Diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah:

مثلي ومثلكم كمثل رجل استوقد نارا فلما أضاءت ما حولها جعل الفراش وهذه الدواب التي يقعن في النار يقعن فيها وجعل يحجزهن ويغلبنه فيقتحمن فيها فذلك مثلي ومثلكم أنا آخذ بحجزكم عن النار، هلم عن النار فتغلبوني فتقتحمون فيها
Artinya:
Perumpamaanku dengan kamu adalah bagai seorang laki-laki yang menyalakan api. Ketika api itu sudah menerangi tempat-tempat di sekelilingnya, mulailah serangga-serangga dan binatang kecil yang beterbangan itu berjatuhan ke dalam api, berebut menerobos ke dalamnya dan orang itu mulai menghalangi, kemudian dikalahkan oleh serangga-serangga, masuklah serangga itu ke dalam api. Itulah seperti perumpamaan Aku dan kamu. Aku menghalang-halangimu dari api sedang kamu merepotkan aku dan menerobos masuk ke dalamnya.
18. Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahannam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.(QS. 13:18)
Surah Ar Ra'd 18
لِلَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمُ الْحُسْنَى وَالَّذِينَ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُ لَوْ أَنَّ لَهُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لَافْتَدَوْا بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ سُوءُ الْحِسَابِ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ (18)
Bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya yang mengikuti semua perintah-Nya dan membenarkan apa yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya disediakan pembalasan yang baik, yang bersih dari segala penderitaan dan kesusahan, yang kekal selama-lamanya. Sesuai dengan firman Allah:

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ
Artinya:
Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.
(Q.S. Yunus: 26)
Dan firman-Nya:

وَأَمَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُ جَزَاءً الْحُسْنَى وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا
Artinya:
Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan Kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah Kami.
(Q.S. Al-Kahfi: 88)
Dan bagi mereka yang tidak memenuhi seruan Allah, dan tidak menaati Allah, tidak mengikuti perintah-Nya dan tidak mencegah diri dari larangan-Nya, maka bagi mereka itu ada bermacam-macam perlakuan dan azab, di antaranya:
1. Karena menghadapi azab yang sangat pedih, mereka itu sekiranya mempunyai kekayaan semuanya yang berada di bumi ditambah dengan sebanyak isi bumi itu lagi, niscaya mereka melepaskan seluruh kekayaan itu untuk menebus dirinya dari azab Allah. Yang paling dicintai oleh setiap orang adalah dirinya sendiri. Apabila dirinya terancam bahaya, maka seluruh kekayaannya akan dijadikan sandera atau tebusan demi untuk keselamatan dirinya.
2. Hisab dan pemeriksaan yang buruk, mereka akan diperiksa dan diteliti semua amal perbuatannya sampai sekecil-kecilnya. Tersebut dalam sebuah hadis: Barang siapa yang dihisab secara teliti pasti kena azab kekafiran, mereka telah menggugurkan semua amal kebajikannya, dan ketelanjuran mereka membuat dosa dan pelanggaran selalu membuat hati mereka bertambah kotor dan menyebabkan tambah berpaling daripada mendekati keridaan Allah, sehingga akhirnya bertambah jauh dalam kesesatannya.
3. Tempat kediaman mereka ialah Jahanam, dan itulah seburuk-buruknya tempat kediaman dan tempat kembali.
19. Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,(QS. 13:19)
Surah Ar Ra'd 19
أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ (19)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa ayat ini diturunkan berhubungan dengan dua orang kerabat Nabi, yang satu mukmin dan yang satu lagi kafir, yaitu Hamzah dan Abu Jahal. Apakah Hamzah yang percaya dan mengetahui bahwa apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. itu benar tanpa keraguan lagi sama dengan Abu Jahal yang buta hatinya yang sama sekali tidak dapat petunjuk kepada kebaikan? Tentu tidak sama. Dan hanya orang-orang yang sehat pikirannya saja yang dapat menyadari hal seperti ini, dan yang dapat mengambil manfaat dari perumpamaan-perumpamaan yang dikemukakan Allah swt. dalam kitab suci-Nya.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ar Ra'd 19
أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ (19)
Ayat berikut ini diturunkan berkenaan dengan sahabat Hamzah dan Abu Jahal. (Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu itu benar) lalu ia beriman kepadanya (sama dengan orang yang buta?) yaitu orang yang tidak mengetahuinya dan tidak mau beriman kepadanya. Tentu saja tidak. (Sesungguhnya yang mau mengambil pelajaran itu) orang-orang yang menasihati dirinya sendiri (hanyalah orang-orang yang berakal saja) orang-orang yang memiliki akal sehat.
20. (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian,(QS. 13:20)
Surah Ar Ra'd 20
الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَلَا يَنْقُضُونَ الْمِيثَاقَ (20)
Ciri pertama ialah bahwa orang-orang tersebut senantiasa memenuhi janji Allah dan tidak mau memungkiri perjanjian itu. Yang dimaksud dengan "janji Allah" di sini ialah janji-janji yang telah mereka ikrarkan atas diri mereka, baik mengenai hubungan mereka dengan Allah atau hubungan antara sesama mereka, serta hubungan mereka dengan orang lain. Fitrah mereka yang suci dan hati mereka yang murni mengakui adanya perjanjian itu dan wahyu Allah pun mengharuskan adanya perjanjian tersebut.
Mereka tidak mau mengingkari atau pun memungkiri perjanjian yang telah mereka kokohkan itu karena mereka sangat menjauhi sifat-sifat kemunafikan. Dalam hubungan ini hadis Rasulullah saw. menegaskan:

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: آية المنافق ثلاث إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا ائتمن خان
Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi, beliau bersabda: "Tanda orang munafik itu ada tiga macam. Apabila ia bercerita ia selalu bohong, dan apabila ia berjanji ia selalu mungkir, dan apabila ia dipercaya ia khianat."
(H.R. Muslim, Turmuzi, dan Nasa'i)
Bagaimana pentingnya sifat memenuhi janji ini oleh Qatada telah disebutkan bahwa di dalam Alquran Allah swt. telah menyebutnya sebanyak lebih dua puluh kali.


Kembali ke Daftar Surah                               Kembali ke Surah Ar-Ra'd

2 komentar: