http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=5&SuratKe=16#Top
81. Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa
yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di
gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari
panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan.
Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah
diri (kepada-Nya).(QS. 16:81)
Surah An Nahl 81
Allah menyediakan bahan (material) dari gunung seperti batu dan pasir untuk membangun gedung atau benteng atau perlindungan tempat tinggal dalam gunung, kesemuanya menimbulkan rasa aman dan tenang pada jiwa penghuninya.
Allah SWT menyediakan bagi mereka pakaian dari
bulu domba atau dari kapas dan katun yang memelihara mereka dari panas
dan dingin, dan pakaian dari besi yang melindungi mereka dalam
berperang. وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ ظِلَالًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ (81)
Kemudian dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan lagi nikmat karunia Nya sebagaimana nikmat yang lalu disebutkan, yang memberikan rasa aman, damai dan tenteram. Kepada bangsa yang sudah menetap atau maju, Allah memberikan karunia tempat berteduh seperti rumah, hotel hotel, gedung-gedung umumnya dibuat dari kayu, besi, batu dan lain-lain, yang diciptakan Tuhan.Allah menyediakan bahan (material) dari gunung seperti batu dan pasir untuk membangun gedung atau benteng atau perlindungan tempat tinggal dalam gunung, kesemuanya menimbulkan rasa aman dan tenang pada jiwa penghuninya.
Demikianlah nikmat-nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia, maka seperti itu pulalah Dia akan menyempurnakan nikmat-nikmat duniawi dan agama kepada kaum Muslimin yakni dengan memberikan kekuasaan dan kerajaan kepada mereka, dan menetapkan tujuan perjuangan mereka itu untuk mencari keridaan Allah dan menegakkan kemaslahatan bagi umat manusia.
Maka hendaklah mereka menyadari segala kenikmatan yang besar dari Allah itu dan mengakui pula kewajiban terhadap pemberi nikmat itu, untuk kemudian beriman kepada Nya, serta meninggalkan sembahan-sembahan selain dari pada Nya, dan melakukan amal saleh.
Allah berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ
Artinya:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai Nya untuk mereka.
(Q.S An Nur: 55)
Jalalain / Surah An Nahl 81
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ ظِلَالًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ (81)
(Dan Allah menjadikan bagi kalian dari apa yang telah Dia ciptakan) seperti rumah-rumah, pohon-pohon dan mendung (sebagai tempat bernaung) lafal zhilaalan adalah bentuk jamak dari lafal zhillun; yang dapat melindungi diri kalian dari sengatan panas matahari (dan Dia jadikan bagi kalian tempat-tempat tinggal di gunung-gunung) lafal aknaanan adalah bentuk jamak dari lafal kinnun, yang artinya tempat untuk tinggal seperti gua dan liang besar (dan Dia jadikan bagi kalian pakaian) baju-baju gamis (yang memelihara kalian dari panas) dan dari dingin (dan pakaian/baju besi yang memelihara kalian dalam peperangan) sewaktu kalian berperang yakni dari tusukan dan pukulan senjata di dalam peperangan, seperti baju dan topi besi. (Demikianlah) sebagaimana Dia telah menciptakan semuanya itu (Allah menyempurnakan nikmat-Nya) di dunia (atas kalian) dengan menciptakan segala sesuatu yang menjadi keperluan kalian (agar kalian) hai penduduk Mekah (masuk Islam) agar kalian mengesakan-Nya.
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ ظِلَالًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ (81)
(Dan Allah menjadikan bagi kalian dari apa yang telah Dia ciptakan) seperti rumah-rumah, pohon-pohon dan mendung (sebagai tempat bernaung) lafal zhilaalan adalah bentuk jamak dari lafal zhillun; yang dapat melindungi diri kalian dari sengatan panas matahari (dan Dia jadikan bagi kalian tempat-tempat tinggal di gunung-gunung) lafal aknaanan adalah bentuk jamak dari lafal kinnun, yang artinya tempat untuk tinggal seperti gua dan liang besar (dan Dia jadikan bagi kalian pakaian) baju-baju gamis (yang memelihara kalian dari panas) dan dari dingin (dan pakaian/baju besi yang memelihara kalian dalam peperangan) sewaktu kalian berperang yakni dari tusukan dan pukulan senjata di dalam peperangan, seperti baju dan topi besi. (Demikianlah) sebagaimana Dia telah menciptakan semuanya itu (Allah menyempurnakan nikmat-Nya) di dunia (atas kalian) dengan menciptakan segala sesuatu yang menjadi keperluan kalian (agar kalian) hai penduduk Mekah (masuk Islam) agar kalian mengesakan-Nya.
82. Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya
kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan
(amanat Allah) dengan terang.(QS. 16:82)
Surah An Nahl 82
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 82
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ الْمُبِينُ (82)
(Jika mereka tetap berpaling) tidak juga mau masuk Islam (maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan kepadamu) hai Muhammad (hanyalah menyampaikan amanat Allah, dengan terang) ayat ini diturunkan sebelum ada perintah untuk memerangi orang-orang kafir.
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ الْمُبِينُ (82)
Sesudah Allah menjelaskan nikmat karunia Nya, maka dalam ayat ini Allah menegaskan kepada Rasul saw bahwa jika orang-orang kafir itu tetap berpaling dari ajaran Rasul dan mereka menolak segala penjelasan dan uraian bukti-bukti kebenaran agama yang disampaikan kepada mereka, maka hal demikian itu hendaklah tidak menyusahkan beliau dan tidak menimbulkan rasa putus asa dalam jiwanya. Sikap Rasul seperti itu karena beliau sudah menunaikan tugas kerasulannya dengan sempurna yaitu menyampaikan dan menjelaskan syariat agama Islam, cita-citanya dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam syariat itu. Menumbuhkan iman dalam jiwa manusia atau membuat orang menjadi mukmin sesungguhnya di luar kemampuan Rasul saw.Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 82
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ الْمُبِينُ (82)
(Jika mereka tetap berpaling) tidak juga mau masuk Islam (maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan kepadamu) hai Muhammad (hanyalah menyampaikan amanat Allah, dengan terang) ayat ini diturunkan sebelum ada perintah untuk memerangi orang-orang kafir.
83. Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.(QS. 16:83)
Surah An Nahl 83
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 83
يَعْرِفُونَ نِعْمَةَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ (83)
(Mereka mengetahui nikmat Allah) artinya mereka mengakui bahwa semua nikmat itu dari sisi-Nya (kemudian mereka mengingkarinya) karena ternyata mereka menyekutukan-Nya (dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir).
يَعْرِفُونَ نِعْمَةَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ (83)
Allah menjelaskan dalam ayat ini tentang kesombongan dan ketinggian hati kebanyakan manusia. Mereka mengetahui dengan terus terang bahwa benda-benda itu seperti batu, kayu, besi dan lain-lain yang menjadi bahan bangunan tempat berteduh mereka dan kapas, katun, bulu-bulu domba dan kulit binatang lainnya yang menjadi bahan pakaian dan keperluan mereka sehari-hari, kesemuanya karunia yang datang dari Allah SWT, bukan dari sembahan-sembahan mereka selain Allah, bahkan bukan pula dari usaha tangan mereka sendiri. Namun mereka mengingkari bahwa nikmat itu dari Allah SWT, lalu mereka merasa tidak perlu berterima kasih, memanjatkan doa dan menyembah serta beribadah kepada Tuhan Yang Maha Pencipta dan Pemberi nikmat itu. Mereka memandang bahwa nikmat karunia itu berkat patung dan pujaan-pujaan selain Allah atau memandang sebagai hadiah alam semesta semata-mata, yang ada dengan sendirinya. Memang sesungguhnya kebanyakan manusia itu adalah orang-orang kafir yang menentang dan mendustakan wahyu yang disampaikan Rasul, mereka tidak mau beriman kepadanya walaupun mereka mengetahui kebenaran agama yang dibawanya, karena kesombongan dan ketinggian hati mereka.Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 83
يَعْرِفُونَ نِعْمَةَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ (83)
(Mereka mengetahui nikmat Allah) artinya mereka mengakui bahwa semua nikmat itu dari sisi-Nya (kemudian mereka mengingkarinya) karena ternyata mereka menyekutukan-Nya (dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir).
84. Dan (ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan dari
tiap-tiap umat seorang saksi (rasul), kemudian tidak diizinkan kepada
orang-orang yang kafir (untuk membela diri) dan tidak (pula) mereka di
bolehkan meminta maaf.(QS. 16:84)
Surah An Nahl 84
Allah berfirman:
هَذَا يَوْمُ لَا يَنْطِقُونَ (35) وَلَا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُونَ (36)
Artinya:
Ini adalah hari, yang mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka minta uzur sehingga mereka (dapat) minta uzur.
(Q.S Al Mursalat: 35-36)
Hari akhirat adalah hari pembalasan atas amal perbuatan di dunia bukanlah waktu bertobat dan melakukan amal kebaikan untuk menebus dosa. Pada hari kiamat manusia hanya menerima keputusan dari Allah yang memberikan keputusan dengan maha adil, masuk surga atau masuk neraka.
Allah berfirman:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya Dia juga akan melihat (balasan) nya pula.
(Q.S Az Zlzalah: 7-8)
وَيَوْمَ نَبْعَثُ مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا ثُمَّ لَا يُؤْذَنُ لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَلَا هُمْ يُسْتَعْتَبُونَ (84)
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa pada hari kiamat itu, para Rasul menjadi saksi atas umat mereka masing-masing. Merekalah yang mengetahui tentang sikap umatnya sewaktu dakwah kepada mereka, apakah mereka menerima dengan baik atau menolak ajakan dan seruan yang mereka sampaikan itu apakah mereka beriman dan taat kepada ajaran Rasul itu, ataukah mereka kafir dan maksiat. Kesaksian para Rasul itu atas jawaban dan tantangan umatnya disertai dengan penjelasan yang cukup dan dengan bukti yang benar, dan dengan kesaksian itu, hukuman dijatuhkan kepada mereka. Mereka tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan alasan membela diri ataupun untuk minta maaf akan segala perbuatan dan tindakan mereka pada masa hidup di dunia.Allah berfirman:
هَذَا يَوْمُ لَا يَنْطِقُونَ (35) وَلَا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُونَ (36)
Artinya:
Ini adalah hari, yang mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka minta uzur sehingga mereka (dapat) minta uzur.
(Q.S Al Mursalat: 35-36)
Hari akhirat adalah hari pembalasan atas amal perbuatan di dunia bukanlah waktu bertobat dan melakukan amal kebaikan untuk menebus dosa. Pada hari kiamat manusia hanya menerima keputusan dari Allah yang memberikan keputusan dengan maha adil, masuk surga atau masuk neraka.
Allah berfirman:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya Dia juga akan melihat (balasan) nya pula.
(Q.S Az Zlzalah: 7-8)
85. Dan apabila orang-orang zalim telah menyaksikan azab,
maka tidaklah diringankan azab bagi mereka dan tidak pula mereka diberi
tangguh.(QS. 16:85)
Surah An Nahl 85
وَإِذَا رَأَى الَّذِينَ ظَلَمُوا الْعَذَابَ فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ (85)
Kemudian Allah SWT menerangkan dalam ayat ini tentang azab terhadap orang-orang yang zalim itu yakni orang-orang musyrikin yang mendustakan Rasul-rasul dan memusuhinya, seperti halnya kaum musyrikin Mekah. Sewaktu mereka menyaksikan hukuman yang akan ditimpakan kepada mereka, mereka berusaha membela diri. Tetapi pembelaan mereka itu tidak membantah mereka, karena hari itu tidak ada alasan yang patut dikemukakan, sehingga bisa mengurangi hukuman atas mereka. Waktu tobat sudah berlalu, dan manusia seharusnya menerima segala hukuman atas perbuatannya. Hari kiamat adalah hari pengadilan. Setiap insan dihadapkan ke muka mahkamah Tuhan Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Setiap orang dalam mahkamah harus berkata benar dan jujur, apakah dia menjadi saksi, tertuduh ataukah hakim. Bila saksi sudah berkata benar dengan bukti-bukti yang benar maka tertuduh haruslah berkata jujur dan benar pula. Supaya hakim menentukan hukuman yang benar. Tidaklah benar hakim memberatkan atau meringankan dan tidak benar pula dia menunda-nunda hukuman itu. Demikian pula halnya orang-orang kafir pada hari kiamat itu. Karena dosa mereka sudah jelas, maka azab segera ditimpakan kepada mereka dan tidak diringankan dan tidak pula ditangguhkan. Orang-orang yang berdosa yang berbuat zalim, yang melakukan kejahatan besar melawan agama yang dibawa Nabi-nabi tidak akan dapat melepaskan diri dari azab neraka.
Allah berfirman:
وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا (53)
Artinya:
Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling (daripadanya).
(Q.S Al Kahfi: 53)
وَإِذَا رَأَى الَّذِينَ ظَلَمُوا الْعَذَابَ فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ (85)
Kemudian Allah SWT menerangkan dalam ayat ini tentang azab terhadap orang-orang yang zalim itu yakni orang-orang musyrikin yang mendustakan Rasul-rasul dan memusuhinya, seperti halnya kaum musyrikin Mekah. Sewaktu mereka menyaksikan hukuman yang akan ditimpakan kepada mereka, mereka berusaha membela diri. Tetapi pembelaan mereka itu tidak membantah mereka, karena hari itu tidak ada alasan yang patut dikemukakan, sehingga bisa mengurangi hukuman atas mereka. Waktu tobat sudah berlalu, dan manusia seharusnya menerima segala hukuman atas perbuatannya. Hari kiamat adalah hari pengadilan. Setiap insan dihadapkan ke muka mahkamah Tuhan Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Setiap orang dalam mahkamah harus berkata benar dan jujur, apakah dia menjadi saksi, tertuduh ataukah hakim. Bila saksi sudah berkata benar dengan bukti-bukti yang benar maka tertuduh haruslah berkata jujur dan benar pula. Supaya hakim menentukan hukuman yang benar. Tidaklah benar hakim memberatkan atau meringankan dan tidak benar pula dia menunda-nunda hukuman itu. Demikian pula halnya orang-orang kafir pada hari kiamat itu. Karena dosa mereka sudah jelas, maka azab segera ditimpakan kepada mereka dan tidak diringankan dan tidak pula ditangguhkan. Orang-orang yang berdosa yang berbuat zalim, yang melakukan kejahatan besar melawan agama yang dibawa Nabi-nabi tidak akan dapat melepaskan diri dari azab neraka.
Allah berfirman:
وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا (53)
Artinya:
Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling (daripadanya).
(Q.S Al Kahfi: 53)
86. Dan apabila orang-orang yang mempersekutukan (Allah)
melihat sekutu-sekutu mereka, mereka berkata: `Ya Tuhan kami, mereka
inilah sekutu-kami yang dahulu kami sembah selain dari Engkau`. Lalu
sekutu-sekutu mereka mengatakan kepada mereka: `Sesungguhnya kamu
benar-benar orang-orang yang dusta`.(QS. 16:86)
Surah An Nahl 86
Meskipun sebenarnya mereka sudah merasa pasti akan diterjunkan ke dalam neraka, namun sudah menjadi sifat manusia, mereka masih mencari-cari jalan untuk membebaskan diri dari kebinasaan itu. Memang keadaan mereka seperti seorang yang akan tenggelam, maka dia akan memegangi apa saja yang tersentuh oleh tangannya untuk menyelamatkan diri. Di waktu mereka berusaha mengalihkan penderitaan itu kepada sembahan-sembahan itu, sembahan itu segera melontarkan tuduhan bahwa mereka itu benar-benar pendusta. Orang-orang musyrik itu mengubah dan memuja selain Allah SWT adalah atas kesadaran dan kemauan mereka sendiri, bukanlah perintah dari sembahan-sembahan itu.
Seperti dalam firman Allah:
وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا (81) كَلَّا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا (82)
Artinya:
Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka sekali-kali tidak, Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka.
(Q.S Maryam: 81-82)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 86
وَإِذَا رَأَى الَّذِينَ أَشْرَكُوا شُرَكَاءَهُمْ قَالُوا رَبَّنَا هَؤُلَاءِ شُرَكَاؤُنَا الَّذِينَ كُنَّا نَدْعُوا مِنْ دُونِكَ فَأَلْقَوْا إِلَيْهِمُ الْقَوْلَ إِنَّكُمْ لَكَاذِبُونَ (86)
(Dan apabila orang-orang yang mempersekutukan Allah melihat sekutu-sekutu mereka) yang terdiri daripada setan-setan dan lain-lainnya (mereka berkata, "Ya Rabb kami! Mereka inilah sekutu-sekutu kami yang dahulu kami seru) kami sembah (selain dari Engkau." Lalu sekutu-sekutu mereka mengatakan kepada mereka) artinya para sekutu mereka itu berkata kepada mereka ("Sesungguhnya kalian benar-benar orang-orang yang dusta.") di dalam pengakuan kalian itu, yang mengatakan bahwa kalian telah menyembah kami, sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam ayat yang lain, yaitu melalui firman-Nya, "Mereka sekali-kali tidak menyembah kami." (Al-Qashash 63). Sekutu-sekutu itu pasti akan mengingkari penyembahan mereka terhadap dirinya.
وَإِذَا رَأَى الَّذِينَ أَشْرَكُوا شُرَكَاءَهُمْ قَالُوا رَبَّنَا هَؤُلَاءِ شُرَكَاؤُنَا الَّذِينَ كُنَّا نَدْعُوا مِنْ دُونِكَ فَأَلْقَوْا إِلَيْهِمُ الْقَوْلَ إِنَّكُمْ لَكَاذِبُونَ (86)
Bilamana orang-orang yang mempersekutukan Allah SWT itu melihat sembahan-sembahan mereka pada hari kiamat itu merekapun berkata kepada Tuhan sambil menuduh sembahan-sembahan dan pujaan itu. Mereka itulah sekutu-sekutu kami dan kami sembah engkau. Mereka menunjuk kepada sembahan itu ialah untuk memindahkan dosa yang mereka pikul itu kepada sembahan-sembahan itu. Mereka mengira dengan membuat demikian mereka dapat terhindar dari azab neraka atau sekurang-kurangnya mengurangi penderitaan mereka.Meskipun sebenarnya mereka sudah merasa pasti akan diterjunkan ke dalam neraka, namun sudah menjadi sifat manusia, mereka masih mencari-cari jalan untuk membebaskan diri dari kebinasaan itu. Memang keadaan mereka seperti seorang yang akan tenggelam, maka dia akan memegangi apa saja yang tersentuh oleh tangannya untuk menyelamatkan diri. Di waktu mereka berusaha mengalihkan penderitaan itu kepada sembahan-sembahan itu, sembahan itu segera melontarkan tuduhan bahwa mereka itu benar-benar pendusta. Orang-orang musyrik itu mengubah dan memuja selain Allah SWT adalah atas kesadaran dan kemauan mereka sendiri, bukanlah perintah dari sembahan-sembahan itu.
Seperti dalam firman Allah:
وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا (81) كَلَّا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا (82)
Artinya:
Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka sekali-kali tidak, Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka.
(Q.S Maryam: 81-82)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 86
وَإِذَا رَأَى الَّذِينَ أَشْرَكُوا شُرَكَاءَهُمْ قَالُوا رَبَّنَا هَؤُلَاءِ شُرَكَاؤُنَا الَّذِينَ كُنَّا نَدْعُوا مِنْ دُونِكَ فَأَلْقَوْا إِلَيْهِمُ الْقَوْلَ إِنَّكُمْ لَكَاذِبُونَ (86)
(Dan apabila orang-orang yang mempersekutukan Allah melihat sekutu-sekutu mereka) yang terdiri daripada setan-setan dan lain-lainnya (mereka berkata, "Ya Rabb kami! Mereka inilah sekutu-sekutu kami yang dahulu kami seru) kami sembah (selain dari Engkau." Lalu sekutu-sekutu mereka mengatakan kepada mereka) artinya para sekutu mereka itu berkata kepada mereka ("Sesungguhnya kalian benar-benar orang-orang yang dusta.") di dalam pengakuan kalian itu, yang mengatakan bahwa kalian telah menyembah kami, sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam ayat yang lain, yaitu melalui firman-Nya, "Mereka sekali-kali tidak menyembah kami." (Al-Qashash 63). Sekutu-sekutu itu pasti akan mengingkari penyembahan mereka terhadap dirinya.
87. Dan mereka menyatakan ketundukannya kepada Allah pada hari itu dan hilanglah dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan.(QS. 16:87)
Surah An Nahl 87
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:
وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ (12)
Artinya:
Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya mereka di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.
(Q.S As Sajdah: 12)
Orang-orang musyrik pada akhirnya meyakini kesesatannya dan menyesali diri. Segala sembahan dan pujaan mereka selama ini lenyap padahal dulunya mereka menganggap bahwa sembahan-sembahan itu merupakan sekutu Tuhan yang dapat memberi pertolongan kepada mereka.
Sebelum orang-orang musyrik itu menyatakan ketundukan mereka kepada Allah SWT mereka pertama kali memungkiri bahwa mereka telah mempersekutukan Tuhan, seperti diterangkan Allah SWT:
يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيَحْلِفُونَ لَهُ كَمَا يَحْلِفُونَ لَكُمْ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِبُونَ (18)
Artinya:
(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepada Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta.
(Q.S Al Mujadilah: 18)
Jadi pada hari kiamat itu, orang-orang musyrik pertama kali mungkir kemudian tunduk kepada Allah SWT. Mungkir itu disebabkan ketebalan karat-karat kemusyrikan yang menutup jiwa mereka sehingga mereka jauh dari cahaya iman. Fitrah insaniah yang cenderung kepada pengakuan akan keesaan Tuhan menjadi tertutup oleh kegelapan tabir syirik itu sehingga cahaya fitrah insaniah itu tak berdaya menembusnya.
Tetapi kemudian setelah melalui perkembangan dalam waktu yang lama, karat-karat yang menutupi jiwa manusia itu semakin menipis, sedangkan sinar fitrah insaniah yang terus hidup itu berusaha menembus dinding-dinding itu, sehingga akhirnya kembali mengakui kepada keesaan Tuhan dan menyerah tunduk kepadanya.
Demikianlah perkembangan jiwa orang-orang musyrik dari ingkar kepada keesaan Tuhan menuju kepada pengakuan akan keesaan Nya. Perkembangan jiwa serupa ini, bilamana ingkar akan tunduk kepada keesaan Tuhan itu ada pada tingkat jiwa tertentu misalnya jiwa manusia musyrik. Banyak pula, jiwa manusia sampai kepada tunduk dan iman kepada keesaan Tuhan namun dia belum mengalami kekotoran jiwa sejauh orang musyrik. Cahaya fitrah insaniahnya tidak sempat padam. Keingkaran kepada Tuhan terdapat pada orang yang jiwanya sudah dikuasai sifat-sifat setan.
وَأَلْقَوْا إِلَى اللَّهِ يَوْمَئِذٍ السَّلَمَ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (87)
Kemudian Allah SWT dalam ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah SWT menundukkan diri kepada Allah SWT pada hari kiamat.Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:
وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ (12)
Artinya:
Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya mereka di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.
(Q.S As Sajdah: 12)
Orang-orang musyrik pada akhirnya meyakini kesesatannya dan menyesali diri. Segala sembahan dan pujaan mereka selama ini lenyap padahal dulunya mereka menganggap bahwa sembahan-sembahan itu merupakan sekutu Tuhan yang dapat memberi pertolongan kepada mereka.
Sebelum orang-orang musyrik itu menyatakan ketundukan mereka kepada Allah SWT mereka pertama kali memungkiri bahwa mereka telah mempersekutukan Tuhan, seperti diterangkan Allah SWT:
يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيَحْلِفُونَ لَهُ كَمَا يَحْلِفُونَ لَكُمْ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِبُونَ (18)
Artinya:
(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepada Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta.
(Q.S Al Mujadilah: 18)
Jadi pada hari kiamat itu, orang-orang musyrik pertama kali mungkir kemudian tunduk kepada Allah SWT. Mungkir itu disebabkan ketebalan karat-karat kemusyrikan yang menutup jiwa mereka sehingga mereka jauh dari cahaya iman. Fitrah insaniah yang cenderung kepada pengakuan akan keesaan Tuhan menjadi tertutup oleh kegelapan tabir syirik itu sehingga cahaya fitrah insaniah itu tak berdaya menembusnya.
Tetapi kemudian setelah melalui perkembangan dalam waktu yang lama, karat-karat yang menutupi jiwa manusia itu semakin menipis, sedangkan sinar fitrah insaniah yang terus hidup itu berusaha menembus dinding-dinding itu, sehingga akhirnya kembali mengakui kepada keesaan Tuhan dan menyerah tunduk kepadanya.
Demikianlah perkembangan jiwa orang-orang musyrik dari ingkar kepada keesaan Tuhan menuju kepada pengakuan akan keesaan Nya. Perkembangan jiwa serupa ini, bilamana ingkar akan tunduk kepada keesaan Tuhan itu ada pada tingkat jiwa tertentu misalnya jiwa manusia musyrik. Banyak pula, jiwa manusia sampai kepada tunduk dan iman kepada keesaan Tuhan namun dia belum mengalami kekotoran jiwa sejauh orang musyrik. Cahaya fitrah insaniahnya tidak sempat padam. Keingkaran kepada Tuhan terdapat pada orang yang jiwanya sudah dikuasai sifat-sifat setan.
88. Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari
jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan
disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan.(QS. 16:88)
Surah An Nahl 88
وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ
Artinya:
Mereka melarang (orang lain) mendengar Alquran dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya.
(Q.S Al An'am: 26)
Oleh karena itu azab yang dijatuhkan kepada mereka ada dua macam pula. Azab atas kekafiran mereka sendiri dan azab atas perbuatan mereka menyesatkan orang lain.
Dari ayat ini, terdapat dalil yang menunjukkan bahwa azab atas orang-orang kafir berbeda-beda seperti halnya orang-orang mukmin berbeda-beda kedudukan mereka dalam surga
الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ زِدْنَاهُمْ عَذَابًا فَوْقَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوا يُفْسِدُونَ (88)
Sesudah Allah SWT menyebutkan azab atas orang-orang yang sesat maka dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan azab bagi orang-orang sesat lagi menyesatkan. Mereka ialah orang-orang kafir yang menentang kenabian dan kerasulan Muhammad saw serta mendustakan Alquran. Kecuali demikian itu mereka dengan sengaja menghalang-halangi orang lain yang ingin masuk agama Islam, ingin beriman kepada Allah dan Rasul Nya. Terhadap mereka ini Allah menjatuhkan azab yang lebih besar dari azab orang-orang yang sesat saja, disebabkan mereka tidak hanya kafir, tetapi lebih jauh lagi mereka membawa orang lain kepada kekafiran atau menghalangi orang lain dari beriman. Jadi mereka itu melakukan dua macam dosa; dosa yang disebabkan kekafiran dan dosa karena menyesatkan orang lain sebagaimana firman Allah SWT:وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ
Artinya:
Mereka melarang (orang lain) mendengar Alquran dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya.
(Q.S Al An'am: 26)
Oleh karena itu azab yang dijatuhkan kepada mereka ada dua macam pula. Azab atas kekafiran mereka sendiri dan azab atas perbuatan mereka menyesatkan orang lain.
Dari ayat ini, terdapat dalil yang menunjukkan bahwa azab atas orang-orang kafir berbeda-beda seperti halnya orang-orang mukmin berbeda-beda kedudukan mereka dalam surga
89. (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada
tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami
datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan
Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al quran) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri.(QS. 16:89)
Surah An Nahl 89
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَؤُلَاءِ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ (89)
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan kembali apa yang akan terjadi pada hari kiamat itu atas setiap umat, yakni kehadiran seorang Nabi dari mereka sendiri, yang akan menjadi saksi atas mereka.
Nabi Muhammad saw menjadi saksi pula atas umatnya. Dia sendiri pada hari akhir itu menjelaskan sikap kaumnya terhadap risalah yang dibawanya, apakah mereka iman dan taat kepada seruannya, ataukah mereka melawan dan mendustakannya. Para Nabi itulah yang paling patut untuk menjawab segala alasan dari kaumnya yang mematahkan segala alasan-alasan mereka.
Nabi-nabi itu di dalam memberikan kesaksian mereka, tentulah berdasarkan dan penghayatan mereka sendiri atau dari keterangan Allah SWT sebab mereka tidak lagi mengetahui apa yang terjadi atas umatnya sesudah mereka itu wafat. Pada hari itu Allah memerintahkan anggota tubuh mereka untuk memberikan kesaksian.
Firman Allah SWT:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya:
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.
(Q.S Yasin: 65)
Rasulullah mencucurkan air mata sewaktu sahabatnya Abdullah Ibnu Mas'ud membaca ayat yang serupa maknanya dengan ayat ini:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا (41)
Artinya:
Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)".
(Q.S An Nisa': 41)
Abdullah Ibnu Mas'ud berhenti membaca, ketika tiba pada ayat ini, karena Rasul saw berkata kepadanya "cukup" kemudian memalingkan mukanya dan mencucurkan air mata.
Kedudukan menjadi saksi pada hari kiamat adalah kedudukan yang mulia akan tetapi berat. Rasul saw akan menjelaskan kepada Allah pada hari kiamat keadaan umatnya sampai sejauh mana mereka mengamalkan petunjuk Alquran yang diwahyukan kepadanya. Tak ada alasan lagi bagi umat itu untuk tidak mempertanggungjawabkan pada hari kiamat itu tentang amal perbuatan mereka di dunia, sebab Alquran telah menjelaskan kepada mereka segala sesuatu, yang baik ataupun yang batal, yang halal dan yang haram, yang benar dan yang salah. Alquran memberikan pedoman, bagi manusia jalan mana yang lurus dan yang sesat, arah yang membawa bahagia dan arah yang membawa kesengsaraan.
Barang siapa membenarkan Alquran itu dan mengamalkan segala petunjuk yang terdapat di dalamnya, tentulah ia memperoleh rahmat dalam kehidupan dunia dan akhirat Alquran memberi kabar yang menyenangkan kepada orang yang taat dan tobat kepada Allah dengan kabar pahala yang besar di akhirat dan kemuliaan yang tinggi bagi mereka.
Rasul saw yang diberi wahyu oleh Allah SWT menyampaikan Alquran itu, kelak akan dimintai pula pertanggungjawaban tentang tugas dan kewajibannya itu pada hari kiamat sebagaimana firman Allah:
فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ وَمَا كُنَّا غَائِبِينَ (7)
Artinya:
Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus Rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) Rasul-rasul (Kami).
(Q.S Al A'raf: 7)
Penjelasan Alquran kepada manusia tentang masalah-masalah agama ada yang terperinci, ada pula yang umum. Rasul saw menjelaskan ayat-ayat Allah yang masih bersifat umum itu.
Firman Allah SWT:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya:
Dan Kami turunkan kepadamu Alquran agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan".
(Q.S An Nahl: 44)
Kecuali menjelaskan ayat-ayat yang umum, Rasul saw menetapkan pula petunjuk-petunjuk dan hukum-hukum yang bertalian dengan urusan agama dan akhlak.
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَؤُلَاءِ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ (89)
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan kembali apa yang akan terjadi pada hari kiamat itu atas setiap umat, yakni kehadiran seorang Nabi dari mereka sendiri, yang akan menjadi saksi atas mereka.
Nabi Muhammad saw menjadi saksi pula atas umatnya. Dia sendiri pada hari akhir itu menjelaskan sikap kaumnya terhadap risalah yang dibawanya, apakah mereka iman dan taat kepada seruannya, ataukah mereka melawan dan mendustakannya. Para Nabi itulah yang paling patut untuk menjawab segala alasan dari kaumnya yang mematahkan segala alasan-alasan mereka.
Nabi-nabi itu di dalam memberikan kesaksian mereka, tentulah berdasarkan dan penghayatan mereka sendiri atau dari keterangan Allah SWT sebab mereka tidak lagi mengetahui apa yang terjadi atas umatnya sesudah mereka itu wafat. Pada hari itu Allah memerintahkan anggota tubuh mereka untuk memberikan kesaksian.
Firman Allah SWT:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya:
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.
(Q.S Yasin: 65)
Rasulullah mencucurkan air mata sewaktu sahabatnya Abdullah Ibnu Mas'ud membaca ayat yang serupa maknanya dengan ayat ini:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا (41)
Artinya:
Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)".
(Q.S An Nisa': 41)
Abdullah Ibnu Mas'ud berhenti membaca, ketika tiba pada ayat ini, karena Rasul saw berkata kepadanya "cukup" kemudian memalingkan mukanya dan mencucurkan air mata.
Kedudukan menjadi saksi pada hari kiamat adalah kedudukan yang mulia akan tetapi berat. Rasul saw akan menjelaskan kepada Allah pada hari kiamat keadaan umatnya sampai sejauh mana mereka mengamalkan petunjuk Alquran yang diwahyukan kepadanya. Tak ada alasan lagi bagi umat itu untuk tidak mempertanggungjawabkan pada hari kiamat itu tentang amal perbuatan mereka di dunia, sebab Alquran telah menjelaskan kepada mereka segala sesuatu, yang baik ataupun yang batal, yang halal dan yang haram, yang benar dan yang salah. Alquran memberikan pedoman, bagi manusia jalan mana yang lurus dan yang sesat, arah yang membawa bahagia dan arah yang membawa kesengsaraan.
Barang siapa membenarkan Alquran itu dan mengamalkan segala petunjuk yang terdapat di dalamnya, tentulah ia memperoleh rahmat dalam kehidupan dunia dan akhirat Alquran memberi kabar yang menyenangkan kepada orang yang taat dan tobat kepada Allah dengan kabar pahala yang besar di akhirat dan kemuliaan yang tinggi bagi mereka.
Rasul saw yang diberi wahyu oleh Allah SWT menyampaikan Alquran itu, kelak akan dimintai pula pertanggungjawaban tentang tugas dan kewajibannya itu pada hari kiamat sebagaimana firman Allah:
فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ وَمَا كُنَّا غَائِبِينَ (7)
Artinya:
Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus Rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) Rasul-rasul (Kami).
(Q.S Al A'raf: 7)
Penjelasan Alquran kepada manusia tentang masalah-masalah agama ada yang terperinci, ada pula yang umum. Rasul saw menjelaskan ayat-ayat Allah yang masih bersifat umum itu.
Firman Allah SWT:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya:
Dan Kami turunkan kepadamu Alquran agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan".
(Q.S An Nahl: 44)
Kecuali menjelaskan ayat-ayat yang umum, Rasul saw menetapkan pula petunjuk-petunjuk dan hukum-hukum yang bertalian dengan urusan agama dan akhlak.
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemunkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.(QS. 16:90)
Surah An Nahl 90
وأجمع آية في كتاب الله للخير والشر الأية التي فى النحل إن الله يأمر بالعدل ولأحسان
Artinya:
Dan ayat yang paling luas lingkupnya dalam Alquran tentang kebaikan dan kejahatan ialah ayat dalam surah An Nahl (yang artinya): "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebaikan"
(H.R Bukhari dan Ibnu Jarir dari Ibnu Mas'ud)
Diriwayatkan oleh Ikrimah bahwasanya Nabi Muhammad saw membacakan kepada Al Walid: "Ulang kembali hai saudaraku", kata beliau maka Rasul saw mengulang kembali membaca ayat itu. lalu Al Walid berkata: "Demi Allah sungguh Alquran ini memiliki kelezatan dan keindahan, di atasnya berbuah di bawahnya berakar, dan bukanlah dia kata-kata manusia. (H.R Ibnu Jarir)
Seorang sahabat pada mulanya kurang senang kepada Rasul saw. Sewaktu dibicarakan kepadanya ayat ini oleh Rasul saw maka iman dalam jiwanya menjadi teguh dan dia menjadi kasih kepada Nabi saw. (H.R Imam Ahmad)
Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan berbuat adil dalam melaksanakan isi Alquran yang menjelaskan segala aspek kehidupan manusia, serta berbuat ihsan (keutamaan). Adil berarti mewujudkan kesamaan dan keseimbangan di antara hak dan kewajiban mereka. Hak asasi mereka tidaklah boleh dikurangi disebabkan adanya kewajiban atas mereka.
Kezaliman lawan dari keadilan wajib dijauhi. Hak setiap orang harus diberikan sebagaimana mestinya. Kebahagiaan barulah dirasakan oleh manusia bilamana hak-hak mereka dijamin dalam masyarakat, hak setiap orang dihargai, dan golongan yang kuat mengayomi yang lemah. Penyimpangan dari keadilan adalah penyimpangan dari Sunah Allah menciptakan alam ini dan hal ini tentulah akan menimbulkan kekacauan dan keguncangan dalam masyarakat manusia seperti putusnya hubungan cinta kasih sesama manusia, tertanamnya dalam hati manusia rasa dendam, kebencian, iri, dengki dan sebagainya.
Semua ini akan menimbulkan permusuhan yang menuju kehancuran. Oleh karena itu agama Islam menegakkan dasar-dasar keadilan untuk memelihara kelangsungan hidup masyarakat manusia itu. Dalam Alquran banyak didapat ayat-ayat yang turun di Mekah maupun di Madinah, memerintahkan manusia berbuat adil dan melarang kelaliman.
Firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (8)
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".
(Q.S Al Ma'idah: 8)
Allah SWT menetapkan keadilan sebagai dasar umum bagi kehidupan masyarakat untuk setiap bangsa dan masa, untuk setiap umat pada segala zaman. Keadilan merupakan tujuan dan pengutusan Rasul-rasul ke dunia dan tujuan dari syariat dan hukum yang diturunkan bersama mereka.
Firman Allah SWT:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ (25)
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan Rasul-rasul Nya. Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
(Q.S Al Hadid: 25)
Menurut Muhammad Syaltut, Allah SWT menyebutkan besi dalam rangkaian pembinaan keadilan, mengandung isyarat yang kuat dan jelas bahwa pembinaan dan pelaksanaan keadilan adalah ketentuan Ilahi yang wajib dikerjakan, dan pelaksana-pelaksananya dapat mempergunakan kekuatan yang dibenarkan Tuhan dengan peralatan besi (senjata) yang punya daya yang dahsyat.
Adapun macam-macam keadilan yang dikemukakan oleh Islam sebagai berikut:
Pertama: Keadilan dalam kepercayaan.
Menurut Alquran kepercayaan syirik itu suatu kelaliman.
Firman Allah SWT:
لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13)
Artinya:
"Janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar".
(Q.S Luqman: 13)
Mengesakan Tuhan adalah suatu keadilan, sebab hanya Dia sendiri yang menjadi sumber hidup dan kehidupan. Dia memberi nikmat lahiriyah dan batiniyah. Maka segala ibadah, syukur dan pujian hanyalah teruntuk kepada Allah SWT sendiri. Mengarahkan ibadah dan pujian kepada selain Allah adalah perbuatan yang tidak adil atau suatu kelaliman. Hak manusia mendapatkan rahmat dan nikmat dari Allah, maka kewajiban manusia seharusnya meng Esakan Allah dalam iktikad dan ibadah.
Kedua: Keadilan dalam hidup rumah tangga.
Rumah tangga merupakan masyarakat. Bilamana rumah tangga sejahtera masyarakatpun akan sejahtera dan negara akan kuat.
Dari rumah tangga yang baik, lahir individu-individu anak yang baik pula karena demikian itu, Islam menetapkan peraturan-peraturan dalam pembinaan rumah tangga yang cukup luas dan sempurna. Keadilan tidak hanya mendasari ketentuan-ketentuan formal yang menyangkut hak kewajiban suami istri, tetapi juga keadilan mendasari hubungan kasih sayang dengan istri.
Dalam hal yang khusus seseorang diperbolehkan beristri lebih dari satu. Akan tetapi kebolehan itu dengan persyaratan adanya keadilan dalam hubungan dengan istri-istri.
Firman Allah SWT:
وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلَّا تَعُولُوا (3)
Artinya:
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja....... yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
(Q.S An Nisa': 3)
Jika keadilan tersebut tidak dapat ditegakkan sehingga menimbulkan keresahan dan penderitaan, maka kebolehan beristri lebih dari satu tidak berlaku lagi.
Ketiga: Keadilan dalam perjanjian.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup orang-orang ataupun suatu bangsa, pastilah dia memerlukan bantuan orang lain. Tolong menolong, bantu membantu sesama manusia dalam usaha mencapai kebutuhan masing-masing merupakan ciri kehidupan kemanusiaan. Agama Islam memberikan tuntunan dalam menyelenggarakan hidup tolong-menolong itu. Umpama dalam soal muamalah, seperti utang piutang, jual beli, sewa menyewa dan sebagainya, dengan suatu perjanjian. Islam memerintahkan agar perjanjian itu ditulis.
Firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ أَنْ يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْئًا فَإِنْ كَانَ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا أَوْ لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُ بِالْعَدْلِ وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا وَلَا تَسْأَمُوا أَنْ تَكْتُبُوهُ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا إِلَى أَجَلِهِ
Artinya:
Hai orang-orang beriman, apabila kamu bermuamalah, tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.......yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguan.
(Q.S Al Baqarah: 282)
Pada persaksian yang banyak terjadi dalam perjanjian-perjanjian Islam menetapkan pula adanya keadilan, Keadilan dalam persaksian ialah melaksanakannya secara jujur isi kesaksian itu tanpa penyelewengan dan pemalsuan.
Firman Allah SWT:
اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنْ
Artinya:
Janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya.
(Q.S Al Baqarah: 283)
Firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu".
(Q.S An Nisa': 135)
Keempat: Keadilan dalam hukum.
Dalam Islam semua manusia sama di hadapan Tuhan, tidak ada perbedaan orang kulit putih dan orang kulit hitam, antara anak raja dengan anak rakyat, semua sama dalam perlakuan hukum. Melaksanakan keadilan hukum dipandang oleh Islam sebagai melaksanakan amanat.
Firman Allah SWT:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
(Q.S An Nisa': 58)
Demikian beberapa macam keadilan yang ditulis dan jelas diperintahkan oleh Islam. Di samping berbuat keadilan Allah SWT memerintahkan pula ihsan yang berarti keutamaan seperti membalas kebaikan orang lain dengan kebaikan yang lebih baik/besar atau memaafkan orang lain.
Tingkat keutamaan (al ihsan) yang tertinggi ialah berbuat kebaikan terhadap orang yang bersalah.
Diriwayatkan bahwa Isa as pernah berkata: "Sesungguhnya keutamaan itu ialah kamu berbuat baik kepada orang yang bersalah terhadapmu". Bukanlah keutamaan bila kamu berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik kepadamu.
Nabi Muhammad saw menerangkan tentang ihsan, sabdanya:
الأحسان أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك
Artinya:
Keutamaan itu ialah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihatnya, karena meskipun kamu tidak melihatnya, tapi Dia melihatmu".
(H.R Bukhari dari Abu Hurairah)
Allah SWT memerintahkan pula dalam ayat ini untuk memberikan sedekah kepada kerabat untuk kebutuhan mereka. Bersedekah kepada kerabat sebenarnya sudah termasuk dalam pengakuan berbuat adil dan keutamaan (ihsan). Namun disebutkan secara khusus untuk memberikan pengertian bahwa urusan memberikan bantuan pertolongan kepada kerabat hendaklah diperhatikan dan diutamakan.
Sesudah menerangkan ketiga perkara yang diperintahkan kepada umat manusia, Allah SWT meneruskan dengan menerangkan tiga perkara lagi yang harus ditinggalkan.
Pertama: Melarang berbuat keji (Fahisyah). Yaitu perbuatan-perbuatan yang didasarkan pada pemuasan hawa nafsu seperti zina, minuman minuman yang memabukkan, mencuri.
Kedua: Melarang berbuat mungkar yaitu perbuatan yang buruk yang berlawanan dengan pikiran yang waras, seperti membunuh, merampas hak orang lain.
Ketiga: Melarang permusuhan seperti sewenang-wenang terhadap orang lain.
Demikianlah dalam ayat ini. Allah SWT memerintahkan kepada tiga perkara yang harus dikerjakan, berbuat adil, ihsan dan mengeratkan kekerabatan. Dan melarang tiga perkara yaitu: Berbuat keji, mungkar, dan permusuhan.
Kesemuanya itu merupakan pengajaran kepada manusia yang membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, maka sewajarnya manusia itu mengamalkannya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 90
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (90)
(Sesungguhnya Allah menyuruh kalian berlaku adil) bertauhid atau berlaku adil dengan sesungguhnya (dan berbuat kebaikan) menunaikan fardu-fardu, atau hendaknya kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya sebagaimana yang telah dijelaskan oleh hadis (memberi) bantuan (kepada kaum kerabat) famili; mereka disebutkan secara khusus di sini, sebagai pertanda bahwa mereka harus dipentingkan terlebih dahulu (dan Allah melarang dari perbuatan keji) yakni zina (dan kemungkaran) menurut hukum syariat, yaitu berupa perbuatan kekafiran dan kemaksiatan (dan permusuhan) menganiaya orang lain. Lafal al-baghyu disebutkan di sini secara khusus sebagai pertanda, bahwa ia harus lebih dijauhi; dan demikian pula halnya dengan penyebutan lafal al-fahsyaa (Dia memberi pengajaran kepada kalian) melalui perintah dan larangan-Nya (agar kalian dapat mengambil pelajaran) mengambil pelajaran dari hal tersebut. Di dalam lafal tadzakkaruuna menurut bentuk asalnya ialah huruf ta-nya diidghamkan kepada huruf dzal. Di dalam kitab Al-Mustadrak disebutkan suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Masud yang telah mengatakan, bahwa ayat ini yakni ayat 90 surah An-Nahl, adalah ayat yang paling padat mengandung anjuran melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan di dalam Alquran.
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (90)
Ayat ini termasuk ayat yang sangat luas dalam pengertiannya. Banyak diriwayatkan hadis-hadis Rasul tentang keutamaannya di antaranya sabda Rasul:وأجمع آية في كتاب الله للخير والشر الأية التي فى النحل إن الله يأمر بالعدل ولأحسان
Artinya:
Dan ayat yang paling luas lingkupnya dalam Alquran tentang kebaikan dan kejahatan ialah ayat dalam surah An Nahl (yang artinya): "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebaikan"
(H.R Bukhari dan Ibnu Jarir dari Ibnu Mas'ud)
Diriwayatkan oleh Ikrimah bahwasanya Nabi Muhammad saw membacakan kepada Al Walid: "Ulang kembali hai saudaraku", kata beliau maka Rasul saw mengulang kembali membaca ayat itu. lalu Al Walid berkata: "Demi Allah sungguh Alquran ini memiliki kelezatan dan keindahan, di atasnya berbuah di bawahnya berakar, dan bukanlah dia kata-kata manusia. (H.R Ibnu Jarir)
Seorang sahabat pada mulanya kurang senang kepada Rasul saw. Sewaktu dibicarakan kepadanya ayat ini oleh Rasul saw maka iman dalam jiwanya menjadi teguh dan dia menjadi kasih kepada Nabi saw. (H.R Imam Ahmad)
Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan berbuat adil dalam melaksanakan isi Alquran yang menjelaskan segala aspek kehidupan manusia, serta berbuat ihsan (keutamaan). Adil berarti mewujudkan kesamaan dan keseimbangan di antara hak dan kewajiban mereka. Hak asasi mereka tidaklah boleh dikurangi disebabkan adanya kewajiban atas mereka.
Kezaliman lawan dari keadilan wajib dijauhi. Hak setiap orang harus diberikan sebagaimana mestinya. Kebahagiaan barulah dirasakan oleh manusia bilamana hak-hak mereka dijamin dalam masyarakat, hak setiap orang dihargai, dan golongan yang kuat mengayomi yang lemah. Penyimpangan dari keadilan adalah penyimpangan dari Sunah Allah menciptakan alam ini dan hal ini tentulah akan menimbulkan kekacauan dan keguncangan dalam masyarakat manusia seperti putusnya hubungan cinta kasih sesama manusia, tertanamnya dalam hati manusia rasa dendam, kebencian, iri, dengki dan sebagainya.
Semua ini akan menimbulkan permusuhan yang menuju kehancuran. Oleh karena itu agama Islam menegakkan dasar-dasar keadilan untuk memelihara kelangsungan hidup masyarakat manusia itu. Dalam Alquran banyak didapat ayat-ayat yang turun di Mekah maupun di Madinah, memerintahkan manusia berbuat adil dan melarang kelaliman.
Firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (8)
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".
(Q.S Al Ma'idah: 8)
Allah SWT menetapkan keadilan sebagai dasar umum bagi kehidupan masyarakat untuk setiap bangsa dan masa, untuk setiap umat pada segala zaman. Keadilan merupakan tujuan dan pengutusan Rasul-rasul ke dunia dan tujuan dari syariat dan hukum yang diturunkan bersama mereka.
Firman Allah SWT:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ (25)
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan Rasul-rasul Nya. Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
(Q.S Al Hadid: 25)
Menurut Muhammad Syaltut, Allah SWT menyebutkan besi dalam rangkaian pembinaan keadilan, mengandung isyarat yang kuat dan jelas bahwa pembinaan dan pelaksanaan keadilan adalah ketentuan Ilahi yang wajib dikerjakan, dan pelaksana-pelaksananya dapat mempergunakan kekuatan yang dibenarkan Tuhan dengan peralatan besi (senjata) yang punya daya yang dahsyat.
Adapun macam-macam keadilan yang dikemukakan oleh Islam sebagai berikut:
Pertama: Keadilan dalam kepercayaan.
Menurut Alquran kepercayaan syirik itu suatu kelaliman.
Firman Allah SWT:
لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13)
Artinya:
"Janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar".
(Q.S Luqman: 13)
Mengesakan Tuhan adalah suatu keadilan, sebab hanya Dia sendiri yang menjadi sumber hidup dan kehidupan. Dia memberi nikmat lahiriyah dan batiniyah. Maka segala ibadah, syukur dan pujian hanyalah teruntuk kepada Allah SWT sendiri. Mengarahkan ibadah dan pujian kepada selain Allah adalah perbuatan yang tidak adil atau suatu kelaliman. Hak manusia mendapatkan rahmat dan nikmat dari Allah, maka kewajiban manusia seharusnya meng Esakan Allah dalam iktikad dan ibadah.
Kedua: Keadilan dalam hidup rumah tangga.
Rumah tangga merupakan masyarakat. Bilamana rumah tangga sejahtera masyarakatpun akan sejahtera dan negara akan kuat.
Dari rumah tangga yang baik, lahir individu-individu anak yang baik pula karena demikian itu, Islam menetapkan peraturan-peraturan dalam pembinaan rumah tangga yang cukup luas dan sempurna. Keadilan tidak hanya mendasari ketentuan-ketentuan formal yang menyangkut hak kewajiban suami istri, tetapi juga keadilan mendasari hubungan kasih sayang dengan istri.
Dalam hal yang khusus seseorang diperbolehkan beristri lebih dari satu. Akan tetapi kebolehan itu dengan persyaratan adanya keadilan dalam hubungan dengan istri-istri.
Firman Allah SWT:
وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلَّا تَعُولُوا (3)
Artinya:
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja....... yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
(Q.S An Nisa': 3)
Jika keadilan tersebut tidak dapat ditegakkan sehingga menimbulkan keresahan dan penderitaan, maka kebolehan beristri lebih dari satu tidak berlaku lagi.
Ketiga: Keadilan dalam perjanjian.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup orang-orang ataupun suatu bangsa, pastilah dia memerlukan bantuan orang lain. Tolong menolong, bantu membantu sesama manusia dalam usaha mencapai kebutuhan masing-masing merupakan ciri kehidupan kemanusiaan. Agama Islam memberikan tuntunan dalam menyelenggarakan hidup tolong-menolong itu. Umpama dalam soal muamalah, seperti utang piutang, jual beli, sewa menyewa dan sebagainya, dengan suatu perjanjian. Islam memerintahkan agar perjanjian itu ditulis.
Firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ أَنْ يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْئًا فَإِنْ كَانَ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا أَوْ لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يُمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهُ بِالْعَدْلِ وَاسْتَشْهِدُوا شَهِيدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ فَإِنْ لَمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاءِ أَنْ تَضِلَّ إِحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الْأُخْرَى وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَاءُ إِذَا مَا دُعُوا وَلَا تَسْأَمُوا أَنْ تَكْتُبُوهُ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا إِلَى أَجَلِهِ
Artinya:
Hai orang-orang beriman, apabila kamu bermuamalah, tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.......yang demikian itu lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguan.
(Q.S Al Baqarah: 282)
Pada persaksian yang banyak terjadi dalam perjanjian-perjanjian Islam menetapkan pula adanya keadilan, Keadilan dalam persaksian ialah melaksanakannya secara jujur isi kesaksian itu tanpa penyelewengan dan pemalsuan.
Firman Allah SWT:
اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنْ
Artinya:
Janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya.
(Q.S Al Baqarah: 283)
Firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu".
(Q.S An Nisa': 135)
Keempat: Keadilan dalam hukum.
Dalam Islam semua manusia sama di hadapan Tuhan, tidak ada perbedaan orang kulit putih dan orang kulit hitam, antara anak raja dengan anak rakyat, semua sama dalam perlakuan hukum. Melaksanakan keadilan hukum dipandang oleh Islam sebagai melaksanakan amanat.
Firman Allah SWT:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
(Q.S An Nisa': 58)
Demikian beberapa macam keadilan yang ditulis dan jelas diperintahkan oleh Islam. Di samping berbuat keadilan Allah SWT memerintahkan pula ihsan yang berarti keutamaan seperti membalas kebaikan orang lain dengan kebaikan yang lebih baik/besar atau memaafkan orang lain.
Tingkat keutamaan (al ihsan) yang tertinggi ialah berbuat kebaikan terhadap orang yang bersalah.
Diriwayatkan bahwa Isa as pernah berkata: "Sesungguhnya keutamaan itu ialah kamu berbuat baik kepada orang yang bersalah terhadapmu". Bukanlah keutamaan bila kamu berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik kepadamu.
Nabi Muhammad saw menerangkan tentang ihsan, sabdanya:
الأحسان أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك
Artinya:
Keutamaan itu ialah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihatnya, karena meskipun kamu tidak melihatnya, tapi Dia melihatmu".
(H.R Bukhari dari Abu Hurairah)
Allah SWT memerintahkan pula dalam ayat ini untuk memberikan sedekah kepada kerabat untuk kebutuhan mereka. Bersedekah kepada kerabat sebenarnya sudah termasuk dalam pengakuan berbuat adil dan keutamaan (ihsan). Namun disebutkan secara khusus untuk memberikan pengertian bahwa urusan memberikan bantuan pertolongan kepada kerabat hendaklah diperhatikan dan diutamakan.
Sesudah menerangkan ketiga perkara yang diperintahkan kepada umat manusia, Allah SWT meneruskan dengan menerangkan tiga perkara lagi yang harus ditinggalkan.
Pertama: Melarang berbuat keji (Fahisyah). Yaitu perbuatan-perbuatan yang didasarkan pada pemuasan hawa nafsu seperti zina, minuman minuman yang memabukkan, mencuri.
Kedua: Melarang berbuat mungkar yaitu perbuatan yang buruk yang berlawanan dengan pikiran yang waras, seperti membunuh, merampas hak orang lain.
Ketiga: Melarang permusuhan seperti sewenang-wenang terhadap orang lain.
Demikianlah dalam ayat ini. Allah SWT memerintahkan kepada tiga perkara yang harus dikerjakan, berbuat adil, ihsan dan mengeratkan kekerabatan. Dan melarang tiga perkara yaitu: Berbuat keji, mungkar, dan permusuhan.
Kesemuanya itu merupakan pengajaran kepada manusia yang membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, maka sewajarnya manusia itu mengamalkannya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 90
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (90)
(Sesungguhnya Allah menyuruh kalian berlaku adil) bertauhid atau berlaku adil dengan sesungguhnya (dan berbuat kebaikan) menunaikan fardu-fardu, atau hendaknya kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya sebagaimana yang telah dijelaskan oleh hadis (memberi) bantuan (kepada kaum kerabat) famili; mereka disebutkan secara khusus di sini, sebagai pertanda bahwa mereka harus dipentingkan terlebih dahulu (dan Allah melarang dari perbuatan keji) yakni zina (dan kemungkaran) menurut hukum syariat, yaitu berupa perbuatan kekafiran dan kemaksiatan (dan permusuhan) menganiaya orang lain. Lafal al-baghyu disebutkan di sini secara khusus sebagai pertanda, bahwa ia harus lebih dijauhi; dan demikian pula halnya dengan penyebutan lafal al-fahsyaa (Dia memberi pengajaran kepada kalian) melalui perintah dan larangan-Nya (agar kalian dapat mengambil pelajaran) mengambil pelajaran dari hal tersebut. Di dalam lafal tadzakkaruuna menurut bentuk asalnya ialah huruf ta-nya diidghamkan kepada huruf dzal. Di dalam kitab Al-Mustadrak disebutkan suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Masud yang telah mengatakan, bahwa ayat ini yakni ayat 90 surah An-Nahl, adalah ayat yang paling padat mengandung anjuran melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan di dalam Alquran.
91. Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu
berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah
meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu
(terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
kamu perbuat.(QS. 16:91)
Surah An Nahl 91
Menurut ayat ini, semua ikatan perjanjian yang dibuat dengan kehendak sendiri, wajib dipenuhi baik perjanjian itu sesama kaum Muslimin ataupun terhadap orang di luar Islam. Allah SWT melarang melanggar sumpah yang diucapkan dengan mempergunakan nama Allah, karena di dalam sumpah demikian itu Allah telah ditempatkan sebagai saksi, maka Dia akan memberi pahala bagi mereka yang memenuhi apa yang diucapkannya dengan sumpah itu atau membalas dengan azab bagi mereka yang mengkhianati sumpah itu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala amal perbuatan manusia. Dialah yang mengetahui segala perjanjian yang mereka ikat. Segala ikrar yang mereka sumpahkan, dan mengetahui pula bagaimana mereka memenuhi janji dan sumpah itu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 91
وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ (91)
(Dan tepatilah perjanjian dengan Allah) dalam masalah jual beli dan sumpah-sumpah serta masalah-masalah yang lain (apabila kalian berjanji dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya) artinya sesudah sumpah-sumpah itu kalian teguhkan (sedangkan kalian telah menjadikan Allah sebagai saksi kalian) untuk memenuhinya, karena kalian telah bersumpah dengan memakai nama-Nya; jumlah ayat ini berkedudukan menjadi hal atau kalimat keterangan. (Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kalian perbuat) ayat ini merupakan ancaman buat mereka yang membatalkan sumpahnya.
92. Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.(QS. 16:92)
Surah An Nahl 92
Pelanggaran terhadap baiat perjanjian atau sumpah berarti menjadikan sumpah sebagai alat penipuan sesama manusia. Sebab bilamana suatu golongan atau seseorang mengadakan ikatan perjanjian dengan golongan lain yang lebih besar dan kuat dari pada dia dengan maksud menenteramkan hati golongan yang besar itu kemudian jika ada kemungkinan mengkhianati perjanjian itu, dia akan mengkhianatinya, maka tingkah laku seperti demikian itu dipandang suatu penipuan.
Allah SWT melarang tingkah laku demikian. Perbuatan demikian itu perbuatan bodoh dan gila, walaupun dia dari golongan yang kecil berhadapan dengan golongan yang besar.
Lebih terlarang lagi jika golongan besar membatalkan perjanjian terhadap golongan yang lebih kecil.
Diriwayatkan oleh Muawiyah, Khalifah pertama Daulat Bani Umaiyah, mengikat perjanjian damai dengan Kaisar Romawi dalam jangka tertentu. Menjelang akhir perjanjian damai tersebut, Muawiyah membawa pasukannya ke perbatasan dengan rencana bila saat perjanjian itu berakhir dia langsung akan menyerang. Maka berkatalah seorang sahabat kepadanya, namanya Amru bin Anbisah: "Allahu Akbar wahai Muawiyah, tepatilah janji, jangan khianat, aku dengar Rasul saw bersabda:
من كان بينه وبين قوم أجل فلا يحلن عقدة حيى ينقضي أحدها
Artinya:
Barangsiapa ada perjanjian waktu di antara dia dengan golongan lain, maka sekali-kali janganlah dia membatalkan perjanjian itu sampai habis waktunya.
Setelah Muawiyah mendengarkan peringatan temannya itu, diapun pulang membawa kembali pasukannya. Demikianlah Islam menetapkan ketentuan-ketentuan dalam tata pergaulan antara manusia untuk menguji di antara mereka siapakah yang paling kuat berpegang kepada perjanjian yang mereka adakan sendiri. Baik perjanjian itu kepada Allah dan Rasul Nya seperti baiat, ataupun kepada sesama manusia. Pada hari kiamat kelak akan menjadi kenyataan, mana yang hak, mana yang batal dan mana yang jujur, mana yang khianat. Segala perselisihan akan dijelaskan, masing-masing akan mendapat ganjaran dari Allah SWT.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 92
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (92)
(Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan) merusak (benangnya) hasil apa yang telah dipintalnya (yang sudah dipintal dengan kuat) sudah dijadikan benang (menjadi cerai-berai kembali) lafal ankaatsan berkedudukan menjadi hal, bentuk jamak daripada lafal naktsun; artinya mencerai-beraikan benang yang sudah dipintal kuat. Hal ini merupakan gambaran tentang seorang wanita penduduk kota Mekah; ia setiap hari memintal benang, tetapi sesudah benang itu jadi, lalu ia uraikan kembali; wanita itu dikenal sebagai wanita yang tolol (kalian menjadikan) lafal tattakhidzuuna menjadi hal dari dhamir lafal takuunuu; artinya janganlah kalian seperti wanita yang tolol itu, yaitu kalian menjadikan (sumpah kalian sebagai alat penipu) arti dakhalan ialah memasukkan sesuatu bukan pada tempatnya dan ia bukan merupakan bagian daripadanya; makna yang dimaksud ialah menimbulkan kerusakan atau tipu muslihat (di antara kalian) seumpamanya kalian merusak sumpah itu (disebabkan) lafal an di sini asalnya lian (adanya satu golongan) satu kelompok (yang lebih banyak) jumlahnya (dari golongan yang lain). Disebutkan bahwa mereka mengadakan sumpah perjanjian pertahanan dengan suatu golongan, tetapi bila mereka melihat ada golongan yang lain yang lebih kuat dan lebih banyak jumlahnya, lalu mereka merusak dan membatalkan perjanjiannya dengan golongan yang pertama itu, kemudian mereka mengadakan perjanjian pertahanan dengan golongan yang baru dan yang lebih kuat itu. (Sesungguhnya kalian dicoba) diuji (oleh Allah dengannya) yakni dengan perintah supaya kalian memenuhi sumpah, agar Dia melihat siapakah yang taat di antara kalian dan siapa yang durhaka. Atau membuat suatu umat yang kuat agar Dia melihat apakah mereka memenuhi janjinya atau tidak. (Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepada kalian apa yang dahulu kalian perselisihkan itu) sewaktu di dunia menyangkut masalah sumpah dan masalah-masalah lainnya; kelak Dia akan mengazab orang yang melanggar sumpahnya dan akan memberi pahala kepada orang yang memenuhinya.
93. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.(QS. 16:93)
Surah An Nahl 93
94. Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki (mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah; dan bagimu azab yang besar.(QS. 16:94)
Surah An Nahl 94
Allah SWT tidak membenarkan jika membuat perjanjian hanya untuk mengelabui manusia. Sebab timbulnya larangan ini ialah, adanya keinginan dari kaum Muslimin untuk membatalkan baiat mereka itu yang telah diperbuat dengan sumpah. Jika mereka melakukan hal demikian itu berarti kaki mereka tergelincir sesudah berpijak di tempat yang teduh.
Mereka akan mengalami penderitaan disebabkan tindakan mereka yang menjadikan sumpah sebagai alat penipu di antara manusia. Ada tiga larangan yang mereka langgar jika mereka melakukan tindakan demikian itu.
Pertama: Mereka tambah jauh dari kebenaran dan dari hidayah Allah SWT, padahal sudah berada sebelumnya di dalam garis kebenaran itu.
Kedua: Mereka memberi contoh dan kebiasaan orang lain di dalam penyelewengan dari jalan Allah SWT karena kebiasaan yang jelek itu, patutlah mereka mendapat azab di dunia. Seperti pembunuhan penangkapan perampasan, dan pengusiran dari kampung halaman.
Ketiga: Mereka akan diazab di akhirat sebagai balasan atas kelancangan mereka menjauhi kebenaran dan mereka di masukkan ke dalam golongan orang yang sengsara dan sesat.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 94
وَلَا تَتَّخِذُوا أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ فَتَزِلَّ قَدَمٌ بَعْدَ ثُبُوتِهَا وَتَذُوقُوا السُّوءَ بِمَا صَدَدْتُمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (94)
(Dan janganlah kalian jadikan sumpah-sumpah kalian sebagai alat penipu di antara kalian) Allah swt. mengulang-ulang kalimat ini untuk mengukuhkannya (yang menyebabkan tergelincir kaki kalian) artinya kalian tergelincir dari ajaran Islam (sesudah kokoh tegaknya) sesudah kalian teguh memegangnya (dan kalian rasakan azab) siksaan (karena kalian menghalangi manusia dari jalan Allah) artinya disebabkan kalian tidak mau memenuhi janji kalian sendiri, atau disebabkan kalian menghalang-halangi orang lain untuk memenuhi sumpah dan janjinya, kemudian orang lain itu menuruti perintah kalian (dan bagi kalian azab yang besar) di akhirat nanti.
95. Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah), sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(QS. 16:95)
Surah An Nahl 95
Kemudian orang-orang Quraisy menjanjikan pula kepada orang Islam memberikan pemberian jika mereka mau kembali kepada agama syirik. Oleh sebab itu, Allah memperingatkan mereka dengan ayat ini dan mencegah mereka, agar jangan sampai membatalkan baiat kepada' Nabi itu, hanya untuk memperoleh harta duniawi. Karena apa yang ada pada Allah seperti pahala di akhirat dan agama yang dibawa Nabi saw untuk kehidupan duniawi, jauh lebih baik dari apa yang dijanjikan oleh pemimpin musyrik itu. Jika mereka mempergunakan akal pikiran dan merenungkan persoalan-persoalan itu, tentulah mereka lebih cenderung untuk tetap setia kepada Nabi saw dan menolak ajakan pemimpin-pemimpin musyrik itu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 95
وَلَا تَشْتَرُوا بِعَهْدِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا إِنَّمَا عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (95)
(Dan janganlah kalian tukar perjanjian kalian dengan Allah dengan harga yang sedikit) berupa keduniaan, seumpamanya kalian membatalkan janji itu demi karena perkara duniawi (sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah) berupa pahala (itulah yang lebih baik bagi kalian) daripada apa yang terdapat di dunia (jika kalian mengetahui) hal tersebut; maka oleh sebab itu janganlah kalian merusak janji kalian.
96. Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(QS. 16:96)
Surah An Nahl 96
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 96
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (96)
(Apa yang di sisi kalian) berupa duniawi (akan lenyap) akan musnah (dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal) abadi. (Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan) dapat dibaca walayajziyanna dan walanajziyanna (orang-orang yang sabar) demi menunaikan janjinya (dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan) lafal ahsana di sini maknanya sama dengan hasuna.
97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(QS. 16:97)
Surah An Nahl 97
Kehidupan bahagia dalam dunia ini suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh kesenangan dan kedamaian berkat dia merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari pada Nya
Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala apa yang diperuntukkan kepadanya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dan penakdiran Allah SWT.
Adapun di akhirat dia akan memperoleh dari Allah balasan pahala yang besar dan paling baik karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya dan berkat iman yang bersih yang mengisi jiwanya.
98. Apabila kamu membaca Al quran hendaklah kamu minta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.(QS. 16:98)
Surah An Nahl 98
Firman Allah SWT:
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ (201)
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa waswas dari setan, mereka ingat kepada Allah maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.
(Q.S Al A'raf: 201)
Bilamana Allah SWT menyuruh Rasul Nya untuk berlindung kepada Allah SWT ketika akan membaca Alquran, padahal sudah dinyatakan terpelihara, bagaimana dengan manusia yang bukan rasul. Sungguh manusia itu lemah dan mudah terpengaruh oleh setan dalam memahami Alquran, oleh karena itu Allah memerintahkan untuk memohon pertolongan kepada Nya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 98
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (98)
(Apabila kamu membaca Alquran) artinya bila kamu hendak membaca Alquran (hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk) artinya ucapkanlah a`uudzu billaahi minasy syaithaanirrajiim.
99. Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.(QS. 16:99)
Surah An Nahl 99
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 99
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (99)
(Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaan baginya) tidak mempunyai pengaruh (atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Rabbnya.)
100. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.(QS. 16:100)
Surah An Nahl 91
وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ (91)
Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kaum Muslimin untuk menepati ikatan perjanjian mereka dengan Allah bilamana mereka sudah mengikat janji itu. Menurut Ibnu Jarir ayat-ayat ini diturunkan dengan baiat (janji setia) kepada Nabi Muhammad saw yang dilakukan oleh orang-orang yang baru masuk Islam. Mereka diperintahkan untuk menepati janji setia yang telah mereka teguhkan dengan sumpah itu, dan mencegah mereka membatalkannya. Jumlah kaum Muslimin yang sedikit janganlah mendorong mereka untuk membatalkan baiat itu setelah melihat jumlah kaum musyrikin yang besar.Menurut ayat ini, semua ikatan perjanjian yang dibuat dengan kehendak sendiri, wajib dipenuhi baik perjanjian itu sesama kaum Muslimin ataupun terhadap orang di luar Islam. Allah SWT melarang melanggar sumpah yang diucapkan dengan mempergunakan nama Allah, karena di dalam sumpah demikian itu Allah telah ditempatkan sebagai saksi, maka Dia akan memberi pahala bagi mereka yang memenuhi apa yang diucapkannya dengan sumpah itu atau membalas dengan azab bagi mereka yang mengkhianati sumpah itu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala amal perbuatan manusia. Dialah yang mengetahui segala perjanjian yang mereka ikat. Segala ikrar yang mereka sumpahkan, dan mengetahui pula bagaimana mereka memenuhi janji dan sumpah itu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 91
وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ (91)
(Dan tepatilah perjanjian dengan Allah) dalam masalah jual beli dan sumpah-sumpah serta masalah-masalah yang lain (apabila kalian berjanji dan janganlah kalian membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya) artinya sesudah sumpah-sumpah itu kalian teguhkan (sedangkan kalian telah menjadikan Allah sebagai saksi kalian) untuk memenuhinya, karena kalian telah bersumpah dengan memakai nama-Nya; jumlah ayat ini berkedudukan menjadi hal atau kalimat keterangan. (Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kalian perbuat) ayat ini merupakan ancaman buat mereka yang membatalkan sumpahnya.
92. Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.(QS. 16:92)
Surah An Nahl 92
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (92)
Dalam ayat ini Allah mengumpamakan orang yang melanggar perjanjian dan sumpah itu sebagai seorang wanita yang mengurai benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. Demikian itu adalah gambaran tingkah laku orang gila dan orang bodoh.Pelanggaran terhadap baiat perjanjian atau sumpah berarti menjadikan sumpah sebagai alat penipuan sesama manusia. Sebab bilamana suatu golongan atau seseorang mengadakan ikatan perjanjian dengan golongan lain yang lebih besar dan kuat dari pada dia dengan maksud menenteramkan hati golongan yang besar itu kemudian jika ada kemungkinan mengkhianati perjanjian itu, dia akan mengkhianatinya, maka tingkah laku seperti demikian itu dipandang suatu penipuan.
Allah SWT melarang tingkah laku demikian. Perbuatan demikian itu perbuatan bodoh dan gila, walaupun dia dari golongan yang kecil berhadapan dengan golongan yang besar.
Lebih terlarang lagi jika golongan besar membatalkan perjanjian terhadap golongan yang lebih kecil.
Diriwayatkan oleh Muawiyah, Khalifah pertama Daulat Bani Umaiyah, mengikat perjanjian damai dengan Kaisar Romawi dalam jangka tertentu. Menjelang akhir perjanjian damai tersebut, Muawiyah membawa pasukannya ke perbatasan dengan rencana bila saat perjanjian itu berakhir dia langsung akan menyerang. Maka berkatalah seorang sahabat kepadanya, namanya Amru bin Anbisah: "Allahu Akbar wahai Muawiyah, tepatilah janji, jangan khianat, aku dengar Rasul saw bersabda:
من كان بينه وبين قوم أجل فلا يحلن عقدة حيى ينقضي أحدها
Artinya:
Barangsiapa ada perjanjian waktu di antara dia dengan golongan lain, maka sekali-kali janganlah dia membatalkan perjanjian itu sampai habis waktunya.
Setelah Muawiyah mendengarkan peringatan temannya itu, diapun pulang membawa kembali pasukannya. Demikianlah Islam menetapkan ketentuan-ketentuan dalam tata pergaulan antara manusia untuk menguji di antara mereka siapakah yang paling kuat berpegang kepada perjanjian yang mereka adakan sendiri. Baik perjanjian itu kepada Allah dan Rasul Nya seperti baiat, ataupun kepada sesama manusia. Pada hari kiamat kelak akan menjadi kenyataan, mana yang hak, mana yang batal dan mana yang jujur, mana yang khianat. Segala perselisihan akan dijelaskan, masing-masing akan mendapat ganjaran dari Allah SWT.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 92
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (92)
(Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan) merusak (benangnya) hasil apa yang telah dipintalnya (yang sudah dipintal dengan kuat) sudah dijadikan benang (menjadi cerai-berai kembali) lafal ankaatsan berkedudukan menjadi hal, bentuk jamak daripada lafal naktsun; artinya mencerai-beraikan benang yang sudah dipintal kuat. Hal ini merupakan gambaran tentang seorang wanita penduduk kota Mekah; ia setiap hari memintal benang, tetapi sesudah benang itu jadi, lalu ia uraikan kembali; wanita itu dikenal sebagai wanita yang tolol (kalian menjadikan) lafal tattakhidzuuna menjadi hal dari dhamir lafal takuunuu; artinya janganlah kalian seperti wanita yang tolol itu, yaitu kalian menjadikan (sumpah kalian sebagai alat penipu) arti dakhalan ialah memasukkan sesuatu bukan pada tempatnya dan ia bukan merupakan bagian daripadanya; makna yang dimaksud ialah menimbulkan kerusakan atau tipu muslihat (di antara kalian) seumpamanya kalian merusak sumpah itu (disebabkan) lafal an di sini asalnya lian (adanya satu golongan) satu kelompok (yang lebih banyak) jumlahnya (dari golongan yang lain). Disebutkan bahwa mereka mengadakan sumpah perjanjian pertahanan dengan suatu golongan, tetapi bila mereka melihat ada golongan yang lain yang lebih kuat dan lebih banyak jumlahnya, lalu mereka merusak dan membatalkan perjanjiannya dengan golongan yang pertama itu, kemudian mereka mengadakan perjanjian pertahanan dengan golongan yang baru dan yang lebih kuat itu. (Sesungguhnya kalian dicoba) diuji (oleh Allah dengannya) yakni dengan perintah supaya kalian memenuhi sumpah, agar Dia melihat siapakah yang taat di antara kalian dan siapa yang durhaka. Atau membuat suatu umat yang kuat agar Dia melihat apakah mereka memenuhi janjinya atau tidak. (Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepada kalian apa yang dahulu kalian perselisihkan itu) sewaktu di dunia menyangkut masalah sumpah dan masalah-masalah lainnya; kelak Dia akan mengazab orang yang melanggar sumpahnya dan akan memberi pahala kepada orang yang memenuhinya.
93. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.(QS. 16:93)
Surah An Nahl 93
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (93)
Kemudian Allah SWT dalam ayat ini mengemukakan, kekuasaan Nya bahwa sekiranya Dia berkehendak tentulah Dia kuasa mempersatukan manusia ke dalam satu agama sesuai dengan tabiat manusia itu, dan diadakannya kemampuan ikhtiar dan pertimbangan terhadap apa yang dikerjakan. Dengan demikian, lalu manusia itu hidup seperti halnya semut atau lebah atau hidup seperti malaikat yang diciptakan bagaikan robot yang penuh ketaatan kepada Allah, sedikitpun tidak akan menyimpang dari ketentuan yang benar, atau kesasar ke jalan kesesatan. Akan tetapi Allah SWT tidak berkehendak demikian itu dalam menciptakan manusia. Allah menciptakan manusia dengan menganugerahkan kepada mereka kemampuan berikhtiar dan berusaha dengan penuh pertimbangan. Daya pertimbangan itu sejak azali diberikan kepada manusia. Pahala dan siksa berkaitan erat dengan pilihan dan pertimbangan manusia itu. Masing-masing mereka diminta pertanggungjawaban terhadap segala perbuatan yang dihasilkan oleh pertimbangan dan pilihan mereka itu.94. Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki (mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah; dan bagimu azab yang besar.(QS. 16:94)
Surah An Nahl 94
وَلَا تَتَّخِذُوا أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ فَتَزِلَّ قَدَمٌ بَعْدَ ثُبُوتِهَا وَتَذُوقُوا السُّوءَ بِمَا صَدَدْتُمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (94)
Kemudian, Allah SWT menegaskan kembali kepada orang Islam larangan Nya menjadikan sumpah-sumpah sebagai alat penipu di antara mereka sesudah Allah SWT melarang membatalkan perjanjian dan sumpah pada umumnya, maka dalam ayat ini Allah SWT secara khusus menegaskan larangan membatalkan perjanjian yang telah dibuat kaum Muslimin dengan Nabi Muhammad saw sewaktu masih di Mekah, menjelang hijrah ke Madinah.Allah SWT tidak membenarkan jika membuat perjanjian hanya untuk mengelabui manusia. Sebab timbulnya larangan ini ialah, adanya keinginan dari kaum Muslimin untuk membatalkan baiat mereka itu yang telah diperbuat dengan sumpah. Jika mereka melakukan hal demikian itu berarti kaki mereka tergelincir sesudah berpijak di tempat yang teduh.
Mereka akan mengalami penderitaan disebabkan tindakan mereka yang menjadikan sumpah sebagai alat penipu di antara manusia. Ada tiga larangan yang mereka langgar jika mereka melakukan tindakan demikian itu.
Pertama: Mereka tambah jauh dari kebenaran dan dari hidayah Allah SWT, padahal sudah berada sebelumnya di dalam garis kebenaran itu.
Kedua: Mereka memberi contoh dan kebiasaan orang lain di dalam penyelewengan dari jalan Allah SWT karena kebiasaan yang jelek itu, patutlah mereka mendapat azab di dunia. Seperti pembunuhan penangkapan perampasan, dan pengusiran dari kampung halaman.
Ketiga: Mereka akan diazab di akhirat sebagai balasan atas kelancangan mereka menjauhi kebenaran dan mereka di masukkan ke dalam golongan orang yang sengsara dan sesat.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 94
وَلَا تَتَّخِذُوا أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ فَتَزِلَّ قَدَمٌ بَعْدَ ثُبُوتِهَا وَتَذُوقُوا السُّوءَ بِمَا صَدَدْتُمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (94)
(Dan janganlah kalian jadikan sumpah-sumpah kalian sebagai alat penipu di antara kalian) Allah swt. mengulang-ulang kalimat ini untuk mengukuhkannya (yang menyebabkan tergelincir kaki kalian) artinya kalian tergelincir dari ajaran Islam (sesudah kokoh tegaknya) sesudah kalian teguh memegangnya (dan kalian rasakan azab) siksaan (karena kalian menghalangi manusia dari jalan Allah) artinya disebabkan kalian tidak mau memenuhi janji kalian sendiri, atau disebabkan kalian menghalang-halangi orang lain untuk memenuhi sumpah dan janjinya, kemudian orang lain itu menuruti perintah kalian (dan bagi kalian azab yang besar) di akhirat nanti.
95. Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah), sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(QS. 16:95)
Surah An Nahl 95
وَلَا تَشْتَرُوا بِعَهْدِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا إِنَّمَا عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (95)
Dalam ayat ini Allah menegaskan lagi larangan Nya tentang membatalkan janji setia itu (baiat) dengan menyatakan bahwa perbuatan itu sama halnya dengan menukarkan perjanjian dengan Allah dengan harga yang murah: Misalnya untuk memperoleh keuntungan duniawi dan harta yang sedikit, mereka membatalkan suatu perjanjian yang mereka ikat sendiri. Peringatan Allah ini berhubungan dengan ihwal orang-orang Mekah yang telah membaiat Nabi saw kemudian mereka bermaksud membatalkan baiat itu karena hati mereka setelah melihat kekuatan orang Quraisy, serta penganiayaan mereka kepada orang Islam.Kemudian orang-orang Quraisy menjanjikan pula kepada orang Islam memberikan pemberian jika mereka mau kembali kepada agama syirik. Oleh sebab itu, Allah memperingatkan mereka dengan ayat ini dan mencegah mereka, agar jangan sampai membatalkan baiat kepada' Nabi itu, hanya untuk memperoleh harta duniawi. Karena apa yang ada pada Allah seperti pahala di akhirat dan agama yang dibawa Nabi saw untuk kehidupan duniawi, jauh lebih baik dari apa yang dijanjikan oleh pemimpin musyrik itu. Jika mereka mempergunakan akal pikiran dan merenungkan persoalan-persoalan itu, tentulah mereka lebih cenderung untuk tetap setia kepada Nabi saw dan menolak ajakan pemimpin-pemimpin musyrik itu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 95
وَلَا تَشْتَرُوا بِعَهْدِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا إِنَّمَا عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (95)
(Dan janganlah kalian tukar perjanjian kalian dengan Allah dengan harga yang sedikit) berupa keduniaan, seumpamanya kalian membatalkan janji itu demi karena perkara duniawi (sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah) berupa pahala (itulah yang lebih baik bagi kalian) daripada apa yang terdapat di dunia (jika kalian mengetahui) hal tersebut; maka oleh sebab itu janganlah kalian merusak janji kalian.
96. Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(QS. 16:96)
Surah An Nahl 96
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (96)
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa segala apa yang dimiliki dan datang dari manusia itu berupa pemberian-pemberian harta benda duniawi adalah terbatas dan berakhir, sedang apa yang ada pada sisi Allah berupa pahala dan ganjaran dalam surga tidak ada batasnya, tak putus-putus bahkan selama-lamanya. Maka kepada mereka yang beriman dan sabar menghadapi tugas-tugas agama dan tabah terhadap derita, Allah pasti memberi ganjaran yang lebih dari apa yang mereka kerjakan. Tuhan menonjolkan sifat sabar atau tabah karena sifat itu merupakan azas dari segala amal perbuatan.Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 96
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (96)
(Apa yang di sisi kalian) berupa duniawi (akan lenyap) akan musnah (dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal) abadi. (Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan) dapat dibaca walayajziyanna dan walanajziyanna (orang-orang yang sabar) demi menunaikan janjinya (dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan) lafal ahsana di sini maknanya sama dengan hasuna.
97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(QS. 16:97)
Surah An Nahl 97
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (97)
Kemudian Allah SWT dalam ayat ini berjanji bahwa Allah SWT benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dalam dunia kepada hamba Nya baik laki-laki maupun perempuan yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang mengikuti petunjuk Alquran dan Sunah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.Kehidupan bahagia dalam dunia ini suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh kesenangan dan kedamaian berkat dia merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari pada Nya
Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala apa yang diperuntukkan kepadanya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dan penakdiran Allah SWT.
Adapun di akhirat dia akan memperoleh dari Allah balasan pahala yang besar dan paling baik karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya dan berkat iman yang bersih yang mengisi jiwanya.
98. Apabila kamu membaca Al quran hendaklah kamu minta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.(QS. 16:98)
Surah An Nahl 98
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (98)
Kemudian dalam ayat ini Allah SWT mengajar adab membaca Alquran agar dalam membaca dan memahaminya jauh dan gangguan dan waswas setan. Alquran adalah yang memberikan petunjuk kepada manusia ke jalan kebahagiaan, dan yang menentukan mana amal perbuatan yang saleh yang berguna bagi kehidupan manusia dan mana pula perbuatan yang membawa ke jalan kesengsaraan. Akan tetapi petunjuk Alquran itu akan dimengerti dan dipahami dengan benar, apabila akal pikiran si pembaca bersih dari waswas setan.Firman Allah SWT:
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ (201)
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa waswas dari setan, mereka ingat kepada Allah maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.
(Q.S Al A'raf: 201)
Bilamana Allah SWT menyuruh Rasul Nya untuk berlindung kepada Allah SWT ketika akan membaca Alquran, padahal sudah dinyatakan terpelihara, bagaimana dengan manusia yang bukan rasul. Sungguh manusia itu lemah dan mudah terpengaruh oleh setan dalam memahami Alquran, oleh karena itu Allah memerintahkan untuk memohon pertolongan kepada Nya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 98
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (98)
(Apabila kamu membaca Alquran) artinya bila kamu hendak membaca Alquran (hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk) artinya ucapkanlah a`uudzu billaahi minasy syaithaanirrajiim.
99. Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.(QS. 16:99)
Surah An Nahl 99
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (99)
Dalam ayat itu Allah SWT menerangkan bahwa setan itu tidak punya pengaruh terhadap orang-orang yang beriman, orang-orang yang berserah diri kepada Allah SWT, sabar dan tawakal menahan derita dalam perjuangan menegakkan agama. Mereka mampu melawan waswas setan dan menolak untuk mengikuti langkah-langkahnya dan pengikut-pengikutnya. Berkat cahaya iman dalam dada mereka, tipu daya setan itu dapat mereka ketahui dan mereka atasi.Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 99
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (99)
(Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaan baginya) tidak mempunyai pengaruh (atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Rabbnya.)
100. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.(QS. 16:100)
Surah An Nahl 100
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 100
إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ (100)
(Sesungguhnya kekuasaannya hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya sebagai pemimpin) yaitu yang taat kepadanya (dan atas orang-orang yang terhadap-Nya) maksudnya kepada Allah (mereka mempersekutukan.)
إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ (100)
Setan itu hanya berpengaruh atas orang-orang yang sudah patuh ke dalam wilayah kekuasaannya, orang-orang yang memandang setan itu sebagai pemimpin lalu mencintainya dan mengikutinya serta mematuhi segala perintahnya, karena tipu daya dan godaan-godaan setan itu, mereka akhirnya mempersekutukan Tuhan atau menyembah setan itu sendiri di samping Allah SWT.Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah An Nahl 100
إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ (100)
(Sesungguhnya kekuasaannya hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya sebagai pemimpin) yaitu yang taat kepadanya (dan atas orang-orang yang terhadap-Nya) maksudnya kepada Allah (mereka mempersekutukan.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar