<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH DAFTAR SURAH AL -HAJJ>>
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=1&SuratKe=22
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hajj 1
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).(QS. 22:1)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ (1)
Ayat ini menceritakan agar manusia mawas diri serta menjaga dirinya dari azab Allah, dengan mengikuti perintah-perintah-Nya dan menghentikan larangan-larangan-Nya. Perintah itu berlaku sejak ayat ini diturunkan sampai datangnya hari kiamat, yang pada waktu itu terjadi gempa bumi yang amat dahsyat, menghancur leburkan seluruh yang ada dalam jagat raya ini. Allah memerintahkan yang demikian adalah karena guncangan dan malapetaka yang terjadi pada hari yang sangat hebat itu yang tiada taranya. Dalam firman Allah yang lain diterangkan guncangan dan gempa bumi yang terjadi pada hari itu. Allah SWT. berfirman:
إذا زلزلت الأرض زلزالها وأخرجت الأرض أثقالها
Artinya:
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat) dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. (Q.S. Al Zalzalah: 1-2)
Dan firman Allah SWT.:
وحملت الأرض والجبال فدكتا دكة واحدة فيومئذ وقعت الواقعة
Artinya:
Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat. (Q.S. Al Haqqah: 14-15)
Dari ayat ini dipahamkan bahwa orang-orang yang bertakwa, tidak merasa ngeri dan takut pada hari kiamat itu, karena mereka telah percaya bahwa hari kiamat itu pasti terjadi, bahwa mereka telah yakin benar akan mendapat perlindungan dan pertolongan Allah pada hari itu, serta yakin pula bahwa tidak seorangpun yang dapat memberi perlindungan dan pertolongan pada hari itu selain dari Allah SWT. Yang Maha Kuasa lagi Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya. Sebaliknya orang-orang yang ingkar kepada Allah, tidak mengikuti perintah-Nya den tidak menghentikan larangan-larangan-Nya akan merasakan akibat guncangan bumi dan kehancuran dunia pada waktu itu, sebagai siksaan yang tiada taranya. Mereka tidak dapat menghindarkan diri daripadanya sedikitpun dan tidak ada seorangpun yang dapat menolong mereka, karena Allah hanya akan menolong dan melindungi hamba-hamba-Nya yang bertakwa kepada-Nya.
Menurut suatu riwayat, bahwa ayat ini diturunkan pada malam hari, pada waktu terjadi peperangan Bani Mustalik, lalu Nabi Muhammad saw membacakan ayat ini kepada para sahabat. Setelah beliau membacakan ayat ini, beliaupun menangis dan para sahabatpun ada yang ikut menangis, ada yang gundah gulana dan ada pula yang merenungi ayat ini. Hal ini menunjukkan bagaimana kekhawatiran Nabi Muhammad saw. dan para sahabat terhadap malapetaka yang besar yang terjadi pada hari kiamat itu, sekalipun dalam diri mereka telah terpatri dengan kokoh iman dan kesabaran, dan merekapun telah percaya bahwa Allah pasti menolong kaum Muslimin.
Hari kiamat adalah hari kehancuran dunia, merupakan masa peralihan dari masa kehidupan dunia yang fana ini beralih ke masa kehidupan akhirat yang kekal lagi abadi. Pada waktu itu terjadi suatu kejadian yang amat mengerikan, seluruh planet dan benda-benda angkasa satu dengan yang lain berbenturan, sehingga pecah berserakan menjadi kepingan-kepingan yang halus. Pada waktu itu itu lenyaplah segala yang ada di alam ini. Hanya yang tidak lenyap waktu itu ialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa. Setelah alam fana ini lenyap semuanya, Allah SWT. menggantikannya dengan alam yang lain, yaitu alam akhirat. Pada waktu itu seluruh manusia dibangkitkan kembali dari kuburnya untuk ditimbang amal perbuatannya. Perbuatan baik dibalas dengan surga yang penuh kenikmatan, sedang perbuatan jahat dan buruk dibalas dengan siksa yang pedih di dalam neraka yang menyala-menyala. Pada waktu itulah manusia memperoleh keadilan yang hakiki dari Tuhannya, yang selama hidup di dunia mereka tidak memperolehnya.
Kepercayaan akan adanya hari kiamat termasuk salah satu dari rukun iman yang wajib diimani dan diyakini oleh setiap orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada Allah SWT. dan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah diutusnya. Hari kiamat itu termasuk salah satu dari perkara-perkara yang gaib, karena itu adalah sukar untuk mengemukakan bukti-bukti yang nyata tentangnya. Akan tetapi jika seseorang telah percaya dengan sungguh-sungguh bahwa Allah Maha Kuasa lagi Maha Adil, Dia cinta dan kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, maka orang itu akan sampai kepada kepercayaan akan adanya hari kiamat.
(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusukannya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.(QS. 22:2)
Maaf, Belum tersedia ...
Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang sangat jahat,(QS. 22:3)
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّبِعُ كُلَّ شَيْطَانٍ مَرِيدٍ (3)
Ayat ini menerangkan bahwa sekalipun Allah telah menerangkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi pada hari kiamat, namun banyak manusia yang mengingkarinya, bahkan mereka bertindak lebih dari itu. Mereka tidak saja mengatakan bahwa Allah tidak kuasa membangkitkan dan menghidupkan manusia kembali setelah hancur dan berserakan menjadi tanah, Allah mempunyai anak dan mempunyai syarikat, Alquran isinya tidak lain hanyalah dongeng-dongeng orang-orang purbakala, tetapi mereka berbuat lebih dari itu yaitu menantang Allah. Mereka berkata: "Seandainya Allah itu benar-benar Maha Kuasa cobalah turunkan azab yang pedih yang pernah dijanjikan itu", dan tantangan-tantangan yang lain.
Menurut Ibnu Abi Hatim, bahwasanya ayat ini diturunkan berhubungan dengan Nadar bin Haris, ia membantah ke Esaan dan kekuasaan Allah dengan mengatakan: "Malaikat itu adalah putri-putri Allah, Alquran itu tidak lain adalah dongengan orang-orang purbakala saja, Allah tidak kuasa menghidupkan orang-orang yang telah mati yang tubuhnya telah hancur luluh menjadi tanah".
Menurut Zamakhsari; "Sekalipun ayat ini ditujukan kepada Nadar bin Haris pada waktu turunnya, tetapi ayat ini berlaku umum dan ditujukan kepada semua orang yang membantah Allah, tanpa pengetahuan dan menetapkan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya".
Allah SWT. mencela orang-orang yang berdebat tentang Allah, mengingkari ke Esaan dun kekuasaan-Nya, tanpa dasar pengetahuan yang benar dan bukti yang kuat. Jika mereka hendak mengemukakan sesuatu tentang Allah, hendaklah mereka menggunakan dalil-dalil dan bukti-bukti yang kuat. Dalam pada itu Allah SWT. memperingatkan bahwa akal dan pikiran manusia tidak akan sanggup untuk mengenal dan memikirkan zat Allah, karena zat Allah merupakan sesuatu yang gaib. Tetapi jika ingin mengetahui adanya Tuhan, ke Esaan dan kekuasaan-Nya pikirkanlah makhluk-makhluk yang telah diciptakan-Nya seperti jagat raya dan segala isinya, hukum-hukum yang mengaturnya, bumi dengan segala isinya, gunung-gunung dengan lembah-lembahnya, lautan yang luas dengan segala kandungannya dan diri mereka sendiri serta semua makhluk yang telah diciptakan Allah.
Allah SWT. berfirman:
أو لم يتفكروا في أنفسهم ما خلق الله السماوات والأرض وما بينهما إلا بالحق وأجل مسمى وإن كثيرا من الناس بلقاء ربهم لكافرون
Artinya:
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya (Q.S. Ar Rum: 8)
Dan firman Allah SWT.:
وألقى في الأرض رواسي أن تميد بكم وأنهارا وسبلا لعلكم تهتدون وعلامات وبالنجم هم يهتدون أفمن يخلق كمن لا يخلق أفلا تذكرون
Artinya:
Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi, supaya bumi itu tidak guncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (petunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. Maka Apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)?. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. (Q.S. An Nahl: 15-17)
Dan Allah SWT. mencela orang-orang yang buruk budi pekertinya, yaitu orang-orang yang mengikuti setan. Setan itu mempunyai budi pekerti yang buruk adalah karena ia mengikuti dan memperturutkan hawa nafsunya, karena keangkuhannya ia enggan sujud kepada Adam sebagaimana yang diperintahkan Allah. Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah, menginginkan orang lain mengikuti perbuatan-perbuatannya yang tercela itu, berusaha dengan segala tipu dayanya agar manusia memandang baik segala perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah, seperti memperserikatkan Tuhan, meminum khamar, berjudi, berzina, menumpuk harta untuk kepentingan diri sendiri, menindas orang-orang lain dan sebagainya. Setan itu ada yang berupa setan jin dan ada pula yang berupa setan manusia.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hajj 3
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّبِعُ كُلَّ شَيْطَانٍ مَرِيدٍ (3)
Ayat berikut ini diturunkan berkenaan dengan Nadhr bin Harits dan para pengikutnya. (Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan) mereka mengatakan, bahwa para Malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah. Alquran adalah dongengan orang-orang dahulu dan mereka mengingkari adanya hari berbangkit serta dihidupkan-Nya kembali manusia yang telah menjadi tanah (dan mengikuti) di dalam bantahannya itu (setiap setan yang sangat jahat) yaitu sangat membangkang.
yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa barangsiapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka.(QS. 22:4)
كُتِبَ عَلَيْهِ أَنَّهُ مَنْ تَوَلَّاهُ فَأَنَّهُ يُضِلُّهُ وَيَهْدِيهِ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ (4)
Allah SWT. menerangkan bahwa Dia telah memberi kesempatan bagi setan melakukan segala macam usaha untuk menyesatkan dan memperdayakan manusia, agar manusia itu menjadi sesat dan ingkar pula sebagaimana yang telah ia lakukan. Tetapi usaha itu hanyalah dapat dilakukannya terhadap orang-orang kafir dan tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sedang hamba-hamba Allah yang mukmin tidak dapat mereka ganggu dan perdayakan sedikitpun.
Allah SWT. berfirman:
قال رب بما أغويتني لأزينن لهم في الأرض ولأغوينهم أجمعين إلا عبادك منهم المخلصين
Artinya:
Iblis berkata: "Ya Tuhanku. oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka." (Q.S. Al Hijr: 39-40)
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Allah SWT. memperingatkan agar manusia waspada terhadap godaan setan. Barang siapa yang memperturutkan godaan setan dan menempuh jalannya, maka Allah menyesatkan mereka pula dengan melapangkan jalan yang dibentangkan setan itu, sehingga mereka mudah melaluinya. Karena itu mereka akan dimasukkan ke dalam neraka bersama-sama setan yang menggodanya itu. Seorang yang telah terbiasa mengikuti jalan setan itu amat sulit baginya kembali ke jalan yang benar, karena hatinya telah ditutupi oleh keinginan setan itu.
Allah SWT. berfirman:
من يضلل الله فلا هادي له ويذرهم في طغيانهم يعمهون
Artinya:
"Barangsiapa yang Allah sesatkan maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang ambing dalam kesesatan. (Q.S. Al A'raf: 186)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hajj 4
كُتِبَ عَلَيْهِ أَنَّهُ مَنْ تَوَلَّاهُ فَأَنَّهُ يُضِلُّهُ وَيَهْدِيهِ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ (4)
(Yang telah ditetapkan terhadap setan itu) telah diputuskan terhadapnya (bahwa barang siapa yang berkawan dengan dia) mengikutinya (tentu dia akan menyesatkannya dan membawanya) menjerumuskannya (ke azab neraka) yang apinya berkobar-kobar.
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.(QS. 22:5)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ (5)
Pada aya ini Allah SWT. menantang orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari kiamat dan hari berbangkit. Seandainya mereka tetap tidak mempercayainya cobalah kemukakan dalil-dalil dan bukti-bukti yang dapat menguatkan pendapat mereka itu. Tetapi mereka tidak dapat mengemukakannya. Karena itu Allah SWT. menunjukkan kepada mereka di antara bukti-bukti adanya hari kiamat dan hari berbangkit, yaitu kejadian diri mereka sendiri, mulai dari dalam kandungan ibu, kemudian menjadi besar dan kemudian mati. Tentu saja mengulang penciptaan manusia kembali adalah lebih mudah dari penciptaan kali.
Orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari berbangkit menganggap kebangkitan itu merupakan suatu kejadian yang mustahil terjadi. Tidak mungkin tulang belulang yang telah lapuk berserakan, daging-daging yang telah hancur luluh menjadi tanah akan kembali bersatu dalam bentuk seperti manusia sediakala. Mereka tidak percaya bahwa Allah SWT. sanggup melakukan yang demikian itu, karena menganggap Tuhan itu, pada hakikatnya mereka sendiri yang mengadakannya, hanya timbul dari khayalan mereka di waktu mereka berhadapan dengan bahaya yang berasal dari bencana alam. Kesanggupan dan kekuasaan Allah mereka ukur sama dengan kesanggupan dan kekuasaan mereka sendiri. Jika mereka merasa tidak sanggup melakukan sesuatu pekerjaan, tentu Allan tidak pula akan sanggup melakukannya. Dalam pada itu pula di antara mereka yang tidak percaya itu semata-mata karena keingkaran saja, karena ingin memperturutkan hawa nafsu dan golongan setan, padahal hati dan akal pikiran mereka mengakuinya. Mereka khawatir kedudukan dan pangkat mereka akan terancam jika mereka mengikuti kepercayaan dan agama yang dibawa oleh Muhammad saw. Karena itu mereka membantah Allah tanpa berdasar ilmu pengetahuan.
Dalam ayat ini Allah mengemukakan bukti-bukti adanya hari berbangkit itu dengan mengemukakan dua macam dalil. Pertama ialah dalil-dalil yang berhubungan dengan proses kejadian manusia dan yang kedua dalil-dalil yang berhubungan dengan proses kehidupan dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan.
Allah SWT. menerangkan proses kejadian manusia di dalam rahim ibunya dan kehidupan manusia setelah ia lahir sampai mati sebagai berikut:
1. Allah telah menciptakan manusia pertama, yaitu Adam as, adalah dari tanah. Kemudian dari Adam diciptakan istrinya Hawa, dari kedua jenis ini berkembang biak manusia dalam proses yang banyak. Dan dapat pula berarti bahwa manusia diciptakan Allah berasal dari sel mani, yaitu perkawinan sperma laki-laki dengan ovum di dalam rahim wanita. Kedua sel itu berasal dari darah, darah berasal dari makanan yang dimakan manusia. Makanan manusia ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan ada yang berasal dari binatang ternak atau hewan-hewan yang lain. Semuanya itu berasal dari tanah sekalipun telah melalui beberapa proses. Karena itu tidaklah salah jika dikatakan bahwa manusia itu berasal dari tanah.
2. Dalam ayat ini disebutkan bahwa manusia itu berasal dari "nufah". Yang dimaksud dengan "nutfah" ialah setetes mani. Setetes mani laki-laki itu mengandung beribu-ribu sperma yang tidak dapat dilihat dengan mata, tanpa menggunakan alat pembesar. Salah satu dari sperma ini bertemu dengan ovum dalam rahim wanita dengan perantaraan persetubuhan yang dilakukan oleh kedua jenis manusia itu. Pertemuan sperma dan ovum ini merupakan perkawinan yang sebenarnya, dan pada waktu itulah terjadi proses pertama dari kejadian manusia yang serupa terjadi pula pada binatang.
3. Sperma dan ovum yang telah menjadi satu itu bergantung pada dinding rahim si ibu dan setelah beberapa lama berubah menjadi segumpal darah.
4. Dari segumpal darah berubah menjadi segumpal daging.
5. Kemudian ada yang menjadi segumpal daging yang sempurna, tidak ada cacad dan kekurangan pada permulaan kejadiannya, dan ada pula yang menjadi segumpal daging yang tidak sempurna, terdapat cacat dan kekurangan. Berdasarkan kejadian sempurna dan tidak sempurna inilah menimbulkan perbedaan bentuk kejadian bentuk manusia, perbedaan tinggi dan pendeknya manusia dan sebagainya. Proses kejadian "nutfah" menjadi "alaqah" adalah empatpuluh hari, dari "alaqah" menjadi "mudgah" (segumpal daging) juga empatpuluh hari. Kemudian setelah lewat empat puluh hari sesudah ini, Allah SWT., meniupkan roh, menetapkan rezeki, amal, bahagia dan sengsara, menetapkan ajal dan sebagainya, sebagaimana tersebut dalam hadis:
إن أحدكم يجمع في بطون أمه أربعين يوما نطفة ثم يكون علقة مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك ثم يرسل عليه الملك فينفخ فيه الروح ويؤمر بأربع كلمات يكتب رزقه وعمله وأجله أشقي أو سعيد
Artinya:
Sesungguhnya awal kejadian seseorang kamu (yaitu sperma dan ovum) berkumpul dalam perut ibunya selama 40 malam, kemudian menjadi segumpal darah selama itu (pula) lalu menjadi segumpal daging selama itu (pula). kemudian Allah mengutus malaikat, setelah Allah meniupkan roh ke dalamnya. maka malaikat itu diperintahkan-Nya menulis empat kalimat, lalu malaikat itu menuliskan rezekinya, ajalnya. amalnya, bahagia atau sengsara. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis yang lain diterangkan:
يدخل الملك على النطفة بعد ما تستقر في الرحم بأربعين أو خمسة وأربعين ليلة فيقول: يا رب, أشقي أو سعيد فيكتبان فيقول: يا رب, أذكر أو أنثى فيكتبان ويكتب عمله وأثره وأجله ورزقه ثم تطوى الصحف فلا يزاد فيها ولا ينقص.
Artinya:
Bersabda Rasulullah saw: "Malaikat mendatangi "nutfah" setelah menetap di dalam rahim 40 atau 45 hari, maka ia berkata: "Wahai Tuhanku: Burukkah untungnya atau baik?". Lalu Allah memfirmankan buruk atau baiknya, maka ditulislah keduanya (yakni buruk atau baiknya). Maka Malaikat berkata pula: "Laki-lakikah dia atau perempuan?". Lalu Allah memfirmankan tentang laki-lakikah dia atau perempuan, maka ditulislah keduanya (yakni laki-laki atau perempuan), dan ditulislah kerja, peninggalan, ajal dan rezkienya. Kemudian ditutuplah lembaran-lembaran itu, maka apa yang telah dituliskan di dalamnya tidak dapat ditambah atau dikurangi lagi. (H.R. Ibnu Abi Hatim. Muslim meriwayatkan pula hadis yang searti dengan hadis ini tetapi dengan sanad yang lain)
Allah menetapkan proses kejadian yang demikian, yaitu membiarkan nutfah, alaqah, mudgah sampai berbentuk bayi yang sempurna dalam waktu yang ditentukan itu adalah untuk menerangkan kepada manusia tanda-tanda kekuasaan, kebesaran dan kerapian aturan-aturan yang dibuatnya, dan untuk menjadi bahan pemikiran bagi manusia, bahwa jika Allah kuasa menciptakan manusia pada kali yang pertama, tentulah Dia kuasa pula menciptakan-Nya pada kali yang kedua, dan menciptakan sesuatu pada kali yang kedua itu biasanya lebih mudah dari menciptakannya pada kali yang pertama. Membangkitkan manusia dari kubur pada hakikatnya adalah menciptakan manusia pada kali yang kedua. Tentu hal itu sangat mudah bagi Allah. Sebenarnya jika Allah menghendaki kejadian sesuatu tidak melalui proses yang demikian, tidaklah sukar bagi Allah. Karena jika Dia menghendaki adanya sesuatu, cukuplah Dia mengatakan kepadanya: Jadilah". Maka terwujud barang itu.
Sebagaimana firman-Nya:
إنما أمره إذا أراد شيئا أن يقول له كن فيكون
Artinya:
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah". Maka terjadilah ia. (Q.S. Yasin: 82)
6. Kemudian jika telah sampai waktunya, maka Allah SWT. melahirkan bayi yang masih kecil itu dari dalam rahim ibunya. Masa kandungan yang sempurna ialah sembilan bulan, tetapi jika Allah menghendaki masa kandungan itu dapat berkurang menjadi enam bulan atau lebih dan ada pula yang lebih dari sembilan bulan. Pada permulaan masa lahir itu manusia dalam keadaan lemah, baik jasmani maupun rokhaninya, lalu Allah menganugerahkan kekuatan kepadanya sedikit demi sedikit, bertambah lama bertambah besar, hingga sampai masa kanak-kanak, kemudian sampai masa dewasa, pada masa manusia sempurna jasmani dan rokhaninya, badannya sedang kuat, pikirannya sedang berkembang, kemampuannya untuk mencapai sesuatu yang diingininya sedang ada pula. Kemudian manusia menjadi tua, bertambah lama bertambah lemah, seakan-akan kembali lagi kepada masa kanak-kanak dan menjadi pikun, akhirnya iapun meninggalkan dunia yang fana ini; ada di antara manusia yang meninggal sebelum mencapai umur dewasa, ada pula yang meninggal di waktu dewasa dan ada yang diberi Allah umur yang lanjut, sampai tua bangka. Proses perkembangan manusia sejak lahir, menjadi dewasa dan menjadi tua ini dilukiskan dalam firman Allah SWT.:
الله الذي خلقكم من ضعف ثم جعل من بعد ضعف قوة ثم جعل من بعد قوة ضعفا وشيبة يخلق ما يشاء وهو العليم القدير
Artinya:
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu, menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (Q.S. Ar Rum: 54)
Selanjutnya Allah SWT. mengemukakan bukti adanya hari kiamat dan hari berbangkit, selain yang telah dikemukakan di atas dengan memerintahkan manusia agar memperhatikan kehidupan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di permukaan bumi. Perhatikanlah bumi yang tandus dan kering, tiada ditumbuhi oleh sebatangpun tumbuh-tumbuhan. Kemudian turunlah hujan membasahi permukaan bumi itu. Maka kelihatanlah permukaan bumi itu seakan-akan bergerak dengan perlahan-lahan dan berubah warna permukaannya dengan berangsur-angsur, karena telah mulai ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan. Semakin lama tumbuh-tumbuhan itu semakin besar, bahkan daun-daunnya telah menutupi permukaan bumi yang semulanya tandus, dengan warna yang beraneka ragam: ada yang hijau, ada yang keputih-putihan, ada yang merah dan sebagainya. Perpaduan warna-warna daun ini merupakan pemandangan yang indah bagi mata yang memandangnya setelah tiba musim bunga, maka pemandangan yang indah ini menjadi bertambah indah karena telah dihiasi lagi oleh warna-warni bunga yang bermacam corak itu, yang menyerbak di antara daun-daun itu. Seakan-akan permukaan bumi yang tandus dahulunya itu telah berubah menjadi hamparan permadani yang dihiasi daun-daun dan bunga-bunga yang beraneka ragam warnanya.
Setelah sampai masanya pula, maka bunga-bunga itupun berguguran dan tinggallah putik-putik yang berangsur-angsur besar pula, sampai menjadi buah. Pada saat buah telah baik untuk dipetik, maka berdatanganlah manusia yang akan memetiknya. Buah-buahan itu merupakan rezeki yang halal bagi manusia, baik untuk dimakannya maupun untuk dijadikan keperluan yang lain yang bermanfaat baginya. Setelah itu datang lagi musim kemarau, bumi kembali menjadi kering dan tandus seperti sediakala.
Demikianlah keadaan bumi itu, yang berubah keadaannya setiap pergantian musim, dari mati dan tandus, kemudian disirami hujan, maka tumbuhlah tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan buah yang bermanfaat bagi manusia, kemudian tumbuh-tumbuhan itu mati pada musim panas dan kering untuk dihidupkan kembali pada musimnya pula. Bagi manusia yang berpikir, tentulah dia akan memikirkan proses hidup dan kematian bumi dengan segala yang ada dipermukaannya itu. Tentulah pikirannya akan sampai kepada Zat yang menentukan kehidupan dan kematian itu. Bagi manusia yang beriman dan berpikir, tentulah baginya semua proses kejadian dan kefanaan itu menambah kuat imannya kepada kekuasaan dan keesaan Tuhan, yang menghidupkan dan mematikan makhluk-makhluk-Nya, menurut yang dikehendaki-Nya. Jika Allah SWT. telah berbuat demikian, tentulah Dia berkuasa pula untuk menciptakan dan membangkitkan manusia kembali di kemudian hari. Karena mengulang penciptaan sesuatu kembali adalah lebih mudah dari menciptakannya buat pertama kalinya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hajj 5
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ (5)
(Hai manusia) yakni penduduk Mekah (jika kalian dalam keraguan) kalian meragukan (tentang hari berbangkit, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian) bapak moyang kalian, yaitu Adam (dari tanah, kemudian) Kami ciptakan anak cucunya (dari setetes nuthfah) air mani (kemudian dari segumpal darah) darah yang kental (kemudian dari segumpal daging) daging yang besarnya sekepal tangan (yang sempurna kejadiannya) telah diberi bentuk berupa makhluk yang sempurna (dan yang tidak sempurna) masih belum sempurna bentuknya (agar Kami jelaskan kepada kalian) kemahasempurnaan kekuasaan Kami, yaitu supaya kalian dapat mengambil kesimpulan daripadanya, bahwa Allah yang memulai penciptaan dapat mengembalikan ciptaan itu kepada asalnya. (Dan Kami tetapkan) kalimat ayat ini merupakan kalimat baru (di dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan) hingga ia keluar (kemudian Kami keluarkan kalian) dari perut ibu-ibu kalian (sebagai bayi) lafal Thiflan sekalipun berbentuk tunggal tetapi makna yang dimaksud adalah jamak (kemudian) Kami memberi kalian umur secara berangsur-angsur (hingga sampailah kalian kepada kedewasaan) dewasa dan kuat, yaitu di antara umur tiga puluh tahun sampai empat puluh tahun (dan di antara kalian ada yang diwafatkan) yakni mati sebelum mencapai usia dewasa (dan ada pula di antara kalian yang dipanjangkan umurnya sampai pikun) amat tua sehingga menjadi pikun (supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya). Sehubungan dengan hal ini Ikrimah mengatakan, "Barang siapa yang biasa membaca Alquran, niscaya ia tidak akan mengalami nasib yang demikian itu, yakni terlalu tua dan pikun." (Dan kalian lihat bumi ini kering) gersang (kemudian apabila telah Kami turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu) menjadi hidup (dan suburlah ia) hidup dengan suburnya (serta dapat menumbuhkan) huruf Min adalah huruf Zaidah (berbagai macam tumbuh-tumbuhan) beraneka ragam tumbuhan (yang indah) yakni yang baik.
Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,(QS. 22:6)
dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.(QS. 22:7)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hajj 6 - 7
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى وَأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (6) وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ (7)
Setelah Allah SWT. mengemukakan bukti-bukti berbangkit pada ayat-ayat yang terdahulu, maka pada ayat-ayat ini Allah menegaskan lima perkara:
1. Tuhan yang diterangkan pada ayat-ayat di atas adalah Tuhan yang sebenarnya, Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang menentukan segala sesuatu. Tidak ada seorangpun yang sanggup menciptakan manusia dengan proses yang demikian itu, yaitu menciptakan manusia dari tanah, kemudian menciptakan manusia dari setetes mani, makhluk yang mati, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging dalam rahim wanita kemudian lahir ke dunia, semakin lama bertambah besar, menjadi dewasa, berketurunan, bertambah tua, akhirnya meninggal dunia menjadi makhluk yang mati kembali. Siapakah yang sanggup merubah tanah yang mati dan tandus menjadi tanah yang subur serta ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam. Siapakah yang membuat ketentuan dan aturan-aturan yang demikian rapi dan teliti itu, sehingga dengan ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan itu seluruh alam yang luas ini dapat diatur, selain dari pada Allah SWT. yang wajib disembah?
2. Dialah yang menghidupkan yang mati. Menghidupkan yang mati berarti memberi nyawa dan kehidupan kepada yang mati itu, di samping memberi kelengkapan untuk kelangsungan hidup makhluk itu, baik kelangsungan hidup makhluk itu sendiri ataupun kelangsungan hidup jenisnya. Kemudian Dia mematikan kembali. Zat yang dapat menghidupkan yang mati, kemudian mematikannya, tentu zat itu sanggup pula menghidupkannya kembali pada hari berbangkit. Menghidupkan sesuatu makhluk kembali itu adalah lebih mudah dari menciptakannya pada kali yang pertama.
3. Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia berbuat sesuatu menurut yang dikehendaki-Nya; tidak ada sesuatupun yang dapat merubah dan menghalangi kehendak-Nya itu.
4. Agar orang-orang yang ingkar itu mengetahui bahwa hari kiamat yang dijanjikan itu pasti datang; tidak ada keraguan sedikitpun.
5. Agar mereka dapat meyakini bahwa hari berbangkit dari kubur, setelah hari kiamat itu pasti pula terjadi.
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَى وَأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (6) وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ (7)
Setelah Allah SWT. mengemukakan bukti-bukti berbangkit pada ayat-ayat yang terdahulu, maka pada ayat-ayat ini Allah menegaskan lima perkara:
1. Tuhan yang diterangkan pada ayat-ayat di atas adalah Tuhan yang sebenarnya, Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang menentukan segala sesuatu. Tidak ada seorangpun yang sanggup menciptakan manusia dengan proses yang demikian itu, yaitu menciptakan manusia dari tanah, kemudian menciptakan manusia dari setetes mani, makhluk yang mati, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging dalam rahim wanita kemudian lahir ke dunia, semakin lama bertambah besar, menjadi dewasa, berketurunan, bertambah tua, akhirnya meninggal dunia menjadi makhluk yang mati kembali. Siapakah yang sanggup merubah tanah yang mati dan tandus menjadi tanah yang subur serta ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam. Siapakah yang membuat ketentuan dan aturan-aturan yang demikian rapi dan teliti itu, sehingga dengan ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan itu seluruh alam yang luas ini dapat diatur, selain dari pada Allah SWT. yang wajib disembah?
2. Dialah yang menghidupkan yang mati. Menghidupkan yang mati berarti memberi nyawa dan kehidupan kepada yang mati itu, di samping memberi kelengkapan untuk kelangsungan hidup makhluk itu, baik kelangsungan hidup makhluk itu sendiri ataupun kelangsungan hidup jenisnya. Kemudian Dia mematikan kembali. Zat yang dapat menghidupkan yang mati, kemudian mematikannya, tentu zat itu sanggup pula menghidupkannya kembali pada hari berbangkit. Menghidupkan sesuatu makhluk kembali itu adalah lebih mudah dari menciptakannya pada kali yang pertama.
3. Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia berbuat sesuatu menurut yang dikehendaki-Nya; tidak ada sesuatupun yang dapat merubah dan menghalangi kehendak-Nya itu.
4. Agar orang-orang yang ingkar itu mengetahui bahwa hari kiamat yang dijanjikan itu pasti datang; tidak ada keraguan sedikitpun.
5. Agar mereka dapat meyakini bahwa hari berbangkit dari kubur, setelah hari kiamat itu pasti pula terjadi.
Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya,(QS. 22:8)
dengan memalingkan lambungnya untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah. Ia mendapat kehinaan di dunia, dan di hari kiamat Kami merasakan kepadanya azab yang membakar.(QS. 22:9)
Surah Al Hajj 8 - 9
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ (8) ثَانِيَ عِطْفِهِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَنُذِيقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَذَابَ الْحَرِيقِ (9)
Ayat ini menerangkan bahwa di antara manusia itu ada yang benar-benar bertindak dan berbuat melampaui batas, ada yang membantah serta mengingkari Allah dan sifat-Nya, tanpa dasar ilmu pengetahuan dun akal pikiran yang sehat tanpa bukti-bukti yang kuat, tanpa petunjuk atas dalil-dalil yang mengarah kepada keyakinan yang benar, tanpa hujah atau kitab yang diturunkan Allah. Sikap mereka yang demikian itu semata-mata karena kesombongan, keingkaran dan kejahilan belaka, karena mereka telah buta hati dan pikiran, sebagaimana firman Allan SWT.:
فإنها لا تعمى الأبصار ولكن تعمى القلوب التي في الصدور
Artinya:
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada di dalam dada. (Q.S. Al Hajj: 46)
Orang yang demikian itu, jika diberi peringatan mereka tidak akan menerimanya, bahkan mereka bertambah ingkar dan sombong.
Allah SWT. berfirman:
وإذا تتلى عليه آياتنا ولى مستكبرا كأن لم يسمعها كأن في أذنيه وقرا فبشره بعذاب أليم
Artinya:
Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri, seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya, maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. (Q.S. Lukman: 7)
Menurut sebagian ahli tafsir bahwa ayat ini diturunkan sebagai penegasan dan peringatan keras dari Allah SWT. kepada orang-orang yang mengingkari dan membantah-Nya, sebagai yang disebutkan pada ayat-ayat yang lalu. Pada ayat 3 dan 4 surat ini dinyatakan bahwa pemuka-pemuka orang-orang musyrik Mekah, terutama Nadar bin Haris, telah membantah dan mengingkari Allah, tanpa ilmu pengetahuan, serta mereka mengikuti godaan setan yang jahat. Pada ayat ini ditegaskan bahwa Nadar bin Haris dan kawan-kawannya serta orang-orang yang melakukan tindakan seperti mereka itu, benar-benar membantah dan mengingkari Allah. Seakan-akan ayat ini memberi peringatan dan ancaman yang keras kepada mereka, bahwa tindakan-tindakan mereka itu akan menimbulkan akibat yang sangat buruk bagi diri mereka sendiri.
Dari ayat-ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya dapat dipahami bahwa ada dua hal pokok yang di ingkari oleh orang-orang musyrik Mekah itu. Pada ayat yang sebelumnya disebutkan bahwa mereka mengingkari dan membantah tentang adanya hari kiamat dan hari berbangkit, sedang pada ayat-ayat ini mereka membantah dan mengingkari tentang adanya Allah SWT. dan segala sifat-sifat keagungan dan kebesaran-Nya. Kedua hal ini termasuk rukun iman yang merupakan pokok-pokok yang wajib dipercayai dan diyakini. Karena itu, tindakan mereka tidak saja menimbulkan kerugian bagi diri mereka sendiri, tetapi juga menyesatkan manusia yang lain dari jalan Allah, karena perbuatan mereka itu langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi manusia yang lain.
Mereka itu di dunia akan memperoleh kehinaan, seperti kehinaan yang dialami Aba Lahab dan istrinya, dan di akhirat akan ditimpa azab neraka yang sangat panas yang menghanguskan tubuh mereka.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hajj 8
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ (8)
Ayat berikut ini diturunkan berkenaan dengan Abu Jahal, yaitu: (Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan tanpa petunjuk) yang menjadi pegangannya (dan tanpa kitab yang bercahaya) kitab yang menjadi pegangannya dan yang dapat menunjukinya.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ (8) ثَانِيَ عِطْفِهِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَنُذِيقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَذَابَ الْحَرِيقِ (9)
Ayat ini menerangkan bahwa di antara manusia itu ada yang benar-benar bertindak dan berbuat melampaui batas, ada yang membantah serta mengingkari Allah dan sifat-Nya, tanpa dasar ilmu pengetahuan dun akal pikiran yang sehat tanpa bukti-bukti yang kuat, tanpa petunjuk atas dalil-dalil yang mengarah kepada keyakinan yang benar, tanpa hujah atau kitab yang diturunkan Allah. Sikap mereka yang demikian itu semata-mata karena kesombongan, keingkaran dan kejahilan belaka, karena mereka telah buta hati dan pikiran, sebagaimana firman Allan SWT.:
فإنها لا تعمى الأبصار ولكن تعمى القلوب التي في الصدور
Artinya:
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada di dalam dada. (Q.S. Al Hajj: 46)
Orang yang demikian itu, jika diberi peringatan mereka tidak akan menerimanya, bahkan mereka bertambah ingkar dan sombong.
Allah SWT. berfirman:
وإذا تتلى عليه آياتنا ولى مستكبرا كأن لم يسمعها كأن في أذنيه وقرا فبشره بعذاب أليم
Artinya:
Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri, seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya, maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. (Q.S. Lukman: 7)
Menurut sebagian ahli tafsir bahwa ayat ini diturunkan sebagai penegasan dan peringatan keras dari Allah SWT. kepada orang-orang yang mengingkari dan membantah-Nya, sebagai yang disebutkan pada ayat-ayat yang lalu. Pada ayat 3 dan 4 surat ini dinyatakan bahwa pemuka-pemuka orang-orang musyrik Mekah, terutama Nadar bin Haris, telah membantah dan mengingkari Allah, tanpa ilmu pengetahuan, serta mereka mengikuti godaan setan yang jahat. Pada ayat ini ditegaskan bahwa Nadar bin Haris dan kawan-kawannya serta orang-orang yang melakukan tindakan seperti mereka itu, benar-benar membantah dan mengingkari Allah. Seakan-akan ayat ini memberi peringatan dan ancaman yang keras kepada mereka, bahwa tindakan-tindakan mereka itu akan menimbulkan akibat yang sangat buruk bagi diri mereka sendiri.
Dari ayat-ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya dapat dipahami bahwa ada dua hal pokok yang di ingkari oleh orang-orang musyrik Mekah itu. Pada ayat yang sebelumnya disebutkan bahwa mereka mengingkari dan membantah tentang adanya hari kiamat dan hari berbangkit, sedang pada ayat-ayat ini mereka membantah dan mengingkari tentang adanya Allah SWT. dan segala sifat-sifat keagungan dan kebesaran-Nya. Kedua hal ini termasuk rukun iman yang merupakan pokok-pokok yang wajib dipercayai dan diyakini. Karena itu, tindakan mereka tidak saja menimbulkan kerugian bagi diri mereka sendiri, tetapi juga menyesatkan manusia yang lain dari jalan Allah, karena perbuatan mereka itu langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi manusia yang lain.
Mereka itu di dunia akan memperoleh kehinaan, seperti kehinaan yang dialami Aba Lahab dan istrinya, dan di akhirat akan ditimpa azab neraka yang sangat panas yang menghanguskan tubuh mereka.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hajj 8
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ (8)
Ayat berikut ini diturunkan berkenaan dengan Abu Jahal, yaitu: (Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan tanpa petunjuk) yang menjadi pegangannya (dan tanpa kitab yang bercahaya) kitab yang menjadi pegangannya dan yang dapat menunjukinya.
(Akan dikatakan kepadanya): `Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hambanya`.(QS. 22:10)
ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ يَدَاكَ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ (10)
Ayat ini menerangkan bahwa azab yang diterima oleh orang-orang kafir itu adalah seimbang dengan perbuatan mungkar yang pernah mereka kerjakan di dunia dahulu, sesuai dengan firman Allah SWT.:
ليجزي الذين أساءوا بما عملوا ويجزي الذين أحسنوا بالحسنى
Artinya:
Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan, dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (Q.S. An Najm: 31)
Allah SWT. mengazab manusia yang. durhaka itu bukanlah karena Dia bermaksud untuk menganiaya hamba-Nya, tetapi semata-mata karena perbuatan hamba-hamba itu sendiri, dan hal itu adalah sesuai dengan "Sunnatullah". Menurut Sunah-Nya: Dia akan memberi pahala kepada orang-orang yang taat kepada-Nya dan mengazab orang-orang yang durhaka kepada-Nya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hajj 10
ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ يَدَاكَ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ (10)
("Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tanganmu dahulu) yakni perbuatan kamu dahulu. Diungkapkan demikian mengingat, bahwa kebanyakan pekerjaan itu dilakukan oleh kedua tangan (dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya) suka menganiaya (hamba-hamba-Nya") dengan mengazab mereka tanpa dosa.
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.(QS. 22:11)
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ (11)
Ayat ini menerangkan bahwa ada pula sebagian manusia yang menyatakan beriman dan menyembah Allah dalam keadaan bimbang dan ragu-ragu; mereka berada dalam kekhawatiran dan kecemasan; apakah agama Islam yang telah mereka anut itu benar-benar dapat memberikan kebahagiaan kepada mereka dunia akhirat. Mereka seperti keadaan orang yang ikut pergi perang, sedang hati mereka ragu-ragu untuk ikut itu. Jika nampak bagi mereka tanda-tanda tanda pasukan mereka akan memperoleh kemenangan dan akan memperoleh harta rampasan yang banyak, maka mereka melakukan tugas dengan bersungguh-sungguh, seperti orang-orang yang benar-benar beriman. Sebaliknya jika nampak bagi mereka tanda-tanda bahwa pasukannya akan menderita kekalahan dan musuh akan menang, mereka cepat-cepat menghindarkan diri, bahkan kalau ada kesempatan mereka berusaha untuk menggabungkan diri dengan pihak musuh.
Keadaan mereka itu dilukiskan Allah dalam ayat ini: Jika mereka memperoleh kebahagiaan hidup, rezeki yang banyak, kekuasaan atau kedudukan, gembiralah hati mereka memeluk agama Islam, mereka beribadat se khusyuk-khusyuknya, mengerjakan perbuatan baik dan sebagainya Tetapi jika mereka memperoleh kesengsaraan, kesusahan hidup, cobaan atau musibah, mereka menyatakan bahwa semuanya itu mereka alami adalah karena mereka menganut agama Islam. Mereka masuk Islam bukanlah karena keyakinan bahwa agama Islam itulah satu-satunya agama yang benar, agama yang diridai Allah, tetapi mereka masuk Islam dengan maksud mencari kebahagiaan duniawi, mencari harta yang banyak, mencari pangkat dan kedudukan atau untuk memperoleh kekuasaan yang besar. Karena itulah mereka kembali menjadi kafir, jika tujuan yang mereka inginkan itu tidak tercapai. Pada ayat-ayat yang lain Allah SWT. menerangkan perilaku mereka:
الذين يتربصون بكم فإن كان لكم فتح من الله قالوا ألم نكن معكم وإن كان للكافرين نصيب قالوا ألم نستحوذ عليكم ونمنعكم من المؤمنين فالله يحكم بينكم يوم القيامة ولن يجعل الله للكافرين على المؤمنين سبيلا
Artinya:
(Yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang yang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?". Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah kami turut memenangkanmu dan membela kamu dari orang-orang mukmin?". Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman. (Q.S. An Nisa: 141)
Tujuan mereka melakukan tindakan-tindakan yang demikian itu dijelaskan Allah dengan ayat berikut:
إن المنافقين يخادعون الله وهو خادعهم وإذا قاموا إلى الصلاة قاموا كسالى يراءون الناس ولا يذكرون الله إلا قليلا
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya' (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (Q.S. An Nisa: 142)
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Ibnu Abbas; bahwa ayat ini diturunkan berhubungan dengan peristiwa seorang laki-laki yang datang ke Madinah dan memeluk agama Islam. Maka jika istrinya melahirkan seorang anak laki-laki dan kudanya berkembang biak, ia berkata: "Agama Islam yang kupeluk ini adalah agama yang baik". Tetapi jika istrinya melahirkan anak perempuan dan kudanya tidak berkembang biak, maka ia mengatakan: Agama Islam yang saya peluk ini adalah agama yang jelek".
Menurut Abdurrahman bin Zaid bin Aslam: ayat ini diturunkan berhubungan dengan tindak tanduk orang-orang munafik. Jika kehidupan duniawi mereka baik, mereka beribadat, sebaliknya jika kehidupan duniawi mereka tidak baik mereka tidak beribadat, bahkan mereka menyebarkan fitnah dan kembali menjadi kafir. Sedang menurut Abu Said Al Khudri Ayat ini diturunkan berhubungan dengan seorang laki-laki Yahudi yang telah masuk Islam. Kemudian matanya buta, harta bendanya habis dan anaknya mati. Ia mengira bahwa agama Islamlah yang membawa kesialan itu, lalu ia menghadap Nabi Muhammad saw. dan berkata "Agama Islam telah membawa kesialan padaku". Nabi menjawab: "Agama Islam tidak membawa sial". Ia berkata: "Sesungguhnya agama Islam yang aku anut ini belum pernah membawa kebaikan kepadaku, ia telah menghilangkan penglihatanku, hartaku, dan anakku". Berkata Rasulullah saw.: "Hai Yahudi, sesungguhnya agama Islam itu telah melebur seseorang, seperti api melebur kotoran besi, perak atau emas". Maka turunlah ayat ini.
Sekalipun ada beberapa riwayat yang menerangkan sebab-sebab turunnya ayat ini, namun ketiga-tiga riwayat itu berhubungan dengan orang-orang yang masuk Islam, sedang imannya belum kuat, hatinya masih ragu-ragu. Karena itu ketiga-tiga asbabun nuzul ini tidak bertentangan maksudnya dan tidak merubah pengertian ayat.
Kemudian Allah SWT. menerangkan bahwa orang-orang yang demikian adalah orang-orang yang telah menyia-nyiakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi dirinya sendiri baik di dunia, apalagi di akhirat nanti. Di dunia mereka mendapat bencana, kesengsaraan dan penderitaan lahir dan batin, dan di akhirat nanti mereka akan memperoleh siksa yang amat berat dengan dimasukkan ke dalam api neraka. Dan karena ketidaksabaran dan tidak tabah itu mereka akan memperoleh kerugian yang besar dan menimbulkan penyesalan selama-lamanya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hajj 11
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ (11)
(Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi) ia ragu di dalam ibadahnya itu. Keadaannya diserupakan dengan seseorang yang berada di tepi bukit, yakni ia tidak dapat berdiri dengan tetap dan mantap (maka jika ia memperoleh kebaikan) maksudnya kesehatan dan kesejahteraan pada diri dan harta bendanya (tetaplah ia dalam keadaan itu dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana) cobaan pada hartanya dan penyakit pada dirinya (berbaliklah ia ke belakang) ia kembali menjadi kafir. (Rugilah ia di dunia) disebabkan terlepasnya semua apa yang ia harapkan dari dunia (dan di akhirat) disebabkan kekafirannya itu. (Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata) jelas ruginya.
Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfaat kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.(QS. 22:12)
يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنْفَعُهُ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ (12)
Pada ayat ini Allah SWT. menjelaskan bentuk kerugian yang besar yang akan mereka alami itu, yaitu mereka menyembah tuhan-tuhan selain Allah atau mereka mengakui adanya kekuatan gaib selain Allah lalu mereka sembah, atau mereka menganggap bahwa sesuatu makhluk dapat dijadikan perantara untuk menyampaikan sesuatu permohonan atau doa kepada Allah, padahal kalau tidak mereka lakukan yang demikian itu, tidak akan menimbulkan mudarat atau manfaat bagi mereka, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Perbuatan yang demikian itu adalah perbuatan yang mengakibatkan kesesatan yang amat jauh bagi diri mereka, mereka telah jauh penyimpangan dari kebenaran. Keadaan mereka seperti seorang yang telah jauh tersesat dari jalan yang harus dia tempuh di tengah padang pasir, akan kembali ke jalan yang sebenarnya adalah amat jauh dan memayahkan.
Ia menyeru sesuatu yang sebenarnya mudharatnya lebih dekat dari manfaatnya. Sesungguhnya yang diserunya itu adalah sejahat-jahat penolong dan sejahat-jahat kawan.(QS. 22:13)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Hajj 13 يَدْعُو لَمَنْ ضَرُّهُ أَقْرَبُ مِنْ نَفْعِهِ لَبِئْسَ الْمَوْلَى وَلَبِئْسَ الْعَشِيرُ (13) Orang-orang kafir yang tersebut dalam ayat ini adalah orang-orang yang menyembah sesuatu yang kemudaratannya lebih dekat dari manfaatnya. Mereka menyembah sesuatu selain Allah yang berarti mereka ingkar dan kafir kepada Allah. Disebabkan kekafirannya itu Allah menimpakan azab kepada mereka di dunia dan di akhirat Di akhirat nanti mereka akan mengetahui bahwa semua yang mereka puja dan sembah selama hidup di dunia, dan semua mereka anggap sebagai penolong, sebagai sesuatu yang dapat mengabulkan segala permintaan mereka dan sebagai teman yang baik itu, di akhirat nanti tidak mempunyai arti sedikitpun, bahkan semuanya itu merupakan teman-teman yang mengakibatkan mereka ditimpa kemurkaan dan azab Allah. Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hajj 13 يَدْعُو لَمَنْ ضَرُّهُ أَقْرَبُ مِنْ نَفْعِهِ لَبِئْسَ الْمَوْلَى وَلَبِئْسَ الْعَشِيرُ (13) (Ia menyeru sesuatu) huruf Lam adalah Zaidah (yang sebenarnya mudaratnya) jika ia menyembahnya (lebih dekat dari manfaatnya) jika menurut khayalannya ia dapat memberikan manfaat. (Sesungguhnya sejahat-jahat penolong) adalah sesembahan itu (dan sejahat-jahat kawan) adalah dia pula. Sesudah Allah swt. menyebutkan tentang orang-orang yang ragu dengan akibatnya yaitu kerugian, kemudian Allah mengiringinya dengan kisah mengenai orang-orang Mukmin dengan akibatnya, yaitu mendapatkan pahala dari-Nya. Untuk itu Allah swt. berfirman: Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke dalam syurga-syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.(QS. 22:14) |
إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ (14)
Terhadap orang-orang yang hanya menyembah Allah semata, tidak memperserikatkan-Nya dengan sesuatupun, mengikuti ajaran yang disampaikan Nabi-Nya, mengerjakan amal-amal yang saleh, maka Allah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka, dengan menyediakan tempat yang penuh kenikmatan dan kebahagiaan berupa surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dengan pohon-pohon yang rindang dan menyejukkan, sebagai balasan dari Allah atas semua ibadat dan amal saleh yang telah mereka lakukan itu. Karunia yang berupa kenikmatan hidup itu mereka peroleh untuk selama-lamanya.
Allah SWT., Tuhan Yang Maha Kuasa, yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu yang melakukan sesuatu atas kehendak-Nya itu akan menimbulkan kemuliaan orang-orang yang beriman dan menaati-Nya serta akan menjadikan hina dan sengsara orang-orang ingkar dan durhaka kepada-Nya. Tidak ada sesuatupun yang dapat merubah, menambah, mengurangi atau menghilangkan ketetapan-ketetapan dan kekuasaan-Nya.
Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tiada menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.(QS. 22:15)
مَنْ كَانَ يَظُنُّ أَنْ لَنْ يَنْصُرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ إِلَى السَّمَاءِ ثُمَّ لِيَقْطَعْ فَلْيَنْظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُ مَا يَغِيظُ (15)
Para mufassir berbeda pendapat dalam menafsirkan ayat ini. Menurut Abu Jakfar An Nahhas tafsir ayat ini yang paling baik ialah: "Barang siapa yang berpendapat bahwa Allah tidak akan menolong Muhammad di dunia dan di akhirat atau ingin menghentikan pertolongan Allah yang akan diberikan-Nya itu, maka hendaklah ia naik ke langit dan berusahalah di sana menghentikan pertolongan itu. Hendaklah mereka lihat, apakah usaha itu berhasil atau tidak Dan usaha yang seperti itupun mustahil dapat dilakukannya. Zamakhsyari menafsirkan: Allah SWT. pasti menolong Rasul-Nya di dunia dan di akhirat. Jika musuh-musuh Muhammad mengira bahwa Allah tidak akan menolongnya atau bermaksud tidak akan menolongnya, sedang mereka mengetahui jaminan Allah terhadap pertolongan-Nya itu, tentulah mereka menjadi gusar. Karena itu hendaklah mereka berusaha dengan segala kemampuannya yang ada untuk menghilangkan kegusarannya itu, yaitu mengerjakan apa yang bisa dilakukan oleh orang-orang yang gusar, seperti menggantung diri.
Kemudian hendaklah dia memperhatikan apakah tindakannya dengan menggantung diri itu dapat menghentikan pertolongan Allah kepada Muhammad atau tidak.
Sebagian ahli tafsir menafsirkan: Barang siapa yang berpendapat bahwa Allah tidak akan menolong Muhammad, maka hendaklah ia merentangkan tali ke loteng rumahnya, kemudian ia mencekek lehernya dengan tali itu. Mereka akan mengetahui bahwa segala usaha dan tipu daya mereka itu akan gagal dan tidak berfaedah sedikitpun.
Sekalipun para mufassir berbeda pendapat tentang tafsir ayat di atas namun hanya mereka berbeda pendapat dalam menafsirkan secara harfiah saja, sedang maksud yang terdapat dalam penafsiran itu adalah sama dan tidak menyimpang dari maksud ayat yang sebenarnya, yaitu: seandainya orang-orang yang memusuhi Nabi Muhammad tidak merasa senang akan kemajuan Islam dan kaum Muslimin maka mereka dapat naik ke langit dan dapat melihat keadaan di sana, tentu ia akan mengetahui bahwa kemajuan agama Islam yang tidak disenangi itu tidak dapat dihalang-halangi sedikitpun.
Sebagaimana diketahui dalam sejarah bahwa dengan berkembangnya agama Islam dalam waktu yang singkat di kota Mekah, dan semakin banyak penganutnya maka timbullah usaha di kalangan orang-orang musyrik Mekah untuk menghambat perkembangan atau melenyapkan agama Islam itu. Segala macam usaha untuk mencapai maksud itu, mereka lakukan seperti memutuskan hubungan, mengadakan pemboikotan, mengadakan penganiayaan terhadap orang-orang yang masuk Islam, terutama terhadap budak-budak yang masuk Islam, sehingga kaum Muslimin merasa teraniaya dan tersiksa. Dalam pada itu orang-orang musyrik sendiri menyatakan bahwa Allah tidak akan menolong
Muhammad dan kaum Muslimin, karena agama yang dibawanya itu bukanlah agama yang diridai Allah. Dalam keadaan yang demikian turunlah ayat ini memberikan semangat dan harapan kepada kaum Muslimin. Timbullah keyakinan dalam diri mereka bahwa agama yang telah mereka anut adalah agama yang benar, karena itu mereka wajib melanjutkan untuk menyebarkannya, dan Tuhan pasti akan menolong usaha mereka itu.
Menurut Muqatil, ayat ini diturunkan berhubungan Bani Asad dan Bani Gatfan yang telah masuk Islam, mereka berkata: "Kita khawatir bahwa Allah tidak menolong Muhammad, lalu terputuslah hubungan kita dengan pemimpin-pemimpin kita (pemimpin-pemimpin Yahudi), maka mereka tidak akan memberi makan kita lagi. Dengan turunnya ayat ini, maka hilanglah segala kekhawatiran mereka yang timbul dalam hati mereka itu.
Dari ayat di atas dipahamkan bahwa musuh-musuh Islam tidak mempunyai daya sedikitpun untuk mematahkan perjuangan Nabi Muhammad dan kaum Muslimin dalam usaha menyebar luaskan agama Islam karena mereka selalu mendapat pertolongan Allah SWT. di dunia dan di akhirat nanti. Pertolongan Allah ini ditegaskan pada ayat yang lain:
إنا لننصر رسلنا والذين ءامنوا في الحياة الدنيا ويوم يقوم الأشهاد
Artinya:
Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (Q.S. Al Mu'min: 51)
Dan demikianlah Kami telah menurunkan Al quran yang merupakan ayat-ayat yang nyata; dan bahwasanya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.(QS. 22:16)
وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ وَأَنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يُرِيدُ (16)
Ayat ini menerangkan bahwa sebagaimana Allah telah menurunkan bukti-bukti dan dalil-dalil yang kuat kepada orang yang mengingkari kekuasaan dan kebesaran-Nya, demikian pula Allah telah menurunkan Alquran dengan makna dan petunjuk yang jelas, mudah dimengerti oleh orang-orang yang mau mencari kebenaran, tidak ada keraguan sedikitpun padanya.
Karena itu hendaklah manusia mengikuti dan mengamalkan ajaran Islam, yaitu ajaran-ajaran Alquran itu agar mereka diberi Allah pertolongan dan kemenangan di dunia dan di akhirat.
Dalam pada itu Alquran hanyalah berfaedah bagi orang-orang yang tidak ada rasa dengki dalam hatinya, jiwa dan hatinya bersih, ingin mencari kebenaran dan mempunyai kesediaan beriman kepada yang gaib. Orang seperti yang dilukiskan itu, jika mereka membaca Alquran ia akan beriman. semakin banyak membaca dan mengamalkan ajaran Alquran semakin bertambah pula imannya.
Hal ini senada dengan firman Allah SWT.:
ويزيد الله الذين اهتدوا هدى والباقيات الصالحات خير عند ربك ثوابا وخير مردا
Artinya:
Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya. (Q.S. Maryam: 76)
Sebaliknya orang yang dengki, hatinya berpenyakit, tidak ingin mencari kebenaran dan tidak mempunyai kesediaan beriman kepada yang gaib, maka ayat-ayat Alquran tidak akan berfaedah baginya bahkan akan menambah keingkaran dan kekafirannya.
Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.(QS. 22:17)
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئِينَ وَالنَّصَارَى وَالْمَجُوسَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا إِنَّ اللَّهَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (17)
Dalam ayat ini Allah SWT. menerangkan bahwa semua orang yang beriman, semua orang Yahudi, semua orang-orang Sabi'in, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan musyrik, terhadap mereka Allah akan memberikan keputusan yang adil di hari kiamat.
Orang-orang yang beriman dalam ayat ini ialah orang-orang yang beriman kepada apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw., yaitu beriman kepada Allah SWT., malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul yang telah diutus-Nya, kepada hari kiamat dan kepada adanya kadar baik dan kadar buruk. Yang dimaksud dengan orang-orang Yahudi ialah anak cucu Nabi Yakub a.s. yang berkembang biak di Mesir kemudian dibawa kembali oleh Nabi Musa a.s. ke Palestina. Mereka adalah pengikut Nabi Musa a.s. dan ajaran-ajarannya termuat dalam kitab Taurat. Sabi'in ialah orang-orang yang mengakui ke-Esaan Allah tetapi mereka bukan mukmin, bukan Yahudi dan bukan pula Nasrani. Orang-orang Nasrani ialah pengikut-pengikut Nabi Isa a.s. dengan kitab suci mereka Injil. Terhadap semua golongan di atas Allah akan memberikan keputusan dengan adil di hari kiamat nanti, siapa yang benar-benar mengikuti Allah dan Rasul-rasulnya selama hidup di dunia, dan siapa pula yang mengada-ada sesuatu dalam agama Allah dan siapa pula yang mengingkari agama Allah itu.
Keadilan yang sebenarnya belum didapat lagi oleh manusia selama hidup di dunia yang fana ini. Betapa banyak orang yang dengan kehendak hatinya merubah-rubah agama Allah lalu dipaksakannya agama itu agar diikuti oleh orang-orang lain. Betapa banyaknya para penguasa yang berlaku sewenang-wenang, kepala negara atau raja yang zalim, para penindas dan para pemerkosa hak asasi manusia Sebaliknya betapa banyaknya orang-orang yang baik dan jujur dan pembela kemanusiaan yang hidup miskin lagi sengsara, bahkan mereka dimasukkan ke dalam penjara. Betapa banyaknya agama-agama yang menyimpang dari ajaran Tuhan, tetapi agama itu dapat hidup dan subur dengan pengikut-pengikutnya yang banyak, sehingga jika dilihat sepintas lalu agama itulah yang benar dan diridai Tuhan, sebaliknya agama Tuhan sendiri hanya dianut oleh rakyat jelata lagi miskin serta tidak mempunyai kekuasaan sedikitpun di dalam negerinya, seakan-akan agama itu bukanlah agama yang diridai Tuhan. Semuanya itu belum memperoleh keadilan yang sebenarnya selama hidup di dunia. Karena itu di akhirat nanti Allah akan memberikan keadilan yang sesungguhnya. Semuanya akan mendapat balasan sesuai dengan iman. amal dan perbuatan yang telah dikerjakannya.
Menetapkan keputusan dengan adil dan melaksanakan keadilan itu bukanlah suatu yang mustahil bagi Allah, karena Allah SWT. Maha Kuasa terhadap semua makhluk-Nya, Dia menyaksikan dan mengetahui segala perbuatan dan apa saja yang terjadi atas sesuatu makhluk, baik yang nampak maupun yang tidak nampak, baik yang besar ataupun yang kecil, bahkan Dia mengetahui segala yang tergores di dalam hati.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Hajj 17
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئِينَ وَالنَّصَارَى وَالْمَجُوسَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا إِنَّ اللَّهَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (17)
(Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi) mereka adalah pemeluk agama Yahudi (orang-orang Shabi'in) salah satu sekte dari orang-orang Yahudi (orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang Musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat) yaitu dengan memasukkan orang-orang yang beriman ke dalam surga dan mencampakkan orang-orang selain mereka ke dalam neraka. (Sesungguhnya Allah terhadap segala sesuatu) yang diperbuat mereka (Maha Menyaksikan) mengetahuinya secara nyata.
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.(QS. 22:18)
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ (18)
Sujud dalam ayat ini dapat berarti mengikuti kehendak dan mengikuti hukum-hukum yang telah digariskan dan ditetapkan. Dapat pula berarti: menghambakan diri, beribadat dan mengerti segala yang diperintahkan dan menghentikan semua yang dilarang. Sujud bila dihubungkan dengan makhluk Tuhan selain dari manusia, jin dan malaikat berarti tunduk mengikuti kehendak dan hukum-hukum Allah, baik pada permulaan adanya atau kelangsungan adanya maupun di waktu kemusnahannya, karena hanya Allahlah yang menjaga, memelihara, menguasai dan menyempurnakan wujudnya segala sesuatu. Sedang bagi manusia, jin dan malaikat, jika sujud dihubungkan dengan mereka, berarti mereka tunduk kepada kehendak dan hukum-hukum Allah, taat dan patuh melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya.
Pada ayat ini Allah SWT. menegaskan lagi kekuasaan-Nya terhadap semua makhluk, yaitu semua yang di langit, semua yang di bumi, matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, tumbuh-tumbuhan dan semua binatang melata tunduk dan mengikuti aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Semua hidup, berkembang dan mati tunduk kepada hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Allah, mustahil sesuatu makhluk tidak tunduk kepada hukum dan ketentuan itu.
Allah SWT. menciptakan jagat raya ini dan mengaturnya dengan hukum dan ketentuannya. Seperti adanya garis edar pada tiap-tiap planet yang ada di ruang angkasa. Tiap-tiap planet wajib mengikuti garis edar yang telah ditentukan itu. Jika ia keluar dari garis edarnya itu maka ia akan berbenturan dengan planet-plant yang lain. Demikian pula tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang tumbuh manjadi besar dan berkembang mengikuti ketentuan-ketentuan Allah SWT.
Dalam tafsir Al Maragi disebutkan bahwa dalam ayat ini disebut matahari bulan, bintang-bintang dan sebagainya secara khusus untuk mengingatkan bahwa makhluk-makhluk itu termasuk makhluk yang disembah manusia selain Allah, seperti orang Himyar menyembah matahari, Bani Kinanah menyembah bulan, bintang Syi'ra di sembah oleh Bani Lakhm, bintang Surayya disembah oleh orang Tai, orang Mesir kuno menyembah patung anak sapi atau burung Ibis Seakan-akan ayat ini menegaskan bahwa semuanya itu tidak pantas disembah karena semuanya itu termasuk makhluk-makhluk Tuhan yang mengikuti kehendak dan hukum-hukum Allah. Hanya Allah saja yang berhak disembah.
Allah SWT. menerangkan bahwa banyak manusia yang beriman, taat dan patuh kepada Allah, karena merasakan kebesaran dan kekuasaan atas diri mereka. Karena itu mereka beribadat dengan sungguh-sungguh, melaksanakan semua perintah Allah dan menghentikan semua larangan-Nya. Mereka melakukan semua perbuatan yang menyebabkan Allah sayang kepadanya, sehingga Allah memberikan pahala dan memuliakannya. Ada pula manusia yang tidak beriman kepada Allah atau tidak mau merasakan kebesaran dan kekuasaan Allah, ia ingkar dan durhaka kepada-Nya, ia melakukan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan Allah marah kepadanya, karena mereka sepantasnya mendapat kemurkaan dan azab dari Allah.
Barangsiapa yang mendapat kehinaan dan kemarahan Allah, tidak ada seorang pun yang dapat membela dan memuliakannya dan tidak seorangpun yang dapat melepaskannya dari azab Allah, karena segala kekuasaan berada di tangan Allah. Allah berbuat terhadap makhluk-Nya apa yang Dia kehendaki, yaitu memuliakan orang yang dikehendaki-Nya dan menghinakan orang yang dikehendaki-Nya.
Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka.(QS. 22:19)
Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka).(QS. 22:20)
Surah Al Hajj 19 - 22
هَذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ نَارٍ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ (19) يُصْهَرُ بِهِ مَا فِي بُطُونِهِمْ وَالْجُلُودُ (20) وَلَهُمْ مَقَامِعُ مِنْ حَدِيدٍ (21) كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا مِنْ غَمٍّ أُعِيدُوا فِيهَا وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ (22)
Ayat ini menerangkan bahwa yang enam tersebut pada ayat di atas dapat dibagi kepada dua golongan saja, yaitu golongan kafir dan golongan mukmin. Yang termasuk gologan kafir ialah orang-orang Yahudi, orang-orang Sabi'in, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang yang mempersekutukan Allah. Kelima golongan ini mempunyai asas-asas kepercayaan yang berbeda, golongan yang satu tidak mengakui bahkan mengingkari pokok-pokok kepercayaan golongan yang lain, sehingga antara mereka terjadi pertikaian pikiran dan pendapat yang kadang-kadang meningkat menjadi permusuhan. Golongan kedua ialah golongan mukmin yaitu golongan yang taat kepada Allah. Antara golongan pertama dan golongan kedua sering terjadi perdebatan dan permusuhan, sebagaimana yang dilukiskan hadis Nabi Muhammad saw. juga merupakan sebab turunnya ayat ini:
اخرج ابن جرير وابن مردويه عن ابن عباس أنه قال: تخاصم المؤمنون واليهود فقالت اليهود: نحن أولى بالله تعالى وأقدم منكم كتابا ونبينا قبل نبيكم وقال المؤمنون نحن أحق بالله تعالى: آمنا بمحمد صلى الله عليه وسلم وآمنا بنبيكم بما انزل الله تعالى من كتاب وأنتم تعرفون كتابنا ونبينا ثم تركتموه وكفرتم به حسدا, فنزلت الآية.
Artinya:
Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas, bahwasanya ia berkata, "Telah berbantahan orang-orang mukmin dengan orang-orang Yahudi, maka berkata orang-orang Yahudi, "Kami lebih utama di sisi Allah Taala, Kitab kami lebih dahulu diturunkan dari pada kitabmu, Nabi kami lebih dahulu diturunkan dari pada Nabimu". Berkata orang-orang mukmin, "Kami lebih berhak dengan Allah Taala, kami beriman kepada Muhammad saw, beriman kepada Nabimu, beriman kepada kitab-kitab yang telah diturunkan Allah, sedang kamu mengenal kitab kami dan Nabi kami, kemudian kamu meninggalkannya dan kafir kepadanya karena dengki". Maka turunlah ayat ini. (H.R. Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas)
Hadis yang lain menerangkan
ويروي جماعة من الصحابة والتابعين وهم أعرف من غيرهم أسباب النزول أن المراد بالخصمين هنا هم الذين برزوا يوم بدر فمن المؤمنين حمزة وعلي وعبيدة ومن الكافرين عتبة وشيبة أبناء ربيعة والوليد بن عتبة.
Artinya:
Jemaah sahabat dan tabiin meriwayatkan sebab turunnya ayat ini. Dan mereka lebih mengetahui dari yang lain. Yang dimaksud dua golongan yang bermusuhan dalam ayat ini, ialah dua golongan yang terlibat dalam perang Badar dan golongan mukmin ialah Hamzah, Ali dan Ubaidah dan dari golongan kafir, yaitu `Utbah dan Sayibah keduanya putra Rabi'ah dan Walid bin Utbah. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Menurut riwayat Bukhari dan imam-imam hadis yang lain dari Ali, ia berkata "Ayat ini diturunkan berhubungan dengan kami dan kamilah orang yang mula-mula diperiksa yang berhubungan dengan permusuhan di hadapan Allah pada hari kiamat.
Melihat kepada riwayat hadis Ali maka yang diriwayatkan Bukharilah yang kuat, yang menerangkan bahwa golongan yang bertentangan itu ialah golongan-golongan yang berperang pada perang Badar. Namun demikian ayat inipun mencakup semua pertentangan dan permusuhan antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir sejak masa Ali dan sahabat-sahabatnya itu sampai kepada pertentangan-pertentangan antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir masa kini. Semua pertentangan dan permusuhan itu akan diadili Allah pada hari kiamat. Dan kepada mereka akan diberi keputusan yang seadil-adilnya akan diberi hukuman dan ganjaran yang tepat pula.
Dalam ayat ini dan ayat berikutnya akan digambarkan bentuk-bentuk hukuman dan azab yang akan diterima oleh orang-orang kafir serta bentuk-bentuk nikmat yang akan diterima oleh orang-orang mukmin kelak.
Azab yang akan diterima oleh orang-orang kafir diterangkan Allah sebagai berikut:
1. Orang-orang kafir itu akan dimasukkan ke dalam api neraka yang panas menyala-nyala, sehingga api itu meliputi seluruh badan mereka, seperti pakaian yang membungkus dan meliputi seluruh badan orang yang memakainya. Pada ayat lain diterangkan pula keadaan orang-orang kafir di dalam neraka; mereka diliputi api neraka sampai meliputi seluruh badan mereka. Allah berfirman:
لهم من جهنم مهاد ومن فوقهم غواش وكذلك نجزي الظالمين
Artinya:
Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim. (Q.S. Al A'raf: 41)
Sebagian ulama berpendapat bahwa pakaian yang menutupi seluruh badan mereka itu, terbuat dari pelangkin sangat panas, sebagai firman Allah:
سرابيلهم من قطران وتغشى وجوههم النار
Artinya:
Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka. (Q.S. Ibrahim: 50)
2. Dituangkan ke atas kepala mereka air yang mendidih yang sangat panas. Hadis Nabi Muhammad saw. menjelaskan pula hal ini.
عن أبي هريرة أنه تلا هذه الآية فقال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول أن الحميم ليصب على رءوسهم فينفذ من الجمجمة حتى يخلص إلى جوفه فيسلت ما في جوفه حتى يبلغ قدميه وهو الصهر ثم يعاد كما كان
Artinya:
Dari Abu Hurairah, sesugguhnya dia membaca ayat ini, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw, bersabda, "Sesungguhnya air panas mendidih dituangkan ke atas kepala mereka (orang-orang kafir), lalu air panas itu menembus tenggorokannya sampai ke rongga perutnya, maka dihancurkannya apa yang berada dalam rongga perut itu, hingga sampailah air panas itu ke tumitnya yang dalam keadaan cair, kemudian (tubuh orang itu) kembali seperti semula. (H.R. Tirmizi)
3. Mereka dicambuk dengan cemeti-cemeti yang terbuat dari besi, hingga mengenai muka, kepala dan seluruh tubuhnya.
4. Setiap mereka mencoba-coba lari ke luar dari neraka, mereka dihalau dan dicambuk dengan cemeti itu, seraya dikatakan kepada mereka, "Rasakanlah olehmu azab yang sangat ini, sebagai balasan bagi keingkaran dan kedurhakaan.
Inilah gambaran azab ukhrawi yang diterangkan Allah SWT. kepada manusia, sesuai dengan gambaran manusia di dunia terhadap azab atau siksaan yang ditakutinya, serta berat dan pedih dirasakannya Dengan keterangan itu manusia dapat membayangkan bagaimana hebat dan pedihnya azab yang diterima orang-orang kafir di hari kiamat nanti, sehingga gambaran itu merupakan khabar yang menakutkan baginya. Hal ini adalah sebagai salah satu cara Alquran meyakinkan manusia dan menyadarkannya dari keingkaran dan kedurhakaan yang telah diperbuatnya Bagaimana hakikat yang sebenarnya dari azab ukhrawi itu, adalah termasuk pengetahuan yang gaib, hanya Allah sajalah yang Maha Mengetahui, mungkin sesuai dengan yang dilukiskan itu yang berupa azab jasmani atau mungkin pula berupa azab jasmani dan azab rohani.
هَذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ نَارٍ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ (19) يُصْهَرُ بِهِ مَا فِي بُطُونِهِمْ وَالْجُلُودُ (20) وَلَهُمْ مَقَامِعُ مِنْ حَدِيدٍ (21) كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا مِنْ غَمٍّ أُعِيدُوا فِيهَا وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ (22)
Ayat ini menerangkan bahwa yang enam tersebut pada ayat di atas dapat dibagi kepada dua golongan saja, yaitu golongan kafir dan golongan mukmin. Yang termasuk gologan kafir ialah orang-orang Yahudi, orang-orang Sabi'in, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang yang mempersekutukan Allah. Kelima golongan ini mempunyai asas-asas kepercayaan yang berbeda, golongan yang satu tidak mengakui bahkan mengingkari pokok-pokok kepercayaan golongan yang lain, sehingga antara mereka terjadi pertikaian pikiran dan pendapat yang kadang-kadang meningkat menjadi permusuhan. Golongan kedua ialah golongan mukmin yaitu golongan yang taat kepada Allah. Antara golongan pertama dan golongan kedua sering terjadi perdebatan dan permusuhan, sebagaimana yang dilukiskan hadis Nabi Muhammad saw. juga merupakan sebab turunnya ayat ini:
اخرج ابن جرير وابن مردويه عن ابن عباس أنه قال: تخاصم المؤمنون واليهود فقالت اليهود: نحن أولى بالله تعالى وأقدم منكم كتابا ونبينا قبل نبيكم وقال المؤمنون نحن أحق بالله تعالى: آمنا بمحمد صلى الله عليه وسلم وآمنا بنبيكم بما انزل الله تعالى من كتاب وأنتم تعرفون كتابنا ونبينا ثم تركتموه وكفرتم به حسدا, فنزلت الآية.
Artinya:
Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas, bahwasanya ia berkata, "Telah berbantahan orang-orang mukmin dengan orang-orang Yahudi, maka berkata orang-orang Yahudi, "Kami lebih utama di sisi Allah Taala, Kitab kami lebih dahulu diturunkan dari pada kitabmu, Nabi kami lebih dahulu diturunkan dari pada Nabimu". Berkata orang-orang mukmin, "Kami lebih berhak dengan Allah Taala, kami beriman kepada Muhammad saw, beriman kepada Nabimu, beriman kepada kitab-kitab yang telah diturunkan Allah, sedang kamu mengenal kitab kami dan Nabi kami, kemudian kamu meninggalkannya dan kafir kepadanya karena dengki". Maka turunlah ayat ini. (H.R. Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas)
Hadis yang lain menerangkan
ويروي جماعة من الصحابة والتابعين وهم أعرف من غيرهم أسباب النزول أن المراد بالخصمين هنا هم الذين برزوا يوم بدر فمن المؤمنين حمزة وعلي وعبيدة ومن الكافرين عتبة وشيبة أبناء ربيعة والوليد بن عتبة.
Artinya:
Jemaah sahabat dan tabiin meriwayatkan sebab turunnya ayat ini. Dan mereka lebih mengetahui dari yang lain. Yang dimaksud dua golongan yang bermusuhan dalam ayat ini, ialah dua golongan yang terlibat dalam perang Badar dan golongan mukmin ialah Hamzah, Ali dan Ubaidah dan dari golongan kafir, yaitu `Utbah dan Sayibah keduanya putra Rabi'ah dan Walid bin Utbah. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Menurut riwayat Bukhari dan imam-imam hadis yang lain dari Ali, ia berkata "Ayat ini diturunkan berhubungan dengan kami dan kamilah orang yang mula-mula diperiksa yang berhubungan dengan permusuhan di hadapan Allah pada hari kiamat.
Melihat kepada riwayat hadis Ali maka yang diriwayatkan Bukharilah yang kuat, yang menerangkan bahwa golongan yang bertentangan itu ialah golongan-golongan yang berperang pada perang Badar. Namun demikian ayat inipun mencakup semua pertentangan dan permusuhan antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir sejak masa Ali dan sahabat-sahabatnya itu sampai kepada pertentangan-pertentangan antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir masa kini. Semua pertentangan dan permusuhan itu akan diadili Allah pada hari kiamat. Dan kepada mereka akan diberi keputusan yang seadil-adilnya akan diberi hukuman dan ganjaran yang tepat pula.
Dalam ayat ini dan ayat berikutnya akan digambarkan bentuk-bentuk hukuman dan azab yang akan diterima oleh orang-orang kafir serta bentuk-bentuk nikmat yang akan diterima oleh orang-orang mukmin kelak.
Azab yang akan diterima oleh orang-orang kafir diterangkan Allah sebagai berikut:
1. Orang-orang kafir itu akan dimasukkan ke dalam api neraka yang panas menyala-nyala, sehingga api itu meliputi seluruh badan mereka, seperti pakaian yang membungkus dan meliputi seluruh badan orang yang memakainya. Pada ayat lain diterangkan pula keadaan orang-orang kafir di dalam neraka; mereka diliputi api neraka sampai meliputi seluruh badan mereka. Allah berfirman:
لهم من جهنم مهاد ومن فوقهم غواش وكذلك نجزي الظالمين
Artinya:
Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim. (Q.S. Al A'raf: 41)
Sebagian ulama berpendapat bahwa pakaian yang menutupi seluruh badan mereka itu, terbuat dari pelangkin sangat panas, sebagai firman Allah:
سرابيلهم من قطران وتغشى وجوههم النار
Artinya:
Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka. (Q.S. Ibrahim: 50)
2. Dituangkan ke atas kepala mereka air yang mendidih yang sangat panas. Hadis Nabi Muhammad saw. menjelaskan pula hal ini.
عن أبي هريرة أنه تلا هذه الآية فقال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول أن الحميم ليصب على رءوسهم فينفذ من الجمجمة حتى يخلص إلى جوفه فيسلت ما في جوفه حتى يبلغ قدميه وهو الصهر ثم يعاد كما كان
Artinya:
Dari Abu Hurairah, sesugguhnya dia membaca ayat ini, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw, bersabda, "Sesungguhnya air panas mendidih dituangkan ke atas kepala mereka (orang-orang kafir), lalu air panas itu menembus tenggorokannya sampai ke rongga perutnya, maka dihancurkannya apa yang berada dalam rongga perut itu, hingga sampailah air panas itu ke tumitnya yang dalam keadaan cair, kemudian (tubuh orang itu) kembali seperti semula. (H.R. Tirmizi)
3. Mereka dicambuk dengan cemeti-cemeti yang terbuat dari besi, hingga mengenai muka, kepala dan seluruh tubuhnya.
4. Setiap mereka mencoba-coba lari ke luar dari neraka, mereka dihalau dan dicambuk dengan cemeti itu, seraya dikatakan kepada mereka, "Rasakanlah olehmu azab yang sangat ini, sebagai balasan bagi keingkaran dan kedurhakaan.
Inilah gambaran azab ukhrawi yang diterangkan Allah SWT. kepada manusia, sesuai dengan gambaran manusia di dunia terhadap azab atau siksaan yang ditakutinya, serta berat dan pedih dirasakannya Dengan keterangan itu manusia dapat membayangkan bagaimana hebat dan pedihnya azab yang diterima orang-orang kafir di hari kiamat nanti, sehingga gambaran itu merupakan khabar yang menakutkan baginya. Hal ini adalah sebagai salah satu cara Alquran meyakinkan manusia dan menyadarkannya dari keingkaran dan kedurhakaan yang telah diperbuatnya Bagaimana hakikat yang sebenarnya dari azab ukhrawi itu, adalah termasuk pengetahuan yang gaib, hanya Allah sajalah yang Maha Mengetahui, mungkin sesuai dengan yang dilukiskan itu yang berupa azab jasmani atau mungkin pula berupa azab jasmani dan azab rohani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar