http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=2&SuratKe=16#Top
21. (Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan
berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan
dibangkitkan.(QS. 16:21)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah An Nahl 21
أَمْوَاتٌ غَيْرُ أَحْيَاءٍ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ (21)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan kejadian patung sebagai kelanjutan dan pada ayat itu, bahwa berhala-berhala itu adalah benda mati. Berhala itu tidaklah dapat memikirkan bagaimana seharusnya mengabulkan doa-doa yang mereka minta. Allah SWT menegaskan bahwa patung-patung itu bukanlah benda-benda hidup yang dapat memberikan pengaruh apa-apa, meskipun di antara benda, ada yang memberi pengaruh kepada benda hidup. Namun baik berhala itu disembah ataupun tidak disembah tidak akan memberikan faedah apapun juga dan tidak akan pula menyebabkan kemudaratan.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan behwa berhala-berhala itu tidak akan merasa, bila penyembah-penyembahnya kelak dibangkitkan. Hal ini hanya Allah pencipta jagat raya dan isinya saja yang mengetahuinya. Sedang patung-patung itu tidak akan mengetahui apa-apa karena berhala-berhala itu adalah benda-benda mati.
22. Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong.(QS. 16:22)
أَمْوَاتٌ غَيْرُ أَحْيَاءٍ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ (21)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan kejadian patung sebagai kelanjutan dan pada ayat itu, bahwa berhala-berhala itu adalah benda mati. Berhala itu tidaklah dapat memikirkan bagaimana seharusnya mengabulkan doa-doa yang mereka minta. Allah SWT menegaskan bahwa patung-patung itu bukanlah benda-benda hidup yang dapat memberikan pengaruh apa-apa, meskipun di antara benda, ada yang memberi pengaruh kepada benda hidup. Namun baik berhala itu disembah ataupun tidak disembah tidak akan memberikan faedah apapun juga dan tidak akan pula menyebabkan kemudaratan.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan behwa berhala-berhala itu tidak akan merasa, bila penyembah-penyembahnya kelak dibangkitkan. Hal ini hanya Allah pencipta jagat raya dan isinya saja yang mengetahuinya. Sedang patung-patung itu tidak akan mengetahui apa-apa karena berhala-berhala itu adalah benda-benda mati.
22. Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong.(QS. 16:22)
Surah An Nahl 22
إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ قُلُوبُهُمْ مُنْكِرَةٌ وَهُمْ مُسْتَكْبِرُونَ (22)
Allah SWT menjelaskan bahwa Tuhan yang wajib disembah oleh seluruh manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa Dialah yang wajib disembah dan wajib ditaati. Penegasan dengan Yang Maha Esa, memberikan pengertian yang pantas disembah hanyalah Dia. Oleh sebab itu Dia pulalah yang wajib ditaati oleh seluruh manusia dan tidak boleh mengangkat tuhan-tuhan yang lain sebagai serikatnya.
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan sebab-sebab mengapa orang-orang kafir yang mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain itu tidak mau percaya kepada hari akhirat. Ialah karena tidak mau mengakui keesaan Allah, mereka tidak mau pula mengakui janji dan ancaman-ancaman Nya serta tidak mau mengakui terjadi Nya hari akhir di mana pada saat itu mereka akan kembali kepada Nya. Itulah sebabnya maka mereka membangkang terhadap apa saja yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Meskipun berita yang disampaikan itu mengandung berita tentang kekuasaan Allah dan kebenaran Nya serta luasnya nikmat yang diberikan kepada manusia. Hati mereka telah tertutup maka meskipun telah diberitakan kepada mereka bahwa peribadatan kepada mereka itu tidak benar apabila dilakukan terhadap berhala-berhala. Seharusnya yang berhak disembah ialah Allah Yang Maha Esa. Mereka tetap tidak mau percaya. Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang sombong yang tidak mau menerima kebenaran. Mereka tidak mau tunduk kepada kebenaran itu dan tetap mengingkari kebenaran serta bertaklid buta mengikuti nenek moyang mereka.
Allah SWT berfirman:
أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ
Artinya:
Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan".
(Q.S As Sad: 5)
Dan firman Nya lagi:
وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
Artinya:
"Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati".
(Q.S Az Zumar: 45)
Dan firman-Nya:
بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا ءَابَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى ءَاثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ(22)وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا ءَابَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى ءَاثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ(23)
Artinya:
Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka. Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesugguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka".
(Q.S Az Zukhruf: 22-23)
إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ قُلُوبُهُمْ مُنْكِرَةٌ وَهُمْ مُسْتَكْبِرُونَ (22)
Allah SWT menjelaskan bahwa Tuhan yang wajib disembah oleh seluruh manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa Dialah yang wajib disembah dan wajib ditaati. Penegasan dengan Yang Maha Esa, memberikan pengertian yang pantas disembah hanyalah Dia. Oleh sebab itu Dia pulalah yang wajib ditaati oleh seluruh manusia dan tidak boleh mengangkat tuhan-tuhan yang lain sebagai serikatnya.
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan sebab-sebab mengapa orang-orang kafir yang mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain itu tidak mau percaya kepada hari akhirat. Ialah karena tidak mau mengakui keesaan Allah, mereka tidak mau pula mengakui janji dan ancaman-ancaman Nya serta tidak mau mengakui terjadi Nya hari akhir di mana pada saat itu mereka akan kembali kepada Nya. Itulah sebabnya maka mereka membangkang terhadap apa saja yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Meskipun berita yang disampaikan itu mengandung berita tentang kekuasaan Allah dan kebenaran Nya serta luasnya nikmat yang diberikan kepada manusia. Hati mereka telah tertutup maka meskipun telah diberitakan kepada mereka bahwa peribadatan kepada mereka itu tidak benar apabila dilakukan terhadap berhala-berhala. Seharusnya yang berhak disembah ialah Allah Yang Maha Esa. Mereka tetap tidak mau percaya. Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang sombong yang tidak mau menerima kebenaran. Mereka tidak mau tunduk kepada kebenaran itu dan tetap mengingkari kebenaran serta bertaklid buta mengikuti nenek moyang mereka.
Allah SWT berfirman:
أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ
Artinya:
Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan".
(Q.S As Sad: 5)
Dan firman Nya lagi:
وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
Artinya:
"Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati".
(Q.S Az Zumar: 45)
Dan firman-Nya:
بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا ءَابَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى ءَاثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ(22)وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا ءَابَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى ءَاثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ(23)
Artinya:
Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka. Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesugguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka".
(Q.S Az Zukhruf: 22-23)
23. Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.(QS. 16:23)
Surah An Nahl 23
لَا جَرَمَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ (23)
Sesudah itu Allah SWT menegaskan bahwa tidak dapat diragukan lagi, sesungguhnya Allah telah mengetahui keingkaran orang-orang musyrik itu terhadap wahyu yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad saw yang mereka sembunyikan dalam hati mereka. Dan Allah juga mengetahui apa yang mereka nyatakan terhadap Nabi Muhammad saw serta tuduhan mereka terhadap Nabi Muhammad bahwa Nabi Muhammad saw membuat berita-berita palsu.
Di akhir ayat Allah menegaskan bahwa Dia tidak senang kepada orang-orang yang sombong yang tidak mau percaya kepada keesaan Allah serta enggan mengikuti seruan Nabi-nabi dan Rasul-rasul Nya. Pernyataan serupa ini adalah suatu pernyataan tentang betapa murkanya Allah kepada mereka dan betapa bencinya sikap mereka yang tidak mengerti akan kedudukan diri mereka itu. Di ayat lain Allah SWT mengancam bahwa orang-orang yang sombong akan dimasukkan ke neraka Jahanam.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah Ku, akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.
(Q.S Al Mu'min: 60)
Rasulullah saw bersabda:
لا يدخل الجنة من كان فى قلبه مثقال ذرة من كبر ولا يدخل النار من كان فى قلبه مثقال ذرة من إيمان فقال رجل: يا رسول الله الرجل يحب أن يكون ثوبه حسنا ونعله حسنة فقال: إن الله جميل يحب الجمال الكبر من بطر الحق وغمض الناس
Artinya:
Tidak akan memasuki surga orang yang di hatinya ada kesombongan sebiji sawi, dan tidak akan memasuki neraka orang yang di hatinya ada iman sebiji sawi, kemudian berkatalah seorang laki-laki:"Wahai Rasulullah bagaimana kalau seorang laki-laki ingin agar bajunya bagus dan sandalnya bagus? Kemudian Rasulullah menjawab: "Sesungguhnya Allah indah, mencintai keindahan. Kesombongan itu ialah orang yang tidak mau menerima kebenaran dan menghinakan manusia".
(H.R Muslim, Abu Daud, At Turmuzi dan Ibnu Majah dari Ibnu Mas'ud)
لَا جَرَمَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ (23)
Sesudah itu Allah SWT menegaskan bahwa tidak dapat diragukan lagi, sesungguhnya Allah telah mengetahui keingkaran orang-orang musyrik itu terhadap wahyu yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad saw yang mereka sembunyikan dalam hati mereka. Dan Allah juga mengetahui apa yang mereka nyatakan terhadap Nabi Muhammad saw serta tuduhan mereka terhadap Nabi Muhammad bahwa Nabi Muhammad saw membuat berita-berita palsu.
Di akhir ayat Allah menegaskan bahwa Dia tidak senang kepada orang-orang yang sombong yang tidak mau percaya kepada keesaan Allah serta enggan mengikuti seruan Nabi-nabi dan Rasul-rasul Nya. Pernyataan serupa ini adalah suatu pernyataan tentang betapa murkanya Allah kepada mereka dan betapa bencinya sikap mereka yang tidak mengerti akan kedudukan diri mereka itu. Di ayat lain Allah SWT mengancam bahwa orang-orang yang sombong akan dimasukkan ke neraka Jahanam.
Allah SWT berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah Ku, akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.
(Q.S Al Mu'min: 60)
Rasulullah saw bersabda:
لا يدخل الجنة من كان فى قلبه مثقال ذرة من كبر ولا يدخل النار من كان فى قلبه مثقال ذرة من إيمان فقال رجل: يا رسول الله الرجل يحب أن يكون ثوبه حسنا ونعله حسنة فقال: إن الله جميل يحب الجمال الكبر من بطر الحق وغمض الناس
Artinya:
Tidak akan memasuki surga orang yang di hatinya ada kesombongan sebiji sawi, dan tidak akan memasuki neraka orang yang di hatinya ada iman sebiji sawi, kemudian berkatalah seorang laki-laki:"Wahai Rasulullah bagaimana kalau seorang laki-laki ingin agar bajunya bagus dan sandalnya bagus? Kemudian Rasulullah menjawab: "Sesungguhnya Allah indah, mencintai keindahan. Kesombongan itu ialah orang yang tidak mau menerima kebenaran dan menghinakan manusia".
(H.R Muslim, Abu Daud, At Turmuzi dan Ibnu Majah dari Ibnu Mas'ud)
24. Dan apabila dikatakan kepada mereka: `Apakah yang
telah diturunkan Tuhanmu?` Mereka menjawab: `Dongeng-dongeng orang-orang
dahulu`,(QS. 16:24)
Surah An Nahl 24
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (24)
Kemudian dari pada itu Allah SWT menjelaskan kesombongan orang-orang musyrikin itu, yaitu apabila ditanyakan kepada mereka apakah yang telah diturunkan oleh Allah? Merekapun menjawab bahwa Allah tidak menurunkan apapun juga kepada Nabi Muhammad saw sedangkan apa yang dibacakan oleh Nabi Muhammad itu tiada lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang terdahulu yang ia ambil dari kitab lama.
Ucapan seperti itu adalah menggambarkan kesombongan mereka terhadap diri Rasulullah dan kepada Firman Allah.
Allah SWT berfirman:
وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Artinya:
Dan mereka berkata: "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang".
(Q.S Al Furqan: 5)
Kesombongan mereka itu terhadap Nabi Muhammad saw digambarkan dengan kata-kata yang berbeda-beda seperti tuduhan mereka bahwa Nabi Muhammad itu tukang sihir, penyair dan tukang tenung, bahkan secara berlebih-lebihan mereka menuduhnya bahwa Nabi Muhammad itu orang yang gila.
Kemudian kesombongan mereka kepada Nabi Muhammad saw digambarkan bukan saja terlihat dari ucapan-ucapan mereka akan tetapi betul-betul telah mendarah daging.
Allah SWT berfirman:
إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ(18)فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ(19)ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ(20)ثُمَّ نَظَرَ(21)ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ(22)ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ(23)فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ(24)إِنْ هَذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ(25)
Artinya:
Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah dia!, bagaimanakah dia menetapkan?, kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan?, kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata: "(Alquran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dan orang orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia".
(Q.S Al Muddassir: 18-25)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 24
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (24)
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Nadhr bin Harits (Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Apakah) maa di sini bermakna istifham atau kata tanya (yang) dzaa di sini berfungsi sebagai maushul (telah diturunkan Rabb kalian?") kepada Muhammad. (Mereka menjawab,) yaitu ("Dongeng-dongengan) buat-buatan (orang-orang dahulu.") untuk menyesatkan manusia.
25. (ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.(QS. 16:25)
Surah An Nahl 24
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (24)
Kemudian dari pada itu Allah SWT menjelaskan kesombongan orang-orang musyrikin itu, yaitu apabila ditanyakan kepada mereka apakah yang telah diturunkan oleh Allah? Merekapun menjawab bahwa Allah tidak menurunkan apapun juga kepada Nabi Muhammad saw sedangkan apa yang dibacakan oleh Nabi Muhammad itu tiada lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang terdahulu yang ia ambil dari kitab lama.
Ucapan seperti itu adalah menggambarkan kesombongan mereka terhadap diri Rasulullah dan kepada Firman Allah.
Allah SWT berfirman:
وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Artinya:
Dan mereka berkata: "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang".
(Q.S Al Furqan: 5)
Kesombongan mereka itu terhadap Nabi Muhammad saw digambarkan dengan kata-kata yang berbeda-beda seperti tuduhan mereka bahwa Nabi Muhammad itu tukang sihir, penyair dan tukang tenung, bahkan secara berlebih-lebihan mereka menuduhnya bahwa Nabi Muhammad itu orang yang gila.
Kemudian kesombongan mereka kepada Nabi Muhammad saw digambarkan bukan saja terlihat dari ucapan-ucapan mereka akan tetapi betul-betul telah mendarah daging.
Allah SWT berfirman:
إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ(18)فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ(19)ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ(20)ثُمَّ نَظَرَ(21)ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ(22)ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ(23)فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ(24)إِنْ هَذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ(25)
Artinya:
Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah dia!, bagaimanakah dia menetapkan?, kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan?, kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata: "(Alquran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dan orang orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia".
(Q.S Al Muddassir: 18-25)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 24
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (24)
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Nadhr bin Harits (Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Apakah) maa di sini bermakna istifham atau kata tanya (yang) dzaa di sini berfungsi sebagai maushul (telah diturunkan Rabb kalian?") kepada Muhammad. (Mereka menjawab,) yaitu ("Dongeng-dongengan) buat-buatan (orang-orang dahulu.") untuk menyesatkan manusia.
25. (ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.(QS. 16:25)
Surah An Nahl 25
لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ (25)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan akibat dari perbuatan mereka itu yaitu bahwa ucapan mereka yang congkak itu menyebabkan mereka memikul dosa-dosa dengan sepenuhnya dan memikul dosa orang-orang yang secara membabi buta mengikuti ucapan itu. Orang-orang yang mengikuti disamakan hukumnya dengan orang-orang yang diikuti karena mereka itu telah diberi akal yang sudah tentu mereka dapat menilai ucapan orang-orang yang diikuti dengan menggunakan pikirannya. Itulah sebabnya maka di dalam ayat ini Allah melukiskan bahwa mereka ini mengikutinya tanpa ilmu pengetahuan sedikitpun. Sedangkan orang-orang yang diikuti di samping menanggung dosa mereka sendiri juga menanggung pula dosa orang-orang yang disesatkan. Karena mereka ini dianggap sebagai penyesat orang-orang yang lain dan penyebab orang-orang yang lain dan penyebab orang-orang yang lain itu berkeyakinan seperti keyakinan mereka.
Sabda Rasulullah saw:
من دعا إلى هدى كان له من الأجر مثل اجور من اتبعه لا ينقص ذلك من أجورهم شيئا، ومن دعا إلى الضلالة كان له من الأثم مثل آثام من اتبعه لا ينقص ذلك من آثامهم شيئا
Artinya:
Barangsiapa yang mengajak orang-orang kepada petunjuk (agama Islam), maka ia memperoleh pahala orang-orang yang mengikutinya, yang tidak berkurang pahalanya itu dari pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan ia memperoleh dosanya seperti dosa-dosa yang mengikuti, yang tidak berkurang dosanya dari dosa-dosa mereka sedikitpun.
Dan seperti firman Allah:
وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالًا مَعَ أَثْقَالِهِمْ وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ
Artinya:
Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan".
(Q.S Al Ankabut: 13)
Mereka itu diancam dengan ancaman yang berat karena mereka menilai firman Allah yang disampaikan kepada Rasulullah itu dengan penilaian yang tidak Sewajarnya. Mereka itu telah mengotori pikiran yang diberikan oleh Allah pada diri mereka dan mengotori jiwa mereka sendiri sehingga mereka berani berbuat dengan berbagai macam tipu daya untuk menjatuhkan pribadi Rasul di hadapan kaum Muslimin dan di hadapan pengikut-pengikut mereka. Itulah sebabnya maka mereka itu diberi ancaman keras dengan dosa yang mereka lakukan bahkan memikul dosa-dosa yang pengikutnya pada hari akhir.
Di akhir ayat Allah SWT mengancam bahwa dosa yang mereka pikul itu adalah dosa yang paling berat.
لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ (25)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan akibat dari perbuatan mereka itu yaitu bahwa ucapan mereka yang congkak itu menyebabkan mereka memikul dosa-dosa dengan sepenuhnya dan memikul dosa orang-orang yang secara membabi buta mengikuti ucapan itu. Orang-orang yang mengikuti disamakan hukumnya dengan orang-orang yang diikuti karena mereka itu telah diberi akal yang sudah tentu mereka dapat menilai ucapan orang-orang yang diikuti dengan menggunakan pikirannya. Itulah sebabnya maka di dalam ayat ini Allah melukiskan bahwa mereka ini mengikutinya tanpa ilmu pengetahuan sedikitpun. Sedangkan orang-orang yang diikuti di samping menanggung dosa mereka sendiri juga menanggung pula dosa orang-orang yang disesatkan. Karena mereka ini dianggap sebagai penyesat orang-orang yang lain dan penyebab orang-orang yang lain dan penyebab orang-orang yang lain itu berkeyakinan seperti keyakinan mereka.
Sabda Rasulullah saw:
من دعا إلى هدى كان له من الأجر مثل اجور من اتبعه لا ينقص ذلك من أجورهم شيئا، ومن دعا إلى الضلالة كان له من الأثم مثل آثام من اتبعه لا ينقص ذلك من آثامهم شيئا
Artinya:
Barangsiapa yang mengajak orang-orang kepada petunjuk (agama Islam), maka ia memperoleh pahala orang-orang yang mengikutinya, yang tidak berkurang pahalanya itu dari pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan ia memperoleh dosanya seperti dosa-dosa yang mengikuti, yang tidak berkurang dosanya dari dosa-dosa mereka sedikitpun.
Dan seperti firman Allah:
وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالًا مَعَ أَثْقَالِهِمْ وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ
Artinya:
Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan".
(Q.S Al Ankabut: 13)
Mereka itu diancam dengan ancaman yang berat karena mereka menilai firman Allah yang disampaikan kepada Rasulullah itu dengan penilaian yang tidak Sewajarnya. Mereka itu telah mengotori pikiran yang diberikan oleh Allah pada diri mereka dan mengotori jiwa mereka sendiri sehingga mereka berani berbuat dengan berbagai macam tipu daya untuk menjatuhkan pribadi Rasul di hadapan kaum Muslimin dan di hadapan pengikut-pengikut mereka. Itulah sebabnya maka mereka itu diberi ancaman keras dengan dosa yang mereka lakukan bahkan memikul dosa-dosa yang pengikutnya pada hari akhir.
Di akhir ayat Allah SWT mengancam bahwa dosa yang mereka pikul itu adalah dosa yang paling berat.
26. Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah
mengadakan makar, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari
fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan
datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari.(QS. 16:26)
Surah An Nahl 26
قَدْ مَكَرَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَأَتَى اللَّهُ بُنْيَانَهُمْ مِنَ الْقَوَاعِدِ فَخَرَّ عَلَيْهِمُ السَّقْفُ مِنْ فَوْقِهِمْ وَأَتَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ (26)
Allah SWT menjelaskan bahwa tipu daya orang-orang musyrikin itu tidak akan mengenai terkecuali pada diri mereka sendiri. Dan mereka akan mengalami penderitaan seperti dirasakan oleh umat-umat yang terdahulu yaitu mereka mendustakan Rasul-rasul mereka dengan berbagai macam tipu daya dan berbagai macam alasan. Kemudian Allah SWT melukiskan bahwa tipu daya mereka itu yang mereka lakukan terhadap Rasulullah saw seperti orang-orang yang membina rumah. Maka setelah rumah itu jadi, Allah menghancurkan rumah itu dari fondasinya dan setelah fondasi itu hancur dan tiang-tiangnya mulai berjatuhan, berguguranlah atap dan seluruh bangunan, rumah itu menimpa diri mereka sendiri, dan menimpa pula apa yang ada di bawahnya. Mereka sendiri tidak merasakan sebelumnya apa yang akan terjadi dan akibat apa yang harus mereka terima terhadap perbuatan yang mereka lakukan itu.
Akibat dari perbuatan mereka itu tidak saja menghancurkan diri mereka sendiri, bahkan juga menghancurkan keluarga dan keturunan mereka. Hal itu adalah merupakan gambaran yang tepat bagaimana Allah SWT menggagalkan tipu daya mereka itu dan bahkan menjadikan akibat dari tipu daya mereka itu menimpa diri mereka sendiri dan menghancurkan keluarga dan keturunan mereka.
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa mereka itu akan mendapat azab pada saat yang tidak mereka duga sebelunya dan tidak pula mereka sadari. Hal ini menunjukkan bahwa akibat yang mereka temui tidaklah seperti yang mereka duga sebelumnya. Mereka mengira bahwa dengan berbagai macam tipu daya mereka dapat menghalang-halangi dan menghancurkan dakwah Islamiyah, tetapi hasil yang mereka dapati tidaklah seperti apa yang mereka harapkan bahkan seruan Islam makin lama makin meluas dan semangat pengikut-pengikutnya makin lama makin membaja. Akhirnya mereka akan mengalami kehancuran total di segenap forum pertempuran terutama di saat terjadinya perang Badar.
قَدْ مَكَرَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَأَتَى اللَّهُ بُنْيَانَهُمْ مِنَ الْقَوَاعِدِ فَخَرَّ عَلَيْهِمُ السَّقْفُ مِنْ فَوْقِهِمْ وَأَتَاهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ (26)
Allah SWT menjelaskan bahwa tipu daya orang-orang musyrikin itu tidak akan mengenai terkecuali pada diri mereka sendiri. Dan mereka akan mengalami penderitaan seperti dirasakan oleh umat-umat yang terdahulu yaitu mereka mendustakan Rasul-rasul mereka dengan berbagai macam tipu daya dan berbagai macam alasan. Kemudian Allah SWT melukiskan bahwa tipu daya mereka itu yang mereka lakukan terhadap Rasulullah saw seperti orang-orang yang membina rumah. Maka setelah rumah itu jadi, Allah menghancurkan rumah itu dari fondasinya dan setelah fondasi itu hancur dan tiang-tiangnya mulai berjatuhan, berguguranlah atap dan seluruh bangunan, rumah itu menimpa diri mereka sendiri, dan menimpa pula apa yang ada di bawahnya. Mereka sendiri tidak merasakan sebelumnya apa yang akan terjadi dan akibat apa yang harus mereka terima terhadap perbuatan yang mereka lakukan itu.
Akibat dari perbuatan mereka itu tidak saja menghancurkan diri mereka sendiri, bahkan juga menghancurkan keluarga dan keturunan mereka. Hal itu adalah merupakan gambaran yang tepat bagaimana Allah SWT menggagalkan tipu daya mereka itu dan bahkan menjadikan akibat dari tipu daya mereka itu menimpa diri mereka sendiri dan menghancurkan keluarga dan keturunan mereka.
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa mereka itu akan mendapat azab pada saat yang tidak mereka duga sebelunya dan tidak pula mereka sadari. Hal ini menunjukkan bahwa akibat yang mereka temui tidaklah seperti yang mereka duga sebelumnya. Mereka mengira bahwa dengan berbagai macam tipu daya mereka dapat menghalang-halangi dan menghancurkan dakwah Islamiyah, tetapi hasil yang mereka dapati tidaklah seperti apa yang mereka harapkan bahkan seruan Islam makin lama makin meluas dan semangat pengikut-pengikutnya makin lama makin membaja. Akhirnya mereka akan mengalami kehancuran total di segenap forum pertempuran terutama di saat terjadinya perang Badar.
27. Kemudian Allah menghinakan mereka di hari kiamat, dan
berfirman: `Dimanakah sekutu-sekutu-Ku itu (yang karena membelanya) kamu
selalu memusuhi mereka (nabi-nabi dan orang-orang mukmin)?` Berkatalah
orang-orang yang telah diberi ilmu: `Sesungguhnya kehinaan dan azab hari
ini ditimpakan atas orang-orang yang kafir`,(QS. 16:27)
Surah An Nahl 27
ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُخْزِيهِمْ وَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ تُشَاقُّونَ فِيهِمْ قَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ إِنَّ الْخِزْيَ الْيَوْمَ وَالسُّوءَ عَلَى الْكَافِرِينَ (27)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan akibat yang akan mereka terima kelak di hari akhirat. Dan di hari itu Allah SWT akan memberikan siksaan yang pedih, sedang mereka akan merasakan kehinaan yang tiada taranya. Kehinaan mereka dilukiskan bahwa mereka dalam keadaan bingung, mencari sekutu-sekutu mereka yang dahulu pernah menjadi pengikut dan pembelanya, serta sepakat menghancurkan dakwah Islamiyah. Mereka itu menyesal dengan penuh penyesalan karena orang-orang yang dahulu pernah menjadi pendukung-pendukung tidak lagi dapat memberikan dukungan kepada mereka untuk melepaskan diri mereka dari siksa Allah yang mereka hadapi. Demikian juga halnya berhala-berhala yang mereka puja-puja, dan mereka anggap dapat memberikan syafaat yang dapat melepaskan diri mereka dari siksaan Allah, ternyata hanyalah kosong belaka, karena pada hari itu yang menjadi hakim hanyalah Allah semata.
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa pada hari itu pula orang-orang yang telah diberi ilmu yaitu orang-oiang yang mengetahui hal ihwal mereka dan mengikuti petunjuk-petunjuk wahyu, yaitu mereka meyakini keesaan Allah dan kerasulan Muhammad, mereka akan tersenyum-senyum kepuasan, dan mengatakan bahwasanya memang benarlah bahwa kehinaan dan azab pada pada hari itu ditimpakan kepada orang-orang yang mengingkari Allah memusuhi Rasul-rasul Nya dan mendustakan terjadinya hari berbangkit.
28. (yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat zalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata): `Kami sekali-kali tidak ada mengerjakan sesuatu kejahatanpun`. (Malaikat menjawab): `Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan.`(QS. 16:28)
Surah An Nahl 28
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ فَأَلْقَوُا السَّلَمَ مَا كُنَّا نَعْمَلُ مِنْ سُوءٍ بَلَى إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (28)
Kemudian pada hari itu Allah SWT melukiskan keadaan orang-orang musyrikin pada akhir hayat mereka. Yaitu pada saat malaikat maut telah merenggut nyawa mereka sedangkan mereka masih tetap dalam keadaan menganiaya diri mereka sendiri. Mereka tidak dapat mengelakkan diri dari kematian terkecuali hanya menyerahkan diri kepada malaikat itu sedangkan dalam hati mereka sendiri telah mengingkari pencipta Alam Semesta, dan kesudahan dari ciptaan Nya itu.
Pada saat itu mereka telah menyampaikan atau membayangkan siksaan yang akan mereka terima karena keingkaran mereka kepada Allah Yang Maha Esa dan menganiaya diri mereka sendiri. Pada ketika itu nurani merekalah yang berbicara, mereka menyerah dan mengakui kepada kebenarannya, seraya mengatakan kami tidaklah menyekutukan tuhan-tuhan yang lain kepada Allah Yang Maha Esa. Tetapi pengakuan serupa itu telah terlambat, karena mereka pada saat keadaan segar bugar baik secara iktikad ataupun dart segi kenyataan, mereka telah benar-benar mendustakan keesaan Allah dan bergelimang dalam kebatilan, maka tidak benarlah apabila mereka mengharapkan kebahagiaan, karena mereka telah diberi akal yang dapat menilai baik dan buruk. Mereka telah mengetahui betapa besarnya dosa mendustakan keesaan Allah dan mendustakan wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Itulah sebabnya maka hukuman yang pantas bagi mereka itu ialah menerima siksaan yang sesuai dengan amal perbuatan mereka. Mereka tidak dapat lagi menutup nutupi kejahatan yang mereka lakukan, betapa juapun mahirnya mereka membuat muslihat karena sesungguhnya mereka sendiri telah menyadari dan mengakui terhadap kejahatan mereka itu dan karena sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Selidik terhadap apa yang mereka kerjakan.
29. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahannam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu.(QS. 16:29)
Surah An Nahl 29
فَادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَلَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ (29)
Sesudah itu Allah SWT menegaskan akibat-akibat yang akan mereka rasakan di akhirat yaitu bahwa mereka tiada lain hanyalah menerima keputusan memasuki pintu-pintu neraka Jahanam dan merasakan berbagai macam siksaan karena mereka telah mengotori jiwa mereka dengan jalan menyekutukan tuhan tuhan yang lain kepada Allah Yang Maha Esa, dan telah melakukan berbagai macam kejahatan dan kemaksiatan. Mereka itu akan berada di neraka Jahanam itu selama-lamanya dan menerima siksa sesuai dengan berat ringannya dosa yang mereka lakukan. Dan inilah hukuman yang pantas dan penderitaan sesuai bagi orang yang congkak dan takabur tidak mau mengikuti pedoman hidup dan petunjuk yang dibawakan oleh Rasul, yang sebenarnya tuntutan itu adalah bimbingan yang dapat menyelamatkan dan membahagiakan mereka di dunia dan di akhirat.
Allah berfirman.:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ
Artinya:
"Dan orang-orung kafir, bagi mereka neraka Jahanam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir".
(Q.S Fatir: 36)
30. Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: `Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?` Mereka menjawab: ` (Allah telah menurunkan) kebaikan`. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa,(QS. 16:30)
Surah An Nahl 30
وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا خَيْرًا لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ (30)
Allah SWT menggambarkan keadaan orang-orang mukminin apabila ditanya kepada mereka bagaimana kesannya terhadap apa yang diturunkan oleh Allah, maka orang-orang yang mematuhi ayat-ayat Allah itu akan memberikan jawaban bahwa ayat-ayat Allah yang diturunkan itu adalah kebaikan dan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba Nya yang menaati agamanya dan mempercayai Rasul Nya, serta mengamalkan bimbingan ayat itu di tengah tengah masyarakat, sehingga mereka akan menjadi hamba Allah yang berbuat kebaikan dan menerima kebahagiaan hidup. Sedangkan mereka di akhirat akan mendapat pahala yang lebih baik lagi dari pahala yang mereka terima di dunia.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa kampung akhirat adalah lebih baik dan sebagai tempat yang sebaik-baiknya bagi orang-orang yang bertakwa. Kebahagiaan yang akan mereka terima di akhirat itu kekal sedang kebahagiaan di dunia hanya sementara. Kebahagiaan di akhirat memberikan kepuasan dalam arti sebenar-benarnya sedang kebahagiaan di dunia merupakan kebahagiaan yang membosankan dan terbatas.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai keadaan orang-orang Quraisy Mekah pada saat menerima penjelasan-penjelasan dari Nabi Muhammad tentang agama Islam dapatlah diikuti sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Abu Hatim As Suddy: Orang-orang Quraisy berkumpul, merekapun berkata: "Sesungguhnya Muhammad itu seorang yang manis tutur katanya. Apabila ada orang yang berbicara dengan dia hilanglah akalnya. Maka perhatikanlah olehmu beberapa orang yang mulia di antara kamu, yang termasyhur kebangsawanan mereka dan suruhlah mereka menelusuri jalan-jalan di kota Mekah pada permulaan malam barang satu atau dua malam. Maka barangsiapa datang mencari dia (Muhammad), cegahlah mereka darinya. Kemudian ada orang-orang keluar di jalan-jalan, dan ketika datang seorang utusan untuk kaum Quraisy yang memperhatikan apa yang dikatakan Muhammad, utusan itu menyampaikan kepada mereka; salah seorang di antara mereka berkata: "Saya Polan bin Polan sambil memperkenalkan nasabnya dan berkata kepada utusan itu "Saya akan menyampaikan berita tentang Muhammad". Sebenarnya ia itu seorang lelaki pendusta yang tidak diikuti segala ucapannya kecuali orang-orang bodoh, budak-budak dan orang-orang miskin yang tidak punya apa-apa. Adapun orang yang sudah lanjut usianya ddan orang-orang yang terkemuka di antara mereka tentu saja mereka menjauhkan dari padanya kemudian utusan itu kembali. Maka inilah penjelasan tentang keadaan orang-orang musyrik yang menolak keterangan-keterangan yang datang dari Muhammad seperti tersebut dalam ayat 24. Dan kemudian apabila utusan itu termasuk di antara orang yang diberi petunjuk oleh Allah SWT, maka merekapun juga berkata kepadanya seperti itu pula. Ia (salah seorang di antara kaum itu) berkata: "Utusan yang paling celaka bagi kaumku apabila aku datang setelah aku mencapai perjalanan satu hari tetapi belum juga aku bertemu dengan lelaki itu (Muhammad) dan belum pula memperhatikan apa yang telah ia katakan. Kemudian ia datang kepada kaumku dengan membawa keterangan tentang utusan itu. Kemudian utusan itu memasuki kota Mekah lalu ia menemui orang-orang mukmin dan menanyakan kepada mereka apa yang dikatakan Muhammad kemudian orang orang mukmin itu berkata: "Bahwa apa yang dikatakan Muhammad itu adalah kebaikan kemudian mereka menjelaskan kebaikan ini". (ayat 30).
Adapun kebahagiaan yang akan diterima oleh orang-orang mukminin di kampung akhirat, dijelaskan di dalam ayat yang lain sebagai berikut:
فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya:
Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.
(Q.S Ali Imran: 148)
31. (yaitu) syurga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam syurga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa,(QS. 16:31)
Surah An Nahl 31
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ كَذَلِكَ يَجْزِي اللَّهُ الْمُتَّقِينَ (31)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan keadaan surga yang akan menjadi tempat kediaman orang-orang yang takwa itu, yaitu surga `Adn yang mengalir di bawahnya beberapa sungai. Di situ orang-orang yang takwa akan mendapatkan apa yang ia inginkan yang menjadi kepuasan bagi diri mereka baik kenikmatan pemandangannya, peralatannya, dan pelayanannya melebihi kepuasan yang mereka terima di dunia. Dan Allah SWT menegaskan bahwa mereka itu akan kekal selama-lamanya. Demikian itu Allah menjanjikan surga 'Adn kepada orang-orang mukmin yang benar-benar bertakwa kepada Allah yang memelihara diri dari segala noda-noda kemusyrikan dan kemaksiatan. Penegasan ini sangat penting artinya bagi orang-orang mukmin agar mereka itu selalu dan secara kontinu memupuk takwanya agar meningkat derajat takwa yang lebih tinggi dan sempurna, serta mengandung daya penarik bagi orang-orang agar suka menjadi orang-orang yang bertakwa.
32. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): `Salaamun alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.`(QS. 16:32)
Surah An Nahl 32
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (32)
Kemudian, Allah SWT melukiskan akhir hayat orang-orang yang bertakwa yaitu saat akhir kehidupan orang-orang yang menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Nya bahwa pada saat malaikat maut datang untuk mencabut nyawanya, mereka mati dalam keadaan baik, dalam keadaan mendapat salam sejahtera dari malaikat itu karena mereka bersih dari noda-noda kemusyrikan dan kemaksiatan, jiwanya tetap di bawah bimbingan wahyu Allah SWT. Beriman yang kuat dan beramal yang ikhlas segenap perjalanan mereka dihiasi dengan akhlak yang tinggi terhindar dari sifat-sifat tercela. Orang yang demikian ini menghadap Tuhannya dengan hati lapang dan tetap menyerahkan dirinya di bawah kekuasaan dan perintah Nya. Karena ia merasa akan meninggalkan dunia yang fana, pergi untuk menerima janji yang telah ditetapkan oleh Tuhannya. Pada saat itu ia menghadapi maut itu dengan ketenangan dan kebahagiaan. Allah SWT berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan; Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.
(Q.S Fussilat: 30)
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa para malaikat itu memberikan kabar gembira bahwa mereka akan memasuki surga yang disediakan kepada mereka itu. Sesuai dengan amal perbuatan yang telah mereka lakukan. Berita gembira yang disampaikan oleh malaikat kepada mereka adalah janji Allah yang akan mereka alami nanti sesudah hari berbangkit. Mereka itu akan memasuki surga sesudah hari berbangkit jasmani dan rohaninya. Apabila pada ayat ini dipahami bahwa mereka akan mengalami kebahagiaan itu dengan ruhnya saja maka hendaklah dipahami kebahagiaan yang akan mereka rasakan itu ialah pada saat wafatnya seperti ditandaskan oleh sabda Rasulullah saw:
القبر إما روضة من رياض الجنة أو حفرة من حفر النيران
Artinya:
Kubur itu adakalanya berupa taman-taman surga atau salah satu jurang dari jurang-jurang neraka.
Dan juga seperti keterangan sebuah riwayat yang diceritakan oleh Ibnu Jarir dan Baihaqy dari Muhammad bin Ka'ab Al Khurazi ia berkata: "Apabila seorang hamba yang mukmin telah tiba saat kematiannya datanglah malaikat seraya berkata: "Salam sejahtera untukmu hai wali Allah, Allah mengirimkan salam untukmu dan memberikan berita gembira bahwa engkau akan masuk surga".
33. Tidak ada yang ditunggu-tunggu orang kafir selain dari datangnya para malaikat kepada mereka atau datangnya perintah Tuhanmu. Demikianlah yang telah diperbuat oleh orang-orang (kafir) sebelum mereka. Dan Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang selalu menganiaya diri mereka sendiri.(QS. 16:33)
Surah An Nahl 33
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ أَمْرُ رَبِّكَ كَذَلِكَ فَعَلَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَمَا ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (33)
Allah SWT menjelaskan bahwa tidak ada perlunya memberikan kesempatan kepada orang-orang musyrikin Mekah agar mereka mengubah sikap. Mereka akan berpendirian demikian sehingga tiba saatnya malaikat merenggut nyawa mereka, atau datang perintah Tuhan untuk menurunkan azab kepada mereka di dunia seperti dialami orang-orang kafir sebelum mereka.
Di antara orang-orang musyrik yang tidak menghargai Nabi dan Rasul-rasul ada yang dibinasakan oleh suara petir dan ada pula yang dihancurkan oleh gempa bumi dan ada pula yang dihancurkan oleh angin topan pada suatu saat yang tidak mereka duga sebelumnya. Ayat ini berupa ancaman keras kepada mereka dengan maksud agar mereka beriman kepada Allah dan Rasul Nya serta segera meninggalkan kebatilan dan kembali kepada kebenaran sebelum malapetaka yang pernah menimpa kepada orang-orang sebelumnya itu menghancurkan mereka.
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa nenek moyang mereka yang mempunyai sifat yang sama dengan mereka telah mengalami kehancuran karena siksa-siksa Allah disebabkan mereka tidak mau mendengarkan seruan para Rasul dan Nabi-nabi yang diturunkan Allah untuk membimbing mereka kepada kebenaran. Mereka yang tetap bergelimang dalam kebatilan telah dimusnahkan oleh Allah dengan siksaan yang berat. Hal ini bukanlah berarti bahwa Allah telah menganiaya mereka, akan tetapi diri mereka sendirilah yang menganiaya diri mereka. Karena Allah telah cukup memberikan bimbingan wahyu dan telah memberikan bukti-bukti yang jelas tentang kebenaran wahyu itu. Akan tetapi mereka tetap saja membangkang dan mendustakan kebenaran dan mengotori jiwa mereka dengan menciptakan patung-patung sebagai tuhan-tuhun yang diperserikatkan kepada Allah.
Surah An Nahl 27
ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُخْزِيهِمْ وَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ تُشَاقُّونَ فِيهِمْ قَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ إِنَّ الْخِزْيَ الْيَوْمَ وَالسُّوءَ عَلَى الْكَافِرِينَ (27)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan akibat yang akan mereka terima kelak di hari akhirat. Dan di hari itu Allah SWT akan memberikan siksaan yang pedih, sedang mereka akan merasakan kehinaan yang tiada taranya. Kehinaan mereka dilukiskan bahwa mereka dalam keadaan bingung, mencari sekutu-sekutu mereka yang dahulu pernah menjadi pengikut dan pembelanya, serta sepakat menghancurkan dakwah Islamiyah. Mereka itu menyesal dengan penuh penyesalan karena orang-orang yang dahulu pernah menjadi pendukung-pendukung tidak lagi dapat memberikan dukungan kepada mereka untuk melepaskan diri mereka dari siksa Allah yang mereka hadapi. Demikian juga halnya berhala-berhala yang mereka puja-puja, dan mereka anggap dapat memberikan syafaat yang dapat melepaskan diri mereka dari siksaan Allah, ternyata hanyalah kosong belaka, karena pada hari itu yang menjadi hakim hanyalah Allah semata.
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa pada hari itu pula orang-orang yang telah diberi ilmu yaitu orang-oiang yang mengetahui hal ihwal mereka dan mengikuti petunjuk-petunjuk wahyu, yaitu mereka meyakini keesaan Allah dan kerasulan Muhammad, mereka akan tersenyum-senyum kepuasan, dan mengatakan bahwasanya memang benarlah bahwa kehinaan dan azab pada pada hari itu ditimpakan kepada orang-orang yang mengingkari Allah memusuhi Rasul-rasul Nya dan mendustakan terjadinya hari berbangkit.
28. (yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat zalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata): `Kami sekali-kali tidak ada mengerjakan sesuatu kejahatanpun`. (Malaikat menjawab): `Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan.`(QS. 16:28)
Surah An Nahl 28
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ فَأَلْقَوُا السَّلَمَ مَا كُنَّا نَعْمَلُ مِنْ سُوءٍ بَلَى إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (28)
Kemudian pada hari itu Allah SWT melukiskan keadaan orang-orang musyrikin pada akhir hayat mereka. Yaitu pada saat malaikat maut telah merenggut nyawa mereka sedangkan mereka masih tetap dalam keadaan menganiaya diri mereka sendiri. Mereka tidak dapat mengelakkan diri dari kematian terkecuali hanya menyerahkan diri kepada malaikat itu sedangkan dalam hati mereka sendiri telah mengingkari pencipta Alam Semesta, dan kesudahan dari ciptaan Nya itu.
Pada saat itu mereka telah menyampaikan atau membayangkan siksaan yang akan mereka terima karena keingkaran mereka kepada Allah Yang Maha Esa dan menganiaya diri mereka sendiri. Pada ketika itu nurani merekalah yang berbicara, mereka menyerah dan mengakui kepada kebenarannya, seraya mengatakan kami tidaklah menyekutukan tuhan-tuhan yang lain kepada Allah Yang Maha Esa. Tetapi pengakuan serupa itu telah terlambat, karena mereka pada saat keadaan segar bugar baik secara iktikad ataupun dart segi kenyataan, mereka telah benar-benar mendustakan keesaan Allah dan bergelimang dalam kebatilan, maka tidak benarlah apabila mereka mengharapkan kebahagiaan, karena mereka telah diberi akal yang dapat menilai baik dan buruk. Mereka telah mengetahui betapa besarnya dosa mendustakan keesaan Allah dan mendustakan wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Itulah sebabnya maka hukuman yang pantas bagi mereka itu ialah menerima siksaan yang sesuai dengan amal perbuatan mereka. Mereka tidak dapat lagi menutup nutupi kejahatan yang mereka lakukan, betapa juapun mahirnya mereka membuat muslihat karena sesungguhnya mereka sendiri telah menyadari dan mengakui terhadap kejahatan mereka itu dan karena sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Selidik terhadap apa yang mereka kerjakan.
29. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahannam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu.(QS. 16:29)
Surah An Nahl 29
فَادْخُلُوا أَبْوَابَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا فَلَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ (29)
Sesudah itu Allah SWT menegaskan akibat-akibat yang akan mereka rasakan di akhirat yaitu bahwa mereka tiada lain hanyalah menerima keputusan memasuki pintu-pintu neraka Jahanam dan merasakan berbagai macam siksaan karena mereka telah mengotori jiwa mereka dengan jalan menyekutukan tuhan tuhan yang lain kepada Allah Yang Maha Esa, dan telah melakukan berbagai macam kejahatan dan kemaksiatan. Mereka itu akan berada di neraka Jahanam itu selama-lamanya dan menerima siksa sesuai dengan berat ringannya dosa yang mereka lakukan. Dan inilah hukuman yang pantas dan penderitaan sesuai bagi orang yang congkak dan takabur tidak mau mengikuti pedoman hidup dan petunjuk yang dibawakan oleh Rasul, yang sebenarnya tuntutan itu adalah bimbingan yang dapat menyelamatkan dan membahagiakan mereka di dunia dan di akhirat.
Allah berfirman.:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ
Artinya:
"Dan orang-orung kafir, bagi mereka neraka Jahanam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir".
(Q.S Fatir: 36)
30. Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: `Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?` Mereka menjawab: ` (Allah telah menurunkan) kebaikan`. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa,(QS. 16:30)
Surah An Nahl 30
وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا خَيْرًا لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ (30)
Allah SWT menggambarkan keadaan orang-orang mukminin apabila ditanya kepada mereka bagaimana kesannya terhadap apa yang diturunkan oleh Allah, maka orang-orang yang mematuhi ayat-ayat Allah itu akan memberikan jawaban bahwa ayat-ayat Allah yang diturunkan itu adalah kebaikan dan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba Nya yang menaati agamanya dan mempercayai Rasul Nya, serta mengamalkan bimbingan ayat itu di tengah tengah masyarakat, sehingga mereka akan menjadi hamba Allah yang berbuat kebaikan dan menerima kebahagiaan hidup. Sedangkan mereka di akhirat akan mendapat pahala yang lebih baik lagi dari pahala yang mereka terima di dunia.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa kampung akhirat adalah lebih baik dan sebagai tempat yang sebaik-baiknya bagi orang-orang yang bertakwa. Kebahagiaan yang akan mereka terima di akhirat itu kekal sedang kebahagiaan di dunia hanya sementara. Kebahagiaan di akhirat memberikan kepuasan dalam arti sebenar-benarnya sedang kebahagiaan di dunia merupakan kebahagiaan yang membosankan dan terbatas.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai keadaan orang-orang Quraisy Mekah pada saat menerima penjelasan-penjelasan dari Nabi Muhammad tentang agama Islam dapatlah diikuti sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Abu Hatim As Suddy: Orang-orang Quraisy berkumpul, merekapun berkata: "Sesungguhnya Muhammad itu seorang yang manis tutur katanya. Apabila ada orang yang berbicara dengan dia hilanglah akalnya. Maka perhatikanlah olehmu beberapa orang yang mulia di antara kamu, yang termasyhur kebangsawanan mereka dan suruhlah mereka menelusuri jalan-jalan di kota Mekah pada permulaan malam barang satu atau dua malam. Maka barangsiapa datang mencari dia (Muhammad), cegahlah mereka darinya. Kemudian ada orang-orang keluar di jalan-jalan, dan ketika datang seorang utusan untuk kaum Quraisy yang memperhatikan apa yang dikatakan Muhammad, utusan itu menyampaikan kepada mereka; salah seorang di antara mereka berkata: "Saya Polan bin Polan sambil memperkenalkan nasabnya dan berkata kepada utusan itu "Saya akan menyampaikan berita tentang Muhammad". Sebenarnya ia itu seorang lelaki pendusta yang tidak diikuti segala ucapannya kecuali orang-orang bodoh, budak-budak dan orang-orang miskin yang tidak punya apa-apa. Adapun orang yang sudah lanjut usianya ddan orang-orang yang terkemuka di antara mereka tentu saja mereka menjauhkan dari padanya kemudian utusan itu kembali. Maka inilah penjelasan tentang keadaan orang-orang musyrik yang menolak keterangan-keterangan yang datang dari Muhammad seperti tersebut dalam ayat 24. Dan kemudian apabila utusan itu termasuk di antara orang yang diberi petunjuk oleh Allah SWT, maka merekapun juga berkata kepadanya seperti itu pula. Ia (salah seorang di antara kaum itu) berkata: "Utusan yang paling celaka bagi kaumku apabila aku datang setelah aku mencapai perjalanan satu hari tetapi belum juga aku bertemu dengan lelaki itu (Muhammad) dan belum pula memperhatikan apa yang telah ia katakan. Kemudian ia datang kepada kaumku dengan membawa keterangan tentang utusan itu. Kemudian utusan itu memasuki kota Mekah lalu ia menemui orang-orang mukmin dan menanyakan kepada mereka apa yang dikatakan Muhammad kemudian orang orang mukmin itu berkata: "Bahwa apa yang dikatakan Muhammad itu adalah kebaikan kemudian mereka menjelaskan kebaikan ini". (ayat 30).
Adapun kebahagiaan yang akan diterima oleh orang-orang mukminin di kampung akhirat, dijelaskan di dalam ayat yang lain sebagai berikut:
فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآخِرَةِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya:
Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.
(Q.S Ali Imran: 148)
31. (yaitu) syurga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam syurga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa,(QS. 16:31)
Surah An Nahl 31
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ كَذَلِكَ يَجْزِي اللَّهُ الْمُتَّقِينَ (31)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan keadaan surga yang akan menjadi tempat kediaman orang-orang yang takwa itu, yaitu surga `Adn yang mengalir di bawahnya beberapa sungai. Di situ orang-orang yang takwa akan mendapatkan apa yang ia inginkan yang menjadi kepuasan bagi diri mereka baik kenikmatan pemandangannya, peralatannya, dan pelayanannya melebihi kepuasan yang mereka terima di dunia. Dan Allah SWT menegaskan bahwa mereka itu akan kekal selama-lamanya. Demikian itu Allah menjanjikan surga 'Adn kepada orang-orang mukmin yang benar-benar bertakwa kepada Allah yang memelihara diri dari segala noda-noda kemusyrikan dan kemaksiatan. Penegasan ini sangat penting artinya bagi orang-orang mukmin agar mereka itu selalu dan secara kontinu memupuk takwanya agar meningkat derajat takwa yang lebih tinggi dan sempurna, serta mengandung daya penarik bagi orang-orang agar suka menjadi orang-orang yang bertakwa.
32. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): `Salaamun alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.`(QS. 16:32)
Surah An Nahl 32
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (32)
Kemudian, Allah SWT melukiskan akhir hayat orang-orang yang bertakwa yaitu saat akhir kehidupan orang-orang yang menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Nya bahwa pada saat malaikat maut datang untuk mencabut nyawanya, mereka mati dalam keadaan baik, dalam keadaan mendapat salam sejahtera dari malaikat itu karena mereka bersih dari noda-noda kemusyrikan dan kemaksiatan, jiwanya tetap di bawah bimbingan wahyu Allah SWT. Beriman yang kuat dan beramal yang ikhlas segenap perjalanan mereka dihiasi dengan akhlak yang tinggi terhindar dari sifat-sifat tercela. Orang yang demikian ini menghadap Tuhannya dengan hati lapang dan tetap menyerahkan dirinya di bawah kekuasaan dan perintah Nya. Karena ia merasa akan meninggalkan dunia yang fana, pergi untuk menerima janji yang telah ditetapkan oleh Tuhannya. Pada saat itu ia menghadapi maut itu dengan ketenangan dan kebahagiaan. Allah SWT berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan; Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.
(Q.S Fussilat: 30)
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa para malaikat itu memberikan kabar gembira bahwa mereka akan memasuki surga yang disediakan kepada mereka itu. Sesuai dengan amal perbuatan yang telah mereka lakukan. Berita gembira yang disampaikan oleh malaikat kepada mereka adalah janji Allah yang akan mereka alami nanti sesudah hari berbangkit. Mereka itu akan memasuki surga sesudah hari berbangkit jasmani dan rohaninya. Apabila pada ayat ini dipahami bahwa mereka akan mengalami kebahagiaan itu dengan ruhnya saja maka hendaklah dipahami kebahagiaan yang akan mereka rasakan itu ialah pada saat wafatnya seperti ditandaskan oleh sabda Rasulullah saw:
القبر إما روضة من رياض الجنة أو حفرة من حفر النيران
Artinya:
Kubur itu adakalanya berupa taman-taman surga atau salah satu jurang dari jurang-jurang neraka.
Dan juga seperti keterangan sebuah riwayat yang diceritakan oleh Ibnu Jarir dan Baihaqy dari Muhammad bin Ka'ab Al Khurazi ia berkata: "Apabila seorang hamba yang mukmin telah tiba saat kematiannya datanglah malaikat seraya berkata: "Salam sejahtera untukmu hai wali Allah, Allah mengirimkan salam untukmu dan memberikan berita gembira bahwa engkau akan masuk surga".
33. Tidak ada yang ditunggu-tunggu orang kafir selain dari datangnya para malaikat kepada mereka atau datangnya perintah Tuhanmu. Demikianlah yang telah diperbuat oleh orang-orang (kafir) sebelum mereka. Dan Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang selalu menganiaya diri mereka sendiri.(QS. 16:33)
Surah An Nahl 33
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ أَمْرُ رَبِّكَ كَذَلِكَ فَعَلَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَمَا ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (33)
Allah SWT menjelaskan bahwa tidak ada perlunya memberikan kesempatan kepada orang-orang musyrikin Mekah agar mereka mengubah sikap. Mereka akan berpendirian demikian sehingga tiba saatnya malaikat merenggut nyawa mereka, atau datang perintah Tuhan untuk menurunkan azab kepada mereka di dunia seperti dialami orang-orang kafir sebelum mereka.
Di antara orang-orang musyrik yang tidak menghargai Nabi dan Rasul-rasul ada yang dibinasakan oleh suara petir dan ada pula yang dihancurkan oleh gempa bumi dan ada pula yang dihancurkan oleh angin topan pada suatu saat yang tidak mereka duga sebelumnya. Ayat ini berupa ancaman keras kepada mereka dengan maksud agar mereka beriman kepada Allah dan Rasul Nya serta segera meninggalkan kebatilan dan kembali kepada kebenaran sebelum malapetaka yang pernah menimpa kepada orang-orang sebelumnya itu menghancurkan mereka.
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa nenek moyang mereka yang mempunyai sifat yang sama dengan mereka telah mengalami kehancuran karena siksa-siksa Allah disebabkan mereka tidak mau mendengarkan seruan para Rasul dan Nabi-nabi yang diturunkan Allah untuk membimbing mereka kepada kebenaran. Mereka yang tetap bergelimang dalam kebatilan telah dimusnahkan oleh Allah dengan siksaan yang berat. Hal ini bukanlah berarti bahwa Allah telah menganiaya mereka, akan tetapi diri mereka sendirilah yang menganiaya diri mereka. Karena Allah telah cukup memberikan bimbingan wahyu dan telah memberikan bukti-bukti yang jelas tentang kebenaran wahyu itu. Akan tetapi mereka tetap saja membangkang dan mendustakan kebenaran dan mengotori jiwa mereka dengan menciptakan patung-patung sebagai tuhan-tuhun yang diperserikatkan kepada Allah.
34. Maka mereka ditimpa oleh (akibat) kejahatan perbuatan mereka dan mereka diliputi oleh azab yang selalu mereka perolok-olokkan.(QS. 16:34)
Surah An Nahl 34
فَأَصَابَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا عَمِلُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (34)
Maka tidak mustahillah apabila mereka ditimpa oleh bencana yang mengerikan. Sebabnya tiada lain terkecuali karena kejahatan yang mereka lakukan. Tak ada seorangpun dari mereka yang dapat melepaskan diri dari bencana yang mengerikan itu karena semuanya itu telah berjalan menurut ketentuan Allah dan Sunah Nya. Mereka telah diberikan peringatan berulang kali bahwa pada suatu saat akan datang siksa Allah yang mengerikan itu akan tetapi mereka bukan menerima dengan diikuti kesadaran, malah mereka mendustakan dan memperolok Rasul yang membawa berita tentang kehancuran yang akan mereka alami karena perbuatan mereka itu.
Di akhirat merekapun akan merasakan sesuatu yang lebih mengerikan lagi yaitu pada saat mereka telah diputuskan untuk memasuki pintu-pintu Jahanam yang mereka tidak dapat mengelakkan diri dari padanya terkecuali hanya mengikuti ketentuan itu.
Allah SWT berfirman:
هَذَا يَوْمُ الْفَصْلِ الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ
Artinya:
Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya.
(Q.S As Saffat: 21)
35. Dan berkatalah orang-orang musyrik: `Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatupun tanpa (izin)-Nya`. Demikianlah yang diperbuat orang-orang sebelum mereka; maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.(QS. 16:35)
Surah An Nahl 35
وَقَالَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا عَبَدْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ نَحْنُ وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ فَعَلَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ (35)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan tipu daya orang-orang musyrikin, dan alasan-alasan mereka tentang ketentuan untuk mendustakan Rasulullah saw dan pengikut-pengikutnya. Mereka mengemukakan alasan bahwa mereka menyembah berhala-berhala karena Allah telah merestui peribadatan itu. Karena kalau Allah menghendaki mereka menyembah Allah Yang Maha Esa tentulah mereka tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Allah SWT.
Demikian juga ketentuan-ketentuan mereka terhadap baha'im, sawaib dan waslil. Mereka menentukan segala sesuatu terhadap ketiga persoalan itu terkecuali Allah telah merestuinya. Dan kalau seumpama Allah tidak menyukai terhadap apa yang telah mereka lakukan tentulah ditunjuki kepada jalan yang benar, atau Allah akan menimpakan hukuman kepada mereka dengan segera. Demikian alasan-alasan yang dikemukakan oleh orang-orang musyrikin itu untuk menolak wahyu yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Alasan-alasan yang mereka kemukakan itu sama halnya dengan tindakan orang orang sebelum mereka dalam hal mendustakan Rasul dan bertaklid buta kepada kesesatan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka.
Allah SWT menyangkal alasan-alasan yang mereka kemukakan serta menolak dugaan mereka yang salah. Allah tidak membenarkan apa yang mereka kerjakan karena Allah telah menyampaikan petunjuk Nya kepada Rasul Nya, agar menyampaikan perintah-perintah dan larangan-larangan itu serta Rasul itu telah memberikan bimbingan agar menuntun kaumnya kepada jalan yang benar dengan perantaraan wahyu. Maka kehendak Allah dan kerelaan Nya adalah tertuang dalam hidayah yang telah diberikan Rasul itu.
Allah SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
(Q.S Al Anbiya': 25)
Dan petunjuk Allah disampaikan dengan perantaraan Rasul Nya itu akan didapat bagi orang-orang yang benar-benar berusaha untuk mendapatkannya.
Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya:
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
(Q.S Al Ankabut: 69)
Oleh sebab itu seandainya ada orang yang tidak mau mendengarkan ajakan Rasul, maka bukanlah tugas Rasul untuk memaksa-maksa mereka atau mengejar-ngejar mereka menerima dakwahnya. Karena yang demikian itu bukanlah menjadi tugas Rasul dan bukan pula sifat dari agama Islam. Islam tidak memakan kepada mereka yang tidak suka kepada kebenaran.
36. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): `Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu`, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).(QS. 16:36)
Surah An Nahl 36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (36)
Kemudian daripada itu Allah SWT menjelaskan bahwa para Rasul itu diutus sesuai dengan Sunatullah, yang berlaku pada umat sebelumnya. Mereka itu adalah pembimbing manusia ke jalan yang lurus. Bimbingan Rasul-rasul itu diterima oleh orang-orang yang dikehendaki oleh Allah dan menyampaikan mereka kepada kesejahteraan dunia dan kebahagiaan akhirat, akan tetapi orang-orang yang bergelimang dalam kemusyrikan dan jiwanya dikotori oleh noda noda kemaksiatan tidaklah mau menerima bimbingan Rasul itu.
Allah SWT menjelaskan bahwa Dia telah mengutus beberapa ulusan kepada tiap-tiap umat yang terdahulu, seperti halnya Dia mengutus Nabi Muhammad saw kepada umat manusia seluruhnya. Oleh sebab itu manusia hendaklah mengikuti seruannya, yaitu beribadat hanya kepada Allah SWT yang tidak mempunyai serikat dan larangan mengingkari seruannya, yaitu tidak boleh mengikuti tipu daya setan yang selalu-menghalang-halangi manusia mengikuti jalan yang benar. Setan-setan itu selalu mencari-cari kesempatan untuk menyesatkan manusia.
Allah SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.
(Q.S Al Anbiya': 25)
Dan firman Nya lagi:
وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ ءَالِهَةً يُعْبَدُونَ
Artinya:
Dan tanyakanlah kepada Rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu: "Adakah Kami menentukun Tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?".
(Q.S Az Zukhruf: 45)
Dari uraian tersebut dapatlah dipahami bahwa secara yuridis Allah tidak menghendaki hamba Nya menjadi kafir, karena Allah SWT telah melarang mereka itu mengingkari Allah. Larangan itu telah disampaikan melalui Rasul-Nya. Akan tetapi apabila ditinjau dari tabiatnya, maka di antara hamba Nya mungkin saja mengingkari Allah, karena manusia telah diberi pikiran dan diberi kebebasan memilih sesuai dengan kehendaknya. Maka takdir Allah berlaku menurut pilihan mereka itu. Maka apabila ada di antara hamba Nya yang tetap bergelimang dalam kekafiran dan dimasukkan ke neraka Jahanam bersama sama dengan setan-setan mereka, maka tidak ada alasan bagi mereka untuk membantah, karena Allah telah cukup memberikan akal pikiran serta memberikan pula kebebasan untuk memilih dan menentukan sikap jalan mana yang harus mereka tempuh. Sedang Allah sendiri tidak menghendaki apabila hamba Nya itu menjadi orang-orang yang kafir.
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa Allah telah memperingatkan sikap hamba Nya yang mendustakan kebenaran Rasul. Dengan mengancam mereka akan memberikan hukuman di dunia apabila setelah datang peringatan dari Rasul, mereka tidak mau mengubah pendiriannya. Allah SWT menjelaskan bahwa setelah mereka kedatangan Rasul ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan diberi taufik karena mereka telah mempercayai Rasul, menerima petunjuk-petunjuk yang dibawanya serta suka mengamalkan petunjuk-petunjuk itu. Mereka inilah orang-orang yang berbahagia dan selamat dari siksaan Allah. Akan tetapi di antara mereka ada pula yang benar-benar menyimpang tidak mau mengikuti petunjuk Rasul Nya, dan mengikuti tipu daya setan-setan, maka Allah membinasakan mereka dengan hukuman Nya yang sangat pedih. Dan Allah menurunkan pula berbagai macam bencana yang tidak dapat mereka hindari lagi.
Sesudah itu Allah SWT memerintahkan kepada mereka agar berkelana di muka bumi serta menyaksikan negeri-negeri yang didiami oleh orang-orang zalim. Kemudian mereka disuruh melihat bagaimana akhir kehidupan orang-orang yang mendustakan agama Allah. Di dalam ayat ini Allah SWT menyuruh manusia agar mengadakan penelitian terhadap sejarah bangsa yang lain dan membandingkan di antara bangsa-bangsa yang menaati Rasul dengan bangsa-bangsa yang mengingkari seruan Rasul agar mereka dapat membuktikan bagaimana akibat dari bangsa-bangsa itu. Hal ini tiada lain hanyalah karena Allah menginginkan agar mereka itu mau mengikuti seruan Rasul dan melaksanakan seruannya.
37. Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong.(QS. 16:37)
Surah An Nahl 37
إِنْ تَحْرِصْ عَلَى هُدَاهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ يُضِلُّ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (37)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan kepada Nabi Muhammad saw agar jangan kecewa menghadapi keingkaran kaumnya dan pembangkangan yang berlebih-lebihan, padahal Rasul sendiri sangat menginginkan mereka itu menjadi orang-orang yang beriman. Allah SWT menjelaskan kepada Rasulullah saw bahwa meskipun dia sangat mengharapkan agar kaumnya mendapat petunjuk, mengikuti seruan Rasul, maka harapan Rasul itu tidak ada gunanya apabila Allah tidak menghendaki mereka mendapat petunjuk karena mereka telah menentukan pilihannya sendiri. Mereka itu berpaling dari bimbingan wahyu dan tertarik kepada tipu daya setan sehingga mereka terjerumus dalam lembah kemaksiatan dan kemusyrikan.
Allah SWT berfirman:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya:
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi. Tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
(Q.S Al Qasas: 56)
Dan firman Nya:
وَلَا يَنْفَعُكُمْ نُصْحِي إِنْ أَرَدْتُ أَنْ أَنْصَحَ لَكُمْ إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ هُوَ رَبُّكُمْ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Artinya:
Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu: "Dia adalah Tuhanmu, dan kepada Nya lah kamu dikembalikan".
(Q.S Hud: 34)
Dan firman Allah:
وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
Artinya:
Dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk.
(Q.S Ar Ra'd: 33)
Karena itulah Allah tidak akan memberikan petunjuk lagi kepada mereka, karena mereka telah memilih kesesatan dan telah diberi penjelasan akibat yang akan menimpa kepada diri mereka.
Di akhir ayat Allah SWT menjelaskan bahwa apabila Allah SWT berkehendak untuk menyiksa mereka maka tidak ada seorangpun yang dapat memberikan pertolongan kepada mereka. Karena Allah berkuasa kepada makhluk Nya dan Allah yang menentukan nasib makhluk itu.
38. Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: `Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati`. (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui,(QS. 16:38)
Surah An Nahl 38
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَا يَبْعَثُ اللَّهُ مَنْ يَمُوتُ بَلَى وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (38)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan keingkaran mereka yang lain, yaitu keingkaran mereka kepada hari berbangkit. Allah SWT menjelaskan kepada Nabi Muhammad saw bahwa mereka itu bersumpah dengan nama Allah dengan sikap yang bersungguh-sungguh bahwa mereka itu tetap berkeras hati tidak mau percaya akan terjadinya hari berbangkit, yaitu adanya hari berbangkit di akhirat setelah kehidupan dunia ini. Pembangkangan mereka terhadap hari berbangkit adalah akibat selanjutnya dari keingkaran mereka terhadap seruan Rasul. Mereka berpendapat bahwa kematian itu tiada lain hanyalah kehancuran dan kemusnahan, maka bagaimana mungkin terjadinya kebangkitan setelah badan itu musnah. Mengembalikan barang yang musnah kepada bentuknya semula adalah mustahil. Maka Allah SWT membatalkan keyakinan mereka yang salah itu dan menegaskan bahwa yang benar tidaklah demikian. Tetapi keyakinan yang benar ialah bahwa Allah akan membangkitkan seluruh manusia yang telah mati sebagai suatu janji yang telah ditetapkan, dan tidak boleh tidak pasti terjadi. Akan tetapi karena kebanyakan dari mereka itu tidak mengerti sifat-sifat Allah itu mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas maka mereka tidak mengetahui janji Allah tentang terjadinya hari berbangkit harus terjadi dan pada saat itu semua makhluk yang telah mengalami kemusnahan dan kehancuran akan dibangkitkan kembali dari alam kuburnya dan akan dihidupkan kembali sebagai makhluk yang harus bertanggung jawab atas amal perbuatan diri mereka di dunia.
39. agar Allah menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu, dan agar orang-orang kafir itu mengetahui bahwasanya mereka adalah orang-orang yang berdusta.(QS. 16:39)
Surah An Nahl 39
لِيُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي يَخْتَلِفُونَ فِيهِ وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّهُمْ كَانُوا كَاذِبِينَ (39)
Kemudian dari pada itu Allah SWT menjelaskan hikmah terjadinya hari berbangkit, yaitu supaya Allah menjelaskan kepada mereka dengan penjelasan yang benar, tentang kebenaran wahyu yang dibawa oleh Rasul, yang mereka ingkari, sehingga pada hari itu mereka dapat membedakan kebenaran wahyu itu dan kesalahan pendapat mereka, serta akibat-akibat yang diterima oleh orang yang menaati bimbingan Allah, juga penyesalan yang dialami oleh orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri. Pada saat itulah mereka baru merasakan bahwa seruan Rasul itu adalah bimbingan Allah yang benar. Sedang mereka sendiri menyesali keingkaran mereka itu dengan penyesalan yang tidak berguna lagi.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa Allah SWT membangkitkan mereka itu pada saat hari kiamat ialah agar orang-orang yang mengingkari kebenaran wahyu Allah itu dapat mengetahui bahwa hari berbangkit dan hari pembalasan yang mereka dustakan itu betul-betul terjadi. Pada hari itulah mereka benar-benar menyaksikan siksa Allah yang diancamkan kepada mereka itu sedang mereka tidak dapat lagi mengelak dari siksaan itu.
Allah SWT berfirman:
هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ
Artinya:
(Dikatakan kepada mereka): "lnilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya?".
(Q.S At Tur: 14)
Dan firman-Nya:
أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لَا تُبْصِرُونَ
Artinya:
"Maka apakah ini sihir? Ataukah kamu tidak melihat?"
(Q.S At Tur: 15)
Dan firman Nya lagi:
اصْلَوْهَا فَاصْبِرُوا أَوْ لَا تَصْبِرُوا سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya:
"Masuklah kamu ke dalamnya (rasakanlah panas apinya) maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu, kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan".
(Q.S At Tur: 16)
40. Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: `Kun (jadilah)`, maka jadilah ia.(QS. 16:40)
Surah An Nahl 40
إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَنْ نَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (40)
Kemudian dari pada itu Allah SWT menerangkan bahwa kekuasaan Nya tiada terbatas dan bahwa kekuasaanya Nya tidak dapat dibatasi sedikitpun oleh semua makhluk yang di langit maupun di bumi. Allah SWT menyatakan bahwasanya apabila ia berkehendak untuk menghidupkan orang yang mati cukuplah baginya mengatakan kepadanya: "Jadilah maka jadilah ia sesuai dengan kehendak Allah itu".
Di ayat yang lain Allah SWT menerangkan bahwa terwujudnya sesuatu dikehendaki itu tidaklah memerlukan waktu yang tertentu, akan tetapi memerlukan waktu yang sekejap mata.
Allah SWT berfirman:
وَمَا أَمْرُنَا إِلَّا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ
Artinya:
Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata.
(Q.S Al Qamar: 50)
Dan juga Allah menjelaskan bahwa membangkitkan orang-orang yang telah mati bagi Nya sama halnya dengan menciptakan sesuatu jiwa.
Allah SWT berfirman:
مَا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ إِلَّا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Artinya:
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
(Q.S Luqman: 28)
Surah An Nahl 34
فَأَصَابَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا عَمِلُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (34)
Maka tidak mustahillah apabila mereka ditimpa oleh bencana yang mengerikan. Sebabnya tiada lain terkecuali karena kejahatan yang mereka lakukan. Tak ada seorangpun dari mereka yang dapat melepaskan diri dari bencana yang mengerikan itu karena semuanya itu telah berjalan menurut ketentuan Allah dan Sunah Nya. Mereka telah diberikan peringatan berulang kali bahwa pada suatu saat akan datang siksa Allah yang mengerikan itu akan tetapi mereka bukan menerima dengan diikuti kesadaran, malah mereka mendustakan dan memperolok Rasul yang membawa berita tentang kehancuran yang akan mereka alami karena perbuatan mereka itu.
Di akhirat merekapun akan merasakan sesuatu yang lebih mengerikan lagi yaitu pada saat mereka telah diputuskan untuk memasuki pintu-pintu Jahanam yang mereka tidak dapat mengelakkan diri dari padanya terkecuali hanya mengikuti ketentuan itu.
Allah SWT berfirman:
هَذَا يَوْمُ الْفَصْلِ الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ
Artinya:
Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya.
(Q.S As Saffat: 21)
35. Dan berkatalah orang-orang musyrik: `Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatupun tanpa (izin)-Nya`. Demikianlah yang diperbuat orang-orang sebelum mereka; maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.(QS. 16:35)
Surah An Nahl 35
وَقَالَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا عَبَدْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ نَحْنُ وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ فَعَلَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ (35)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan tipu daya orang-orang musyrikin, dan alasan-alasan mereka tentang ketentuan untuk mendustakan Rasulullah saw dan pengikut-pengikutnya. Mereka mengemukakan alasan bahwa mereka menyembah berhala-berhala karena Allah telah merestui peribadatan itu. Karena kalau Allah menghendaki mereka menyembah Allah Yang Maha Esa tentulah mereka tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Allah SWT.
Demikian juga ketentuan-ketentuan mereka terhadap baha'im, sawaib dan waslil. Mereka menentukan segala sesuatu terhadap ketiga persoalan itu terkecuali Allah telah merestuinya. Dan kalau seumpama Allah tidak menyukai terhadap apa yang telah mereka lakukan tentulah ditunjuki kepada jalan yang benar, atau Allah akan menimpakan hukuman kepada mereka dengan segera. Demikian alasan-alasan yang dikemukakan oleh orang-orang musyrikin itu untuk menolak wahyu yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Alasan-alasan yang mereka kemukakan itu sama halnya dengan tindakan orang orang sebelum mereka dalam hal mendustakan Rasul dan bertaklid buta kepada kesesatan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka.
Allah SWT menyangkal alasan-alasan yang mereka kemukakan serta menolak dugaan mereka yang salah. Allah tidak membenarkan apa yang mereka kerjakan karena Allah telah menyampaikan petunjuk Nya kepada Rasul Nya, agar menyampaikan perintah-perintah dan larangan-larangan itu serta Rasul itu telah memberikan bimbingan agar menuntun kaumnya kepada jalan yang benar dengan perantaraan wahyu. Maka kehendak Allah dan kerelaan Nya adalah tertuang dalam hidayah yang telah diberikan Rasul itu.
Allah SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".
(Q.S Al Anbiya': 25)
Dan petunjuk Allah disampaikan dengan perantaraan Rasul Nya itu akan didapat bagi orang-orang yang benar-benar berusaha untuk mendapatkannya.
Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Artinya:
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
(Q.S Al Ankabut: 69)
Oleh sebab itu seandainya ada orang yang tidak mau mendengarkan ajakan Rasul, maka bukanlah tugas Rasul untuk memaksa-maksa mereka atau mengejar-ngejar mereka menerima dakwahnya. Karena yang demikian itu bukanlah menjadi tugas Rasul dan bukan pula sifat dari agama Islam. Islam tidak memakan kepada mereka yang tidak suka kepada kebenaran.
36. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): `Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu`, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).(QS. 16:36)
Surah An Nahl 36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (36)
Kemudian daripada itu Allah SWT menjelaskan bahwa para Rasul itu diutus sesuai dengan Sunatullah, yang berlaku pada umat sebelumnya. Mereka itu adalah pembimbing manusia ke jalan yang lurus. Bimbingan Rasul-rasul itu diterima oleh orang-orang yang dikehendaki oleh Allah dan menyampaikan mereka kepada kesejahteraan dunia dan kebahagiaan akhirat, akan tetapi orang-orang yang bergelimang dalam kemusyrikan dan jiwanya dikotori oleh noda noda kemaksiatan tidaklah mau menerima bimbingan Rasul itu.
Allah SWT menjelaskan bahwa Dia telah mengutus beberapa ulusan kepada tiap-tiap umat yang terdahulu, seperti halnya Dia mengutus Nabi Muhammad saw kepada umat manusia seluruhnya. Oleh sebab itu manusia hendaklah mengikuti seruannya, yaitu beribadat hanya kepada Allah SWT yang tidak mempunyai serikat dan larangan mengingkari seruannya, yaitu tidak boleh mengikuti tipu daya setan yang selalu-menghalang-halangi manusia mengikuti jalan yang benar. Setan-setan itu selalu mencari-cari kesempatan untuk menyesatkan manusia.
Allah SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.
(Q.S Al Anbiya': 25)
Dan firman Nya lagi:
وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ ءَالِهَةً يُعْبَدُونَ
Artinya:
Dan tanyakanlah kepada Rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu: "Adakah Kami menentukun Tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?".
(Q.S Az Zukhruf: 45)
Dari uraian tersebut dapatlah dipahami bahwa secara yuridis Allah tidak menghendaki hamba Nya menjadi kafir, karena Allah SWT telah melarang mereka itu mengingkari Allah. Larangan itu telah disampaikan melalui Rasul-Nya. Akan tetapi apabila ditinjau dari tabiatnya, maka di antara hamba Nya mungkin saja mengingkari Allah, karena manusia telah diberi pikiran dan diberi kebebasan memilih sesuai dengan kehendaknya. Maka takdir Allah berlaku menurut pilihan mereka itu. Maka apabila ada di antara hamba Nya yang tetap bergelimang dalam kekafiran dan dimasukkan ke neraka Jahanam bersama sama dengan setan-setan mereka, maka tidak ada alasan bagi mereka untuk membantah, karena Allah telah cukup memberikan akal pikiran serta memberikan pula kebebasan untuk memilih dan menentukan sikap jalan mana yang harus mereka tempuh. Sedang Allah sendiri tidak menghendaki apabila hamba Nya itu menjadi orang-orang yang kafir.
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa Allah telah memperingatkan sikap hamba Nya yang mendustakan kebenaran Rasul. Dengan mengancam mereka akan memberikan hukuman di dunia apabila setelah datang peringatan dari Rasul, mereka tidak mau mengubah pendiriannya. Allah SWT menjelaskan bahwa setelah mereka kedatangan Rasul ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan diberi taufik karena mereka telah mempercayai Rasul, menerima petunjuk-petunjuk yang dibawanya serta suka mengamalkan petunjuk-petunjuk itu. Mereka inilah orang-orang yang berbahagia dan selamat dari siksaan Allah. Akan tetapi di antara mereka ada pula yang benar-benar menyimpang tidak mau mengikuti petunjuk Rasul Nya, dan mengikuti tipu daya setan-setan, maka Allah membinasakan mereka dengan hukuman Nya yang sangat pedih. Dan Allah menurunkan pula berbagai macam bencana yang tidak dapat mereka hindari lagi.
Sesudah itu Allah SWT memerintahkan kepada mereka agar berkelana di muka bumi serta menyaksikan negeri-negeri yang didiami oleh orang-orang zalim. Kemudian mereka disuruh melihat bagaimana akhir kehidupan orang-orang yang mendustakan agama Allah. Di dalam ayat ini Allah SWT menyuruh manusia agar mengadakan penelitian terhadap sejarah bangsa yang lain dan membandingkan di antara bangsa-bangsa yang menaati Rasul dengan bangsa-bangsa yang mengingkari seruan Rasul agar mereka dapat membuktikan bagaimana akibat dari bangsa-bangsa itu. Hal ini tiada lain hanyalah karena Allah menginginkan agar mereka itu mau mengikuti seruan Rasul dan melaksanakan seruannya.
37. Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong.(QS. 16:37)
Surah An Nahl 37
إِنْ تَحْرِصْ عَلَى هُدَاهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ يُضِلُّ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (37)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan kepada Nabi Muhammad saw agar jangan kecewa menghadapi keingkaran kaumnya dan pembangkangan yang berlebih-lebihan, padahal Rasul sendiri sangat menginginkan mereka itu menjadi orang-orang yang beriman. Allah SWT menjelaskan kepada Rasulullah saw bahwa meskipun dia sangat mengharapkan agar kaumnya mendapat petunjuk, mengikuti seruan Rasul, maka harapan Rasul itu tidak ada gunanya apabila Allah tidak menghendaki mereka mendapat petunjuk karena mereka telah menentukan pilihannya sendiri. Mereka itu berpaling dari bimbingan wahyu dan tertarik kepada tipu daya setan sehingga mereka terjerumus dalam lembah kemaksiatan dan kemusyrikan.
Allah SWT berfirman:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya:
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi. Tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
(Q.S Al Qasas: 56)
Dan firman Nya:
وَلَا يَنْفَعُكُمْ نُصْحِي إِنْ أَرَدْتُ أَنْ أَنْصَحَ لَكُمْ إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ هُوَ رَبُّكُمْ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Artinya:
Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu: "Dia adalah Tuhanmu, dan kepada Nya lah kamu dikembalikan".
(Q.S Hud: 34)
Dan firman Allah:
وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
Artinya:
Dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk.
(Q.S Ar Ra'd: 33)
Karena itulah Allah tidak akan memberikan petunjuk lagi kepada mereka, karena mereka telah memilih kesesatan dan telah diberi penjelasan akibat yang akan menimpa kepada diri mereka.
Di akhir ayat Allah SWT menjelaskan bahwa apabila Allah SWT berkehendak untuk menyiksa mereka maka tidak ada seorangpun yang dapat memberikan pertolongan kepada mereka. Karena Allah berkuasa kepada makhluk Nya dan Allah yang menentukan nasib makhluk itu.
38. Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: `Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati`. (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui,(QS. 16:38)
Surah An Nahl 38
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَا يَبْعَثُ اللَّهُ مَنْ يَمُوتُ بَلَى وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (38)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan keingkaran mereka yang lain, yaitu keingkaran mereka kepada hari berbangkit. Allah SWT menjelaskan kepada Nabi Muhammad saw bahwa mereka itu bersumpah dengan nama Allah dengan sikap yang bersungguh-sungguh bahwa mereka itu tetap berkeras hati tidak mau percaya akan terjadinya hari berbangkit, yaitu adanya hari berbangkit di akhirat setelah kehidupan dunia ini. Pembangkangan mereka terhadap hari berbangkit adalah akibat selanjutnya dari keingkaran mereka terhadap seruan Rasul. Mereka berpendapat bahwa kematian itu tiada lain hanyalah kehancuran dan kemusnahan, maka bagaimana mungkin terjadinya kebangkitan setelah badan itu musnah. Mengembalikan barang yang musnah kepada bentuknya semula adalah mustahil. Maka Allah SWT membatalkan keyakinan mereka yang salah itu dan menegaskan bahwa yang benar tidaklah demikian. Tetapi keyakinan yang benar ialah bahwa Allah akan membangkitkan seluruh manusia yang telah mati sebagai suatu janji yang telah ditetapkan, dan tidak boleh tidak pasti terjadi. Akan tetapi karena kebanyakan dari mereka itu tidak mengerti sifat-sifat Allah itu mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas maka mereka tidak mengetahui janji Allah tentang terjadinya hari berbangkit harus terjadi dan pada saat itu semua makhluk yang telah mengalami kemusnahan dan kehancuran akan dibangkitkan kembali dari alam kuburnya dan akan dihidupkan kembali sebagai makhluk yang harus bertanggung jawab atas amal perbuatan diri mereka di dunia.
39. agar Allah menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu, dan agar orang-orang kafir itu mengetahui bahwasanya mereka adalah orang-orang yang berdusta.(QS. 16:39)
Surah An Nahl 39
لِيُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي يَخْتَلِفُونَ فِيهِ وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّهُمْ كَانُوا كَاذِبِينَ (39)
Kemudian dari pada itu Allah SWT menjelaskan hikmah terjadinya hari berbangkit, yaitu supaya Allah menjelaskan kepada mereka dengan penjelasan yang benar, tentang kebenaran wahyu yang dibawa oleh Rasul, yang mereka ingkari, sehingga pada hari itu mereka dapat membedakan kebenaran wahyu itu dan kesalahan pendapat mereka, serta akibat-akibat yang diterima oleh orang yang menaati bimbingan Allah, juga penyesalan yang dialami oleh orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri. Pada saat itulah mereka baru merasakan bahwa seruan Rasul itu adalah bimbingan Allah yang benar. Sedang mereka sendiri menyesali keingkaran mereka itu dengan penyesalan yang tidak berguna lagi.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa Allah SWT membangkitkan mereka itu pada saat hari kiamat ialah agar orang-orang yang mengingkari kebenaran wahyu Allah itu dapat mengetahui bahwa hari berbangkit dan hari pembalasan yang mereka dustakan itu betul-betul terjadi. Pada hari itulah mereka benar-benar menyaksikan siksa Allah yang diancamkan kepada mereka itu sedang mereka tidak dapat lagi mengelak dari siksaan itu.
Allah SWT berfirman:
هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ
Artinya:
(Dikatakan kepada mereka): "lnilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya?".
(Q.S At Tur: 14)
Dan firman-Nya:
أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لَا تُبْصِرُونَ
Artinya:
"Maka apakah ini sihir? Ataukah kamu tidak melihat?"
(Q.S At Tur: 15)
Dan firman Nya lagi:
اصْلَوْهَا فَاصْبِرُوا أَوْ لَا تَصْبِرُوا سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya:
"Masuklah kamu ke dalamnya (rasakanlah panas apinya) maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu, kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan".
(Q.S At Tur: 16)
40. Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: `Kun (jadilah)`, maka jadilah ia.(QS. 16:40)
Surah An Nahl 40
إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَنْ نَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (40)
Kemudian dari pada itu Allah SWT menerangkan bahwa kekuasaan Nya tiada terbatas dan bahwa kekuasaanya Nya tidak dapat dibatasi sedikitpun oleh semua makhluk yang di langit maupun di bumi. Allah SWT menyatakan bahwasanya apabila ia berkehendak untuk menghidupkan orang yang mati cukuplah baginya mengatakan kepadanya: "Jadilah maka jadilah ia sesuai dengan kehendak Allah itu".
Di ayat yang lain Allah SWT menerangkan bahwa terwujudnya sesuatu dikehendaki itu tidaklah memerlukan waktu yang tertentu, akan tetapi memerlukan waktu yang sekejap mata.
Allah SWT berfirman:
وَمَا أَمْرُنَا إِلَّا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ
Artinya:
Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata.
(Q.S Al Qamar: 50)
Dan juga Allah menjelaskan bahwa membangkitkan orang-orang yang telah mati bagi Nya sama halnya dengan menciptakan sesuatu jiwa.
Allah SWT berfirman:
مَا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ إِلَّا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Artinya:
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
(Q.S Luqman: 28)
jannah description, masha allah in arabic, obesity in islam, symptoms of black magic to separate husband and wife, famous female personalities in islamic history, sad story about father and son, things that will take you to jannah, learn quran online, learn quran with tajweed, islamic topics,
BalasHapusquran teacher needed, need quran teacher online