1. Kaaf haa yaa ain shaad.(QS. 19:1)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Maryam 1
كهيعص (1)
Kaaf Haa Yaa `Aiin Shaad, termasuk huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan beberapa surah Alquran. Ada dua hal yang perlu dibicarakan tentang huruf-huruf abjad yang disebutkan pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu, yaitu apa yang dimaksud dengan huruf ini, dan apa hikmahnya menyebutkan huruf-huruf ini?
Tentang soal pertama, maka para mufassir berlainan pendapat, yaitu:
1. Ada yang menyerahkan saja kepada Allah, dengan arti mereka tidak mau menafsirkan huruf-huruf itu. Mereka berkata, "Allah sajalah yang mengetahui maksudnya." Mereka menggolongkan huruf-huruf itu ke dalam golongan ayat-ayat mutasyabihat.
2. Ada yang menafsirkannya. Mufassirin yang menafsirkannya ini berlain-lain pula pendapat mereka, yaitu:
a. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah isyarat (keringkasan dari kata-kata), umpamanya Alif Lam Mim. Maka "Alif" adalah keringkasan dari "Allah", "Lam" keringkasan dari "Jibril", dan "Mim" keringkasan dari Muhammad, yang berarti bahwa Alquran itu datangnya dari Allah, disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad. Pada Alif Lam Ra; "Alif" keringkasan dari "Ana", "Lam" keringkasan dari "Allah" dan "Ra" keringkasan dari "Ar-Rahman", yang berarti: Saya Allah Yang Maha Pemurah.
b. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama dari surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu.
c. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad ini adalah huruf-huruf abjad itu sendiri. Maka yang dimaksud dengan "Alif" adalah "Alif", yang dimaksud dengan "Lam" adalah "Lam", yang dimaksud dengan "Mim" adalah "Mim", dan begitu seterusnya.
d. Huruf-huruf abjad itu untuk menarik perhatian.
Menurut para mufassir ini, huruf-huruf abjad itu disebut Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim, hikmahnya adalah untuk "menantang". Tantangan itu bunyinya kira-kira begini: Alquran itu diturunkan dalam bahasa Arab, yaitu bahasa kamu sendiri, yang tersusun dari huruf-huruf abjad, seperti Alif Lam Mim Ra, Ka Ha Ya Ain Shad, Qaf, Tha Sin dan lain-lainnya. Maka kalau kamu sekalian tidak percaya bahwa Alquran ini datangnya dari Allah dan kamu mendakwakan datangnya dari Muhammad, yakni dibuat oleh Muhammad sendiri, maka cobalah kamu buat ayat-ayat yang seperti ayat Alquran ini. Kalau Muhammad dapat membuatnya tentu kamu juga dapat membuatnya."
Maka ada "penantang", yaitu Allah, dan ada "yang ditantang", yaitu bahasa Arab, dan ada "alat penantang", yaitu Alquran. Sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasih berbahasa Arab, dan mengetahui pula seluk-beluk bahasa Arab itu menurut naluri mereka, karena di antara mereka itu adalah pujangga-pujangga, penyair-penyair dan ahli-ahli pidato, namun demikian mereka tidak bisa menjawab tantangan Alquran itu dengan membuat ayat-ayat seperti Alquran. Ada juga di antara mereka yang memberanikan diri untuk menjawab tantangan Alquran itu, dengan mencoba membuat kalimat-kalimat seperti ayat-ayat Alquran itu, tetapi sebelum mereka ditertawakan oleh orang-orang Arab itu, lebih dahulu mereka telah ditertawakan oleh diri mereka sendiri.
Para mufassir dari golongan ini, yakni yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu disebut oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquran untuk menantang bangsa Arab itu, mereka sampai kepada pendapat itu adalah dengan "istiqra" artinya menyelidiki masing-masing surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu. Dengan penyelidikan itu mereka mendapat fakta-fakta sebagai berikut:
1. Surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad ini adalah surah-surah Makiyah (diturunkan di Mekah), selain dari dua buah surah saja yang Madaniyah (diturunkan di Madinah), yaitu surah Al-Baqarah yang dimulai dengan Alif Lam Mim dan surah Ali Imran yang dimulai dengan Alif Lam Mim juga. Sedang penduduk Mekah itulah yang tidak percaya bahwa Alquran itu adalah dari Tuhan, dan mereka mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata.
2. Sesudah menyebutkan huruf-huruf abjad itu ditegaskan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah, atau diwahyukan oleh-Nya. Penegasan itu disebutkan oleh Allah secara langsung atau tidak langsung. Hanya ada 9 surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu yang tidak disebutkan sesudahnya penegasan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah.
3. Huruf-huruf abjad yang disebutkan itu adalah huruf-huruf abjad yang banyak terpakai dalam bahasa Arab.
Dari ketiga fakta yang didapat dari penyelidikan itu, mereka menyimpulkan bahwa huruf-huruf abjad itu didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu adalah untuk "menantang" bangsa Arab agar membuat ayat-ayat seperti ayat-ayat Alquran itu, bila mereka tidak percaya bahwa Alquran itu, datangnya dari Allah dan mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata sebagai yang disebutkan di atas. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa para mufassir yang mengatakan bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan Allah untuk "tahaddi" (menantang) adalah memakai tariqah (metode) ilmiah, yaitu "menyelidiki dari contoh-contoh, lalu menyimpulkan daripadanya yang umum". Tariqah ini disebut "Ath-Thariqat Al-Istiqra'iyah" (metode induksi).
Ada mufassir yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah-surah Alquranul Karim untuk menarik perhatian. Memulai pembicaraan dengan huruf-huruf abjad adalah suatu cara yang belum dikenal oleh bangsa Arab di waktu itu, karena itu maka hal ini menarik perhatian mereka.
Tinjauan terhadap pendapat-pendapat ini:
1. Pendapat yang pertama yaitu menyerahkan saja kepada Allah karena Allah sajalah yang mengetahui, tidak diterima oleh kebanyakan mufassirin ahli-ahli tahqiq (yang menyelidiki secara mendalam). (Lihat Tafsir Al-Qasimi j.2, hal. 32)
Alasan-alasan mereka ialah:
a. Allah sendiri telah berfirman dalam Alquran:
بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195)
Artinya:
Dengan bahasa Arab yang jelas.
(Q.S. Asy Syu'ara': 195)
Maksudnya Alquran itu dibawa oleh Jibril kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang jelas. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa ayat-ayat dalam Alquran itu adalah "jelas", tak ada yang tidak jelas, yang tak dapat dipahami atau dipikirkan, yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.
b. Di dalam Alquran ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Alquran itu menjadi petunjuk bagi manusia. Di antaranya firman Allah:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2)
Artinya:
Kitab Alquran ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
(Q.S. Al-Baqarah: 2)
Firman-Nya lagi:
وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya:
....dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
(Q.S. Al-Baqarah: 97)
Firman-Nya lagi:
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138)
Artinya:
(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(Q.S. Ali Imran: 138)
Dan banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan bahwa Alquran itu adalah petunjuk bagi manusia. Sesuatu yang fungsinya menjadi "petunjuk" tentu harus jelas dan dapat dipahami. Hal-hal yang tidak jelas tentu tidak dijadikan petunjuk.
c. Dalam ayat yang lain Allah berfirman pula:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17)
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
(Q.S. Al-Qamar: 17, 22, 32, dan 40)
2.
a. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad itu adalah keringkasan dari suatu kalimat. Pendapat ini juga banyak para mufassir yang tidak dapat menerimanya.
Keberatan mereka ialah: tidak ada kaidah-kaidah atau patokan-patokan yang tertentu untuk ini, sebab itu para mufassir yang berpendapat demikian berlain-lainan pendapatnya dalam menentukan kalimat-kalimat itu. Maka di samping pendapat mereka bahwa Alif Lam Mim artinya ialah: Allah, Jibril, Muhammad, ada pula yang mengartikan "Allah, Latifun, Maujud" (Allah Maha Halus lagi Ada). (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
b. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan beberapa surah ini adalah nama surah, juga banyak pula para mufassir yang tidak dapat menerimanya. Alasan mereka ialah: bahwa surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu kebanyakannya adalah mempunyai nama yang lain, dan nama yang lain itulah yang terpakai. Umpamanya surah Al-Baqarah, Ali Imran, Maryam dan lain-lain. Maka kalau betul huruf-huruf itu adalah nama surah, tentu nama-nama itulah yang akan dipakai oleh para sahabat Rasulullah dan kaum muslimin sejak dari dahulu sampai sekarang.
Hanya ada empat buah surah yang sampai sekarang tetap dinamai dengan huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan surah-surah itu, yaitu: Surah Thaha, surah Yasin, surah Shad dan surah Qaf. (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
c. Pendapat yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad itu sendiri, dan abjad-abjad ini didatangkan oleh Allah ialah untuk "menantang" (tahaddi). Inilah yang dipegang oleh sebahagian mufassirin ahli tahqiq. (Di antaranya: Az Zamakhsyari, Al Baidawi, Ibnu Taimiah, dan Hafizh Al Mizzi, lihat Rasyid Rida, Tafsir Al Manar jilid 8, hal. 303 dan Dr Shubhi As Salih, Mabahis Ulumi Qur'an, hal 235. Menurut An Nasafi: pendapat bahwa huruf abjad ini adalah untuk menantang patut diterima. Lihat Tafsir An Nasafi, hal. 9)
d. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad ini adalah untuk "menarik perhatian" (tanbih) pendapat ini juga diterima oleh ahli tahqiq. (Tafsir Al Manar jilid 8 hal. 209-303)
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa "yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad yang disebutkan oleh Allah pada permulaan beberapa surat dari Alquran hikmahnya adalah untuk "menantang" bangsa Arab serta menghadapkan perhatian manusia kepada ayat-ayat yang akan dibacakan oleh Nabi Muhammad saw."
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Maryam 1
كهيعص (1)
(Kaf Ha Ya 'Ain Shad) hanya Allah yang mengetahui maksudnya.
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Maryam 1
كهيعص (1)
Kaaf Haa Yaa `Aiin Shaad, termasuk huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan beberapa surah Alquran. Ada dua hal yang perlu dibicarakan tentang huruf-huruf abjad yang disebutkan pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu, yaitu apa yang dimaksud dengan huruf ini, dan apa hikmahnya menyebutkan huruf-huruf ini?
Tentang soal pertama, maka para mufassir berlainan pendapat, yaitu:
1. Ada yang menyerahkan saja kepada Allah, dengan arti mereka tidak mau menafsirkan huruf-huruf itu. Mereka berkata, "Allah sajalah yang mengetahui maksudnya." Mereka menggolongkan huruf-huruf itu ke dalam golongan ayat-ayat mutasyabihat.
2. Ada yang menafsirkannya. Mufassirin yang menafsirkannya ini berlain-lain pula pendapat mereka, yaitu:
a. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah isyarat (keringkasan dari kata-kata), umpamanya Alif Lam Mim. Maka "Alif" adalah keringkasan dari "Allah", "Lam" keringkasan dari "Jibril", dan "Mim" keringkasan dari Muhammad, yang berarti bahwa Alquran itu datangnya dari Allah, disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad. Pada Alif Lam Ra; "Alif" keringkasan dari "Ana", "Lam" keringkasan dari "Allah" dan "Ra" keringkasan dari "Ar-Rahman", yang berarti: Saya Allah Yang Maha Pemurah.
b. Ada yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama dari surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu.
c. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad ini adalah huruf-huruf abjad itu sendiri. Maka yang dimaksud dengan "Alif" adalah "Alif", yang dimaksud dengan "Lam" adalah "Lam", yang dimaksud dengan "Mim" adalah "Mim", dan begitu seterusnya.
d. Huruf-huruf abjad itu untuk menarik perhatian.
Menurut para mufassir ini, huruf-huruf abjad itu disebut Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim, hikmahnya adalah untuk "menantang". Tantangan itu bunyinya kira-kira begini: Alquran itu diturunkan dalam bahasa Arab, yaitu bahasa kamu sendiri, yang tersusun dari huruf-huruf abjad, seperti Alif Lam Mim Ra, Ka Ha Ya Ain Shad, Qaf, Tha Sin dan lain-lainnya. Maka kalau kamu sekalian tidak percaya bahwa Alquran ini datangnya dari Allah dan kamu mendakwakan datangnya dari Muhammad, yakni dibuat oleh Muhammad sendiri, maka cobalah kamu buat ayat-ayat yang seperti ayat Alquran ini. Kalau Muhammad dapat membuatnya tentu kamu juga dapat membuatnya."
Maka ada "penantang", yaitu Allah, dan ada "yang ditantang", yaitu bahasa Arab, dan ada "alat penantang", yaitu Alquran. Sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasih berbahasa Arab, dan mengetahui pula seluk-beluk bahasa Arab itu menurut naluri mereka, karena di antara mereka itu adalah pujangga-pujangga, penyair-penyair dan ahli-ahli pidato, namun demikian mereka tidak bisa menjawab tantangan Alquran itu dengan membuat ayat-ayat seperti Alquran. Ada juga di antara mereka yang memberanikan diri untuk menjawab tantangan Alquran itu, dengan mencoba membuat kalimat-kalimat seperti ayat-ayat Alquran itu, tetapi sebelum mereka ditertawakan oleh orang-orang Arab itu, lebih dahulu mereka telah ditertawakan oleh diri mereka sendiri.
Para mufassir dari golongan ini, yakni yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu disebut oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquran untuk menantang bangsa Arab itu, mereka sampai kepada pendapat itu adalah dengan "istiqra" artinya menyelidiki masing-masing surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu. Dengan penyelidikan itu mereka mendapat fakta-fakta sebagai berikut:
1. Surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad ini adalah surah-surah Makiyah (diturunkan di Mekah), selain dari dua buah surah saja yang Madaniyah (diturunkan di Madinah), yaitu surah Al-Baqarah yang dimulai dengan Alif Lam Mim dan surah Ali Imran yang dimulai dengan Alif Lam Mim juga. Sedang penduduk Mekah itulah yang tidak percaya bahwa Alquran itu adalah dari Tuhan, dan mereka mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata.
2. Sesudah menyebutkan huruf-huruf abjad itu ditegaskan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah, atau diwahyukan oleh-Nya. Penegasan itu disebutkan oleh Allah secara langsung atau tidak langsung. Hanya ada 9 surah yang dimulai dengan huruf-huruf abjad itu yang tidak disebutkan sesudahnya penegasan bahwa Alquran itu diturunkan dari Allah.
3. Huruf-huruf abjad yang disebutkan itu adalah huruf-huruf abjad yang banyak terpakai dalam bahasa Arab.
Dari ketiga fakta yang didapat dari penyelidikan itu, mereka menyimpulkan bahwa huruf-huruf abjad itu didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Alquranul Karim itu adalah untuk "menantang" bangsa Arab agar membuat ayat-ayat seperti ayat-ayat Alquran itu, bila mereka tidak percaya bahwa Alquran itu, datangnya dari Allah dan mendakwakan bahwa Alquran itu buatan Muhammad semata-mata sebagai yang disebutkan di atas. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa para mufassir yang mengatakan bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan Allah untuk "tahaddi" (menantang) adalah memakai tariqah (metode) ilmiah, yaitu "menyelidiki dari contoh-contoh, lalu menyimpulkan daripadanya yang umum". Tariqah ini disebut "Ath-Thariqat Al-Istiqra'iyah" (metode induksi).
Ada mufassir yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad ini didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah-surah Alquranul Karim untuk menarik perhatian. Memulai pembicaraan dengan huruf-huruf abjad adalah suatu cara yang belum dikenal oleh bangsa Arab di waktu itu, karena itu maka hal ini menarik perhatian mereka.
Tinjauan terhadap pendapat-pendapat ini:
1. Pendapat yang pertama yaitu menyerahkan saja kepada Allah karena Allah sajalah yang mengetahui, tidak diterima oleh kebanyakan mufassirin ahli-ahli tahqiq (yang menyelidiki secara mendalam). (Lihat Tafsir Al-Qasimi j.2, hal. 32)
Alasan-alasan mereka ialah:
a. Allah sendiri telah berfirman dalam Alquran:
بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (195)
Artinya:
Dengan bahasa Arab yang jelas.
(Q.S. Asy Syu'ara': 195)
Maksudnya Alquran itu dibawa oleh Jibril kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang jelas. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa ayat-ayat dalam Alquran itu adalah "jelas", tak ada yang tidak jelas, yang tak dapat dipahami atau dipikirkan, yang hanya Allah saja yang mengetahuinya.
b. Di dalam Alquran ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Alquran itu menjadi petunjuk bagi manusia. Di antaranya firman Allah:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2)
Artinya:
Kitab Alquran ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa.
(Q.S. Al-Baqarah: 2)
Firman-Nya lagi:
وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya:
....dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
(Q.S. Al-Baqarah: 97)
Firman-Nya lagi:
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138)
Artinya:
(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(Q.S. Ali Imran: 138)
Dan banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan bahwa Alquran itu adalah petunjuk bagi manusia. Sesuatu yang fungsinya menjadi "petunjuk" tentu harus jelas dan dapat dipahami. Hal-hal yang tidak jelas tentu tidak dijadikan petunjuk.
c. Dalam ayat yang lain Allah berfirman pula:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17)
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
(Q.S. Al-Qamar: 17, 22, 32, dan 40)
2.
a. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad itu adalah keringkasan dari suatu kalimat. Pendapat ini juga banyak para mufassir yang tidak dapat menerimanya.
Keberatan mereka ialah: tidak ada kaidah-kaidah atau patokan-patokan yang tertentu untuk ini, sebab itu para mufassir yang berpendapat demikian berlain-lainan pendapatnya dalam menentukan kalimat-kalimat itu. Maka di samping pendapat mereka bahwa Alif Lam Mim artinya ialah: Allah, Jibril, Muhammad, ada pula yang mengartikan "Allah, Latifun, Maujud" (Allah Maha Halus lagi Ada). (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
b. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan beberapa surah ini adalah nama surah, juga banyak pula para mufassir yang tidak dapat menerimanya. Alasan mereka ialah: bahwa surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf itu kebanyakannya adalah mempunyai nama yang lain, dan nama yang lain itulah yang terpakai. Umpamanya surah Al-Baqarah, Ali Imran, Maryam dan lain-lain. Maka kalau betul huruf-huruf itu adalah nama surah, tentu nama-nama itulah yang akan dipakai oleh para sahabat Rasulullah dan kaum muslimin sejak dari dahulu sampai sekarang.
Hanya ada empat buah surah yang sampai sekarang tetap dinamai dengan huruf-huruf abjad yang terdapat pada permulaan surah-surah itu, yaitu: Surah Thaha, surah Yasin, surah Shad dan surah Qaf. (Dr. Mahmud Syaltut, Tafsir al Qur'anul Karim, hal. 73)
c. Pendapat yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad itu sendiri, dan abjad-abjad ini didatangkan oleh Allah ialah untuk "menantang" (tahaddi). Inilah yang dipegang oleh sebahagian mufassirin ahli tahqiq. (Di antaranya: Az Zamakhsyari, Al Baidawi, Ibnu Taimiah, dan Hafizh Al Mizzi, lihat Rasyid Rida, Tafsir Al Manar jilid 8, hal. 303 dan Dr Shubhi As Salih, Mabahis Ulumi Qur'an, hal 235. Menurut An Nasafi: pendapat bahwa huruf abjad ini adalah untuk menantang patut diterima. Lihat Tafsir An Nasafi, hal. 9)
d. Pendapat yang menafsirkan bahwa huruf-huruf abjad ini adalah untuk "menarik perhatian" (tanbih) pendapat ini juga diterima oleh ahli tahqiq. (Tafsir Al Manar jilid 8 hal. 209-303)
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa "yang dimaksud dengan huruf-huruf abjad yang disebutkan oleh Allah pada permulaan beberapa surat dari Alquran hikmahnya adalah untuk "menantang" bangsa Arab serta menghadapkan perhatian manusia kepada ayat-ayat yang akan dibacakan oleh Nabi Muhammad saw."
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Maryam 1
كهيعص (1)
(Kaf Ha Ya 'Ain Shad) hanya Allah yang mengetahui maksudnya.
2. (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,(QS. 19:2)
ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2)
Yang dibaca ini adalah penjelasan tentang rahmat Tuhanmu yang dilimpahkan kepada seorang hamba-Nya yang sudah tua yaitu Nabi Zakaria a.s. ketika beliau berdoa supaya diberi seorang anak yang saleh.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Maryam 2
ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2)
Ini adalah (penjelasan tentang rahmat Rabb kamu kepada hamba-Nya) lafal 'abdahu menjadi Maf'ul dari Rahmah (Zakaria) sebagai penjelasan dari kata 'hamba' tadi.
3. yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.(QS. 19:3)
إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا (3)
Yaitu tatkala beliau berdoa dengan suara lembut lagi menyendiri dalam mihrabnya, supaya diberi keturunan yang akan melanjutkan tugas seorang Rasul. Doanya itu sengaja diucapkan dengan suara yang lembut dan dalam keadaan sunyi, supaya terasa lebih ikhlas dan terkabul. Kemudian diperinci bagaimana bunyi doanya itu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Maryam 3
إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا (3)
(Yaitu tatkala) lafal Idz berta'alluq kepada lafal Rahmah (ia berdoa kepada Rabbnya dengan seruan) yang mengandung doa (yang lembut) dengan suara yang pelan-pelan di tengah malam, karena berdoa di tengah malam itu lebih cepat untuk dikabulkan.
4. Ia berkata: `Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.(QS. 19:4)
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا (4)
Ia berkata, "Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku memohon terkabulnya doaku ini, karena beberapa sebab yang aku yakini akan membuka rahmat karunia-Mu. Pertama aku telah mencapai usia yang sangat tua sekitar delapan puluh tahun, dimana aku sudah merasa tulang-tulangku sudah lemah dan kelemahan kerangka badan itu mengakibatkan pula kelemahan yang menyeluruh dalam seluruh badanku dan seorang yang sudah tua seperti saya ini, lebih berhak untuk disayangi dan dikasihani. Kedua kepalaku sudah penuh dengan uban, sehingga siapapun yang memandang kepadaku pasti menaruh belas kasihan dan tergerak hatinya untuk memenuhi permohonanku. Ketiga, aku selama ini belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhan, sejak aku masih muda, apalagi sekarang dimana kelemahanku telah nampak secara keseluruhan. Nabi Zakaria sendiri mengetahui bahwa jika doanya dikabulkan, akan membawa banyak perbaikan dalam bidang agama dan kemasyarakatan. Karena itu beliau menjelaskan lagi alasan-alasanya dalam doa selanjutnya.
5. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawali-ku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,(QS. 19:5)
ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2)
Yang dibaca ini adalah penjelasan tentang rahmat Tuhanmu yang dilimpahkan kepada seorang hamba-Nya yang sudah tua yaitu Nabi Zakaria a.s. ketika beliau berdoa supaya diberi seorang anak yang saleh.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Maryam 2
ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2)
Ini adalah (penjelasan tentang rahmat Rabb kamu kepada hamba-Nya) lafal 'abdahu menjadi Maf'ul dari Rahmah (Zakaria) sebagai penjelasan dari kata 'hamba' tadi.
3. yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.(QS. 19:3)
إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا (3)
Yaitu tatkala beliau berdoa dengan suara lembut lagi menyendiri dalam mihrabnya, supaya diberi keturunan yang akan melanjutkan tugas seorang Rasul. Doanya itu sengaja diucapkan dengan suara yang lembut dan dalam keadaan sunyi, supaya terasa lebih ikhlas dan terkabul. Kemudian diperinci bagaimana bunyi doanya itu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Maryam 3
إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا (3)
(Yaitu tatkala) lafal Idz berta'alluq kepada lafal Rahmah (ia berdoa kepada Rabbnya dengan seruan) yang mengandung doa (yang lembut) dengan suara yang pelan-pelan di tengah malam, karena berdoa di tengah malam itu lebih cepat untuk dikabulkan.
4. Ia berkata: `Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.(QS. 19:4)
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا (4)
Ia berkata, "Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku memohon terkabulnya doaku ini, karena beberapa sebab yang aku yakini akan membuka rahmat karunia-Mu. Pertama aku telah mencapai usia yang sangat tua sekitar delapan puluh tahun, dimana aku sudah merasa tulang-tulangku sudah lemah dan kelemahan kerangka badan itu mengakibatkan pula kelemahan yang menyeluruh dalam seluruh badanku dan seorang yang sudah tua seperti saya ini, lebih berhak untuk disayangi dan dikasihani. Kedua kepalaku sudah penuh dengan uban, sehingga siapapun yang memandang kepadaku pasti menaruh belas kasihan dan tergerak hatinya untuk memenuhi permohonanku. Ketiga, aku selama ini belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhan, sejak aku masih muda, apalagi sekarang dimana kelemahanku telah nampak secara keseluruhan. Nabi Zakaria sendiri mengetahui bahwa jika doanya dikabulkan, akan membawa banyak perbaikan dalam bidang agama dan kemasyarakatan. Karena itu beliau menjelaskan lagi alasan-alasanya dalam doa selanjutnya.
5. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawali-ku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,(QS. 19:5)
وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا (5)
Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap orang-orang yang akan mengendalikan dan melanjutkan memimpin umatku, karena tidak ada seorangpun yang dapat dipercaya di-antara mereka itu dan oleh sebab itu mohonlah aku dianugerahi seorang anak. Walaupun istriku mandul dan aku sendiripun telah sangat tua, tetapi hal ini tidak menyebabkan aku berputus asa, karena percaya atas kebijaksanaan dan kekuasaan Allah Yang Maha Agung.
6. yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Yaqub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.`(QS. 19:6)
يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آلِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا (6)
Ya Tuhan, berikanlah kepadaku keturunan yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Yakub dan jadikanlah ia seorang yang patut lagi taat dan diridai oleh-Mu, karena mempunyai akhlak dan budi yang luhur lagi mulia, dapat dijadikan suri teladan oleh sekalian pengikutnya.
7. Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.(QS. 19:7)
يَا زَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ يَحْيَى لَمْ نَجْعَلْ لَهُ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا (7)
Allah SWT. memberitahukan tentang dikabulkannya doa Zakaria a.s. dan pemberian namanya langsung dari Allah sendiri. Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu, bahwa permohonanmu untuk dianugerahi seorang putra sudah terkabul dan telah disiapkan pula supaya anakmu itu jika lahir harus diberi nama Yahya dan nama itu belum pernah diberikan kepada seorangpun sebelum dia. Dalam Injil Matius beliau disebut dengan nama Johannes Pembaptis karena sering memandikan orang dalam sungai Yordania.
8. Zakaria berkata: `Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua`.(QS. 19:8)
قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا وَقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا (8)
Nabi Zakaria a.s. setelah diberitahu akan mempunyai seorang putra bertanya kepada Allah SWT. Pertanyaan itu timbul bukan karena keragu-raguan tentang kekuasaan Allah, akan tetapi untuk mendapat penjelasan tentang caranya, karena beliau merasa sudah tidak mampu lagi dan istrinya mandul. Apakah beliau akan dijadikan seperti seorang pemuda lagi dengan kekuatan fisik yang cukup, atau istrinya akan dikembalikan menjadi seorang gadis yang dapat melahirkan seorang anak, ataukah beliau harus kawin lagi dengan seorang perempuan lain yang tidak mandul?. Karena Zakaria sangat gembira dengan berita akan mendapat seorang anak itu dan beliau penuh dengan rasa keheranan tentang cara-cara pelaksanaannya, maka beliau tidak dapat menahan diri untuk menanyakan hal itu kepada Tuhannya. Maka dijawab dengan firman Allah:
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Maryam 8
قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا وَقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا (8)
(Zakaria berkata, "Ya Rabbku! Bagaimana) mana mungkin (akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku sendiri sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua)" lafal 'itiyyan berasal dari lafal 'Ataa artinya Yabisa atau kering, maksudnya ia telah mencapai umur seratus dua puluh tahun, dan istrinya telah mencapai umur sembilan puluh delapan tahun. Kata 'Itiyyun pada asalnya adalah 'Ituwwun. Kemudian huruf Ta dikasrahkan untuk meringankan pengucapannya lalu jadilah 'Itiwwun. Selanjutnya huruf Wawu yang pertama diganti menjadi huruf Ya demi penyesuaian dengan harakat Kasrah sebelumnya, dan huruf Wawu yang kedua diganti pula dengan huruf Ya supaya huruf Ya yang pertama dapat diidgamkan atau dimasukkan kepadanya, sehingga jadilah 'Itiyyun.
9. Tuhan berfirman: `Demikianlah`. Tuhan berfirman: `Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali`.(QS. 19:9)
قَالَ كَذَلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْئًا (9)
Demikianlah, kamu akan dianugerahi seorang putra, walaupun kamu sudah sangat tua dan istrimu mandul. Hal itu adalah mudah bagi Tuhan. Kamu ini, semenjak penciptaan Adam yang diciptakan dari yang tiada sama sekali telah tercipta. Menciptakan anakmu dari sesuatu yang ada, yaitu kamu dan istrimu adalah lebih mudah bagi-Ku, walaupun sebenarnya hal itu bagi-Ku sama saja, tidak ada yang lebih ringan atau lebih berat.
10. Zakaria berkata: `Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda`. Tuhan berfirman: `Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat`.(QS. 19:10)
قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً قَالَ آيَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَ لَيَالٍ سَوِيًّا (10)
Kemudian Nabi Zakaria memohon lagi kepada Allah supaya diberi tanda bahwa anaknya itu segera akan dilahirkan, agar hatinya tambah tenteram dan rasa syukurnya bertambah dalam. Beliau berkata "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda yang dapat menambah ketenteraman hatiku tentang terlaksananya janji Engkau itu. Hal seperti ini pernah terjadi pula pada Nabi Ibrahim as, ketika ditanya "Apakah engkau belum percaya bahwa Allah kuasa menghidupkan yang telah mati?". Beliau menjawab. "Sungguh aku percaya, akan tetapi aku bertanya supaya bertambah tenteram hatiku". Sebagaimana tersebut dalam firman Allah:
وإذ قال إبراهيم رب أرني كيف تحي الموتى قال أو لم تؤمن قال بلى ولكن ليطمئن قلبي قال فخذ أربعة من الطير فصرهن إليك ثم اجعل على كل جبل منهن جزءا ثم ادعهن يأتينك سعيا واعلم أن الله عزيز حكيم
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman. "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab, "Aku telah menyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman, "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung lalu cincanglah semua olehmu. (Allah berfirman) :" Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. al Baqarah: 260)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Maryam 10
قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً قَالَ آيَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَ لَيَالٍ سَوِيًّا (10)
(Zakaria berkata, "Ya Rabbku! Berilah aku suatu tanda)" pertanda yang menunjukkan istriku mulai mengandung (Allah berfirman, "Tanda bagimu) yang menunjukkan hal itu (adalah bahwa kamu tidak boleh bercakap-cakap dengan manusia) mencegah dirimu untuk tidak berbicara dengan mereka selain dari berzikir kepada Allah (selama tiga malam) yakni tiga hari tiga malam (padahal kamu sehat)" lafal Sawiyyan berkedudukan menjadi Hal dari Fa'il lafal Takallama, maksudnya ia tidak berbicara dengan mereka tanpa sebab.
11. Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.(QS. 19:11)
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا (11)
Nabi Zakaria as. keluar dari mihrab menuju kaumnya, yang sudah lama menunggu karena kebiasaan mereka ikut salat berjemaah dengan dia di tempat beribadatnya pada pagi dan petang hari. Mereka bertanya. "Gerangan apa yang menyebabkan beliau terlambat membuka pintu mihrabnya. Lalu beliau memberi isyarat kepada mereka, supaya bertasbih menyucikan Allah dari kemusyrikan dan dari pada tuduhan mempunyai anak dan dari setiap sifat yang tidak layak bagi Allah. Mereka diperintahkan supaya banyak bertasbih di waktu pagi dan petang.
12. Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak,(QS. 19:12)
يَا يَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ وَآتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا (12)
Hai Yahya! Ambillah kitab Taurat yang merupakan nikmat besar dari Tuhan kepada Bani Israel dengan penuh perhatian dan sungguh-sungguh dan amalkanlah isinya dengan tulus ikhlas. Kemudian Allah mengungkapkan sifat-sifatnya yang sangat terpuji yang patut ditiru oleh sekalian pengikutnya. Di antaranya, Allah telah memberikan kepadanya hikmah dan pengertian yang sangat mendalam tentang agama dan kegairahan untuk mengamalkan segala amal kebaikan walaupun usianya baru sekitar tujuh tahun. Diriwayatkan bahwa beliau pernah dikerumuni oleh anak-anak sebayanya dan diajak supaya main bersama-sama, lalu beliau menjawab, "Kita ini diciptakan Tuhan bukan untuk main-main. Marilah ikut bersama saya salat".
13. dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa,(QS. 19:13)
وَحَنَانًا مِنْ لَدُنَّا وَزَكَاةً وَكَانَ تَقِيًّا (13)
Dan telah Kami jadikan pula Yahya itu seorang yang penuh rasa belas kasihan kepada sesama manusia terutama fakir miskin seperti yang dimiliki oleh Nabi Muhammad saw. Tercantum dalam firman Allah:
فبما رحمة من الله لنت لهم
Artinya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah, kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. (Q.S. Ali Imran: 159)
Dan Firman Allah:
لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رءوف رحيم
Artinya:
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (Q.S. At Taubah: 128)
Sifat Nabi Yahya juga, suci dari syirik dan selalu menjauhkan diri dari setiap perbuatan yang menyebabkan kemurkaan Allah. Dan beliau selalu bertakwa, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
14. dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.(QS. 19:14)
وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا (14)
Dan beliau selalu berbakti kepada kedua orang tuanya, karena berbakti kepada mereka itu dijadikan amal kebaikan yang nomor dua setelah beribadah kepada Allah, sesuai dengan firman-Nya:
وقضى ربك ألا تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحسانا
Artinya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu. (Q.S. Al Isra': 23)
Di antara sifat Nabi Yahya ialah tidak sombong terhadap manusia di-sekitarnya, selalu merendahkan diri, seperti sifat Nabi Muhammad saw. dalam firman Allah:
واخفض جناحك لمن اتبعك من المؤمنين
Artinya:
Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu. yaitu orang-orang yang beriman. (Q.S. As syu'ara: 215)
Dan firman Allah:
ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك
Artinya:
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar. tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (Q.S. Ali Imran: 159)
Oleh karena sifat sombong ini sangat terkutuk, maka yang menyebabkan Iblis dikutuk pula karena ia berlaku sombong, tidak mau sujud menghormati kepada Nabi Adam as, atas perintah Allah SWT. Dan yang terakhir disebutkan pula di-antara sifat Nabi Yahya itu ialah tidak pernah mendurhakai perintah Allah SWT.
15. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.(QS. 19:15)
وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا (15)
Kemudian Allah menerangkan pahala atas kebaikan Nabi Yahya itu karena ketaatan dan kesalehannya dengan sebutan keselamatan, kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan ke dunia dan pada hari ia wafat meninggalkan dunia yang fana ini dan pada hari ia dibangkitkan hidup lagi pada Hari Kiamat. Disebutkannya tiga peristiwa ini, karena setiap manusia pada ketiga masa itu sangat membutuhkan rahmat dan karunia Tuhan.
16. Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur,(QS. 19:16)
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا (16)
Dan ceritakanlah hai Muhammad dalam kitab Alquran yang diturunkan kepadamu kisah Maryam binti Imran ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat yang berada di sebelah Timur Baitulmakdis untuk mendapatkan ketenangan dalam beribadat kepada Tuhannya. Ibnu Abbas berkata, "Aku paling mengetahui di-antara semua makhluk Allah tentang apa sebabnya kaum Nasrani menjadikan kiblatnya ke arah Timur, yaitu karena memperhatikan firman Allah Azza Wajalla yang menerangkan bahwa Maryam menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah Timur, lalu mereka menjadikan tempat kelahiran Nabi Isa a.s. itu kiblat.
17. maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.(QS. 19:17)
فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا (17)
Maka Maryam mengadakan tabir (dinding) yang melindunginya dari pandangan keluarganya dan manusia. Kemudian Allah mengutus Malaikat Jibril kepadanya dalam bentuk seorang laki-laki yang rupawan untuk memberitahukan kepada Maryam bahwa beliau akan melahirkan seorang putra tanpa ayah. Adapun hikmah kedatangan Jibril dalam bentuk manusia itu agar supaya tidak menimbulkan ketakutan.
18. Maryam berkata: `Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa`.(QS. 19:18)
قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا (18)
Tatkala Maryam melihat ada seorang laki-laki di-tempatnya yang terasing itu, beliau berlindung kepada Allah Taala dari kejahatan yang mungkin timbul seraya berkata, "Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah; jangan sekali-kali kamu mengganggu aku jika kamu bertakwa kepada Nya, sebab setiap orang yang bertakwa itu selalu menjauhkan diri dari perbuatan maksiat.
19. Ia (Jibril) berkata: `Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci`.(QS. 19:19)
قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا (19)
Malaikat Jibril berkata untuk menenteramkan hati Maryam dan menghilangkan kecurigaannya seraya berkata, "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan dari Tuhanmu untuk memberikan kepadamu seorang anak laki-laki yang suci dari segala macam noda dan celaan". Malaikat Jibril menyebutkan bahwa dia sendiri yang akan memberikan anak laki-laki itu, karena ia diperintahkan oleh Allah Taala untuk meniupkan roh ke dalam tubuh Maryam.
20. Maryam berkata: `Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!`(QS. 19:20)
قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا (20)
Maryam merasa sangat terkejut mendengar berita itu dan dengan keheranan berkata, "Bagaimana aku akan mendapat seorang anak laki-laki padahal belum pernah seorang manusiapun yang menyentuhku; dan aku bukan pula seorang pezina".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar