Selasa, 29 Mei 2012

Al-Israa' 61 - 80

Surah Al-Isra'
Kembali ke Daftar Surah                               Kembali ke Surah Al-Israa'
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=4&SuratKe=17#Top
61. Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat:` Sujudlah kamu semua kepada Adam `, lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata:` Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah? `(QS. 17:61)
Surah Al Israa' 61
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ قَالَ أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا (61)
Allah SWT memerintahkan Rasul Nya agar mengingatkan kaumnya akan permusuhan iblis kepada Adam dan keturunannya, dan mengingatkan mereka pula bahwa permusuhan itu telah berlangsung lama sejak diciptakannya Adam. Pada ketika itu Allah SWT memerintahkan kepada para malaikat agar bersujud kepada Adam, merekapun seluruhnya bersujud kepadanya, kecuali iblis. Ia merasa lebih mulia dan ia menolak perintah Allah itu. Sikap yang seperti itu tiada lain kecuali karena kesombongannya. Hal itu dapat diketahui dari kata-katanya: "Apakah saya akan sujud kepada Adam yang diciptakan dari tanah, sedangkan aku diciptakan dari api".
Kata-kata iblis serupa itu diungkapkan dalam ayat lain, seperti tersebut dalam firman Allah:

قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (76)
Artinya:
Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". (Q.S. Sad: 76)
Maka kafirlah iblis itu karena menganggap bahwa Allah tidak adil. Ia beranggapan bahwa Allah SWT telah memerintahkan sesuatu yang tidak semestinya. Anggapan iblis yang demikian itu semata-mata hanyalah khayalannya sendiri bahwa dia lebih mulia dari Adam as, sebab dia diciptakan dari api sedang Adam dari tanah. Anggapan iblis bahwa api itu lebih mulia dari tanah, tidaklah benar, karena api dan tanah, kedua-duanya makhluk Allah, yang diciptakan dari tiada. Allahlah yang menciptakan dari tiada itu kemudian melebihkan kegunaannya dari yang satu atas yang lain, sesuai dengan kebijaksanaan Nya.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 61
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ قَالَ أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا (61)
(Dan) ingatlah (tatkala Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam.") dengan sujud penghormatan yaitu dengan membungkukkan badan (lalu sujudlah mereka kecuali iblis. Dia berkata, "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah liat?") lafal thiinan ini dinashabkan dengan cara mencabut huruf jarnya, yang asalnya adalah min thiinin; artinya dari tanah liat.
62. Dia (iblis) berkata:` Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil `.(QS. 17:62)
Surah Al Israa' 62
قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِي إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَأَحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلَّا قَلِيلًا (62)
Kemudian Allah SWT menjelaskan kelancangan dan pembangkangan iblis terhadap perintah Allah, bahwa iblis meminta agar Allah menerangkan kepadanya, apakah didapati alasan yang menyebabkan dia harus bersujud kepada Adam. Di dalam permintaan iblis ini diungkapkan dalam kalimat tanya, yang maksudnya untuk menunjukkan sikap iblis yang merasa heran mendengar perintah Allah agar ia bersujud kepada Adam. Karena pengingkarannya terhadap perintah Tuhannya inilah, maka iblis mendapat murka, dan terjauh dari rahmat Allah.
Itulah sebabnya maka iblis memohon kepada Allah, agar memberi tangguh sampai tibanya hari kiamat, untuk menggoda dan menyesatkan keturunan Adam, terkecuali sebagian kecil saja dari keturunannya yang memang kuat imannya.
Allah SWT berfirman:

إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ (42)
Artinya:
Sesungguhnya hamba-hamba Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat. (Q.S. Al Hijr: 42)

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 62
قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِي إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَأَحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلَّا قَلِيلًا (62)
(Iblis berkata, "Terangkanlah kepadaku) jelaskanlah kepadaku! ('Inikah orangnya yang Engkau muliakan) yang Engkau utamakan (atas diriku?') sehingga Engkau memerintahkan aku supaya bersujud kepadanya; di dalam ayat lain disebutkan bahwa ketika itu iblis berkata sebagaimana yang dikisahkan oleh firman-Nya: 'Saya lebih baik daripadanya; Engkau ciptakan saya dari api.' (Q.S. Al-A`raf 12) (Sesungguhnya jika) huruf lam di sini bermakna qasam (Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat niscaya benar-benar akan aku sesatkan) menyesatkan (anak cucunya) dengan menggoda mereka (kecuali sebagian kecil.") daripada mereka yang mendapat pemeliharaan dari-Mu.
63. Tuhan berfirman:` Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup.(QS. 17:63)
Surah Al Israa' 63
قَالَ اذْهَبْ فَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ جَزَاءً مَوْفُورًا (63)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan jawaban Nya kepada iblis, agar ia pergi menuruti keinginannya, dan melaksanakan tipu dayanya, dengan diberi tangguh hingga tibanya hari kiamat dengan persyaratan, bahwa barang siapa di antara keturunan Adam yang terpedaya mengikuti iblis, maka neraka Jahanamlah balasannya sebagai pembalasan yang penuh; tidak berkurang sedikitpun dari hukuman yang harus ditimpakan kepadanya, sesuai dengan permintaannya untuk menyesatkan mereka, demikian juga hukuman yang ditimpakan kepada mereka yang mengikuti ajakannya, sehingga mereka berani menyimpang dari perintah Allah dan melanggar larangan-larangan Nya.
Allah SWT berfirman

قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (37) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (38)
Artinya:
"(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan". (Q.S. Al Hijr: 37-38)
64. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka.(QS. 17:64)
Surah Al Israa' 64
وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا (64)
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan lebih jauh, sampai di mana kemampuan iblis untuk menggoda keturunan Adam di muka bumi ini, Allah SWT membiarkan iblis menghasut siapa saja di antara keturunan Adam, sesuai dengan kesanggupan dan kemampuannya dengan bujukan dan tipu dayanya. Tipu dayanya untuk menggoda keturunan Adam digambarkan seakan-akan panglima yang sedang mengerahkan bala tentara berkuda dan diperkuat dengan diiringi bala tentara yang berjalan kaki, yang menyerang musuhnya dengan diiringi teriak yang gegap gempita guna mengejutkan musuh-musuhnya agar musuhnya itu segera dapat ditundukkan dan takluk di bawah kekuasaannya.
Sehubungan dengan penafsiran ayat ini Imam Mujahid menjelaskan bahwa tentara berkuda manapun juga yang digunakan menyerang musuh dengan melanggar hukum-hukum Allah, adalah bala tentara yang tergoda iblis. Dan bala tentara yang berjalan kaki manapun juga yang digunakan untuk berperang dengan melanggar ketentuan-ketentuan Allah, adalah bala tentara iblis.
Mufassir lain menjelaskan: "Setan tidak lagi mempunyai bala tentara berkuda dan bala tentara yang berjalan kaki, akan tetapi yang dimaksud dengan perumpamaan itu ialah sebagai gambaran pengikut-pengikut iblis dan pendukung-pendukungnya, tanpa memperdulikan keadaannya apakah yang bertindak sebagai pendukung atau pengikut itu tentara berkuda, atau tentara yang berjalan kaki.
Sebagai gambaran yang telah jelas Allah mengumpamakan iblis dan pengikut-pengikutnya di dalam menggoda keturunan Adam sebagai orang yang berserikat mengumpulkan harta kekayaan dan anak-anak yang mendorong keturunan Adam itu terjerumus kepada kemaksiatan dan menuruti hawa nafsu.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa iblis berusaha dengan sekuat tenaga untuk menggoda keturunan Adam, agar mereka itu terjerumus ke dalam larangan-larangan Allah, dengan jalan menggoda hati mereka agar tertarik pada agama yang tidak diridai Allah, atau menggodanya supaya berzina dengan ibunya, senang membunuh anaknya dan menguburkannya hidup-hidup.
Dan Allah juga membiarkan iblis memberikan janji-janji kepada keturunan Adam dengan janji yang dapat memperdayakan mereka terlena dari perintah Nya dan melanggar larangan-larangan Nya. Akan tetapi tiada suatupun di antara janji-janji setan terkecuali tipuan belaka, dengan janji-janji itu tidak ada suatupun yang berguna untuk mencegah hukuman Allah yang akan ditimpakan kepada mereka. Maka janji-janji setan itu tiada lain kecuali tipuan yang memukau sehingga mereka tidak mampu lagi membedakan mana yang benar dan mana yang batil.
Allah SWT berfirman:

وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ
Artinya:
Dan berkatalah setan; tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri". (Q.S. Ibrahim: 22)
65. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga `.(QS. 17:65)
Surah Al Israa' 65
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلًا (65)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan keterbatasan godaan iblis terhadap keturunan Adam dengan menegaskan bahwa sebenarnya hamba-hamba Allah yang selalu menaati perintah-perintah Nya dan menjauhi larangan Nya, tidak dapat dipengaruhi oleh godaan iblis yang tiada mempunyai kekuasaan memaksa agar mereka tunduk di bawah tipu dayanya. Kemampuan iblis hanyalah menggoda saja dan yang dapat dipengaruhi ialah mereka yang tidak mempunyai iman yang kuat. Itulah sebabnya maka Allah SWT menegaskan dalam akhir ayat ini bahwa cukuplah mereka yang mempunyai iman yang kuat itu berserah diri kepada Allah, dan meminta perlindungan kepada Nya agar terlepas dari godaan dan tipu daya setan.
Di dalam ayat ini terdapat suatu isyarat yang menunjukkan bahwa manusia itu pada dasarnya tidaklah mempunyai kekebalan dari godaan setan dan tidak mempunyai kontrol pribadi yang menyelamatkan dirinya dari kesesatan akan tetapi kekebalan dan kontrol pribadi itu semata-mata limpahan rahmat dari Allah SWT.
66. Tuhan-mu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu.(QS. 17:66)
Surah Al Israa' 66
رَبُّكُمُ الَّذِي يُزْجِي لَكُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا (66)
Allah SWT menjelaskan bahwa Allah yang melajukan kapal-kapal di lautan untuk para hamba Nya, agar mereka itu dapat memanfaatkan kapal-kapal itu sebagai alat pengangkut kebutuhan hidup mereka dari suatu negeri ke negeri lain. Dengan pengangkutan itulah kemakmuran yang terdapat di suatu negeri dapat dipindahkan ke negeri yang lain. Dan dengan pengangkutan itu pulalah orang-orang yang merasa kesempitan mencari rezeki di suatu negeri, dapat diantarkan ke tempat-tempat yang makmur, agar mereka memperoleh jalan untuk mencari rezeki, serta dapat pula menyaksikan kenikmatan Allah yang terbesar di seluruh alam, yang menjadi bukti Ke Maha Murahan Allah kepada seluruh hamba Nya. Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa Dia benar-benar Maha Penyayang terhadap seluruh hamba Nya, karena ke mana saja manusia itu mengarahkan pandangannya, tentulah akan menyaksikan nikmat-nikmat Allah yang tak terhingga, yang menjadi tanda-tanda kebesaran kekuasaan Nya.
67. Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru, kecuali Dia, maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.(QS. 17:67)
Surah Al Israa' 67
وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الْإِنْسَانُ كَفُورًا (67)
Kemudian Allah SWT mengungkapkan keadaan orang-orang kafir, apabila ditimpa mara bahaya yang mengancam jiwanya, mereka itu tak dapat mengharapkan pertolongan lain terkecuali kepada Allah, yang berkuasa mendatangkan manfaat dan menolak bahaya. Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang kafir itu apabila ditimpa mara bahaya di lautan, niscaya hilanglah harapan mereka untuk meminta bantuan dan pertolongan kepada berhala-berhala, jin, malaikat, pohon-pohon dan batu-batu yang mereka sembah. Pada saat yang gawat itu yang mereka ingat hanyalah Allah Yang Maha Esa yang berkuasa untuk menghilangkan bahaya itu, maka mereka mohonkan pertolongan kepada Allah Yang Maha Kuasa itu.
Akan tetapi apabila Allah telah mengabulkan permintaan mereka, yakni mereka telah terlepas dari bencana topan dan badai yang hampir menenggelamkan mereka, dan mereka tiba di darat dengan selamat, merekapun berpaling menjadi orang-orang yang mengingkari nikmat-nikmat Allah dan merekapun menyekutukan Allah kembali dengan tuhan yang lain.
Dalam pada itu Allah SWT menegaskan bahwa tabiat manusia itu cenderung kepada melupakan nikmat-nikmat yang mereka terima dan selalu tidak beriman atau tidak mau berterima kasih kepada Zat yang memberikan nikmat itu. Hal ini termasuk keanehan yang terdapat pada diri manusia kecuali para hamba Nya yang selalu berada dalam bimbingan Allah dan perlindungan Nya.
68. Maka apakah kamu merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkir balikkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil?, Dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindungpun bagi kamu,(QS. 17:68)
Surah Al Israa' 68
أَفَأَمِنْتُمْ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمْ جَانِبَ الْبَرِّ أَوْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ وَكِيلًا (68)
Sesudah itu Allah SWT mengancam orang-orang yang mengingkari nikmat-nikmat Allah, yang mengira bahwa dengan selamatnya mereka dari ancaman topan dan badai itu, lalu mereka aman dari hukuman Allah Yang berkuasa menjungkir balikkan sebagian daratan, sehingga mereka terpendam ke perut bumi. Dan apabila Dia berkehendak, Dia juga berkuasa meniupkan angin keras yang menghujani mereka dengan batu-batu kecil yang dapat melenyapkan mereka dalam waktu yang sangat singkat dari permukaan bumi ini.
Dalam keadaan serupa itu mereka tidak akan mendapatkan seorang pelindung yang mampu menyelamatkan mereka dari bencana kecuali Allah Yang Maha Kuasa menghidupkan dan mematikan seluruh makhluk Nya.
Secara singkat dapat dikatakan, bencana itu bisa terjadi di mana-mana, meskipun mereka selamat dari bencana yang mengancam mereka di lautan, yang serupa topan dan badai, di daratan bencana yang lebih dahsyat mungkin saja terjadi, seperti gempa bumi, hujan batu, banjir dan sebagainya. Kesemuanya itu berada di dalam kekuasaan Allah, Yang Menciptakan langit dan bumi serta seluruh makhluk yang berada di antara keduanya.
69. atau apakah kamu merasa aman dari dikembalikan-Nya kamu ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kamu angin taupan dan ditenggelamkan-Nya kamu disebabkan kekafiranmu. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami.(QS. 17:69)
Surah Al Israa' 69
أَمْ أَمِنْتُمْ أَنْ يُعِيدَكُمْ فِيهِ تَارَةً أُخْرَى فَيُرْسِلَ عَلَيْكُمْ قَاصِفًا مِنَ الرِّيحِ فَيُغْرِقَكُمْ بِمَا كَفَرْتُمْ ثُمَّ لَا تَجِدُوا لَكُمْ عَلَيْنَا بِهِ تَبِيعًا (69)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan bahwa Dia berkuasa pula untuk mengembalikan orang-orang yang mengingkari nikmat-nikmat Allah itu ke lautan kembali, setelah mereka merasa aman di darat Allah SWT menyatakan bahwa apakah mereka itu merasa aman dari bencana yang akan menimpa mereka di lautan setelah mereka sampai ke daratan. Allah berkuasa untuk mengembalikan mereka ke lautan sekali lagi, dengan mengirim angin topan yang sangat dahsyat, lalu angin itu menyapu mereka itu dari daratan, sehingga mereka akan digulung oleh gelombang-gelombang yang dapat menenggelamkan mereka sebab pembangkangan mereka itu. Dan pada saat-saat mereka mengalami musibah yang sangat dahsyat itu mereka tidak akan mendapatkan seorangpun yang dapat menolong untuk melepaskan mereka dari siksa Allah.
70. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.(QS. 17:70)
Surah Al Israa' 70
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا (70)
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa Dia telah memuliakan Adam dengan raut muka yang indah, potongan yang serasi dan diberi akal, agar dapat menerima petunjuk, untuk berbudaya dan berpikir guna mencari keperluan hidupnya, mengelola kekayaan alam serta menciptakan alat pengangkut di darat, di lautan maupun di udara. Dan Allah telah memberikan rezeki yang baik-baik kepada mereka itu, yang terdiri dari makanan yang di dapat dari tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa Dia telah melebihkan mereka itu dengan kelebihan yang sempurna, dari kebanyakan makhluk yang lain yang diciptakan Nya.
Dengan demikian seharusnyalah mereka itu tidak mengadakan tuhan-tuhan yang lain yang mereka persekutukan dengan Allah, akan tetapi hendaknya beribadah kepada Nya, serta mengikuti bimbingan wahyu Nya.
71. (Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.(QS. 17:71)
Surah Al Israa' 71
يَوْمَ نَدْعُوا كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا (71)
Sesudah itu Allah SWT mengingatkan para hamba Nya kepada hari perhitungan. Pada hari itu Allah SWT memanggil seluruh manusia dengan membawa kitab mereka yang memuat catatan selengkapnya tentang amal perbuatan mereka. Pada hari itu mereka akan mendapatkan keputusan yang adil sesuai dengan amal yang mereka lakukan di dunia, yang kesemuanya telah tercatat dalam kitab-kitab itu. Maka berbahagialah mereka yang diberikan kitab amalannya yang diterima dengan tangan kanannya. Mereka ini akan membaca kitab itu dengan penuh kegirangan, karena mereka berbahagia melihat catatan amal saleh mereka.
Allah SWT berfirman.

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ (19)
Artinya:
Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini)". (Q.S. Al Haqqah: 19)
Dan firman Nya lagi:

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ (7) فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا (8)
Artinya:
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah". (Q.S. Al Insyiqaq: 7-8)
Kemudian Allah SWT menegaskan bahwa mereka tidak dianiaya sedikitpun, maksudnya mereka tidak dikurangi sedikitpun dalam pahala yang harus mereka terima, karena yang menciptakan alam akhirat ialah Yang Menciptakan alam ini juga, mustahillah bagi Nya untuk mengurangi pahala yang harus diterimanya. Allah SWT Maha Adil dan keadilan Nya itu tampak pada ciptaan Nya di alam dunia ini.
72. Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).(QS. 17:72)
Surah Al Israa' 72
وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا (72)
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa barang siapa yang buta hatinya di dunia, yakni mereka tidak mau melihat kebenaran bimbingan Allah, dan tidak mau memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Nya, niscaya di akhirat nanti ia lebih buta den tidak tahu memberi jalan yang menyelamatkan dirinya dari siksaan neraka, bahkan mereka itu lebih sesat lagi dari keadaannya di dunia, karena ruh mereka pada waktu itu ialah ruh mereka pada waktu di dunia juga. Ruh yang dibangkitkan Allah SWT di akhirat ialah ruh yang keluar dari jasadnya di waktu dia meninggal di dunia seperti buah-buahan yang timbul dari batangnya Buah dan batang mempunyai sifat yang sama. Demikian pula ruh manusia pada waktu itu, dia bangkit dengan membawa seluruh sifat, akhlak dan amalnya. Ia mengetahui keadaan dirinya. Ia merasa bahagia ataupun celaka sesuai dengan keadaan dirinya. Apabila keadaan ruh manusia itu lalai di dunia, juga di akhirat pun ruh itu mengalami kelalaian juga, karena ia telah mengabaikan alat-alat untuk menguasai ilmu, dan telah terbiasa bermalas-malas tidak mengamalkan perintah Allah. Maka iapun akan mengumpat-ngumpat dan mencerca dirinya sendiri.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 72
وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا (72)
(Dan barang siapa yang di alam ini) di dunia ini (buta) tidak dapat melihat perkara yang hak (niscaya di akhirat nanti ia akan lebih buta lagi) lebih tidak dapat melihat jalan keselamatan dan lebih tidak dapat membaca Alquran (dan lebih tersesat jalannya) lebih jauh dari jalan yang hak. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Bani Tsaqif, yaitu sewaktu mereka meminta kepada Nabi saw. supaya ia menjadikan lembah tempat tinggal mereka sebagai tanah suci dan dengan mendesak mereka mengajukan permintaan itu kepada Nabi saw.
73. Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia.(QS. 17:73)
Surah Al Israa' 73
وَإِنْ كَادُوا لَيَفْتِنُونَكَ عَنِ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ لِتَفْتَرِيَ عَلَيْنَا غَيْرَهُ وَإِذًا لَاتَّخَذُوكَ خَلِيلًا (73)
Di dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan tipu daya yang diperlakukan kaum musyrikin Quraisy kepada Nabi Muhammad saw dan pengikut-pengikutnya, sehingga hampir saja tipu daya mereka itu merusakkan kegiatan dakwah Rasul, dan memalingkan Rasulullah dari wahyu yang telah diterimanya dari Allah SWT dengan memenuhi permintaan-permintaan yang mereka usulkan kepadanya; akan tetapi karena perlindungan Allah, Nabi tetap pada pendiriannya, menyebarkan dakwah Islamiyah, meskipun tekanan-tekanan dari orang-orang Quraisy tambah menjadi-jadi.
Adapun tekanan-tekanan dari orang-orang kafir Quraisy yang hampir memperdayakan Nabi itu diriwayatkan dalam hadis sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Said bin Jubair, pernah Nabi Muhammad saw mencium Hajar Aswad di waktu beliau sedang tawaf, kemudian dilarang oleh orang-orang Quraisy Mereka berkata: "Kami tidak akan membiarkan kamu menciumnya sebelum kamu berkunjung kepada tuhan-tuhan kami". Maka berkatalah Nabi: (Kepada dirinya sendiri) "Apakah salahnya jika berkunjung kepada tuhan-tuhan mereka, setelah mereka membiarkanku mencium Hajar Aswad itu, Allah mengetahui bahwa aku mencium tuhan-tuhan mereka". Akan tetapi Allah tidak mengizinkan Nabi berbuat demikian, dan diturunkanlah kepada beliau ayat ini".
Ibnu Ishak, Ibnu Mardawaih dan lain-lainnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Umayyah bin Khalaf dan Abu Jahal serta beberapa orang pemuka suku Quraisy berkata: "Mintalah berkah kepada tuhan-tuhan kami, dan kamipun akan bersama-sama kamu memasuki agamamu". Adapun Rasulullah saw sangat merasa sedih apabila kaumnya menjauhkan diri dari padanya, padahal Nabi menginginkan mereka masuk Islam, maka Rasulullah sangat merasa kasihan kepada mereka, maka turunlah ayat ini hingga firman Allah kalimat (Nasira).
Dalam pada itu Allah memperingatkan Rasul Nya, bahwa kalau ia mengikuti apa yang mereka kehendaki, tentulah mereka akan mengambilnya sebagai sahabat yang setia atau diangkat menjadi pimpinan mereka dengan demikian terjauhlah dia dari pimpinan Allah SWT.  
74. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,(QS. 17:74)
Surah Al Israa' 74
وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا (74)
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa kalau Dia tidak memperkuat hati Rasul Nya memberi perlindungan kepadanya, menghadapi tipu daya orang-orang Quraisy itu, maka hampir-hampir cenderunglah hatinya kepada mereka.
Dari keterangan ayat ini dapat dipahami bahwa Rasulullah hampir cenderung hatinya mendekati orang-orang Quraisy. Bukanlah hal itu karena kelemahan Nabi Muhammad, akan tetapi karena kerasnya siksaan orang-orang Quraisy kepada pengikut-pengikutnya. Akan tetapi karena pertolongan Allahlah maka Rasul tidak jadi mendekati mereka.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 74
وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا (74)
(Dan kalau Kami tidak memperkuat kamu) dalam perkara yang hak dengan pemeliharaan-Ku (niscaya kamu hampir-hampir) sedikit lagi (condong) cenderung (kepada mereka barang) dengan kecenderungan yang (sedikit) karena gencarnya tipu muslihat yang dipakai oleh mereka dan permintaan mereka yang terus-menerus; ayat ini jelas menunjukkan kepada pengertian bahwa Nabi saw. tidak cenderung dan tidak pula hampir cenderung terhadap tawaran mereka.
75. kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami.(QS. 17:75)
Surah Al Israa' 75
إِذًا لَأَذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا (75)
Allah SWT mengingatkan Rasul Nya bahwa jika terjadi yang demikian itu, niscaya Allah menimpakan siksaan berlipat ganda kepada Rasulullah, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan demikian seumpamanya ia melakukan apa yang diminta oleh orang-orang kafir Quraisy, maka hukuman terhadapnya dua kali lipat dari hukuman orang lain, demikian pula hukuman bagi orang yang memimpin umat adalah lebih besar dari yang lain. Dan hukuman bagi cerdik cendikiawan dan ulama lebih besar dari orang-orang awam, karena pengaruhnya terhadap orang awam besar sekali. Sebagaimana yang dikemukakan dalam firman Allah SWT:

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ مَنْ يَأْتِ مِنْكُنَّ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ يُضَاعَفْ لَهَا الْعَذَابُ ضِعْفَيْنِ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا (30)
Artinya:
"Hai istri-istri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah". (Q.S. Al Ahzab: 30)
Dan adalah demikian maksudnya kalau istri-istri Nabi itu sampai tergoda oleh setan hingga tergelincir menuruti ajakan hawa nafsu, hukumannya dua kali lipat dari istri-istri orang kebanyakan.
Dalam pada itu Allah SWT mengingatkan Rasul Nya bahwa apabila terjadi yang demikian, sehingga Nabi menerima persyaratan yang demikian, yaitu syarat yang dikemukakan oleh orang-orang Quraisy, dan Allah mengazabnya berlipat ganda baik di dunia ataupun di akhirat, maka ia tidak akan menemukan seorang penolongpun yang akan melepaskannya dari azab Tuhan itu.
Diriwayatkan bahwa setelah ayat (ثم لا تجد لك علينا نصيرا) itu turun, kemudian Nabi bersabda:

اللهم لا تكلني إلى نفسي طرفة عين
Artinya:
Wahai Tuhanku! Jangan lah engkau membiarkan daku menurutkan suara hatiku sekejap matapun."
Menjadi keharusan lah bagi setiap kaum muslimin agar mempedomani makna ayat ini, pada setiap gerak dan langkahnya dalam urusan-urusan agama.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 75
إِذًا لَأَذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا (75)
(Kalau terjadi demikian) seandainya kamu cenderung (benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu berlipat kali) azab (di dunia ini dan begitu pula berlipat ganda) azab (sesudah mati) sama dengan dua kali lipat azab yang ditimpakan kepada selainmu di dunia dan di akhirat (dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami) yang dapat mencegah azab yang ditimpakan kepadamu.
76. Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja.(QS. 17:76)
Surah Al Israa' 76
وَإِنْ كَادُوا لَيَسْتَفِزُّونَكَ مِنَ الْأَرْضِ لِيُخْرِجُوكَ مِنْهَا وَإِذًا لَا يَلْبَثُونَ خِلَافَكَ إِلَّا قَلِيلًا (76)
Allah SWT juga mengungkapkan bagaimana keadaan Rasulullah dan kaum Muslimin menghadapi tekanan-tekanan yang dilancarkan kaum musyrikin Mekah. Menghadapi tekanan-tekanan itu Rasulullah hampir-hampir gelisah berada di Mekah, sebab tekanan-tekanan kaum musyrikin dan tipu daya mereka tiada lain adalah untuk mengusir Rasulullah dan sahabat-sahabatnya keluar dari Mekah, apalagi setelah diketahui bahwa orang-orang kafir Quraisy telah mengadakan permupakatan jahat untuk membunuh Nabi. Peristiwa ini merupakan latar belakang terjadinya Hijrah Rasul ke Madinah.
Dalam pada itu Allah SWT menguatkan hati Nabi, bahwa kalau memang terjadi orang-orang Quraisy itu membuat gelisah kaum Muslimin, sehingga Rasulullah dan sahabat-sahabatnya keluar dari Mekah, maka sepeninggal Rasulullah itu dalam waktu yang singkat mereka akan dibinasakan oleh Tuhan dun selanjutnya negeri Mekah akan dikuasai oleh orang-orang mukminin. Dan janji Allah itu terbukti dengan hancurnya pemimpin-pemimpin Quraisy dalam perang Badar yang terjadi hanya setengah tahun sesudah Nabi hijrah ke Madinah dan ditaklukkannya kota Mekah pada tahun ke 8 Hijriah.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 76
وَإِنْ كَادُوا لَيَسْتَفِزُّونَكَ مِنَ الْأَرْضِ لِيُخْرِجُوكَ مِنْهَا وَإِذًا لَا يَلْبَثُونَ خِلَافَكَ إِلَّا قَلِيلًا (76)
Ayat ini diturunkan ketika orang-orang Yahudi berkata kepada Nabi saw., "Jika kamu benar-benar seorang nabi, pergilah kamu ke negeri Syam karena negeri itu adalah negeri para nabi." (Dan sesungguhnya) huruf in di sini adalah bentuk takhfif daripada inna (benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri ini) di kota Madinah (untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian) seandainya mereka benar-benar mengusirmu (niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal) di dalam kota Madinah (melainkan sebentar saja) lalu mereka akan dibinasakan oleh azab-Ku.
77. (Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu.(QS. 17:77)
Surah Al Israa' 77
سُنَّةَ مَنْ قَدْ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنْ رُسُلِنَا وَلَا تَجِدُ لِسُنَّتِنَا تَحْوِيلًا (77)
Sesudah itu Allah SWT memberikan penjelasan tentang ketetapan Nya yang berlaku umum, yaitu nasib yang serupa juga telah dialami oleh Rasul dan Nabi-nabi sebelumnya. Mereka itu mengalami tekanan-tekanan yang berat dan mengalami pengusiran dari kaumnya. Akan tetapi pada akhirnya mereka yang ingkar itu menerima siksaan yang berat dari Allah. Demikian pula halnya Rasulullah saw dan pengikut-pengikutnya, tidak luput dari tekanan dan penganiayaan kaum musyrikin Mekah. Hal serupa itu tidaklah merubah keteguhan hati Rasulullah dan pengikut-pengikutnya sebab meskipun mereka terpaksa harus hijrah, toh janji kemenangan dari Allah akan datang pada waktunya; dan musuh-musuh Allah itu akan mengalami siksaan yang berat, yaitu akan kalah perang dalam berbagai peperangan menghadapi semangat tauhid yang tak kunjung padam, dan akhirnya mereka akan mengalami kekalahan moril dan meteril dalam segala bidang.
Perlu juga dikemukakan bahwa sesudah diutusnya Rasulullah pembawa rahmat ke seluruh umat manusia, siksaan dengan memusnahkan kaum yang durhaka sebagai yang terjadi pada kaum 'Ad, Samud, kaum Lut dan lain-lain yang dikenal dengan istilah "azab al Isti'asal" (memusnahkan) tidak dikehendaki Allah lagi, karena adanya harapan bahwa kaum kafir Quraisy atau keturunannya mau masuk Islam.
Allah SWT berfirman:

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (33)
Artinya:
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. (Q.S. Al Anfal: 33)
78. Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).(QS. 17:78)

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Israa' 78
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا (78)

Ayat ini memerintahkan agar Rasulullah saw mendirikan salat sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam, dan mendirikan salat subuh. Maksudnya ialah mendirikan salat yang lima waktu, yaitu salat Zuhur, Asar, Magrib, Isyak dan Subuh.
Mendirikan salat yang lima waktu ialah mengerjakan dan menunaikannya, lengkap dengan rukun-rukun dan syarat-syaratnya, terus menerus dikerjakan, sesuai dengan yang diperintahkan Allah, baik menurut lahir, maupun menurut batin. Yang dimaksud "lahir ialah mengerjakan salat sesuai dengan ketentuan ketentuan yang ditetapkan agama, dan yang dimaksud dengan "batin' ialah mengerjakan salat dengan hati, dengan segala ketundukan dan kepatuhan kepada Allah SWT penuh kekhusyukan, karena merasakan keagungan dan kekuasaan Allah yang menguasai dan menciptakan seluruh alam ini. Rasulullah saw memerintahkan kaum muslimin, menyembah Allah, termasuk salat dalam keadaan seakan-akan melihat Allah SWT.

اعبد الله كأنك تراه فإن لم يكن تراه فإنه يراك
Artinya:
Bersabda Nabi saw: "Sembahlah Allah, seolah-olah engkau melihat Nya, maka jika engkau tidak melihat Nya, maka sesungguhnya Ia melihat engkau".
Apabila seseorang hamba Allah mengerjakan salat yang lima waktu, berarti Ia telah mengerjakan salah satu dari rukun Islam. Dalam ayat ini diterangkan bahwa salat subuh itu disaksikan oleh para malaikat. Maksudnya ialah pada waktu subuh itu bertemu malaikat penjaga malam dengan malaikat penjaga siang, karena pada waktu mereka mengadakan pergantian tugas. Pada waktu kedua malaikat itu akan melihat seseorang hamba yang dan melaporkan kepada Tuhan apa yang mereka lihat itu, sebagaimana diterangkan dalam hadis Nabi saw:

روى أبو هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: يتعاقبون فيكم ملائكة بالليل وملائكة بالنهار ويجتمعون في صلاة الصبح وفي صلاة العصر فيعرج الذين باتو فيكم قيسألهم ربهم وهو أعلم بكم، كيف تركتم عبادي؟ فيقولون أتيناهم وهم يصلون وتركناهم وهم يصلون
Artinya:
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi saw bersabda: "Malaikat malam dan siang bergantian dalam tugasnya. Mereka berkumpul pada salat subuh dan salat asar. Maka naiklah malaikat yang menjagamu pada malam hari, dan Tuhan bertanya kepada mereka (padahal Allah lebih mengetahui tentang kamu): "Bagaimana keadaan hamba Ku waktu engkau meninggalkan?" Para malaikat menjawab: "Kami datang kepada mereka, mereka dalam keadaan salat dan kami tinggalkan mereka, merekapun dalam keadaan salat pula" (H.R. Tirmizi)
Mengenai keadaan seorang mukmin yang selalu mengerjakan salat subuh pada awal waktunya, berkata Ar Razi: "Sesungguhnya pada waktu subuh itu manusia menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Allah dan kebagusan hikmah Nya di langit dan di bumi. Pada waktu itu sinar siang yang terang benderang menyapu kegelapan malam, waktu itu bangunlah orang yang sedang tidur dan pancainderanya kembali bekerja setelah terlena selama mereka tidur".
79. Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.(QS. 17:79)

Surah Al Israa' 79
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (79)

Ayat ini memerintahkan Rasulullah dan kaum Muslim agar bangun di malam hari dan mengerjakan salat tahajud.
Ayat ini merupakan ayat yang pertama kali memerintahkan Rasulullah mengerjakan salat malam sebagai tambahan atas salat yang wajib. Salat malam ini diterangkan oleh hadis Nabi saw:

أن النبي صلى الله عليه وسلم سئل: أي الصلاة أفضل بعد المكتوبة؟ قال: صلاة التهجد
Artinya:
Bahwasanya Nabi saw ditanya orang: "Salat manakah yang paling utama setelah salat yang diwajibkan (salat lima waktu). Rasulullah saw menjawab: Salat tahajud". (H.R. Muslim dari Abu Hurairah)
Dari hadis-hadis Nabi yang sahih, yang diriwayatkan dari Aisyah dan Ibnu Abbas dipahami bahwa Nabi Muhammad saw mengerjakan salat tahajud, setelah beliau tidur dahulu, kemudian bangun. Kebiasaan Nabi ini dapat dijadikan dasar hukum bahwa salat tahajud itu lebih baik (sunah) dikerjakan oleh seseorang, setelah ia tidur beberapa saat di malam hari, kemudian pada pertengahan malam hari ia bangun untuk salat tahajud.
Kemudian Allah SWT menerangkan hukum salat tahajud itu adalah sebagai ibadat tambahan Rasulullah di samping salat yang lima, oleh karena itu maka hukumnya bagi Rasulullah adalah wajib melakukannya, sedang bagi umatnya salat tahajud adalah sunah hukumnya.
Dalam ayat ini diterangkan tujuan salat tahajud itu bagi Nabi Muhammad ialah agar Allah SWT dapat menempatkannya di tempat yang terpuji.
Yang dimaksud dengan "maqaman mahmudan" ialah syafaat Rasulullah saw pada hari kiamat. Pada hari itu manusia mengalami keadaan yang sangat susah yang tiada taranya. Yang dapat melapangkan dan meringankan manusia dari keadaan yang sangat susah itu hanyalah permohonan Nabi Muhammad saw kepada Tuhannya, agar orang itu dilapangkan dan diringankan dari penderitaannya. Diriwayatkan oleh Tirmizi dari Abu Hurairah, Ia berkata: "Berkata Rasulullah saw tentang yang dimaksud dengan "maqaman mahmudan" dalam ayat ini: "Maqaman mahmudan" itu ialah syafaatku. (Hadis Hasan Sahih) Berkata Ibnu Jarir: "Kebanyakan para ahli berkata: "Yang dimaksud dengan "maqaman mahmudan" itu ialah suatu kedudukan yang dipergunakan oleh Rasulullah saw pada hari kiamat untuk memberi syafaat kepada manusia, agar Allah SWT meringankan bagi mereka kesusahan dan kesulitan yang mereka alami pada hari ini".
Diriwayatkan oleh An Nasai dan Al Hakim dan segolongan ahli Hadis dari Huzaifah ia berkata: "Allah mengumpulkan manusia pada suatu daratan yang luas pada hari kiamat, mereka semua berdiri dan tidak seorangpun yang berbicara pada hari ini kecuali dengan izin Nya. Orang-orang yang mula-mula diseru namanya ialah Muhammad, maka Muhammad berdoa kepada Nya. Maka inilah yang dimaksud dengan "maqaman mahmudan" dalam ayat ini.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah saw bersabda:

من قال حين يسمع النداء : اللهم رب هذه الدعوة التامة والصلاة القائمة أت محمدا الوسيلة والفضيلة وابعثه المقام المحمود الذي وعدته حلت له شفاعتي
Artinya:
Barangsiapa yang membaca doa setelah selesai mendengar azan "Wahai Tuhanku: "Tuhan Yang Empunya seruan Yang Sempurna dan salat yang dikerjakan ini, berilah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan dan angkatlah ia kepada al maqam almahmud (kedudukan yang terpuji) yang telah Engkau janjikan kepadanya", maka dia memperoleh syafaatku".
Diriwayatkan dari Muslim dari Anas, ia berkata: "Telah mengabarkan Rasulullah kepada kami, beliau berkata: "Apabila datang hari kiamat, dan manusia itu berbondong-bondong, maka mereka menghadap Adam as, mereka meminta kepadanya: "Berilah syafaat untuk anak cucu engkau". Adam menjawab: "Aku tidak mempunyainya tetapi pergilah kepada Ibrahim, maka sesungguhnya dia Khalilullah. Maka merekapun menghadap Ibrahim as,
Ibrahim menjawab: "Aku tidak mempunyainya, tetapi pergilah kepada Musa, maka sesungguhnya ia adalah: Kalimullah. Setelah mereka meminta kepada Musa; Musa menjawab: "Aku tidak mempunyainya, tetapi pergilah kepada Isa, sesungguhnya dialah ruh yang ditiupkan Allah dari kalimat Nya". Mereka menghadap Isa, Ia berkata: "Aku tidak mempunyainya, tetapi pergilah kepada Muhammad saw". Maka merekapun menghadap kepadaku dan memintanya, aku menjawab: "Aku mempunyainya". Tentang kedudukan Nabi Muhammad saw di hari kiamat, diriwayatkan oleh Al Tirmizi dari Said Khudri, bahwasanya Nabi saw bersabda:

Hنا سيد ولد أدم يوم القيامة ولا فخر، وبيدي لواء الحمد ولا فحر، وما من نبي يومئذ أدم فمن سواه إلا تحت لوائي
Artinya:
Aku adalah pimpinan anak cucu Adam pada hari kiamat. Aku tidak membanggakan diri, dan di tangankulah terpegang liwa'ul hamdi (bendera memuji Tuhan) aku tidak membanggakan diri. Tidak ada seorang Nabi pun pada hari itu, sejak dari Adam sampai Nabi-nabi yang lain, kecuali berada di bawah benderaku itu". (H.R. Tirmizi)
Dari ayat dan hadis-hadis di atas dipahami bahwa Nabi Muhammad saw dengan mengerjakan salat tahajud sesuai dengan yang diperintahkan Allah itu akan diangkat oleh Allah SWT ke tempat dan kedudukan yang dipuji oleh umat manusia, para malaikat dan Allah Tabaraka Wata`ala dengan memberi syafaat kepada umat manusia yang berada di padang Mahsyar di saat yang amat gawat dengan se izin Allah, dan umat manusia yang memang berhak mendapat syafaat, berdasarkan amal saleh, ilmu pengetahuan dan budi pekerti mereka semasa di dunia akan mendapat syafaatlah mereka dengan diampuni dosanya oleh Tuhan atau dinaikkan derajatnya.
Pada firman Allah yang lain diterangkan bahwa bangun di tengah malam salat tahajud, kemudian membaca Alquran dengan tertib dan fasih, mengikuti dengan hati arti dari ayat-ayat itu, dapat membuat iman jadi kuat, memperkuat mental dan membina diri pribadi, karena beribadat di malam hari itu dapat dilakukan dengan khusyuk. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (1) قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا (2) نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا (3) أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا (4) إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا (5) إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا (6)
Artinya:
Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk salat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. (Q.S. Al Muzammil: 1-6)
80. Dan katakanlah:` Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara yang baik dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.(QS. 17:80)
Surah Al Israa' 80
وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا (80)
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw, agar mengucapkan doa, yang tersebut dalam ayat ini, yang maksudnya "Wahai Tuhanku, masukkanlah aku ke dalam semua tempat yang Engkau kehendaki memasukkan aku ke dalamnya baik di dunia maupun di akhirat sebagai masuknya orang yang benar dalam semua perkataan, perbuatan dan tingkah lakunya. Dan keluarkanlah aku dari semua tempat yang Engkau kehendaki mengeluarkan aku dari padanya, baik di dunia maupun di akhirat, sebagai keluarnya orang yang benar pula dalam semua tindakannya".
Di antara contoh-contoh tentang masuknya Rasulullah ke suatu tempat dengan benar itu, ialah seperti Rasulullah saw dan para sahabat memasuki kota Madinah, sebagai orang-orang yang hijrah dari Mekah, memasuki kota Mekah di waktu penaklukan kota Mekah itu, masuk kubur setelah mati, memasuki tempat yang diridai Allah, seperti masuk mesjid, rumah sendiri, rumah sahabat, dan kenalan setelah minta izin dari padanya dan sebagainya. Keluar dari semua tempat yang dikehendaki Allah, seperti keluar dari kota Mekah waktu hijrah, keluar dari kubur waktu berbangkit atau keluar dari semua tempat-tempat yang dikehendaki Allah keluar daripadanya, seperti kota-kota tempat-tempat yang banyak dilakukan perbuatan maksiat di dalamnya dan sebagainya.
Dan Allah SWT memerintahkan pula kepada Nabi agar berdoa kepada Nya supaya Dia menjadikan sebagai orang yang menguasai hujah dun alasan-alasan yang dapat diterima dan dapat memuaskan orang-orang yang mendengarkannya, sehingga orang yang mendengarnya itu bertambah kuat imannya, atau jika yang mendengar orang kafir, hati mereka menjadi lunak dan mereka masuk Islam atau hujah-hujah dan keterangan-keterangan yang dapat memenangkan orang Islam atas orang-orang kafir. Sebagai jawaban Allah SWT terhadap doa Nabi Muhammad itu, Allah menerangkan bahwa Dia memelihara Nabi dari segala macam tipu daya manusia dan akan memenangkannya terhadap orang-orang kafir, sebagaimana tersebut dalam firman Nya:

وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya:
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. Al Maidah: 67)

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 80
وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا (80)
(Dan katakanlah, "Ya Rabbku! Masukkanlah aku) ke Madinah (dengan cara yang baik) yakni dengan cara memasukkan yang disukai di mana aku tidak melihat sewaktu masuk hal-hal yang tidak aku sukai (dan keluarkanlah aku) dari Mekah (dengan cara yang baik) dengan cara mengeluarkan yang membuat hatiku tidak berpaling lagi kepadanya (dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.") kekuatan yang dapat membantuku untuk dapat mengalahkan musuh-musuh-Mu.
 
Surah Al-Isra'
Kembali ke Daftar Surah                               Kembali ke Surah Al-Israa'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar