Senin, 27 Agustus 2012

Al-Kahfi 41- 60

Kembali ke Daftar Surah                               Kembali ke Surah Al-Kahfi
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=3&SuratKe=18#Top
41. atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi`.(QS. 18:41)
 DEPAG / Surah Al Kahfi 41 
أَوْ يُصْبِحَ مَاؤُهَا غَوْرًا فَلَنْ تَسْتَطِيعَ لَهُ طَلَبًا (41) 
...atau Tuhan menghancurkan kebun-kebun itu dengan bencana dari bumi dengan jalan mengisap air yang mengalir di kebun-kebun itu masuk ke dalam perut bumi, sehingga kamu tak dapat berbuat apa-apa untuk mencari air itu kembali. Demikianlah harapan Yahuza yang mukmin itu, kiranya Tuhan memperlihatkan kekuasaan-Nya secara nyata kepada orang yang kafir lagi sombong; sehingga dengan turunnya hukuman itu baik berupa bencana dari langit ataupun dari bumi, manusia yang kafir itu menjadi sadar. 
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Kahfi 41 
(Atau airnya menjadi surut ke dalam tanah) lafal Ghauran bermakna Ghairan, diathafkan kepada lafal Yursila, bukan kepada lafal Tushbiha, karena pengertian Ghaural Mai atau kekeringan air tidak ada kaitannya dengan masalah petir (maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi)" kamu tidak akan menemukan upaya lagi untuk menjadikannya kembali.

42. Dan harta kekayaannya dibinasakan, lalu ia membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap biaya yang telah dibelanjakannya untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata:` Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku `.(QS. 18:42)

وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَى مَا أَنْفَقَ فِيهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَدًا (42) 
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa apa yang diharapkan Yahuza itu akan segera menjadi kenyataan. Allah SWT kemudian membinasakan segala harta kekayaan Qurtus yang kafir itu. Tadinya ia mengatakan dengan penuh kesombongan bahwa kebun-kebunnya itu tidak akan binasa selama-lamanya. Tetapi setelah dia menyaksikan kehancuran harta kekayaannya itu timbullah kesedihan dan penyesalan yang mendalam, sambil membolak-balikkan dua telapak tangannya, tanda menyesal terhadap lenyapnya segala biaya yang dibelanjakannya selama ini, untuk membangun kebun-kebun itu. Semua tanaman itu dan pohon-pohon anggur dalam kebun itu runtuh bersama para-paranya. Pada saat kesedihannya yang memuncak itu teringatlah dia kepada nasihat dan ajaran saudaranya, maka mengertilah ia bahwa bencana itu datang karena kemusyrikan dan kezalimannya terhadap dirinya sendiri. Lalu keluarlah kata-kata penyesalan dari mulutnya "Aduhai kiranya aku beriman dan bersyukur, tentulah Tuhan tidak akan menghancurkan kebun-kebunku." 
Kata-kata penyesalan yang demikian, lahir dari seorang yang sudah berada dalam kesulitan yang besar yang tak terelakkan lagi oleh dirinya. Semua orang bila terjepit dan berada dalam bencana, dia mengeluh dan keluarlah dari mulutnya kata-kata yang mencerminkan penyesalannya yang mendalam, sedang jika tidak terjepit atau tidak dalam kesengsaraan, dia tidak akan mengeluarkan kata-kata demikian. 
Firman Allah SWT: 

فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ (84) 
Artinya: 
Maka tatkala mereka melihat azab Kami mereka berkata: "Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah". (Q.S. Al Mu'min: 84)

43. Dan tidak ada bagi dia segolonganpun yang akan menolongnya selain Allah; dan sekali-kali ia tidak dapat membela dirinya.(QS. 18:43)

وَلَمْ تَكُنْ لَهُ فِئَةٌ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مُنْتَصِرًا (43) 
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa tidak ada segolongan orang yang sanggup menolong pemilik kebun itu, baik itu keluarganya, pengawalnya, buruh-buruhnya, anak-anaknya, ataupun siapa saja yang tadinya adalah menjadi kebanggaannya. Hanyalah Tuhan yang dapat menolongnya dari kehancuran dan kebinasaan. Sedang orang itu sendiri tidak dapat menolong dirinya dengan kekuatan yang ada padanya untuk membela harta kekayaan dan hukuman Tuhan.

44. Di sana pertolongan itu hanya dari Allah Yang Hak. Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi balasan.(QS. 18:44)

هُنَالِكَ الْوَلَايَةُ لِلَّهِ الْحَقِّ هُوَ خَيْرٌ ثَوَابًا وَخَيْرٌ عُقْبًا (44) 
Kemudian Allah SWT menegaskan dalam ayat ini, bahwa dalam kesulitan dan kesengsaraan seperti yang dialami oleh pemilik kebun-kebun itu benar benar hanyalah Allah sendiri yang mempunyai hak dan kekuatan untuk memberikan pertolongan. Tetapi pertolongan itu hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman kepada Nya yang mensyukuri nikmat Nya dan taat serta patuh kepada perintah Nya. Tuhan akan membela dan menenteramkan hati mereka serta menyelamatkan mereka dari segala macam muslihat dan tipu daya musuh-musuh mereka. Dialah yang paling baik dalam memberi pahala dan balasan.

45. Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. 18:45)

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا (45) 
Sesudah menceritakan kehidupan dunia orang kafir, maka dalam ayat ini, Allah SWT memberikan gambaran bagi kehidupan dunia pada umumnya, Allah SWT mengumpamakan suasana kehidupan dalam dunia ini beserta segala keindahan, dan kemegahan yang ada padanya kemudian berangsur-angsur kemegahan itu lenyap. Sama halnya dengan suasana tumbuh-tumbuhan yang menghijau, berbunga menjadi berbuah, kemudian berangsur-angsur kehijauan itu berubah menjadi kering akhirnya lenyap dihembus angin. Semua yang ada di atas bumi ini tentulah menempuh suatu proses perubahan dan lahir, tumbuh, dan lenyap. Maka oleh karena itu manusia yang menjadi penghuni bumi ini janganlah tertipu oleh kemegahan dunia ini, mereka yang mempunyai kekayaan yang besar janganlah membangga-banggakan hartanya dan jangan pula merendahkan orang lain yang tak punya harta benda. Sesungguhnya harta benda itu cepat atau lambat akan lenyap. Tuhan Yang Maha Sempurna lagi Maha Mulia, Dialah Yang Menciptakan segala benda dan memeliharanya, menumbuhkannya, melenyapkannya lalu mengembalikan lagi lahir ke bumi. Dialah Yang Maha Kuasa, yang menetapkan hukum perubahan-perubahan itu. 
Dalam Alquran banyak yang memisalkan kehidupan duniawi ini dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan, antara lain firman Allah SWT: 

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (20) 
Artinya: 
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Q.S. Al Hadid: 20)

46. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.(QS. 18:46)

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا (46) 
Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan apa yang menjadi kebanggaan manusia dalam dunia ini. Harta benda dan anak-anak disebutkan dalam ayat ini, karena manusia sangat memperhatikannya. Banyak harta dan anak dapat memberikan kehidupan dan martabat yang terhormat kepada seseorang yang memilikinya. Seperti halnya Uyainah pemuka Quraisy yang kaya itu atau Qurtus orang Israel itu, mempunyai kedudukan mulia di tengah-tengah kaumnya, karena kekayaan dan anak buahnya yang banyak. Dalam pada itu karena keduanya itu pulalah orang merasa takabur dan merendahkan orang lain. Tuhan menegaskan bahwa harta dan anak itu hanyalah perhiasan hidup duniawi, bukan perhiasan dan bekal untuk ukhrawi. Padahal manusia sudah menginsafi bahwa keduanya itu segera akan binasa dan tidak patut dijadikan bahan kesombongan. Harta dalam urutan ayat ini didahulukan dari anak, padahal anak itu lebih dekat ke hati manusia, karena harta itu sebagai perhiasan lebih sempurna dari anak. Harta dapat menolong orang tua dan anak setiap waktu dan dengan harta itu pula kelangsungan hidup keturunan dapat terjamin. Kebutuhan manusia terhadap harta lebih besar dari kebutuhannya terhadap anak, tidak sebaliknya. Karena itu orang yang punya anak banyak, tapi tak punya harta, biasanya hidup melarat dan sengsara. 
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa hal yang patut dibanggakan ialah amal kebaikan yang buahnya dirasakan oleh manusia sepanjang zaman sampai akhirat, seperti amal ibadah salat, puasa, zakat, jihad di jalan Allah serta amal ibadah sosial seperti membangun sekolah, rumah yatim, rumah-rumah orang-orang jompo dan lain sebagainya. Amal kebaikan ini Lebih baik pahalanya di sisi Allah daripada harta dan anak-anak yang jauh dari petunjuk Allah SWT, dan amal kebaikan itu tentulah lebih banyak memenuhi harapan kepada ahlinya di hari akhirat. 

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Kahfi 46 
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا (46) 
(Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia) keduanya dapat dijadikan sebagai perhiasan di dalam kehidupan dunia (tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh) yaitu mengucapkan kalimat: Subhaanallaah Wal Hamdulillaah Wa Laa Ilaaha Illallaah Wallaahu Akbar; menurut sebagian ulama ditambahkan Walaa Haulaa Walaa Quwwata Illaa Billaahi (adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan) hal yang diharap-harapkan dan menjadi dambaan manusia di sisi Allah swt.

47. Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka.(QS. 18:47)

وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْأَرْضَ بَارِزَةً وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا (47) 
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari kiamat. Peristiwa-peristiwa itu antara lain: 
1. Pada hari itu Allah SWT mencabut gunung-gunung dari permukaan bumi, sehingga hancur menjadi debu lalu diterbangkannya debu-debu gunung itu ke udara sebagaimana Tuhan menerbangkan awan. Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman: 

إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا (4) وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا (5) فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا (6) 
Artinya: 
Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan (Q.S. Al Waqi'ah: 4-6) 
2 Keadaan permukaan bumi nampak polos. Tidak ada lagi sisa-sisa benda peradaban manusia, di atas permukaan bumi itu, tidak ada pohon-pohon kayu, sungai-sungai, dan laut yang selama ini terdapat di permukaan bumi. Semua manusia nampak jelas di hadapan Tuhan, tidak ada suatupun yang menutupi keadaan mereka seperti diterangkan Allah dalam firman-Nya: 

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنْسِفُهَا رَبِّي نَسْفًا (105) فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا (106) لَا تَرَى فِيهَا عِوَجًا وَلَا أَمْتًا (107) 
Artinya: 
Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah: "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi." (Q.S. Taha: 105-107) 
3. Pada hari itu Allah SWT mengumpulkan umat manusia dari zaman awal sampai zaman akhir, sesudah mereka itu lebih dahulu dibangkitkan dari kuburnya masing-masing. Tidak seorangpun pada hari itu yang ketinggalan untuk diperiksa, baik raja maupun rakyat. Keadaan demikian diterangkan Allah SWT dalam firman-Nya: 

قُلْ إِنَّ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ (49) لَمَجْمُوعُونَ إِلَى مِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ (50) 
Artinya: 
Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal." (Q.S. Al Waqi'ah: 49-50) 
Firman Allah SWT: 

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِمَنْ خَافَ عَذَابَ الْآخِرَةِ ذَلِكَ يَوْمٌ مَجْمُوعٌ لَهُ النَّاسُ وَذَلِكَ يَوْمٌ مَشْهُودٌ (103) 
Artinya: 
"....Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)nya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk)" (Q.S. Hud: 103) 
Rasulullah saw menceritakan pula keadaan hari yang dahsyat itu sebagai berikut: 

عن عائشة رضي الله عنها قالت: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: يحشر الناس حفاة غرلا (الغرلة القلفة) فقلت : الرجال والنساء جميعا ينظر بعضهم إلى بعض؟ فقال الأمر أشد من أن يهمهم ذلك 
Artinya: 
Diriwayatkan dari `Aisyah ra dia berkata: "Aku dengar Rasulullah saw bersabda: "Pada hari kiamat itu manusia dikumpulkan (ke padang mahsyar) berkaki telanjang, bertelanjang bulat, lagi tidak berkhitan. Aku lalu bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah antara laki-laki dan perempuan saling melihat satu sama lain? Rasul saw menjawab: "Ya, 'Aisyah; urusan hari kiamat itu lebih penting dari melihat satu sama lain." (H.R. Muslim dalam sahihnya)

48. Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian.(QS. 18:48)

وَعُرِضُوا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِدًا (48) 
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan lagi apa yang terjadi pada hari kiamat itu. 
4. Pada hari itu malaikat dan manusia dihadapkan kepada Tuhan dengan berbaris saf demi saf (barisan) seperti dalam salat jemaah, satu sama lain tidak menutupi, masing-masing dalam deretannya; suasana mereka seperti suatu pasukan di hadapan raja. Demikianlah manusia dihadapkan kepada Tuhan lalu Tuhan pada waktu itu menyatakan kepada mereka yang kafir dan ingkar kepada hari kiamat dengan pernyataan yang menggentarkan hati mereka, bahwa mereka didatangkan di hadapan Tuhan tanpa harta dan anak bahkan tanpa pakaian dan sepatu seperti halnya pada waktu mereka diciptakan pertama kali. Sebagaimana diterangkan Allah pada ayat yang lain dengan firman Nya: 

وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُمْ مَا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاءَ ظُهُورِكُمْ 
Artinya: 
Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya. dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu. (Q.S. Al An'am: 94) 
Rasulullah saw menerangkan pula tentang peristiwa hari kiamat ini dengan sabdanya: 

إن الله تعالى ينادي يوم القيامة يا عبادي أنا الله لا إله إلا أنا أرحم الراحمين وأحكم الحاكمين وأسرع الحاسبين احضروا حجتكم ويسروا جوابا فإنكم مسئولون محاسبون، يا ملائكتي أتيموا عبادي صفوفا على أطراف أنامل أقدامهم للحساب 
Artinya: 
Sesungguhnya Allah Yang Maha Tinggi memanggil pada hari kiamat. Hai hamba-hamba-Ku, Aku Allah tiada Tuhan kecuali Aku, yang paling Pengasih di antara para pengasih. yang paling Bijaksana di antara yang bijaksana, dan yang paling segera mengambil perhitungan, siapkanlah alasan-alasan, mudahkanlah jawaban-jawabanmu. Kamu sekalian akan ditanya dan akan dihisab. Wahai malaikat-malaikat aturlah hamba-hamba Ku berdiri dalam barisan yang rapat untuk dihisab. (H.R. Ibnul Munzir dari Muaz bin Jabal) 
Allah SWT mencerca mereka, karena mereka dahulunya berpendapat bahwa hari berbangkit yang dijanjikan Tuhan itu tidak akan terjadi. Dulunya mereka selain menyombongkan diri di hadapan orang-orang Islam dengan harta kekayaan dan anak-anak mereka sambil mengingkari hari kiamat itu. Tapi pada saat hari kiamat itu terjadi mereka tidak berkutik-kutik lagi.

49. Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata:` Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun `.(QS. 18:49)

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا (49) 
Dalam ayat ini Allah SWT menambahkan lagi keterangan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di hari kiamat. 
5. Pada hari itu buku catatan amal perbuatan seseorang semasa hidupnya di dunia diberikan kepadanya. Isi catatan itu ada yang baik dan ada yang buruk. Buku catatan itu ada yang diberikan dari sebelah kanan ada pula yang diberikan dari sebelah kiri. Orang-orang mukmin dan beramal saleh menerima buku catatan itu dari sebelah kanan, lalu dilihatnya isinya ternyata kebaikannya lebih besar dan kejahatannya, sedang kejahatannya segera diampuni oleh Allah SWT. Maka dia dimasukkan ke dalam surga sebagai keterangan firman Allah SWT: 

فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ (19) إِنِّي ظَنَنْتُ أَنِّي مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ (20) فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ (21) فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ (22) 
Artinya: 
Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: "Ambillah, bacalah kitabku (ini). Sesungguhnya aku yakin bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai, dalam surga yang tinggi. (Q.S. Al Haqqah: 19-22) 
Adapun kepada orang-orang kafir dan orang-orang yang bersalah diberikan kitab catatan itu dari sebelah kiri mereka, lalu mereka melihat isinya, ternyata penuh dengan catatan tentang kejahatan-kejahatan mereka, biarpun yang berupa perbuatan atau perkataan. Bukti-bukti demikian itu menimbulkan rasa ketakutan di hari mereka terhadap hukuman Tuhan dan kecaman-kecaman manusia. Dengan penuh penyesalan mereka berkata: "Aduhai, celaka kami, mengapa buku catatan ini sedikitpun tidak meninggalkan kesalahan yang kecil apalagi yang besar, tetapi semuanya dicatatnya. Keadaan mereka diterangkan Allah lebih jauh dengan firman-Nya: 

وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ (25) وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ (26) يَا ‎لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ (27) مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ (28) هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ (29) خُذُوهُ فَغُلُّوهُ (30) ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ (31) 
Artinya: 
Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: "Wahai alangkah baiknya sekiranya tidak diberikan kepadaku (kitabku ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku". (Allah berfirman): "Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala". (Q.S. Al Haqqah: 25-41) 
Mereka telah menemui segala tindakan-tindakan mereka yang melanggar aturan-aturan agama dan kemanusiaan tertulis di hadapan mereka. Mereka lupa bahwa selama hidup di dunia ada malaikat-malaikat yang selalu mencatat dengan teliti segala perbuatan dan perkataan mereka. Firman Allah SWT: 

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ (10) كِرَامًا كَاتِبِينَ (11) يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ (12) 
Artinya: 
Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al Infitar: 10-12) 
Semua perbuatan manusia yang disengaja tertulis dalam jiwa manusia. Pada hari kiamat tiap manusia akan melihat perbuatan-perbuatannya itu. Firman Allah SWT: 

يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوء 
Artinya: 
"Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebaikan dihadapkan (dikemukakannya) begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya...." (Q.S. Ali Imran: 30) 
Tidak seorangpun pada hari kiamat itu yang teraniaya. Setiap amal perbuatan akan ditimbang betapapun kecilnya. Allah SWT menjamin tegaknya keadilan pada hari itu. 
Firman Nya: 

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ (47) 
Artinya: 
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan. (Q.S. Al Anbiya: 47) 
Allah SWT tidak akan merugikan hamba-hambanya, tetapi sebaliknya akan memberikan pengampunan kepada mereka yang bersalah, kecuali dosa kafir. Dia memberikan hukuman kepada mereka berdasar hikmah dan keadilan-Nya. Diberi-Nya pahala mereka yang taat, dijatuhi-Nya hukuman mereka yang mengerjakan maksiat.

50. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:` Sujudlah kamu kepada Adam `, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim.(QS. 18:50)

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا (50) 
Sesudah menerangkan nasib-nasib orang yang kafir dan berdosa pada hari kiamat, dan bahwa sumber dari kekafiran itu ialah kesombongan mereka, maka pada ayat ini Allah SWT menerangkan kekafiran Iblis dan kedurhakaannya kepada perintah Tuhan yang juga disebabkan kesombongannya. Seluruh malaikat taat kepada perintah Tuhan agar sujud kepada Adam, kecuali iblis dia menolak perintah itu. Malaikat yang tabiatnya ialah taat kepada Allah termasuk makhluk gaib, tidak seorangpun yang mengetahui hakikatnya. Menurut penjelasan Alquran malaikat itu ada golongan-golongannya. Tiap-tiap golongan itu ada tugasnya masing-masing. Menurut agama Islam, bahwa yang memberi ilham kepada manusia untuk cenderung kepada kebenaran dan kebaikan itu adalah malaikat, sebagaimana yang terjadi pad kisah Maryam as. 
Sedangkan yang menggoda dan mengadakan was-was kepada manusia ialah setan. Dia ingin mendorong manusia berbuat kejahatan, sebagaimana firman Allah SWT: 

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاء 
Artinya: 
Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir). (Q.S. Al Baqarah: 268) 
Malaikat dan setan keduanya adalah makhluk rohani. Mereka punya hubungan dengan kehidupan kejiwaan manusia. Bagaimana sifat hubungan itu tidaklah diketahui. Dalam kegiatan jiwa manusia sering terjadi pertentangan atau perjuangan antara dua dorongan. Ada dorongan menjurus kepada kebenaran dan kebaikan di satu pihak, dan ada pula dorongan menjurus kepada kebatilan dan kejahatan di pihak lain. Kemudian terjadi proses memilih dalam jiwa manusia di antara dua golongan itu. Pada taraf memilih di antara dua golongan inilah malaikat dan setan mengambil peranan. Iman dan akal sesungguhnya merupakan kekuatan malaikat pada diri manusia. Dengan kekuatan dorongan yang menuntun kepada jalan kebenaran dan jalan kebaikan. Sedang keingkaran kepada Tuhan merupakan kekuatan setan pada diri manusia, dan kekuatan inilah yang mendorong manusia untuk memilih jalan kebatilan dan kejahatan. Besar atau kecilnya masing masing kekuatan adalah relatif pada diri manusia. Dua kekuatan itu sebagai disebutkan selalu bertentangan dalam diri manusia dan saling kalah mengalahkan. Hanya dengan hidayah Allah-lah maka kekuatan iman pada seseorang manusia tidak terkalahkan oleh kekuatan setan, pada setiap saat dari hidupnya. Semua malaikat sujud kepada Adam as sebagai penghormatan kepadanya. Tetapi iblis enggan menaati perintah Tuhan agar sujud kepada Adam as, bahkan dia menyombongkan diri. Apakah sebabnya iblis itu menyombongkan diri? Siapakah iblis itu sebenarnya? Sesungguhnya dia tidak mau sujud kepada Adam as, adalah karena dia berbeda dengan malaikat-malaikat. Iblis dari golongan jin, yang tinggal bersama-sama dengan jutaan malaikat dan mempunyai sifat-sifat seperti malaikat, tetapi dia bukan golongan malaikat. Sedangkan tabiat malaikat adalah taat dan patuh kepada Tuhan. 
Demikian pula kejadiannya berbeda dengan kejadian malaikat. Malaikat diciptakan dari cahaya, sedangkan jin diciptakan dari lidah api. Firman Allah SWT: 

وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ (15) 
Artinya: 
Dan Dia menciptakan jin dari nyala api. (Q.S. Ar Rahman: 5) 
Sabda Rasulullah saw: 

خلقت الملائكة من نور وخلق الجان من مارج من النار (ابن كثير 4/271) 
Artinya: 
Malaikat diciptakan dari cahaya, dan jin diciptakan dari lidah api.(H.R. Muslim dari Aisyah r.a. Lihat Ibnu Kasir) 
Menurut iblis unsur api lebih tinggi dari unsur tanah. Karena Adam' dibuat dari unsur tanah, maka dia merasa hina bilamana disuruh sujud dan hormat kepada Adam as sebagai yang diceritakan Allah dalam firman-Nya: 

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (12) 
Artinya: 
"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab Iblis: "Saya Lebih baik daripadanya; Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".(Q.S. Al A'raf: 12)
Karena iblis tidak mau sujud kepada Adam maka dia menjadi fasik. Artinya tidak taat kepada perintah Tuhan. Keluarnya iblis dari ketaatan ini ada kemungkinan disebabkan isi perintah Tuhan tersebut berlawanan dengan jalan pikirannya. Jadi dia hanya keberatan untuk sujud kepada Adam, bukanlah dia menentang Tuhan dalam segala Perintah-Nya hanya bakatnya suka membangkang dan selalu melakukan perlawanan sesuai dengan dasar kejadian dari lidah api. Ada kemungkinan bahwa yang menyebabkan dia dipandang fasik ialah karena dia melawan perintah Tuhan. 
Sesudah menjelaskan kefasikan iblis, Tuhan memperingatkan umat manusia agar mereka jangan sampai menempatkan iblis dan juga keturunannya sebagai pemimpin, karena mereka adalah musuh manusia dan musuh Tuhan. Banyak riwayat riwayat, baik yang datang dari Nabi Muhammad saw, maupun dari sahabat yang menunjukkan iblis dan keturunannya (setan) terus-menerus berkembang-biak dan melarang umat manusia mengikutinya. Setan bertebaran di muka bumi ini untuk menggoda manusia. Hanya manusia yang lalim yang tunduk kepada godaan setan dan menjadikan mereka sebagai pemimpin dan pelindung untuk mengatasi azab Allah. Sungguh setan itu seburuk-buruk makhluk Allah maka dikatakan lalim ialah karena Allah SWT telah menurunkan rahmat dan kenikmatan kepada mereka sejak Adam as, mereka tinggalkan dan mereka pilih pengarahan setan sebagai gantinya. 

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Kahfi 50 
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا (50) 
(Dan ingatlah ketika) lafal Idz dinashabkan oleh lafal Udzkur yang tidak disebutkan (Kami berfirman kepada para Malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam)" dengan cara membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepadanya, bukan dengan cara meletakkan kening (maka sujudlah mereka kecuali iblis, dia adalah segolongan dari jin) menurut suatu pendapat dikatakan bahwa iblis itu adalah sejenis malaikat. Berdasarkan pengertian ini maka istitsnanya adalah Muttashil. Menurut pendapat yang lain Istitsna ini adalah Munqathi'. Berdasarkan pengertian ini maka iblis adalah biang jin, ia mempunyai keturunan yang telah disebutkan sebelumnya, sedangkan Malaikat tidak mempunyai keturunan (maka ia mendurhakai perintah Rabbnya) artinya, iblis itu membangkang tidak mau taat kepada-Nya, karena ia tidak mau bersujud kepada Nabi Adam. (Patutkah Engkau mengambil dia dan turunan-turunannya) pembicaraan ini ditujukan kepada Nabi Adam dan keturunannya, dan Dhamir Ha pada dua tempat kembali kepada iblis (sebagai pemimpin selain daripada-Ku) yang kemudian kalian taati mereka (sedangkan mereka adalah musuh kalian?) menjadi musuh. Lafal 'Aduwwun berkedudukan menjadi Hal karena bermakna A'daa-an. (Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti Allah bagi orang-orang yang lalim) yakni iblis dan keturunannya untuk ditaati sebagai pengganti taat kepada Allah.

51. Aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.(QS. 18:51)

مَا أَشْهَدْتُهُمْ خَلْقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَا خَلْقَ أَنْفُسِهِمْ وَمَا كُنْتُ مُتَّخِذَ الْمُضِلِّينَ عَضُدًا (51) 
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan kekuasaan-Nya, dan bahwa setan itu tidak berhak untuk menjadi pembimbing atau pelindung bagi manusia. Setan itu tidak mempunyai hak sebagai pelindung, tidak hanya disebabkan kejadiannya dari lidah api saja tetapi juga karena mereka tidak mempunyai saham dalam menciptakan langit dan bumi ini. Allah SWT menegaskan bahwa iblis dan setan-setan itu tidak dihadirkan untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi ini, di kala Allah menciptakannya, bahkan tidak pula penciptaan dari mereka sendiri, dan tidak pula sebagian mereka menyaksikan penciptaan sebagian yang lain. Bilamana mereka tidak hadir dalam penciptaan itu, bagaimana mungkin mereka memberikan pertolongan dalam penciptaan tersebut. Patutkah setan-setan itu dengan keadaan demikian dijadikan sekutu Allah? Allah SWT dalam menciptakan langit dan bumi ini tidak pernah sama sekali menjadikan setan-setan, berhala-berhala, sembahan-sembahan lainnya sebagai penolong, hanya Dia sendirilah yang menciptakan alam semesta ini, tanpa pertolongan siapapun. Bilamana setan-setan itu dan berhala-berhala itu tidak ikut serta dalam menciptakan itu tentulah mereka tidak patut dijadikan sekutu Allah dalam peribadatan seseorang hamba Nya. Sebab orang yang ikut disembah yang ikut pula dalam penciptaan bumi dan langit ini. Sekutu dalam penciptaan, sekutu pula dalam menerima ibadah. Dan sebaliknya tidak bersekutu dalam penciptaan, tidak bersekutu pula dalam menerima ibadah. Maka yang berhak menerima ibadah hanyalah Allah SWT. 
Allah SWT berfirman: 

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ (22) 
Artinya: 
Katakanlah: "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memeliki (kekuasaan) seberat zarahpun di langit dan di bumi. Dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya." (Q.S. Saba: 22)

52. Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Dia berfirman:` Panggillah olehmu sekalian sekutu-sekutu-Ku yang kamu katakan itu `. Mereka lalu memanggilnya tetapi sekutu-sekutu itu tidak membalas seruan mereka dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan (neraka).(QS. 18:52)

وَيَوْمَ يَقُولُ نَادُوا شُرَكَائِيَ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ مَوْبِقًا (52) 
Kemudian Allah SWT dalam ayat ini mengingatkan Rasulullah saw tentang hari kiamat yang pada hari itu terjadi seruan Tuhan kepada kaum musyrikin. Tuhan berkata kepada orang-orang kafir itu: "Cobalah undang orang-orang atau sembahan-sembahan yang kamu muliakan pada waktu di dunia, serta kamu pandang sebagai sekutu-Ku, barangkali mereka sanggup memberikan perlindungan dan syafaat kepadamu, lalu melepaskan kamu dari azab seperti yang kamu hadapi saat ini. Maka segeralah mereka memanggil sembahan-sembahan itu untuk meminta pertolongan dan memberi syafaat kepada mereka. Akan tetapi ternyata sedikitpun sembahan-sembahan itu tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolong mereka, bahkan mereka tidak menjawab panggilan itu. Demikianlah, Allah menjadikan antara mereka, yakni antara orang rang kafir itu dengan sembahan-sembahan mereka, tempat kebinasaan (maubiqa) ialah api neraka, tempat mereka dihancurkan. Dapat pula maubiqa dalam ayat ini berarti permusuhan, maksudnya terjadi permusuhan antara sembahan-sembahan itu dalam firman Allah SWT: 

وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا (81) كَلَّا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا (82) 
Artinya: 
Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka" .(Q.S. Maryam: 81-82)

53. Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling daripadanya.(QS. 18:53)

وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا (53) 
Dalam ayat ini, Allah SWT menerangkan bahwa orang-orang yang berdosa itu, yakni penyembah-penyembah berhala atau penyembah-penyembah selain Allah, menyaksikan pada hari kiamat itu api neraka. Mereka menginsafi bahwa mereka akan memasuki neraka itu sedang jalan keluar dan ancaman itu sama sekali tidak ada. Allah SWT telah menetapkan hukuman azab kepada mereka. Sudah tidak ada kemungkinan bagi mereka itu untuk menghindarkan diri dari azab, karena sesungguhnya mereka sudah terkepung dari se ala penjuru. Alangkah besar duka cita mereka itu, menunggu hukuman yang pasti dijatuhkan atas diri mereka.

54. Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.(QS. 18:54)

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هَذَا الْقُرْآنِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ وَكَانَ الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا (54) 
Sudah berbagai macam perumpamaan dikemukakan Allah di dalam Alquran, baik berupa perbandingan terhadap sesuatu atau pun berbentuk cerita. Hal ini dimaksudkan sebagai cermin perbandingan bagi manusia, sebab manusia itu mempunyai akal pikiran. Dari binatang-binatang kecil seperti nyamuk, semut, lalat dan lebah, sampai benda-benda alam yang besar seperti gunung-gunung dan samudra dijadikan contoh untuk menarik perhatian manusia. Namun demikian, manusia itu adalah makhluk yang paling suka membantah. Artinya, ketika Allah menyadarkan akal pikiran dan budi luhurnya dengan berbagai macam perumpamaan itu, merekapun mencari-cari dalih untuk mengingkari dan tidak mau mematuhinya. Hal itu karena hawa nafsu, kesombongan dan tipu daya setan dan iblis. 
Dalam suatu hadis diriwayatkan bahwa Rasulullah saw datang kepada Ali dan Fatimah pada suatu malam lalu bertanya: 

الا تصليان؟ فقلت يا رسول الله إنما أنفسنا بيد الله فإذا شاء أن يبعثنا بعثنا، فانصرف حين قلت ذلك ولم يرجع إلي شيءا ثم سمعته وهو مول يضرب فخذه ويقول: وكان الإنسان أكثر شيء جدلا 
Artinya: 
"Apakah kamu berdua salat? Maka saya (Ali) menjawab: "Hai Rasulullah, diri kami ini sesungguhnya ada di tangan Allah, kalau dia mau membangkitkan kami, tentu Dia sanggup membangkitkan kami. Maka beliau berpaling ketika saya mengucapkan itu, dan beliau tidak menjawab perkataan saya sedikitpun. Kemudian saya mendengar beliau memukul pahanya sendiri sambil berpaling dan mengucapkan: tetapi manusia itu adalah makhluk yang paling banyak membantah." (H.R. Bukhari dari Ali Bin Abu Talib) 
Yang dimaksud dalam ayat 54 ini sudah barang tentu orang-orang ingkar, yang kenyataannya memang banyak. Setelah cukup banyak macam perumpamaan dan kias perbandingan, tetapi ternyata manusia banyak yang ingkar, maka Allah memberikan ketegasan pada ayat-ayat berikut ini.

55. Dan tidak ada sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman, ketika pentunjuk telah datang kepada mereka, dan memohon ampun kepada Tuhannya, kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah yang telah berlaku pada) umat-umat yang dahulu atau datangnya azab atas mereka dengan nyata.(QS. 18:55)

وَمَا مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَى وَيَسْتَغْفِرُوا رَبَّهُمْ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمْ سُنَّةُ الْأَوَّلِينَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ قُبُلًا (55) 
Dalam ayat ini Allah SWT memberi tahukan tentang kesombongan orang-orang kafir pada masa dahulu, yaitu mereka mendustakan dan tidak mau mengikuti petunjuk-petunjuk yang dibawa oleh Rasul. Kendatipun mereka telah menyaksikan sendiri tanda-tanda dan bukti-bukti yang jelas tentang kebenaran petunjuk-petunjuk itu, namun mereka tidak juga insaf dan tidak juga mau mengikutinya. Padahal kalau mereka mau mengikuti petunjuk para rasul dan meninggalkan kemusyrikan, mau mohon ampun kepada Allah dan bertobat atas kemaksiatannya pada waktu yang silam, niscaya mereka akan diberi ampun. Tetapi semua itu tidak mereka kerjakan. 
Demikianlah halnya kaum musyrikin Quraisy, mereka tidak mau mengikuti petunjuk yang dibawa oleh Alquran, karena sifat ingkar dan keras kepala yang telah berurat berakar pada jiwa mereka. Sifat inilah yang mendorong mereka meminta supaya ditimpakan atas mereka siksaan, sebagaimana yang pernah ditimpakan kepada orang-orang yang terdahulu, yaitu azab yang membinasakan mereka sampai ke akar-akarnya (azab isti'sal) atau azab itu ditimpakan kepada mereka berturut-turut, azab demi azab dengan nyata. 
Permintaan orang-orang musyrik Quraisy yang menentang Allah dan mengejek Rasulullah Muhammad saw sebagaimana yang disebutkan itu diterangkan oleh Allah SWT dalam firm an-Nya: 

وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (32) 
Artinya: 
Dan (ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Alquran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih. (Q.S. Al Anfal: 32) 
Sikap mereka yang demikian itu, adalah menunjukkan kekafiran yang sangat yang akan membawa kecelakaan bagi diri mereka sendiri.

56. Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul hanyalah sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokan.(QS. 18:56)

وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَيُجَادِلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَمَا أُنْذِرُوا هُزُوًا (56) 
Dalam ayat ini Allah SWT menegaskan kembali tugas para Rasul Nya, yaitu menyampaikan petunjuk dan menyadarkan manusia yang harus dilaksanakan dengan dua cara: 
Pertama: Dengan cara tabsyir, yaitu berupa berita-berita yang menggembirakan bahwa barang siapa yang menuruti dan menaati petunjuk Nya niscaya Dia akan menempatkan keselamatan di dunia dan lebih-lebih lagi keselamatan di akhirat. Kedua: Dengan cara tanzir, yaitu berupa berita-berita yang berisi ancaman, bahwa barang siapa yang tidak mau mematuhi petunjuk Allah itu yang berarti dia menuruti setan dan hawa nafsu, maka dia akan mendapatkan kerugian dan kecelakaan akan menimpa dirinya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Jadi tugas Rasul bukan untuk berdebat. 
Petunjuk yang dibawa para Rasul adalah petunjuk kebenaran yang mutlak, datang dari Allah. Berarti, barang siapa membantahnya seperti yang dilakukan oleh orang-orang kafir itu, berarti ia membantah kebenaran mutlak. Atau dengan kata lain, berarti orang-orang kafir itu membuat kesalahan mutlak. Apalagi cara yang ditempuh mereka adalah cara yang salah pula. Mereka tidak menempuh jalan yang lurus, berarti mereka mengadakan jalan yang bengkok. Mereka menentang kesucian, berarti mereka menempuh jalan yang kotor. Tujuan mereka hendak menumpas kebenaran itu, hanyalah sia-sia. Sebab kebenaran itu akan tetap tegak. 
Memang demikianlah yang selalu dialami oleh setiap Rasul dalam mengemban tugasnya menyampaikan kebenaran dan petunjuk-petunjuk itu. Para Rasul mendapat tantangan dan perlawanan dari orang-orang yang sombong. Seruan kebenaran dan ancaman-ancaman Allah itu hanyalah jadi bahan ejekan dan olok-olokan oleh mereka. Bahkan tidak jarang terjadi, kalau orang-orang kafir itu terdesak dan kewalahan mengeluarkan ancaman-ancaman yang langsung ditujukan kepada para Rasul atau kepada pengikut-pengikutnya.

57. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya lalu dia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.(QS. 18:57)

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا وَإِنْ تَدْعُهُمْ إِلَى الْهُدَى فَلَنْ يَهْتَدُوا إِذًا أَبَدًا (57) 
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa menolak kebenaran adalah suatu aniaya yang sangat besar. Allah telah memperingatkan dengan cara yang menyenangkan hati, yang berupa kabar gembira ataupun dengan cara ancaman, namun orang-orang kafir itu dan orang-orang musyrik itu tetap berkeras kepala, dan mengakui kekafiran dan perbuatan-perbuatan maksiat yang mereka kerjakan. 
Dengan sikap keras kepala dan menolak kebenaran itu berarti mereka telah menganiaya dirinya sendiri dengan mengikuti hawa nafsunya. Keaniayaan pada diri sendiri yang mereka lakukan itu mengundang hukuman Tuhan yang beruntun atas diri mereka. Yaitu setelah mereka menolak kebenaran yang dibawa oleh Rasul, merekapun lupa atas tindakan kekafirannya dan tindakan tindakan kemaksiatannya, yakni penolakan mereka terhadap kebenaran menyebabkan mereka lupa kepada tindakan-tindakan kemaksiatan yang dilakukan oleh kedua tangan mereka sendiri. 
Kemudian kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh kedua tangannya itu menyebabkan mereka lupa atas kenikmatan-kenikmatan yang telah diberikan Allah kepadanya. Akhirnya mereka sama sekali tidak dapat memikirkan lagi akibat apa yang akan menimpa diri mereka sendiri. Hatinya telah membatu. Tidak dapat memahami kebenaran yang manapun. Seruan kebenaran syariat Islam tidak mereka dengar lagi, karena kian hari bertambah parahlah dia, sehingga obat apapun juga yang diberikan tidak akan dapat menolong lagi. Ayat ini tepat betul pada beberapa orang musyrik Mekah yang mati dalam kekafiran.

58. Dan Tuhanmulah yang Maha Pengampun lagi mempunyai rahmat. Jika Dia mengazab mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan azab bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu yang tertentu (untuk mendapat azab) yang mereka sekali-kali tidak akan menemukan tempat berlindung daripadanya.(QS. 18:58)

وَرَبُّكَ الْغَفُورُ ذُو الرَّحْمَةِ لَوْ يُؤَاخِذُهُمْ بِمَا كَسَبُوا لَعَجَّلَ لَهُمُ الْعَذَابَ بَلْ لَهُمْ مَوْعِدٌ لَنْ يَجِدُوا مِنْ دُونِهِ مَوْئِلًا (58) 
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia Maha Pengampun, Rahmat Nyapun Maha Luas, meliputi seluruh alam, seluruh apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Salah satu bukti atas sifat pemurah dan rahmat Allah Yang Maha Luas itu ialah: Dia tidak segera menjatuhkan azab atas orang-orang kafir musyrik. Hal ini dimaksudkan supaya ada kesempatan bagi mereka, bagi benih kebaikan yang sudah diberikan kepada setiap orang termasuk mereka, tumbuh kembali menjadi sadar. Pada waktu yang senggang diharapkan akan pikirannya yang jernih akan menyuburkan fitrah manusiawinya untuk berkembang dan ingat kembali kepada Tuhannya Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih. Sehingga kalau mereka mau mohon ampun, meskipun dosa-dosanya menumpuk dan menggunung, niscaya akan diampuni juga oleh Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih itu. Maka kadang-kadang ada di antara mereka yang dapat melepaskan diri dari kesesatan, kemudian kembali ke jalan yang benar. 
Meskipun Allah memiliki sifat mau menahan murka, Maha Pengampun dan Maha Luas Rahmat Nya, namun kalau tenggang waktu yang sudah diberikan tidak juga digunakan untuk berinsaf diri, maka akan datang waktu yang sudah dijanjikan Allah untuk mengazab para musyrikin dan orang-orang kafir itu. Kalau ketentuan batas waktu itu sudah tiba, mereka harus mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya. Mereka harus menanggung azab Allah, akibat perbuatan mereka sendiri, dan pada waktu itu tidak ada seorangpun dapat membelanya, dan tidak ada suatu tempatpun yang dapat dijadikan tempat berlindung.

59. Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan, ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.(QS. 18:59)

وَتِلْكَ الْقُرَى أَهْلَكْنَاهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِمْ مَوْعِدًا (59) 
Dalam ayat ini Allah mengingatkan kembali tentang negeri-negeri yang telah dibinasakan beserta penduduknya, karena mereka tetap berlaku lalim dan kafir kepada ayat-ayat Allah, kendatipun telah diberi peringatan dan ancaman oleh para Rasul yang diutus kepada mereka. Negeri-negeri beserta penduduknya itu antara lain: Madyan (negeri kaum Syuaib), Hijr (negeri kaum Samud), Al Ahqaf (negeri kaum `Ad) dan Sodom (negeri kaum Lut). 
Kebinasaan itu sengaja diingatkan kembali dengan maksud bahwa kendatipun Allah memiliki sifat Pengampun dan Maha Luas Rahmat Nya, namun kalau suatu bangsa atau penduduk suatu negeri tetap berlaku lalim dan kafir kepada ayat-ayat Allah, apabila datang waktunya mereka akan dihancurkan beserta negerinya. 
Bangsa apapun mereka, di manapun mereka bertempat tinggal, dan kapan waktu mereka hidup. Sebab selain dari sifat tersebut di atas yang dimiliki Allah Dia juga memiliki sifat adil. Dia akan menjatuhkan azab dan hukuman sesuai dengan tindak perbuatan hamba Nya itu sendiri. Hal inipun berlaku atas kaum kafir dan kaum musyrikin Quraisy kalau sudah datang waktunya, maka pemuka-pemuka kaum Quraisy Mekah itu dihancurkan Tuhan, yaitu pada perang Radar. 
Peringatan ini dimaksudkan juga untuk menambah kuat dan tebal iman bagi mereka yang memang sudah beriman.

60. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya:` Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun `.(QS. 18:60)

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا (60) 
Dalam ayat ini Allah menceritakan betapa kerasnya hati Nabi Musa as untuk sampai ke suatu tempat bertemunya dua laut. Berapa tahun dan sampai kapanpun perjalanannya itu harus ditempuh, tidak menjadi soal baginya, asal tempat itu diketemukan dan yang dicari didapat. 
Adapun sebab Nabi Musa as demikian keras kemauannya untuk mencari tempat itu ialah karena beliau mendapat teguran dari perintah dan Allah, seperti yang diriwayatkan dalam hadis yang antara lain berbunyi sebagai berikut:

إن موسى قام خطيبا في بني إسرائيل فسئل أي إنسان أعلم؟ قال أنا فعتب الله عليه إذ لم يرد العلم إليه فأوحى الله إليه لي عبدا بمجمع البحرين هو أعلم منك 
Artinya: 
"Bahwasanya Musa as (pada suatu hari berhutbah di hadapan Bani Israel. Kemudian ada orang bertanya kepada beliau: "Siapakah manusia yang paling alim. Beliau menjawab: "Aku". Maka Allah menegurnya karena dia tidak mengembalikan ilmu itu kepada Allah Taala. Kemudian Allah mewahyukan kepadanya: "Aku mempunyai seorang hamba di tempat pertemuan dua laut yang lebih alim daripadamu". (H.R. Bukhari) 
Dalam wahyu tersebut Allah menyuruh Nabi Musa agar menemui orang itu dengan membawa seekor ikan dalam kampil, dan di mana saja ikan itu lepas dan hilang di situlah tempatnya orang itu, maka berangkatlah Musa as pergi menemui orang yang disebutkan itu, dan dalam hadis tidak diterangkan di mana tempat itu. 
Demikianlah kebulatan tekad yang dimiliki oleh seorang yang berhati dekat dengan Tuhannya. Dengan tangkas dan giat ia melaksanakan seruan Nya. 
Tentang siapakah yang dimaksud dengan Musa dalam ayat ini, siapa pula yang dimaksud dengan "fata" (muridnya) dan siapa yang berada di tempat pertemuan dua laut yang didatangi Musa itu? Kebanyakan ulama berpendapat bahwa yang dimaksud Musa di sini ialah Nabi Musa bin Imran, Nabi baru Israel yang kepadanya diturunkan Allah kitab Taurat yang berisi syariat yang gemilang dan seorang Nabi yang mempunyai mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Alasan mereka antara lain: Bahwa Musa yang disebut-sebut dalam Alquran ialah Musa yang menerima Kitab Taurat itu. Sehingga Musa di sinipun tentulah Musa yang membawa Taurat itu pula. Sebab sekiranya Musa yang lain dimaksudkan di sini, tentulah ada penjelasannya. Tetapi sebagian ahli hadis dan ahli sejarah mengikuti pendapat ahli kitab yang mengatakan bahwa Musa yang dimaksud di sini ialah Musa Ibnu Misya Ibnu Yusuf Ibnu Yakub. Yaitu seorang Nabi yang diangkat sebelum Nabi Musa bin Imran. Alasan mereka antara lain: 
1. Tidaklah masuk akal kalau yang dimaksud dengan Musa di sini ialah Nabi Musa bin Imran. Sebab beliau adalah seorang Nabi Besar yang telah pernah berbicara langsung dengan Allah dan telah menerima kitab Taurat dari Allah dan telah dapat mengalahkan musuhnya dengan mukjizatnya yang luar biasa, bagaimana mungkin dapat diterima akal, seorang yang luar biasa seperti itu disuruh oleh Allah pergi menemui orang lain karena dia masih harus berguru kepada orang lain. 
2. Musa bin Imran Nabi orang Bani Israel itu setelah keluar dari Mesir dan pergi ke At Tih (Gurun Pasir Sinai) beliau tidak pernah meninggalkan Al Tih itu dan wafat beliaupun di sana. 
Akan tetapi alasan-alasan mereka ini dapat dibantah. Seseorang bagaimanapun tinggi ilmu pengetahuannya, tentu saja masih ada segi kelemahannya. Nabi Musa tentu demikian pula halnya, tentu pula ada segi kekurangan dan kelemahannya dan pada segi itulah kelebihannya Nabi Khidir dari dia. Dan inilah yang harus dipelajari oleh Nabi Musa daripadanya, yaitu hal-hal yang diceritakan Allah SWT pada ayat-ayat berikut. 
Tentang kepergiannya dari semenanjung Sinai boleh juga tidak diberitahukan kepada Bani Israel, dan Bani Israelpun menyangka kepergian Musa untuk munajat dengan Tuhan dan sekembalinya dari kepergiannya itu Nabi Musa tidak menceritakan peristiwanya dengan Khidir itu karena peristiwa-peristiwa itu boleh jadi mereka belum dapat memahaminya karena itu dipesankan kepada pemuda yang ikut bersama dengannya agar dirahasiakan. 
Adapun pemuda yang menyertai Nabi Musa ini bernama Yusa' bin Nun bin Afratim Ibnu Yusuf as. Dia sebagai pembantu dan muridnya. Yusa' inilah yang memimpin Bani Israel yang memasuki Palestina di waktu Nabi Musa telah meninggal dunia. 
Di dalam ayat ini Allah telah memberikan contoh tentang kesopanan menurut ajaran Islam. Yaitu untuk memanggil bujangnya atau pembantu rumah tangganya dengan sebutan fata (pemuda) bagi bujang lelaki, dan fatat bagi pembantu perempuan. Nabi Muhammad saw pernah bersabda yang 
Artinya: 
Kalau salah seorang di antaramu memanggil pembantunya, hendaklah dengan sebutan fataya atau fataty" dan jangan memanggil dengan sebutan hambaku. 
Adapun orang yang hendak dijumpai oleh Nabi Musa as bernama Balya bin Malkan. Kebanyakan para ahli tafsir menjulukinya dengan sebutan Al Khidir. Mereka juga berpendapat bahwa beliau seorang Nabi dengan alasan firman Allah SWT: 

فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا (65) قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا (66) 
Artinya: 
"....yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepada Khidir: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?". (Q.S. Al Kahfi: 65-66) 
Yang dimaksud dengan rahmat di sini ialah wahyu kenabian. Sebab sambungan (akhir) ayat ini menyebutkan ramah itu langsung diajarkan dari sisi Allah tanpa perantara. Padahal yang berhak menerima seperti itu hanyalah Nabi. Lagi pula dalam ayat berikutnya disebutkan supaya (Nabi) Al Khidir mengajarkan ilmu yang benar kepada Nabi Musa Padahal tidak ada Nabi yang belajar kepada bukan Nabi. Bahkan pada ayat 82 juga disebutkan: 

وما فعلته من أمري 
Artinya: 
Dan bukanlah aku (Al Khidir) melakukan itu menurut kemauanku sendiri. 
Yaitu setelah Nabi Musa dan Yusa' mengikuti beliau, beliau melakukan aneh-aneh yang tidak masuk akal. Tetapi, waktu Nabi Musa bertanya kepadanya, demikianlah jawabannya. Ini berarti bahwa tindakan beliau itu adalah berdasarkan wahyu dari Allah, dan ini adalah suatu bukti yang kuat bagi kenabiannya. 
Dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan dan pelajaran bahwa rendah hati itu mempunyai nilai yang jauh lebih baik dari pada sombong.

Kembali ke Daftar Surah                               Kembali ke Surah Al-Kahfi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar