Kembali ke Daftar Surah Kembali ke Surah Ibrahim
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=2&SuratKe=14#Top
21. Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul
menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah
kepada orang-orang yang sombong:` Sesungguhnya kami dahulu adalah
pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab
Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: `Seandainya Allah
memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk
kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar.
Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri`.(QS. 14:21)
Surah Ibrahim 21
وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ (21)
Dalam ayat ini, Allah SWT. menggambarkan keadaan yang akan terjadi kelak di padang mahsyar, di mana manusia dikumpulkan setelah mereka dibangkitkan dari kubur untuk pelaksanaan "yaumul hisab", yaitu memperhitungkan amal kebaikan dan perbuatan jahat yang dilakukan masing-masing orang ketika masih hidup di dunia.
Disebutkan dalam ayat ini, bahwa semua manusia akan berkumpul menghadap Allah di padang Mahsyar untuk berhisab dan mendengarkan keputusan Allah tentang nasib mereka selanjutnya. Dan setelah selesai berhisab, dan orang yang berdosa telah ditetapkan akan disiksa dalam neraka, maka timbullah kesadaran dan rasa penyesalan dari kaum yang lemah iman yang telah tergoda dan tersesat oleh bujukan orang-orang yang sombong di dunia ini yang memperlakukan diri mereka sebagai Tuhan, dan kaum yang lemah iman tersebut dianggap sebagai hamba mereka. Ketika itu, berkatalah mereka yang lemah iman kepada orang-orang sombong yang pernah menjadi ikutan mereka selagi di dunia: "Kami pernah menjadi pengikut-pengikutnya ketika di dunia. Dan sekarang, dapatkah kamu menghindarkan kami dari azab dan siksaan Allah walaupun hanya sedikit saja?"
Selanjutnya dalam ayat ini disebutkan jawaban orang-orang yang sombong itu atas permintaan kaum yang lemah itu: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, tentulah kami dapat pula memberi petunjuk kepada kamu. Dan sekarang ini keadaan kita adalah sama saja, harus memilih antara mengeluh dan menyesali perbuatan kita, atau bersabar menerima nasib yang telah ditetapkan Allah kepada kita. Kita sekali-kali tidak mendapatkan tempat untuk melarikan diri dari azab dan siksa-Nya."
Ayat ini menggambarkan dengan jelas, betapa besarnya kesalahan yang telah dilakukan kedua golongan itu. Golongan pertama, yaitu mereka yang lemah iman telah membiarkan diri mereka menjadi permainan kaum yang sombong di dunia ini, dan telah menghambakan diri kepada mereka itu, dan di akhirat ternyata pula bahwa mereka yang diagungkan itu tak mampu membela diri mereka sendiri dari azab Allah, apalagi membela orang-orang lain yang telah mereka perhamba di dunia ini. Sedang golongan kedua, telah melakukan penipuan kepada kaum lemah di dunia ini dan berlagak sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa dan di akhirat mereka dituntut pula oleh para pengikutnya untuk membela dan menghindarkan mereka dari azab Allah, akan tetapi mereka tidak berdaya apa-apa berhadapan dengan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 21
وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ (21)
(Dan mereka akan berkumpul menghadap) semua makhluk itu menghadap. Ungkapan pada ayat ini dan ayat sebelumnya memakai fi`il madhi, dimaksud untuk memberikan pengertian kepastian bahwa hal itu benar-benar akan terjadi (kepada Allah semuanya, lalu berkatalah orang-orang yang lemah) yakni para pengikut (kepada orang-orang yang sombong) yaitu orang-orang yang diikuti ("Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikut kalian) lafal taba`an merupakan bentuk jamak dari kata tunggal tabi`un (maka dapatkah kalian menghindarkan) menolak (daripada kami azab Allah walau sedikit saja?") huruf min yang pertama tadi bermakna lit-tabyin atau untuk menjelaskan, sedangkan huruf min pada ayat ini bermakna lit-tab`idh atau menunjukkan makna sebagian. (Mereka berkata) orang-orang yang diikuti itu ("Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami niscaya kami dapat memberi petunjuk kepada kalian) artinya nicaya kami akan menyeru kalian ke jalan hidayah. (Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh atau bersabar, sekali-kali tidak mempunyai) huruf min di sini adalah zaidah (tempat untuk melarikan diri.") tempat berlindung dari azab-Nya.
وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ (21)
Dalam ayat ini, Allah SWT. menggambarkan keadaan yang akan terjadi kelak di padang mahsyar, di mana manusia dikumpulkan setelah mereka dibangkitkan dari kubur untuk pelaksanaan "yaumul hisab", yaitu memperhitungkan amal kebaikan dan perbuatan jahat yang dilakukan masing-masing orang ketika masih hidup di dunia.
Disebutkan dalam ayat ini, bahwa semua manusia akan berkumpul menghadap Allah di padang Mahsyar untuk berhisab dan mendengarkan keputusan Allah tentang nasib mereka selanjutnya. Dan setelah selesai berhisab, dan orang yang berdosa telah ditetapkan akan disiksa dalam neraka, maka timbullah kesadaran dan rasa penyesalan dari kaum yang lemah iman yang telah tergoda dan tersesat oleh bujukan orang-orang yang sombong di dunia ini yang memperlakukan diri mereka sebagai Tuhan, dan kaum yang lemah iman tersebut dianggap sebagai hamba mereka. Ketika itu, berkatalah mereka yang lemah iman kepada orang-orang sombong yang pernah menjadi ikutan mereka selagi di dunia: "Kami pernah menjadi pengikut-pengikutnya ketika di dunia. Dan sekarang, dapatkah kamu menghindarkan kami dari azab dan siksaan Allah walaupun hanya sedikit saja?"
Selanjutnya dalam ayat ini disebutkan jawaban orang-orang yang sombong itu atas permintaan kaum yang lemah itu: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, tentulah kami dapat pula memberi petunjuk kepada kamu. Dan sekarang ini keadaan kita adalah sama saja, harus memilih antara mengeluh dan menyesali perbuatan kita, atau bersabar menerima nasib yang telah ditetapkan Allah kepada kita. Kita sekali-kali tidak mendapatkan tempat untuk melarikan diri dari azab dan siksa-Nya."
Ayat ini menggambarkan dengan jelas, betapa besarnya kesalahan yang telah dilakukan kedua golongan itu. Golongan pertama, yaitu mereka yang lemah iman telah membiarkan diri mereka menjadi permainan kaum yang sombong di dunia ini, dan telah menghambakan diri kepada mereka itu, dan di akhirat ternyata pula bahwa mereka yang diagungkan itu tak mampu membela diri mereka sendiri dari azab Allah, apalagi membela orang-orang lain yang telah mereka perhamba di dunia ini. Sedang golongan kedua, telah melakukan penipuan kepada kaum lemah di dunia ini dan berlagak sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa dan di akhirat mereka dituntut pula oleh para pengikutnya untuk membela dan menghindarkan mereka dari azab Allah, akan tetapi mereka tidak berdaya apa-apa berhadapan dengan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 21
وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ (21)
(Dan mereka akan berkumpul menghadap) semua makhluk itu menghadap. Ungkapan pada ayat ini dan ayat sebelumnya memakai fi`il madhi, dimaksud untuk memberikan pengertian kepastian bahwa hal itu benar-benar akan terjadi (kepada Allah semuanya, lalu berkatalah orang-orang yang lemah) yakni para pengikut (kepada orang-orang yang sombong) yaitu orang-orang yang diikuti ("Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikut kalian) lafal taba`an merupakan bentuk jamak dari kata tunggal tabi`un (maka dapatkah kalian menghindarkan) menolak (daripada kami azab Allah walau sedikit saja?") huruf min yang pertama tadi bermakna lit-tabyin atau untuk menjelaskan, sedangkan huruf min pada ayat ini bermakna lit-tab`idh atau menunjukkan makna sebagian. (Mereka berkata) orang-orang yang diikuti itu ("Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami niscaya kami dapat memberi petunjuk kepada kalian) artinya nicaya kami akan menyeru kalian ke jalan hidayah. (Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh atau bersabar, sekali-kali tidak mempunyai) huruf min di sini adalah zaidah (tempat untuk melarikan diri.") tempat berlindung dari azab-Nya.
22. Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah
diselesaikan: `Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang
benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya.
Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar)
aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah
kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali
tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku.
Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku
(dengan Allah) sejak dahulu`. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu
mendapat siksaan yang pedih.(QS. 14:22)
Surah Ibrahim 22
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِي مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (22)
Dalam ayat ini Allah SWT. menyebutkan pengakuan setan di hadapan Allah setelah selesainya urusan berhisab di padang Mahsyar. Setan senantiasa menggoda dan menyesatkan manusia dari jalan yang benar dengan memberikan gambaran sedemikian rupa sehingga manusia yang terkena godaannya memandang kejahatan sebagai perbuatan yang baik dan terpuji.
Dan di samping itu, setan juga memberikan janji-janji kepada orang-orang yang kena godaannya, yaitu keuntungan yang akan mereka peroleh jika mereka memenuhi ajakannya. Akan tetapi ia tidak mampu memenuhi janji tersebut.
Pengakuan setan setelah selesainya urusan berhisab di padang Mahsyar itu ditujukan kepada orang-orang yang telah disesatkannya di dunia ini, baik golongan lemah yang telah memperhambakan diri kepada selain Allah maupun golongan kuat dan sombong yang telah menganggap diri mereka sebagai Tuhan. Dalam pengakuannya itu setan berkata kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kamu janji yang benar yang Dia kuasa untuk memenuhi janji-Nya itu dan aku pun telah memberikan janji pula kepada kamu, tetapi aku tidak kuasa untuk menepatinya. Aku sama sekali tidak mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap kamu; aku hanya sekadar menyeru kamu kepada sesuatu yang tidak benar, lalu kamu mematuhi saja seruanku itu tanpa menggunakan akalmu. Oleh sebab itu, kamulah yang bersalah, maka janganlah kamu mencerca aku melainkan cercalah diri kamu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kamu dari azab dan siksa Allah dan kamu pun tidak dapat menolong aku. Sesungguhnya aku sejak dahulu tidak membenarkan perbuatan kamu mempersekutukan aku dengan Allah."
Demikianlah keadaannya di akhirat kelak. Kaum yang kuat dan bersikap sombong di dunia ini yang telah menyesatkan kaum yang lemah berlepas tangan dari orang-orang yang lemah yang telah menjadi korban kesesatan mereka, dan selanjutnya setan telah menggoda dan menyesatkan kedua golongan itu pun berlepas tangan pula dari nasib orang-orang yang telah menjadi korban godaan palsunya. Semuanya tidak berdaya menghadapi keputusan Allah atas dari mereka.
Pada akhir ayat ini Allah kembali menegaskan bahwa orang-orang yang zalim baik terhadap diri mereka atau pun terhadap orang lain pasti akan mendapatkan azab yang pedih sebagai balasan atas kelaliman mereka.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 22
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِي مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (22)
(Dan berkatalah setan) yakni iblis (tatkala perkara hisab telah diselesaikan) kemudian orang-orang yang berhak masuk surga dimasukkan ke dalam surga dan orang-orang yang berhak masuk neraka dimasukkan ke dalam neraka, lalu mereka semuanya mengerumuni iblis ("Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar) yaitu dengan kebangkitan dari kubur dan pembalasan amal perbuatan lalu Dia telah memenuhi kalian (dan aku pun telah menjanjikan kepada kalian) bahwasanya hal ini tidak ada (tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali aku terhadap kalian tidak memiliki) huruf min di sini zaidah (kekuasaan) kekuatan dan kemampuan yang dapat memaksakan kalian untuk mengikutiku (melainkan) kecuali (sekedar aku menyeru kalian, lalu kalian mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kalian mencerca aku, akan tetapi cercalah diri kalian sendiri) disebabkan kalian telah mengikuti seruanku itu. (Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian) dapat memberikan pertolongan kepada kalian (dan kalian pun tidak dapat menolongku) dapat dibaca mushrikhiyya dan mushrikhiyyi. (Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian mempersekutukan aku) dengan Allah (sebelumnya.") sewaktu di dunia. Lalu Allah berfirman: ("Sesungguhnya orang-orang yang lalim itu mendapat siksaan yang pedih) siksaan yang sangat pedih.
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِي مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (22)
Dalam ayat ini Allah SWT. menyebutkan pengakuan setan di hadapan Allah setelah selesainya urusan berhisab di padang Mahsyar. Setan senantiasa menggoda dan menyesatkan manusia dari jalan yang benar dengan memberikan gambaran sedemikian rupa sehingga manusia yang terkena godaannya memandang kejahatan sebagai perbuatan yang baik dan terpuji.
Dan di samping itu, setan juga memberikan janji-janji kepada orang-orang yang kena godaannya, yaitu keuntungan yang akan mereka peroleh jika mereka memenuhi ajakannya. Akan tetapi ia tidak mampu memenuhi janji tersebut.
Pengakuan setan setelah selesainya urusan berhisab di padang Mahsyar itu ditujukan kepada orang-orang yang telah disesatkannya di dunia ini, baik golongan lemah yang telah memperhambakan diri kepada selain Allah maupun golongan kuat dan sombong yang telah menganggap diri mereka sebagai Tuhan. Dalam pengakuannya itu setan berkata kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kamu janji yang benar yang Dia kuasa untuk memenuhi janji-Nya itu dan aku pun telah memberikan janji pula kepada kamu, tetapi aku tidak kuasa untuk menepatinya. Aku sama sekali tidak mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap kamu; aku hanya sekadar menyeru kamu kepada sesuatu yang tidak benar, lalu kamu mematuhi saja seruanku itu tanpa menggunakan akalmu. Oleh sebab itu, kamulah yang bersalah, maka janganlah kamu mencerca aku melainkan cercalah diri kamu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kamu dari azab dan siksa Allah dan kamu pun tidak dapat menolong aku. Sesungguhnya aku sejak dahulu tidak membenarkan perbuatan kamu mempersekutukan aku dengan Allah."
Demikianlah keadaannya di akhirat kelak. Kaum yang kuat dan bersikap sombong di dunia ini yang telah menyesatkan kaum yang lemah berlepas tangan dari orang-orang yang lemah yang telah menjadi korban kesesatan mereka, dan selanjutnya setan telah menggoda dan menyesatkan kedua golongan itu pun berlepas tangan pula dari nasib orang-orang yang telah menjadi korban godaan palsunya. Semuanya tidak berdaya menghadapi keputusan Allah atas dari mereka.
Pada akhir ayat ini Allah kembali menegaskan bahwa orang-orang yang zalim baik terhadap diri mereka atau pun terhadap orang lain pasti akan mendapatkan azab yang pedih sebagai balasan atas kelaliman mereka.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 22
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِي مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (22)
(Dan berkatalah setan) yakni iblis (tatkala perkara hisab telah diselesaikan) kemudian orang-orang yang berhak masuk surga dimasukkan ke dalam surga dan orang-orang yang berhak masuk neraka dimasukkan ke dalam neraka, lalu mereka semuanya mengerumuni iblis ("Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar) yaitu dengan kebangkitan dari kubur dan pembalasan amal perbuatan lalu Dia telah memenuhi kalian (dan aku pun telah menjanjikan kepada kalian) bahwasanya hal ini tidak ada (tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali aku terhadap kalian tidak memiliki) huruf min di sini zaidah (kekuasaan) kekuatan dan kemampuan yang dapat memaksakan kalian untuk mengikutiku (melainkan) kecuali (sekedar aku menyeru kalian, lalu kalian mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kalian mencerca aku, akan tetapi cercalah diri kalian sendiri) disebabkan kalian telah mengikuti seruanku itu. (Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian) dapat memberikan pertolongan kepada kalian (dan kalian pun tidak dapat menolongku) dapat dibaca mushrikhiyya dan mushrikhiyyi. (Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian mempersekutukan aku) dengan Allah (sebelumnya.") sewaktu di dunia. Lalu Allah berfirman: ("Sesungguhnya orang-orang yang lalim itu mendapat siksaan yang pedih) siksaan yang sangat pedih.
23. Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal
saleh ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka
dalam syurga itu ialah `Salaam`.(QS. 14:23)
Surah Ibrahim 23
وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ (23)
Pada ayat ini Allah SWT. menyebutkan kembali kebahagiaan yang akan diperoleh orang-orang yang beriman kepada Allah dan senantiasa beramal saleh bahwa di akhirat kelak mereka akan ditempatkan di dalam surga, taman yang sangat indah yang di bawah pohon-pohonnya mengalir sungai-sungai yang jernih. Mereka akan tetap berada di dalamnya mengenyam kehidupan yang bahagia dengan izin Allah sebagai balasan dari iman dan amal saleh mereka selama hidup di dunia. Di sana mereka saling mengucapkan "salam" yang berarti "sejahtera dari segala bencana". Untuk kita yang masih hidup di dunia ini agama Islam mengajarkan agar kita menggunakan ucapan selamat "assalamu alaikum" yang berarti "semoga Anda senantiasa dalam kesejahteraan". Ini merupakan ajaran yang terbaik, mendidik manusia agar rela dan merasa senang bila orang lain beroleh kebahagiaan hidup dan kesejahteraan sebagaimana ia merasa senang bila ia sendiri memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan itu. Jauh dari rasa dengki dan hasad. Mengharapkan orang lain mendapat kesengsaraan atau kerugian dan mengharapkan lenyapnya kebahagiaan atau kebaikan dari seseorang adalah sifat yang sangat dibenci oleh agama Islam. Dalam hubungan ini Rasulullah saw. telah bersabda:
لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه
Artinya:
Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sekalian sehingga ia mencintai saudaranya (sesama mukmin) sebagaimana ia mencintai dirinya.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 23
وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ (23)
(Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke alam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal) lafal khaalidiina menjadi hal daripada kalimat yang keberadaannya diperkirakan (di dalamnya dengan seizin Rabb mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu) dari Allah dan dari para malaikat, serta di antara sesama mereka (salaam.
وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ (23)
Pada ayat ini Allah SWT. menyebutkan kembali kebahagiaan yang akan diperoleh orang-orang yang beriman kepada Allah dan senantiasa beramal saleh bahwa di akhirat kelak mereka akan ditempatkan di dalam surga, taman yang sangat indah yang di bawah pohon-pohonnya mengalir sungai-sungai yang jernih. Mereka akan tetap berada di dalamnya mengenyam kehidupan yang bahagia dengan izin Allah sebagai balasan dari iman dan amal saleh mereka selama hidup di dunia. Di sana mereka saling mengucapkan "salam" yang berarti "sejahtera dari segala bencana". Untuk kita yang masih hidup di dunia ini agama Islam mengajarkan agar kita menggunakan ucapan selamat "assalamu alaikum" yang berarti "semoga Anda senantiasa dalam kesejahteraan". Ini merupakan ajaran yang terbaik, mendidik manusia agar rela dan merasa senang bila orang lain beroleh kebahagiaan hidup dan kesejahteraan sebagaimana ia merasa senang bila ia sendiri memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan itu. Jauh dari rasa dengki dan hasad. Mengharapkan orang lain mendapat kesengsaraan atau kerugian dan mengharapkan lenyapnya kebahagiaan atau kebaikan dari seseorang adalah sifat yang sangat dibenci oleh agama Islam. Dalam hubungan ini Rasulullah saw. telah bersabda:
لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه
Artinya:
Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sekalian sehingga ia mencintai saudaranya (sesama mukmin) sebagaimana ia mencintai dirinya.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 23
وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ (23)
(Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke alam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal) lafal khaalidiina menjadi hal daripada kalimat yang keberadaannya diperkirakan (di dalamnya dengan seizin Rabb mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu) dari Allah dan dari para malaikat, serta di antara sesama mereka (salaam.
24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh
dan cabangnya (menjulang) ke langit,(QS. 14:24)
Surah Ibrahim 24
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24)
Perumpamaan yang disebutkan dalam ayat ini ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang baik, misalnya kata-kata yang mengandung ajaran tauhid, seperti "la ilaha illallah" atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghujam ke bumi dan dahannya rimbun menjulang ke langit. Pohon yang baik itu dalam peradaban Indonesia digambarkan "akarnya tempat bersila, batangnya tempat bersandar, daunnya tempat bernaung, dan buahnya lezat dimakan". Artinya memberikan manfaat yang banyak.
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri menggunakan ucapan yang baik yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadiannya serta adab dan sopan santunnya. Sebaliknya setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok yang dapat menimbulkan kemarahan, kebencian, permusuhan dan menyinggung perasaan atau menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 24
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24)
(Tidakkah kamu perhatikan) memperhatikan (bagaimana Allah telah membuat perumpamaan) lafal matsalan ini dijelaskan oleh badalnya, yaitu (kalimat yang baik) yakni kalimat laa ilaaha illallaah/tiada Tuhan selain Allah (seperti pohon yang baik) yaitu pohon kurma (akarnya teguh) menancap dalam di bumi (dan cabangnya) ranting-rantingnya (menjulang ke langit).
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24)
Perumpamaan yang disebutkan dalam ayat ini ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang baik, misalnya kata-kata yang mengandung ajaran tauhid, seperti "la ilaha illallah" atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghujam ke bumi dan dahannya rimbun menjulang ke langit. Pohon yang baik itu dalam peradaban Indonesia digambarkan "akarnya tempat bersila, batangnya tempat bersandar, daunnya tempat bernaung, dan buahnya lezat dimakan". Artinya memberikan manfaat yang banyak.
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri menggunakan ucapan yang baik yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadiannya serta adab dan sopan santunnya. Sebaliknya setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok yang dapat menimbulkan kemarahan, kebencian, permusuhan dan menyinggung perasaan atau menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 24
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24)
(Tidakkah kamu perhatikan) memperhatikan (bagaimana Allah telah membuat perumpamaan) lafal matsalan ini dijelaskan oleh badalnya, yaitu (kalimat yang baik) yakni kalimat laa ilaaha illallaah/tiada Tuhan selain Allah (seperti pohon yang baik) yaitu pohon kurma (akarnya teguh) menancap dalam di bumi (dan cabangnya) ranting-rantingnya (menjulang ke langit).
25. pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat.(QS. 14:25)
Surah Ibrahim 25
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25)
Dalam ayat ini digambarkan, bahwa pohon yang baik itu selalu memberikan buahnya pada setiap manusia dengan seizin Tuhannya. Sebab itu manusia yang mengambil manfaat dari pohon itu hendaklah bersyukur kepada Allah karena pada hakikatnya, bahwa pohon itu adalah rahmat dan nikmat dari Allah SWT.
Demikian pula halnya kata-kata yang baik yang kita ucapkan kepada orang lain, misalnya dalam memberikan ilmu pengetahuan yang berguna, manfaatnya akan didapat oleh orang banyak. Dan setiap orang yang memperoleh ilmu pengetahuan dari seorang guru haruslah bersyukur kepada Allah karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya melalui seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT.
Ibu bapak dalam rumah tangga haruslah senantiasa mempergunakan kata-kata yang baik dan sopan, serta menjauhi ucapan-ucapan kotor dan kasar, karena ucapan-ucapan itu akan ditiru oleh anak-anak mereka.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 25
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25)
(Pohon itu memberikan) membuahkan (buahnya) buah-buahannya (pada setiap musim dengan seizin Rabbnya) dengan kehendak-Nya demikian pula kalimat iman tertanam di dalam kalbu orang mukmin sedangkan amalnya naik ke langit kemudian memperoleh berkah dan pahala amalannya itu setiap saat (dibuatkan) dijelaskan (oleh Allah perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat) mau mengambil pelajaran daripadanya kemudian mereka mau beriman karenanya.
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25)
Dalam ayat ini digambarkan, bahwa pohon yang baik itu selalu memberikan buahnya pada setiap manusia dengan seizin Tuhannya. Sebab itu manusia yang mengambil manfaat dari pohon itu hendaklah bersyukur kepada Allah karena pada hakikatnya, bahwa pohon itu adalah rahmat dan nikmat dari Allah SWT.
Demikian pula halnya kata-kata yang baik yang kita ucapkan kepada orang lain, misalnya dalam memberikan ilmu pengetahuan yang berguna, manfaatnya akan didapat oleh orang banyak. Dan setiap orang yang memperoleh ilmu pengetahuan dari seorang guru haruslah bersyukur kepada Allah karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya melalui seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT.
Ibu bapak dalam rumah tangga haruslah senantiasa mempergunakan kata-kata yang baik dan sopan, serta menjauhi ucapan-ucapan kotor dan kasar, karena ucapan-ucapan itu akan ditiru oleh anak-anak mereka.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 25
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25)
(Pohon itu memberikan) membuahkan (buahnya) buah-buahannya (pada setiap musim dengan seizin Rabbnya) dengan kehendak-Nya demikian pula kalimat iman tertanam di dalam kalbu orang mukmin sedangkan amalnya naik ke langit kemudian memperoleh berkah dan pahala amalannya itu setiap saat (dibuatkan) dijelaskan (oleh Allah perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat) mau mengambil pelajaran daripadanya kemudian mereka mau beriman karenanya.
26. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang
buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak
dapat tetap (tegak) sedikitpun.(QS. 14:26)
Surah Ibrahim 26
وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ (26)
Dalam ayat ini disebutkan perumpamaan kata-kata dan kalimat-kalimat yang jelek, yaitu ucapan-ucapan yang mengandung kekafiran dan kemusyrikan atau yang mengajak kepada perbuatan maksiat. Kata-kata yang jelek itu diumpamakan sebagai pohon yang buruk yang akarnya telah lapuk dan dicabut dari bumi, sehingga pohon tersebut tidak dapat tegak dengan kokoh, tidak dapat berdaun dan berbuah. Artinya tidak dapat memberikan buah dan manfaat lainnya bagi manusia bahkan hanya memberikan mudarat apabila pohon itu roboh dan menimpa mereka. Kata-kata yang jelek hanya dapat menimbulkan dosa serta membangkitkan kemarahan dan kebencian.
Orang-orang yang tidak dapat mengendalikan emosinya sering mengucapkan kata-kata yang buruk yang membahayakan dirinya dan membahayakan orang lain. Demikian pula orang-orang yang sedang mabuk dan rusak akalnya suka mengucapkan kata-kata yang jelek. Itulah sebabnya agama Islam mengajarkan kesabaran karena kesabaran mendorong seseorang untuk menguasai emosinya. Dan juga agama Islam melarang seseorang dari hal-hal yang merusak akal seperti meminum minuman keras dan lain-lain.
وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ (26)
Dalam ayat ini disebutkan perumpamaan kata-kata dan kalimat-kalimat yang jelek, yaitu ucapan-ucapan yang mengandung kekafiran dan kemusyrikan atau yang mengajak kepada perbuatan maksiat. Kata-kata yang jelek itu diumpamakan sebagai pohon yang buruk yang akarnya telah lapuk dan dicabut dari bumi, sehingga pohon tersebut tidak dapat tegak dengan kokoh, tidak dapat berdaun dan berbuah. Artinya tidak dapat memberikan buah dan manfaat lainnya bagi manusia bahkan hanya memberikan mudarat apabila pohon itu roboh dan menimpa mereka. Kata-kata yang jelek hanya dapat menimbulkan dosa serta membangkitkan kemarahan dan kebencian.
Orang-orang yang tidak dapat mengendalikan emosinya sering mengucapkan kata-kata yang buruk yang membahayakan dirinya dan membahayakan orang lain. Demikian pula orang-orang yang sedang mabuk dan rusak akalnya suka mengucapkan kata-kata yang jelek. Itulah sebabnya agama Islam mengajarkan kesabaran karena kesabaran mendorong seseorang untuk menguasai emosinya. Dan juga agama Islam melarang seseorang dari hal-hal yang merusak akal seperti meminum minuman keras dan lain-lain.
27. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman
dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat;
dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia
kehendaki.(QS. 14:27)
Surah Ibrahim 27
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ (27)
Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa Dia meneguhkan orang-orang yang mukmin dengan ucapan-ucapan yang baik dan teguh baik dalam kehidupan di dunia ini maupun di akhirat. Dengan demikian ada hubungan timbal balik antara iman dan ucapan yang baik dan teguh. Iman mendorong seseorang untuk senantiasa menggunakan ucapan yang baik dan teguh. Sebaliknya ucapan yang baik itu dapat memelihara keteguhan iman seseorang.
Dalam ayat ini selanjutnya Allah swt. menegaskan, bahwa Dia membiarkan sesat orang-orang yang zalim dan yang suka berbuat menurut kehendaknya sendiri tanpa mengabaikan peraturan yang benar antara lain ialah mengucapkan kata-kata yang buruk yang mengajak kepada kekafiran, kemusyrikan, kemaksiatan dan sebagainya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 27
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ (27)
(Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu) yaitu kalimat tauhid itu (di dunia dan di akhirat) yaitu di alam kubur, ketika dua orang malaikat menanyakan kepadanya tentang Rabb mereka, agama mereka dan nabi mereka. Maka orang-orang yang beriman dapat menjawabnya dengan benar; demikianlah menurut keterangan yang disebutkan di dalam hadis Imam Bukhari dan Imam Muslim (dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim) yaitu orang-orang kafir; oleh sebab itu mereka tidak mendapat petunjuk untuk memberikan jawaban yang benar. Bahkan mereka hanya mengatakan, "Kami tidak tahu," demikian menurut keterangan dalam hadis (dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.)
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ (27)
Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa Dia meneguhkan orang-orang yang mukmin dengan ucapan-ucapan yang baik dan teguh baik dalam kehidupan di dunia ini maupun di akhirat. Dengan demikian ada hubungan timbal balik antara iman dan ucapan yang baik dan teguh. Iman mendorong seseorang untuk senantiasa menggunakan ucapan yang baik dan teguh. Sebaliknya ucapan yang baik itu dapat memelihara keteguhan iman seseorang.
Dalam ayat ini selanjutnya Allah swt. menegaskan, bahwa Dia membiarkan sesat orang-orang yang zalim dan yang suka berbuat menurut kehendaknya sendiri tanpa mengabaikan peraturan yang benar antara lain ialah mengucapkan kata-kata yang buruk yang mengajak kepada kekafiran, kemusyrikan, kemaksiatan dan sebagainya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 27
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ (27)
(Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu) yaitu kalimat tauhid itu (di dunia dan di akhirat) yaitu di alam kubur, ketika dua orang malaikat menanyakan kepadanya tentang Rabb mereka, agama mereka dan nabi mereka. Maka orang-orang yang beriman dapat menjawabnya dengan benar; demikianlah menurut keterangan yang disebutkan di dalam hadis Imam Bukhari dan Imam Muslim (dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim) yaitu orang-orang kafir; oleh sebab itu mereka tidak mendapat petunjuk untuk memberikan jawaban yang benar. Bahkan mereka hanya mengatakan, "Kami tidak tahu," demikian menurut keterangan dalam hadis (dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.)
28. Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah
menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah
kebinasaan?,(QS. 14:28)
Surah Ibrahim 28 - 29
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ (28) جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ (29)
Ayat ini disampaikan dalam bentuk pertanyaan. Tapi pertanyaan itu bukan maksudnya untuk dijawab melainkan hanyalah sebagai peringatan bagi kaum Muslimin agar mereka jangan sekali-kali berbuat dan bertindak seperti yang dilakukan oleh orang kafir itu. Hendaklah mereka selalu taat, tunduk dan patuh kepada perintah-perintah Allah, menghentikan semua larangan-Nya. Jika mereka ingkar kepada Allah, maka mereka pasti akan ditimpa azab di dunia dan di akhirat seperti yang ditimpakan kepada orang kafir.
Menurut Ibnu `Abbas yang dimaksud dengan "orang-orang yang telah menukar nikmat Allah" dalam ayat ini ialah orang-orang kafir Mekah. Mereka telah dianugerahi bermacam-macam nikmat yang tidak diberikan Allah kepada bangsa lain. Negeri Arab telah dijadikan sebagai tanah haram yakni tanah yang dihormati, tanah yang terjamin keamanannya, tempat berdirinya Kakbah yang dikunjungi manusia dari segala penjuru dunia setiap tahun. Allah SWT. telah mendatangkan air, makanan dan buah-buahan ke tanah yang tandus itu. Nikmat yang lebih besar lagi ialah diangkatnya Muhammad dari bangsa mereka sendiri sebagai Nabi dan Rasul penutup yang membawa agama Allah yang menjadi petunjuk dan pegangan hidup bagi seluruh manusia.
Semua nikmat yang telah dilimpahkan itu mereka ingkari. Bahkan mereka menyiksa Nabi Muhammad saw. dan kaum Muslimin, menghambat tersiarnya agama Islam. Karena itu Allah SWT. menimpakan azab dan siksa kepada mereka berupa musim kemarau yang kering dan lama, sehingga mereka banyak yang mati kelaparan. Menurut riwayat ada di antara mereka yang sampai memakan tulang karena tidak ada lagi makanan yang akan dimakan.
Menurut riwayat Ali bin Abu Talib r.a. bahwa yang dimaksud dengan orang yang telah menukar nikmat Allah itu ialah Bani Umayah dan Bani Mugirah. Bani Umayah masih bersenang-senang dalam kehidupannya, menunggu datangnya azab Allah pada waktu yang telah ditentukan-Nya. Sekali pun ada riwayat-riwayat tersebut, namun ayat ini mencakup dan ditujukan kepada seluruh manusia yang mengingkari risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir.
Allah SWT. menerangkan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dan telah menempatkan kaum mereka yang jadi pengikut-pengikut mereka di tempat yang penuh kesengsaraan, yaitu neraka Jahanam yang menyala-nyala, yang bahan bakarnya adalah batu dan manusia.
Dari ayat ini dipahami bahwa Allah SWT. memerintahkan manusia agar selalu mensyukuri nikmat-Nya dengan mengikuti perintah-perintah-Nya dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Seluruh manusia dan makhluk sangat tergantung kepada nikmat itu, baik nikmat dalam bentuk lahir maupun nikmat dalam bentuk batin atau yang tidak nampak.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 28
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ (28)
(Tidakkah kamu perhatikan) artinya melihat (orang-orang yang telah menukar nikmat Allah) yang dimaksud ialah bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya (dengan kekafiran) mereka adalah orang-orang yang kafir Quraisy (dan menjatuhkan) menyeret (kaumnya) yakni mereka menyesatkan kaumnya (ke lembah kebinasaan) ke dalam kebinasaan.
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ (28) جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ (29)
Ayat ini disampaikan dalam bentuk pertanyaan. Tapi pertanyaan itu bukan maksudnya untuk dijawab melainkan hanyalah sebagai peringatan bagi kaum Muslimin agar mereka jangan sekali-kali berbuat dan bertindak seperti yang dilakukan oleh orang kafir itu. Hendaklah mereka selalu taat, tunduk dan patuh kepada perintah-perintah Allah, menghentikan semua larangan-Nya. Jika mereka ingkar kepada Allah, maka mereka pasti akan ditimpa azab di dunia dan di akhirat seperti yang ditimpakan kepada orang kafir.
Menurut Ibnu `Abbas yang dimaksud dengan "orang-orang yang telah menukar nikmat Allah" dalam ayat ini ialah orang-orang kafir Mekah. Mereka telah dianugerahi bermacam-macam nikmat yang tidak diberikan Allah kepada bangsa lain. Negeri Arab telah dijadikan sebagai tanah haram yakni tanah yang dihormati, tanah yang terjamin keamanannya, tempat berdirinya Kakbah yang dikunjungi manusia dari segala penjuru dunia setiap tahun. Allah SWT. telah mendatangkan air, makanan dan buah-buahan ke tanah yang tandus itu. Nikmat yang lebih besar lagi ialah diangkatnya Muhammad dari bangsa mereka sendiri sebagai Nabi dan Rasul penutup yang membawa agama Allah yang menjadi petunjuk dan pegangan hidup bagi seluruh manusia.
Semua nikmat yang telah dilimpahkan itu mereka ingkari. Bahkan mereka menyiksa Nabi Muhammad saw. dan kaum Muslimin, menghambat tersiarnya agama Islam. Karena itu Allah SWT. menimpakan azab dan siksa kepada mereka berupa musim kemarau yang kering dan lama, sehingga mereka banyak yang mati kelaparan. Menurut riwayat ada di antara mereka yang sampai memakan tulang karena tidak ada lagi makanan yang akan dimakan.
Menurut riwayat Ali bin Abu Talib r.a. bahwa yang dimaksud dengan orang yang telah menukar nikmat Allah itu ialah Bani Umayah dan Bani Mugirah. Bani Umayah masih bersenang-senang dalam kehidupannya, menunggu datangnya azab Allah pada waktu yang telah ditentukan-Nya. Sekali pun ada riwayat-riwayat tersebut, namun ayat ini mencakup dan ditujukan kepada seluruh manusia yang mengingkari risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir.
Allah SWT. menerangkan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dan telah menempatkan kaum mereka yang jadi pengikut-pengikut mereka di tempat yang penuh kesengsaraan, yaitu neraka Jahanam yang menyala-nyala, yang bahan bakarnya adalah batu dan manusia.
Dari ayat ini dipahami bahwa Allah SWT. memerintahkan manusia agar selalu mensyukuri nikmat-Nya dengan mengikuti perintah-perintah-Nya dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Seluruh manusia dan makhluk sangat tergantung kepada nikmat itu, baik nikmat dalam bentuk lahir maupun nikmat dalam bentuk batin atau yang tidak nampak.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 28
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ (28)
(Tidakkah kamu perhatikan) artinya melihat (orang-orang yang telah menukar nikmat Allah) yang dimaksud ialah bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya (dengan kekafiran) mereka adalah orang-orang yang kafir Quraisy (dan menjatuhkan) menyeret (kaumnya) yakni mereka menyesatkan kaumnya (ke lembah kebinasaan) ke dalam kebinasaan.
29. Yaitu neraka Jahannam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.(QS. 14:29)
Surah Ibrahim 28 - 29
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ (28) جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ (29)
Ayat ini disampaikan dalam bentuk pertanyaan. Tapi pertanyaan itu bukan maksudnya untuk dijawab melainkan hanyalah sebagai peringatan bagi kaum Muslimin agar mereka jangan sekali-kali berbuat dan bertindak seperti yang dilakukan oleh orang kafir itu. Hendaklah mereka selalu taat, tunduk dan patuh kepada perintah-perintah Allah, menghentikan semua larangan-Nya. Jika mereka ingkar kepada Allah, maka mereka pasti akan ditimpa azab di dunia dan di akhirat seperti yang ditimpakan kepada orang kafir.
Menurut Ibnu `Abbas yang dimaksud dengan "orang-orang yang telah menukar nikmat Allah" dalam ayat ini ialah orang-orang kafir Mekah. Mereka telah dianugerahi bermacam-macam nikmat yang tidak diberikan Allah kepada bangsa lain. Negeri Arab telah dijadikan sebagai tanah haram yakni tanah yang dihormati, tanah yang terjamin keamanannya, tempat berdirinya Kakbah yang dikunjungi manusia dari segala penjuru dunia setiap tahun. Allah SWT. telah mendatangkan air, makanan dan buah-buahan ke tanah yang tandus itu. Nikmat yang lebih besar lagi ialah diangkatnya Muhammad dari bangsa mereka sendiri sebagai Nabi dan Rasul penutup yang membawa agama Allah yang menjadi petunjuk dan pegangan hidup bagi seluruh manusia.
Semua nikmat yang telah dilimpahkan itu mereka ingkari. Bahkan mereka menyiksa Nabi Muhammad saw. dan kaum Muslimin, menghambat tersiarnya agama Islam. Karena itu Allah SWT. menimpakan azab dan siksa kepada mereka berupa musim kemarau yang kering dan lama, sehingga mereka banyak yang mati kelaparan. Menurut riwayat ada di antara mereka yang sampai memakan tulang karena tidak ada lagi makanan yang akan dimakan.
Menurut riwayat Ali bin Abu Talib r.a. bahwa yang dimaksud dengan orang yang telah menukar nikmat Allah itu ialah Bani Umayah dan Bani Mugirah. Bani Umayah masih bersenang-senang dalam kehidupannya, menunggu datangnya azab Allah pada waktu yang telah ditentukan-Nya. Sekali pun ada riwayat-riwayat tersebut, namun ayat ini mencakup dan ditujukan kepada seluruh manusia yang mengingkari risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir.
Allah SWT. menerangkan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dan telah menempatkan kaum mereka yang jadi pengikut-pengikut mereka di tempat yang penuh kesengsaraan, yaitu neraka Jahanam yang menyala-nyala, yang bahan bakarnya adalah batu dan manusia.
Dari ayat ini dipahami bahwa Allah SWT. memerintahkan manusia agar selalu mensyukuri nikmat-Nya dengan mengikuti perintah-perintah-Nya dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Seluruh manusia dan makhluk sangat tergantung kepada nikmat itu, baik nikmat dalam bentuk lahir maupun nikmat dalam bentuk batin atau yang tidak nampak.
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ (28) جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ (29)
Ayat ini disampaikan dalam bentuk pertanyaan. Tapi pertanyaan itu bukan maksudnya untuk dijawab melainkan hanyalah sebagai peringatan bagi kaum Muslimin agar mereka jangan sekali-kali berbuat dan bertindak seperti yang dilakukan oleh orang kafir itu. Hendaklah mereka selalu taat, tunduk dan patuh kepada perintah-perintah Allah, menghentikan semua larangan-Nya. Jika mereka ingkar kepada Allah, maka mereka pasti akan ditimpa azab di dunia dan di akhirat seperti yang ditimpakan kepada orang kafir.
Menurut Ibnu `Abbas yang dimaksud dengan "orang-orang yang telah menukar nikmat Allah" dalam ayat ini ialah orang-orang kafir Mekah. Mereka telah dianugerahi bermacam-macam nikmat yang tidak diberikan Allah kepada bangsa lain. Negeri Arab telah dijadikan sebagai tanah haram yakni tanah yang dihormati, tanah yang terjamin keamanannya, tempat berdirinya Kakbah yang dikunjungi manusia dari segala penjuru dunia setiap tahun. Allah SWT. telah mendatangkan air, makanan dan buah-buahan ke tanah yang tandus itu. Nikmat yang lebih besar lagi ialah diangkatnya Muhammad dari bangsa mereka sendiri sebagai Nabi dan Rasul penutup yang membawa agama Allah yang menjadi petunjuk dan pegangan hidup bagi seluruh manusia.
Semua nikmat yang telah dilimpahkan itu mereka ingkari. Bahkan mereka menyiksa Nabi Muhammad saw. dan kaum Muslimin, menghambat tersiarnya agama Islam. Karena itu Allah SWT. menimpakan azab dan siksa kepada mereka berupa musim kemarau yang kering dan lama, sehingga mereka banyak yang mati kelaparan. Menurut riwayat ada di antara mereka yang sampai memakan tulang karena tidak ada lagi makanan yang akan dimakan.
Menurut riwayat Ali bin Abu Talib r.a. bahwa yang dimaksud dengan orang yang telah menukar nikmat Allah itu ialah Bani Umayah dan Bani Mugirah. Bani Umayah masih bersenang-senang dalam kehidupannya, menunggu datangnya azab Allah pada waktu yang telah ditentukan-Nya. Sekali pun ada riwayat-riwayat tersebut, namun ayat ini mencakup dan ditujukan kepada seluruh manusia yang mengingkari risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir.
Allah SWT. menerangkan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dan telah menempatkan kaum mereka yang jadi pengikut-pengikut mereka di tempat yang penuh kesengsaraan, yaitu neraka Jahanam yang menyala-nyala, yang bahan bakarnya adalah batu dan manusia.
Dari ayat ini dipahami bahwa Allah SWT. memerintahkan manusia agar selalu mensyukuri nikmat-Nya dengan mengikuti perintah-perintah-Nya dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Seluruh manusia dan makhluk sangat tergantung kepada nikmat itu, baik nikmat dalam bentuk lahir maupun nikmat dalam bentuk batin atau yang tidak nampak.
30. Orang-orang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu
bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya.
Katakanlah: `Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat
kembalimu ialah neraka`.(QS. 14:30)
Surah Ibrahim 30
وَجَعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ (30)
Ayat ini menerangkan macam tindakan yang kedua dan yang ketiga dan tindakan-tindakan yang menyebabkan Allah menimpakan kepada mereka azab yang pedih.
Sebab yang kedua ialah tindakan mempersekutukan Allah. Termasuk dalam tindakan mempersekutukan Allah ialah:
1. Mengakui bahwa Tuhan itu banyak.
2. Menyembah yang lain di samping menyembah Allah.
3. Mengakui bahwa sesuatu yang selain Allah mempunyai kekuatan dan kekuasaan seperti kekuatan dan kekuasaan Allah SWT.
Mempersekutukan Allah ini adalah kepercayaan orang-orang Arab jahiliah. Mereka mempunyai sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah. Sembahan-sembahan itu ada yang berupa patung-patung yang mereka buat di antaranya ada yang mereka tempatkan di Kakbah. Mereka percaya kepada tenung dan ramalan nasib. Jika mereka ingin melakukan sesuatu pekerjaan yang penting atau perjalanan yang jauh, mereka pergi ke Kakbah dan menyuruh penjaga Kakbah mengadakan undian. Hasil undian inilah yang menentukan apakah mereka akan melakukan pekerjaan tersebut atau perjalanan jauh itu atau tidak melakukannya.
Sebab yang ketiga ialah orang-orang kafir itu berusaha menyesatkan manusia dari jalan Allah. Mereka menghalang-halangi bahkan membunuh orang-orang yang melakukan pekerjaan atau mengikuti agama Islam.
Ketiga macam perbuatan di atas adalah perbuatan dosa besar. Karena itu Allah SWT. memerintahkan Muhammad agar menyampaikan peringatan keras-Nya kepada manusia. Jika mereka tetap ingkar, maka biarkanlah mereka berbuat sesuka hatinya, bersenang-senang, berbuat kebinasaan di muka bumi dalam waktu yang tertentu sampai Allah menimpakan azab yang keras kepada mereka.
Hal ini ditegaskan oleh firman Allah SWT.:
قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلًا إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
Artinya:
Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka."
(Q.S Az Zumar: 8)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 30
وَجَعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ (30)
(Orang-orang yang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah) tandingan-tandingan (supaya mereka menyesatkan manusia) dapat dibaca liyudhilluu dan liyadhilluu (dari jalan-Nya) yaitu agama Islam. (Katakanlah) kepada mereka ("Bersenang-senanglah kalian) dengan keduniaan kalian dalam waktu yang sedikit (karena sesungguhnya tempat kembali kalian) yaitu tempat menetap kalian (ialah neraka.")
وَجَعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ (30)
Ayat ini menerangkan macam tindakan yang kedua dan yang ketiga dan tindakan-tindakan yang menyebabkan Allah menimpakan kepada mereka azab yang pedih.
Sebab yang kedua ialah tindakan mempersekutukan Allah. Termasuk dalam tindakan mempersekutukan Allah ialah:
1. Mengakui bahwa Tuhan itu banyak.
2. Menyembah yang lain di samping menyembah Allah.
3. Mengakui bahwa sesuatu yang selain Allah mempunyai kekuatan dan kekuasaan seperti kekuatan dan kekuasaan Allah SWT.
Mempersekutukan Allah ini adalah kepercayaan orang-orang Arab jahiliah. Mereka mempunyai sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah. Sembahan-sembahan itu ada yang berupa patung-patung yang mereka buat di antaranya ada yang mereka tempatkan di Kakbah. Mereka percaya kepada tenung dan ramalan nasib. Jika mereka ingin melakukan sesuatu pekerjaan yang penting atau perjalanan yang jauh, mereka pergi ke Kakbah dan menyuruh penjaga Kakbah mengadakan undian. Hasil undian inilah yang menentukan apakah mereka akan melakukan pekerjaan tersebut atau perjalanan jauh itu atau tidak melakukannya.
Sebab yang ketiga ialah orang-orang kafir itu berusaha menyesatkan manusia dari jalan Allah. Mereka menghalang-halangi bahkan membunuh orang-orang yang melakukan pekerjaan atau mengikuti agama Islam.
Ketiga macam perbuatan di atas adalah perbuatan dosa besar. Karena itu Allah SWT. memerintahkan Muhammad agar menyampaikan peringatan keras-Nya kepada manusia. Jika mereka tetap ingkar, maka biarkanlah mereka berbuat sesuka hatinya, bersenang-senang, berbuat kebinasaan di muka bumi dalam waktu yang tertentu sampai Allah menimpakan azab yang keras kepada mereka.
Hal ini ditegaskan oleh firman Allah SWT.:
قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلًا إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
Artinya:
Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka."
(Q.S Az Zumar: 8)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Ibrahim 30
وَجَعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ (30)
(Orang-orang yang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah) tandingan-tandingan (supaya mereka menyesatkan manusia) dapat dibaca liyudhilluu dan liyadhilluu (dari jalan-Nya) yaitu agama Islam. (Katakanlah) kepada mereka ("Bersenang-senanglah kalian) dengan keduniaan kalian dalam waktu yang sedikit (karena sesungguhnya tempat kembali kalian) yaitu tempat menetap kalian (ialah neraka.")
Kembali ke Daftar Surah Kembali ke Surah Ibrahim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar