Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Thaahaa 41
41. dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.(QS. 20:41)
وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِي (41)
Karunia kedelapan ialah, Allah SWT. telah menjatuhkan pilihan kepada Musa menjadi Rasul, menegakkan hujah atas kebenaran yang dibawanya, memimpin umat manusia bertauhid meng-Esakan Allah SWT. dan sebagai perantara antara Khalik dan makhluk-Nya, menyampaikan agama-Nya yang lurus, yang membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
42. Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku.(QS. 20:42)
اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي (42)
Pada ayat ini Allah SWT. menerangkan bahwa Dia memerintahkan Musa bersama saudaranya Harun pergi kepada Firaun dan kaumnya dengan membawa bukti-bukti dan mukjizat-mukjizat yang telah diperlihatkan kepadanya seperti berubahnya tongkat menjadi ular besar yang gesit, merayap ke sana kemari, keluarnya tangan Musa dari kantongnya dalam keadaan putih bersih bercahaya seperti matahari tak bercacat untuk dijadikan hujah dan alasan atas kebenaran dan kenabiannya berdua.
Juga pada ayat-ayat ini Allah SWT. memperingatkan Musa dan Harun agar supaya di dalam melaksanakan dakwahnya dan menyampaikan risalah Tuhannya kepada mereka, jangan lalai dan hendaklah bersungguh-sungguh. Juga supaya dijelaskan kepada mereka bahwa Allah SWT. mengutus keduanya kepada mereka ialah untuk memberikan kabar gembira atas pahala yang telah disediakan bagi orang yang menyambut baik seruannya dan memberi ancaman yang pedih bagi orang yang membangkang dan tidak mau menerimanya.
43. Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas;(QS. 20:43)
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (43)
Pada ayat ini Allah SWT. menerangkan bahwa Dia memerintahkan Musa a.s. dan Harun a.s. pergi kepada Firaun mengadu hujah dengan hujah, mengemukakan bukti-bukti kebenaran yang dibawanya dari Allah SWT dan menjelaskan kesesatan yang sedang ditempuh Firaun untuk mengatasi dan mengalahkan segala alasan-alasan yang dikemukakannya, karena Firaun itu sudah keterlaluan sepak terjangnya melampaui batas, sampai-sampai mengaku bahwa dia adalah tuhan. Dia menyatakan kepada kaumnya dengan ucapan: (saya tuhanmu yang paling tinggi). Mengkhususkan dakwah dan seruan kepada Firaun pada ayat ini sedang pada ayat sebelumnya dakwah itu secara umum, karena kalau Firaun sudah bisa ditaklukkan dan menyambut baik serta beriman kepada Musa dan Harun a.s. tentunya segenap orang-orang Mesir akan mengikutinya sesuai dengan pepatah: (Manusia itu menurut agama rajanya).
44. maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.`(QS. 20:44)
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (44)
Pada ayat ini Allah menganjurkan kepada Musa dan Harun a.s. bagaimana cara menghadapi Firaun, yaitu dengan kata-kata yang halus dan ucapan yang lemah lembut. Seseorang yang dihadapi dengan cara demikian, akan berkesan di hatinya dan akan cenderung menyambut baik dan menerima dakwah dan ajakan yang diserukan kepadanya. Cara yang bijaksana yang seperti ini telah diajarkan pula kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw. oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
ادع إلى سبيل رك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن
Artinya:
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik". (Q.S An Nahl: 125)
Sebaliknya kalau seseorang itu dihadapi dengan kekerasan dan dengan membentak, jangankan akan takluk dan tunduk, tetapi tentu dia akan menentang dan menjauhkan diri sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah SWT:
ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك
Artinya:
"Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu". (Q.S Ali Imran: 159)
Selain petunjuk Allah SWT. kepada Musa dan saudaranya, supaya mereka bersikap lunak menghadapi Firaun, juga diajarkan kata-kata yang akan disampaikan Musa kepada Firaun, sebagaimana dikisahkan Allah SWT. di dalam Firman-Nya:
فقل هل لك إلى أن تزكى وأهديك إلى ربك فتخشى
Artinya:
Dan katakanlah (kepada Firaun), "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan). Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?". (Q.S An Naziat: 18-19)
Dengan cara dan kata-kata yang demikian itu diharapkan agar Firaun menyadari kesesatannya dan takut kepada azab yang akan ditimpakan kepadanya apabila dia tetap saja membangkang.
45. Berkatalah mereka berdua:` Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas `.(QS. 20:45)
قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَى (45)
Sebelum Musa dan Harun a.s. melaksanakan perintah Allah SWT. yaitu supaya mereka mendatangi Firaun dan menyampaikan seruan kepadanya, mereka berdua berterus terang kepada Allah SWT, bahwa mereka merasa takut dan cemas menghadapi Firaun, kalau-kalau mereka akan disiksa oleh Firaun, belum lagi selesai menyampaikan dakwah dan menjelaskan mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kebenaran dakwahnya itu, Firaun sudah bertindak, mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas terhadap Allah, karena dia adalah orang yang kejam, keras hati, tidak mempunyai peri kemanusiaan sedikitpun.
46. Allah berfirman:` Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat `.(QS. 20:46)
قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى (46)
Allah SWT. pada ayat ini menghibur Musa dan Harun a.s. supaya mereka berdua tidak perlu takut kepada Firaun, karena Dialah yang akan menolongnya. Dialah yang menguatkan dan menjaganya dari kejahatan Firaun. Dia senantiasa mendengar dan melihat apa yang terjadi diantara mereka berdua dengan Firaun, baik berupa perkataan maupun berupa perbuatan. Dialah yang akan memelihara mereka berdua dari kejahatan yang mungkin ditimpakan Firaun kepadanya.
47. Maka datanglah kamu berdua kepada (Firaun) dan katakanlah:` Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.(QS. 20:47)
فَأْتِيَاهُ فَقُولَا إِنَّا رَسُولَا رَبِّكَ فَأَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا تُعَذِّبْهُمْ قَدْ جِئْنَاكَ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكَ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى (47)
Pada ayat ini, sekali lagi Allah memerintahkan supaya Musa dan Harun a.s. pergi saja kepada Firaun dan memberitahukan bahwa mereka berdua adalah Rasul Allah yang diutus kepadanya untuk menyampaikan tugas risalah supaya Firaun mengetahui kedudukan dan tugas keduanya. Sebelum Musa dan Harun mengajak Firaun beriman kepada Allah SWT, lebih dahulu minta kepadanya, supaya dia membebaskan Bani Israel dari penyiksaan dan penindasannya, membebaskan dari bekerja berat, seperti menggali, membangun, mengangkat batu, baik laki-laki maupun perempuan. karena ini adalah lebih mudah dan ringan dibandingkan kalau diminta untuk menukar akidahnya yang sesat, dengan beriman kepada Allah SWT, juga supaya Firaun membiarkan kaumnya pergi ke Palestina. Sesudah itu barulah Musa dan Harun a.s. menjelaskan tugas kewajiban dari Allah SWT. bahwa keduanya datang untuk menjelaskan hujah-hujah dan bukti-bukti yang nyata atas kebenaran kerasulan mereka. Dan kebahagiaan serta kesejahteraan di dunia dan di akhirat bagi orang-orang yang taat kepada Rasul-rasul Allah dan mempercayai tanda-tanda kekuasaan-Nya, serta menjauhi hal-hal yang buruk dan menyesatkan. Ucapan seperti tersebut tadi telah dipergunakan juga oleh junjungan Nabi Besar Muhammad saw. ketika mengirim surat berisi dakwah ke Heraclius raja Rumawi, katanya:
بسم الله الرحمن الرحيم من محمد رسول الله إلى هرقل عظيم الروم سلام على من اتبع الهدى أما بعد أدعوك بدعاية الإسلام فأسلم تسلم يؤتك الله أجرك مرتين
Artinya:
"Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang dari Muhammad Rasulullah saw. kepada Heraclius! penguasa negeri Rum. Keselamatan dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Adapun sesudah itu, sesungguhnya saya menyerumu kepada Islam. Anutlah agama Islam supaya engkau selamat. Allah akan memberimu pahala dua kali lipat".
48. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.(QS. 20:48)
إِنَّا قَدْ أُوحِيَ إِلَيْنَا أَنَّ الْعَذَابَ عَلَى مَنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى (48)
Pada ayat ini Allah SWT. menerangkan bahwa kepada Musa dan Harun a.s. telah diwahyukan bahwa siksaan akan ditimpakan baik di dunia maupun di akhirat kepada orang-orang yang mendustakan dakwah dan seruan Rasul yang mengajak kepada tauhid dan berpaling serta tidak memperdulikan pelajaran dan petunjuk Rasul. Sejalan dengan ayat-ayat ini, firman Allah SWT:
فأما من طغى وآثر الحياة الدنيا فإن الجحيم هي المأوى
Artinya:
"Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya)". (Q.S An Nazi'at: 37-38 dan 39)
Dan firman-Nya:
فأنذرتكم نارا تلظى لا يصلاها إلا الأشقى الذي كذب وتولى
Artinya:
Maka, Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka. yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). (Q.S Al Lail: 14-15 dan 16)
49. Berkata Firaun: `Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?(QS. 20:49)
قَالَ فَمَنْ رَبُّكُمَا يَا مُوسَى (49)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa setelah Musa dan Harun a.s. sampai di depan pintu rumah Firaun berdirilah keduanya di sana, menunggu izin untuk masuk. Setelah tertahan keduanya agak cukup lama, karena penjagaan yang amat ketat, baru diizinkan masuk untuk menemui Firaun; dan terjadilah tanya jawab antara keduanya dan Firaun. Pada ayat ini Allah SWT mengisahkan tanya jawab itu. Firaun bertanya, "Kalau engkau berdua betul-betul utusan Tuhanmu yang mengutus kamu kemari, saya harap engkau beritahukan saya, siapa Tuhanmu itu?". Di dalam ayat ini, seakan-akan Musa lah yang ditanya oleh Firaun, karena hanya nama Musa yang dipanggil, sekalipun pertanyaan itu ditujukan kepada Musa dan Harun, karena memang Musa lah yang pokok, sedang Harun hanyalah pembantu baginya.
50. Musa berkata:` Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.(QS. 20:50)
قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى (50)
Pada ayat ini Allah SWT. menerangkan jawaban Musa atas pertanyaan Firaun bahwa yang mengutus keduanya ialah Tuhan yang telah melengkapi makhluk yang diciptakannya dengan anggota-anggota tubuh sesuai dengan kepentingannya masing-masing, seperti mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, begitu juga tangan, kaki, hidung dan lain-lain anggota tubuh menurut fungsinya masing-masing sesuai dengan petunjuk dari Allah SWT. Kemudian Dia lah yang membimbing dengan memberinya fungsi anggota tersebut untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sejalan dengan ayat ini.
Firman Allah SWT:
ونفس وما سواها فألهمها فجورها وتقواها
Artinya:
Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Q.S Asy Syams: 7 dan 8)
Dan firman-Nya:
وهديناه النجدين
Artinya:
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. (Q.S Al Balad: 10)
51. Berkata Firaun: Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu? `(QS. 20:51)
قَالَ فَمَا بَالُ الْقُرُونِ الْأُولَى (51)
Untuk mengalihkan Musa dari dakwahnya ke suasana yang lain, Firaun bertanya kepadanya, "Wahai Musa, bagaimanakah kira-kira nasibnya di akhirat nanti umat-umat yang dahulu seperti kaum Ad, kaum Samud yang tidak menyembah Allah, tetapi mereka menyembah selain dari Allah. Mereka mempunyai sembahan-sembahan benda mati seperti batu, pohon kayu dan lainya. Apakah mereka akan dimasukkan ke dalam surga ataukah mereka akan dimasukkan ke dalam neraka, di siksa dan di azab?". Firaun sengaja berbuat demikian, agar supaya Musa menghentikan mengemukakan hujahnya serta alasan-alasannya yang kuat yang membenarkan dakwahnya, karena Firaun khawatir kalau-kalau dakwah Musa termakan oleh kaumnya, lalu berimanlah mereka kepada Musa dan meninggalkan kepercayaannya yang sesat yang mempercayai bahwa Firaun itu adalah Tuhan.
52. Musa menjawab:` Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa.(QS. 20:52)
قَالَ عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي فِي كِتَابٍ لَا يَضِلُّ رَبِّي وَلَا يَنْسَى (52)
Pertanyaan Firaun itu di jawab oleh Musa a.s. bahwa pertanyaan yang dikemukakannya itu, adalah pertanyaan mengenai hal yang gaib, sedang hal yang gaib itu, tiada yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. sebagaimana yang ditegaskan di dalam firman-Nya:
هو الله الذي لا إله إلا هو عالم الغيب والشهادة
Artinya:
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata. (Q.S Al Hasyr: 22)
عالم الغيب فلا يظهر على غيبه أحدا
Artinya:
"(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu". (Q.S Al Jin: 26)
Nasib kaum penyembah berhala, kaum yang mempunyai sembahan-sembahan selain dari Allah SWT, sepenuhnya berada di dalam pengetahuan Allah SWT, tiada seorang manusiapun yang mengetahuinya. Semua perbuatan manusia termasuk nasib kaum yang ditanyakan Firaun itu, telah tercatat dan tersimpul di dalam suatu kitab yaitu "Lohmahfuz". Tiada satu hal yang ketinggalan, baik yang besar maupun yang kecil, kecuali tercatat di dalam kitab itu, sebagaimana yang dijelaskan di dalam firman Allah SWT:
مال هذا الكتاب لا يغادر صغيرة ولا كبيرة إلا أحصاها ووجدوا ما عملوا حاضرا
Artinya:
Kitab apakah ini, yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). (Q.S Al Kahfi: 49)
Di atas dasar catatan itulah mereka akan dibalas sesuai dengan amal perbuatannya di dunia ini. Ayat ini ditutup dengan satu penegasan bahwa Allah SWT. itu tidak akan salah dan tidak akan lupa, untuk membendung sangkaan dan tuduhan yang bukan-bukan, bahwa catatan yang ada di dalam kitab itu bisa saja keliru, salah catat, atau ada hal-hal yang ketinggalan tidak dicatat oleh penguasaannya karena lupa, sehingga terjadilah sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
53. Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.(QS. 20:53)
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْ نَبَاتٍ شَتَّى (53)
Untuk memperkuat bahwa Allah itu tidak akan salah dan lupa dan untuk menolak kemungkinan timbulnya sangkaan bahwa catatan yang ada di "Lohmahfuz" itu bisa salah dan ada yang tidak tercatat karena lupa, maka pada ayat ini ditegaskan bahwa Tuhan yang menguasai pencatatan itu, ialah Tuhan Yang menjadikan bumi ini sebagai hamparan bagi manusia yang terbentang luas untuk dipergunakan sebagai tempat tinggal, bangun, tidur, bepergian dengan bebas ke mana-mana, sebagaimana firman Allah SWT:
الله الذي جعل لكم الأرض قرارا
Artinya:
Allah lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap". (Q.S Al Mu'min: 64)
Dan firman-Nya:
هو الذي جعل لكم الأرض ذلولا فامشوا في مناكبها
Artinya:
"Dia lah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya". (Q.S Al Mulk: 15)
Tuhan lah yang telah menjadikan jalan-jalan di bumi ini, baik di gunung-gunung maupun di tempat-tempat yang rendah untuk menghubungkan satu tempat dengan tempat yang lain, antara satu kota dengan kota yang lain, antar satu desa dengan desa yang lain, guna memudahkan melaksanakan keperluan-keperluan kita. Sejalan dengan firman Allah SWT:
والله جعل لكم الأرض بساطا لتسلكوا منها سبلا فجاجا
Artinya:
"Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu". (Q.S Nuh: 19-20)
Dan firman-Nya:
وجعلنا فيها فجاجا سبلا لعلهم يهتدون
Artinya:
Dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk". (Q.S Al Anbiya': 31)
Tuhanlah, yang menurunkan air hujan dari langit yang menyebabkan tumbuhnya tanam-tanaman dan buah-buahan yang bermacam-macam cita rasanya, ada yang masam, ada yang manis, bermacam ragam dan jenis dan manfaatnya. Ada yang layak untuk manusia dan ada yang baik untuk binatang, yang kesemuanya itu menunjukkan atas besarnya karunia dan banyaknya nikmat yang dilimpahkan Allah kepada semua hamba-Nya. Sejalan dengan ini, Allah SWT:
وأنزل من السماء ماء فأخرج به من الثمرات رزقا لكم
Artinya:
"dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu, segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu". (Al Baqarah: 22)
54. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.(QS. 20:54)
كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِأُولِي النُّهَى (54)
Kemudian Allah SWT. menyuruh supaya buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan yang berjenis-jenis dan beraneka ragam itu, kita makan dan kita berikan kepada binatang untuk dimakannya. Mana saja yang layak bagi manusia untuk dimakan, seperti beras, ubi, jagung, sagu dan lain-lain, maka makanlah sesuai dengan firman Allah SWT:
وكلوا مما رزقكم الله حلالا طيبا
Artinya:
"Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu". (Q.S Al Ma'idah: 88)
Mana saja yang sesuai dengan binatang seperti rumput yang diberikan pada binatang-binatang itu. Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa semua sifat-sifat yang tersebut di atas yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT. dan kebesaran kerajaan-Nya, adalah bukti yang nyata atas ke Esaan-Nya dan menunjukkan bahwa tiada Tuhan melainkan Dia. Orang-orang yang berakal sehat dan berpikiran waras, tentunya akan mengakui dan meyakini ke Esaan Allah SWT.
55. Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.(QS. 20:55)
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى (55)
Selain dari guna dan manfaat bumi yang telah disebutkan di atas, pada ayat ini Allah SWT. menerangkan guna dan manfaatnya yang lain yaitu bahwa dari padanyalah setiap manusia itu dijadikan Allah SWT, sejak Nabi Adam yaitu manusia pertama di dunia ini. Juga kepada tanah, manusia akan dikembalikan sesudah mati dan menjadi tanah kembali seperti sebelum diciptakan. Dan dari itu pula manusia akan dibangkitkan kembali sesuduh ia mati dan disusun kembali anggota tubuhnya yang telah hancur bercampur dengan tanah, sebagai bentuknya yang semula yang kemudian dikembalikan ruhnya. Sejalan dengan ayat ini, firman Allah SWT:
قال فيها تحيون وفيها تموتون ومنها تخرجون
Artinya:
Allah berfirman, "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan". (Q.S Al A'raf: 25)
Di dalam hadis diterangkan sebagai berikut:
إن رسول الله صلى الله عليه وسلم حضر جنازة فلما دفن الميت أخذ قبضة من التراب فألقاها في القبر وقال منها خلقناكم ثم أخذ أخرى وقال فيها نعيدكم ثم أخذ أخرى وقال منها نخرجكم تارة أخرى.
Artinya:
"Sesungguhnya Rasulullah saw. menghadiri suatu jenazah. Setelah jenazah itu di tanam, beliau mengambil segenggam tanah lalu dilemparkannya ke kubur itu sambil mengucapkan "minha khalaqnakum" (dari padanya Kami jadikan kamu), kemudian mengambil lagi yang lain dan mengucapkan "fiha nuidukum" (pada nyalah Kami kembalikan kamu), kemudian mengambil pula yang lain untuk ketiga kalinya dan mengucapkan "minha nukhrijukum taratan ukhra" (dan dari padanya Kami keluarkan kamu pada kali yang lain). (H.R Ahmad dan Hakim dari Abu Umamah)
Di dalam satu hadis yang lain diterangkan bahwa setelah jenazah Ummu Kulsum binti Rasulullah saw. diletakkan ke kuburnya, Rasulullah saw mengucapkan:
منها خلقناكم وفيها نعيدكم ومنها نخرجكم تارة أخرى باسم الله وفي سبيل الله وعلى ملة رسول الله.
Artinya:
Dari padanya (tanah) Kami jadikan kamu dan kepadanya Kami kembalikan kamu, serta dari padanya Kami keluarkan kamu sekali lagi dengan nama Allah dan di jalan Allah serta atas agama Rasulullah". (H.R Ahmad dan Hakim dari Abu Umamah)
56. Dan sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Firaun) tanda-tanda kekuasaan Kami semuanya, maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).(QS. 20:56)
وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ آيَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَى (56)
Pada ayat ini Allah SWT. menerangkan bahwa Dia telah memperlihatkan dan memperkenalkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan bukti-bukti kebenaran kenabian Musa berupa mukjizat yang telah diberikan kepada Musa, namun Firaun dan pengikut-pengikutnya tetap ingkar dan mendustakan Musa dan tidak mau beriman kepada apa yang disampaikan kepadanya, sekalipun mereka itu pada hakikatnya telah meyakini kebenarannya, sebagaimana firman Allah SWT:
وجحدوا بها واستيقنتها أنفسهم ظلما وعلوا
Artinya:
"Dan mereka mengingkarinya karena kelaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya". (Q.S An Naml: 14)
57. Berkata Firaun: `Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, hai Musa?(QS. 20:57)
قَالَ أَجِئْتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ أَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَا مُوسَى (57)
Pada ayat ini Allah SWT. menerangkan cara pengingkaran Firaun, dan bagaimana Firaun menjelek-jelekkan usaha dan pekerjaan Musa. Berkata Firaun: "Wahai Musa! Apakah kedatanganmu kemari ke tempat di mana engkau pernah tinggal, sesudah lama tidak kelihatan, dengan maksud untuk menanamkan pengertian kepada khalayak ramai bahwa engkau adalah seorang Nabi, yang mereka wajib mengikutimu dan mempercayai agama yang engkau bawa, sehingga engkaulah yang berada di pihak yang menang, lalu mengusir kami keluar dari tempat kami ini dengan sihirmu itu yang engkau namakan mukjizat, dan engkaulah yang menjadi berkuasa sebagai raja? Firaun sengaja mengeluarkan kata-kata yang demikian itu adalah dengan maksud untuk membawa dan menjadikan kaumnya marah dan benci kepada Musa. Dia menjelaskan kedatangan Musa itu bukanlah untuk sekadar menyelamatkan Bani Israel dari kekuasaannya, tetapi maksud yang sebenarnya ialah akan mengusir bangsa Kibti keluar dari tanah tumpah darahnya, kemudian menguasai semua harta benda yang dimilikinya. Dengan demikian gagallah usaha Musa, karena tak seorangpun yang akan mendengar dan memperhatikan dakwahnya, tidak memperdulikan mukjizat yang dibawanya. Mereka akan mempertahankan mati-matian negerinya dengan mempergunakan segala kekuatan yang ada padanya.
58. Dan kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu, di suatu tempat yang pertengahan (letaknya)`.(QS. 20:58)
فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍ مِثْلِهِ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا لَا نُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلَا أَنْتَ مَكَانًا سُوًى (58)
Pada ayat ini Allah SWT, menerangkan bahwa Firaun berjanji dengan sungguh-sungguh akan mendatangkan ahli sihir untuk menandingi sihir Musa. Firaun meminta kepada Musa supaya ia menentukan tempat dan waktu untuk berhadapan dengan ahli-ahli sihirnya, serta berjanji supaya dia maupun Musa tidak akan menyalahi ketentuan yang telah disepakati itu. Ini dilakukan Firaun untuk menunjukkan bahwa dia betul-betul mempunyai hati yang keras dan persiapan yang mantap untuk bertanding menghadapi sihir Musa, dengan keyakinan bahwa ia akan menang dalam pertandingan nanti. Juga Firaun menganjurkan supaya Musa memilih tempat yang luas, tidak berbukit-bukit supaya penonton dapat menyaksikan dan melihat pertandingan itu dengan jelas, tidak terhalang oleh suatu apapun.
59. Berkata Musa: `Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik`.(QS. 20:59)
قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى (59)
Pada ayat ini, Allah SWT. menerangkan bahwa sesuai dengan permintaan Firaun, Musa menentukan waktu pertemuan yang dimaksud untuk mengadu kemukjizatan-Nya dengan sihir Firaun yaitu pada hari raya Nairuz yang biasanya diadakan pada akhir tahun. Mereka pada hari itu berkumpul semuanya dengan pakaian yang bagus dan hiasan yang indah, hampir tidak ada yang ketinggalan. Juga oleh Musa ditentukan waktu berkumpul yaitu pada waktu matahari sepenggalahan naik, waktu yang sudah agak terang oleh sinar matahari yang telah terbit, supaya segenap penonton dapat menyaksikan dan melihat pertandingan nanti itu dengan jelas.
60. Maka Firaun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang.(QS. 20:60)
فَتَوَلَّى فِرْعَوْنُ فَجَمَعَ كَيْدَهُ ثُمَّ أَتَى (60)
Pada ayat ini Allah SWT. menerangkan bahwa setelah tercapai persetujuan antara Musa dan Firaun tentang tempat, hari dan waktu diadakannya pertandingan nanti, pergilah Firaun meninggalkan tempat perdebatan itu, dan mengatur tipu dayanya. Ahli-ahli sihir dikumpulkan, alat-alat perlengkapan mereka disempurnakan, penyokong dan pembantu-pembantunya serta yang lain-lain dipersiapkan. Pada hari yang telah ditetapkan bersama yaitu pada hari raya Nairuz, berangkatlah Firaun bersama rombongannya ke tempat yang telah disepakatinya dengan Musa. Duduklah ia di atas kursi kebesarannya, didampingi oleh pejabat-pejabat terasnya, diapit oleh rakyatnya di sebelah kiri dan kanannya. Tidak lama kemudian datang pula Musa dengan tongkatnya ditemani oleh saudaranya yaitu Harun. Firaun menggembleng tukang-tukang sihirnya yang telah berdiri dan berbaris rapi di depannya, mengharapkan supaya mereka melaksanakan tugasnya, mendemonstrasikan keahliannya dengan sebaik-baiknya, menjanjikan akan memenuhi segala permintaan mereka, apabila mereka menang, sebagaimana diterangkan di dalam firman Allah SWT:
وجاء السحرة فرعون قالوا إن لنا لأجرا إن كنا نحن الغالبين قال نعم وإنكم لمن المقربين
Artinya:
Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Firaun mengatakan: "(Apakah) sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?" Firaun menjawab: "Ya, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku)". (Q.S Al A'raf: 113 dan 114)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar