[TAFSIR] : SHAAD
Dan adakah sampai kepadamu berita orang-orang yang berperkara ketika mereka memanjat pagar(QS. 38:21)
Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut karena (kedatangan) mereka. Mereka berkata: `Janganlah kamu merasa takut; (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang lain; maka berilah keputusan antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus.(QS. 38:22)
Shaad 21 - 22
وَهَلْ أَتَاكَ نَبَأُ الْخَصْمِ إِذْ تَسَوَّرُوا الْمِحْرَابَ (21) إِذْ دَخَلُوا عَلَى دَاوُدَ فَفَزِعَ مِنْهُمْ قَالُوا لَا تَخَفْ خَصْمَانِ بَغَى بَعْضُنَا عَلَى بَعْضٍ فَاحْكُمْ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَلَا تُشْطِطْ وَاهْدِنَا إِلَى سَوَاءِ الصِّرَاطِ (22)
وَهَلْ أَتَاكَ نَبَأُ الْخَصْمِ إِذْ تَسَوَّرُوا الْمِحْرَابَ (21) إِذْ دَخَلُوا عَلَى دَاوُدَ فَفَزِعَ مِنْهُمْ قَالُوا لَا تَخَفْ خَصْمَانِ بَغَى بَعْضُنَا عَلَى بَعْضٍ فَاحْكُمْ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَلَا تُشْطِطْ وَاهْدِنَا إِلَى سَوَاءِ الصِّرَاطِ (22)
Sesudah itu AUah SWT menyebutkan salah satu peristiwa yang menarik di antara kisah Daud. Kisah ini dimulai dengan pertanyaan yang ditujukan kepada Rasulullah dan pengikut-pengikutnya, untuk menunjukkan bahwa kisah dimaksud benar-benar menarik perhatian dan patut diteladani. Kisah yang menarik itu ialah kisah orang-orang yang berperkara kepada Nabi Daud. Mereka itu menemui Daud. Daud pada waktu itu berada di tempat peribadatannya, Nabi Daud pun terperanjat karena beliau menyangka mereka itu datang untuk memperdayakannya. Nabi Daud menduga demikian, karena mereka datang dengan cara dan dalam waktu yang tak biasa. Pada saat itulah mereka meminta kepada Daud agar tidak takut. Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa mereka mempunyai perkara yang harus diputuskan, dan meminta agar perkaranya diputuskan dengan keputusan yang adil, lagi tidak menyimpang dari kebenaran.
Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja.Maka ia berkata: `Serahkanlah kambingmu itu kepadaku dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan`.(QS. 38:23)
Shaad 23
إِنَّ هَذَا أَخِي لَهُ تِسْعٌ وَتِسْعُونَ نَعْجَةً وَلِيَ نَعْجَةٌ وَاحِدَةٌ فَقَالَ أَكْفِلْنِيهَا وَعَزَّنِي فِي الْخِطَابِ (23)
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan apa yang mereka perkarakan itu. Salah satu pihak dari mereka yang berperkara itu menerangkan bahwa saudaranya mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing. Sedang ia sendiri mempunyai seekor kambing saja. Saudaranya menuntut agar menyerahkan kambing yang ia miliki. Oleh karena saudaranya itu pandai memutar lidah, sedang ia sendiri tidak mempunyai bukti-bukti yang kuat untuk menangkis, ia merasa dikalahkan dan harus menyerahkan kambing yang seekor itu kepada saudaranya, Itulah perkara yang mereka ajukan kepada Nabi Daud dengan maksud agar mendapat keputusan yang adil.
إِنَّ هَذَا أَخِي لَهُ تِسْعٌ وَتِسْعُونَ نَعْجَةً وَلِيَ نَعْجَةٌ وَاحِدَةٌ فَقَالَ أَكْفِلْنِيهَا وَعَزَّنِي فِي الْخِطَابِ (23)
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan apa yang mereka perkarakan itu. Salah satu pihak dari mereka yang berperkara itu menerangkan bahwa saudaranya mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing. Sedang ia sendiri mempunyai seekor kambing saja. Saudaranya menuntut agar menyerahkan kambing yang ia miliki. Oleh karena saudaranya itu pandai memutar lidah, sedang ia sendiri tidak mempunyai bukti-bukti yang kuat untuk menangkis, ia merasa dikalahkan dan harus menyerahkan kambing yang seekor itu kepada saudaranya, Itulah perkara yang mereka ajukan kepada Nabi Daud dengan maksud agar mendapat keputusan yang adil.
Daud berkata sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadapmu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya.Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini`. Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.(QS. 38:24)
Shaad 24
قَالَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ إِلَى نِعَاجِهِ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَا هُمْ وَظَنَّ دَاوُدُ أَنَّمَا فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ (24)
Di dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan apa yang dikatakan oleh Nabi Daud. Ia mengatakan bahwa tergugat telah berbuat aniaya kepada penggugat, karena yang digugat itu telah mengambil kambing penggugat untuk dimiliki, sehingga kambingnya menjadi banyak.
Di dalam ayat ini tidak dijelaskan lebih luas apakah Nabi Daud sesudah mendapat keterangan dari penggugat, meminta keterangan juga kepada tergugat. Juga tidak diterangkan apakah jawaban Nabi Daud itu didasarkan atas bukti-bukti yang memberi keyakinan. Menurut pengertian yang tampuk dalam ayat, Nabi Daud hanyalah memberi jawaban sesudah mendapat keterangan dari pihak penggugat saja. Padahal mungkin saja pihak penggugat mengemukakan keterangan yang berlawanan dengan kenyataan, atau karena cara mengemukakan kata diatur demikian rupa, hingga timbullah kesan seolah-olah si penggugat itu orang jujur. Seharusnya Nabi Daud tidak memberi jawaban secara tergesa-gesa, atau ditunda saja jawabannya hingga mendapat keyakinan yang sebenar-benarnya. Ditinjau dari cara mereka masuk menemui Daud dengan memanjat pagar, dan waktunya yang tidak tepat, dan persoalannya yang diajukan sebenarnya, mereka tidak bermaksud untuk meminta keputusan kepada Daud, tetapi mereka mempunyai maksud yang lain. Hanya karena kewaspadaan Daudlah maka rencana mereka itu tidak dapat mereka laksanakan. Di dalam sejarah dapat diketahui bahwa orang-orang Bani Israel sering kali berusaha untuk membunuh Nabinya misalnya mereka telah menuduh Ilyasa dan Zakaria. Patutlah dikatakan bahwa kedua orang itu (penggugat dan tergugat) sebenarnya ingin menganiaya Nabi Daud, hanya saja mereka tidak sampai melaksanakan niat jahatnya karena ketahuan terlebih dahulu.
Kemudian Allah SWT menjelaskan jawaban Daud lebih terperinci. Daud mengatakan kepada orang yang berperkara itu bahwa sebagian besar orang yang mengadakan perserikatan, menganiaya anggotanya yang lain hal ini terjadi karena sifat hasad, dengki dan memperturutkan hawa nafsu sehingga hak anggota yang satu terambil oleh anggota yang lain. Terkecuali orang-orang yang dalam hatinya penuh dengan iman dan mencintai amal saleh yang terhindar dari perbuatan yang jahat itu.
Di akhir ayat Allah SWT menjelaskan bahwa Nabi Daud merasa bahwa ia sedang mendapat cobaan dari Allah. Lalu ia meminta ampun kepada Allah atas kesalahan yang in sadari, seraya bersungkur sujud bertobat kepada-Nya karena merasakan kekurangan yang ada pada dirinya.
Kesalahan dan kekurangan yang la sadari dari peristiwa yang menimpa dirinya ialah ketergesaannya memberikan jawaban kepada orang yang berperkara, padahal ia belum memperoleh keyakinan yang sebenar-benarnya dan prasangkanya bahwa kedatangan orang yang ingin memperdayakannya itu adalah cobaan dari Allah, padahal apa yang ia duga itu tidak terjadi.
قَالَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ إِلَى نِعَاجِهِ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَا هُمْ وَظَنَّ دَاوُدُ أَنَّمَا فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ (24)
Di dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan apa yang dikatakan oleh Nabi Daud. Ia mengatakan bahwa tergugat telah berbuat aniaya kepada penggugat, karena yang digugat itu telah mengambil kambing penggugat untuk dimiliki, sehingga kambingnya menjadi banyak.
Di dalam ayat ini tidak dijelaskan lebih luas apakah Nabi Daud sesudah mendapat keterangan dari penggugat, meminta keterangan juga kepada tergugat. Juga tidak diterangkan apakah jawaban Nabi Daud itu didasarkan atas bukti-bukti yang memberi keyakinan. Menurut pengertian yang tampuk dalam ayat, Nabi Daud hanyalah memberi jawaban sesudah mendapat keterangan dari pihak penggugat saja. Padahal mungkin saja pihak penggugat mengemukakan keterangan yang berlawanan dengan kenyataan, atau karena cara mengemukakan kata diatur demikian rupa, hingga timbullah kesan seolah-olah si penggugat itu orang jujur. Seharusnya Nabi Daud tidak memberi jawaban secara tergesa-gesa, atau ditunda saja jawabannya hingga mendapat keyakinan yang sebenar-benarnya. Ditinjau dari cara mereka masuk menemui Daud dengan memanjat pagar, dan waktunya yang tidak tepat, dan persoalannya yang diajukan sebenarnya, mereka tidak bermaksud untuk meminta keputusan kepada Daud, tetapi mereka mempunyai maksud yang lain. Hanya karena kewaspadaan Daudlah maka rencana mereka itu tidak dapat mereka laksanakan. Di dalam sejarah dapat diketahui bahwa orang-orang Bani Israel sering kali berusaha untuk membunuh Nabinya misalnya mereka telah menuduh Ilyasa dan Zakaria. Patutlah dikatakan bahwa kedua orang itu (penggugat dan tergugat) sebenarnya ingin menganiaya Nabi Daud, hanya saja mereka tidak sampai melaksanakan niat jahatnya karena ketahuan terlebih dahulu.
Kemudian Allah SWT menjelaskan jawaban Daud lebih terperinci. Daud mengatakan kepada orang yang berperkara itu bahwa sebagian besar orang yang mengadakan perserikatan, menganiaya anggotanya yang lain hal ini terjadi karena sifat hasad, dengki dan memperturutkan hawa nafsu sehingga hak anggota yang satu terambil oleh anggota yang lain. Terkecuali orang-orang yang dalam hatinya penuh dengan iman dan mencintai amal saleh yang terhindar dari perbuatan yang jahat itu.
Di akhir ayat Allah SWT menjelaskan bahwa Nabi Daud merasa bahwa ia sedang mendapat cobaan dari Allah. Lalu ia meminta ampun kepada Allah atas kesalahan yang in sadari, seraya bersungkur sujud bertobat kepada-Nya karena merasakan kekurangan yang ada pada dirinya.
Kesalahan dan kekurangan yang la sadari dari peristiwa yang menimpa dirinya ialah ketergesaannya memberikan jawaban kepada orang yang berperkara, padahal ia belum memperoleh keyakinan yang sebenar-benarnya dan prasangkanya bahwa kedatangan orang yang ingin memperdayakannya itu adalah cobaan dari Allah, padahal apa yang ia duga itu tidak terjadi.
Maka kami ampuni baginya kesalahannya itu.Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik.(QS. 38:25)
Shaad 25
فَغَفَرْنَا لَهُ ذَلِكَ وَإِنَّ لَهُ عِنْدَنَا لَزُلْفَى وَحُسْنَ مَآبٍ (25)
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa Dia telah memberikan ampun kepada Daud atas kesalahan yang ia sadari. Allah SWT menilai bahwa kesadaran yang tinggi terhadap peristiwa yang ia hayati, dan ketajaman nuraninya terhadap apa yang tergetuk dalam hatinya serta taatnya kepada Allah, sebagai tanda bahwa ia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Allah. Dan hamba Allah seperti dialah yang berhak mendapat tempat kembali yang baik, yaitu surga na'im yang penuh dengan kenikmatan.
فَغَفَرْنَا لَهُ ذَلِكَ وَإِنَّ لَهُ عِنْدَنَا لَزُلْفَى وَحُسْنَ مَآبٍ (25)
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa Dia telah memberikan ampun kepada Daud atas kesalahan yang ia sadari. Allah SWT menilai bahwa kesadaran yang tinggi terhadap peristiwa yang ia hayati, dan ketajaman nuraninya terhadap apa yang tergetuk dalam hatinya serta taatnya kepada Allah, sebagai tanda bahwa ia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Allah. Dan hamba Allah seperti dialah yang berhak mendapat tempat kembali yang baik, yaitu surga na'im yang penuh dengan kenikmatan.
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.(QS. 38:26)
Shaad 26
يَا دَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ (26)
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan pengangkatan Nabi Daud sebagai penguasa, dan pengangkatannya sebagai penegak hukum di kalangan rakyatnya. Allah SWT menjelaskan dan menyatakan bahwa dia mengangkat Daud sebagai penguasa yang memerintah kaumnya. Pengertian penguasa diungkapkan dengan khalifah, yang artinya pengganti, adalah sebagai isyarat agar Daud dalam menjalankan kekuasaannya selalu dihiasi dengan sopan santun yang baik, yang diridai Allah, dan dalam melaksanakan peraturan hendaknya berpedoman kepada hidayah Allah. Dengan demikian sifat-sifat khalifah Allah tergambarlah pada diri pribadinya. Maka rakyatya pun tentu akan menaati segala peraturannya dan tingkah lakunya yang patut diteladani.
Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Dia menyuruh Daud agar memberi keputusan terhadap perkara yang terjadi antara manusia dengan keputusan yang adil dengan berpedoman pada wahyu yang diturunkan kepadanya. Dalam wahyu itu terdapat hukum yang mengatur kesejahteraan manusia di dunia dan kebahagiaan mereka di akhirat. Dan melarangnya memperturutkan hawa nafsunya dalam melaksanakan segala macam urusan yang berhubungan dengan kesejahteraan manusia di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Dalam ayat ini terdapat isyarat yang menunjukkan pengangkatan Daud sebagai Rasul dan tugas-tugas apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang Rasul serta mengandung pelajaran bagi para pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya.
Pada akhir ayat Allah SWT menjelaskan akibat dari orang yang memperturutkan hawa nafsu dan hukuman apa yang pantas dijatuhkan kepadanya.
Memperturutkan hawa nafsu meyebabkan seorang kehilangan kesadaran. Dengan demikian ia akan kehilangan kontrol pribadi, akhirnya sesatlah ia dari jalan yang diridai Allah. Kemudian apabila kesesatan itu telah menyelubungi hati seseorang, lupalah ia akan keyakinan yang melekat dalam hatinya bahwa di atas kekuasaannya masih ada yang lebih berkuasa. Itulah sebabnya maka orang yang memperturutkan hawa nafsu itu diancam dengan ancaman yang keras, yang akan mereka rasakan deritanya di hari pembalasan, hari diperhitungkannya seluruh amal manusia guna diberi balasan yang setimpal.
يَا دَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ (26)
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan pengangkatan Nabi Daud sebagai penguasa, dan pengangkatannya sebagai penegak hukum di kalangan rakyatnya. Allah SWT menjelaskan dan menyatakan bahwa dia mengangkat Daud sebagai penguasa yang memerintah kaumnya. Pengertian penguasa diungkapkan dengan khalifah, yang artinya pengganti, adalah sebagai isyarat agar Daud dalam menjalankan kekuasaannya selalu dihiasi dengan sopan santun yang baik, yang diridai Allah, dan dalam melaksanakan peraturan hendaknya berpedoman kepada hidayah Allah. Dengan demikian sifat-sifat khalifah Allah tergambarlah pada diri pribadinya. Maka rakyatya pun tentu akan menaati segala peraturannya dan tingkah lakunya yang patut diteladani.
Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa Dia menyuruh Daud agar memberi keputusan terhadap perkara yang terjadi antara manusia dengan keputusan yang adil dengan berpedoman pada wahyu yang diturunkan kepadanya. Dalam wahyu itu terdapat hukum yang mengatur kesejahteraan manusia di dunia dan kebahagiaan mereka di akhirat. Dan melarangnya memperturutkan hawa nafsunya dalam melaksanakan segala macam urusan yang berhubungan dengan kesejahteraan manusia di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Dalam ayat ini terdapat isyarat yang menunjukkan pengangkatan Daud sebagai Rasul dan tugas-tugas apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang Rasul serta mengandung pelajaran bagi para pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya.
Pada akhir ayat Allah SWT menjelaskan akibat dari orang yang memperturutkan hawa nafsu dan hukuman apa yang pantas dijatuhkan kepadanya.
Memperturutkan hawa nafsu meyebabkan seorang kehilangan kesadaran. Dengan demikian ia akan kehilangan kontrol pribadi, akhirnya sesatlah ia dari jalan yang diridai Allah. Kemudian apabila kesesatan itu telah menyelubungi hati seseorang, lupalah ia akan keyakinan yang melekat dalam hatinya bahwa di atas kekuasaannya masih ada yang lebih berkuasa. Itulah sebabnya maka orang yang memperturutkan hawa nafsu itu diancam dengan ancaman yang keras, yang akan mereka rasakan deritanya di hari pembalasan, hari diperhitungkannya seluruh amal manusia guna diberi balasan yang setimpal.
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah.Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.(QS. 38:27)
Shaad 27
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ (27)
Allah SWT menjelaskan bahwa Dia menjadikan langit, bumi dan makhluk apa saja yang berada di antaranya, tidaklah sia-sia. Langit dengan segala bintang yang menghiasi, matahari yang memancarkan sinarnya di waktu siang, dan bulan yang menampakkan bentuknya berubah-rubah dari malam ke malam, sangat bermanfaat bagi manusia. Begitu juga bumi dengan segala isinya. baik yang tampak di permukaannya ataupun yang tersimpan dalam perutnya, sangat besar artinya bagi kehidupan manusia. Kesemuanya itu diciptakan Allah atas kekuasaan dan kehendak-Nya sebagai rahmat yang tak ternilai harganya. Apabila orang mau memperhatikan dengan seksama terhadap makhluk-makhluk yang ada di jagat raya ini, pastilah ia mengetahui bahwa semua makhluk yang ada itu tunduk pada ketentuan-ketentuan yang berlaku, yang tak bisa dihindari. Kesemuanya menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku baginya. Begitu juga menciptakan manusia. Mereka ini tidak dapat melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan Allah, begitu lahir sudah tunduk pada gaya tarik bumi, ia bernafas dengan zat asam dan sebagainya. Tak pernah ada manusia yang menyimpang dari ketentuan ini. Dan apabila sampai dewasa, ia memerlukan kawan hidup untuk mengisi kekosongan jiwanya, dan untuk melaksanakan tujuan hidupnya mengembangkan keturunan. Kemudian kalau ajal telah datang merenggutnya, ia kembali ke asalnya. Ia akan dihidupkan kembali di kampung akhirat, guna mempertanggungjawabkan segala amalnya selagi hidup di dunia.
Allah SWT berfirman:
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون
Artinya:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku. (Q.S. Az Zariyat: 56)
Dengan demikian apabila manusia berpikir secara wajar, tentu akan mengakui keesaan Allah dan ke Maha Kuasaan-Nya terhadap semua yang ada di langit, di bumi serta segala makhluk yang ada di antara keduanya. Dan apabila manusia mengakui ke Maha Kuasaan-Nya tentulah akan mengakui pula kekuasaan-Nya menurunkan wahyu kepada hamba pilihan-Nya.
Lalu Allah SWT menjelaskan sikap orang-orang kafir Quraisy. Mereka tidak mau memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di langit dan bumi, dan juga tidak mau meneliti tanda kebesaran Allah yang ada pada diri mereka sendiri. Itulah sebabnya maka mereka itu mendustakan keesaan Allah dan mendustakan hari berbangkit.
Di dalam Hadis Qudsi disebutkan:
كنت كنزا مخفيا فأردت أن أُعْرَف فخلقت الخلق فبي عرفوني
Artinya:
Aku adalah khazanah yang tersembunyi. lalu Aku ingin supaya dikenal. Sebab itulah Aku menciptakan makhluk. Maka dengan mengenal ciptaan-Kulah makhluk-makhluk itu mengenal Aku.
Allah SWT berfirman:
وما خلقنا السموات والأرض وما بينهما لاعبين ما خلقناهما إلا بالحق ولكن أكثرهم لا يعلمون
Artinya:
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan hak, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Q.S. Ad Dukhan: 38-39)
Dan firman-Nya:
أفحسبتم أنما خلقناكم عبثا وأنكم إلينا لا ترجعون
Artinya:
Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?. (Q.S. Al Mu'minun: 115)
Pada penghujung ayat Allah SWT menegaskan bahwa mereka itu akan mendapatkan kenyataan yang berbeda dengan apa yang mereka duga selama hidup di dunia. Mereka akan merasakan neraka wail yang memang disediakan sebagai siksaan bagi mereka, sebagai balasan yang setimpal atas keingkaran mereka terhadap keesaan Allah, kebenaran wahyu dan terjadinya hari berbangkit.
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ (27)
Allah SWT menjelaskan bahwa Dia menjadikan langit, bumi dan makhluk apa saja yang berada di antaranya, tidaklah sia-sia. Langit dengan segala bintang yang menghiasi, matahari yang memancarkan sinarnya di waktu siang, dan bulan yang menampakkan bentuknya berubah-rubah dari malam ke malam, sangat bermanfaat bagi manusia. Begitu juga bumi dengan segala isinya. baik yang tampak di permukaannya ataupun yang tersimpan dalam perutnya, sangat besar artinya bagi kehidupan manusia. Kesemuanya itu diciptakan Allah atas kekuasaan dan kehendak-Nya sebagai rahmat yang tak ternilai harganya. Apabila orang mau memperhatikan dengan seksama terhadap makhluk-makhluk yang ada di jagat raya ini, pastilah ia mengetahui bahwa semua makhluk yang ada itu tunduk pada ketentuan-ketentuan yang berlaku, yang tak bisa dihindari. Kesemuanya menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku baginya. Begitu juga menciptakan manusia. Mereka ini tidak dapat melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan Allah, begitu lahir sudah tunduk pada gaya tarik bumi, ia bernafas dengan zat asam dan sebagainya. Tak pernah ada manusia yang menyimpang dari ketentuan ini. Dan apabila sampai dewasa, ia memerlukan kawan hidup untuk mengisi kekosongan jiwanya, dan untuk melaksanakan tujuan hidupnya mengembangkan keturunan. Kemudian kalau ajal telah datang merenggutnya, ia kembali ke asalnya. Ia akan dihidupkan kembali di kampung akhirat, guna mempertanggungjawabkan segala amalnya selagi hidup di dunia.
Allah SWT berfirman:
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون
Artinya:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku. (Q.S. Az Zariyat: 56)
Dengan demikian apabila manusia berpikir secara wajar, tentu akan mengakui keesaan Allah dan ke Maha Kuasaan-Nya terhadap semua yang ada di langit, di bumi serta segala makhluk yang ada di antara keduanya. Dan apabila manusia mengakui ke Maha Kuasaan-Nya tentulah akan mengakui pula kekuasaan-Nya menurunkan wahyu kepada hamba pilihan-Nya.
Lalu Allah SWT menjelaskan sikap orang-orang kafir Quraisy. Mereka tidak mau memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di langit dan bumi, dan juga tidak mau meneliti tanda kebesaran Allah yang ada pada diri mereka sendiri. Itulah sebabnya maka mereka itu mendustakan keesaan Allah dan mendustakan hari berbangkit.
Di dalam Hadis Qudsi disebutkan:
كنت كنزا مخفيا فأردت أن أُعْرَف فخلقت الخلق فبي عرفوني
Artinya:
Aku adalah khazanah yang tersembunyi. lalu Aku ingin supaya dikenal. Sebab itulah Aku menciptakan makhluk. Maka dengan mengenal ciptaan-Kulah makhluk-makhluk itu mengenal Aku.
Allah SWT berfirman:
وما خلقنا السموات والأرض وما بينهما لاعبين ما خلقناهما إلا بالحق ولكن أكثرهم لا يعلمون
Artinya:
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan hak, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Q.S. Ad Dukhan: 38-39)
Dan firman-Nya:
أفحسبتم أنما خلقناكم عبثا وأنكم إلينا لا ترجعون
Artinya:
Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?. (Q.S. Al Mu'minun: 115)
Pada penghujung ayat Allah SWT menegaskan bahwa mereka itu akan mendapatkan kenyataan yang berbeda dengan apa yang mereka duga selama hidup di dunia. Mereka akan merasakan neraka wail yang memang disediakan sebagai siksaan bagi mereka, sebagai balasan yang setimpal atas keingkaran mereka terhadap keesaan Allah, kebenaran wahyu dan terjadinya hari berbangkit.
Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertaqwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat(QS. 38:28)
Shaad 28
أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ (28)
Dalam pada itu Allah SWT menjelaskan bahwa di antara kebijaksanaan Allah ialah tidak menganggap sama para hamba-Nya yang melakukan kebaikan, dengan orang-orang yang terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan.
Allah SWT menjelaskan bahwa tidak patutlah bagi zat-Nya dengan segala keagungan-Nya, apabila menganggap sama antara hamba-hamba-Nya yang beriman dan melakukan kebaikan dengan orang-orang yang mengingkari keesaan-Nya lagi memperturutkan hawa nafsunya.
Dimaksud dengan orang-orang yang beriman dalam ayat ini ialah orang-orang yang meyakini bahwa Allah SWT Maha Esa, Dia tidak memerlukan sekutu dalam melaksanakan kekuasaan dan kehendak-Nya. Atas keyakinan itulah mereka menyadari dan melaksanakan apa yang seharusnya diperbuat terhadap sesamanya dan kepada Penciptanya. Dan dengan keyakinan itu pula mereka menaati perintah Khaliknya yang disampaikan melalui Rasul-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Mereka selalu berusaha keras memelihara kebersihan jiwanya dari noda-noda yang mengotorinya.
Allah SWT berfirman:
وكل إنسان ألزمناه طائره في عنقه ونخرج له يوم القيامة كتابا يلقاه منشورا اقرأ كتابك كفى بنفسك اليوم عليك حسيبا
Artinya:
Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada Hari Kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. "Bacalah kitabmu", cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu. (Q.S. Al Isra': 13-14)
Sedang yang dimaksud dengan orang yang berbuat kerusakan di muka bumi ialah orang yang tidak mau mengikuti kebenaran dan memperturutkan hawa nafsunya. Mereka ini tidak mau mengakui Keesaan Allah, kebenaran wahyu, terjadinya hari berbangkit dan hari pembalasan. Karena itulah mereka jauh dari rahmat Allah, berani menerjang larangan-larangan-Nya. Mereka tidak meyakini bahwa mereka akan dibangkitkan kembali dari kuburnya dan akan dihimpun di padang Mahsyar untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya.
Allah SWT berfirman:
يوم يفر المرء من أخيه وأمه وأبيه وصاحبته وبنيه لكل امرئ منهم يومئذ شأن يغنيه وجوه يومئذ مسفرة ضاحكة مستبشرة ووجوه يومئذ عليها غبرة ترهقها قترة أولئك هم الكفرة الفجرة
Artinya:
Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. Banyak muka pada hari itu berseri-seri. Tertawa dan gembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka. (Q.S. Abasa: 34-42)
Apabila ada di antara hamba Allah yang diberi pahala karena amal baiknya di dunia, dan ada pula yang disiksa akibat amal buruknya, maka hal itulah yang sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan Allah. Allah SWT telah memberikan akal, agar dengan akal itu mereka dapat mengetahui betapa luasnya nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka. Tetapi mereka tidak mau mempergunakan akal itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tidak mensyukuri nikmat itu, bahkan mereka mengingkarinya. Juga Allah telah mengutus Rasul-Nya untuk membimbing mereka kepada jalan yang benar. Petunjuk dan bimbingan Rasul itu bukan saja tidak mereka hiraukan, tetapi malah didustakan.
أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ (28)
Dalam pada itu Allah SWT menjelaskan bahwa di antara kebijaksanaan Allah ialah tidak menganggap sama para hamba-Nya yang melakukan kebaikan, dengan orang-orang yang terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan.
Allah SWT menjelaskan bahwa tidak patutlah bagi zat-Nya dengan segala keagungan-Nya, apabila menganggap sama antara hamba-hamba-Nya yang beriman dan melakukan kebaikan dengan orang-orang yang mengingkari keesaan-Nya lagi memperturutkan hawa nafsunya.
Dimaksud dengan orang-orang yang beriman dalam ayat ini ialah orang-orang yang meyakini bahwa Allah SWT Maha Esa, Dia tidak memerlukan sekutu dalam melaksanakan kekuasaan dan kehendak-Nya. Atas keyakinan itulah mereka menyadari dan melaksanakan apa yang seharusnya diperbuat terhadap sesamanya dan kepada Penciptanya. Dan dengan keyakinan itu pula mereka menaati perintah Khaliknya yang disampaikan melalui Rasul-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Mereka selalu berusaha keras memelihara kebersihan jiwanya dari noda-noda yang mengotorinya.
Allah SWT berfirman:
وكل إنسان ألزمناه طائره في عنقه ونخرج له يوم القيامة كتابا يلقاه منشورا اقرأ كتابك كفى بنفسك اليوم عليك حسيبا
Artinya:
Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada Hari Kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. "Bacalah kitabmu", cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu. (Q.S. Al Isra': 13-14)
Sedang yang dimaksud dengan orang yang berbuat kerusakan di muka bumi ialah orang yang tidak mau mengikuti kebenaran dan memperturutkan hawa nafsunya. Mereka ini tidak mau mengakui Keesaan Allah, kebenaran wahyu, terjadinya hari berbangkit dan hari pembalasan. Karena itulah mereka jauh dari rahmat Allah, berani menerjang larangan-larangan-Nya. Mereka tidak meyakini bahwa mereka akan dibangkitkan kembali dari kuburnya dan akan dihimpun di padang Mahsyar untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya.
Allah SWT berfirman:
يوم يفر المرء من أخيه وأمه وأبيه وصاحبته وبنيه لكل امرئ منهم يومئذ شأن يغنيه وجوه يومئذ مسفرة ضاحكة مستبشرة ووجوه يومئذ عليها غبرة ترهقها قترة أولئك هم الكفرة الفجرة
Artinya:
Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. Banyak muka pada hari itu berseri-seri. Tertawa dan gembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka. (Q.S. Abasa: 34-42)
Apabila ada di antara hamba Allah yang diberi pahala karena amal baiknya di dunia, dan ada pula yang disiksa akibat amal buruknya, maka hal itulah yang sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan Allah. Allah SWT telah memberikan akal, agar dengan akal itu mereka dapat mengetahui betapa luasnya nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka. Tetapi mereka tidak mau mempergunakan akal itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tidak mensyukuri nikmat itu, bahkan mereka mengingkarinya. Juga Allah telah mengutus Rasul-Nya untuk membimbing mereka kepada jalan yang benar. Petunjuk dan bimbingan Rasul itu bukan saja tidak mereka hiraukan, tetapi malah didustakan.
Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.(QS. 38:29)
Shaad 29
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ (29)
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa Dia telah menurunkan Alquran kepada Rasulullah dan pengikut-pengikutnya. Alquran itu adalah kitab yang sempurna mengandung bimbingan yang sangat bermanfaat kepada umat manusia. Bimbingan itu menuntun agar hidup sejahtera di dunia dan berbahagia di akhirat. Dengan merenungkan isinya, manusia akan menemukan cara-cara mengatur kemaslahatan hidup di dunia. Tamsil ibarat dan kisah dari umat terdahulu menjadi pelajaran dalam menempuh tujuan hidup mereka dan menjauhi rintangan dan hambatan yang menghalangi. Alquran itu diturunkan dengan maksud agar direnungkan kandungan isinya, kemudian dipahami dengan pengertian yang benar, lalu diamalkan sebagaimana mestinya. Pengertian yang benar diperoleh dengan jalan mengikuti petunjuk-petunjuk Rasul, dengan dibantu oleh Ilmu Pengetahuan yang dimiliki, baik yang berhubungan dengan bahasa ataupun yang berhubungan dengan perkembangan kemasyarakatan. Begitu pula dalam mendalami petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam kitab itu, hendaknya dilandasi tuntunan Rasul serta berusaha untuk menyemarakkan pengalamannya dengan ilmu pengetahuan hasil pengalaman dan pemikiran mereka.
Untuk memberikan pengertian yang lebih terperinci mengenai pengertian ayat ini baik kiranya dikemukakan pendapat Hasan Basry.
"Banyak hamba Allah dan anak-anak yang tidak mengerti makna Alquran, walaupun telah membacanya di luar kepala. Mereka ini hafal betul hingga tak satupun huruf yang ketinggalan. Mereka mengabaikan ketentuan-ketentuan Alquran itu hingga salah seorang di antara mereka mengatakan. "Demi Allah saya telah membaca Alquran, hingga tak satu hurufpun yang kulewatkan." Sebenarnyalah orang demikian itu telah melewatkan Alquran seluruhnya, karena pengaruh Alquran tak tampak pada diri orang itu, baik pada budi pekertinya maupun pada perbuatannya. Demi Allah apa gunanya ia menghafal setiap hurufnya, selama mereka mengabaikan ketentuan-ketentuan Allah. Mereka itu bukan ahli hikmah dan ahli Pemberi pengajaran. Semoga Allah tidak memperbanyak jumlah orang yang seperti itu".
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ (29)
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa Dia telah menurunkan Alquran kepada Rasulullah dan pengikut-pengikutnya. Alquran itu adalah kitab yang sempurna mengandung bimbingan yang sangat bermanfaat kepada umat manusia. Bimbingan itu menuntun agar hidup sejahtera di dunia dan berbahagia di akhirat. Dengan merenungkan isinya, manusia akan menemukan cara-cara mengatur kemaslahatan hidup di dunia. Tamsil ibarat dan kisah dari umat terdahulu menjadi pelajaran dalam menempuh tujuan hidup mereka dan menjauhi rintangan dan hambatan yang menghalangi. Alquran itu diturunkan dengan maksud agar direnungkan kandungan isinya, kemudian dipahami dengan pengertian yang benar, lalu diamalkan sebagaimana mestinya. Pengertian yang benar diperoleh dengan jalan mengikuti petunjuk-petunjuk Rasul, dengan dibantu oleh Ilmu Pengetahuan yang dimiliki, baik yang berhubungan dengan bahasa ataupun yang berhubungan dengan perkembangan kemasyarakatan. Begitu pula dalam mendalami petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam kitab itu, hendaknya dilandasi tuntunan Rasul serta berusaha untuk menyemarakkan pengalamannya dengan ilmu pengetahuan hasil pengalaman dan pemikiran mereka.
Untuk memberikan pengertian yang lebih terperinci mengenai pengertian ayat ini baik kiranya dikemukakan pendapat Hasan Basry.
"Banyak hamba Allah dan anak-anak yang tidak mengerti makna Alquran, walaupun telah membacanya di luar kepala. Mereka ini hafal betul hingga tak satupun huruf yang ketinggalan. Mereka mengabaikan ketentuan-ketentuan Alquran itu hingga salah seorang di antara mereka mengatakan. "Demi Allah saya telah membaca Alquran, hingga tak satu hurufpun yang kulewatkan." Sebenarnyalah orang demikian itu telah melewatkan Alquran seluruhnya, karena pengaruh Alquran tak tampak pada diri orang itu, baik pada budi pekertinya maupun pada perbuatannya. Demi Allah apa gunanya ia menghafal setiap hurufnya, selama mereka mengabaikan ketentuan-ketentuan Allah. Mereka itu bukan ahli hikmah dan ahli Pemberi pengajaran. Semoga Allah tidak memperbanyak jumlah orang yang seperti itu".
Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).(QS. 38:30)
Shaad 30
وَوَهَبْنَا لِدَاوُدَ سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ (30)
Allah SWT menjelaskan bahwa di samping Daud yang dianugerahi kemuliaan dan kekuasaan, juga dia dianugerahi putra yang saleh, yang mempunyai kemampuan melanjutkan perjuangannya, namanya Sulaiman. Ia mewarisi sifat-sifat ayahnya. Ia terkenal sebagai hamba yang taat beribadah dan dalam segala urusan ia memulangkan puji kepada Allah atas dasar keyakinannya bahwa segala macam kenikmatan dan keindahan itu terwujud hanyalah semata-mata karena limpahan rahmat Allah dan taufik-Nya. Itulah sebabnya maka ia disebut sebagai hamba Allah yang paling baik, dan sebagai pujian yang pantas diberikan kepadanya Allah menyifatinya sebagai hamba-Nya yang amat taat kepada Tuhannya, Dengan demikian Allah mengangkat Nabi Sulaiman menjadi Nabi menggantikan dan meneruskan kenabian dan kerajaan Nabi Daud as serta mewarisi Ilmu pengetahuannya yang tertuang dalam Kitab Zabur.
Allah SWT berfirman:
وورث سليمان داود
Artinya:
Dan Sulaiman telah mewarisi Daud. (Q.S. An Naml: 16)
وَوَهَبْنَا لِدَاوُدَ سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ (30)
Allah SWT menjelaskan bahwa di samping Daud yang dianugerahi kemuliaan dan kekuasaan, juga dia dianugerahi putra yang saleh, yang mempunyai kemampuan melanjutkan perjuangannya, namanya Sulaiman. Ia mewarisi sifat-sifat ayahnya. Ia terkenal sebagai hamba yang taat beribadah dan dalam segala urusan ia memulangkan puji kepada Allah atas dasar keyakinannya bahwa segala macam kenikmatan dan keindahan itu terwujud hanyalah semata-mata karena limpahan rahmat Allah dan taufik-Nya. Itulah sebabnya maka ia disebut sebagai hamba Allah yang paling baik, dan sebagai pujian yang pantas diberikan kepadanya Allah menyifatinya sebagai hamba-Nya yang amat taat kepada Tuhannya, Dengan demikian Allah mengangkat Nabi Sulaiman menjadi Nabi menggantikan dan meneruskan kenabian dan kerajaan Nabi Daud as serta mewarisi Ilmu pengetahuannya yang tertuang dalam Kitab Zabur.
Allah SWT berfirman:
وورث سليمان داود
Artinya:
Dan Sulaiman telah mewarisi Daud. (Q.S. An Naml: 16)
From:
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=2&SuratKe=38#Top
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?SuratKe=38
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?SuratKe=38
ini tafsirannya siapa?
BalasHapus