http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=5&SuratKe=17#Top
81. Dan katakanlah: `Yang benar telah datang dan yang
batil telah lenyap`. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang
pasti lenyap.(QS. 17:81)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Israa' 81
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا (81)
Allah
SWT memerintahkan agar Nabi Muhammad saw menyampaikan kepada
orang-orang musyrikin; "Sesungguhnya telah datang yang hak tidak ada
keraguan padanya, yaitu berupa Alquran, iman, ilmu yang bermanfaat dan
hancur lenyap yang batil yaitu kepercayaan syirik dan segala macam
bentuk yang berlawanan dengan kebenaran. Kebatilan itu tidak akan
sanggup hidup bertahan lama, karena tidak mempunyai dasar-dasar dan
sendi-sendi yang kuat.
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:
بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ وَلَكُمُ الْوَيْلُ مِمَّا تَصِفُونَ (18)
Artinya:
Sebenarnya
Kami lontarkan yang hak kepada yang batil, lalu yang hak itu
menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan
kecelakaanlah bagimu di sebabkan kamu mensifati (Allah dengan
sifat-sifat yang tidak layak bagi Nya". (Q.S. Al Anbiya: 18)
Diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata:
"Rasulullah saw telah memasuki kota Mekah di waktu penaklukan kota Mekah
dan sekitar Baitullah. Ketika itu ada 360 buah patung, maka Rasulullah
saw menusuk patung itu dengan sepotong kayu yang ada di tangannya, dan
beliau berkata:
جاء الحق وزهق الباطل إن الباطل كان زهوقا. جاء الحق وما يبدئ الباطل وما يعيد
Artinya:
Telah
datang yang hak dan telah lenyap yang batil, sesungguhnya yang batal
itu pasti lenyap. Telah datang yang hak dan yang batil tidak akan
memulai lagi dan tidak akan mengulangi. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 81
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا (81)
(Dan
katakanlah) sewaktu kamu memasuki kembali Mekah ("Yang benar telah
datang) yakni agama Islam (dan yang batil telah lenyap.") batilnya
kekafiran telah lenyap. (Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang
pasti lenyap) akan surut, lalu lenyap. Memang ketika Nabi saw. memasuki
kota Mekah, beliau menemukan tiga ratus enam puluh berhala berada di
sekitar Kakbah, kemudian Nabi saw. menusukinya dengan tongkat yang
berada di tangannya sehingga semuanya runtuh, seraya mengucapkan kalimat
tadi. Demikianlah menurut hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim.
82. Dan Kami turunkan dari Al quran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.(QS. 17:82)
Surah Al Israa' 82
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا (82)
Ayat
ini menerangkan bahwa Allah SWT menurunkan Alquran kepada Muhammad,
sebagai obat penyakit kejahilan, yaitu syirik dan kesesatan, penyakit
ragu-ragu dan penyakit munafik, yaitu penyakit-penyakit jiwa dan
merupakan rahmat bagi seluruh kaum muslimin baik bagi individu maupun
bagi masyarakat, yang mau melaksanakan perintah-perintah dan
menghentikan larangan-larangan yang tersebut di dalamnya, sehingga
mereka masuk surga dan terlepas dari azab Allah.
Alquran telah
membebaskan orang-orang Arab dari kebodohan dan kejahilan, menjadi orang
yang terkemuka di dunia pada masa-masa ke khalifahan Umaiyah dan
kekhalifahan Abbasiyah, tetapi mereka kembali menjadi terbelakang,
setelah mereka mengabaikan ajaran-ajaran Alquran.
Dahulu mereka
menjadi umat yang disegani, akhirnya mereka telah menjadi pion-pion yang
dapat dijadikan umpan peluru bagi musuh dalam percaturan dunia. Karena
mereka memperhatikan dan melaksanakan ajaran Alquran, negeri mereka
pernah menjadi pusat dunia ilmu pengetahuan, menjadi pusat perdagangan
dunia dan sebagainya, mereka pernah hidup makmur dan bahagia. Ayat ini
memperingatkan kaum Muslimin bahwa mereka akan dapat memegang peranan
kembali di dunia, jika mereka mau kembali mengikuti Alquran dan
berpegang teguh pada ajarannya yang murni, baik dalam masalah individu
maupun dalam masalah masyarakat.
Sebaliknya jika mereka tidak mau
melaksanakan ajaran Alquran yang sebenarnya, mengutamakan kepentingan
pribadi atas kepentingan agama dan masyarakat hanya memperbincangkan
masalah-masalah yang tidak berarti, yang dapat memecahkan umat, maka
Allah akan menjadikan musuh-musuh untuk mereka sebagai penguasa atas
diri mereka, sehingga menjadi tidak lebih dan tidak kurang akan menjadi
orang asing atau menjadi budak dalam rumah tangga sendiri.
Cukup
pahit pengalaman kaum Muslimin, karena mengabaikan ajaran Alquran .
Alquran menyuruh mereka bersatu dan bermusyawarah, tetapi mereka menjadi
pecah belah karena masalah-masalah khilifiah yang kecil-kecil, sedang
masalah-masalah yang penting dan besar mereka abaikan.
Ayat ini juga
mengingatkan kaum Muslimin bahwa orang-orang yang lalim, jiwanya penuh
dengan kesombongan dan ketakaburan, penuh dengan rasa dengki dan rasa
iri dan ingin jadi terkemuka serta haus kekuasaan, maka semuanya itu
akan menambah kerugian bagi diri mereka.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 82
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا (82)
(Dan
Kami turunkan dari) huruf min di sini menunjukkan makna bayan atau
penjelasan (Alquran suatu yang menjadi penawar) dari kesesatan (dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman) kepadanya (dan Alquran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim) yakni orang-orang yang
kafir (selain kerugian) dikarenakan kekafiran mereka.
83. Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia
niscaya berpalinglah dia dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan
apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.(QS. 17:83)
Surah Al Israa' 83
وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَى بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ يَئُوسًا (83)
Dalam
ayat ini Allah SWT menerangkan watak dan sifat umum yang ada pada
manusia, yaitu apabila diberikan kepada mereka nikmat harta, kekuasaan,
kemenangan dan pertolongan, mereka tidak mau taat lagi, tunduk dan patuh
kepada Nya, bahkan mereka menjauhkan diri dari pada Nya; sebaliknya
apabila mereka ditimpa kesukaran, kesengsaraan, kemiskinan dan
kekalahan, mereka berputus asa dan merasa tidak akan memperoleh
keuntungan dan kebaikan lagi. Padahal seharusnya mereka tidak berputus
asa, melainkan tetap beramal dan berusaha dengan mengharapkan
pertolongan Allah, karena menurut ajaran Alquran bahwa orang yang
berputus asa dari rahmat Allah itu berarti ia mengingkari rahmat Nya.
Ayat-ayat lain yang menerangkan keadaan manusia waktu menerima rahmat Allah, ialah firman Allah:
وَإِذَا
مَسَّ الْإِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ
قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا
إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ
Artinya:
Dan apabila manusia ditimpa bahaya
dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri,
tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali)
melalui (jalannya yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada
Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya itu. (Q.S.
Yunus: 12)
84. Katakanlah: `Tiap-tiap orang berbuat menurut
keadaannya masing-masing`. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang
lebih benar jalannya.(QS. 17:84)
Surah Al Israa' 84
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلًا (84)
Allah
memerintahkan agar Muhammad saw menyampaikan kepada umatnya bahwa
tiap-tiap orang itu bekerja menurut kemauannya sendiri-sendiri. Ada
orang yang suka bersyukur kepada Allah setiap ia memperoleh nikmat dari
pada Nya, dan ada pula orang yang mengingkari nikmat yang telah
diberikan Allah kepadanya; semuanya bekerja menurut tabiat, watak dan
kecerdasan mereka masing-masing.
Dalam pada itu Allah SWT, Penguasa
semesta alam mengetahui siapa di antara manusia yang mengikuti yang hak
dan siapa di antara mereka yang mengikuti yang batil, semua akan diberi
keputusan dengan adil; tidak ada seorangpun yang tidak memperoleh
keputusan dengan adil dari Allah. Seandainya manusia ada yang tetap
kafir, janganlah dipaksa beriman.
Allah berfirman
قُلْ يَا
قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
مَنْ تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدَّارِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
(135)
Artinya:
Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh
kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan
mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang
baik dari dunia ini. Sesungguhnya, orang-orang yang lalim itu tidak akan
mendapat keberuntungan". (Q.S. Al An'am: 135).
85. Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah:
`Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit`.(QS. 17:85)
Surah Al Israa' 85
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا (85)
Manusia
bertanya kepadamu hai Muhammad tentang roh yang dapat menghidupkan
jasmani, apakah ia qadim (dahulu, tiada permulaan) atau ia baru,
sebagaimana makhluk Allah yang lain.
Maka Allah SWT memerintahkan
kepada. Muhammad untuk menjawab pertanyaan itu. Katakanlah kepada mereka
itu bahwa masalah ruh adalah masalah Tuhanku, hanya Dialah yang
mengetahui segala sesuatu, dan Dia sendirilah yang menciptakannya.
Kata "Ruh" di dalam Alquran mempunyai tiga arti, yaitu:
Pertama:
Yang dimaksud dengan ruh dalam ayat ini adalah "Alquran". Pengertian
ini sesuai dengan ayat sebelum ini. Dalam ayat ini diterangkan bahwa
Alquran menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan
sesuai pula dengan ayat yang sesudah ayat ini, yang menerangkan pula,
jika Allah menghendaki, niscaya Dia akan melenyapkan Alquran yang telah
diturunkan Nya kepada Nabi Muhammad itu. Dengan demikian Nabi tidak akan
memperoleh pembelaan.
Kedua: Dengan arti malaikat Jibril. Dalam
Alquran banyak perkataan "ruh" yang diartikan dengan Jibril as, seperti
dalam firman Allah SWT.
نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194)
Artinya:
dia
itu dibawa turun oleh Ar Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang
memberi peringatan. (Q.S. Asy Syu'ara: 193-194)
Dan firman Allah SWT:
فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا
Artinya:
".....lalu
Kami mengutus ruh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam
bentuk) manusia yang sempurna" (Q.S. Maryam: 17)
Ketiga: Berarti
ruh yang ada di dalam badan, yang merupakan sumber kehidupan dari
makhluk-makhluk hidup menurut Jumhur Ulama kata "Ruh" dalam ayat ini
berarti roh yang ada dalam badan.
Dengan demikian ayat-ayat yang
tersebut di atas mengajak umat manusia supaya memahami isi Alquran
dengan sebenar-benarnya, agar manusia itu jangan tersesat menuruti jalan
yang tidak benar. Sebaliknya mereka yang tidak berusaha untuk memahami
isi Alquran tidak akan bisa memanfaatkannya sebagai pedoman hidup,
bahkan mereka melakukan tindakan-tindakan dan perbuatan-perbuatan yang
dapat menjauhi mereka dari pemahaman yang sebenarnya dari ayat-ayat
Alquran itu. Mereka suka betul menanyakan kepada Nabi hal-hal yang
sebetulnya tidak ada gunanya untuk diketahui, bahkan Alquran sendiri
ingin menutup persoalannya, sebagaimana yang diterangkan dalam hadis
Rasulullah tentang sebab turunnya ayat ini:
Dalam hadis diriwayatkan sbb:
روي
عن ابن مسعود رضي الله عنه قال: مر رسول الله صلى الله عليه وسلم بنفر من
اليهود فقال بعضهم سلوه عن الروخ وقال بعضهم لا تسألوه يسمعكم ما تكرهون
فقاموا إليه وقالوا يا أبا القاسم حدثنا عن الروح فقام ساعة ينظر فعرفت أنه
يوحى إليه ثم قال: ويسألونك عن الروح-الأية
Artinya:
Diriwayatkan
dari Ibnu Mas'ud, ia berkata: "Rasulullah saw, bertemu dengan
serombongan orang-orang Yahudi. Sebagian mereka berkata "Tanyakanlah
kepadanya tentang "ruh"". Sebagian mereka berkata "Jangan tanyakan
kepadanya tentang ruh itu, karena kamu akan menerima jawaban yang tidak
kamu ingini". Kemudian mereka datang kepada Rasulullah dan berkata:
"hai, bapak Qasim, terangkanlah kepada kami tentang ruh". Maka
Rasulullah berdiri sebentar melihat ke langit, maka tahulah aku (Ibnu
Mas'ud) bahwa ayat Alquran sedang diwahyukan kepada beliau. Kemudian
beliau berkata "wayas alunaka `aniruh". (H.R. Bukhari)
Dalam hadis
yang lain diriwayatkan oleh At Tirmizi bahwa orang-orang Quraisy berkata
kepada orang-orang Yahudi: "Ajarkanlah kepada kami sesuatu yang akan
ditanyakan kepada orang ini (Muhammad)".
Berkatalah orang Yahudi
itu: "Tanyakanlah kepadanya tentang "ruh". Mereka bertanya kepada Nabi
Muhammad saw tentang ruh itu. Maka turunlah ayat ini sebagai jawabannya.
Pendapat ketiga ini, yakni pendapat jumhur yang mengatakan bahwa kata
"ruh" dalam ayat ini seperti dengan kata "nafs" (nyawa), adalah pendapat
yang banyak dianut dan sesuai dengan sebab ayat ini diturunkan.
Sekalipun
Allah SWT dalam ayat ini telah memperingatkan manusia agar jangan
mempersoalkan ruh, karena masalah ruh itu hanya Allah saja yang
mengetahuinya, namun banyak juga para ulama membicarakan dan menyelidiki
hakikat ruh itu. Di antara pendapat-pendapat itu ialah:
1. Ruh itu
ialah jisim (benda), nurani (yang berupa cahaya yang hidup), turun ke
dunia dari alam tinggi, sifatnya berbeda dengan jisim (tubuh) jasmani
yang dapat dilihat dan diraba ini.
2. Ruh itu dalam jasad (tubuh
jasmani) seseorang, sebagaimana mengalirnya air dalam bunga mawar, atau
sebagai mana mengalirnya api dalam bara. Ruh itu memberikan hidup ke
dalam tubuh seseorang selama tubuh itu masih sanggup dan mampu
menerimanya, dan tidak ada yang menghalangi alirannya dalam tubuh itu.
Bila tubuh itu tidak sanggup dan tidak mampu lagi menerima ruh itu,
sehingga terlarang alirannya dalam tubuh, maka tubuh itu menjadi mati.
Pendapat ini adalah pendapat Ar-Razi dan Ibnul Qayyim. Sedang Al-Gazali
dan Abu Qasim Ar-Ragib AI-Asfahani berpendapat bahwa ruh itu bukanlah
badan dan bukan pula merupakan sesuatu yang berbentuk, tetapi ia
hanyalah sesuatu yang bergantung di badan mengurus dan menyelesaikan
kepentingan-kepentingan tubuh.
Pegangan yang paling baik bagi muslim
tentang ruh itu, ialah mengikuti firman Allah ini, yaitu: masalah
hakikat ruh itu bukanlah masalah yang dapat dijangkau oleh pikiran
manusia, maka tidak perlu dipersoalkan, karena hanya Allah sajalah yang
mengetahui dengan pasti tentang hakikat yang sebenarnya. Bagi muslim
yang perlu ialah percaya bahwa ruh itu ada, karena Allah SWT menyatakan
dengan tegas adanya ruh dan manusia sendiri pun mengetahui adanya ruh
itu, serta menghayati gejala-gejalanya. Maka yang ada faedah dan gunanya
untuk diperkatakan, diteliti dan dipelajari dengan sungguh-sungguh
ialah gejala-gejala ruh itu, yang dalam ilmu jiwa (psikologi) dikenal
dengan sebutan "gejala-gejala jiwa". Mempelajari gejala-gejala jiwa ini
termasuk hal-hal yang dianjurkan oleh Tuhan dalam firman Nya:
وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ (21)
Artinya:
Dan (juga) pada dirimu sendiri Maka apakah kamu tiada memperhatikan?. (Q.S. Az Zariyat: 21)
Pada
ayat ini Allah SWT menegaskan kepada manusia, bahwa ilmu Allah itu Maha
Luas, tidak dapat dikirakan, meliputi segala macam ilmu, baik ilmu
tentang alam yang nyata, maupun ilmu tentang alam yang tidak nyata, baik
yang dapat dicapai oleh pancaindera, maupun yang tidak dapat dicapai
oleh pancaindera. Karena kasih sayang Allah kepada manusia, maka
dianugerahkan Nya lah sebagian ilmu itu kepada manusia, tetapi yang
diberikan Nya itu hanya sebagian kecil saja, tidak ada artinya
sedikitpun bila dibanding dengan kadar ilmu Allah yang amat luas itu.
Diriwayatkan
bahwa tatkala ayat ini diturunkan, berkatalah orang-orang Yahudi:
"Telah diberikan kepada kami ilmu yang banyak. Kami telah diberi kitab
Taurat. Barang siapa yang telah diberi kitab Taurat itu berarti dia
telah diberi kebaikan yang banyak". Maka turunlah ayat 109 surah
Al-Kahfi. Allah SWT berfirman:
قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ
مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ
كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا (109)
Artinya:
Katakanlah:
"Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu
(pula)". (Q.S. Al Kahfi: 109)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 85
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا (85)
(Dan
mereka bertanya kepadamu) yaitu orang-orang Yahudi (tentang roh,) yang
karenanya jasad ini dapat hidup ("Katakanlah) kepada mereka! ('Roh itu
termasuk urusan Rabbku) artinya termasuk ilmu-Nya oleh karenanya kalian
tidak akan dapat mengetahuinya (dan tidaklah kalian diberi pengetahuan
melainkan sedikit.'") dibandingkan dengan ilmu Allah swt.
86. Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami
lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan dengan pelenyapan
itu, kamu tidak akan mendapatkan seorang pembelapun terhadap Kami,(QS. 17:86)
Surah Al Israa' 86
وَلَئِنْ شِئْنَا لَنَذْهَبَنَّ بِالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ بِهِ عَلَيْنَا وَكِيلًا (86)
Ayat
ini menerangkan bahwa jika Allah SWT menghendaki untuk menarik kembali
Alquran yang telah diturunkan itu dan menghapusnya dari hati Muhammad
dan dari lembaran-lembaran yang telah ditulis, pastilah hal itu dengan
mudah dapat dilaksanakan Nya, sedikitpun tidak akan ditinggalkan Nya,
sehingga engkau Hai Muhammad akan kembali seperti keadaan Alquran belum
diturunkan akan menjadi manusia yang bodoh dan tiada berpengetahuan.
Mudahnya bagi Allah SWT menghapus Alquran itu diterangkan dalam hadis Nabi saw:
عن
ابن مسعود قال: إن هذا القرآن سيرفع، قيل كيف يرفع وقد أثبته الله قي
قلوبنا وأثبتناه في المصاحف؟ قال يسري عليه في ليلة واحدة فلا تترك منه آية
في قلب ولا مصحف إلا رفعت فتصبحون وليس فيكم منه شيئ ثم قرأ هذه الآية
Artinya:
Diriwayatkan
dari Ibnu Mas'ud, bahwa Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya Alquran
ini akan diangkat (dihapus)" Seseorang berkata: "Bagaimana mungkin,
sesungguhnya Allah telah mengokohkannya di dalam hati kita, dan kita
telah mengabadikan (menulisnya) di dalam lembar-lembar bertulis". Ia
berkata: "Diangkat Alquran di waktu malam maka tidak ada yang tinggal
seayatpun dan padanya dalam hati dan tidak ada pula di dalam mushaf,
kecuali telah terangkat semua. Maka pada waktu paginya tidak sesuatu
ayatpun lag yang tinggal padamu. Kemudian ia membaca ayat ini". (H.R.
Said bin Mansyur dan Hakim dan dinyatakan sahih oleh Tabrani dan
Baihaqi)
Setelah Alquran hapus dari hatimu dan hapus pula semua
tulisan-tulisannya yang telah tertulis dalam mushaf itu, maka pada saat
itu tidak ada lagi yang dapat engkau pegangi dan engkau jadikan petunjuk
ke jalan yang benar, serta tidak seorangpun yang sanggup mengembalikan
Alquran itu tertanam dalam hati sanubarimu dan tertulis kembali dalam
mushaf-mushaf.
87. kecuali karena rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya karunia-Nya atasmu adalah besar.(QS. 17:87)
Surah Al Israa' 87
إِلَّا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّ فَضْلَهُ كَانَ عَلَيْكَ كَبِيرًا (87)
Akan
tetapi tidaklah demikian maksud Tuhanmu. Dia tiada sekali-kali
bermaksud menghapuskan Alquran dalam hati engkau dan tidak pula dari
mushaf-mushaf, karena Dia mempunyai rahmat yang besar yang akan
dilimpahkan kepada hamba-hamba Nya. Itulah nikmat yang paling besar yang
diberikan Allah kepada manusia, yaitu Dia menetapkan Alquran di dalam
hati manusia serta menjaganya dari campur tangan manusia.
Menurut Ar
Razi: "Ada dua macam nikmat besar yang diberikan Allah kepada Ulama,
pertama: memudahkan mereka memperoleh ilmu dan kedua: tetapnya ilmu
dalam pikiran dan ingatan mereka.
Dengan kedua macam nikmat itu,
maka manusia mudah mencerna kandungan ayat-ayat Alquran, kemudian mereka
melaksanakan yang diperintahkan Nya dan menghentikan yang dilarang Nya.
Dengan demikian terjagalah diri mereka dan kesulitan hidup di dunia dan
azab neraka di akhirat nanti.
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan
keutamaan Nabi Muhammad, yaitu Allah telah mengutusnya kepada seluruh
alam untuk menyampaikan berita gembira dan memberi peringatan. Dan Dia
telah menurunkan kepadanya Alquran dan menanamkan Alquran dalam hatinya
dan memberikan kepadanya "maqaman mahmuda" (kedudukan yang terpuji).
88. Katakanlah: `Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa Al quran ini; niscaya mereka tidak
akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka
menjadi pembantu bagi sebagian yang lain`.(QS. 17:88)
Surah Al Israa' 88
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ
عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ
وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا (88)
Pada ayat ini Allah
SWT menegaskan mukjizat Alquran dan keutamaannya, bahwa Alquran itu
benar-benar dari Allah dan diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Sebagai
bukti bahwa Alquran itu dari Allah, bukan buatan Muhammad sebagaimana
yang didakwakan oleh orang-orang kafir Mekah dan ahli kitab, Allah SWT
memerintahkan Nabi Muhammad saw supaya menantang manusia membuat yang
seperti Alquran itu. Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar
mengatakan kepada mereka yang mengabaikan dan memandang Alquran itu
bukan wahyu Allah: "Demi Allah, seandainya seluruh manusia dan jin
berkumpul, lalu mereka bermufakat dan berusaha membuat seperti Alquran
itu, baik ditinjau dari segi ketinggian gaya bahasanya, makna dan
pelajaran serta petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalamnya, mereka
pasti tidak akan sanggup membuatnya sekalipun di antara mereka terdapat
para ahli bahasa. Para ahli ilmu pengetahuan dan semua mereka itu dapat
saling bantu-membantu dalam membuatnya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishak
dan Ibnu Jarir dari Said dan Ibnu Abbas, bahwa Salam bin Musirkam dan
kawan-kawannya sesama orang Yahudi datang menghadap Rasulullah saw, ia
berkata: "Bagaimana kami akan mengikuti engkau Muhammad, pada hal engkau
telah meninggalkan kiblat kami dan Alquran yang engkau bawa itu tidak
teratur seperti teraturnya Taurat. Karena itu turunkanlah kepada kami
sebuah kitab yang dapat kami mengenalnya. Kalau kamu tidak sanggup
mendatangkannya, maka kami akan mendatangkan kepada kamu seperti yang
engkau bawa itu. Maka Allah SWT menurunkan ayat ini yang menegaskan
kepada mereka bahwa mereka semuanya tidak akan sanggup membuatnya.
Sejarah
menunjukkan bahwa banyak pemimpin-pemimpin dan ahli sastra Arab yang
mencoba-coba meniru-niru Alquran itu bahkan ada yang mendakwakan dirinya
sebagai seorang Nabi, seperti Musailimah Al-Kazzab, Tulaihah, Habalah
bin Kaab dan lain-lain. Tetapi semua mereka itu gagal dalam usahanya itu
bahkan mendapat cemooh dan hinaan dari masyarakat. Sebagai contoh,
ialah apa yang telah dibuat oleh Musailamah Al Kazzab yang dianggapnya
dapat menandingi sebagai ayat-ayat Alquran:
أيها الضفدع بنات ضفدعين أعلاك في الماء وأسفلك في التراب
Artinya:
\ "Hai katak (kodok), anak-anak dari dua katak, bagian atas engkau di air dan bagian bawah engkau di tanah".
Para
ahli menyatakan bahwa perkataan Musailimah itu tidak ada yang
mengandung sesuatu pengertian. Di antara yang memberi komentar itu ialah
Al Jahiz, seorang sastrawan Arab yang termasyhur, beliau berkata: "Saya
tidak mengerti apakah gerangan yang menggerakkan jiwa Musailimah
menyebutkan katak (kodok) dan sebagainya itu, alangkah buruknya gubahan
yang dikatakannya sebagai ayat Alquran yang telah diwahyukan kepada Nabi
Muhammad saw.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 88
قُلْ
لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ
هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ
لِبَعْضٍ ظَهِيرًا (88)
(Katakanlah, "Sesungguhnya jika manusia dan
jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Alquran ini) dalam hal
kefasihan dan ketinggian paramasasteranya (niscaya mereka tidak akan
dapat membuat yang serupa dengan dia sekali pun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain.") saling bantu-membantu. Ayat ini
diturunkan sebagai sanggahan terhadap perkataan mereka sebagaimana yang
disitir oleh firman-Nya: "Kalau kami menghendaki niscaya kami dapat
membacakan yang seperti ini (Alquran)." (Q.S. Al-Anfal 31).
89. Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada
manusia dalam Al quran ini tiap-tiap macam perumpamaan, tetapi
kebanyakan manusia tidak mau, kecuali mengingkari (nya).(QS. 17:89)
Surah Al Israa' 89
وَلَقَدْ صَرَّفْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا (89)
Allah
SWT menerangkan cara-cara Dia menyampaikan sesuatu maksud dengan
ayat-ayat Alquran sehingga dengan cara-cara demikian para pembaca dan
pendengar mudah memahaminya, sehingga dengan mudah hati mereka tergerak
melaksanakan ajaran-ajaran Alquran itu. Kadang-kadang Dia
mengulang-ulangi suatu penjelasan dengan berbagai macam susunan kata;
ada yang berbentuk perintah; ada yang berbentuk karangan ada yang
berbentuk kalimat berita; ada pula yang menceritakan riwayat-riwayat
orang-orang dahulu diutus para Rasul kepada mereka. Demikian pula isinya
yang bermacam-macam pula, seperti akidah, hukum-hukum, budi pekerti,
ibadat, kisah-kisah dan sebagainya. Semuanya itu disampaikan dengan
cara-cara yang tepat pula.
Sekalipun Allah SWT telah menyampaikan
dengan cara-cara yang demikian itu, dan isinya pun mengandung
nilai-nilai yang tinggi untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat nanti namun orang-orang kafir yang tidak ada kesediaannya untuk
beriman itu tidak mau memahaminya, mereka mengingkarinya, dan terus
menerus menantangnya dan berpaling dari kebenaran.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 89
وَلَقَدْ صَرَّفْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا (89)
(Dan
sesungguhnya Kami telah jelaskan) telah Kami terangkan (kepada manusia
dalam Alquran ini tiap-tiap macam perumpamaan) lafal min kulli matsalin
menjadi sifat bagi lafal yang tidak disebutkan artinya, contoh dari
setiap perumpamaan supaya mereka mengambil pelajaran darinya (tapi
kebanyakan manusia tidak mau) yakni penduduk Mekah (kecuali
mengingkarinya) mengingkari kebenaran yang dibawanya.
90. Dan mereka berkata: `Kami sekali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami,(QS. 17:90)
Surah Al Israa' 90 - 93
وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ
لَنَا مِنَ الْأَرْضِ يَنْبُوعًا (90) أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِنْ
نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الْأَنْهَارَ خِلَالَهَا تَفْجِيرًا (91)
أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ
بِاللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ قَبِيلًا (92) أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ
زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى
تُنَزِّلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ
كُنْتُ إِلَّا بَشَرًا رَسُولًا (93)
Ayat-ayat ini menerangkan sikap
para pemimpin Quraisy menghadapi seruan Nabi Muhammad saw, mereka itu di
antaranya Utbah, Syaibah Abu Sufyan, Nadar dan lain-lain. Dan sikap
mereka itu nampak tanda-tanda keingkaran yang sangat dan keengganan
mereka menerima seruan itu. Dari sikap mereka itu pula diketahui bahwa
apa sajapun bukti yang dikemukakan kepada mereka, namun mereka tidak
akan beriman. Mereka meminta kepada Rasulullah yang bukan-bukan dan
mustahil dapat dikerjakan oleh seorang manusia. Mereka percaya bahwa
Rasulullah tidak akan sanggup mengerjakannya. Dengan demikian ada alasan
bagi mereka untuk tidak mengikuti seruan Rasul itu.
Sebenarnya
semua yang diminta oleh orang musyrikin itu amatlah mudah bagi Allah
mengabulkannya, tidak ada suatupun yang sukar dan mustahil bagi Allah
mengadakan dan melakukannya. Sikap orang-orang musyrik itu dijelaskan
dalam firman Allah SWT:
إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ
كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ (96) وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ
حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ (97)
Artinya:
Sesungguhnya
orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu; tidaklah
akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan
hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Q.S. Yunus: 96-97)
Dan firman Allah:
وَلَوْ
أَنَّنَا نَزَّلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى
وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلًا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا
إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ (111)
Artinya:
Kalau
sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang
telah mati berbicara dengan mereka Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu
ke hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika
Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Q.S. Al
An'am: 111)
Di antara yang diminta oleh orang-orang kafir itu ialah:
1. Agar Rasulullah saw memancarkan mata air di negeri mereka.
2.
Atau Rasulullah mengadakan sebuah kebun kurma atau anggur yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya, sehingga dengan air yang tetap mengalir dan
akan bertambah suburlah pohon kurma dan anggur itu berlipat ganda
hasilnya.
3. Atau Rasulullah menjatuhkan langit berkeping-keping
menimpa mereka. Permintaan mereka yang seperti ini diterangkan, pada
ayat yang lain. Allah SWT berfirman:
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ
إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا
حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (32)
Artinya:
Dan
(ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya, Allah,
jika betul (Alquran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka
hujanilah kami dengan batu-batu dari langit, atau datangkanlah kepada
kami azab yang pedih. (Q.S. Al Anfal: 32)
Permintaan mereka ini adalah seperti permintaan penduduk Aikah (Madyan) kepada Nabi Syuaib dahulu, sebagaimana Allah berfirman:
فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (187)
Artinya:
Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar (Q.S. Asy Syu'ara: 187)
4.
Atau Rasulullah saw mendatangkan Allah dan Malaikat kepada mereka, dan
keduanya itu langsung menyatakan kepada mereka bahwa Muhammad itu adalah
seorang Rasul yang diutus Nya.
5. Atau Rasulullah saw mendirikan
rumah yang terbuat dari emas. Orang-orang musyrik berpendapat bahwa
seorang Rasul yang diutus Allah itu hendaklah seorang penguasa, seorang
yang kaya raya lagi terhormat. Karena itu menurut pendapat mereka
mustahil Muhammad sebagai anak yatim piatu lagi miskin diangkat menjadi
Rasul.
6 Atau Rasulullah saw naik ke langit, melalui sebuah tangga
yang dapat mereka lihat, kemudian ia turun ke dunia melalui tangga yang
sama dengan membawa sebuah kitab yang dapat mereka baca, dengan bahasa
mereka yang menerangkan kepada mereka bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.
Allah SWT memerintahkan kepada Muhammad agar mengatakan kepada
orang-orang musyrik itu, bahwa ia merasa heran dengan permintaan mereka
itu. Seakan-akan mereka tidak mengerti sifat-sifat seorang Rasul yang
diutus Allah kepada manusia, Allah SWT menyuruh Rasul Nya agar
mengatakan kepada mereka dengan tegas: "Aku tidak lain hanyalah seorang
Rasul Allah yang ditugaskan menyampaikan agama Nya kepada mereka. Aku
tidak sanggup berbuat selain dari yang telah diperintahkan Nya kepadaku,
kecuali jika Dia menghendaki. Karena itu aku tidak dapat mengabulkan
permintaan-permintaan itu, kecuali jika Dia mau mengabulkannya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 90
وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الْأَرْضِ يَنْبُوعًا (90)
(Dan
mereka berkata) diathafkan kepada lafal abaa ("Kami sekali-kali tidak
percaya kepadamu sebelum engkau memancarkan sumber air dari tanah buat
kami) mata air yang berlimpah airnya.
91. atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya,(QS. 17:91)
Surah Al Israa' 90 - 93
وَقَالُوا
لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الْأَرْضِ يَنْبُوعًا (90)
أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ
الْأَنْهَارَ خِلَالَهَا تَفْجِيرًا (91) أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا
زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ
قَبِيلًا (92) أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي
السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى تُنَزِّلَ عَلَيْنَا
كِتَابًا نَقْرَؤُهُ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنْتُ إِلَّا بَشَرًا
رَسُولًا (93)
Ayat-ayat ini menerangkan sikap para pemimpin Quraisy
menghadapi seruan Nabi Muhammad saw, mereka itu di antaranya Utbah,
Syaibah Abu Sufyan, Nadar dan lain-lain. Dan sikap mereka itu nampak
tanda-tanda keingkaran yang sangat dan keengganan mereka menerima seruan
itu. Dari sikap mereka itu pula diketahui bahwa apa sajapun bukti yang
dikemukakan kepada mereka, namun mereka tidak akan beriman. Mereka
meminta kepada Rasulullah yang bukan-bukan dan mustahil dapat dikerjakan
oleh seorang manusia. Mereka percaya bahwa Rasulullah tidak akan
sanggup mengerjakannya. Dengan demikian ada alasan bagi mereka untuk
tidak mengikuti seruan Rasul itu.
Sebenarnya semua yang diminta oleh
orang musyrikin itu amatlah mudah bagi Allah mengabulkannya, tidak ada
suatupun yang sukar dan mustahil bagi Allah mengadakan dan melakukannya.
Sikap orang-orang musyrik itu dijelaskan dalam firman Allah SWT:
إِنَّ
الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ (96)
وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ (97)
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap
mereka kalimat Tuhanmu; tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada
mereka segala macam keterangan hingga mereka menyaksikan azab yang
pedih. (Q.S. Yunus: 96-97)
Dan firman Allah:
وَلَوْ أَنَّنَا
نَزَّلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى
وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلًا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا
إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ (111)
Artinya:
Kalau
sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang
telah mati berbicara dengan mereka Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu
ke hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika
Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Q.S. Al
An'am: 111)
Di antara yang diminta oleh orang-orang kafir itu ialah:
1. Agar Rasulullah saw memancarkan mata air di negeri mereka.
2.
Atau Rasulullah mengadakan sebuah kebun kurma atau anggur yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya, sehingga dengan air yang tetap mengalir dan
akan bertambah suburlah pohon kurma dan anggur itu berlipat ganda
hasilnya.
3. Atau Rasulullah menjatuhkan langit berkeping-keping
menimpa mereka. Permintaan mereka yang seperti ini diterangkan, pada
ayat yang lain. Allah SWT berfirman:
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ
إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا
حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (32)
Artinya:
Dan
(ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya, Allah,
jika betul (Alquran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka
hujanilah kami dengan batu-batu dari langit, atau datangkanlah kepada
kami azab yang pedih. (Q.S. Al Anfal: 32)
Permintaan mereka ini adalah seperti permintaan penduduk Aikah (Madyan) kepada Nabi Syuaib dahulu, sebagaimana Allah berfirman:
فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (187)
Artinya:
Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar (Q.S. Asy Syu'ara: 187)
4.
Atau Rasulullah saw mendatangkan Allah dan Malaikat kepada mereka, dan
keduanya itu langsung menyatakan kepada mereka bahwa Muhammad itu adalah
seorang Rasul yang diutus Nya.
5. Atau Rasulullah saw mendirikan
rumah yang terbuat dari emas. Orang-orang musyrik berpendapat bahwa
seorang Rasul yang diutus Allah itu hendaklah seorang penguasa, seorang
yang kaya raya lagi terhormat. Karena itu menurut pendapat mereka
mustahil Muhammad sebagai anak yatim piatu lagi miskin diangkat menjadi
Rasul.
6 Atau Rasulullah saw naik ke langit, melalui sebuah tangga
yang dapat mereka lihat, kemudian ia turun ke dunia melalui tangga yang
sama dengan membawa sebuah kitab yang dapat mereka baca, dengan bahasa
mereka yang menerangkan kepada mereka bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.
Allah SWT memerintahkan kepada Muhammad agar mengatakan kepada
orang-orang musyrik itu, bahwa ia merasa heran dengan permintaan mereka
itu. Seakan-akan mereka tidak mengerti sifat-sifat seorang Rasul yang
diutus Allah kepada manusia, Allah SWT menyuruh Rasul Nya agar
mengatakan kepada mereka dengan tegas: "Aku tidak lain hanyalah seorang
Rasul Allah yang ditugaskan menyampaikan agama Nya kepada mereka. Aku
tidak sanggup berbuat selain dari yang telah diperintahkan Nya kepadaku,
kecuali jika Dia menghendaki. Karena itu aku tidak dapat mengabulkan
permintaan-permintaan itu, kecuali jika Dia mau mengabulkannya.
92. atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami,
sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat
berhadapan muka dengan kami.(QS. 17:92)
Surah Al Israa' 90 - 93
وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ
لَنَا مِنَ الْأَرْضِ يَنْبُوعًا (90) أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِنْ
نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الْأَنْهَارَ خِلَالَهَا تَفْجِيرًا (91)
أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ
بِاللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ قَبِيلًا (92) أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ
زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى
تُنَزِّلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ
كُنْتُ إِلَّا بَشَرًا رَسُولًا (93)
Ayat-ayat ini menerangkan sikap
para pemimpin Quraisy menghadapi seruan Nabi Muhammad saw, mereka itu di
antaranya Utbah, Syaibah Abu Sufyan, Nadar dan lain-lain. Dan sikap
mereka itu nampak tanda-tanda keingkaran yang sangat dan keengganan
mereka menerima seruan itu. Dari sikap mereka itu pula diketahui bahwa
apa sajapun bukti yang dikemukakan kepada mereka, namun mereka tidak
akan beriman. Mereka meminta kepada Rasulullah yang bukan-bukan dan
mustahil dapat dikerjakan oleh seorang manusia. Mereka percaya bahwa
Rasulullah tidak akan sanggup mengerjakannya. Dengan demikian ada alasan
bagi mereka untuk tidak mengikuti seruan Rasul itu.
Sebenarnya
semua yang diminta oleh orang musyrikin itu amatlah mudah bagi Allah
mengabulkannya, tidak ada suatupun yang sukar dan mustahil bagi Allah
mengadakan dan melakukannya. Sikap orang-orang musyrik itu dijelaskan
dalam firman Allah SWT:
إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ
كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ (96) وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ
حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ (97)
Artinya:
Sesungguhnya
orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu; tidaklah
akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan
hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Q.S. Yunus: 96-97)
Dan firman Allah:
وَلَوْ
أَنَّنَا نَزَّلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى
وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلًا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا
إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ (111)
Artinya:
Kalau
sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang
telah mati berbicara dengan mereka Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu
ke hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika
Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Q.S. Al
An'am: 111)
Di antara yang diminta oleh orang-orang kafir itu ialah:
1. Agar Rasulullah saw memancarkan mata air di negeri mereka.
2.
Atau Rasulullah mengadakan sebuah kebun kurma atau anggur yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya, sehingga dengan air yang tetap mengalir dan
akan bertambah suburlah pohon kurma dan anggur itu berlipat ganda
hasilnya.
3. Atau Rasulullah menjatuhkan langit berkeping-keping
menimpa mereka. Permintaan mereka yang seperti ini diterangkan, pada
ayat yang lain. Allah SWT berfirman:
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ
إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا
حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (32)
Artinya:
Dan
(ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya, Allah,
jika betul (Alquran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka
hujanilah kami dengan batu-batu dari langit, atau datangkanlah kepada
kami azab yang pedih. (Q.S. Al Anfal: 32)
Permintaan mereka ini adalah seperti permintaan penduduk Aikah (Madyan) kepada Nabi Syuaib dahulu, sebagaimana Allah berfirman:
فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (187)
Artinya:
Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar (Q.S. Asy Syu'ara: 187)
4.
Atau Rasulullah saw mendatangkan Allah dan Malaikat kepada mereka, dan
keduanya itu langsung menyatakan kepada mereka bahwa Muhammad itu adalah
seorang Rasul yang diutus Nya.
5. Atau Rasulullah saw mendirikan
rumah yang terbuat dari emas. Orang-orang musyrik berpendapat bahwa
seorang Rasul yang diutus Allah itu hendaklah seorang penguasa, seorang
yang kaya raya lagi terhormat. Karena itu menurut pendapat mereka
mustahil Muhammad sebagai anak yatim piatu lagi miskin diangkat menjadi
Rasul.
6 Atau Rasulullah saw naik ke langit, melalui sebuah tangga
yang dapat mereka lihat, kemudian ia turun ke dunia melalui tangga yang
sama dengan membawa sebuah kitab yang dapat mereka baca, dengan bahasa
mereka yang menerangkan kepada mereka bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.
Allah SWT memerintahkan kepada Muhammad agar mengatakan kepada
orang-orang musyrik itu, bahwa ia merasa heran dengan permintaan mereka
itu. Seakan-akan mereka tidak mengerti sifat-sifat seorang Rasul yang
diutus Allah kepada manusia, Allah SWT menyuruh Rasul Nya agar
mengatakan kepada mereka dengan tegas: "Aku tidak lain hanyalah seorang
Rasul Allah yang ditugaskan menyampaikan agama Nya kepada mereka. Aku
tidak sanggup berbuat selain dari yang telah diperintahkan Nya kepadaku,
kecuali jika Dia menghendaki. Karena itu aku tidak dapat mengabulkan
permintaan-permintaan itu, kecuali jika Dia mau mengabulkannya.
93. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu
naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu
itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca`.
Katakanlah: `Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia
yang menjadi rasul?`(QS. 17:93)
Surah Al Israa' 90 - 93
وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ
لَنَا مِنَ الْأَرْضِ يَنْبُوعًا (90) أَوْ تَكُونَ لَكَ جَنَّةٌ مِنْ
نَخِيلٍ وَعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الْأَنْهَارَ خِلَالَهَا تَفْجِيرًا (91)
أَوْ تُسْقِطَ السَّمَاءَ كَمَا زَعَمْتَ عَلَيْنَا كِسَفًا أَوْ تَأْتِيَ
بِاللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ قَبِيلًا (92) أَوْ يَكُونَ لَكَ بَيْتٌ مِنْ
زُخْرُفٍ أَوْ تَرْقَى فِي السَّمَاءِ وَلَنْ نُؤْمِنَ لِرُقِيِّكَ حَتَّى
تُنَزِّلَ عَلَيْنَا كِتَابًا نَقْرَؤُهُ قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ
كُنْتُ إِلَّا بَشَرًا رَسُولًا (93)
Ayat-ayat ini menerangkan sikap
para pemimpin Quraisy menghadapi seruan Nabi Muhammad saw, mereka itu di
antaranya Utbah, Syaibah Abu Sufyan, Nadar dan lain-lain. Dan sikap
mereka itu nampak tanda-tanda keingkaran yang sangat dan keengganan
mereka menerima seruan itu. Dari sikap mereka itu pula diketahui bahwa
apa sajapun bukti yang dikemukakan kepada mereka, namun mereka tidak
akan beriman. Mereka meminta kepada Rasulullah yang bukan-bukan dan
mustahil dapat dikerjakan oleh seorang manusia. Mereka percaya bahwa
Rasulullah tidak akan sanggup mengerjakannya. Dengan demikian ada alasan
bagi mereka untuk tidak mengikuti seruan Rasul itu.
Sebenarnya
semua yang diminta oleh orang musyrikin itu amatlah mudah bagi Allah
mengabulkannya, tidak ada suatupun yang sukar dan mustahil bagi Allah
mengadakan dan melakukannya. Sikap orang-orang musyrik itu dijelaskan
dalam firman Allah SWT:
إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ
كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ (96) وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ
حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ (97)
Artinya:
Sesungguhnya
orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu; tidaklah
akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan
hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Q.S. Yunus: 96-97)
Dan firman Allah:
وَلَوْ
أَنَّنَا نَزَّلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى
وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلًا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا
إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ (111)
Artinya:
Kalau
sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang
telah mati berbicara dengan mereka Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu
ke hadapan mereka niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika
Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Q.S. Al
An'am: 111)
Di antara yang diminta oleh orang-orang kafir itu ialah:
1. Agar Rasulullah saw memancarkan mata air di negeri mereka.
2.
Atau Rasulullah mengadakan sebuah kebun kurma atau anggur yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya, sehingga dengan air yang tetap mengalir dan
akan bertambah suburlah pohon kurma dan anggur itu berlipat ganda
hasilnya.
3. Atau Rasulullah menjatuhkan langit berkeping-keping
menimpa mereka. Permintaan mereka yang seperti ini diterangkan, pada
ayat yang lain. Allah SWT berfirman:
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ
إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا
حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (32)
Artinya:
Dan
(ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya, Allah,
jika betul (Alquran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka
hujanilah kami dengan batu-batu dari langit, atau datangkanlah kepada
kami azab yang pedih. (Q.S. Al Anfal: 32)
Permintaan mereka ini adalah seperti permintaan penduduk Aikah (Madyan) kepada Nabi Syuaib dahulu, sebagaimana Allah berfirman:
فَأَسْقِطْ عَلَيْنَا كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (187)
Artinya:
Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar (Q.S. Asy Syu'ara: 187)
4.
Atau Rasulullah saw mendatangkan Allah dan Malaikat kepada mereka, dan
keduanya itu langsung menyatakan kepada mereka bahwa Muhammad itu adalah
seorang Rasul yang diutus Nya.
5. Atau Rasulullah saw mendirikan
rumah yang terbuat dari emas. Orang-orang musyrik berpendapat bahwa
seorang Rasul yang diutus Allah itu hendaklah seorang penguasa, seorang
yang kaya raya lagi terhormat. Karena itu menurut pendapat mereka
mustahil Muhammad sebagai anak yatim piatu lagi miskin diangkat menjadi
Rasul.
6 Atau Rasulullah saw naik ke langit, melalui sebuah tangga
yang dapat mereka lihat, kemudian ia turun ke dunia melalui tangga yang
sama dengan membawa sebuah kitab yang dapat mereka baca, dengan bahasa
mereka yang menerangkan kepada mereka bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.
Allah SWT memerintahkan kepada Muhammad agar mengatakan kepada
orang-orang musyrik itu, bahwa ia merasa heran dengan permintaan mereka
itu. Seakan-akan mereka tidak mengerti sifat-sifat seorang Rasul yang
diutus Allah kepada manusia, Allah SWT menyuruh Rasul Nya agar
mengatakan kepada mereka dengan tegas: "Aku tidak lain hanyalah seorang
Rasul Allah yang ditugaskan menyampaikan agama Nya kepada mereka. Aku
tidak sanggup berbuat selain dari yang telah diperintahkan Nya kepadaku,
kecuali jika Dia menghendaki. Karena itu aku tidak dapat mengabulkan
permintaan-permintaan itu, kecuali jika Dia mau mengabulkannya.
94. Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk
beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka:
`Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?`(QS. 17:94)
Surah Al Israa' 94
وَمَا مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَى إِلَّا أَنْ قَالُوا أَبَعَثَ اللَّهُ بَشَرًا رَسُولًا (94)
Ayat
ini menerangkan bahwa tidak ada yang menghalangi orang-orang musyrik
Mekah beriman kepada Nabi Muhammad di waktu datang wahyu yang diturunkan
Allah yang disertai dengan bermacam-macam mukjizat, kecuali orang-orang
yang mendakwahkan bahwa jika. Allah SWT mengutus seorang rasul Nya
kepada manusia, maka Rasul itu tentulah seorang malaikat, bukan seorang
manusia biasa.
Orang-orang kafir Mekah khususnya dan orang-orang
kafir pada umumnya heran dan tercengang, kenapa wahyu itu diturunkan
kepada seorang manusia biasa seperti Muhammad, bahkan kepada seorang
anak yatim, tidak diturunkan kepada yang terpandai di antara mereka atau
kepada seorang yang bukan manusia yang mempunyai kekuatan gaib, seperti
malaikat dan sebagainya. Sikap orang musyrik Mekah yang seperti itu
adalah sama dengan sikap orang yang terdahulu terhadap para Rasul yang
diutus kepada mereka.
Dan firman Allah SWT:
أَوَعَجِبْتُمْ
أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ
لِيُنْذِرَكُمْ وَلِتَتَّقُوا وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (63)
Artinya:
Dan
apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu
peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari
golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu
bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat. (Q.S. Al A'raf: 63)
95. Katakanlah: `Kalau seandainya ada malaikat-malaikat
yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari
langit kepada mereka seorang malaikat menjadi rasul`.(QS. 17:95)
Surah Al Israa' 95
قُلْ لَوْ كَانَ فِي الْأَرْضِ مَلَائِكَةٌ
يَمْشُونَ مُطْمَئِنِّينَ لَنَزَّلْنَا عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ مَلَكًا
رَسُولًا (95)
Allah SWT menjawab sikap orang-orang musyrik Mekah
itu dengan menyatakan bahwa sekiranya di bumi ini terdapat
malaikat-malaikat yang berjalan, berpikir dan bertempat tinggal, hidup
bermasyarakat, mempunyai hawa nafsu, kebudayaan, berorganisasi dan
sebagainya, tentulah Allah SWT akan mengutus Malaikat, bukan seorang
manusia.
Ayat ini seakan-akan mengingatkan orang-orang kafir, bahwa
Rasul yang diutus Allah itu adalah seorang yang dianggap sanggup
menyampaikan agama mereka, mengerti apa yang mereka inginkan, apa yang
mereka rasakan, apa yang baik bagi mereka dan sebagainya, bukan seperti
malaikat yang tidak mempunyai keinginan hidup seperti manusia, mereka
hanya melaksanakan saja apa yang diperintahkan Allah kepada mereka.
Allah SWT berfirman:
لَقَدْ
مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ
أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ
مُبِينٍ (164)
Artinya:
Sungguh Allah telah memberi karunia
kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka
seorang Rasul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka
ayat-ayat Allah. membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan
Nabi) itu mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. Ali
Imran: 164)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 95
قُلْ
لَوْ كَانَ فِي الْأَرْضِ مَلَائِكَةٌ يَمْشُونَ مُطْمَئِنِّينَ
لَنَزَّلْنَا عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ مَلَكًا رَسُولًا (95)
(Katakanlah)
kepada mereka ("Seandainya di bumi ini ada) lafal fil ardhi menjadi
badal daripada lafal basyaran (malaikat-malaikat yang berjalan-jalan
sebagai penghuni di bumi niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka
malaikat menjadi rasul.") sebab tidak diutus seorang rasul terhadap
suatu kaum melainkan ia berasal dari jenis mereka sendiri sehingga
memungkinkan bagi mereka untuk berbicara kepadanya dan memahami darinya.
96. Katakanlah: `Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku
dan kamu sekalian. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui lagi Maha
Melihat akan hamba-hambanya`.(QS. 17:96)
Surah Al Israa' 96
قُلْ كَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا (96)
Allah
memerintahkan kepada Rasulullah saw agar menyampaikan ancaman Nya
kepada orang-orang kafir itu, yaitu cukuplah Allah menjadi saksi dan
menjadi hakim yang akan mengadili perkaramu dengan adil di akhirat
nanti. Dia mengetahui semua yang kamu kerjakan, bahkan Dia mengetahui
semua yang terkandung dalam hatimu.
97. Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, dialah yang
mendapat petunjuk dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali
kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia.
Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka
mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah
neraka Jahannam. Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami
tambah bagi mereka nyalanya.(QS. 17:97)
Surah Al Israa' 97
وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِهِ وَنَحْشُرُهُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا وَصُمًّا
مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَاهُمْ سَعِيرًا (97)
Allah
SWT menerangkan dalam ayat ini bahwa, Dialah yang menguasai dan
menentukan segala sesuatu. Katakanlah hai Muhammad kepada orang-orang
kafir itu, Allah memberi petunjuk dan taufik kepada siapa yang
dikehendaki Nya. Orang yang tidak menerima petunjuk dan taufik Allah
mereka itulah yang sesat tidak akan memperoleh penolong selain Allah.
Orang-orang
sesat itu akan dikumpulkan Allah di hari kiamat di suatu tempat yang
mereka dihisab di tempat itu. Mereka dibangkitkan dari kuburnya dan
dalam keadaan buta, bisu dan pekak, sebagimana mereka dahulu di dunia
tidak melihat dan mendengarkan kebenaran yang disampaikan kepada mereka.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan Anas bin Malik ia berkata:
"Seorang bertanya kepada Rasulullah saw, Ya Rasulullah bagaimana
manusia berjalan di atas muka mereka?" Rasulullah menjawab: "Dia yang
menjalankan mereka di atas kaki mereka, tentu berkuasa pula menjalankan
mereka di atas muka mereka"
Menurut At Tirmizi: "Bahwa manusia itu
ada tiga macam pada hari berkumpul di padang Mahsyar ada yang berjalan,
ada yang berkendaraan dan ada pula yang berjalan di atas mereka".
Setelah
selesai dihisab, maka mereka di masukkan ke dalam neraka Jahanam.
Mereka dibakar dengan api yang menyala-nyala. Setiap kulit dan tubuh
menjadi hangus, dan daging-daging mereka, menjadi musnah, maka Allah
menggantinya dengan kulit. daging dan tubuh yang baru, sehingga dengan
demikian mereka dapat lagi merasakan azab yang tidak putus-putusnya.
98. Itulah balasan bagi mereka, karena sesungguhnya mereka
kafir kepada ayat-ayat Kami dan (karena mereka) berkata: `Apakah bila
kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apakah
kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?`(QS. 17:98)
Surah Al Israa' 98
ذَلِكَ
جَزَاؤُهُمْ بِأَنَّهُمْ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا وَقَالُوا أَئِذَا كُنَّا
عِظَامًا وَرُفَاتًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ خَلْقًا جَدِيدًا (98)
Allah
menerangkan bahwa azab yang ditimpakan kepada orang-orang kafir itu
adalah karena mereka mengingkari ayat-ayat Nya dan karena mengingkari
adanya hari berbangkit dengan mengatakan: "Apakah mungkin kita
dibangkitkan kembali, setelah kita mati, kemudian tubuh kita hancur dan
lumat bersama tanah, kemudian berserakan menjadi bahagian yang
terpisah-pisah. Apakah bagian-bagian tubuh itu dapat dihidupkan atau
dikumpulkan kembali?".
99. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah
yang menciptakan langit dan bumi adalah kuasa (pula) menciptakan yang
serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi
mereka yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang zalim itu tidak
menghendaki kecuali kekafiran.(QS. 17:99)
Surah Al Israa' 99
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ
وَجَعَلَ لَهُمْ أَجَلًا لَا رَيْبَ فِيهِ فَأَبَى الظَّالِمُونَ إِلَّا
كُفُورًا (99)
Allah SWT membantah pendapat orang-orang yang tidak
mempercayai akan adanya hari berbangkit itu dengan mengatakan: "Apakah
mereka tidak melihat dan memperhatikan, bahwa Allah telah menciptakan
mereka dari tidak ada menjadi ada, telah diciptakan langit dan semua
isinya, menciptakan bumi dengan segala benda dan makhluk yang ada di
dalamnya, termasuk manusia sendiri. Apakah mereka tidak memperhatikan
segala kejadian yang ada di langit dan di bumi? Semuanya diciptakan dari
tiada menjadi ada. Semuanya Allah SWT sanggup menciptakan mereka pada
kali yang pertama, tentu Dia akan sanggup pula menciptakan pada kali
yang kedua. Menurut biasanya, mengulang membuat atau menciptakan sesudah
itu adalah lebih mudah dari menciptakan pertama kalinya. Allah telah
menciptakan bagi manusia suatu jangka waktu yang tidak ada keraguan
padanya, menetapkan masa mereka di dalam kubur, dan menetapkan masa
mereka dibangkitkan kembali. Hanya Allah sajalah Yang Maha Mengetahui
penentuan-penentuan masa itu.
Sekalipun kepada orang-orang kafir dan
lalim itu telah dikemukakan bukti-bukti hari berbangkit serta
bukti-bukti kebesaran dan kekuatan Allah, namun mereka tetap ingkar dan
tidak percaya kepada bukti-bukti itu.
100. Katakanlah: `Kalau seandainya kamu menguasai
perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu
kamu tahan, karena takut membelanjakannya`. Dan adalah manusia itu
sangat kikir.(QS. 17:100)
Surah Al Israa' 100
قُلْ لَوْ أَنْتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ
رَحْمَةِ رَبِّي إِذًا لَأَمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الْإِنْفَاقِ وَكَانَ
الْإِنْسَانُ قَتُورًا (100)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan
sebab-sebab kenapa Allah tidak memperkenankan permintaan-permintaan
orang-orang lalim itu, yaitu kalau Allah memperkenankan permintaan
mereka itu maka mereka tetap berlaku kikir, tidak mau memberikan
sebagian kecil kepada orang lain yang memerlukannya, karena mereka takut
akan lenyap dari mereka kenikmatan-kenikmatan yang mereka peroleh itu.
Padahal nikmat Allah itu tidak akan habis-habis walaupun betapa
banyaknya diambil oleh manusia.
Sifat kikir itu adalah watak dan
tabiat manusia. Dengan watak dan tabiat yang tidak baik itulah yang
menyebabkan manusia mendurhakai perintah-perintah Allah dan enggan
memperhatikan larangan-larangan Nya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Israa' 100
قُلْ
لَوْ أَنْتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّي إِذًا
لَأَمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الْإِنْفَاقِ وَكَانَ الْإِنْسَانُ قَتُورًا (100)
(Katakanlah) kepada mereka ("Seandainya kalian menguasai
perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Rabbku) berupa perbendaharaan
rezeki dan hujan (niscaya kalian tahan perbendaharaan itu) maksudnya
niscaya kalian akan bersikap kikir (karena takut membelanjakannya.")
karena takut harta menjadi habis dibelanjakan oleh karenanya kalian
bersikap kikir. (Dan adalah manusia itu sangat kikir) maksudnya sangat
bakhil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar