http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=4&SuratKe=16#Top
Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya,
niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk
yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang
ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka,
tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula)
mendahulukannya.(QS. 16:61)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah An Nahl 61
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ (61)
Allah SWT mengancam orang-orang musyrikin yang bergelimang dalam kelaliman. Ancaman itu ialah bahwa apabila Allah menghendaki untuk menghukum manusia karena kelaliman telah menyelubungi hati mereka, tentulah mereka akan ditumpas musnah dari permukaan bumi ini, dan tidak ada satupun yang ketinggalan, meskipun makhluk itu berupa binatang yang melata. Akan tetapi Allah tidak menghendaki yang demikian itu. Karena yang luas Allah menangguhkan siksaan-Nya kepada mereka sampai pada suatu saat yang telah ditentukan, yaitu sampai saat ajal telah merenggut mereka. Kebijaksanaan Allah menunda siksaan yang akan dijatuhkan itu dengan maksud agar mereka dapat mengubah sikap dan perbuatan mereka apakah mereka suka mengikuti dakwah Islamiyah yang disampaikan oleh rasul-Nya sehingga mereka menjadi orang yang diberi kesempatan untuk memintakan ampunan kepada Allah, dan tergolong orang-orang yang diampuni. Tetapi kalau mereka tetap bertahan pada pendirian mereka niscaya Allah akan menurunkan siksaan itu karena apabila saat yang telah ditentukan itu telah tiba waktunya akan di jatuhkan kepada mereka tentulah mereka tidak akan mempunyai kemampuan untuk mengundurkan tibanya siksaan itu barang sesaatpun, dan merekapun tidak mempunyai kesanggupan untuk mempercepat tibanya siksaan itu sehingga mereka tersiksa karena menunggu tibanya keputusan.
Pada saat demikian itu dibiarkan mereka tersiksa o1eh batin mereka sendiri disebabkan menunggu nunggu nasib yang jelek yang akan menimpa mereka.
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ (61)
Allah SWT mengancam orang-orang musyrikin yang bergelimang dalam kelaliman. Ancaman itu ialah bahwa apabila Allah menghendaki untuk menghukum manusia karena kelaliman telah menyelubungi hati mereka, tentulah mereka akan ditumpas musnah dari permukaan bumi ini, dan tidak ada satupun yang ketinggalan, meskipun makhluk itu berupa binatang yang melata. Akan tetapi Allah tidak menghendaki yang demikian itu. Karena yang luas Allah menangguhkan siksaan-Nya kepada mereka sampai pada suatu saat yang telah ditentukan, yaitu sampai saat ajal telah merenggut mereka. Kebijaksanaan Allah menunda siksaan yang akan dijatuhkan itu dengan maksud agar mereka dapat mengubah sikap dan perbuatan mereka apakah mereka suka mengikuti dakwah Islamiyah yang disampaikan oleh rasul-Nya sehingga mereka menjadi orang yang diberi kesempatan untuk memintakan ampunan kepada Allah, dan tergolong orang-orang yang diampuni. Tetapi kalau mereka tetap bertahan pada pendirian mereka niscaya Allah akan menurunkan siksaan itu karena apabila saat yang telah ditentukan itu telah tiba waktunya akan di jatuhkan kepada mereka tentulah mereka tidak akan mempunyai kemampuan untuk mengundurkan tibanya siksaan itu barang sesaatpun, dan merekapun tidak mempunyai kesanggupan untuk mempercepat tibanya siksaan itu sehingga mereka tersiksa karena menunggu tibanya keputusan.
Pada saat demikian itu dibiarkan mereka tersiksa o1eh batin mereka sendiri disebabkan menunggu nunggu nasib yang jelek yang akan menimpa mereka.
62. Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka
sendiri membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kedustaan, yaitu bahwa
sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan. Tiadalah diragukan
bahwa nerakalah bagi mereka dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan
(ke dalamnya).(QS. 16:62)
Surah An Nahl 62
وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ مَا يَكْرَهُونَ وَتَصِفُ أَلْسِنَتُهُمُ الْكَذِبَ أَنَّ لَهُمُ الْحُسْنَى لَا جَرَمَ أَنَّ لَهُمُ النَّارَ وَأَنَّهُمْ مُفْرَطُونَ (62)
Kemudian dari pada itu Allah SWT menjelaskan sekali lagi sifat-sifat musyrik yaitu mereka menganggap bahwa Allah SWT anak-anak perempuan yang mereka sendiri tidak menyukainya dan menganggap tuhan-tuhan yang lain selain Allah sebagai sembahan mereka. Juga kelancangan mereka yang berani berbuat dusta. Mereka beranggapan bahwa merekalah yang akan dapat kebaikan yaitu mereka akan mendapat akibat-akibat yang menyenangkan dari sisi Allah lantaran mereka dapat hidup memuaskan nafsu dan mencicipi kebahagiaan dunia.
Sebagai penjelasan yang dapat menguatkan penafsiran ini ialah keterangan yang di dapat dalam sebuah riwayat bahwa orang-orang musyrik itu berkata: "Apabila ucapan Muhammad tentang terjadinya hari berbangkit itu benar, maka kami telah mendapat surga yang telah Kami rasakan".
Dari keterangan ini jelas bahwa mereka benar-benar tidak mau mempercayai terjadinya hari berbangkit itu dan tidak mau menyadari kejahatan yang menyelubungi hati mereka, itu sebabnya Allah SWT menegaskan bahwa mereka tidak diragukan lagi akan menjadi penghuni neraka dan akan merasakan siksaan yang paling pedih pada saatnya yang telah ditentukan, mereka segera akan dimasukkan ke dalamnya tanpa ada penundaan lagi.
وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ مَا يَكْرَهُونَ وَتَصِفُ أَلْسِنَتُهُمُ الْكَذِبَ أَنَّ لَهُمُ الْحُسْنَى لَا جَرَمَ أَنَّ لَهُمُ النَّارَ وَأَنَّهُمْ مُفْرَطُونَ (62)
Kemudian dari pada itu Allah SWT menjelaskan sekali lagi sifat-sifat musyrik yaitu mereka menganggap bahwa Allah SWT anak-anak perempuan yang mereka sendiri tidak menyukainya dan menganggap tuhan-tuhan yang lain selain Allah sebagai sembahan mereka. Juga kelancangan mereka yang berani berbuat dusta. Mereka beranggapan bahwa merekalah yang akan dapat kebaikan yaitu mereka akan mendapat akibat-akibat yang menyenangkan dari sisi Allah lantaran mereka dapat hidup memuaskan nafsu dan mencicipi kebahagiaan dunia.
Sebagai penjelasan yang dapat menguatkan penafsiran ini ialah keterangan yang di dapat dalam sebuah riwayat bahwa orang-orang musyrik itu berkata: "Apabila ucapan Muhammad tentang terjadinya hari berbangkit itu benar, maka kami telah mendapat surga yang telah Kami rasakan".
Dari keterangan ini jelas bahwa mereka benar-benar tidak mau mempercayai terjadinya hari berbangkit itu dan tidak mau menyadari kejahatan yang menyelubungi hati mereka, itu sebabnya Allah SWT menegaskan bahwa mereka tidak diragukan lagi akan menjadi penghuni neraka dan akan merasakan siksaan yang paling pedih pada saatnya yang telah ditentukan, mereka segera akan dimasukkan ke dalamnya tanpa ada penundaan lagi.
63. Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan
menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk),
maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab
yang sangat pedih.(QS. 16:63)
Surah An Nahl 63
تَاللَّهِ لَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَهُوَ وَلِيُّهُمُ الْيَوْمَ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (63)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy itu telah pernah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya, mereka memperlakukan Nabi-nabi yang diturunkan kepada mereka seperti yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy. Di dalam ayat ini Allah SWT bersumpah atas nama-Nya bahwa Dia benar-benar telah mengutus beberapa utusan-Nya kepada umat-umat sebelum diutusnya Nabi Muhammad kepada umatnya. Para utusan itu mengajak kepada agama tauhid dan mengikhlaskan ibadat mereka kepada Allah SWT serta mendekatkan diri mereka kepada Allah. Akan tetapi umat-umat Rasul terdahulu itu telah terpesona dan tertipu oleh tipu daya setan sehingga mereka memandang baik perbuatan-perbuatan yang sebenarnya mengingkari ajaran wahyu. Itulah sebabnya pandangan nurani mereka berubah, yang semestinya mereka menilai wahyu yang disampaikan oleh Rasul-rasul itu sebagai bimbingan yang harus diikuti, ternyata mereka telah mendustakan wahyu yang disampaikan oleh Rasul serta menolak agama yang dibawa oleh para Rasul itu. Dengan demikian mereka telah terpesona oleh setan-setan bahkan mereka telah dikuasai oleh pengaruh setan-setan itu, padahal setan-setan itu tugasnya tidak lain terkecuali menyesatkan mereka dan menjauhkan mereka dari bimbingan wahyu. Maka sepantasnya apabila Allah pada akhir ayat mengancam mereka dengan siksaan yang pedih pada saat mereka dikumpulkan di hari Mahsyar dan diberi balasan di hari pembalasan, sebagaimana mestinya yaitu pada hari mereka merasakan penyesalan yang sedalam-dalamnya karena mereka telah mengetabui dengan seyakin-yakinnya bahwa tipu daya setan-setan itu sedikitpun tidak memberikan pertolongan kepada mereka seperti yang mereka angan-angankan pada saat berada di dunia.
تَاللَّهِ لَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَهُوَ وَلِيُّهُمُ الْيَوْمَ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (63)
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy itu telah pernah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya, mereka memperlakukan Nabi-nabi yang diturunkan kepada mereka seperti yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy. Di dalam ayat ini Allah SWT bersumpah atas nama-Nya bahwa Dia benar-benar telah mengutus beberapa utusan-Nya kepada umat-umat sebelum diutusnya Nabi Muhammad kepada umatnya. Para utusan itu mengajak kepada agama tauhid dan mengikhlaskan ibadat mereka kepada Allah SWT serta mendekatkan diri mereka kepada Allah. Akan tetapi umat-umat Rasul terdahulu itu telah terpesona dan tertipu oleh tipu daya setan sehingga mereka memandang baik perbuatan-perbuatan yang sebenarnya mengingkari ajaran wahyu. Itulah sebabnya pandangan nurani mereka berubah, yang semestinya mereka menilai wahyu yang disampaikan oleh Rasul-rasul itu sebagai bimbingan yang harus diikuti, ternyata mereka telah mendustakan wahyu yang disampaikan oleh Rasul serta menolak agama yang dibawa oleh para Rasul itu. Dengan demikian mereka telah terpesona oleh setan-setan bahkan mereka telah dikuasai oleh pengaruh setan-setan itu, padahal setan-setan itu tugasnya tidak lain terkecuali menyesatkan mereka dan menjauhkan mereka dari bimbingan wahyu. Maka sepantasnya apabila Allah pada akhir ayat mengancam mereka dengan siksaan yang pedih pada saat mereka dikumpulkan di hari Mahsyar dan diberi balasan di hari pembalasan, sebagaimana mestinya yaitu pada hari mereka merasakan penyesalan yang sedalam-dalamnya karena mereka telah mengetabui dengan seyakin-yakinnya bahwa tipu daya setan-setan itu sedikitpun tidak memberikan pertolongan kepada mereka seperti yang mereka angan-angankan pada saat berada di dunia.
64. Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al Kitab (Al quran)
ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang
mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman.(QS. 16:64)
Surah An Nahl 64
وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ إِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (64)
Kemudian dari pada itu Allah SWT menjelaskan bahwa Dia tidak akan menyiksa dan memberikan azab kepada mereka terkecuali setelah Allah memberikan wahyu kepada mereka dan menjelaskan alasan-alasan yang dapat membuka pikiran mereka untuk dapat menilai kebenaran bimbingan wahyu itu. Allah SWT menjelaskan bahwa Dia tiadalah menurunkan kitab kepada Nabi Muhammad saw untuk dijadikan bimbingan bagi para umatnya terkecuali agar Nabi Muhammad itu dapat menjelaskan apa yang mereka perselisihkan kepada mereka perselisihkan kepada mereka sehingga mereka dapat membedakan mana yang hak dan mana yang batil.
Untuk mencapai kepada pemikiran itu, Nabi Muhammad diberi kemampuan menegakkan dalil-dalil yang menguatkan kebenaran wahyu yang dibawanya itu.
Di samping itu, wahyu yang dibawanya itu berfungsi sebagai bimbingan yang dapat mengantarkan umatnya kepada keyakinan yang pokok, terhindar dari keyakinan yang sesat. Juga Alquran itu berfungsi sebagai rahmat Allah yang terbesar kepada hamba-Nya yang mau beriman, dan dengan Alquran mereka itu terbimbing kepada keyakinan yang benar dan mengakui kandungan Alquran yang memuat perintah dan larangan Nya yang apabila mereka mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan Nya mereka akan menjadi orang-orang yang berbahagia di dunia dan di akhirat.
وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ إِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (64)
Kemudian dari pada itu Allah SWT menjelaskan bahwa Dia tidak akan menyiksa dan memberikan azab kepada mereka terkecuali setelah Allah memberikan wahyu kepada mereka dan menjelaskan alasan-alasan yang dapat membuka pikiran mereka untuk dapat menilai kebenaran bimbingan wahyu itu. Allah SWT menjelaskan bahwa Dia tiadalah menurunkan kitab kepada Nabi Muhammad saw untuk dijadikan bimbingan bagi para umatnya terkecuali agar Nabi Muhammad itu dapat menjelaskan apa yang mereka perselisihkan kepada mereka perselisihkan kepada mereka sehingga mereka dapat membedakan mana yang hak dan mana yang batil.
Untuk mencapai kepada pemikiran itu, Nabi Muhammad diberi kemampuan menegakkan dalil-dalil yang menguatkan kebenaran wahyu yang dibawanya itu.
Di samping itu, wahyu yang dibawanya itu berfungsi sebagai bimbingan yang dapat mengantarkan umatnya kepada keyakinan yang pokok, terhindar dari keyakinan yang sesat. Juga Alquran itu berfungsi sebagai rahmat Allah yang terbesar kepada hamba-Nya yang mau beriman, dan dengan Alquran mereka itu terbimbing kepada keyakinan yang benar dan mengakui kandungan Alquran yang memuat perintah dan larangan Nya yang apabila mereka mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan Nya mereka akan menjadi orang-orang yang berbahagia di dunia dan di akhirat.
65. Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan
dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan)
bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).(QS. 16:65)
Surah An Nahl 65
وَاللَّهُ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ (65)
Allah SWT mengajak para hamba-Nya untuk memperhatikan dalil-dalil yang menunjukkan kebenaran bahwa Allah SWT itu Maha Esa dan Dialah yang berhak dipertuhan dan yang pantas disembah.
Dalam hal ini Allah menjelaskan bahwa yang berhak disembah ialah yang menurunkan hujan dari langit, yang karenanya tumbuhlah berbagai macam tanam-tanaman di permukaan bumi. Andaikan tidak ada hujan, tentulah bumi itu menjadi kering dan tandus tak mungkin ditumbuhi oleh tanam-tanaman dan rerumputan.
Hal itu menunjukkan bahwa Allah berkuasa menghidupkan bumi itu dan menyuburnya setelah tidak ada kemungkinan adanya tanda-tanda kehidupan. Orang-orang yang memperhatikan kejadian itu tentulah akan melihat adanya dalil yang jelas dan tanda yang pasti tentang keesaan Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Hal ini hanyalah dapat dilihat oleh orang-orang yang mempunyai akal dan memperhatikan kejadian itu dengan perhatian yang mendalam.
Di dalam ayat ini disebutkan bahwa turunnya hujan dari langit yang dapat menyuburkan bumi sesudah tandus sebagai tanda bagi orang-orang yang mendengarkan tanda-tanda kebenaran. Maksudnya ialah orang yang mau memperhatikan dan memikirkan tanda-tanda keesaan Tuhan itu adakalanya dengan jalan melakukan penelitian secara langsung atau mendengarkan pengalaman-pengalaman atau hasil penelitian orang lain dan orang itu dapat memahaminya sebaik-baiknya.
66. Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.(QS. 16:66)
Surah An Nahl 66
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ (66)
Sesudah itu Allah SWT meminta perhatian para hamba-Nya agar memperhatikan binatang ternak karena sesungguhnya pada binatang ternak itu terdapat pelajaran yang berharga bagi para hamba-Nya yang dapat menunjukkan kekuasaan Nya, menciptakan ciptaan yang indah. Maha Luas Rahmat Nya terhadap para hamba Nya; dan air susu binatang ternak itulah manusia mendapat minuman yang lezat rasanya, mudah dicerna dan berguna bagi kesehatan. Seseorang yang suka memperhatikan, dapat mengambil pelajaran betapa Maha Kuasanya Allah memisahkan susu yang bersih itu dari darah dan kotoran binatang. Binatang itu makan rerumputan. Dari rumput itulah sari-sari makanan diserap oleh butiran-butiran darah merah di perut besar sapi itu, sedang bagian-bagian yang tidak berguna dikeluarkan sebagai kotoran.
Kemudian dari tanah itulah dipisahkan air susu sebagai minuman yang sangat lezat mudah ditelan bagi orang yang hendak meminumnya.
67. Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.(QS. 16:67)
Surah An Nahl 65
وَاللَّهُ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ (65)
Allah SWT mengajak para hamba-Nya untuk memperhatikan dalil-dalil yang menunjukkan kebenaran bahwa Allah SWT itu Maha Esa dan Dialah yang berhak dipertuhan dan yang pantas disembah.
Dalam hal ini Allah menjelaskan bahwa yang berhak disembah ialah yang menurunkan hujan dari langit, yang karenanya tumbuhlah berbagai macam tanam-tanaman di permukaan bumi. Andaikan tidak ada hujan, tentulah bumi itu menjadi kering dan tandus tak mungkin ditumbuhi oleh tanam-tanaman dan rerumputan.
Hal itu menunjukkan bahwa Allah berkuasa menghidupkan bumi itu dan menyuburnya setelah tidak ada kemungkinan adanya tanda-tanda kehidupan. Orang-orang yang memperhatikan kejadian itu tentulah akan melihat adanya dalil yang jelas dan tanda yang pasti tentang keesaan Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Hal ini hanyalah dapat dilihat oleh orang-orang yang mempunyai akal dan memperhatikan kejadian itu dengan perhatian yang mendalam.
Di dalam ayat ini disebutkan bahwa turunnya hujan dari langit yang dapat menyuburkan bumi sesudah tandus sebagai tanda bagi orang-orang yang mendengarkan tanda-tanda kebenaran. Maksudnya ialah orang yang mau memperhatikan dan memikirkan tanda-tanda keesaan Tuhan itu adakalanya dengan jalan melakukan penelitian secara langsung atau mendengarkan pengalaman-pengalaman atau hasil penelitian orang lain dan orang itu dapat memahaminya sebaik-baiknya.
66. Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.(QS. 16:66)
Surah An Nahl 66
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ (66)
Sesudah itu Allah SWT meminta perhatian para hamba-Nya agar memperhatikan binatang ternak karena sesungguhnya pada binatang ternak itu terdapat pelajaran yang berharga bagi para hamba-Nya yang dapat menunjukkan kekuasaan Nya, menciptakan ciptaan yang indah. Maha Luas Rahmat Nya terhadap para hamba Nya; dan air susu binatang ternak itulah manusia mendapat minuman yang lezat rasanya, mudah dicerna dan berguna bagi kesehatan. Seseorang yang suka memperhatikan, dapat mengambil pelajaran betapa Maha Kuasanya Allah memisahkan susu yang bersih itu dari darah dan kotoran binatang. Binatang itu makan rerumputan. Dari rumput itulah sari-sari makanan diserap oleh butiran-butiran darah merah di perut besar sapi itu, sedang bagian-bagian yang tidak berguna dikeluarkan sebagai kotoran.
Kemudian dari tanah itulah dipisahkan air susu sebagai minuman yang sangat lezat mudah ditelan bagi orang yang hendak meminumnya.
67. Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.(QS. 16:67)
Surah An Nahl 67
وَمِنْ ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالْأَعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا حَسَنًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (67)
Dalam pada itu Allah SWT meminta perhatian para hamba Nya agar memperhatikan buah kurma dan anggur. Dari kedua buah-buahan itulah manusia dapat mengambil sarinya untuk dijadikan sakar, yaitu minuman yang tersusun dari zat gula, zat tepung dan zat asam. Sakar ini berubah-ubah bentuknya ada kalanya menjadi gula, adakalanya menjadi tepung dan adakalanya menjadi khamar, terserah kepada formulasi kimianya. Sebagai penjelas ayat, dapatlah dikemukakan sebuah riwayat dari Ibnu Abbas beliau berkata: "Sakar ialah minuman yang diharamkan yang berasal dari buah kurma dan anggur. Rezeki yang baik ialah makanan yang halal yang diambil dari kurma dan anggur seperti cuka; dan buah sala, kurma dan sale anggur.
Jadi dari kurma dan anggur itu manusia dapat mengambil sari buahnya dan dari sari-sari itu dapat diciptakan berbagai macam makanan. Di antaranya ada yang memudaratkan dan di antaranya ada yang bermanfaat, yang memudaratkan ialah apabila dari kedua jenis buah-buahan itu dibuat minuman yang memabukkan. Minuman seperti itu dilarang oleh syara', karena berbahaya bagi kesehatan mereka. Sedang makanan yang bermanfaat ialah yang tidak memabukkan seperti cuka, sari buah sale, kurma dan sale anggur.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan lagi bahwa dalam penciptaan kedua macam tumbuh-tumbuhan itu terdapat tanda-tanda yang cerah yang menunjukkan keesaan Tuhan bagi orang-orang yang mempergunakan pikirannya untuk meneliti, memperhatikan dan mengambil ibarat dari kejadian tumbuh-tumbuhan yang disebutkan dalam ayat itu.
68. Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah:` Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia`,(QS. 16:68)
Surah An Nahl 68
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ (68)
Kemudian Allah SWT meminta perhatian para hamba-Nya agar memperhatikan lebah. Allah telah memberikan instink kepada lebah sehingga mempunyai kemahiran untuk membuat sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan dari rumah-rumah yang di dirikan manusia. Seorang yang mau memperhatikan bagaimana kemahiran lebah membuat sarangnya tentulah ia akan merasa heran karena takjub. Diambilnya bahan-bahan yang serupa lilin dari seludang ikan dan bunga-bungaan kemudian dari bahan itu dibuatnya sarang-sarangnya yang sangat mengagumkan bentuknya. Sarang lebah mempunyai bentuk segi enam berangkai yang menurut para ahli struktur bangunan bahwa segi enamlah, ruang yang paling banyak membuat isi dibanding dengan segi-segi lain. Dan apabila memperhatikan dari segi bobotnya sarang lebah itu terlalu ringan untuk menahan bobot yang begitu berat yaitu madu, telur dan embrio-embrionya. Seorang yang mahir dalam ilmu bangunan akan keheran-heranan melihat perbandingan yang begini mencolok, akan tetapi kekuatannya boleh diandalkan. Hal ini menjadi bukti pula yang menunjukkan kekuasaan Allah Yang Maha Esa.
69. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.(QS. 16:69)
Surah An Nahl 69
ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (69)
Sesudah itu Allah SWT meminta perhatian para hamba-Nya agar memikirkan bagaimana Allah telah memberikan kemahiran kepada para lebah itu mengumpulkan sari makanan dari berbagai macam buah-buahan dan bagaimana pula Allah SWT memberikan ilham kepadanya sehingga lebah-lebah itu mempunyai kemampuan mengumpulkan sari-sari makanan dari buah-buahan dan diubahnya menjadi madu yang tahan dan awet tidak mudah busuk.
Cara-cara itu ditempuhnya secara turun temurun.
lebah-lebah itu mengisap sari makanan dari buah-buahan dan bunga-bungaan ke dalam perutnya dan dari perutnya pula dikeluarkan madu yang bermacam macam warnanya, menurut jenisnya dari lebah itu. Ada yang putih dan ada yang kekuning-kuningan dan ada pula yang kemerah-merahan, sesuai dengan jenis lebah itu dan tergantung pula kepada buah-buahan dan bunga-bungaan yang ada di sekitarnya.
Di antara manfaat dari madu ialah sebagai obat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Mungkin berguna sebagai ketahanan tubuh dan mungkin sebagai obat terhadap sesuatu penyakit. Hal ini dapat diterima oleh ilmu pengetahuan, karena madu itu termasuk sejenis makanan yang mudah dicerna dan banyak mengandung berbagai macam vitamin bahkan seluruh macam vitamin berada dalam madu itu. Hal ini sangat berguna bagi ketahanan tubuh sehingga menyebabkan orang tahan terhadap berbagai macam penyakit. Di samping itu pula menjadi obat bagi seseorang yang sedang ditimpa oleh sesuatu penyakit, terutama bagi orang yang diserang beberapa penyakit kekurangan vitamin.
Sebagai penjelas tentang fungsi madu ini dapatlah dibaca sebuah hadis:
إن رجلا جاء إاى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: إن أخي ستطلق بطنه فقال رسول الله: إسقه عسلا، فسقاه عسلا ثم جاءه فقال: يا رسول الله سقيته عسلا فما زاده إلا إستطلاقا. قال: إذهب فاسقه عسلا فذهب فسقاه عسلا، ثم جاء فقال: يا رسول الله ما زاده ذلك إلا استطلاقا. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: صدق الله وكذب بطن أخيك، إذهب فاسقه عسلا، فذهب فسقاه عسلا فبرئ
Artinya:
Bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw, seraya berkata: "Sesungguhnya saudaraku perutnya mulas", maka Rasulullah saw bersabda: "Minumilah ia madu", kemudian orang itu memberikan minuman madu kepada yang sakit itu, lalu datanglah orang itu kepada Rasulullah saw, seraya berkata: "Ya Rasulullah saya telah memberikannya minuman madu, tetapi hasilnya bertambah mulas': Rasulullah saw bersabda: "Pergilah dan minumi (lagi) lah ia madu", maka orang itu pergi dan memberi si sakit madu, kemudian orang itu datang lagi kepada Rasulullah saw seraya berkata: "Ya Rasulullah, hasilnya hanyalah bertambah mulas", kemudian Rasulullah bersabda: "Allah berkata benar, dan perut saudaramu berdusta, maka pergilah dan berilah saudaramu itu madu". Lalu orang itu pergi dan memberi si sakit itu madu, kemudian si sakit sembuh".
(H.R Bukhari Muslim dari Abu Sai'd Al Hudri)
Dari Hadis Nabi yang artinya:
"Obat itu ada tiga macam, mengeluarkan darah dengan cantuk, minum madu dan membakar kulit dengan api, dan saya melarang umatku membakar kulit.
(H.R Bukhari Muslim dari Ibnu 'Abbas)
Kemudian dapatlah dikemukakan beberapa faedah dari lebah sebagai berikut:
1. Madunya dapat jadikan minuman yang lezat karena banyak mengandung vitamin yang sangat berguna bagi kesehatan.
2. Malamnya dapat dibuat sebagai lilin untuk lampu untuk alat membatik dan keperluan-keperluan kerajinan lain.
3. Dapat melaksanakan penyerbukan di antara bunga-bungaan yang berumah satu ataupun yang berumah dua, di antara bunga jantan dan bunga betina.
4. Madunya juga dapat dijadikan obat-obatan baik untuk menambah ketahanan tubuh atau untuk pengobatan.
70. Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (lanjut), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.(QS. 16:70)
Surah An Nahl 70
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ ثُمَّ يَتَوَفَّاكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْ لَا يَعْلَمَ بَعْدَ عِلْمٍ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (70)
Allah SWT menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan manusia seluruhnya yang pada mulanya tidak ada. Sesudah itu Allah menentukan umumya dengan umur yang berbeda-beda. Di antara manusia ada yang mati di waktu berada dalam kandungan, ada yang mati di waktu lahir, ada yang mati di waktu kecil dan di antaranya pula ada yang mati setelah mencapai umur yang lanjut, yaitu setelah ia menjadi lemah pikirannya dan pikun. Kekuatannya menjadi lemah dan pikirannya menjadi lemah pula.
Allah SWT berfirman:
وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
Artinya:
Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian (nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?.
(Q.S Yasin: 68)
Kebanyakan orang menginginkan umur yang panjang akan tetapi tidak ada yang menginginkan ia menjadi pikun. Tersebut dalam Hadis Nabi:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يقول فى دعائه: أعوذبك من البخل والكسل وأرذل العمر وعذاب القبر وفتنة الدجال وفتنة المحيا والممات
Artinya:
Bahwa Rasulullah saw, pernah mengatakan di dalam doanya: "Aku berlindung kepada Mu ya Allah dan kebakhilan, kemalasan, lanjut usia, siksa kubur, fitnah dajjal dan fitnah di waktu hidup dan di waktu mati".
(H.R Bukhari dan Ibnu Mardawaih dari Anas bin Malik)
Dan dinukilkan pula dari Ali bin Abu Talib bahwa lanjut usia itu ialah berumur 75 tahun, dan umur ini adalah umur yang umum dan tidak terlalu panjang.
Pada saat manusia diberi umur yang lanjut, mereka itu keadaannya seperti dikembalikan pada masa bayi lagi. Mereka menjadi pikun tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Maksudnya Dialah yang mengetahui hikmah dari kejadian manusia kemudian dimatikannya. Ada yang dimatikan di waktu masih bayi dan ada yang dimatikan setelah lanjut usia. Kekuasaan Allah tidak dapat disaingi oleh siapapun juga.
71. Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?(QS. 16:71)
Surah An Nahl 71
وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ فَمَا الَّذِينَ فُضِّلُوا بِرَادِّي رِزْقِهِمْ عَلَى مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَهُمْ فِيهِ سَوَاءٌ أَفَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ (71)
Setelah Allah menjelaskan perbedaan umur manusia menyebutkan pula perbedaan rezeki yang mereka peroleh. Allah SWT menjelaskan bahwa Allah melebihkan sebagian manusia dari sebagian yang lain dalam hal rezeki. Ada di antara manusia yang kaya, dan ada pula yang fakir, ada manusia yang berkuasa sehingga dapat menguasai sumber-sumber rezeki dan ada manusia yang dikuasai dan hanya dapat memperoleh sebagian rezeki.
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan pula bahwa di antara orang-orang yang diberi rezeki yang banyak ada yang tidak mau memberikan rezekinya kepada orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya, yang semestinya mendapat bagian dari mereka. Padahal di antara orang-otang yang menguasai dan dikuasai, di antara tuan dan budak adalah sama-sama berusaha untuk mengembangkan modal, maka sepantasnyalah rezeki itu dibagikan sesuai dengan tenaga yang diberikan. Apabila orang yang berkuasa merasa berhak mendapat keuntungan karena modal yang dimiliki pada orang yang dikuasai hendaknya diberi bagian sesuai dengan tenaganya. Agar di antara orang yang berkuasa dan orang yang dikuasai sama-sama mendapat rezeki.
Di dalam ayat ini terdapat sindiran kepada orang-orang musyrikin bahwa apabila mereka itu kepada budak-budak mereka tidak mau memberikan sebagian rezeki dari mereka yang jelas telah memberikan tenaganya, dan mereka itu juga manusia yang sama mengapa mereka kepada berhala suka memberikan sebagian rezeki mereka berupa makanan dan binatang-binatang ternak. Padahal berhala-berhala itu tidak lebih kedudukannya dari budak-budak mereka.
Allah SWT berfirman:
ضَرَبَ لَكُمْ مَثَلًا مِنْ أَنْفُسِكُمْ هَلْ لَكُمْ مِنْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ مِنْ شُرَكَاءَ فِي مَا رَزَقْنَاكُمْ فَأَنْتُمْ فِيهِ سَوَاءٌ
Artinya:
Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada di antara hamba sahaya yang kamu miliki, sekutu bagimu dalam (memilih) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu, maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu.
(Q.S Ar Rum: 28)
Di akhir ayat Allah SWT mengingatkan mengapa mereka mengingkari nikmat Allah, yaitu karena mereka tidak mau mensyukuri nikmat itu, mengingkari bimbingan Allah yang menuntun mereka ke jalan yang benar, dan bahkan mereka menyekutukan tuhan-tuhan yang lain kepada Allah.
72. Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?`(QS. 16:72)
Surah An Nahl 72
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ (72)
Kemudian dari pada itu Allah SWT menjelaskan nikmat Allah yang lain dan nikmat-nikmat yang telah diterima oleh hamba-Nya, agar manusia dapat memperhatikan keluasan nikmat-Nya. Allah SWT telah menciptakan istri-istri untuk mereka dari jenis mereka pula, dengan adanya istri-istri itu manusia dapat bekerja sama dalam membina kemaslahatan bersama dan mengurus kehidupan bersama. Dan dari istri-istri itu pula Allah memberikan keturunan sebagai biji mata dan kesayangan yang dapat membahagiakan kehidupan mereka di dunia dan menjadi kebanggaan sebagai pelanjut keturunan. Kemudian Allah menjelaskan pula bahwa Dialah yang telah memberikan rezeki kepada mereka dari jenis makanan dan minuman yang lezat-lezat, pakaian yang dapat melindungi kulit dari udara dingin dan tempat yang dapat melindungi dari teriknya matahari dan tirisnya hujan.
Di akhir ayat Allah SWT mencela orang-orang musyirikin karena mereka itu mempercayai kebatilan yaitu menyembah berhala-berhala yang dipersekutukan kepada Allah. Padahal berhala-berhala itu sudah jelas sedikitpun tidak memberikan manfaat dan tidak pula menolak mudarat. Sedangkan kepada nikmat Allah yang telah jelas manfaatnya dan telah mereka rasakan mereka mengingkari, seperti tindakan mereka memberikan sebagian rezeki sebagai korban kepada berhala-berhala mereka.
73. Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit juapun).(QS. 16:73)
Surah An Nahl 73
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ شَيْئًا وَلَا يَسْتَطِيعُونَ (73)
Kemudian dari pada itu Allah SWT menjelaskan pengingkaran orang-orang musyrikin dan kejahatan mereka, yaitu mereka telah menyembah kepada patung-patung itu tidak mampu menurunkan hujan dari langit dan tidak berkuasa untuk menumbuhkan tanaman dari bumi. Patung-patung itu tidak mempunyai kekuasaan apapun kepada mereka bahkan kepada dirinya sendiri tidak mengetahui, karena patung-patung itu adalah benda mati bahkan patung adalah ciptaan Allah. Maka patung-patung tidak mungkin di harapkan untuk memberikan nikmat apapun juga kepada mereka seperti tidak mampunyai untuk mendatangkan mudarat kepada mereka. Bahkan seandainya patung-patung itu dirusak dan dimusnahkan patung itu tidak dapat berbuat apa-apa.
74. Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.(QS. 16:74)
Surah An Nahl 74
فَلَا تَضْرِبُوا لِلَّهِ الْأَمْثَالَ إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (74)
Sesudah itu Allah SWT melarang hamba Nya menyamakan sifat-sifat Allah itu dengan makhluk-Nya, karena sifat-sifat Allah itu tidak dapat disamai dan ditandingi. Sebagai penegas pengertian ayat ini dapat dikemukakan sebuah riwayat dari Ibnu Munzir dan Abu Hatim dari Ibnu Abbas: "Bahwa Ibnu Abbas berkata mengenai ayat itu: Makanya jangan kamu beranggapan adanya tuhan-tuhan lain selain Aku, karena sesungguhnya tidak ada tuhan selain Aku.
Kemudian Allah SWT menegaskan bahwa Allah Maha Mengetahui segala yang ada di langit dan di bumi termasuk pula benda-benda penyusunnya, maka Dia mengetahui pula kejahatan yang dilakukan oleh makhluk-Nya dan Dia pulalah yang berkuasa untuk menghukum mereka itu dengan siksaan yang pedih, sedangkan hamba-hamba Allah itu tidak mengetahui sedikitpun siksaan yang harus mereka rasakan.
75. Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui.(QS. 16:75)
Surah An Nahl 75
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا عَبْدًا مَمْلُوكًا لَا يَقْدِرُ عَلَى شَيْءٍ وَمَنْ رَزَقْنَاهُ مِنَّا رِزْقًا حَسَنًا فَهُوَ يُنْفِقُ مِنْهُ سِرًّا وَجَهْرًا هَلْ يَسْتَوُونَ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (75)
Dalam ayat ini Allah SWT membuat suatu perumpamaan tentang orang-orang musyrik sehubungan dengan kepercayaan mereka yang mempersamakan kedudukan sembahan mereka yang berupa patung dan berhala dengan Allah Yang Maha Sempurna.
Kekeliruan dan kebatilan kepercayaan mereka itu sama halnya dengan kekeliruan dari orang-orang yang mempersamakan seorang budak sahaya yang tidak memiliki hak apapun dan tak punya kuasa apa-apa sedangkan orang merdeka punya hak untuk memiliki harta kekayaan dan mendaya gunakan harta itu. Dia nafkahkan hartanya itu menurut keinginannya, baik secara sembunyi sembunyi ataupun terang-terangan.
Samakah antara kedua orang itu? Sangatlah jelas perbedaan keduanya. Setiap orang dengan segera mengetahui antara keduanya jauh berbeda baik dalam kemuliaannya, kekuasaanya, ataupun keluhurannya. Hanya orang yang buta dan tidak waras pikirannya, mempersamakan antara budak sahaya dengan orang-orang merdeka. Demikian itulah orang-orang musyrik. Mereka jadikan benda benda mati itu tempat memanjatkan doa dan menggantungkan harapan. Alangkah jauhnya kesesatan mereka itu, Tuhan pencipta alam semesta mereka persamakan dengan makhluk yang rendah.
Segala puji hanyalah kepada Allah SWT. Dialah yang paling berhak untuk menerima segala macam pujian karena Dialah yang mulia, sempurna yang hanya pada Nya segala sifat-sifat terpuji. Kepada Nya lah menyebutkan pujian, tidak kepada selain Nya, tidak kepada patung-patung dan berhala-berhala. Sembahan-sembahan selain Allah, tidak ada yang patut menerima pujian. Tetapi manusia banyak juga yang tidak mengetahui bahwasanya segala sifat kesempurnaan hanyalah kepada Allah SWT.
Karena kejahilan mereka itu, mereka memandang sifat kesempurnaan ada pula pada selain Allah yaitu mereka menjadikan makhluk tuhan itu sebagai pujaan atau sembahan.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 75
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا عَبْدًا مَمْلُوكًا لَا يَقْدِرُ عَلَى شَيْءٍ وَمَنْ رَزَقْنَاهُ مِنَّا رِزْقًا حَسَنًا فَهُوَ يُنْفِقُ مِنْهُ سِرًّا وَجَهْرًا هَلْ يَسْتَوُونَ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (75)
(Allah membuat perumpamaan) lafal matsalan ini kemudian dijelaskan oleh badalnya yaitu (dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki) lafal mamlukan ini berkedudukan menjadi sifat dari lafal `abdan, dimaksud untuk membedakannya dari manusia yang merdeka, karena manusia yang merdeka disebutkan dengan istilah Abdullaah atau hamba Allah (yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatu) karena ia tidak memiliki apa pun (dan seorang) lafal man di sini nakirah maushufah, artinya seorang yang merdeka, bukan hamba sahaya (yang Kami beri rezeki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezeki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan) artinya dia menafkahkannya sekehendak hatinya. Misal yang pertama untuk menggambarkan tentang berhala dan misal yang kedua untuk menggambarkan tentang Allah swt. (adakah mereka itu sama?) antara hamba sahaya dan orang merdeka yang bebas dalam bertindak; tentu saja tidak. (Segala puji bagi Allah) semata (tetapi kebanyakan mereka) yakni penduduk kota Mekah (tidak mengetahui) apa yang bakal menimpa mereka kelak yaitu berupa azab, yang karena ketidaktahuan mereka itu akhirnya mereka menyekutukan Allah swt.
76. Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: Dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?(QS. 16:76)
Surah An Nahl 76
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا أَبْكَمُ لَا يَقْدِرُ عَلَى شَيْءٍ وَهُوَ كَلٌّ عَلَى مَوْلَاهُ أَيْنَمَا يُوَجِّهْهُ لَا يَأْتِ بِخَيْرٍ هَلْ يَسْتَوِي هُوَ وَمَنْ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَهُوَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (76)
Seperti halnya ayat yang lalu, maka pada ayat ini Allah SWT menjelaskan lagi perumpamaan orang-orang musyrik dengan bentuk yang lebih jelas mengenai kepercayaan mereka kepada patung sembahan mereks Allah SWT mengambil perumpamaan dua orang laki-laki. Yang satu seorang laki yang bisu, bodoh tidak mengerti apa-apa dan seorang lagi ialah laki-laki yang mampu berbicara, lagi cakap. Laki-laki yang pertama itu diumpamakan untuk patung sembahan orang-orang musyrik, sedang laki-laki yang kedua diumpamakan untuk Tuhan. Patutkah dipersamakan antara dua orang laki-laki itu? Jika hal demikian tidak patut, maka lebih tidak patut lagi mempersamakan antara patung dengan Tuhan.
Allah SWT dalam ayat ini menerangkan sifat-sifat persamaan antara patung dengan orang yang bisu yang bukan saja tidak memiliki kemampuan berbicara, tetapi juga tidak memiliki kemampuan batin. Dia tidak mengerti maksud orang lain, dan juga orang lain tidak dapat memahami maksudnya. Karena itu dia tidak dapat menyelesaikan urusannya sendiri apalagi urusan orang lain. Dia hanya jadi beban orang lain. Di manapun dia ditempatkan dan tugas apapun yang diberikan kepadanya tentulah tidak mendatangkan hasil yang baik.
Menurut keterangan Ibnu Abbas, laki-laki bisu yang dijadikan misal dalam ayat ini ialah seorang budak Usman bin Affan yang telah beliau merdekakan tetapi masih dalam pemeliharaannya. Bekas budak ini menolak agama Islam. Keadaannya bisu, tuli dan bodoh, sebab itu sepenuhnya dia bergantung kepada tuannya. Seperti demikian itu pula patung-patung sembahan musyrikin itu. Dia bisu dan tuli di mana saja patung-patung diletakkan walaupun dalam gedung yang megah, tetapi dia tidak mendatangkan kebaikan kepada pemujanya.
Laki-laki yang sempurna panca inderanya itu, menurut Ibnu Abbas, ialah Usman bin Affan. Allah menjadikan perumpamaan untuk Allah SWT laki-laki itu menyeru manusia berbuat adil dan selalu berada di jalan yang lurus dan di dalam agama yang benar.
Sifat-sifat demikian adalah gambaran dari sifat Allah SWT dengan Ke Maha Sucian dan kesempurnaan-Nya dari sifat-sifat manusia.
Sifat Allah SWT "Menyeru kepada keadilan atau kebenaran" mengandung pengertian bahwasannya Dia mengetahui tentang keadilan dan kebenaran itu serta mengajarkannya lagi menyukai keadilan dan kebenran serta mengajarkannya lagi menyukai keadilan dan memerintahkan kepada hamba Nya agar agar bersifat adil. Dia mencintai orang-orang yang berbuat dan bersifat adil dan tidaklah Dia memerintahkan hamba Nya selain menjunjung keadilan. Bahkan Allah SWT Maha Suci dari sifat-sifat yang berlawanan dengan keadilan itu seperti bersifat zalim, aniaya, jahil dan bakhil. Semua perintah dan syariatnya adil seluruhnya. Mereka yang bersifta dan berbuat adil itulah kekasih dan wali-wali Allah. Mereka hidup di sisi Allah dan di bawah cahaya Nya.
Sifat Allah SWT, "di jalan yang lurus" mengandung pengertian bahwa tiadalah Allah memfirmankan sesuatu selain kebenaran, tiadalah Dia memerintahkan selain keadilan dan tidaklah Dia mengadakan sesuatu, selain untuk kemaslahatan, rahmat, hikmah dan keadilan. Allah selalu di atas kebenaran pada perkataan dan perbuatannya.
Maka Dia tidak menjatuhkan hukuman dengan zalim kepada hamba Nya, tidaklah menyiksa tanpa dosa yang dilakukan hamba itu, tidak pula mengurangi sedikitpun kebaikan yang diperbuatnya tidak membebankan dosa orang lain, kepada seseorang atau menyiksanya. Tiada suatu tindakan dan perbuatan dari Allah tanpa mengandung pujian terhadap Nya. Dan segala perbuatan itu berakhir dengan kebaikan dan mencapai tujuannya. Semua itu disebabkan Allah selalu berada dalam keadaan yang lurus.
77. Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. 16:77)
Surah An Nahl 77
وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا أَمْرُ السَّاعَةِ إِلَّا كَلَمْحِ الْبَصَرِ أَوْ هُوَ أَقْرَبُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (77)
Dalam ayat ini Allah SWT menyatakan kesempurnaan ilmu Nya tentang hal-hal yang gaib dan ke Maha Kuasaan-Nya di antara hal yang gaib itu, ialah segala yang berada di luar jangkauan indra dan akal pikiran manusia baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Hanyalah Allah SWT sendiri yang memiliki pengetahuan apa yang ada di luar alam nyata ini.
Meskipun pengetahuan umat manusia pada zaman sekarang sangat luas tentang angkasa luar dan keadaan bumi, namun yang belum mereka ketahui jauh lebih besar dari apa yang sudah mereka ketahui. Ketika manusia sampai ke bulan, masih terbentang di muka mereka kegaiban dan kerahasiaan yang di planet Mars, Venus dan lain-lainnya. Padahal planet-planet tersebut bagaikan beberapa butir pasir di tengah sahara yang luas jika dibanding dengan keluasan alam semesta ini.
Demikian pula mengenai kegaiban dan kerahasiaan dalam bumi ini. Tak seorangpun sarjana geologi dapat mengatakan kapan terjadinya gempa bumi, atau meletusnya gunung berapi. Bahkan tentang kegaiban dan kerahasiaan yang ada pada diri manusia masih tetap tersembunyi walaupun sejak berabad-abad para ahli dalam bidangnya memikirkannya. Tak seorangpun yang dapat memastikan apa yang akan dialami besok, hari kapankah kematian datang kepadanya, di manakah dia akan dikuburkan, semuanya itu soal yang gaib bagi manusia. Tetapi adalah suatu rahmat Tuhan yang besar bagi manusia bahwa mereka tidak mengetahui apa yang bakal terjadi pada dirinya besok atau lusa. Sehingga mereka harus merenungkan dirinya besok atau lusa. Sehingga mereka harus merenungkan dirinya dan memikirkan kemungkinan-kemungkinan, lalu menyusun rencana tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan mereka.
Hari kiamat termasuk pula hal gaib. Allah SWT menyebutkan secara khusus perkara hari kiamat itu, karena masalah hari kiamat itu banyak mendapat sangkalan dan sanggahan pada setiap zaman dan pada setiap bangsa. Bahkan banyak orang yang mengingkarinya, dan menyatakan sebagai suatu hal yang tidak mungkin terjadi.
Allah SWT merahasiakan waktunya, agar manusia tidak menghentikan kegiatan hidupnya. Seharusnya manusia tidaklah perlu memikirkan kapan hari kiamat itu terjadi. Sebab hal itu adalah urusan Tuhan, yang pokok bagi mereka menyelaraskan hidup mereka dengan petunjuk-petunjuk yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Perkara hari kiamat bagi Allah SWT sangatlah mudah. Kecepatan waktu peristiwa itu berlangsung secepat kerlipan mata atau lebih dekat daripada itu. Kecepatan ini menurut waktu yang digambarkan oleh hitungan manusia. Pengurusan Allah terhadap alam semesta ini sesungguhnya tidak dapat dihubungkan dengan ruang dan waktu. Mudahkah atau sukar, cepat atau lambat, itu adalah ukuran dari segi manusia. Allah sesungguhnya sangat kuasa atas segala perkara. Bila Allah berkehendak atas sesuatu Diapun berfirman: "kun" (adalah) maka terciptalah suatu itu. Tidak suatupun yang dapat menghalangi kehendak Nya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 77
وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا أَمْرُ السَّاعَةِ إِلَّا كَلَمْحِ الْبَصَرِ أَوْ هُوَ أَقْرَبُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (77)
(Dan kepunyaan Allahlah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi) artinya Allah mengetahui semua yang gaib pada keduanya (Tidak adalah kejadian kiamat itu melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat lagi) karena hal itu berlangsung hanya dengan kalimat kun terjadilah ia. (Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.)
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(QS. 16:78)
Surah An Nahl 78
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (78)
Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan kegaiban dan keajaiban yang amat dekat pada manusia. Manusia mengetahui fase-fase pertumbuhan janin, tetapi mereka tidak mengetahui bagaimana jalannya proses perkembangan janin yang terjadi dalam rahim itu sehingga mencapai kesempurnaan. Yakni sejak dari dua sel organism (sel hidup) yang lebur menjadi manusia baru yang membawa sifat-sifat kedua orang tuanya dan leluhurnya. Dalam proses kejadian ini terdapat rahasia hidup tersembunyi. Sesudah mencapai kesempurnaan, Allah mengeluarkan manusia itu dari rahim ibu, pada waktu itu dia tidak mengetahui apa-apa. Tetapi sewaktu masih dalam rahim, Allah SWT menganugerahkan kesediaan-kesediaan (bakat) dan kemampuan pada diri manusia, seperti bakat berpikir, berbahagia, mengindra dan lain sebagainya. Setelah manusia itu lahir, dengan hidayah Allah segala bakat-bakat itu berkembang. Akalnya dapat memikirkan tentang kebaikan, kejahatan, kebenaran dan kesalahan, hak dan batal. Dan dengan bakat pendengaran dan penglihatan yang telah berkembang itu manusia mengenali dunia sekitarnya dan mempertahankan hidupnya serta mengadakan hubungan sesama manusia. Dan dengan perantaraan akal dan indra itu pengalaman dari pengetahuan manusia dari hari ke hari semakin bertambah dan berkembang. Kesemuanya itu merupakan rahmat dan anugerah Tuhan kepada manusia yang tidak terhingga. Karena itu seharusnyalah mereka bersyukur kepada Nya:
Pertama: dengan pengakuan iman kepada keesaan-Nya, tidak menyekutukan kepada selain Nya.
Kedua: Mempergunakan segala nikmat Tuhan itu untuk beribadah dan patuh kepada Nya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 78
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (78)
(Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun) jumlah kalimat laa ta'lamuuna syaian berkedudukan menjadi hal atau kalimat keterangan (dan Dia memberi kalian pendengaran) lafal as-sam'u bermakna jamak sekali pun lafalnya mufrad (penglihatan dan hati) kalbu (agar kalian bersyukur) kepada-Nya atas hal-hal tersebut, oleh karenanya kalian beriman kepada-Nya.
79. Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain dari Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.(QS. 16:79)
Surah An Nahl 79
أَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرَاتٍ فِي جَوِّ السَّمَاءِ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (79)
Suatu keajaiban lainnya yang disaksikan sehari hari oleh manusia, dikemukakan Allah dalam ayat ini, untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Keindahan pemandangan sewaktu burung-burung beterbangan di udara, melayang-layang, kadang-kadang seperti terapung-apung dipermainkan angin adalah pemandangan yang sangat mengesankan ke dalam jiwa orang-orang beriman tentang kebesaran dan keagungan Tuhan.
Hati orang beriman seperti hati penyair. Dia selalu terpesona terhadap keindahan makhluk dan kejadiannya. Keindahan itu menggetarkan perasaan dan menyentuh hati nuraninya. Seorang mukmin itu mengungkapkan perasaannya terhadap keindahan alam ini dengan iman, ibadah dan mengucapkan tasbih kepada Tuhan. Jika seorang mukmin itu mempunyai bakat pengarang/penyair maka dia akan mengungkapkan perasaannya dengan bahasa atau gubahan kata-kata yang indah tentang keindahan dan kebesaran alam dan khaliknya, dan tidak dapat diungkapkan oleh seorang penyair yang hatinya tidak pernah disentuh oleh kelezatan iman. Orang yang beriman melihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Tuhan dikemudahan burung terbang di udara itu.
Allah menahan burung-burung itu sehingga tidak jatuh ke bumi dengan menetapkan hukum alam pada kejadian burung dan alam sekitarnya. Allah menetapkan kejadian burung ringan dan mampu terbang sehingga dia dapat melepaskan berat badannya dari daya tarik bumi. Allah pun juga menetapkan keadaan hawa dan udara yang sesuai dengan burung itu. Bulu burung yang tebal menyebabkan daya tarik bumi kepadanya lemah dan angin yang berhembus di udara memudahkan burung itu terbang melayang-layang. Maha Besar Allah lagi Maha Bijaksana.
80. Dan menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)-nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).(QS. 16:80)
وَمِنْ ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالْأَعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا حَسَنًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (67)
Dalam pada itu Allah SWT meminta perhatian para hamba Nya agar memperhatikan buah kurma dan anggur. Dari kedua buah-buahan itulah manusia dapat mengambil sarinya untuk dijadikan sakar, yaitu minuman yang tersusun dari zat gula, zat tepung dan zat asam. Sakar ini berubah-ubah bentuknya ada kalanya menjadi gula, adakalanya menjadi tepung dan adakalanya menjadi khamar, terserah kepada formulasi kimianya. Sebagai penjelas ayat, dapatlah dikemukakan sebuah riwayat dari Ibnu Abbas beliau berkata: "Sakar ialah minuman yang diharamkan yang berasal dari buah kurma dan anggur. Rezeki yang baik ialah makanan yang halal yang diambil dari kurma dan anggur seperti cuka; dan buah sala, kurma dan sale anggur.
Jadi dari kurma dan anggur itu manusia dapat mengambil sari buahnya dan dari sari-sari itu dapat diciptakan berbagai macam makanan. Di antaranya ada yang memudaratkan dan di antaranya ada yang bermanfaat, yang memudaratkan ialah apabila dari kedua jenis buah-buahan itu dibuat minuman yang memabukkan. Minuman seperti itu dilarang oleh syara', karena berbahaya bagi kesehatan mereka. Sedang makanan yang bermanfaat ialah yang tidak memabukkan seperti cuka, sari buah sale, kurma dan sale anggur.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan lagi bahwa dalam penciptaan kedua macam tumbuh-tumbuhan itu terdapat tanda-tanda yang cerah yang menunjukkan keesaan Tuhan bagi orang-orang yang mempergunakan pikirannya untuk meneliti, memperhatikan dan mengambil ibarat dari kejadian tumbuh-tumbuhan yang disebutkan dalam ayat itu.
68. Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah:` Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia`,(QS. 16:68)
Surah An Nahl 68
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ (68)
Kemudian Allah SWT meminta perhatian para hamba-Nya agar memperhatikan lebah. Allah telah memberikan instink kepada lebah sehingga mempunyai kemahiran untuk membuat sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan dari rumah-rumah yang di dirikan manusia. Seorang yang mau memperhatikan bagaimana kemahiran lebah membuat sarangnya tentulah ia akan merasa heran karena takjub. Diambilnya bahan-bahan yang serupa lilin dari seludang ikan dan bunga-bungaan kemudian dari bahan itu dibuatnya sarang-sarangnya yang sangat mengagumkan bentuknya. Sarang lebah mempunyai bentuk segi enam berangkai yang menurut para ahli struktur bangunan bahwa segi enamlah, ruang yang paling banyak membuat isi dibanding dengan segi-segi lain. Dan apabila memperhatikan dari segi bobotnya sarang lebah itu terlalu ringan untuk menahan bobot yang begitu berat yaitu madu, telur dan embrio-embrionya. Seorang yang mahir dalam ilmu bangunan akan keheran-heranan melihat perbandingan yang begini mencolok, akan tetapi kekuatannya boleh diandalkan. Hal ini menjadi bukti pula yang menunjukkan kekuasaan Allah Yang Maha Esa.
69. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.(QS. 16:69)
Surah An Nahl 69
ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (69)
Sesudah itu Allah SWT meminta perhatian para hamba-Nya agar memikirkan bagaimana Allah telah memberikan kemahiran kepada para lebah itu mengumpulkan sari makanan dari berbagai macam buah-buahan dan bagaimana pula Allah SWT memberikan ilham kepadanya sehingga lebah-lebah itu mempunyai kemampuan mengumpulkan sari-sari makanan dari buah-buahan dan diubahnya menjadi madu yang tahan dan awet tidak mudah busuk.
Cara-cara itu ditempuhnya secara turun temurun.
lebah-lebah itu mengisap sari makanan dari buah-buahan dan bunga-bungaan ke dalam perutnya dan dari perutnya pula dikeluarkan madu yang bermacam macam warnanya, menurut jenisnya dari lebah itu. Ada yang putih dan ada yang kekuning-kuningan dan ada pula yang kemerah-merahan, sesuai dengan jenis lebah itu dan tergantung pula kepada buah-buahan dan bunga-bungaan yang ada di sekitarnya.
Di antara manfaat dari madu ialah sebagai obat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Mungkin berguna sebagai ketahanan tubuh dan mungkin sebagai obat terhadap sesuatu penyakit. Hal ini dapat diterima oleh ilmu pengetahuan, karena madu itu termasuk sejenis makanan yang mudah dicerna dan banyak mengandung berbagai macam vitamin bahkan seluruh macam vitamin berada dalam madu itu. Hal ini sangat berguna bagi ketahanan tubuh sehingga menyebabkan orang tahan terhadap berbagai macam penyakit. Di samping itu pula menjadi obat bagi seseorang yang sedang ditimpa oleh sesuatu penyakit, terutama bagi orang yang diserang beberapa penyakit kekurangan vitamin.
Sebagai penjelas tentang fungsi madu ini dapatlah dibaca sebuah hadis:
إن رجلا جاء إاى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: إن أخي ستطلق بطنه فقال رسول الله: إسقه عسلا، فسقاه عسلا ثم جاءه فقال: يا رسول الله سقيته عسلا فما زاده إلا إستطلاقا. قال: إذهب فاسقه عسلا فذهب فسقاه عسلا، ثم جاء فقال: يا رسول الله ما زاده ذلك إلا استطلاقا. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: صدق الله وكذب بطن أخيك، إذهب فاسقه عسلا، فذهب فسقاه عسلا فبرئ
Artinya:
Bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw, seraya berkata: "Sesungguhnya saudaraku perutnya mulas", maka Rasulullah saw bersabda: "Minumilah ia madu", kemudian orang itu memberikan minuman madu kepada yang sakit itu, lalu datanglah orang itu kepada Rasulullah saw, seraya berkata: "Ya Rasulullah saya telah memberikannya minuman madu, tetapi hasilnya bertambah mulas': Rasulullah saw bersabda: "Pergilah dan minumi (lagi) lah ia madu", maka orang itu pergi dan memberi si sakit madu, kemudian orang itu datang lagi kepada Rasulullah saw seraya berkata: "Ya Rasulullah, hasilnya hanyalah bertambah mulas", kemudian Rasulullah bersabda: "Allah berkata benar, dan perut saudaramu berdusta, maka pergilah dan berilah saudaramu itu madu". Lalu orang itu pergi dan memberi si sakit itu madu, kemudian si sakit sembuh".
(H.R Bukhari Muslim dari Abu Sai'd Al Hudri)
Dari Hadis Nabi yang artinya:
"Obat itu ada tiga macam, mengeluarkan darah dengan cantuk, minum madu dan membakar kulit dengan api, dan saya melarang umatku membakar kulit.
(H.R Bukhari Muslim dari Ibnu 'Abbas)
Kemudian dapatlah dikemukakan beberapa faedah dari lebah sebagai berikut:
1. Madunya dapat jadikan minuman yang lezat karena banyak mengandung vitamin yang sangat berguna bagi kesehatan.
2. Malamnya dapat dibuat sebagai lilin untuk lampu untuk alat membatik dan keperluan-keperluan kerajinan lain.
3. Dapat melaksanakan penyerbukan di antara bunga-bungaan yang berumah satu ataupun yang berumah dua, di antara bunga jantan dan bunga betina.
4. Madunya juga dapat dijadikan obat-obatan baik untuk menambah ketahanan tubuh atau untuk pengobatan.
70. Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (lanjut), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.(QS. 16:70)
Surah An Nahl 70
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ ثُمَّ يَتَوَفَّاكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْ لَا يَعْلَمَ بَعْدَ عِلْمٍ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (70)
Allah SWT menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan manusia seluruhnya yang pada mulanya tidak ada. Sesudah itu Allah menentukan umumya dengan umur yang berbeda-beda. Di antara manusia ada yang mati di waktu berada dalam kandungan, ada yang mati di waktu lahir, ada yang mati di waktu kecil dan di antaranya pula ada yang mati setelah mencapai umur yang lanjut, yaitu setelah ia menjadi lemah pikirannya dan pikun. Kekuatannya menjadi lemah dan pikirannya menjadi lemah pula.
Allah SWT berfirman:
وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
Artinya:
Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian (nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?.
(Q.S Yasin: 68)
Kebanyakan orang menginginkan umur yang panjang akan tetapi tidak ada yang menginginkan ia menjadi pikun. Tersebut dalam Hadis Nabi:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يقول فى دعائه: أعوذبك من البخل والكسل وأرذل العمر وعذاب القبر وفتنة الدجال وفتنة المحيا والممات
Artinya:
Bahwa Rasulullah saw, pernah mengatakan di dalam doanya: "Aku berlindung kepada Mu ya Allah dan kebakhilan, kemalasan, lanjut usia, siksa kubur, fitnah dajjal dan fitnah di waktu hidup dan di waktu mati".
(H.R Bukhari dan Ibnu Mardawaih dari Anas bin Malik)
Dan dinukilkan pula dari Ali bin Abu Talib bahwa lanjut usia itu ialah berumur 75 tahun, dan umur ini adalah umur yang umum dan tidak terlalu panjang.
Pada saat manusia diberi umur yang lanjut, mereka itu keadaannya seperti dikembalikan pada masa bayi lagi. Mereka menjadi pikun tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya.
Di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Maksudnya Dialah yang mengetahui hikmah dari kejadian manusia kemudian dimatikannya. Ada yang dimatikan di waktu masih bayi dan ada yang dimatikan setelah lanjut usia. Kekuasaan Allah tidak dapat disaingi oleh siapapun juga.
71. Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?(QS. 16:71)
Surah An Nahl 71
وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ فَمَا الَّذِينَ فُضِّلُوا بِرَادِّي رِزْقِهِمْ عَلَى مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَهُمْ فِيهِ سَوَاءٌ أَفَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ (71)
Setelah Allah menjelaskan perbedaan umur manusia menyebutkan pula perbedaan rezeki yang mereka peroleh. Allah SWT menjelaskan bahwa Allah melebihkan sebagian manusia dari sebagian yang lain dalam hal rezeki. Ada di antara manusia yang kaya, dan ada pula yang fakir, ada manusia yang berkuasa sehingga dapat menguasai sumber-sumber rezeki dan ada manusia yang dikuasai dan hanya dapat memperoleh sebagian rezeki.
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan pula bahwa di antara orang-orang yang diberi rezeki yang banyak ada yang tidak mau memberikan rezekinya kepada orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya, yang semestinya mendapat bagian dari mereka. Padahal di antara orang-otang yang menguasai dan dikuasai, di antara tuan dan budak adalah sama-sama berusaha untuk mengembangkan modal, maka sepantasnyalah rezeki itu dibagikan sesuai dengan tenaga yang diberikan. Apabila orang yang berkuasa merasa berhak mendapat keuntungan karena modal yang dimiliki pada orang yang dikuasai hendaknya diberi bagian sesuai dengan tenaganya. Agar di antara orang yang berkuasa dan orang yang dikuasai sama-sama mendapat rezeki.
Di dalam ayat ini terdapat sindiran kepada orang-orang musyrikin bahwa apabila mereka itu kepada budak-budak mereka tidak mau memberikan sebagian rezeki dari mereka yang jelas telah memberikan tenaganya, dan mereka itu juga manusia yang sama mengapa mereka kepada berhala suka memberikan sebagian rezeki mereka berupa makanan dan binatang-binatang ternak. Padahal berhala-berhala itu tidak lebih kedudukannya dari budak-budak mereka.
Allah SWT berfirman:
ضَرَبَ لَكُمْ مَثَلًا مِنْ أَنْفُسِكُمْ هَلْ لَكُمْ مِنْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ مِنْ شُرَكَاءَ فِي مَا رَزَقْنَاكُمْ فَأَنْتُمْ فِيهِ سَوَاءٌ
Artinya:
Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada di antara hamba sahaya yang kamu miliki, sekutu bagimu dalam (memilih) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu, maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu.
(Q.S Ar Rum: 28)
Di akhir ayat Allah SWT mengingatkan mengapa mereka mengingkari nikmat Allah, yaitu karena mereka tidak mau mensyukuri nikmat itu, mengingkari bimbingan Allah yang menuntun mereka ke jalan yang benar, dan bahkan mereka menyekutukan tuhan-tuhan yang lain kepada Allah.
72. Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?`(QS. 16:72)
Surah An Nahl 72
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ (72)
Kemudian dari pada itu Allah SWT menjelaskan nikmat Allah yang lain dan nikmat-nikmat yang telah diterima oleh hamba-Nya, agar manusia dapat memperhatikan keluasan nikmat-Nya. Allah SWT telah menciptakan istri-istri untuk mereka dari jenis mereka pula, dengan adanya istri-istri itu manusia dapat bekerja sama dalam membina kemaslahatan bersama dan mengurus kehidupan bersama. Dan dari istri-istri itu pula Allah memberikan keturunan sebagai biji mata dan kesayangan yang dapat membahagiakan kehidupan mereka di dunia dan menjadi kebanggaan sebagai pelanjut keturunan. Kemudian Allah menjelaskan pula bahwa Dialah yang telah memberikan rezeki kepada mereka dari jenis makanan dan minuman yang lezat-lezat, pakaian yang dapat melindungi kulit dari udara dingin dan tempat yang dapat melindungi dari teriknya matahari dan tirisnya hujan.
Di akhir ayat Allah SWT mencela orang-orang musyirikin karena mereka itu mempercayai kebatilan yaitu menyembah berhala-berhala yang dipersekutukan kepada Allah. Padahal berhala-berhala itu sudah jelas sedikitpun tidak memberikan manfaat dan tidak pula menolak mudarat. Sedangkan kepada nikmat Allah yang telah jelas manfaatnya dan telah mereka rasakan mereka mengingkari, seperti tindakan mereka memberikan sebagian rezeki sebagai korban kepada berhala-berhala mereka.
73. Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit juapun).(QS. 16:73)
Surah An Nahl 73
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ شَيْئًا وَلَا يَسْتَطِيعُونَ (73)
Kemudian dari pada itu Allah SWT menjelaskan pengingkaran orang-orang musyrikin dan kejahatan mereka, yaitu mereka telah menyembah kepada patung-patung itu tidak mampu menurunkan hujan dari langit dan tidak berkuasa untuk menumbuhkan tanaman dari bumi. Patung-patung itu tidak mempunyai kekuasaan apapun kepada mereka bahkan kepada dirinya sendiri tidak mengetahui, karena patung-patung itu adalah benda mati bahkan patung adalah ciptaan Allah. Maka patung-patung tidak mungkin di harapkan untuk memberikan nikmat apapun juga kepada mereka seperti tidak mampunyai untuk mendatangkan mudarat kepada mereka. Bahkan seandainya patung-patung itu dirusak dan dimusnahkan patung itu tidak dapat berbuat apa-apa.
74. Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.(QS. 16:74)
Surah An Nahl 74
فَلَا تَضْرِبُوا لِلَّهِ الْأَمْثَالَ إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (74)
Sesudah itu Allah SWT melarang hamba Nya menyamakan sifat-sifat Allah itu dengan makhluk-Nya, karena sifat-sifat Allah itu tidak dapat disamai dan ditandingi. Sebagai penegas pengertian ayat ini dapat dikemukakan sebuah riwayat dari Ibnu Munzir dan Abu Hatim dari Ibnu Abbas: "Bahwa Ibnu Abbas berkata mengenai ayat itu: Makanya jangan kamu beranggapan adanya tuhan-tuhan lain selain Aku, karena sesungguhnya tidak ada tuhan selain Aku.
Kemudian Allah SWT menegaskan bahwa Allah Maha Mengetahui segala yang ada di langit dan di bumi termasuk pula benda-benda penyusunnya, maka Dia mengetahui pula kejahatan yang dilakukan oleh makhluk-Nya dan Dia pulalah yang berkuasa untuk menghukum mereka itu dengan siksaan yang pedih, sedangkan hamba-hamba Allah itu tidak mengetahui sedikitpun siksaan yang harus mereka rasakan.
75. Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui.(QS. 16:75)
Surah An Nahl 75
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا عَبْدًا مَمْلُوكًا لَا يَقْدِرُ عَلَى شَيْءٍ وَمَنْ رَزَقْنَاهُ مِنَّا رِزْقًا حَسَنًا فَهُوَ يُنْفِقُ مِنْهُ سِرًّا وَجَهْرًا هَلْ يَسْتَوُونَ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (75)
Dalam ayat ini Allah SWT membuat suatu perumpamaan tentang orang-orang musyrik sehubungan dengan kepercayaan mereka yang mempersamakan kedudukan sembahan mereka yang berupa patung dan berhala dengan Allah Yang Maha Sempurna.
Kekeliruan dan kebatilan kepercayaan mereka itu sama halnya dengan kekeliruan dari orang-orang yang mempersamakan seorang budak sahaya yang tidak memiliki hak apapun dan tak punya kuasa apa-apa sedangkan orang merdeka punya hak untuk memiliki harta kekayaan dan mendaya gunakan harta itu. Dia nafkahkan hartanya itu menurut keinginannya, baik secara sembunyi sembunyi ataupun terang-terangan.
Samakah antara kedua orang itu? Sangatlah jelas perbedaan keduanya. Setiap orang dengan segera mengetahui antara keduanya jauh berbeda baik dalam kemuliaannya, kekuasaanya, ataupun keluhurannya. Hanya orang yang buta dan tidak waras pikirannya, mempersamakan antara budak sahaya dengan orang-orang merdeka. Demikian itulah orang-orang musyrik. Mereka jadikan benda benda mati itu tempat memanjatkan doa dan menggantungkan harapan. Alangkah jauhnya kesesatan mereka itu, Tuhan pencipta alam semesta mereka persamakan dengan makhluk yang rendah.
Segala puji hanyalah kepada Allah SWT. Dialah yang paling berhak untuk menerima segala macam pujian karena Dialah yang mulia, sempurna yang hanya pada Nya segala sifat-sifat terpuji. Kepada Nya lah menyebutkan pujian, tidak kepada selain Nya, tidak kepada patung-patung dan berhala-berhala. Sembahan-sembahan selain Allah, tidak ada yang patut menerima pujian. Tetapi manusia banyak juga yang tidak mengetahui bahwasanya segala sifat kesempurnaan hanyalah kepada Allah SWT.
Karena kejahilan mereka itu, mereka memandang sifat kesempurnaan ada pula pada selain Allah yaitu mereka menjadikan makhluk tuhan itu sebagai pujaan atau sembahan.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 75
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا عَبْدًا مَمْلُوكًا لَا يَقْدِرُ عَلَى شَيْءٍ وَمَنْ رَزَقْنَاهُ مِنَّا رِزْقًا حَسَنًا فَهُوَ يُنْفِقُ مِنْهُ سِرًّا وَجَهْرًا هَلْ يَسْتَوُونَ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (75)
(Allah membuat perumpamaan) lafal matsalan ini kemudian dijelaskan oleh badalnya yaitu (dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki) lafal mamlukan ini berkedudukan menjadi sifat dari lafal `abdan, dimaksud untuk membedakannya dari manusia yang merdeka, karena manusia yang merdeka disebutkan dengan istilah Abdullaah atau hamba Allah (yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatu) karena ia tidak memiliki apa pun (dan seorang) lafal man di sini nakirah maushufah, artinya seorang yang merdeka, bukan hamba sahaya (yang Kami beri rezeki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezeki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan) artinya dia menafkahkannya sekehendak hatinya. Misal yang pertama untuk menggambarkan tentang berhala dan misal yang kedua untuk menggambarkan tentang Allah swt. (adakah mereka itu sama?) antara hamba sahaya dan orang merdeka yang bebas dalam bertindak; tentu saja tidak. (Segala puji bagi Allah) semata (tetapi kebanyakan mereka) yakni penduduk kota Mekah (tidak mengetahui) apa yang bakal menimpa mereka kelak yaitu berupa azab, yang karena ketidaktahuan mereka itu akhirnya mereka menyekutukan Allah swt.
76. Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: Dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?(QS. 16:76)
Surah An Nahl 76
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا أَبْكَمُ لَا يَقْدِرُ عَلَى شَيْءٍ وَهُوَ كَلٌّ عَلَى مَوْلَاهُ أَيْنَمَا يُوَجِّهْهُ لَا يَأْتِ بِخَيْرٍ هَلْ يَسْتَوِي هُوَ وَمَنْ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَهُوَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (76)
Seperti halnya ayat yang lalu, maka pada ayat ini Allah SWT menjelaskan lagi perumpamaan orang-orang musyrik dengan bentuk yang lebih jelas mengenai kepercayaan mereka kepada patung sembahan mereks Allah SWT mengambil perumpamaan dua orang laki-laki. Yang satu seorang laki yang bisu, bodoh tidak mengerti apa-apa dan seorang lagi ialah laki-laki yang mampu berbicara, lagi cakap. Laki-laki yang pertama itu diumpamakan untuk patung sembahan orang-orang musyrik, sedang laki-laki yang kedua diumpamakan untuk Tuhan. Patutkah dipersamakan antara dua orang laki-laki itu? Jika hal demikian tidak patut, maka lebih tidak patut lagi mempersamakan antara patung dengan Tuhan.
Allah SWT dalam ayat ini menerangkan sifat-sifat persamaan antara patung dengan orang yang bisu yang bukan saja tidak memiliki kemampuan berbicara, tetapi juga tidak memiliki kemampuan batin. Dia tidak mengerti maksud orang lain, dan juga orang lain tidak dapat memahami maksudnya. Karena itu dia tidak dapat menyelesaikan urusannya sendiri apalagi urusan orang lain. Dia hanya jadi beban orang lain. Di manapun dia ditempatkan dan tugas apapun yang diberikan kepadanya tentulah tidak mendatangkan hasil yang baik.
Menurut keterangan Ibnu Abbas, laki-laki bisu yang dijadikan misal dalam ayat ini ialah seorang budak Usman bin Affan yang telah beliau merdekakan tetapi masih dalam pemeliharaannya. Bekas budak ini menolak agama Islam. Keadaannya bisu, tuli dan bodoh, sebab itu sepenuhnya dia bergantung kepada tuannya. Seperti demikian itu pula patung-patung sembahan musyrikin itu. Dia bisu dan tuli di mana saja patung-patung diletakkan walaupun dalam gedung yang megah, tetapi dia tidak mendatangkan kebaikan kepada pemujanya.
Laki-laki yang sempurna panca inderanya itu, menurut Ibnu Abbas, ialah Usman bin Affan. Allah menjadikan perumpamaan untuk Allah SWT laki-laki itu menyeru manusia berbuat adil dan selalu berada di jalan yang lurus dan di dalam agama yang benar.
Sifat-sifat demikian adalah gambaran dari sifat Allah SWT dengan Ke Maha Sucian dan kesempurnaan-Nya dari sifat-sifat manusia.
Sifat Allah SWT "Menyeru kepada keadilan atau kebenaran" mengandung pengertian bahwasannya Dia mengetahui tentang keadilan dan kebenaran itu serta mengajarkannya lagi menyukai keadilan dan kebenran serta mengajarkannya lagi menyukai keadilan dan memerintahkan kepada hamba Nya agar agar bersifat adil. Dia mencintai orang-orang yang berbuat dan bersifat adil dan tidaklah Dia memerintahkan hamba Nya selain menjunjung keadilan. Bahkan Allah SWT Maha Suci dari sifat-sifat yang berlawanan dengan keadilan itu seperti bersifat zalim, aniaya, jahil dan bakhil. Semua perintah dan syariatnya adil seluruhnya. Mereka yang bersifta dan berbuat adil itulah kekasih dan wali-wali Allah. Mereka hidup di sisi Allah dan di bawah cahaya Nya.
Sifat Allah SWT, "di jalan yang lurus" mengandung pengertian bahwa tiadalah Allah memfirmankan sesuatu selain kebenaran, tiadalah Dia memerintahkan selain keadilan dan tidaklah Dia mengadakan sesuatu, selain untuk kemaslahatan, rahmat, hikmah dan keadilan. Allah selalu di atas kebenaran pada perkataan dan perbuatannya.
Maka Dia tidak menjatuhkan hukuman dengan zalim kepada hamba Nya, tidaklah menyiksa tanpa dosa yang dilakukan hamba itu, tidak pula mengurangi sedikitpun kebaikan yang diperbuatnya tidak membebankan dosa orang lain, kepada seseorang atau menyiksanya. Tiada suatu tindakan dan perbuatan dari Allah tanpa mengandung pujian terhadap Nya. Dan segala perbuatan itu berakhir dengan kebaikan dan mencapai tujuannya. Semua itu disebabkan Allah selalu berada dalam keadaan yang lurus.
77. Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. 16:77)
Surah An Nahl 77
وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا أَمْرُ السَّاعَةِ إِلَّا كَلَمْحِ الْبَصَرِ أَوْ هُوَ أَقْرَبُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (77)
Dalam ayat ini Allah SWT menyatakan kesempurnaan ilmu Nya tentang hal-hal yang gaib dan ke Maha Kuasaan-Nya di antara hal yang gaib itu, ialah segala yang berada di luar jangkauan indra dan akal pikiran manusia baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Hanyalah Allah SWT sendiri yang memiliki pengetahuan apa yang ada di luar alam nyata ini.
Meskipun pengetahuan umat manusia pada zaman sekarang sangat luas tentang angkasa luar dan keadaan bumi, namun yang belum mereka ketahui jauh lebih besar dari apa yang sudah mereka ketahui. Ketika manusia sampai ke bulan, masih terbentang di muka mereka kegaiban dan kerahasiaan yang di planet Mars, Venus dan lain-lainnya. Padahal planet-planet tersebut bagaikan beberapa butir pasir di tengah sahara yang luas jika dibanding dengan keluasan alam semesta ini.
Demikian pula mengenai kegaiban dan kerahasiaan dalam bumi ini. Tak seorangpun sarjana geologi dapat mengatakan kapan terjadinya gempa bumi, atau meletusnya gunung berapi. Bahkan tentang kegaiban dan kerahasiaan yang ada pada diri manusia masih tetap tersembunyi walaupun sejak berabad-abad para ahli dalam bidangnya memikirkannya. Tak seorangpun yang dapat memastikan apa yang akan dialami besok, hari kapankah kematian datang kepadanya, di manakah dia akan dikuburkan, semuanya itu soal yang gaib bagi manusia. Tetapi adalah suatu rahmat Tuhan yang besar bagi manusia bahwa mereka tidak mengetahui apa yang bakal terjadi pada dirinya besok atau lusa. Sehingga mereka harus merenungkan dirinya besok atau lusa. Sehingga mereka harus merenungkan dirinya dan memikirkan kemungkinan-kemungkinan, lalu menyusun rencana tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan mereka.
Hari kiamat termasuk pula hal gaib. Allah SWT menyebutkan secara khusus perkara hari kiamat itu, karena masalah hari kiamat itu banyak mendapat sangkalan dan sanggahan pada setiap zaman dan pada setiap bangsa. Bahkan banyak orang yang mengingkarinya, dan menyatakan sebagai suatu hal yang tidak mungkin terjadi.
Allah SWT merahasiakan waktunya, agar manusia tidak menghentikan kegiatan hidupnya. Seharusnya manusia tidaklah perlu memikirkan kapan hari kiamat itu terjadi. Sebab hal itu adalah urusan Tuhan, yang pokok bagi mereka menyelaraskan hidup mereka dengan petunjuk-petunjuk yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Perkara hari kiamat bagi Allah SWT sangatlah mudah. Kecepatan waktu peristiwa itu berlangsung secepat kerlipan mata atau lebih dekat daripada itu. Kecepatan ini menurut waktu yang digambarkan oleh hitungan manusia. Pengurusan Allah terhadap alam semesta ini sesungguhnya tidak dapat dihubungkan dengan ruang dan waktu. Mudahkah atau sukar, cepat atau lambat, itu adalah ukuran dari segi manusia. Allah sesungguhnya sangat kuasa atas segala perkara. Bila Allah berkehendak atas sesuatu Diapun berfirman: "kun" (adalah) maka terciptalah suatu itu. Tidak suatupun yang dapat menghalangi kehendak Nya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 77
وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا أَمْرُ السَّاعَةِ إِلَّا كَلَمْحِ الْبَصَرِ أَوْ هُوَ أَقْرَبُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (77)
(Dan kepunyaan Allahlah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi) artinya Allah mengetahui semua yang gaib pada keduanya (Tidak adalah kejadian kiamat itu melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat lagi) karena hal itu berlangsung hanya dengan kalimat kun terjadilah ia. (Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.)
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(QS. 16:78)
Surah An Nahl 78
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (78)
Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan kegaiban dan keajaiban yang amat dekat pada manusia. Manusia mengetahui fase-fase pertumbuhan janin, tetapi mereka tidak mengetahui bagaimana jalannya proses perkembangan janin yang terjadi dalam rahim itu sehingga mencapai kesempurnaan. Yakni sejak dari dua sel organism (sel hidup) yang lebur menjadi manusia baru yang membawa sifat-sifat kedua orang tuanya dan leluhurnya. Dalam proses kejadian ini terdapat rahasia hidup tersembunyi. Sesudah mencapai kesempurnaan, Allah mengeluarkan manusia itu dari rahim ibu, pada waktu itu dia tidak mengetahui apa-apa. Tetapi sewaktu masih dalam rahim, Allah SWT menganugerahkan kesediaan-kesediaan (bakat) dan kemampuan pada diri manusia, seperti bakat berpikir, berbahagia, mengindra dan lain sebagainya. Setelah manusia itu lahir, dengan hidayah Allah segala bakat-bakat itu berkembang. Akalnya dapat memikirkan tentang kebaikan, kejahatan, kebenaran dan kesalahan, hak dan batal. Dan dengan bakat pendengaran dan penglihatan yang telah berkembang itu manusia mengenali dunia sekitarnya dan mempertahankan hidupnya serta mengadakan hubungan sesama manusia. Dan dengan perantaraan akal dan indra itu pengalaman dari pengetahuan manusia dari hari ke hari semakin bertambah dan berkembang. Kesemuanya itu merupakan rahmat dan anugerah Tuhan kepada manusia yang tidak terhingga. Karena itu seharusnyalah mereka bersyukur kepada Nya:
Pertama: dengan pengakuan iman kepada keesaan-Nya, tidak menyekutukan kepada selain Nya.
Kedua: Mempergunakan segala nikmat Tuhan itu untuk beribadah dan patuh kepada Nya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 78
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (78)
(Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun) jumlah kalimat laa ta'lamuuna syaian berkedudukan menjadi hal atau kalimat keterangan (dan Dia memberi kalian pendengaran) lafal as-sam'u bermakna jamak sekali pun lafalnya mufrad (penglihatan dan hati) kalbu (agar kalian bersyukur) kepada-Nya atas hal-hal tersebut, oleh karenanya kalian beriman kepada-Nya.
79. Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain dari Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.(QS. 16:79)
Surah An Nahl 79
أَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرَاتٍ فِي جَوِّ السَّمَاءِ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (79)
Suatu keajaiban lainnya yang disaksikan sehari hari oleh manusia, dikemukakan Allah dalam ayat ini, untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Keindahan pemandangan sewaktu burung-burung beterbangan di udara, melayang-layang, kadang-kadang seperti terapung-apung dipermainkan angin adalah pemandangan yang sangat mengesankan ke dalam jiwa orang-orang beriman tentang kebesaran dan keagungan Tuhan.
Hati orang beriman seperti hati penyair. Dia selalu terpesona terhadap keindahan makhluk dan kejadiannya. Keindahan itu menggetarkan perasaan dan menyentuh hati nuraninya. Seorang mukmin itu mengungkapkan perasaannya terhadap keindahan alam ini dengan iman, ibadah dan mengucapkan tasbih kepada Tuhan. Jika seorang mukmin itu mempunyai bakat pengarang/penyair maka dia akan mengungkapkan perasaannya dengan bahasa atau gubahan kata-kata yang indah tentang keindahan dan kebesaran alam dan khaliknya, dan tidak dapat diungkapkan oleh seorang penyair yang hatinya tidak pernah disentuh oleh kelezatan iman. Orang yang beriman melihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Tuhan dikemudahan burung terbang di udara itu.
Allah menahan burung-burung itu sehingga tidak jatuh ke bumi dengan menetapkan hukum alam pada kejadian burung dan alam sekitarnya. Allah menetapkan kejadian burung ringan dan mampu terbang sehingga dia dapat melepaskan berat badannya dari daya tarik bumi. Allah pun juga menetapkan keadaan hawa dan udara yang sesuai dengan burung itu. Bulu burung yang tebal menyebabkan daya tarik bumi kepadanya lemah dan angin yang berhembus di udara memudahkan burung itu terbang melayang-layang. Maha Besar Allah lagi Maha Bijaksana.
80. Dan menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)-nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).(QS. 16:80)
Surah An Nahl 80
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ جُلُودِ الْأَنْعَامِ بُيُوتًا تَسْتَخِفُّونَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ وَمِنْ أَصْوَافِهَا وَأَوْبَارِهَا وَأَشْعَارِهَا أَثَاثًا وَمَتَاعًا إِلَى حِينٍ (80)
Kemudian dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan nikmat-nikmat yang dianugerahkan Nya kepada manusia untuk dijadikan tanda keesaan Nya.
Allah menganugerahkan rumah bagi manusia. Rumah-rumah itu tidak hanya tempat tinggal atau berlindung dari hujan dan panas tetapi juga rumah itu menciptakan suasana aman damai dan tenteram serta menumbuhkan kasih sayang dan rasa kesetiaan di antara penghuninya. Dari rumah tangga yang baik, lahir manusia yang baik. Agama Islam menetapkan aturan untuk menjamin kehormatan rumah tempat diam. Dilarang seorang manusia masuk ke rumah orang lain, sebelum memberi salam kepadanya atau meminta izin dari penghuninya, meskipun dia petugas negara tanpa alasan yang dibenarkan. Tidak dibenarkan seseorang memeriksa rumah orang lain dengan alasan apapun, tidak boleh mengintai-intai penghuninya sehingga menimbulkan kurang aman bagi keluarga rumah itu.
Demikian itulah dasar pengertian rumah, baik rumah bagi bangsa-bangsa yang sudah menetap ataupun bagi bangsa pengembara. Kepada bangsa pengembara seperti halnya Badui Allah SWT memberikan nikmat kepada manusia dengan menyediakan kulit binatang ternak untuk keperluan tempat tinggal mereka. Mereka membangun kemah-kemah dan pondok-pondok mereka dari kulit dan bulu-bulu ternak itu sewaktu mengembara di padang pasir sambil mengembala ternak mereka. Benda-benda tersebut mudah dan ringan dibawa berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Nikmat Allah lainnya kepada manusia ialah kemanfaatan bulu dan kulit binatang ternak itu untuk keperluan pakaian, alat-alat keperluan rumah tangga dan lain-lainnya. Seperti bulu domba (wool), kulit unta, bulu kulit kambing. Barang-barang ini merupakan barang-barang yang dapat mereka perdagangkan sejak zaman dahulu sampai sekarang.
Dari ayat ini, dapat diambil suatu dalil hukum bahwa kulit dan bulu dari ternak yang halal dimakan adalah suci.
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ جُلُودِ الْأَنْعَامِ بُيُوتًا تَسْتَخِفُّونَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ وَمِنْ أَصْوَافِهَا وَأَوْبَارِهَا وَأَشْعَارِهَا أَثَاثًا وَمَتَاعًا إِلَى حِينٍ (80)
Kemudian dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan nikmat-nikmat yang dianugerahkan Nya kepada manusia untuk dijadikan tanda keesaan Nya.
Allah menganugerahkan rumah bagi manusia. Rumah-rumah itu tidak hanya tempat tinggal atau berlindung dari hujan dan panas tetapi juga rumah itu menciptakan suasana aman damai dan tenteram serta menumbuhkan kasih sayang dan rasa kesetiaan di antara penghuninya. Dari rumah tangga yang baik, lahir manusia yang baik. Agama Islam menetapkan aturan untuk menjamin kehormatan rumah tempat diam. Dilarang seorang manusia masuk ke rumah orang lain, sebelum memberi salam kepadanya atau meminta izin dari penghuninya, meskipun dia petugas negara tanpa alasan yang dibenarkan. Tidak dibenarkan seseorang memeriksa rumah orang lain dengan alasan apapun, tidak boleh mengintai-intai penghuninya sehingga menimbulkan kurang aman bagi keluarga rumah itu.
Demikian itulah dasar pengertian rumah, baik rumah bagi bangsa-bangsa yang sudah menetap ataupun bagi bangsa pengembara. Kepada bangsa pengembara seperti halnya Badui Allah SWT memberikan nikmat kepada manusia dengan menyediakan kulit binatang ternak untuk keperluan tempat tinggal mereka. Mereka membangun kemah-kemah dan pondok-pondok mereka dari kulit dan bulu-bulu ternak itu sewaktu mengembara di padang pasir sambil mengembala ternak mereka. Benda-benda tersebut mudah dan ringan dibawa berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Nikmat Allah lainnya kepada manusia ialah kemanfaatan bulu dan kulit binatang ternak itu untuk keperluan pakaian, alat-alat keperluan rumah tangga dan lain-lainnya. Seperti bulu domba (wool), kulit unta, bulu kulit kambing. Barang-barang ini merupakan barang-barang yang dapat mereka perdagangkan sejak zaman dahulu sampai sekarang.
Dari ayat ini, dapat diambil suatu dalil hukum bahwa kulit dan bulu dari ternak yang halal dimakan adalah suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar