Minggu, 26 Januari 2014

Shad 41-50


<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH                          DAFTAR SURAH SHAD >>

Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya; `Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dari siksaan`.(QS. 38:41)
Shaad 41 
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ (41) 
Allah SWT memerintahkan kepada Rasulullah saw agar menceritakan kepada kaumnya kisah Ayub yang sangat saber menghadapi cobaan hidup dan taat kepada Allah. Pada saat ia menghadapi cobaan yang sangat berat ia berdoa kepada Allah, mengadukan agar penderitaannya itu dihilangkan. 
Menurut penelitian ahli tafsir, Ayub adalah seorang Nabi yang sangat kaya. Ia sebagai pengusaha tanah dan pemelihara ternak. Di samping itu juga sebagai pemimpin kaumnya di sebuah negeri yang terletak di sebelah tenggara laut mati. Negerinya terletak di antara kota Adum dan padang pasir Arab, sangat subur, diairi oleh mata air yang sangat banyak. Ia hidup di antara zaman Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Semula beliau hidup makmur dan bahagia, amat taat beragama, banyak sanak keluarganya. Ia sangat bangga atas hasil usahanya yang dicapai, juga atas kekayaan, keluarganya dan kesehatannya. Kemudian Allah SWT ingin menguji ketabahannya. Lalu ia menderita sakit kulit yang sangat parah. Begitu beratnya penyakitnya dan begitu lama dideritanya hingga harta bendanya habis, dan keluarganya bertebaran ke negeri-negeri sekitarnya mencari penghidupan. Di tengah-tengah penderitaannya itulah ia merasa sangat payah. Ia merasa ada setan yang mengusik jiwanya beribadah kepada Allah. Lalu ia mengadukan kepada Allah agar diberi petunjuk untuk melepaskan dirinya dari kepayahan dan siksanya. 
Allah SWT berfirman: 

وأيوب إذ نادى ربه أني مسني الضر وأنت أرحم الراحمين 
Artinya: 
Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang. (Q.S. Al Anbiya: 83)

(Allah berfirman): `Hantamkanlah kakimu; Inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.(QS. 38:42)
Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan ) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dam pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran.(QS. 38:43)

Shaad 42 - 43 
ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ (42) وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنَّا وَذِكْرَى لِأُولِي الْأَلْبَابِ (43) 
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa karena ketaatan dan kesabaran Ayub menghadapi cobaan, Allah SWT mengabulkan doanya dengan memerintahkan kepadanya agar menghentakkan kakinya ke bumi. Kemudian dari bumi yang dihentak Ayub itu memancarlah mata air yang sejuk. Lalu Ayub diperintahkan agar mandi dan minum air itu. Lambat laun penyakit Ayub makin berkurang dan akhirnya sembuh kembali seperti sedia kala. 
Sesudah itu ia menghimpun kembali keluarganya yang telah terpencar-pencar, dan mereka dapat menyebarkan keturunan yang berlipat ganda, sebagai rahmat Allah kepadanya dan kepada keturunannya. 
Pada akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa ketaatan dan kesabaran Ayub itu merupakan pelajaran bagi orang-orang yang berakal dan menjadi petunjuk bagi seluruh manusia bahwa rahmat Allah SWT itu dekat sekali pada orang-orang yang senantiasa melakukan perbuatan yang baik dan menjadi suri teladan pula bahwa setiap perjuangan itu meskipun pada mulanya terasa sangat payah, tetapi apabila dilakukan dengan penuh ketabahan, niscaya segala kesulitan pasti dapat diatasi, dan kemenangan pasti diraihnya juga, dan sebagai pengalaman yang berharga yang dapat dipetik dari kisah Ayub ini ialah bahwa orang tidak boleh berputus asa untuk mencari jalan ke luar dalam waktu menghadapi rintangan, hingga ia mendapatkan jalan untuk mengatasi rintangan itu, dengan memohon petunjuk kepada Allah agar diberi limpahan hidayah-Nya.

Dan ambillah dengan tanganmu seikat(rumput), maka pukullah dengan itu(isterimu) dan janganlah kamu melanggar sumpah.Sesungguhnya kami dapati dia(Ayyub) seorang yang sabar.Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat(kepada Tuhannya).(QS. 38:44)

Shaad 44 
وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِهِ وَلَا تَحْنَثْ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ (44) 
Kemudian Allah SWT mengisahkan keringanan yang diberikan kepada Ayub. Allah SWT memerintahkan agar mengambil seberkas rumput untuk dipukulkan kepada istrinya. Pukulan rumput ini cukup sebagai pengganti dari sumpah yang pernah ia ucapkan. Di dalam ayat-ayat Alquran tidak disebutkan apa sebab ia bersumpah dan apa sumpahnya. Hanya hadis sajalah yang menyebutkan bahwa ia bersumpah karena istrinya, yang bernama Rahmah putri Ifraim, pergi untuk sesuatu keperluan yang terlambat datangnya. Ayub bersumpah akan memukulnya 100 kali apabila ia sembuh. Maka dengan pukulan seikat rumput itu telah dianggap memadai ganti sumpahnya, sebagai kemurahan bagi Ayub sendiri dan bagi istrinya yang telah melayani dengan baik pada saat Ayub sakit. 
Dengan adanya kemurahan Allah itu Ayub pun terhindar dari melanggar sumpah. 
Di akhir ayat Allah SWT memuji bahwa Ayub hamba-Nya yang sabar, baik dan taat. Sabar menghadapi cobaan yang diberikan kepadanya, baik cobaan yang menimpa dirinya, hartanya serta keluarganya. Dia dimasukkan dalam golongan hamba-Nya yang baik perangainya karena tidak mudah berputus asa, menumpahkan harapannya kepada Allah. Juga sebagai hamba-Nya yang taat, karena kegigihannya memperjuangkan perintah-perintah agama dan memelihara dirinya dan keluarganya serta kaumnya dari kehancuran. 
Mengenai ketaatan Ayub dapat diikuti sebuah riwayat bahwa apabila ia menemui cobaan mengatakan: 
اللهم أنت أخذت وأنت أعطيت 
Artinya: 
Ya Allah Engkaulah yang mengambil dan Engkau pula yang memberi. 
Dan pada waktu bermunajat ia pun berkata: 
إلهي قد علمت أنه لم يخالف لساني قلبي ولم يتبع قلبي بصري ولم يلهني ما ملكت يميني ولم آكل إلا ومعي يتيم ولم أبت شبعان ولا كاسيا ومعي جائع أو عريان 
Artinya: 
Ya Tuhanku: "Engkau telah mengetahui betul bahwa lisanku tidak akan berbeda dengan hatiku, hatiku tidak mengikuti penglihatan, hamba sahaya yang kumiliki tidak akan mempermainkan aku, saya tidak makan terkecuali bersama-sama anak yatim dan saya tidak berada dalam keadaan kenyang dan berpakaian sedang di sampingku ada orang yang lapar atau telanjang.

Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Yaqub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.(QS. 38:45)

Shaad 45 
وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ (45) 
Allah SWT memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mengisahkan kepada kaumnya perjuangan Nabi Ibrahim, dan putra beliau Ishak yang juga diangkat menjadi Nabi, serta cucunya yang mencapai derajat kenabian juga. 
Mereka itu hamba-hamba Allah yang terkenal ketabahannya dan mencapai kemuliaan karena ketaatannya kepada Allah. Karena perjuangannya yang gigih dalam menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan, mereka ini dilimpahi kekuatan oleh Allah untuk memiliki ilmu pengetahuan agama yang luas dan kekuatan untuk memimpin kaumnya ke jalan yang terang, jauh dari kesesatan, serta diberi kemampuan untuk melaksanakan amal perbuatan yang diridai Allah, yang bermanfaat bagi kepentingan hidup kaumnya di dunia dan kebahagiaan mereka di akhirat.
Di dalam ayat ini terdapat sindiran bagi kaum musyrikin, bahwa apabila mereka tidak mau mengambil pelajaran dari kisah tersebut tentulah mereka akan tetap berada dalam kesesatan dan di akhirat nanti mereka akan mengalami penderitaan yang sangat mengerikan.

Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.(QS. 38:46)

Shaad 46 
إِنَّا أَخْلَصْنَاهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ (46) 
Kemudian Allah SWT menjelaskan sebab para Nabi tersebut mencapai kemuliaan baik dunia ataupun akhirat. Sebabnya ialah bahwa mereka itu memelihara kebersihan jiwa dan menjauhkan diri dari dosa yang tercela. Oleh karena jiwa mereka bersih dari noda-noda kemusyrikan maka mereka ikhlas menaati perintah-perintah Allah. Juga karena mereka selalu menjauhi perbuatan-perbutan tercela, maka mereka gigih dalam memperjuangkan kebenaran dan melenyapkan kebatilan. Dengan demikian tergambarlah dalam jiwa mereka akhlak yang tinggi, dan sifat yang mulia yang menyebabkan mereka patut diteladani. Seluruh kegiatan mereka baik berupa tenaga, harta, maupun pikirannya, semata-mata dipergunakan untuk peribadatan secara murni, dengan tujuan ingin mendapat rida Ilahi dan menjunjung tinggi kalimat Tauhid. Dengan landasan itulah mereka selalu memperingatkan kaumnya pada kehidupan akhirat yang kekal. Kenikmatan di dunia yang hanya sementara itu hendaknya dijadikan sarana untuk berbakti pada Allah SWT, sehingga dengan demikian mereka di akhirat memperoleh kenikmatan yang tiada putus-putusnya, yang disediakan bagi hamba-hamba-Nya yang mendapatkan keridaan-Nya. Sedang hamba-hamba-Nya yang ingkar dan selalu bergelimang dalam kesesatan hidup mereka ini akan merasakan azab yang sangat pedih.

Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang baik.(QS. 38:47)

Shaad 47 
وَإِنَّهُمْ عِنْدَنَا لَمِنَ الْمُصْطَفَيْنَ الْأَخْيَارِ (47) 
Dalam pada itu Allah SWT menegaskan bahwa para hamha pilihannya Ibrahim, Ishak dan Yakub, benar-benar mempunyai jiwa yang bersih. Tak tergores sedikitpun dalam jiwa mereka tanda-tanda yang tercela, seperti sifat hasad, dengki dan takabur, melainkan terpancarlah dari dalamnya sifat-sifat yang terpuji yang menjadi teladan dan contoh yang baik bagi kaumnya. 
Pelajaran yang dapat diambil dan ayat ini ialah, kebersihan jiwa dan kesehatan akal merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi orang yang menginginkan kemuliaan baik dunia maupun akhirat. Orang yang jiwanya bersih dan akalnya sehat tentu melihat tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada dirinya dan ada di langit dan bumi serta isinya. Sedang orang yang jiwanya kotor dan pikirannya terbelenggu oleh kebendaan, tentu tidak akan melihat tanda-tanda kebesaran Allah dan tidak akan melihat kebenaran wahyu yang dibawa oleh Rasul.

Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik(QS. 38:48)

Shaad 48 
وَاذْكُرْ إِسْمَاعِيلَ وَالْيَسَعَ وَذَا الْكِفْلِ وَكُلٌّ مِنَ الْأَخْيَارِ (48) 
Kemudian Allah memerintahkan lagi kepada Rasulullah agar mengisahkan Nabi-nabi yang lain, yaitu Ismail, Ilyas; dan Zulkifli kepada kaumnya. Mereka ini adalah Nabi-nabi yang gigih memperjuangkan tegaknya agama Allah di tengah-tengah kaumnya. 
Pada penghujung ayat, Allah SWT menegaskan bahwa mereka ini adalah hamba-hamba Allah yang paling baik, berakhlak tinggi berbudi luhur, membimbing kaumnya agar taat kepada Allah dan menjauhi kemusyrikan.

Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik,(QS. 38:49)

Shaad 49 
هَذَا ذِكْرٌ وَإِنَّ لِلْمُتَّقِينَ لَحُسْنَ مَآبٍ (49) 
Allah SWT menjelaskan bahwa ayat-ayat yang menceritakan kemuliaan para Nabi dan kebahagiaan mereka di akhirat adalah kehormatan bagi mereka untuk selalu diingat oleh manusia. 
Di samping mereka di dunia memperoleh kemuliaan di akhiratpun mereka akan disediakan tempat kembali yang baik. Dalam ayat ini para Nabi disifati dengan orang-orang yang takwa, agar orang-orang yang memperhatikan seruan Rasulullah pada saat mendengar firman Allah ini menjadi sadar, bahwa apabila mereka mau mencontoh dan meneladani perjuangan para Rasul itu, tentu akan memperoleh kehormatan di dunia dan kebaikan di akhirat. Dan untuk seterusnya orang-orang yang mau melaksanakan perintah Allah serta menjauhi larangan Nya, tentu memperoleh nasib yang sama pula.

(yaitu) surga Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka,(QS. 38:50)

Shaad 50 - 52 
جَنَّاتِ عَدْنٍ مُفَتَّحَةً لَهُمُ الْأَبْوَابُ (50) مُتَّكِئِينَ فِيهَا يَدْعُونَ فِيهَا بِفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ وَشَرَابٍ (51) وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ أَتْرَابٌ (52) 
Dalam ayat-ayat ini Allah SWT menjelaskan betapa nikmatnya tempat kembali yang disediakan kepada para Rasul dan orang-orang yang bertakwa itu. Pintu selalu terbuka, dan keadaannya selalu menyenangkan, sebagai tanda bahwa segalanya telah dipersiapkan untuk menghormati hamba-hamba pilihan Allah yang akan menghuninya. Kamar-kamarnya yang luas mempesona, pelayan-pelayannya yang indah dipandang mata, dan suasana ligkungannya yang mencengangkan. Semuanya dalam tata ciptaan yang mempesonakan, yang belum pernah terlihat pandangan mata, belum pernah terngiang di daun telinga dan belum pernah terlintas dalam hati. 
Di dalam surga itu selera mereka terpenuhi, dipan-dipan tempat mereka membaringkan diri, tersedia serba memuaskan, buah-buahan yang beraneka ragam, jenis rasa dan aromanya, serta minuman dengan segala macamnya, siap disuguhkan. 
Sebenarnya kenikmatan yang terdapat dalam surga itu adalah puncak dari seluruh kenikmatan. Adapun kenikmatan yang ada di surga itu diungkapkan dengan buah-buahan dan minuman adalah sebagai penonjolan yang sesuai dengan keadaan masyarakat Quraisy pada waktu itu. 
Apabila disebutkan buah-buahan yang beraneka ragam dan minuman yang bermacam rupa, sudah barang tentu selera mereka terangsang, dan timbullah keinginan mereka untuk menikmati. Di samping itu mereka didampingi oleh bidadari-bidadari yang sangat sopan. Masing-masing penghuni surga dilayani oleh bidadari-bidadari yang khusus untuknya, dan tidak memberikan pelayanannya kepada penghuni surga yang lain. Semua bidadari sama-sama cantiknya dan sama-sama remaja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar