31 Dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu yaitu Al Kitab (Al quran) itulah yang benar, membenarkan kitab-kitab
sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat
(keadaan) hamba-hamba-Nya.(QS. 35:31)
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Faathir 31
وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ هُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ إِنَّ اللَّهَ بِعِبَادِهِ لَخَبِيرٌ بَصِيرٌ (31)
Sesungguhnya Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw adalah Kitabullah yang benar-benar diturunkan dari Allah. Oleh karena itulah Allah mewajibkan kepada pribadi Nabi sendiri dan kepada segenap umatnya untuk mengamalkan ajarannya dan mengikuti pedoman-pedoman hidup yang terdapat di dalamnya. Bila seorang muslim telah mematuhi secara sempurna ajaran Alquran itu, maka tidaklah perlu lagi ia mengamalkan kitab-kitab suci sebelumnya, sekalipun diwajibkan untuk mengimaninya. Sebab apa yang pernah diterangkan dalam kitab-kitab sebelumnya, telah dibenarkan oleh Alquran. Dengan kata lain, beriman dengan kitab-kitab suci yang pernah diturunkan kepada para Rasul sebelum Nabi Muhammad saw, tidaklah berarti mengamalkan ajarannya, tetapi cukup mengimani kebenarannya, sebab intisari dari apa yang tercantum dalam kitab-kitab itu telah tertera pula dalam Alquran. Allah Maha Mengetahui perihal hamba Nya. Allah Maha Teliti akan aturan-aturan hidup yang perlu bagi mereka. Atas dasar itulah Dia menetapkan aturan dan hukum-hukum yang sesuai dengan kehidupan mereka, di mana dan kapan mereka berada. Guna kesejahteraan manusia seutuhnya Allah mengutus para Rasul Nya dengan tugas menyampaikan syariatnya, di mana Nabi Muhammad saw adalah Rasul terakhir yang dibangkitkan untuk sekalian manusia sampai Hari Kiamat. Risalah dan syariat yang dibawanya kekal dan abadi sampai tibanya Hari Kiamat.
وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ هُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ إِنَّ اللَّهَ بِعِبَادِهِ لَخَبِيرٌ بَصِيرٌ (31)
Sesungguhnya Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw adalah Kitabullah yang benar-benar diturunkan dari Allah. Oleh karena itulah Allah mewajibkan kepada pribadi Nabi sendiri dan kepada segenap umatnya untuk mengamalkan ajarannya dan mengikuti pedoman-pedoman hidup yang terdapat di dalamnya. Bila seorang muslim telah mematuhi secara sempurna ajaran Alquran itu, maka tidaklah perlu lagi ia mengamalkan kitab-kitab suci sebelumnya, sekalipun diwajibkan untuk mengimaninya. Sebab apa yang pernah diterangkan dalam kitab-kitab sebelumnya, telah dibenarkan oleh Alquran. Dengan kata lain, beriman dengan kitab-kitab suci yang pernah diturunkan kepada para Rasul sebelum Nabi Muhammad saw, tidaklah berarti mengamalkan ajarannya, tetapi cukup mengimani kebenarannya, sebab intisari dari apa yang tercantum dalam kitab-kitab itu telah tertera pula dalam Alquran. Allah Maha Mengetahui perihal hamba Nya. Allah Maha Teliti akan aturan-aturan hidup yang perlu bagi mereka. Atas dasar itulah Dia menetapkan aturan dan hukum-hukum yang sesuai dengan kehidupan mereka, di mana dan kapan mereka berada. Guna kesejahteraan manusia seutuhnya Allah mengutus para Rasul Nya dengan tugas menyampaikan syariatnya, di mana Nabi Muhammad saw adalah Rasul terakhir yang dibangkitkan untuk sekalian manusia sampai Hari Kiamat. Risalah dan syariat yang dibawanya kekal dan abadi sampai tibanya Hari Kiamat.
Firman Allah SWT:
الله أعلم حيث يجعل رسالته
Artinya:
Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan (Q.S. Al An'am: 124)
Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan (Q.S. Al An'am: 124)
Imam Ibnu Kasir mengomentari maksud
pengetahuan Allah yang Maha Luas mengenai perihal hamba Nya itu, ialah Dia
meninggikan derajat para Nabi dan Rasul melebihi manusia keseluruhannya. Bahkan
antara mereka (para Nabi) itu sendiri berbeda-beda tingkat ketinggiannya, di
mana kedudukan Nabi Muhammad saw melebihi sekalian para Nabi dan Rasul itu.
32 Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.(QS. 35:32)
32 Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.(QS. 35:32)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Faathir 32
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ (32)
Allah mewahyukan Alquran itu kepada Nabi Muhammad saw, kemudian ilmu dan pengetahuan Alquran itu diwariskan Nya kepada hamba-hamba Nya yang pilihan. Mereka itu adalah umat Nabi Muhammad, seperti yang dinukilkan dari Ibnu `Abbas. Sebab Allah telah memuliakan umat ini melebihi kemuliaan yang diperoleh umat sebelumnya. Kemuliaan itu tergantung kepada faktor sejauh manakah ajaran Rasulullah itu mereka amalkan, dan sampai di mana mereka sanggup mengikuti petunjuk Allah (Tafsir Al Khazib Juz: V, hal: 248). Lebih jauh dijelaskan tingkatan-tingkatan orang mukmin yang mengamalkan Alquran itu, sebagai berikut:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ (32)
Allah mewahyukan Alquran itu kepada Nabi Muhammad saw, kemudian ilmu dan pengetahuan Alquran itu diwariskan Nya kepada hamba-hamba Nya yang pilihan. Mereka itu adalah umat Nabi Muhammad, seperti yang dinukilkan dari Ibnu `Abbas. Sebab Allah telah memuliakan umat ini melebihi kemuliaan yang diperoleh umat sebelumnya. Kemuliaan itu tergantung kepada faktor sejauh manakah ajaran Rasulullah itu mereka amalkan, dan sampai di mana mereka sanggup mengikuti petunjuk Allah (Tafsir Al Khazib Juz: V, hal: 248). Lebih jauh dijelaskan tingkatan-tingkatan orang mukmin yang mengamalkan Alquran itu, sebagai berikut:
1. Orang yang zalim kepada dirinya. Maksudnya orang yang mengerjakan sebahagian perbuatan yang wajib (menurut hukum agama) dan juga tidak meninggalkan sebagian perbuatan terlarang (haram).
2. Muqtasid, yakni orang-orang yang
melaksanakan segala kewajiban-kewajiban agamanya, dan meninggalkan
larangan-larangannya, tetapi kadang-kadang ia tidak mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang dipandang sunah atau masih mengerjakan sebagian
pekerjaan-pekerjaan yang dipandang makruh.
3. Sabiqun bil khairat, yaitu orang yang selalu mengerjakan amalan yang wajib dan sunah, meninggalkan segala perbuatan yang haram dan makruh serta sebahagian hal-hal yang mubah (dibolehkan).
Menurut Mustafa Al Maragi pembagian di atas dapat pula diungkapkan dengan kata-kata lain, yaitu:
1. Orang yang masih sedikit mengamalkan ajaran Kitabullah dan terlalu senang memperturutkan kemauan nafsunya, atau orang yang masih banyak amal kejahatannya dibanding dengan amal kebaikannya.
2. Orang yang seimbang antara amalan kebaikan dan kejahatannya.
3. Orang yang terus menerus mencari ganjaran Allah dengan melakukan amal-amal kebaikan.
Para ulama ahli tafsir telah meriwayatkan beberapa hadis sehubungan dengan maksud di atas, antara lain ialah:
1. Hadis Rasulullah riwayat Al Bagawy dari Abu Darda', di mana setelah beliau membaca ayat 32 surat Fatir di atas bersabda:
فأما الذين سبقوا بالخيرات فأولئك الذين يدخلون الجنة بغير حساب. أما الذين اقتصدوا فأولئك الذين يحاسبون حسابا يسيرا, وأما الذين ظلموا أنفسهم فأولئك الذين يحسبون في ذلك المكان حتى يصيبهم الحزن فيدخلون الجنة. ثم تلا: الحمد لله الذي أذهب عنا الحزن إن ربنا لغفور شكور (رواه أحمد)
3. Sabiqun bil khairat, yaitu orang yang selalu mengerjakan amalan yang wajib dan sunah, meninggalkan segala perbuatan yang haram dan makruh serta sebahagian hal-hal yang mubah (dibolehkan).
Menurut Mustafa Al Maragi pembagian di atas dapat pula diungkapkan dengan kata-kata lain, yaitu:
1. Orang yang masih sedikit mengamalkan ajaran Kitabullah dan terlalu senang memperturutkan kemauan nafsunya, atau orang yang masih banyak amal kejahatannya dibanding dengan amal kebaikannya.
2. Orang yang seimbang antara amalan kebaikan dan kejahatannya.
3. Orang yang terus menerus mencari ganjaran Allah dengan melakukan amal-amal kebaikan.
Para ulama ahli tafsir telah meriwayatkan beberapa hadis sehubungan dengan maksud di atas, antara lain ialah:
1. Hadis Rasulullah riwayat Al Bagawy dari Abu Darda', di mana setelah beliau membaca ayat 32 surat Fatir di atas bersabda:
فأما الذين سبقوا بالخيرات فأولئك الذين يدخلون الجنة بغير حساب. أما الذين اقتصدوا فأولئك الذين يحاسبون حسابا يسيرا, وأما الذين ظلموا أنفسهم فأولئك الذين يحسبون في ذلك المكان حتى يصيبهم الحزن فيدخلون الجنة. ثم تلا: الحمد لله الذي أذهب عنا الحزن إن ربنا لغفور شكور (رواه أحمد)
Artinya:
Adapun orang yang berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan mereka akan masuk surga tanpa hisab (perhitungan), sedang orang-orang pertengahan (muqtasid) mereka akan dihisab dengan hisab yang ringan, dan orang-orang yang menganiaya dirinya sendiri mereka akan ditahan dulu di tempat (berhisab nya), sehingga ia mengalami penderitaan kemudian dimasukkan ke dalam surga. Kemudian beliau membaca "Alhamdulilldhil lazi azhaba annal hazana inna rabbana lagafurun syakur". (Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami, sesungguhnya Tuhan kamu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
(H.R. Ahmad)
Warisan mengamalkan kitab suci dan kemuliaan yang diberikan kepada umat Nabi Muhammad itu merupakan suatu karunia yang amat besar dari Allah, yang tidak seorang pun dapat menghalangi ketetapannya itu.
33 (Bagi mereka) syurga Adn, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.(QS. 35:33)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Faathir 33 - 34
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ (33) وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ (34)
Kemudian Allah menerangkan pahala yang akan diterima orang mukmin di atas yakni surga `Adn, tempat tinggal abadi buat selama-lamanya, yang akan mereka diami kelak di Hari Akhirat ketika mereka telah menghadap Tuhan Rabbul Alamin. Mereka dianugerahi perhiasan yang terbuat dari emas, dan pakaian yang dibikin dari sutera. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ (33) وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ (34)
Kemudian Allah menerangkan pahala yang akan diterima orang mukmin di atas yakni surga `Adn, tempat tinggal abadi buat selama-lamanya, yang akan mereka diami kelak di Hari Akhirat ketika mereka telah menghadap Tuhan Rabbul Alamin. Mereka dianugerahi perhiasan yang terbuat dari emas, dan pakaian yang dibikin dari sutera. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:
تبلغ الحلية من المؤمنين حيث يبلغ الوضوء.
Artinya:
Sebagian dan orang mukmin itu akan memperoleh perhiasan (di surga) diletakkan pada anggota badan yang kena (air) wudu. 101) Juga diriwayatkan bahwa Abu Umamah mendengarkan penjelasan dari (H.R. Bukhari)
Rasulullah tentang pakaian orang dalam surga ujarnya:
مسورون بالذهب والفضة مكللة بالدر وعليهم أكاليل من در ويأقوت متواصلة وعليهم تاج كتاج الملوك شباب حرد مرد مكحول
Artinya:
Mereka diberi kalung emas dan perak yang bertaburkan mutiara dan kalung bunga yang terbuat dari mutiara dan permata yakut berantai (kepalanya) dihiasi mahkota seperti mahkota raja. Mereka (kelihatan) muda, tidak berjenggot dan berkumis, dan mata mereka bercelak.
Atas anugerah Allah yang berlipat ganda itu, mereka memuji kebesaran Tuhan dan bersyukur atas selamatnya mereka dari kesedihan dan kepedihan. Ibnu Abbas mengartikan kesedihan (hazan) itu dengan api neraka, karena kepedihan akibat dosa atau kepedihan akibat hebatnya siksaan di padang mahsyar. Lepasnya mereka dari segala siksaan dan ketakutan adalah semata-mata karena ampunan Allah bagi orang yang berbuat kesalahan (dosa) dan balasan syukur bagi orang yang selalu menaatinya. Dan diriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Umar berbunyi:
ليس على أهل لا إله إلا الله وحشة في قبورهم ولا في نشورهم وكأني بأهل لا إله إلا الله ينقضون التراب عن رءوسهم ويقولون: الحمد لله الذي أذهب عنا الحزن إن ربنا لغفور شكور.
Artinya:
Orang (yang selalu mengucapkan): "La ilaha illallahu", tidak akan merasa kesepian di dalam kuburnya, demikian juga pada hari berbangkit. Seolah-olah aku (Muhammad) berada dengan mereka di mana mereka membersihkan kepalanya dari tanah/debu, dan mereka berkata: "Segala Puji bagi Allah yang telah melenyapkan kedukaan dari kami!. Sesungguhnya Tuhan kami Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri".
Ringkasnya mereka terlepas dari
segala ketakutan dan siksaan yang telah diancamkan pada orang-orang yang
berdosa akibat bisikan dan rayuan setan ketika hidup di dunia ini.
34 Dan mereka berkata:` Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.(QS. 35:34) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
34 Dan mereka berkata:` Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.(QS. 35:34) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Maaf, Belum tersedia
...atau lihat pada ayat sebelumnya...
35 Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (syurga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu `.(QS. 35:35)
35 Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (syurga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu `.(QS. 35:35)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Faathir 35
الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ (35)
Orang yang telah memperoleh nikmat dari Allah itu menyadari bahwa semua pemberian tersebut adalah semata-mata karena kasih sayang Allah juga. Tidaklah seimbang =besarnya pemberian Allah itu dengan amal perbuatan baik yang mereka kerjakan. Oleh karena itu masuknya orang-orang mukmin ke dalam surga, sama sekali bukanlah karena amal kebaikan yang mereka kerjakan, tetapi adalah karena rahmat dan karunia Allah bagi orang yang mematuhi perintah Nya.
الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ (35)
Orang yang telah memperoleh nikmat dari Allah itu menyadari bahwa semua pemberian tersebut adalah semata-mata karena kasih sayang Allah juga. Tidaklah seimbang =besarnya pemberian Allah itu dengan amal perbuatan baik yang mereka kerjakan. Oleh karena itu masuknya orang-orang mukmin ke dalam surga, sama sekali bukanlah karena amal kebaikan yang mereka kerjakan, tetapi adalah karena rahmat dan karunia Allah bagi orang yang mematuhi perintah Nya.
Rasulullah Saw bersabda:
لن يدخل أحدا منكم عمله الجنة. قالوا: ولا أنت يا رسول الله? قال: ولا أنا إلا أن يتغمده الله تعالى برحمته منه وفضل. (رواه البخاري)
Artinya:
Tiadalah salah seorang di antara kamu masuk surga karena amal perbuatannya. Mereka (para sahabat) bertanya, apakah engkau juga tidak begitu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: "Aku juga tidak, melainkan karena Allah memberi rahmat dan karunia kepadaku. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Di surga itu mereka tidak memenuhi
kesulitan atau rintangan lagi sebagaimana yang mereka rasakan dalam kehidupan
di dunia ini. Mereka juga tidak merasa lelah dan letih. Semuanya terasa nikmat
dan menggembirakan.
Ringkasnya surga itulah tempat
nikmat yang kekal dan abadi, di mana penghuninya dapat menikmati kesenangan itu
sebagai ganjaran kepatuhan dan ketaatan mereka di dunia ini. Allah berfirman:
كلوا واشربوا هنيئا بما أسلفتم في الأيام الخالية
كلوا واشربوا هنيئا بما أسلفتم في الأيام الخالية
Artinya:
(Kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu". (Q.S. Al Haqqah: 24)
(Kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu". (Q.S. Al Haqqah: 24)
36 Dan orang-orang kafir, bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.(QS. 35:36)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Faathir 36
وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ (36)
Orang-orang kafir yang senantiasa menyembunyikan kebenaran agama yang telah diperoleh buktinya oleh akal mereka, baik dari keterangan ayat-ayat Alquran maupun melalui hasil pemikiran yang mendalam, bagi mereka itu disediakan Allah neraka Jahanam. Keadaan mereka di sana antara hidup dan mati. Mungkin kematian lebih baik kiranya dari pada menanggung kesengsaraan serupa itu, tapi Allah sengaja menetapkan siksaan demikian sebagai balasan kejahatan yang mereka lakukan. Dalam surat Al A'la ayat 13 ditegaskan bahwa keadaan mereka tidak mati dan tidak hidup, sebagai tafsiran dari lafal "tidak ditetapkan kematian atas mereka". Di samping itu dijelaskan bahwa azab neraka Jahanam tidak pula dikurangi kehebatannya, sekalipun manusia-manusia malang yang sedang mengalami siksaan di sana menjerit-jerit minta tolong. Ada keterangan dari ayat lain yang menggambarkan bahwa kematian adalah sangat mereka harapkan dari pada keadaan mereka antara hidup dan mati", harapan kematian itu disimpulkan dari makna yang terkandung dalam ayat:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ (36)
Orang-orang kafir yang senantiasa menyembunyikan kebenaran agama yang telah diperoleh buktinya oleh akal mereka, baik dari keterangan ayat-ayat Alquran maupun melalui hasil pemikiran yang mendalam, bagi mereka itu disediakan Allah neraka Jahanam. Keadaan mereka di sana antara hidup dan mati. Mungkin kematian lebih baik kiranya dari pada menanggung kesengsaraan serupa itu, tapi Allah sengaja menetapkan siksaan demikian sebagai balasan kejahatan yang mereka lakukan. Dalam surat Al A'la ayat 13 ditegaskan bahwa keadaan mereka tidak mati dan tidak hidup, sebagai tafsiran dari lafal "tidak ditetapkan kematian atas mereka". Di samping itu dijelaskan bahwa azab neraka Jahanam tidak pula dikurangi kehebatannya, sekalipun manusia-manusia malang yang sedang mengalami siksaan di sana menjerit-jerit minta tolong. Ada keterangan dari ayat lain yang menggambarkan bahwa kematian adalah sangat mereka harapkan dari pada keadaan mereka antara hidup dan mati", harapan kematian itu disimpulkan dari makna yang terkandung dalam ayat:
ونادوا يا مالك ليقض علينا ربك قال إنكم ماكثون
Artinya:
Mereka berseru: "Hai Malik (Malaikat penjaga neraka), biarlah Tuhanmu membunuh kami saja "Dia menjawab: "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini). (Q.S. Az Zukhruf: 77)
Tentang siksaan yang tidak
diringankan itu malah makin ditambah lagi, juga diperoleh penjelasan dalam ayat
lain, misalnya:
حتى إذا فتحنا عليهم بابا ذا عذاب شديد إذا هم فيه مبلسون
Artinya:
Hingga apabila kami bukakan untuk mereka suatu pintu yang ada azab (di waktu itulah) tiba-tiba mereka menjadi putus asa. (Q.S. Al Mu'min: 77)
حتى إذا فتحنا عليهم بابا ذا عذاب شديد إذا هم فيه مبلسون
Artinya:
Hingga apabila kami bukakan untuk mereka suatu pintu yang ada azab (di waktu itulah) tiba-tiba mereka menjadi putus asa. (Q.S. Al Mu'min: 77)
Dan firman Nya:
فذوقوا فلن نزيدكم إلا عذابا
Artinya:
Karena itu rasakanlah. Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepadamu selain daripada azab. (Q.S. An Naba' : 30)
ونحشرهم يوم القيامة على وجوههم عميا وبكما وصما مأواهم جهنم كلما خبت زدناهم سعيرا
Artinya:
Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada Hari Kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahanam. Tiap-tiap kali nyala api Jahanam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya. (Q.S. Al Isra': 97)
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis tentang keadaan orang-orang kafir yang berbunyi sebagai berikut:
أما أهل النار والذين هم أهلها فلا يموتون ولا يحيون.
Artinya:
Adapun penghuni neraka di mana mereka sebagai penduduknya tidaklah mereka mati dan juga tidak hidup.
Siksaan demikian itu balasan yang pantas bagi setiap orang yang mengingkari nikmat Allah, tidak mengakui ke Maha Esaan Nya dan tidak percaya kepada Rasul yang diutus Nya.
37 Dan mereka berteriak di dalam neraka itu:` Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan `. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.(QS. 35:37)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Faathir 37
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ (37)
Lebih lanjut diterangkan, bahwa yang bernasib malang itu memohon kepada Tuhan agar dilepaskan dari azab itu dan dikembalikan ke dunia lagi. Mereka berjanji akan menaati Allah yang selama itu mereka lalaikan. Akan tetapi andaikata permohonan demikian itu dikabulkan (dan ini tidak mungkin sama sekali) tentulah mereka akan mengulangi kembali pekerjaan lama yang terlarang. Pekerjaan yang mereka sesali dan pernah mereka kerjakan di dunia dulu adalah perbuatan syirik dan segala perbuatan jahat lainnya. Allah menjawab dan menghardik mereka dengan ucapan yang menghina, bahwa di dunia dulu kepada mereka telah diberikan kesempatan hidup dengan umur yang cukup panjang untuk memperbaiki kesalahan dan menerima kebenaran yang disampaikan Rasul selaku orang yang memberi peringatan. Dengan kata lain permohonan demikian tidak diterima Allah sama sekali. Ayat lain menyatakan:
ربنا اخرجنا منها فإن عدنا فإنا ظالمون قال اخسؤا فيها ولا تكلمون
Artinya:
Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari padanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim". Allah berfirman: "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku. (Q.S. Al Mu'minun: 107-108)
Allah SWT berfirman:
ومن يضلل الله فما له من ولي من بعده وترى الظالمين لما راور العذاب يقولون هل إلى مرد من سبيل
Artinya:
Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada baginya seorang pemimpinpun sesudah itu. Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata: "Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia) ?. (Q.S. As Syura: 44)
Tentang kadar umur yang dimaksudkan dalam ayat ini, Ibnu Abbas menerangkan ada yang mengatakan 40 tahun, dan ada yang mengatakan 60 tahun. lbnu Kasir dalam tafsirnya memilih riwayat yang paling sahih dari Ibnu `Abbas yakni 60 tahun. Demikian pula hadis riwayat Imam Ahmad dari Abi Hurairah.
Di antara sekian banyak lafal hadis itu, ada yang berarti sebagai berikut: Adapun orang yang memberi peringatan yang disebutkan dalam ayat ini adalah Nabi Muhammad saw sendiri yang mengajarkan Kitabullah kepada umatnya, mengancam mereka dengan siksaan yang pedih bagi siapa yang tidak patuh kepada perintah Nya dan tidak mau menaati Nya. Ringkasnya permohonan mereka itu tidak dikabulkan Allah (untuk kembali ke dunia) ialah karena dua hal. Pertama karena mereka (rata-rata) telah diberi kesempatan untuk hidup begitu lama antara 60-70 tahun, dan kedua, Rasul sudah diutus kepada mereka untuk menyampaikan ajaran-ajaran dan peringatan-peringatan dari Tuhan.
Perhatikanlah firman Allah SWT:
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ (37)
Lebih lanjut diterangkan, bahwa yang bernasib malang itu memohon kepada Tuhan agar dilepaskan dari azab itu dan dikembalikan ke dunia lagi. Mereka berjanji akan menaati Allah yang selama itu mereka lalaikan. Akan tetapi andaikata permohonan demikian itu dikabulkan (dan ini tidak mungkin sama sekali) tentulah mereka akan mengulangi kembali pekerjaan lama yang terlarang. Pekerjaan yang mereka sesali dan pernah mereka kerjakan di dunia dulu adalah perbuatan syirik dan segala perbuatan jahat lainnya. Allah menjawab dan menghardik mereka dengan ucapan yang menghina, bahwa di dunia dulu kepada mereka telah diberikan kesempatan hidup dengan umur yang cukup panjang untuk memperbaiki kesalahan dan menerima kebenaran yang disampaikan Rasul selaku orang yang memberi peringatan. Dengan kata lain permohonan demikian tidak diterima Allah sama sekali. Ayat lain menyatakan:
ربنا اخرجنا منها فإن عدنا فإنا ظالمون قال اخسؤا فيها ولا تكلمون
Artinya:
Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari padanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim". Allah berfirman: "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku. (Q.S. Al Mu'minun: 107-108)
Allah SWT berfirman:
ومن يضلل الله فما له من ولي من بعده وترى الظالمين لما راور العذاب يقولون هل إلى مرد من سبيل
Artinya:
Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada baginya seorang pemimpinpun sesudah itu. Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata: "Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia) ?. (Q.S. As Syura: 44)
Tentang kadar umur yang dimaksudkan dalam ayat ini, Ibnu Abbas menerangkan ada yang mengatakan 40 tahun, dan ada yang mengatakan 60 tahun. lbnu Kasir dalam tafsirnya memilih riwayat yang paling sahih dari Ibnu `Abbas yakni 60 tahun. Demikian pula hadis riwayat Imam Ahmad dari Abi Hurairah.
Di antara sekian banyak lafal hadis itu, ada yang berarti sebagai berikut: Adapun orang yang memberi peringatan yang disebutkan dalam ayat ini adalah Nabi Muhammad saw sendiri yang mengajarkan Kitabullah kepada umatnya, mengancam mereka dengan siksaan yang pedih bagi siapa yang tidak patuh kepada perintah Nya dan tidak mau menaati Nya. Ringkasnya permohonan mereka itu tidak dikabulkan Allah (untuk kembali ke dunia) ialah karena dua hal. Pertama karena mereka (rata-rata) telah diberi kesempatan untuk hidup begitu lama antara 60-70 tahun, dan kedua, Rasul sudah diutus kepada mereka untuk menyampaikan ajaran-ajaran dan peringatan-peringatan dari Tuhan.
Perhatikanlah firman Allah SWT:
تكاد تميز من الغيظ كلما ألقي فيها فوج سألهم خزنتها ألم يأتكم نذير
Artinya:
Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah karena marah setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?. (Q.S. Al Mulk: 8)
Pengarang Tafsir Al Wadih mengatakan, di samping nazir (pemberi peringatan) dalam ayat ini berarti Rasulullah yang membawa Alquran, boleh pula diartikan sebagai umur tua dan kematian. Dan memang umur dan kematian tersebut adalah peringatan serius bagi manusia bahwa sebentar lagi dia akan meninggalkan dunia yang fana ini, dan diwajibkan mempertanggungjawabkan amal perbuatannya. Jelaslah bahwa orang-orang kafir di atas kekal di dalam neraka dan tidak dikeluarkan selama-lamanya. Azab nerakalah yang mereka rasakan selalu sepanjang masa sebagai imbalan yang setimpal bagi orang yang zalim yang tidak man tunduk kepada ajaran Rasul sebagai utusan Tuhan dalam kehidupan duniawinya. Dan ayat ini menegaskan jangan diharap mereka akan memperoleh penolong yang akan menyelamatkan mereka dari azab neraka, dari rantai dan belenggu yang terbuat dari api neraka.
38 Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.(QS. 35:38)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Faathir 38
إِنَّ اللَّهَ عَالِمُ غَيْبِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (38)
Ayat ini memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar orang-orang musyrik itu diberi peringatan keras bahwa Allah Maha Mengetahui segala apa yang mereka sembunyikan, Maha Mengetahui perasaan yang terkandung dalam hatinya Maha Mengetahui rencana apa yang akan mereka kerjakan. Allah pulalah yang mengetahui segala yang tak terlihat oleh pancaindera manusia baik yang ada di langit maupun di bumi. Oleh karena itu hendaklah orang-orang musyrik itu merasa takut kepada Tuhan, sebab segala gerak gerik mereka di bawah pengawasan Nya. Segala apa yang mereka rencanakan untuk menipu Rasul melenyapkan kebenaran agama Nya di bumi ini, atau usaha-usaha dan ikhtiar mereka untuk membantu sekutu-sekutu mereka dalam menuhankan berhala, pasti diketahui Allah. Ringkasnya Dialah Yang Maha Mengetahui segala perasaan yang terkandung dalam hati sanubari manusia, dan amal perbuatan apa saja yang mereka kerjakan. Lafal "Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang ada dalam dada manusia", mengisyaratkan kepada pengertian sekalipun orang-orang kafir diberi kesempatan untuk hidup lebih lama lagi, namun mereka tidak akan meninggalkan kekafirannya. Karena itu sia-sia Allah memanjangkan umurnya melebihi dari apa yang telah ditakdirkan Nya.
إِنَّ اللَّهَ عَالِمُ غَيْبِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (38)
Ayat ini memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar orang-orang musyrik itu diberi peringatan keras bahwa Allah Maha Mengetahui segala apa yang mereka sembunyikan, Maha Mengetahui perasaan yang terkandung dalam hatinya Maha Mengetahui rencana apa yang akan mereka kerjakan. Allah pulalah yang mengetahui segala yang tak terlihat oleh pancaindera manusia baik yang ada di langit maupun di bumi. Oleh karena itu hendaklah orang-orang musyrik itu merasa takut kepada Tuhan, sebab segala gerak gerik mereka di bawah pengawasan Nya. Segala apa yang mereka rencanakan untuk menipu Rasul melenyapkan kebenaran agama Nya di bumi ini, atau usaha-usaha dan ikhtiar mereka untuk membantu sekutu-sekutu mereka dalam menuhankan berhala, pasti diketahui Allah. Ringkasnya Dialah Yang Maha Mengetahui segala perasaan yang terkandung dalam hati sanubari manusia, dan amal perbuatan apa saja yang mereka kerjakan. Lafal "Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang ada dalam dada manusia", mengisyaratkan kepada pengertian sekalipun orang-orang kafir diberi kesempatan untuk hidup lebih lama lagi, namun mereka tidak akan meninggalkan kekafirannya. Karena itu sia-sia Allah memanjangkan umurnya melebihi dari apa yang telah ditakdirkan Nya.
39 Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.(QS. 35:39)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Faathir 39
هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ فَمَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ وَلَا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِلَّا مَقْتًا وَلَا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ إِلَّا خَسَارًا (39)
Alasan dari kepercayaan bahwa Allah Maha mengetahui ialah ayat 39 ini, yang menegaskan bahwa manusia dijadikan sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah yang dapat diartikan sebagai penguasa. Manusia diberi kemampuan untuk memanfaatkan alam ini dengan sebaik-baiknya guna kesejahteraan hidup mereka jua. Semuanya dengan tujuan agar mereka insaf siapakan mereka itu yang sebenarnya. Rasa keinsafan demikian insya Allah akan mendorong untuk mensyukuri segala nikmat-Nya yang tidak terhingga itu, mengesakan Nya dari segala perbuatan dan kepercayaan yang berbau syirik, Serta menaati segala perintah Nya. Semakin bertambah rasa kekafiran itu dalam lubuk hati mereka, makin bertambah pula kemarahan dan kemurkaan Allah. Akan tetapi tidaklah berarti bahwa hal demikian akan mengurangi kebesaran dan keagungan Allah, sebab untuk keagungan dan kemuliaan Allah, Dia tidak memerlukan puji dan syukur manusia, seperti bunyi ayat:
هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ فَمَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ وَلَا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِلَّا مَقْتًا وَلَا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ إِلَّا خَسَارًا (39)
Alasan dari kepercayaan bahwa Allah Maha mengetahui ialah ayat 39 ini, yang menegaskan bahwa manusia dijadikan sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah yang dapat diartikan sebagai penguasa. Manusia diberi kemampuan untuk memanfaatkan alam ini dengan sebaik-baiknya guna kesejahteraan hidup mereka jua. Semuanya dengan tujuan agar mereka insaf siapakan mereka itu yang sebenarnya. Rasa keinsafan demikian insya Allah akan mendorong untuk mensyukuri segala nikmat-Nya yang tidak terhingga itu, mengesakan Nya dari segala perbuatan dan kepercayaan yang berbau syirik, Serta menaati segala perintah Nya. Semakin bertambah rasa kekafiran itu dalam lubuk hati mereka, makin bertambah pula kemarahan dan kemurkaan Allah. Akan tetapi tidaklah berarti bahwa hal demikian akan mengurangi kebesaran dan keagungan Allah, sebab untuk keagungan dan kemuliaan Allah, Dia tidak memerlukan puji dan syukur manusia, seperti bunyi ayat:
ومن يشكر فإنما يشكر لنفسه ومن كفر فإن الله عني حميد
Artinya:
Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah). maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Q.S. Luqman: 12)
Sebaliknya kerugian jualah yang akan menimpa mereka di hari akhirat kelak, seandainya mereka tidak mau kembali ke jalan yang benar, dan tetap berada dalam kekafiran. Kerugian mana antara lain kekalnya mereka dalam siksaan api neraka Jahanam seperti diuraikan di atas. Sengaja kalimat "tidaklah menambah kekafiran itu bagi orang-orang kafir" disebutkan dua kali karena mengandung maksud, bahwa kafir yang menimbulkan kemarahan Allah dan kafir yang mendatangkan kerugian, keduanya terpisah dan mengandung makna sendiri-sendiri.
40 Katakanlah:` Terangkanlah kepadaku-xx tentang sekutu-sekutumu yang kamu seru selain Allah. Perlihatkanlah kepadaku-xx (bahagian) manakah dari bumi ini yang telah mereka ciptakan ataukah mereka mempunyai saham dalam (penciptaan) langit atau adakah Kami memberi kepada mereka sebuah Kitab sehingga mereka mendapat keterangan-keterangan yang jelas daripadanya? Sebenarnya orang-orang yang zalim itu sebahagian dari mereka tidak menjanjikan kepada sebahagian yang lain, melainkan tipuan belaka `.(QS. 35:40)
Tafsir
/ Indonesia / DEPAG / Surah Faathir 40
قُلْ أَرَأَيْتُمْ شُرَكَاءَكُمُ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ أَمْ آتَيْنَاهُمْ كِتَابًا فَهُمْ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْهُ بَلْ إِنْ يَعِدُ الظَّالِمُونَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا إِلَّا غُرُورًا (40)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw agar mengajak orang-orang musyrik itu untuk sekadar berdialog menjajaki jalan pikiran mereka yang salah. Apa sebabnya orang-orang musyrik itu meminta pertolongan kepada patung dan berhala yang mereka persyarikatkan kepada Allah. Dan adakah bukti-bukti yang menunjukkan bahwa patung-patung dan berhala itu menciptakan manusia atau binatang. sehingga patung-patung dan berhala itu pantas disembah. Orang-orang musyrik Quraisy itu tidak paham benar akan hakikat tuhan mereka, betapa dan bagaimana keadaannya. Seandainya mereka menyadari bahwa tuhan-tuhan mereka itu tidak sanggup berbuat apa-apa, tentulah mereka tidak menyembahnya. Tetapi sebaliknya kalau memang betul berhala-berhala itu mempunyai kekuatan (untuk mencipta) tentulah mereka mampu memperlihatkan hasilnya. Demikian juga, apabila Allah mempunyai syarikat dalam menciptakan langit, sehingga syarikat itu disembah seperti yang mereka duga. Ataukah ada sesuatu kitab suci (yang benar isinya) yang dapat menguatkan dalil-dalil tentang adanya sekutu bagi Tuhan itu? Ringkasnya Nabi Muhammad saw memberi kesempatan kepada kaum musyrikin agar mengemukakan alasan-alasan penyembahan mereka terhadap patung-patung dan berhala yang disembah itu. Terutama kemampuan tuhan-tuhan itu untuk menciptakan makhluk, sehingga ia berhak disembah dan dipersyarikatkan dengan Allah dalam soal penciptaan. Oleh karena memang kepercayaan demikian hanya semata-mata warisan dan nenek moyang mereka belaka (lihat surat Al Baqarah ayat 170), maka tiada satu alasan yang dapat mereka kemukakan, baik alasan yang diterima dari para ahli (naqli) maupun alasan logika (aqli). Di mana pun tidak pernah ada dijumpai suatu kitab suci yang menyerukan manusia menyembah berhala, sebab semuanya hanyalah imajinasi dan khayalan orang-orang dahulu saja. Setelah Alquran menyalahkan dan mematahkan jalan pikiran mereka, dan bahwa apa yang mereka turuti itu adalah jalan pikiran pemimpin-pemimpin mereka yang sesat, maka tentulah pendapat mereka batil dan membawa kepada kesengsaraan.
قُلْ أَرَأَيْتُمْ شُرَكَاءَكُمُ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ أَمْ آتَيْنَاهُمْ كِتَابًا فَهُمْ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْهُ بَلْ إِنْ يَعِدُ الظَّالِمُونَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا إِلَّا غُرُورًا (40)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw agar mengajak orang-orang musyrik itu untuk sekadar berdialog menjajaki jalan pikiran mereka yang salah. Apa sebabnya orang-orang musyrik itu meminta pertolongan kepada patung dan berhala yang mereka persyarikatkan kepada Allah. Dan adakah bukti-bukti yang menunjukkan bahwa patung-patung dan berhala itu menciptakan manusia atau binatang. sehingga patung-patung dan berhala itu pantas disembah. Orang-orang musyrik Quraisy itu tidak paham benar akan hakikat tuhan mereka, betapa dan bagaimana keadaannya. Seandainya mereka menyadari bahwa tuhan-tuhan mereka itu tidak sanggup berbuat apa-apa, tentulah mereka tidak menyembahnya. Tetapi sebaliknya kalau memang betul berhala-berhala itu mempunyai kekuatan (untuk mencipta) tentulah mereka mampu memperlihatkan hasilnya. Demikian juga, apabila Allah mempunyai syarikat dalam menciptakan langit, sehingga syarikat itu disembah seperti yang mereka duga. Ataukah ada sesuatu kitab suci (yang benar isinya) yang dapat menguatkan dalil-dalil tentang adanya sekutu bagi Tuhan itu? Ringkasnya Nabi Muhammad saw memberi kesempatan kepada kaum musyrikin agar mengemukakan alasan-alasan penyembahan mereka terhadap patung-patung dan berhala yang disembah itu. Terutama kemampuan tuhan-tuhan itu untuk menciptakan makhluk, sehingga ia berhak disembah dan dipersyarikatkan dengan Allah dalam soal penciptaan. Oleh karena memang kepercayaan demikian hanya semata-mata warisan dan nenek moyang mereka belaka (lihat surat Al Baqarah ayat 170), maka tiada satu alasan yang dapat mereka kemukakan, baik alasan yang diterima dari para ahli (naqli) maupun alasan logika (aqli). Di mana pun tidak pernah ada dijumpai suatu kitab suci yang menyerukan manusia menyembah berhala, sebab semuanya hanyalah imajinasi dan khayalan orang-orang dahulu saja. Setelah Alquran menyalahkan dan mematahkan jalan pikiran mereka, dan bahwa apa yang mereka turuti itu adalah jalan pikiran pemimpin-pemimpin mereka yang sesat, maka tentulah pendapat mereka batil dan membawa kepada kesengsaraan.
Sesungguhnya Allah menahan langit
dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada
seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.(QS.
35:41)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Faathir
41
إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا (41)
Kemudian Allah melukiskan kebenaran dan keagungan kekuasaan Nya. Dengan kekuasaan Nyalah langit dapat tercipta (tanpa tiang), langit tidak jatuh menimpa bumi karena kekuasaan Allah. Allah menciptakan langit tanpa tiang, gunung-gunung berdiri dengan kokohnya dan menyebarkan makhluk melata (dabbah), manusia dan hewan di atas permukaan bumi ini. seperti bunyi ayat:
خلق السموات بغير عمد ترونها وألقى في الأرض رواسي أن تميد بكم وبث فيها من كل دابة وأنزلنا من السماء ماء فأنبتنا فيها من كل زوج كريم
Artinya:
Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyahkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (Q.S. Luqman: 10)
Semuanya membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah Yang Maha Agung. Pengertian Allah menahan langit dan bumi, ialah menahan langit itu dengan hukum gravitasi agar tidak guncang dan roboh, atau bergeser dari tempatnya. Allah memelihara dan mengawasi keduanya dengan pengawasan yang Dia sendirilah yang mengetahuinya. Semua benda-benda langit di jagat raya ini berputar dan beredar menurut garis edarnya masing-masing. Para ahli ilmu astronomi dapat membuktikan bahwa tidak pernah terjadi benturan antara benda-benda angkasa itu satu dengan yang lain. Semuanya beredar menurut garis edarnya masing-masing. Keterangan lain yang menguatkan arti yang terkandung dalam ayat di atas yakni:
ومن آياته أن تقوم السماء والأرض بأمره ثم إذا دعاكم دعوة من الأرض إذ أنتم تخرجون
Artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). (Q.S. Ar Rum: 25)
Kokoh kuatnya bangunan langit dan bumi itu sehingga tidak pernah mengalami kerusakan, keruntuhan dan sebagainya, adalah atas dasar kekuasaan Allah jua. Andaikata Allah Yang Maha Kuasa itu bermaksud menghancurkan bumi dan langit itu, tiada satu kekuatanpun dari makhluk yang sanggup mencegahnya. Demikianlah pula dijelaskan oleh ayat lain:
ألم تر أن الله سخر لكم ما في الأرض والفلك تجري في البحر بأمره ويمسك السماء أن تقع على الأرض إلا بإذنه إن الله بالناس لرءوف رحيم
Artinya:
Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin Nya?. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (Q.S. Al Hajj: 65)
Di samping sifat-Nya Yang Maha Perkasa itu, terdapat pula sifat rasa kasih sayang Nya kepada hamba-Nya. Biarpun hamba manusia di bumi ini kebanyakan kafir dan tidak mau tunduk pada pengajaran dan pedoman hidup menuju kesejahteraan dunia dan akhirat yang telah ditetapkan-Nya, namun azab dan murka Allah tiada segera diturunkan untuk menghukum kaum kafir dan pendurhaka itu. Kasih sayang Allah itu ialah selain melambatkan siksaan bagi orang-orang kafir dan ingkar, juga sangat mudah memberi ampunan kepada barang siapa yang mau tobat dari segala kesalahannya, biar bagaimanapun besarnya perbuatan maksiat yang pernah dilakukannya. Ringkasnya Allah Maha Perkasa, Maha Pengasih dan Penyayang kepada seluruh hamba-Nya baik terhadap orang mukmin maupun orang kafir.
إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا (41)
Kemudian Allah melukiskan kebenaran dan keagungan kekuasaan Nya. Dengan kekuasaan Nyalah langit dapat tercipta (tanpa tiang), langit tidak jatuh menimpa bumi karena kekuasaan Allah. Allah menciptakan langit tanpa tiang, gunung-gunung berdiri dengan kokohnya dan menyebarkan makhluk melata (dabbah), manusia dan hewan di atas permukaan bumi ini. seperti bunyi ayat:
خلق السموات بغير عمد ترونها وألقى في الأرض رواسي أن تميد بكم وبث فيها من كل دابة وأنزلنا من السماء ماء فأنبتنا فيها من كل زوج كريم
Artinya:
Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyahkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (Q.S. Luqman: 10)
Semuanya membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah Yang Maha Agung. Pengertian Allah menahan langit dan bumi, ialah menahan langit itu dengan hukum gravitasi agar tidak guncang dan roboh, atau bergeser dari tempatnya. Allah memelihara dan mengawasi keduanya dengan pengawasan yang Dia sendirilah yang mengetahuinya. Semua benda-benda langit di jagat raya ini berputar dan beredar menurut garis edarnya masing-masing. Para ahli ilmu astronomi dapat membuktikan bahwa tidak pernah terjadi benturan antara benda-benda angkasa itu satu dengan yang lain. Semuanya beredar menurut garis edarnya masing-masing. Keterangan lain yang menguatkan arti yang terkandung dalam ayat di atas yakni:
ومن آياته أن تقوم السماء والأرض بأمره ثم إذا دعاكم دعوة من الأرض إذ أنتم تخرجون
Artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur). (Q.S. Ar Rum: 25)
Kokoh kuatnya bangunan langit dan bumi itu sehingga tidak pernah mengalami kerusakan, keruntuhan dan sebagainya, adalah atas dasar kekuasaan Allah jua. Andaikata Allah Yang Maha Kuasa itu bermaksud menghancurkan bumi dan langit itu, tiada satu kekuatanpun dari makhluk yang sanggup mencegahnya. Demikianlah pula dijelaskan oleh ayat lain:
ألم تر أن الله سخر لكم ما في الأرض والفلك تجري في البحر بأمره ويمسك السماء أن تقع على الأرض إلا بإذنه إن الله بالناس لرءوف رحيم
Artinya:
Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin Nya?. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (Q.S. Al Hajj: 65)
Di samping sifat-Nya Yang Maha Perkasa itu, terdapat pula sifat rasa kasih sayang Nya kepada hamba-Nya. Biarpun hamba manusia di bumi ini kebanyakan kafir dan tidak mau tunduk pada pengajaran dan pedoman hidup menuju kesejahteraan dunia dan akhirat yang telah ditetapkan-Nya, namun azab dan murka Allah tiada segera diturunkan untuk menghukum kaum kafir dan pendurhaka itu. Kasih sayang Allah itu ialah selain melambatkan siksaan bagi orang-orang kafir dan ingkar, juga sangat mudah memberi ampunan kepada barang siapa yang mau tobat dari segala kesalahannya, biar bagaimanapun besarnya perbuatan maksiat yang pernah dilakukannya. Ringkasnya Allah Maha Perkasa, Maha Pengasih dan Penyayang kepada seluruh hamba-Nya baik terhadap orang mukmin maupun orang kafir.
Dan mereka bersumpah dengan nama
Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang
pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk daripada-xx
salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi
peringatan, maka kedatangan itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya
mereka dari (kebenaran),(QS. 35:42)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Faathir 42
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ جَاءَهُمْ نَذِيرٌ لَيَكُونُنَّ أَهْدَى مِنْ إِحْدَى الْأُمَمِ فَلَمَّا جَاءَهُمْ نَذِيرٌ مَا زَادَهُمْ إِلَّا نُفُورًا (42)
Orang-orang musyrik itu bersumpah dengan sepenuh hati, andaikata Allah mengirimkan seorang Rasul yang memperingatkan kesesatan jalan pikiran dan kerusakan moral masyarakatnya, pasti merekalah yang paling mudah menerima petunjuk Rasul itu, dibanding dengan umat manapun yang pernah ada sebelum mereka. Penjelasan ayat ini diperkuat pula oleh ayat lain yang berbunyi:
لو أن عندنا ذكرا من الأولين لكنا عباد الله المخلصين فكفروا به فسوف يعلمون
Artinya:
Kalau sekiranya di sisi kami ada sebuah kitab dari (kitab-kitab yang diturunkan) kepada orang-orang dahulu, benar-benarlah kami akan jadi hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa)". Tetapi mereka mengingkarinya (Alquran), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat keingkarannya itu). (Q.S. As Saffat: 168-170)
Setelah impian mereka menjadi kenyataan, yakni dengan dibangkitkannya Muhammad sebagai Rasul di tengah-tengah masyarakat mereka untuk menyampaikan kebenaran dari Allah SWT, yang tercantum dalam Alquranul Karim, maka dengan serta merta mereka mendustakannya. Bahkan sikap keingkaran dan kesombongan mereka makin menjadi-jadi. Mereka bukannya makin dekat kepada kebenaran, malah semakin jauh dengan alasan menjaga kehormatan dan martabat di antara kaumnya. Tegasnya pemimpin-pemimpin musyrik Quraisy itu sangat enggan dan tidak mau sama sekali mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw. Keadaan mereka serupa dengan unta liar yang kabur, semakin dikejar oleh pemiliknya semakin cepat larinya dan semakin tersesat jalannya, sehingga sukarlah ditangkap.
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ جَاءَهُمْ نَذِيرٌ لَيَكُونُنَّ أَهْدَى مِنْ إِحْدَى الْأُمَمِ فَلَمَّا جَاءَهُمْ نَذِيرٌ مَا زَادَهُمْ إِلَّا نُفُورًا (42)
Orang-orang musyrik itu bersumpah dengan sepenuh hati, andaikata Allah mengirimkan seorang Rasul yang memperingatkan kesesatan jalan pikiran dan kerusakan moral masyarakatnya, pasti merekalah yang paling mudah menerima petunjuk Rasul itu, dibanding dengan umat manapun yang pernah ada sebelum mereka. Penjelasan ayat ini diperkuat pula oleh ayat lain yang berbunyi:
لو أن عندنا ذكرا من الأولين لكنا عباد الله المخلصين فكفروا به فسوف يعلمون
Artinya:
Kalau sekiranya di sisi kami ada sebuah kitab dari (kitab-kitab yang diturunkan) kepada orang-orang dahulu, benar-benarlah kami akan jadi hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa)". Tetapi mereka mengingkarinya (Alquran), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat keingkarannya itu). (Q.S. As Saffat: 168-170)
Setelah impian mereka menjadi kenyataan, yakni dengan dibangkitkannya Muhammad sebagai Rasul di tengah-tengah masyarakat mereka untuk menyampaikan kebenaran dari Allah SWT, yang tercantum dalam Alquranul Karim, maka dengan serta merta mereka mendustakannya. Bahkan sikap keingkaran dan kesombongan mereka makin menjadi-jadi. Mereka bukannya makin dekat kepada kebenaran, malah semakin jauh dengan alasan menjaga kehormatan dan martabat di antara kaumnya. Tegasnya pemimpin-pemimpin musyrik Quraisy itu sangat enggan dan tidak mau sama sekali mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw. Keadaan mereka serupa dengan unta liar yang kabur, semakin dikejar oleh pemiliknya semakin cepat larinya dan semakin tersesat jalannya, sehingga sukarlah ditangkap.
karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang
jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang
merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan
(berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang
terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui perobahan bagi sunnah
Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah
itu.(QS. 35:43)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Faathir 43
اسْتِكْبَارًا فِي الْأَرْضِ وَمَكْرَ السَّيِّئِ وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا سُنَّةَ الْأَوَّلِينَ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَحْوِيلًا (43)
Tidak hanya sampai di situ saja, bahkan dengan segala daya dan pikiran, dengan harta dan kekayaan yang mereka miliki gerakan dakwah Nabi Muhammad ditantang oleh mereka, bahkan Rasulullah dicegat dan dihalangi. Akan tetapi segala rencana jahat guna mematahkan gerakan dakwah Islamiyah itu pada akhirnya akan mengenai diri mereka sendiri. Kekalahan dan kegagalan kaum kafir Quraisy dalam rangka mencegah tersiarnya dakwah Islamiyah telah tertulis dengan tinta emas dalam sejarah Islam. Demikian pulalah halnya setiap usaha dan rencana jahat untuk memadamkan cahaya agama Allah di muka bumi ini, pasti. akan gagal, sebab Allah selalu akan memelihara eksistensi agama Nya di muka bumi ini, sampai akhir zaman, biarpun tidak disukai oleh orang-orang musyrik, sebagai mana disebutkan dalam ayat:
يريدون ليطفئوا نور الله بأفواههم والله متم نوره ولو كره الكافرون
Artinya:
Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya Nya meskipun orang-orang kafir benci. (Q.S. As Saf: 8)
Sebuah hadis riwayat Ibnu Abi Hatim menegaskan keterangan di atas di mana Rasulullah bersabda yang artinya:
Artinya:
Hendaklah engkau berhati-hati dari (akibat) sesuatu rencana jahat, karena sesungguhnya rencana jahat itu hanya akan mengenai (menimpa) sipembuatnya sendiri.
Dari Az Zuhry diterima pula hadis, bahwa Rasulullah bersabda:
ولا تمكروا ولا تعينوا ماكرا فإن الله يقول: ولا يحيق المكر السيئ إلا بأهله, ولا تبغوا ولا تعينوا باغيا فإن الله سبحانه يقول: إنما بغيكم على أنفسكم ولا تنكثوا ولا تعينوا ناكثا فإن الله يقول: فمن نكث فإنما ينكث على نفسه
Artinya:
Janganlah kamu berencana membuat kejahatan, karena Allah telah berfirman: "Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa seseorang, melainkan orang yang merencanakannya sendiri". Janganlah kamu memberontak (membuat kelaliman) karena sesungguhnya Allah telah berfirman "sesungguhnya (bencana kelalimanmu) akan menimpa dirimu sendiri", janganlah kamu melanggar janjimu, sebab Allah berfirman: "Maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri".
Seperti diuraikan di atas, kadang-kadang Allah menunda kedatangan siksanya sebagai bukti kasih sayang Nya kepada orang-orang yang kafir, tetapi janganlah dikira bahwa Allah tidak akan menyiksa mereka (bila mereka tidak tobat) sebab bila mereka di dunia belum selesai merasakan siksaan itu, di akhirat kelak pasti akan mereka alami juga. Di akhirat nanti diketahui dengan pasti ke mana orang yang zalim itu ditempatkan Allah SWT.
وسيعلم الذين ظلموا أي منقلب ينقلبون
Artinya:
Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Q.S. Asy Syu'ara: 227)
Sekalipun azab itu sudah pasti datang, orang-orang yang tidak mengimaninya masih saja menentang kedatangannya dengan tidak menghentikan segala perbuatan jahatnya. Dalam ayat ini Allah mengungkapkan tiadalah yang mereka tunggu-tunggu itu melainkan siksaan Seperti apa yang telah menimpa manusia dahulu kala, yakni siksaan itu disebabkan keingkaran mereka terhadap risalah para Rasul. Akan tetapi ujung ayat ini menegaskan bahwa Sunah (ketetapan) Allah menentukan bahwa setiap orang yang mendustakan ajaran Nya pasti akan disiksa, siksaan yang tidak akan berubah dan tidak akan dipindahkan kepada orang lain. Allah tidak akan menempatkan rahmat-Nya pada seseorang yang sudah patut kena azab, dan tidak akan memikulkannya kepada diri orang lain.
ولا تزر وازرة وزر أخرى
Artinya:
Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (Q.S. Al an'am: 164)
اسْتِكْبَارًا فِي الْأَرْضِ وَمَكْرَ السَّيِّئِ وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا سُنَّةَ الْأَوَّلِينَ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَحْوِيلًا (43)
Tidak hanya sampai di situ saja, bahkan dengan segala daya dan pikiran, dengan harta dan kekayaan yang mereka miliki gerakan dakwah Nabi Muhammad ditantang oleh mereka, bahkan Rasulullah dicegat dan dihalangi. Akan tetapi segala rencana jahat guna mematahkan gerakan dakwah Islamiyah itu pada akhirnya akan mengenai diri mereka sendiri. Kekalahan dan kegagalan kaum kafir Quraisy dalam rangka mencegah tersiarnya dakwah Islamiyah telah tertulis dengan tinta emas dalam sejarah Islam. Demikian pulalah halnya setiap usaha dan rencana jahat untuk memadamkan cahaya agama Allah di muka bumi ini, pasti. akan gagal, sebab Allah selalu akan memelihara eksistensi agama Nya di muka bumi ini, sampai akhir zaman, biarpun tidak disukai oleh orang-orang musyrik, sebagai mana disebutkan dalam ayat:
يريدون ليطفئوا نور الله بأفواههم والله متم نوره ولو كره الكافرون
Artinya:
Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya Nya meskipun orang-orang kafir benci. (Q.S. As Saf: 8)
Sebuah hadis riwayat Ibnu Abi Hatim menegaskan keterangan di atas di mana Rasulullah bersabda yang artinya:
Artinya:
Hendaklah engkau berhati-hati dari (akibat) sesuatu rencana jahat, karena sesungguhnya rencana jahat itu hanya akan mengenai (menimpa) sipembuatnya sendiri.
Dari Az Zuhry diterima pula hadis, bahwa Rasulullah bersabda:
ولا تمكروا ولا تعينوا ماكرا فإن الله يقول: ولا يحيق المكر السيئ إلا بأهله, ولا تبغوا ولا تعينوا باغيا فإن الله سبحانه يقول: إنما بغيكم على أنفسكم ولا تنكثوا ولا تعينوا ناكثا فإن الله يقول: فمن نكث فإنما ينكث على نفسه
Artinya:
Janganlah kamu berencana membuat kejahatan, karena Allah telah berfirman: "Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa seseorang, melainkan orang yang merencanakannya sendiri". Janganlah kamu memberontak (membuat kelaliman) karena sesungguhnya Allah telah berfirman "sesungguhnya (bencana kelalimanmu) akan menimpa dirimu sendiri", janganlah kamu melanggar janjimu, sebab Allah berfirman: "Maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri".
Seperti diuraikan di atas, kadang-kadang Allah menunda kedatangan siksanya sebagai bukti kasih sayang Nya kepada orang-orang yang kafir, tetapi janganlah dikira bahwa Allah tidak akan menyiksa mereka (bila mereka tidak tobat) sebab bila mereka di dunia belum selesai merasakan siksaan itu, di akhirat kelak pasti akan mereka alami juga. Di akhirat nanti diketahui dengan pasti ke mana orang yang zalim itu ditempatkan Allah SWT.
وسيعلم الذين ظلموا أي منقلب ينقلبون
Artinya:
Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Q.S. Asy Syu'ara: 227)
Sekalipun azab itu sudah pasti datang, orang-orang yang tidak mengimaninya masih saja menentang kedatangannya dengan tidak menghentikan segala perbuatan jahatnya. Dalam ayat ini Allah mengungkapkan tiadalah yang mereka tunggu-tunggu itu melainkan siksaan Seperti apa yang telah menimpa manusia dahulu kala, yakni siksaan itu disebabkan keingkaran mereka terhadap risalah para Rasul. Akan tetapi ujung ayat ini menegaskan bahwa Sunah (ketetapan) Allah menentukan bahwa setiap orang yang mendustakan ajaran Nya pasti akan disiksa, siksaan yang tidak akan berubah dan tidak akan dipindahkan kepada orang lain. Allah tidak akan menempatkan rahmat-Nya pada seseorang yang sudah patut kena azab, dan tidak akan memikulkannya kepada diri orang lain.
ولا تزر وازرة وزر أخرى
Artinya:
Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (Q.S. Al an'am: 164)
Dan apakah mereka tidak berjalan di
muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka,
sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tiada
sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.(QS.
35:44)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Faathir 44
أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَكَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِنْ شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا (44)
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw supaya memperingatkan kepada kaum pendusta (musyrik) itu, apakah mereka tidak pernah melakukan perjalanan untuk menyaksikan betapa hebatnya azab yang diturunkan pada bangsa-bangsa dahulu kala, akibat keingkaran mereka pada kebenaran ajaran Allah SWT.
Semula ayat ini ditujukan kepada kaum musyrikin Quraisy, yang umumnya mata pencaharian mereka berdagang. Pada musim-musim tertentu berangkatlah kafilah Quraisy menuju Syam (Suriah) dan Iraq. Pada daerah-daerah gurun pasir yang mereka lewati, di situ banyak sekali terdapat bekas-bekas negeri yang pernah di huni manusia di zaman kuno, akibat kedurhakaan penduduknya kepada Rasul utusan Allah, mereka disiksa dan bumi tempat mereka berpijak dijungkir balikkan sehingga hancur sama sekali. Terhadap kaum pedagang Quraisy itu Allah mengingatkan supaya mereka menerangkan, andaikata mereka juga mengikuti jejak bangsa yang mendustakan Tuhan itu, maka kepada mereka pasti akan berlaku Sunatullah, mereka akan merasakan siksaan dan azab yang tak sanggup mereka tolak. Untuk meyakinkan mereka, rangkaian ayat 44 ini lebih lanjut memberi penjelasan bahwa umat-umat yang telah merasakan balasan akibat sikap dan tindak tanduk mereka yang menentang ajaran Rasul itu, adalah umat yang perkasa, berani, punya harta dan anak keturunan yang banyak sekali. Namun keperkasaan, kekayaan dan keturunan mereka yang besar itu ternyata tidak sanggup membelanya dan melindunginya dari azab Allah. Apalagi umat Nabi Muhammad yang umumnya mereka. bertubuh kecil dan kurang perkasa dibandingkan dengan mereka yang telah tiada. Maksud berjalan di muka bumi, menurut penafsiran Sayid Qutub adalah berjalan dengan mata terbuka hati dan pikiran yang segar sambil merenungkan peristiwa-peristiwa yang pernah menimpa umat dahulu kala, betapa dan bagaimana keadaan mereka waktu ditimpa azab Allah". 120)
Perjalanan demikian, kata beliau selanjutnya, menambah perasaan takwa kepada Allah SWT, membangunkan hati dari kelalaian dan kelengahan akan Sunatullah yang pasti berlaku itu. Setelah melakukan perjalanan yang bermanfaat itu, maka diingatkan pula bahwa zat Allah Yang Maha Kuasa itu tidak pernah kewalahan (lemah) untuk melaksanakan keputusan Nya; apabila Dia telah menginginkan Nya. Sebab dengan tegas dikatakan tiada satu daya dan kekuatan yang sanggup melemahkan Allah, baik kekuatan itu terdapat di langit maupun di bumi. Betapa pula Allah itu lemah? Bukankah ilmu dan kekuasaan Nya meliputi kerajaan langit dan bumi? Bagaimana mungkin makhluk ciptaan Nya, walaupun seluruh manusia bersatu sekalipun, akan sanggup menjatuhkan atau menandingi kekuasaan Nya, sedang semuanya dijadikan dengan pisik yang lemah? Allah berfirman
يريد الله أن يخفف عنكم وخلق الإنسان ضعيفا
Artinya:
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S. An Nisa: 28)
Perhatikanlah akhir ayat ini dengan penegasan bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa terhadap segala makhluk ciptaan Nya. Kata pengarang Tafsir Al Maragi "Allah Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa" terhadap siapa-siapa yang harus mendapatkan siksaan dengan segera, dan sebaliknya terhadap siapa yang taubat, dan ingin kembali kepada Tuhan dari kesesatannya. Dia berkuasa memberi petunjuk (hidayah) kepada barangsiapa yang ingin beriman sepenuhnya. Ketika orang-orang musyrik meminta kepada Nabi Muhammad saw agar azab yang dijanjikan itu supaya segera diturunkan, oleh karena mereka tidak percaya sama sekali. maka diterangkanlah kepada mereka bahwa Allah menentukan peraturannya bagi umat ini, yakni siksaan tiadalah diturunkan segera kepada mereka yang melakukan kedurhakaan atau keingkaran terhadap ajaran Rasul. Sebab masih diharapkan sebagian di antara mereka mungkin ada yang menginsafi dan kembali kepada ajaran Tuhannya. Mengenai tantangan orang-orang yang sombong dan keras kepala itu, disebutkan oleh ayat Alquran yang berbunyi:
وإذ قالوا اللهم إن كان هذا هو الحق من عندك فأمطر علينا حجارة من السماء أو آتنا بعذاب أليم وما كان الله ليعذبهم وأنت فيهم وما كان الله معذبهم وهم يستغفرون
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata "Ya Allah, jika betul Alquran ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih. Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka. sedang mereka meminta ampun. (Q.S. Al anfal: 32-33)
أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَكَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِنْ شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا (44)
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw supaya memperingatkan kepada kaum pendusta (musyrik) itu, apakah mereka tidak pernah melakukan perjalanan untuk menyaksikan betapa hebatnya azab yang diturunkan pada bangsa-bangsa dahulu kala, akibat keingkaran mereka pada kebenaran ajaran Allah SWT.
Semula ayat ini ditujukan kepada kaum musyrikin Quraisy, yang umumnya mata pencaharian mereka berdagang. Pada musim-musim tertentu berangkatlah kafilah Quraisy menuju Syam (Suriah) dan Iraq. Pada daerah-daerah gurun pasir yang mereka lewati, di situ banyak sekali terdapat bekas-bekas negeri yang pernah di huni manusia di zaman kuno, akibat kedurhakaan penduduknya kepada Rasul utusan Allah, mereka disiksa dan bumi tempat mereka berpijak dijungkir balikkan sehingga hancur sama sekali. Terhadap kaum pedagang Quraisy itu Allah mengingatkan supaya mereka menerangkan, andaikata mereka juga mengikuti jejak bangsa yang mendustakan Tuhan itu, maka kepada mereka pasti akan berlaku Sunatullah, mereka akan merasakan siksaan dan azab yang tak sanggup mereka tolak. Untuk meyakinkan mereka, rangkaian ayat 44 ini lebih lanjut memberi penjelasan bahwa umat-umat yang telah merasakan balasan akibat sikap dan tindak tanduk mereka yang menentang ajaran Rasul itu, adalah umat yang perkasa, berani, punya harta dan anak keturunan yang banyak sekali. Namun keperkasaan, kekayaan dan keturunan mereka yang besar itu ternyata tidak sanggup membelanya dan melindunginya dari azab Allah. Apalagi umat Nabi Muhammad yang umumnya mereka. bertubuh kecil dan kurang perkasa dibandingkan dengan mereka yang telah tiada. Maksud berjalan di muka bumi, menurut penafsiran Sayid Qutub adalah berjalan dengan mata terbuka hati dan pikiran yang segar sambil merenungkan peristiwa-peristiwa yang pernah menimpa umat dahulu kala, betapa dan bagaimana keadaan mereka waktu ditimpa azab Allah". 120)
Perjalanan demikian, kata beliau selanjutnya, menambah perasaan takwa kepada Allah SWT, membangunkan hati dari kelalaian dan kelengahan akan Sunatullah yang pasti berlaku itu. Setelah melakukan perjalanan yang bermanfaat itu, maka diingatkan pula bahwa zat Allah Yang Maha Kuasa itu tidak pernah kewalahan (lemah) untuk melaksanakan keputusan Nya; apabila Dia telah menginginkan Nya. Sebab dengan tegas dikatakan tiada satu daya dan kekuatan yang sanggup melemahkan Allah, baik kekuatan itu terdapat di langit maupun di bumi. Betapa pula Allah itu lemah? Bukankah ilmu dan kekuasaan Nya meliputi kerajaan langit dan bumi? Bagaimana mungkin makhluk ciptaan Nya, walaupun seluruh manusia bersatu sekalipun, akan sanggup menjatuhkan atau menandingi kekuasaan Nya, sedang semuanya dijadikan dengan pisik yang lemah? Allah berfirman
يريد الله أن يخفف عنكم وخلق الإنسان ضعيفا
Artinya:
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S. An Nisa: 28)
Perhatikanlah akhir ayat ini dengan penegasan bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa terhadap segala makhluk ciptaan Nya. Kata pengarang Tafsir Al Maragi "Allah Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa" terhadap siapa-siapa yang harus mendapatkan siksaan dengan segera, dan sebaliknya terhadap siapa yang taubat, dan ingin kembali kepada Tuhan dari kesesatannya. Dia berkuasa memberi petunjuk (hidayah) kepada barangsiapa yang ingin beriman sepenuhnya. Ketika orang-orang musyrik meminta kepada Nabi Muhammad saw agar azab yang dijanjikan itu supaya segera diturunkan, oleh karena mereka tidak percaya sama sekali. maka diterangkanlah kepada mereka bahwa Allah menentukan peraturannya bagi umat ini, yakni siksaan tiadalah diturunkan segera kepada mereka yang melakukan kedurhakaan atau keingkaran terhadap ajaran Rasul. Sebab masih diharapkan sebagian di antara mereka mungkin ada yang menginsafi dan kembali kepada ajaran Tuhannya. Mengenai tantangan orang-orang yang sombong dan keras kepala itu, disebutkan oleh ayat Alquran yang berbunyi:
وإذ قالوا اللهم إن كان هذا هو الحق من عندك فأمطر علينا حجارة من السماء أو آتنا بعذاب أليم وما كان الله ليعذبهم وأنت فيهم وما كان الله معذبهم وهم يستغفرون
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata "Ya Allah, jika betul Alquran ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih. Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka. sedang mereka meminta ampun. (Q.S. Al anfal: 32-33)
Dan kalau sekiranya Allah menyiksa
manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas
permukaan bumi suatu makhluk yang melatapun, akan tetapi Allah menangguhkan
(penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal
mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.(QS.
35:45)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Faathir 45
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِ بَصِيرًا (45)
Ayat ini menjelaskan manifestasi dari sifat Rahman dan Rahim dari Allah SWT. Andaikata Allah langsung menyiksa orang-omng musyrik itu seperti apa yang mereka kehendaki itu, pastilah mereka dan hewan atau binatang-binatang mati kehausan, akibat kurang minum. Akan tetapi Allah tidaklah sampai bertindak begitu sekalipun Dia berkuasa, tetapi sebaliknya Dia tetapkan suatu ketentuan yakni siksaan itu ditunda sampai pada waktu Dia sendiri mengetahuinya. Tetapi kalau azab itu telah menimpa tidak akan dikurangi dan tidak akan bisa melepaskan diri. Ketentuan Allah demikian itu hanya berlaku bagi umat Nabi Muhammad saja, sedang pada umat sebelumnya bila mereka bersalah langsung dihukum tanpa ditunda-tunda lagi.
Pengarang Tafsir Al Wadih mengomentari, ketentuan itu adalah kemuliaan yang dikaruniakan Allah kepada Nabi Muhammad saw, sebagai suatu hukum (syariat) bagi beliau dan umatnya. Dengan harapan agar orang-orang yang masih belum mau beriman segera tobat, kembali kepada petunjuk dan ajarannya. Tetapi bila janji Allah telah datang, tiada ada waktu lagi untuk menundanya. Di situlah nanti masing-masing orang akan diperhitungkan sesuai dengan amal perbuatannya. Yang baik dibalas dengan ganjaran kebaikan, yang jahat dibalas dengan azab". (Tafsir al Wadih Juz: XX)
Dengan kasih dan sayang Allah, Alquran menyerukan supaya manusia bertobat dan kembali kepada Nya. Sebab biarpun azab itu telah ditunda kedatangannya, namun kapan waktunya yang pasti, tiada seorangpun yang mengetahuinya. Orang yang merasa dirinya bersalah tidak perlu berputus asa, sebab betapapun besarnya kesalahan, bilamana diakhiri dengan penyesalan dan tobat yang sesungguhnya, pasti akan diampuni Allah. Dialah Yang Maha Pengampun dan Penyayang. Dialah Yang Maha Mengetahui dan memperhatikan sekalian hamba-Nya.
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِ بَصِيرًا (45)
Ayat ini menjelaskan manifestasi dari sifat Rahman dan Rahim dari Allah SWT. Andaikata Allah langsung menyiksa orang-omng musyrik itu seperti apa yang mereka kehendaki itu, pastilah mereka dan hewan atau binatang-binatang mati kehausan, akibat kurang minum. Akan tetapi Allah tidaklah sampai bertindak begitu sekalipun Dia berkuasa, tetapi sebaliknya Dia tetapkan suatu ketentuan yakni siksaan itu ditunda sampai pada waktu Dia sendiri mengetahuinya. Tetapi kalau azab itu telah menimpa tidak akan dikurangi dan tidak akan bisa melepaskan diri. Ketentuan Allah demikian itu hanya berlaku bagi umat Nabi Muhammad saja, sedang pada umat sebelumnya bila mereka bersalah langsung dihukum tanpa ditunda-tunda lagi.
Pengarang Tafsir Al Wadih mengomentari, ketentuan itu adalah kemuliaan yang dikaruniakan Allah kepada Nabi Muhammad saw, sebagai suatu hukum (syariat) bagi beliau dan umatnya. Dengan harapan agar orang-orang yang masih belum mau beriman segera tobat, kembali kepada petunjuk dan ajarannya. Tetapi bila janji Allah telah datang, tiada ada waktu lagi untuk menundanya. Di situlah nanti masing-masing orang akan diperhitungkan sesuai dengan amal perbuatannya. Yang baik dibalas dengan ganjaran kebaikan, yang jahat dibalas dengan azab". (Tafsir al Wadih Juz: XX)
Dengan kasih dan sayang Allah, Alquran menyerukan supaya manusia bertobat dan kembali kepada Nya. Sebab biarpun azab itu telah ditunda kedatangannya, namun kapan waktunya yang pasti, tiada seorangpun yang mengetahuinya. Orang yang merasa dirinya bersalah tidak perlu berputus asa, sebab betapapun besarnya kesalahan, bilamana diakhiri dengan penyesalan dan tobat yang sesungguhnya, pasti akan diampuni Allah. Dialah Yang Maha Pengampun dan Penyayang. Dialah Yang Maha Mengetahui dan memperhatikan sekalian hamba-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar