Selasa, 28 Agustus 2012

Thaahaa 21 - 40

Kembali ke Daftar Surah                               Kembali ke Surah Thaahaa
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=2&SuratKe=20#Top

21. Allah berfirman:` Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula,(QS. 20:21)


قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى (21) 
(Allah berfirman, "Peganglah ia dan jangan takut) kepadanya (Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya) lafal Siiratahaa dinashabkan dengan mencabut huruf Jarnya, maksudnya ke dalam bentuknya (yang semula) kemudian Nabi Musa memasukkan tangannya ke mulut ular besar itu, maka kembalilah kepada keadaan semula yaitu menjadi tongkat lagi. Jelaslah bahwa tempat untuk memasukkan tangannya adalah tempat pegangan tongkat, yaitu di antara kedua rahang ular tersebut. Allah swt. sengaja memperlihatkan hal itu kepada Nabi Musa, supaya ia jangan kaget bila tongkat itu berubah menjadi ular besar di hadapan raja Firaun nanti.
22. dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacad, sebagai mukjizat yang lain (pula),(QS. 20:22)

وَاضْمُمْ يَدَكَ إِلَى جَنَاحِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ آيَةً أُخْرَى (22)
(Dan kepitkanlah tanganmu) yang sebelah kanan, yang dimaksud adalah telapak tangannya (ke ketiakmu) yakni dijepitkan pada tubuhmu yang sebelah kiri, yaitu pada tempat antara ketiak dan lenganmu, kemudian keluarkanlah ia (niscaya ia keluar) dalam keadaan berbeda dengan warna kulit yang sebelumnya, yaitu (menjadi putih cemerlang tanpa cacat) putih bersinar dengan cemerlang sebagaimana sinar matahari, dan sinarnya itu menyilaukan pandangan mata (sebagai mukjizat yang lain) tangan itu bisa menjadi putih bersinar; lafal Baidhaa'a dan lafal Aayatan Ukhraa keduanya menjadi Hal atau kata keterangan keadaan bagi Dhamir yang terkandung di dalam lafal Takhruj.

23. untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar.(QS. 20:23)

لِنُرِيَكَ مِنْ آيَاتِنَا الْكُبْرَى (23)
(Untuk Kami perlihatkan kepadamu) Kami sengaja melakukan hal itu bilamana kamu sewaktu-waktu mau menggunakannya, untuk memperlihatkan kepadamu (sebagian tanda-tanda kekuasaan Kami) bukti kekuasaan Kami (yang sangat besar) bukti yang besar bagi kerasulanmu. Apabila Nabi Musa hendak mengembalikan tangannya seperti semula, maka ia mengepitkannya lagi pada ketiaknya seperti yang dilakukannya semula, kemudian mengeluarkannya kembali.

24. Pergilah kepada Firaun; sesungguhnya ia telah melampaui batas `.(QS. 20:24)

اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (24)
Setelah Allah SWT. menampakkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya, Ia memerintahkan Musa supaya pergi kepada Firaun yang kejam dan bengis itu dan mengajaknya agar mau menyembah kepada Allah SWT. serta mengancamnya akan mendapat murka dan siksa dari Allah. Ia membangkang dan betul-betul keterlaluan, melampaui batas, sangat durhaka dan sombong, sampai-sampai ia berani mengaku bahwa ia adalah tuhan dengan ucapannya.

أنا ربكم الأعلى
Artinya:
"Sayalah tuhan kalian yang tinggi

25. Berkata Musa:` Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,(QS. 20:25)

قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25)
Diriwayatkan dari Wahab bin Munabbih bahwa setelah perintah itu keluar Musa diam tidak berkata-kata selama tujuh hari memikirkan beratnya tugas yang dibebankan kepadanya. Setelah ia didatangi Malaikat dengan ucapan: "Taatilah Tuhanmu sesuai dengan perintah-Nya, barulah ia bangkit melaksanakan perintah dan mengharapkan agar Allah SWT. melapangkan dadanya untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan berani dalam menghadapi Firaun. Ia merasa bahwa beban yang dipikulkan atasnya adalah suatu urusan besar dan amat berat, tidak dapat dilaksanakan kecuali dengan keberanian yang mantap dan dada yang lapang. Ia diperintahkan untuk menghadapi seorang raja yang paling besar paling kejam, sangat ingkar sangat banyak tentaranya, makmur sekali kerajaannya, keterlaluan di dalam segala hal. Puncak keterlaluannya itu ialah dia tidak mengenal tuhan selain dirinya sendiri.

26. dan mudahkanlah untukku urusanku,(QS. 20:26)

وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26)
Selain dari pada ia memohon dilapangkan dadanya, juga meminta kepada Allah SWT. supaya dimudahkan segala urusannya, di dalam menyampaikan berita kerasulannya, diberi kekuatan yang cukup untuk dapat menyebarkan agama dan memperbaiki keadaan umat.

27. dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,(QS. 20:27)

وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي (27)
Diriwayatkan bahwa Musa di waktu kecilnya, ia mencabut selembar rambut dari dagu Firaun, maka marahlah Firaun dan ia menyembunyikan satu maksud jahat untuk dilakukan kepada Musa yaitu akan menindaknya secara kejam. Ia meminta kepada istrinya supaya membawakan kepadanya bara api. Istri Firaun membela Musa katanya, "Musa masih kecil, belum tahu apa-apa". Sekalipun ada pembelaan, tetapi Firaun tetap melaksanakan maksud jahatnya dan bara itu diletakkan di atas lidah Musa. Sejuk itulah lidah Musa menjadi kaku. Oleh karena itu Musa a.s. meminta kepada Allah SWT. supaya kekakuan lidahnya itu dihilangkan.

28. supaya mereka mengerti perkataanku,(QS. 20:28)

يَفْقَهُوا قَوْلِي (28)
Pada ayat ini Allah SWT. menerangkan maksud permohonan Musa itu, ialah supaya umatnya dengan mudah dapat mengerti ucapannya di dalam menyampaikan risalahnya. Semoga mereka itu dapat menerima petunjuk dari Allah SWT.

29. dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku,(QS. 20:29)

وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي (29)
Oleh karena Musa merasakan besarnya tugas yang diamanatkan kepadanya dan beratnya yang dipikulkan di atas pundaknya, ia meminta supaya Allah SWT. mengangkat seorang pembantu dari keluarganya sendiri, untuk bersama-sama melancarkan dakwah, senasib dan sepenanggungan di dalam suka duka yang akan dihadapinya dari kaumnya.

30. (yaitu) Harun, saudaraku,(QS. 20:30)

هَارُونَ أَخِي (30)
Pada ayat ini Allah SWT. menerangkan bahwa Musa a.s. mengusulkan agar yang diangkat menjadi pembantunya itu ialah Harun. Saudaranya sendiri yang lebih tua dari dia, Musa memilih Harun antara lain karena Harun itu seorang yang saleh, ucapannya fasih, lidahnya lidah Mesir, karena ia banyak bergaul dengan orang-orang Mesir di mana dia akan melancarkan dakwahnya bersama Musa a.s. Perbuatan Musa ini adalah satu hal yang baik dicontoh dan diteladani. Seorang pemimpin atau penguasa hendaknya mempunyai pembantu untuk melaksanakan tanggung jawabnya, tetapi tentunya pembantu yang baik yang dapat diandalkan iktikad baiknya di dalam melaksanakan tugasnya sebagai pembantu. Junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw. sendiri mempunyai pembantu sebagaimana sabdanya:

إن لي وزيرين من أهل السماء ووزيرين من أهل الأرض فوزيراي من أهل السماء جبريل وميكائيل ووزيراي من أهل الأرض أبو بكر وعمر.
Artinya:
Sesungguhnya saya mempunyai dua pembantu di langit dan dua pembantu di bumi, Adapun dua pembantu di langit ialah Jibril dan Mikail dan dua pembantu di bumi Abu Bakar dan Umar. (H.R Hakim dan Tafsir Al Maragi, jilid 6, hal.106 dengan nas hadis yang hampir sama dan semakna)

31. teguhkanlah dengan dia kekuatanku,(QS. 20:31)

اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي (31)
Musa a.s. meminta kepada Allah SWT, agar dengan ditunjuknya Harun sebagai pembantunya diharapkan dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuannya.

32. dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku,(QS. 20:32)

وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي (32)
Juga supaya Harun selalu bersama dengan dia di dalam segala urusannya bahu membahu di dalam melaksanakan tugasnya yang berat dan suci itu dan berhasil baik, tidak meleset dari sasaran yang dituju, tercapai cita-cita yang diidam-idamkan dengan baik.

33. supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau,(QS. 20:33)

كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيرًا (33)
Pada ayat ini Allah SWT. menerangkan latar belakang dari permohonan Musa a.s. itu, supaya ia selalu ditemani dan didampingi oleh Harun di dalam mensukseskan tugas ke-Nabiannya, ialah agar dapat banyak bertasbih kepada Allah, menyucikan-Nya dari sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan yang tidak layak bagi-Nya, seperti pengakuan Firaun yang keterlaluan itu, bahwa dialah tuhan yang tinggi tiada tuhan selain dia.

34. dan banyak mengingat Engkau.(QS. 20:34)

وَنَذْكُرَكَ كَثِيرًا (34)
Juga agar dia selalu mengingat kepada Allah SWT. saja dan mengharapkan rida-Nya, tidak menyebutkan-Nya sedikitpun dengan yang lain.

35. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Mengetahui (keadaan) kami `.(QS. 20:35)

إِنَّكَ كُنْتَ بِنَا بَصِيرًا (35)
Pada ayat ini Musa a.s. menandaskan bahwa segala apa yang dimohonkannya kepada Allah, Allah lebih mengetahui hakikat dan tujuannya. Semoga dengan bersama Harun penyebaran agama dapat dilaksanakan dengan baik, lancar, sukses, melumpuhkan usaha-usaha dari orang-orang yang sesat dan menyesatkan, membimbing mereka ke jalan yang benar disertai dengan keyakinan tanpa ragu-ragu.

36. Allah berfirman:` Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa.(QS. 20:36)

قَالَ قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسَى (36)
Pada ayat ini Allah SWT. menjelaskan bahwa Dia telah memperkenankan semua permohonan Musa yaitu supaya dilapangkan dadanya, dimudahkan urusannya dihilangkan kekakuan lidahnya, dijadikan Harun kakaknya pembantu baginya, kekuatan dan kemampuannya bertambah mantap, serta bahu membahu dengan Harun di dalam melaksanakan tugasnya. Enam macam permohonan tersebut, diperkenankan oleh Allah SWT. demi suksesnya pelaksanaan amanatnya yang berat dun sulit itu.

37. Dan sesungguhnya Kami telah memberi nikmat kepadamu pada kali yang lain,(QS. 20:37)

وَلَقَدْ مَنَنَّا عَلَيْكَ مَرَّةً أُخْرَى (37)
Pada ayat ini Allah SWT. mengungkapkan bahwa Dia telah mengaruniakan kepada Musa beberapa nikmat tanpa permohonan, jauh sebelum Musa memajukan permohonannya yang enam macam itu. Kalau Allah SWT telah berkenan atas kemurahan-Nya memberi Musa banyak nikmat sejak kecilnya tanpa ada permohonan lebih dahulu, maka setelah Musa memohonkan beberapa hal yang sangat diperlukan untuk memperlancar jalan dakwahnya, menuju sasaran yang ditujunya, tentulah Allah akan memperkenankan permohonannya itu. Karunia yang telah diberikan kepada Musa sejak kecilnya ada delapan macam.

38. yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan.(QS. 20:38)

إِذْ أَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّكَ مَا يُوحَى (38)
Pada ayat ini Allah SWT. mengingatkan bahwa ketika Ia akan menganugerahkan delapan macam karunia kepada Nabi Musa a.s. diilhamkan--Nya kepada ibu Musa hal-hal mengenai karunia itu. Itulah satu-satunya jalan untuk memberitahu dan mengajarkan ibu Musa bagaimana caranya menyelamatkan anaknya dari kelaliman Firaun, yang memerintahkan pada waktu itu supaya bayi-bayi laki-laki yang ada di bawah kekuasannya di bunuh semuanya.

39. Yaitu: `Letakkanlah ia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Firaun) musuh-Ku dan musuhnya`. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang daripada-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku,(QS. 20:39)

أَنِ اقْذِفِيهِ فِي التَّابُوتِ فَاقْذِفِيهِ فِي الْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ الْيَمُّ بِالسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لِي وَعَدُوٌّ لَهُ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي وَلِتُصْنَعَ عَلَى عَيْنِي (39)
Ketika ibu Musa di dalam keadaan panik maka diperintahkanlah ia oleh Allah SWT. supaya menaruh anaknya di dalam suatu peti yang di buat rapi dan kuat kemudian melemparkannya ke sungai Nil. Perintah ini dilaksanakan oleh ibu Musa dengan segera yang akhirnya peti itu jatuh ke tangan Firaun, musuh Allah dan musuh Musa sendiri di hari mendatang. Diriwayatkan bahwa pada suatu senja Firaun dan istrinya duduk santai di tepi sungai Nil, tiba-tiba terlihat olehnya satu peti tidak jauh dari tempatnya. Disuruhnyalah dayang-dayangnya mengambil peti itu dan membawanya kepadanya. Ketika peti itu dibuka kelihatanlah seorang bayi laki-laki yang rupawan. Alangkah senangnya Firaun melihat bayi itu. Kasih sayang dan cintanyapun kepada bayi itu sangat mendalam. Maka diambilnyalah bayi itu dan dipelihara serta di didik di istananya. inilah karunia yang pertama, Karunia yang kedua ialah, bahwa Allah telah melimpahkan kasih sayang yang tulus kepada Musa dan kasih itu telah ditanamkan ke dalam setiap hati orang. Setiap orang yang memandang kepada Musa akan merasa kasih sayang kepadanya. Jadi tidak heran kalau Firaun dan istrinya merasa sayang dan cinta kepada Musa, sehingga istrinya berkata kepada suaminya, sebagaimana tercantum di dalam Alquran:

قرت عين لي ولك لا تقتلوه عسى أن ينفعنا أو نتخذه ولداى
Artinya:
"(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita, atau kita ambil ia menjadi anak". (Q.S Al Qasas: 9)
Karunia ketiga ialah diasuhnya Musa di istana Firaun di bawah pengawasan Allah SWT. Allah SWT. selalu mengamat-amati dan memelihara Musa segala hal yang akan mengganggunya ketika ia diasuh oleh keluarga Firaun manusia kejam yang tidak mengenal peri kemanusiaan itu.

40. (yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga Firaun): `Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?` Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan; maka kamu tinggal beberapa tahun di antara penduduk Mad-yan, kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan, hai Musa,(QS. 20:40)

إِذْ تَمْشِي أُخْتُكَ فَتَقُولُ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَنْ يَكْفُلُهُ فَرَجَعْنَاكَ إِلَى أُمِّكَ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَقَتَلْتَ نَفْسًا فَنَجَّيْنَاكَ مِنَ الْغَمِّ وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا فَلَبِثْتَ سِنِينَ فِي أَهْلِ مَدْيَنَ ثُمَّ جِئْتَ عَلَى قَدَرٍ يَا مُوسَى (40)
Ketika Musa berada di bawah asuhan keluarga Firaun, mereka sibuk mencari wanita yang akan menyusukannya. Setiap wanita yang telah ditunjuk untuk menyusukannya, Musa tidak man menyusu kepadanya. Ini adalah satu petunjuk dari Allah SWT:

وحرمنا عليه المراضع من قبلى
Artinya:
"Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui (nya) sebelum itu". (Q.S Al Qasas: 12)
Sebelum mereka menemukan perempuan yang Musa mau menyusu kepadanya datanglah Maryam saudara perempuan Musa yang disuruh oleh ibunya mengikuti adiknya secara diam-diam dan menawarkan. kepada keluarga Firaun perempuan yang akan menyusukan Musa dan mengasuhnya sebagaimana dikisahkan di dalam firman Allah SWT:

هل أدلكم على أهل بيت يكفلونه لكم وهم له ناصحون
Artinya:
"Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul-bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?".
(Q.S Al Qasas: 12)
Tawaran Maryam itu diterima baik oleh keluarga Firaun, maka didatangkanlah ibunya, yaitu ibu Musa sendiri dan menyusulah Musa kepada ibunya. Dengan demikian Musa kembali diasuh oleh ibunya sendiri dan hilanglah kecemasan dan duka cita ibunya, bahkan alangkah senang hatinya memandang anaknya di dalam keadaan selamat segar bugar. Ini adalah karunia yang keempat: Karunia yang kelima, yaitu ketika Musa memasuki ke negeri Manuf, negeri Firaun, di tengah hari bolong, yang sedang sepi karena penduduknya sedang istirahat, dilihatnya ada dua orang berkelahi. Yang satu dari Bani Israel dari golongannya dan yang satu lagi bangsa Kibti dari golongan Firaun, bahkan ia adalah tukang masak Firaun. Ketika Bani Israel itu minta tolong. Musa lalu meninju lawan segolongannya. Di luar dugaan, akibat dari tinju Musa, orang Kibti itu meninggal dunia. Atas kejadian yang tidak disengaja itu, Musa merasa cemas dan takut, sebagaimana dikisahkan di dalam firman Allah SWT:

فأصبح في المدينة خائفا يترقب"ى
Artinya:
"Karena itu, jadilah Musa di kata itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya)". (Q.S Al Qasas: 18)
Ketika peristiwa itu diketahui Firaun, Firaun sangat marah dan berusaha membunuh Musa. Kemarahan dan niat jahat Firaun ini diberitahukan kepada Musa oleh seorang dari golongan Firaun yang telah beriman kepada Musa, maka pergilah Musa menghindar sampai ke negeri Madyan. Dengan demikian selamatlah ia dari penganiayaan Firaun. Musa tidak saja diselamatkan dari penganiayaan dan pembunuhan di dunia ini, tetapi juga selamat dari azab akhirat, karena dosa yang membunuh dengan tidak disengaja itu telah diampuni oleh Allah SWT, atas doanya, sebagaimana dikisahkan Allah SWT. di dalam Firman-Nya:

رب إني ظلمت نفسي فاغفر لي فغر له
@@
Artinya:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya." (Q.S Al Qasas: 16)
Allah SWT. melakukan cobaan yang bertubi-tubi kepada Musa, untuk mengetahui sampai di mana ketahanan mental Musa, sebagaimana lazimnya seseorang yang dipersiapkan akan menerima kerasulan dari Allah SWT, tetapi semuanya itu dapat dilaluinya dengan selamat, seperti diselamatkannya Musa dari penyembelihan bayi secara masal atas perintah Firaun, diselamatkannya ketika ia hendak di bunuh oleh Firaun karena ia mencabut bulu dagu Firaun tanpa diberi tahu lebih dahulu, Musa dibela oleh istri Firaun bahwa dia masih kecil, belum dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, maka redalah kemarahan Firaun dan selamatlah Musa dari pembunuhan Firaun dan lain-lain cobaan lagi. Ini karunia yang keenam. Di dalam pelarian Musa ke Madyan, ia tinggal lama di sana, lebih kurang sepuluh tahun. Pada mulanya mengalami hidup yang pahit di tengah-tengah penduduk negeri Madyan, merasakan pedihnya hidup sebagai seorang pendatang yang membutuhkan banyak keperluan. Akhirnya terpaksa ia menjadi buruh, menggembalakan kambing Syuaib, untuk mendapat imbalan sekadarnya, guna menutupi keperluannya, yang kemudian dinikahkan dengan Safura putri Nabi Syuaib. Demikianlah Musa, sampai ia mencapai umur yang telah ditentukan, tidak lebih dan tidak kurang untuk dijadikan Rasul, yaitu ketika ia mencapai umur empat puluh tahun.


KEMBALI KE DAFTAR SURAH                               KEMBALI KE SURAH THAAHAA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar