21
Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar
Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari
siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu.(QS.
34:21)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Saba' 21
وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يُؤْمِنُ بِالْآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ (21)
Pada ayat ini Allah menolak dan membatalkan persangkaan Iblis yang tidak benar itu. Allah menegaskan bahwa tidak ada kekuasaan sedikit pun bagi setan terhadap manusia untuk menyesatkan mereka, sehingga mereka durhaka kepada Tuhan. Tipu daya setan itu hanyalah sebagai ujian dari Allah terhadap hamba-hamba-Nya apakah mereka mau terpedaya oleh bujukan setan ataukah mereka menolaknya sama sekali sehingga tidak mempengaruhi sedikit pun pada keimanan dan ketakwaan mereka.
Al Hasan Al Basri berkata tentang tidak adanya kekuasaan setan terhadap manusia. Demi Allah setan itu tidak pernah memukul manusia dengan tongkat dan tidak pernah memaksa mereka untuk melakukan sesuatu. Tindakan setan hanya sekadar melakukan tipu daya, membujuk dengan angan-angan kosong lalu manusia menerimanya. Hanya demikianlah tipu daya setan itu tak ubahnya seperti bakteri-bakteri yang menyerang manusia di musim tersebarnya wabah penyakit. Barang siapa yang tidak memiliki pertahanan yang kuat dalam tubuhnya untuk menahan serangan penyakit itu ia menjadi mangsa dan korbannya. Tetapi orang yang di dalam tubuhnya terdapat unsur-unsur pertahanan yang kuat penyakit itu tidak akan dapat menguasainya, ia akan tetap sehat wal afiat meskipun telah banyak orang yang jatuh sakit atau meninggal karenanya. Bila ada orang yang terperosok masuk perangkap setan maka janganlah ia menyesali orang lain, yang salah dan lemah dalam hal ini adalah dirinya sendiri. Oleh sebab itu setiap manusia harus membentengi dirinya dengan iman yang kuat dengan takwa dan selalu beramal saleh Kemudian Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad saw bahwa Dia mencatat dan memelihara segala amal perbuatan manusia, tidak ada yang tersembunyi baginya sebesar zarah sekalipun. Ia akan memperhitungkan amal perbuatan manusia dengan seadil-adilnya tak ada seorang pun yang dirugikan dalam hal ini bahkan dia akan membalas perbuatan yang baik dengan pahala yang berlipat ganda.
وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يُؤْمِنُ بِالْآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ (21)
Pada ayat ini Allah menolak dan membatalkan persangkaan Iblis yang tidak benar itu. Allah menegaskan bahwa tidak ada kekuasaan sedikit pun bagi setan terhadap manusia untuk menyesatkan mereka, sehingga mereka durhaka kepada Tuhan. Tipu daya setan itu hanyalah sebagai ujian dari Allah terhadap hamba-hamba-Nya apakah mereka mau terpedaya oleh bujukan setan ataukah mereka menolaknya sama sekali sehingga tidak mempengaruhi sedikit pun pada keimanan dan ketakwaan mereka.
Al Hasan Al Basri berkata tentang tidak adanya kekuasaan setan terhadap manusia. Demi Allah setan itu tidak pernah memukul manusia dengan tongkat dan tidak pernah memaksa mereka untuk melakukan sesuatu. Tindakan setan hanya sekadar melakukan tipu daya, membujuk dengan angan-angan kosong lalu manusia menerimanya. Hanya demikianlah tipu daya setan itu tak ubahnya seperti bakteri-bakteri yang menyerang manusia di musim tersebarnya wabah penyakit. Barang siapa yang tidak memiliki pertahanan yang kuat dalam tubuhnya untuk menahan serangan penyakit itu ia menjadi mangsa dan korbannya. Tetapi orang yang di dalam tubuhnya terdapat unsur-unsur pertahanan yang kuat penyakit itu tidak akan dapat menguasainya, ia akan tetap sehat wal afiat meskipun telah banyak orang yang jatuh sakit atau meninggal karenanya. Bila ada orang yang terperosok masuk perangkap setan maka janganlah ia menyesali orang lain, yang salah dan lemah dalam hal ini adalah dirinya sendiri. Oleh sebab itu setiap manusia harus membentengi dirinya dengan iman yang kuat dengan takwa dan selalu beramal saleh Kemudian Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad saw bahwa Dia mencatat dan memelihara segala amal perbuatan manusia, tidak ada yang tersembunyi baginya sebesar zarah sekalipun. Ia akan memperhitungkan amal perbuatan manusia dengan seadil-adilnya tak ada seorang pun yang dirugikan dalam hal ini bahkan dia akan membalas perbuatan yang baik dengan pahala yang berlipat ganda.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Saba' 21
وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يُؤْمِنُ بِالْآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ (21)
(Dan tidak ada kekuasaan iblis terhadap mereka) maksudnya iblis tidak mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap mereka (melainkan hanyalah agar Kami dapat mengetahui) yakni menyatakan (siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dan siapa yang ragu-ragu tentang itu) maka kelak Kami akan membalasnya kepada masing-masing. (Dan Rabbmu Maha Memelihara segala sesuatu) yakni Maha Mengawasi.
22 Katakanlah:` Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya `.(QS. 34:22)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Saba' 22
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ (22)
Pada ayat ini Allah menyuruh Muhammad saw supaya menantang kaum musyrikin Mekah, kalau benar-benar berhala-berhala sembahan-sembahan mereka mempunyai kekuasaan walaupun sedikit cobalah mereka buktikan hal itu dengan memberikan sedikit contoh tentang apa yang lelah diciptakan atau yang mereka miliki. Atau apakah berhala itu dapat memberikan pertolongan kepada mereka atau menolak bahaya yang mengancam mereka. Tentu saja mereka tidak dapat memberikan bukti-bukti seperti itu, karena tidak mungkin benda mati yang mereka bikin dengan tangan mereka sendiri akan dapat membuat sesuatu atau dapat menolong serta menolak kemudaratan dari mereka. Oleh sebab itu Allah menegaskan bahwa berhala-berhala itu tidak memiliki kekuasaan sedikitpun (walau sebesar zarah sekalipun) terhadap langit, bumi dan apa yang terdapat dalam keduanya, dan tidak ada kemampuan sama sekali untuk menolong mereka. Bagaimanakah mereka sampai menyembahnya kalau mereka mempergunakan akal pikiran mereka. Dalam ayat lain Allah menegaskan pula hal ini dengan firman-Nya:
والذين تدعون من دونه ما يملكون من قطمير
Artinya:
Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. (Q.S. Fatir: 13)
Mereka tidak memiliki sesuatu apapun baik secara sendiri maupun secara berserikat dengan yang lain dan tidak ada suatupun yang bekerja sama dengan mereka dalam menciptakan atau memiliki sesuatu. Hal ini adalah fakta dan kenyataan yang kita lihat di dunia.
23 Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata:` Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu? `Mereka menjawab:` (Perkataan) yang benar `, dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.(QS. 34:23)
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ (22)
Pada ayat ini Allah menyuruh Muhammad saw supaya menantang kaum musyrikin Mekah, kalau benar-benar berhala-berhala sembahan-sembahan mereka mempunyai kekuasaan walaupun sedikit cobalah mereka buktikan hal itu dengan memberikan sedikit contoh tentang apa yang lelah diciptakan atau yang mereka miliki. Atau apakah berhala itu dapat memberikan pertolongan kepada mereka atau menolak bahaya yang mengancam mereka. Tentu saja mereka tidak dapat memberikan bukti-bukti seperti itu, karena tidak mungkin benda mati yang mereka bikin dengan tangan mereka sendiri akan dapat membuat sesuatu atau dapat menolong serta menolak kemudaratan dari mereka. Oleh sebab itu Allah menegaskan bahwa berhala-berhala itu tidak memiliki kekuasaan sedikitpun (walau sebesar zarah sekalipun) terhadap langit, bumi dan apa yang terdapat dalam keduanya, dan tidak ada kemampuan sama sekali untuk menolong mereka. Bagaimanakah mereka sampai menyembahnya kalau mereka mempergunakan akal pikiran mereka. Dalam ayat lain Allah menegaskan pula hal ini dengan firman-Nya:
والذين تدعون من دونه ما يملكون من قطمير
Artinya:
Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. (Q.S. Fatir: 13)
Mereka tidak memiliki sesuatu apapun baik secara sendiri maupun secara berserikat dengan yang lain dan tidak ada suatupun yang bekerja sama dengan mereka dalam menciptakan atau memiliki sesuatu. Hal ini adalah fakta dan kenyataan yang kita lihat di dunia.
23 Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata:` Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu? `Mereka menjawab:` (Perkataan) yang benar `, dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.(QS. 34:23)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Saba' 23
وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ (23)
Di akhirat nanti berhala-berhala itu tidak dapat menolong atau melepaskan mereka dari bahaya dan kesulitan, dan tidak mungkin memberi syafaat karena pada hari itu tidak ada Seorangpun yang dapat memberi syafaat kecuali dengan izin Allah SWT. Apakah mungkin Allah akan mengizinkan kepada berhala-berhala yang menjadi sebab bagi kesesatan dan keingkaran hamba-Nya untuk memberi syafaat? Syafaat tidak akan diberikan Allah kecuali kepada Nabi-nabi, malaikat dan kepada hamba-hamba-Nya yang dianggap-Nya berhak untuk diberi syafaat. Pada hari itu hamba-hamba Allah menunggu dengan perasaan gelisah dan tidak sabar, siapakah di antara hamba-hamba Allah yang akan diizinkan-Nya untuk memberi syafaat demikian pula hamba-hamba Nya yang akan mendapat syafaat. Ketika itu mereka berdiam semuanya karena ketakutan telah hilang dari hati mereka dan Allah akan memberi ketetapan-Nya-Mereka berharap-harap menunggu dan bertanya-tanya antara sesama mereka apa yang difirmankan Tuhan? Maka semua menjawab: "Yang difirmankan Allah ialah perkataan yang benar yaitu syafaat-Nya akan diberikan kepada siapa yang diridai-Nya karena Dia Maha Tinggi dan Maha Besar. Di waktu itu sadarlah orang-orang kafir bahwa mereka tidak akan mendapat syafaat dan tahulah mereka bahwa nasib apa yang harus mereka alami.
وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ (23)
Di akhirat nanti berhala-berhala itu tidak dapat menolong atau melepaskan mereka dari bahaya dan kesulitan, dan tidak mungkin memberi syafaat karena pada hari itu tidak ada Seorangpun yang dapat memberi syafaat kecuali dengan izin Allah SWT. Apakah mungkin Allah akan mengizinkan kepada berhala-berhala yang menjadi sebab bagi kesesatan dan keingkaran hamba-Nya untuk memberi syafaat? Syafaat tidak akan diberikan Allah kecuali kepada Nabi-nabi, malaikat dan kepada hamba-hamba-Nya yang dianggap-Nya berhak untuk diberi syafaat. Pada hari itu hamba-hamba Allah menunggu dengan perasaan gelisah dan tidak sabar, siapakah di antara hamba-hamba Allah yang akan diizinkan-Nya untuk memberi syafaat demikian pula hamba-hamba Nya yang akan mendapat syafaat. Ketika itu mereka berdiam semuanya karena ketakutan telah hilang dari hati mereka dan Allah akan memberi ketetapan-Nya-Mereka berharap-harap menunggu dan bertanya-tanya antara sesama mereka apa yang difirmankan Tuhan? Maka semua menjawab: "Yang difirmankan Allah ialah perkataan yang benar yaitu syafaat-Nya akan diberikan kepada siapa yang diridai-Nya karena Dia Maha Tinggi dan Maha Besar. Di waktu itu sadarlah orang-orang kafir bahwa mereka tidak akan mendapat syafaat dan tahulah mereka bahwa nasib apa yang harus mereka alami.
24 Katakanlah:` Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan dari bumi? `Katakanlah:` Allah `, dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.(QS. 34:24)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Saba'
24
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَى هُدًى أَوْ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (24)
Pada ayat ini Allah dengan perantaraan Nabi Muhammad menanyakan kepada kaum musyrikin, siapakah yang memberi kamu rezeki dari langit dan bumi dengan menurunkan hujan dan dengan air hujan itu suburlah bumi dan tumbuhlah berbagai macam tumbuhan untuk menjadi makanan bagimu dan bagi binatang ternakmu. Tentunya mereka tidak menjawab, karena kalau mereka mengatakan Allah walaupun jawaban ini sesuai dengan hati nurani mereka tetapi mereka menjawab berhala-berhala, jawaban ini bertentangan dengan hati nurani mereka yang membenarkan seruan Nabi Muhammad. Oleh sebab itu mereka terdiam seribu bahasa, tidak dapat memberikan jawaban apapun. Demikianlah Allah memerintahkan kepada Muhammad bahwa yang memberi rezeki baik dari langit maupun dari bumi hanyalah Allah. Pertanyaan semacam ini tersebut pula pada ayat lain yaitu:
قل من رب السموات والأرض قل الله قل أفاتخذتم من دونه أولياء لا يملكون لأنفسهم نفعا ولا ضرا
Artinya:
Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah" Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah. Padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudaratan bagi diri mereka sendiri? (Q.S. Ra'd: 16)
Kemudian Allah menyuruh Nabi-Nya mengatakan kepada mereka setelah tidak dapat atau tidak mau menjawab pertanyaan di atas bahwa kami atau kamu pasti berada dalam petunjuk atau dalam kesesatan yang nyata. Inilah suatu cara berdiskusi yang amat halus dan tajam, Nabi tidak mengatakan bahwa kamulah yang sesat dan kamilah yang benar, tetapi dia menyatakan salah satu di antara kita pasti ada yang mengikuti jalan yang benar dan ada yang mengikuti jalan yang sesat. Ucapan ini pasti menarik lawan untuk berpikir siapa sebenarnya yang dapat petunjuk dan siapa yang sesat dan menghindari cara-cara yang keras (karena akan mendatangkan jawaban yang keras pula). Kalaulah Nabi saw mengatakan dengan tegas kepada mereka, merekalah yang sesat tentulah mereka akan menjawab dengan tegas dan keras bahwa Nabilah yang sesat.
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَى هُدًى أَوْ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (24)
Pada ayat ini Allah dengan perantaraan Nabi Muhammad menanyakan kepada kaum musyrikin, siapakah yang memberi kamu rezeki dari langit dan bumi dengan menurunkan hujan dan dengan air hujan itu suburlah bumi dan tumbuhlah berbagai macam tumbuhan untuk menjadi makanan bagimu dan bagi binatang ternakmu. Tentunya mereka tidak menjawab, karena kalau mereka mengatakan Allah walaupun jawaban ini sesuai dengan hati nurani mereka tetapi mereka menjawab berhala-berhala, jawaban ini bertentangan dengan hati nurani mereka yang membenarkan seruan Nabi Muhammad. Oleh sebab itu mereka terdiam seribu bahasa, tidak dapat memberikan jawaban apapun. Demikianlah Allah memerintahkan kepada Muhammad bahwa yang memberi rezeki baik dari langit maupun dari bumi hanyalah Allah. Pertanyaan semacam ini tersebut pula pada ayat lain yaitu:
قل من رب السموات والأرض قل الله قل أفاتخذتم من دونه أولياء لا يملكون لأنفسهم نفعا ولا ضرا
Artinya:
Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah" Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah. Padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudaratan bagi diri mereka sendiri? (Q.S. Ra'd: 16)
Kemudian Allah menyuruh Nabi-Nya mengatakan kepada mereka setelah tidak dapat atau tidak mau menjawab pertanyaan di atas bahwa kami atau kamu pasti berada dalam petunjuk atau dalam kesesatan yang nyata. Inilah suatu cara berdiskusi yang amat halus dan tajam, Nabi tidak mengatakan bahwa kamulah yang sesat dan kamilah yang benar, tetapi dia menyatakan salah satu di antara kita pasti ada yang mengikuti jalan yang benar dan ada yang mengikuti jalan yang sesat. Ucapan ini pasti menarik lawan untuk berpikir siapa sebenarnya yang dapat petunjuk dan siapa yang sesat dan menghindari cara-cara yang keras (karena akan mendatangkan jawaban yang keras pula). Kalaulah Nabi saw mengatakan dengan tegas kepada mereka, merekalah yang sesat tentulah mereka akan menjawab dengan tegas dan keras bahwa Nabilah yang sesat.
25 Katakanlah:` Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat `.(QS. 34:25)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Saba' 25
قُلْ لَا تُسْأَلُونَ عَمَّا أَجْرَمْنَا وَلَا نُسْأَلُ عَمَّا تَعْمَلُونَ (25)
Pada ayat ini Nabi saw disuruh pula supaya mengatakan kepada mereka bahwa masing-masing kita bertanggung jawab penuh atas segala perbuatannya. Kamu tidak bertanggung jawab atas perbuatan kami yang salah demikian pula sebaliknya kamipun tidak bertanggung jawab atas segala perbuatan kamu. Di sini Nabi disuruh mengatakan bahwa orang-orang yang musyrik itu tidak bertanggung jawab atas kesalahan dan dosa orang mukmin. Sebagian mufassirin menjawab masalah ini, bahwa orang-orang musyrikin itu pernah menuduh Nabi dan orang-orang mukmin bahwa mereka telah berdosa besar karena murtad dan mengkhianati agama nenek moyang mereka. Sebagai jawaban atau tuduhan itu dikemukakan bahwa kaum Muslimin memang bertanggung jawab atas segala dosa dan kesalahan mereka. Demikian pula kaum musyrikin bertanggung jawab pula sepenuhnya atas segala perbuatan mereka yang baik ataupun yang jahat. Pada ayat lain Allah menyuruh Nabi mengucapkan kata-kata yang senada dengan ini firman-Nya.
وإن كذبوك فقل لي عملي ولكم عملكم أنتم بريئون مما أعمل وأنا بريء مما تعملون
Artinya:
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Yunus: 41)
قُلْ لَا تُسْأَلُونَ عَمَّا أَجْرَمْنَا وَلَا نُسْأَلُ عَمَّا تَعْمَلُونَ (25)
Pada ayat ini Nabi saw disuruh pula supaya mengatakan kepada mereka bahwa masing-masing kita bertanggung jawab penuh atas segala perbuatannya. Kamu tidak bertanggung jawab atas perbuatan kami yang salah demikian pula sebaliknya kamipun tidak bertanggung jawab atas segala perbuatan kamu. Di sini Nabi disuruh mengatakan bahwa orang-orang yang musyrik itu tidak bertanggung jawab atas kesalahan dan dosa orang mukmin. Sebagian mufassirin menjawab masalah ini, bahwa orang-orang musyrikin itu pernah menuduh Nabi dan orang-orang mukmin bahwa mereka telah berdosa besar karena murtad dan mengkhianati agama nenek moyang mereka. Sebagai jawaban atau tuduhan itu dikemukakan bahwa kaum Muslimin memang bertanggung jawab atas segala dosa dan kesalahan mereka. Demikian pula kaum musyrikin bertanggung jawab pula sepenuhnya atas segala perbuatan mereka yang baik ataupun yang jahat. Pada ayat lain Allah menyuruh Nabi mengucapkan kata-kata yang senada dengan ini firman-Nya.
وإن كذبوك فقل لي عملي ولكم عملكم أنتم بريئون مما أعمل وأنا بريء مما تعملون
Artinya:
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Yunus: 41)
26 Katakanlah:` Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dialah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui `.(QS. 34:26)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Saba' 26
قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ (26)
Kemudian Nabi saw disuruh lagi mengatakan kepada kaum musyrikin itu bahwa Allah akan mengumpulkan kita semua pada Hari Kiamat dan di sanalah nanti Dia akan memberi keputusan terhadap kita dan amal perbuatan kita dengan seadil-adilnya. Di sana akan nyata dengan jelas siapa di antara kita yang sesat dan siapa yang menempuh jalan yang lurus, siapa di antara kita yang salah dan siapa yang benar.
Semua amal perbuatan hamba-Nya akan ditimbang dengan neraca keadilan. Amal yang buruk dibalasi dengan balasan yang setimpal dan amal yang baik dibalasi dengan pahala berlipat ganda. Hal ini tersebut pula dengan jelas pada ayat lain yaitu:
ويوم تقوم الساعة يومئذ يتفرقون فأما الذين ءامنوا وعملوا الصالحات فهم في روضة يحبرون وأما الذين كفروا وكذبوا بآياتنا ولقاء الآخرة فأولئك في العذاب محضرون
Artinya:
Dan pada hari terjadinya Kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka berada di dalam taman (surga) bergembira. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Alquran) serta (mendustakan) menemui Hari Akhirat, maka mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka). (Q.S. Ar Rum: 14-16)
Di sanalah nanti Allah memberikan keputusan, tak ada yang dapat membantah karena semua keputusan itu berdasarkan fakta-fakta yang nyata yang tak dapat disangkal lagi. Allah Maha Mengetahui kapan vonis itu akan dijatuhkan-Nya, tak ada seorang hambapun yang dapat mengetahuinya karena Dialah yang Maha Pemberi Keputusan dan Maha Mengetahui.
قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ (26)
Kemudian Nabi saw disuruh lagi mengatakan kepada kaum musyrikin itu bahwa Allah akan mengumpulkan kita semua pada Hari Kiamat dan di sanalah nanti Dia akan memberi keputusan terhadap kita dan amal perbuatan kita dengan seadil-adilnya. Di sana akan nyata dengan jelas siapa di antara kita yang sesat dan siapa yang menempuh jalan yang lurus, siapa di antara kita yang salah dan siapa yang benar.
Semua amal perbuatan hamba-Nya akan ditimbang dengan neraca keadilan. Amal yang buruk dibalasi dengan balasan yang setimpal dan amal yang baik dibalasi dengan pahala berlipat ganda. Hal ini tersebut pula dengan jelas pada ayat lain yaitu:
ويوم تقوم الساعة يومئذ يتفرقون فأما الذين ءامنوا وعملوا الصالحات فهم في روضة يحبرون وأما الذين كفروا وكذبوا بآياتنا ولقاء الآخرة فأولئك في العذاب محضرون
Artinya:
Dan pada hari terjadinya Kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka mereka berada di dalam taman (surga) bergembira. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Alquran) serta (mendustakan) menemui Hari Akhirat, maka mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka). (Q.S. Ar Rum: 14-16)
Di sanalah nanti Allah memberikan keputusan, tak ada yang dapat membantah karena semua keputusan itu berdasarkan fakta-fakta yang nyata yang tak dapat disangkal lagi. Allah Maha Mengetahui kapan vonis itu akan dijatuhkan-Nya, tak ada seorang hambapun yang dapat mengetahuinya karena Dialah yang Maha Pemberi Keputusan dan Maha Mengetahui.
27 Katakanlah:` Perlihatkanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kamu hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu (Nya), sekali-kali tidak mungkin! Sebenarnya Dialah Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana `.(QS. 34:27) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Saba' 27
قُلْ أَرُونِيَ الَّذِينَ أَلْحَقْتُمْ بِهِ شُرَكَاءَ كَلَّا بَلْ هُوَ اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (27)
Akhirnya Allah memerintahkan kepada Nabi saw supaya menanyakan kepada mereka, siapakah dan apakah sebenarnya berhala-berhala yang kamu samakan dengan Allah dan kamu mempersekutukan dia dengan Allah, cobalah kamu terangkan kapadaku siapa dia, bagaimana sifat-sifatnya, bagaimana nilai dan mutunya dan bagaimana kedudukannya. Mengapa mereka dijadikan sembahan, apakah memang dia berhak disembah? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan kepada mereka sebagai tantangan dan sebagai pernyataan bahwa mereka tidak mempergunakan akal mereka karena menyembah sesuatu yang tidak ada nilainya, benda mati yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. Tidak, sekali-kali tidak mungkin dan tidak masuk akal mempersekutukan benda mati dengan Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahui.
قُلْ أَرُونِيَ الَّذِينَ أَلْحَقْتُمْ بِهِ شُرَكَاءَ كَلَّا بَلْ هُوَ اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (27)
Akhirnya Allah memerintahkan kepada Nabi saw supaya menanyakan kepada mereka, siapakah dan apakah sebenarnya berhala-berhala yang kamu samakan dengan Allah dan kamu mempersekutukan dia dengan Allah, cobalah kamu terangkan kapadaku siapa dia, bagaimana sifat-sifatnya, bagaimana nilai dan mutunya dan bagaimana kedudukannya. Mengapa mereka dijadikan sembahan, apakah memang dia berhak disembah? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan kepada mereka sebagai tantangan dan sebagai pernyataan bahwa mereka tidak mempergunakan akal mereka karena menyembah sesuatu yang tidak ada nilainya, benda mati yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. Tidak, sekali-kali tidak mungkin dan tidak masuk akal mempersekutukan benda mati dengan Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahui.
28 Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.(QS. 34:28)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Saba' 28
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (28)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Nabi Muhammad saw bukan saja ia diutus kepada seluruh manusia. Ia bertugas sebagai pembawa berita gembira bagi orang-orang yang mempercayai dan mengamalkan risalah yang dibawanya itu dan sebagai pembawa peringatan kepada orang-orang yang mengingkarinya atau menolak ajaran-ajarannya. Nabi Muhammad adalah nabi penutup tidak ada lagi Nabi dan Rasul diutus Allah sesudah dia. Dengan demikian pastilah risalah yang dibawanya itu berlaku untuk seluruh manusia sampai Kiamat. dan karena risalahnya itu adalah risalah yang terakhir maka di dalam risalahnya tercapailah peraturan-peraturan dan syariat hukum-hukum yang layak dan baik untuk dijalankan setiap tempat dan setiap masa, karena risalah yang dibawanya itu bersumber dari Allah Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang mengatur segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang mengatur semuanya itu dengan peraturan yang amat teliti sehingga semuanya berjalan dengan baik dan harmonis. Allah yang demikian besar kekuasaan-Nya tidak mungkin akan menurunkan suatu risalah yang mencakup seluruh umat manusia kalau peraturan-peraturan dan syariat itu tidak mencakup 'seluruh kepentingan manusia pada setiap masa. Dengan demikian pastilah risalahnya itu risalah yang baik untuk ditrapkan kepada siapa dan umat yang manapun di dunia ini. Hal ini tidak diketahui oleh semua orang bahkan kebanyakan manusia menolak dan menantangnya. Di antara penantang-penantang itu adalah kaum Muhammad sendiri yaitu orang-orang kafir Mekah. Banyak ayat-ayat di dalam Alquran yang menegaskan bahwa Muhammad diutus kepada manusia seluruhnya di antaranya:
تبارك الذي نزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيرا
Artinya:
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqan (Alquran) kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Q.S. Al Furqan: 1)
Dan firman-Nya:
قل ياأيها الناس إني رسول الله إليكم جميعا الذي له ملك السموات والأرض لا إله إلا هو يحيي ويميت فآمنوا بالله ورسوله النبي الأمي الذي يؤمن بالله وكلماته واتبعوه لعلكم تهتدون
Artinya:
Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk". (Q.S. Al A'raf: 158)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Saba' 28
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (28)
(Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan untuk semua) lafal Kaaffatan berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari lafal An Naas yang sesudahnya, didahulukan mengingat kedudukannya yang sangat penting (manusia sebagai pembawa berita gembira) kepada orang-orang yang beriman, bahwa mereka akan masuk surga (dan sebagai pemberi peringatan) kepada orang-orang kafir bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam neraka (tetapi kebanyakan manusia) yakni orang-orang kafir Mekah (tidak mengetahui hal ini).
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (28)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Nabi Muhammad saw bukan saja ia diutus kepada seluruh manusia. Ia bertugas sebagai pembawa berita gembira bagi orang-orang yang mempercayai dan mengamalkan risalah yang dibawanya itu dan sebagai pembawa peringatan kepada orang-orang yang mengingkarinya atau menolak ajaran-ajarannya. Nabi Muhammad adalah nabi penutup tidak ada lagi Nabi dan Rasul diutus Allah sesudah dia. Dengan demikian pastilah risalah yang dibawanya itu berlaku untuk seluruh manusia sampai Kiamat. dan karena risalahnya itu adalah risalah yang terakhir maka di dalam risalahnya tercapailah peraturan-peraturan dan syariat hukum-hukum yang layak dan baik untuk dijalankan setiap tempat dan setiap masa, karena risalah yang dibawanya itu bersumber dari Allah Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang mengatur segala apa yang ada pada keduanya. Dialah yang mengatur semuanya itu dengan peraturan yang amat teliti sehingga semuanya berjalan dengan baik dan harmonis. Allah yang demikian besar kekuasaan-Nya tidak mungkin akan menurunkan suatu risalah yang mencakup seluruh umat manusia kalau peraturan-peraturan dan syariat itu tidak mencakup 'seluruh kepentingan manusia pada setiap masa. Dengan demikian pastilah risalahnya itu risalah yang baik untuk ditrapkan kepada siapa dan umat yang manapun di dunia ini. Hal ini tidak diketahui oleh semua orang bahkan kebanyakan manusia menolak dan menantangnya. Di antara penantang-penantang itu adalah kaum Muhammad sendiri yaitu orang-orang kafir Mekah. Banyak ayat-ayat di dalam Alquran yang menegaskan bahwa Muhammad diutus kepada manusia seluruhnya di antaranya:
تبارك الذي نزل الفرقان على عبده ليكون للعالمين نذيرا
Artinya:
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqan (Alquran) kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Q.S. Al Furqan: 1)
Dan firman-Nya:
قل ياأيها الناس إني رسول الله إليكم جميعا الذي له ملك السموات والأرض لا إله إلا هو يحيي ويميت فآمنوا بالله ورسوله النبي الأمي الذي يؤمن بالله وكلماته واتبعوه لعلكم تهتدون
Artinya:
Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya. Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk". (Q.S. Al A'raf: 158)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Saba' 28
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (28)
(Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan untuk semua) lafal Kaaffatan berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari lafal An Naas yang sesudahnya, didahulukan mengingat kedudukannya yang sangat penting (manusia sebagai pembawa berita gembira) kepada orang-orang yang beriman, bahwa mereka akan masuk surga (dan sebagai pemberi peringatan) kepada orang-orang kafir bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam neraka (tetapi kebanyakan manusia) yakni orang-orang kafir Mekah (tidak mengetahui hal ini).
29 Dan mereka berkata:` Kapankah (datangnya) janji ini, jika kamu adalah orang-orang yang benar? `.(QS. 34:29)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Saba' 29
وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (29)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa kaum musyrikin menentang Nabi Muhammad saw sebagai pembawa berita gembira bagi orang mukmin dan pemberi peringatan bagi kaum yang ingkar. Muhammad menerangkan kepada mereka bahwa keadilan Allah bukan hanya berlaku di dunia saja tetapi mencakup keadilan di akhirat dan semua perbuatan manusia itu akan dibalasi dengan balasan yang setimpal. Mereka memperolok-olok Nabi saw atas ucapannya itu dan mengatakan bahwa Hari Kiamat itu tidak mungkin terjadi dan sekali-kali tidak akan terjadi. Mereka mengatakan kepadanya dengan nada mengejek. kalau benar Kiamat yang dijanjikan Tuhanmu itu benar akan terjadi, maka terangkanlah kepada kami kapan akan terjadinya. Bahkan pada ayat lain diterangkan bahwa mereka menantang Nabi Muhammad saw supaya kedatangan Hari Kiamat itu disegerakan saja, sebagai tersebut dalam firman Allah:
يستعجل بها الذين لا يؤمنون بها والذين ءامنوا مشفقون منها ويعلمون أنها الحق ألا إن الذين يمارون في الساعة لفي ضلال بعيد
Artinya:
Orang-orang yang tidak beriman kepada Hari Kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan, dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa Kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya Kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh. (Q.S. Asy Syu'ara: 18)
Ejekan dan tantangan mereka itu menunjukkan kebodohan mereka dan ketidaktahuan mereka tentang tugas Muhammad sebagai Rasul dan mereka tidak mengetahui batas-batas tugasnya. Rasul itu hanya seorang manusia yang ditugaskan Allah menyampaikan risalah. Dia bukan orang yang berkuasa dan mempunyai ilmu seperti Tuhannya, ilmu dan kekuasaannya terbatas pada apa yang diberikan Allah kepadanya. Kalau ditanyakan kepadanya tentang hal-hal yang gaib tentulah dia tidak akan dapat memberitahukannya kecuali bila Allah telah memberitahukan kepadanya. Kalau diminta kepadanya agar diturunkan azab atau disegerakan datangnya Hari Kiamat maka permintaan itu adalah di luar batas kemampuannya.
وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (29)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa kaum musyrikin menentang Nabi Muhammad saw sebagai pembawa berita gembira bagi orang mukmin dan pemberi peringatan bagi kaum yang ingkar. Muhammad menerangkan kepada mereka bahwa keadilan Allah bukan hanya berlaku di dunia saja tetapi mencakup keadilan di akhirat dan semua perbuatan manusia itu akan dibalasi dengan balasan yang setimpal. Mereka memperolok-olok Nabi saw atas ucapannya itu dan mengatakan bahwa Hari Kiamat itu tidak mungkin terjadi dan sekali-kali tidak akan terjadi. Mereka mengatakan kepadanya dengan nada mengejek. kalau benar Kiamat yang dijanjikan Tuhanmu itu benar akan terjadi, maka terangkanlah kepada kami kapan akan terjadinya. Bahkan pada ayat lain diterangkan bahwa mereka menantang Nabi Muhammad saw supaya kedatangan Hari Kiamat itu disegerakan saja, sebagai tersebut dalam firman Allah:
يستعجل بها الذين لا يؤمنون بها والذين ءامنوا مشفقون منها ويعلمون أنها الحق ألا إن الذين يمارون في الساعة لفي ضلال بعيد
Artinya:
Orang-orang yang tidak beriman kepada Hari Kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan, dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa Kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya Kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh. (Q.S. Asy Syu'ara: 18)
Ejekan dan tantangan mereka itu menunjukkan kebodohan mereka dan ketidaktahuan mereka tentang tugas Muhammad sebagai Rasul dan mereka tidak mengetahui batas-batas tugasnya. Rasul itu hanya seorang manusia yang ditugaskan Allah menyampaikan risalah. Dia bukan orang yang berkuasa dan mempunyai ilmu seperti Tuhannya, ilmu dan kekuasaannya terbatas pada apa yang diberikan Allah kepadanya. Kalau ditanyakan kepadanya tentang hal-hal yang gaib tentulah dia tidak akan dapat memberitahukannya kecuali bila Allah telah memberitahukan kepadanya. Kalau diminta kepadanya agar diturunkan azab atau disegerakan datangnya Hari Kiamat maka permintaan itu adalah di luar batas kemampuannya.
30 Katakanlah:` Bagimu ada hari yang telah dijanjikan (hari kiamat) yang tiada dapat kamu minta mundur daripadanya barang sesaatpun dan tidak (pula) kamu dapat meminta supaya diajukan `.(QS. 34:30)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah
Saba' 30
قُلْ لَكُمْ مِيعَادُ يَوْمٍ لَا تَسْتَأْخِرُونَ عَنْهُ سَاعَةً وَلَا تَسْتَقْدِمُونَ (30)
Sebagai jawaban atas keingkaran dan tantangan kaum musyrikin itu Allah menyuruh Nabi Muhammad saw menegaskan kepada mereka bahwa Hari Kiamat itu pasti terjadi pada waktu yang telah ditentukan Allah. Bila waktunya sudah tiba maka Kiamat itu tidak dapat diundurkan atau dimajukan walau sesaat pun. Oleh sebab itu hendaklah kamu berhati-hati dan selalu waspada dan bersiap-siap dengan iman dan amal saleh. Sebab bila waktu kiamat sudah datang tidak ada kesempatan lagi bagi seseorang untuk bertobat dan dia akan menyesal kelak bila melihat siksa dan azab yang disediakan bagi orang-orang yang ingkar dan durhaka
قُلْ لَكُمْ مِيعَادُ يَوْمٍ لَا تَسْتَأْخِرُونَ عَنْهُ سَاعَةً وَلَا تَسْتَقْدِمُونَ (30)
Sebagai jawaban atas keingkaran dan tantangan kaum musyrikin itu Allah menyuruh Nabi Muhammad saw menegaskan kepada mereka bahwa Hari Kiamat itu pasti terjadi pada waktu yang telah ditentukan Allah. Bila waktunya sudah tiba maka Kiamat itu tidak dapat diundurkan atau dimajukan walau sesaat pun. Oleh sebab itu hendaklah kamu berhati-hati dan selalu waspada dan bersiap-siap dengan iman dan amal saleh. Sebab bila waktu kiamat sudah datang tidak ada kesempatan lagi bagi seseorang untuk bertobat dan dia akan menyesal kelak bila melihat siksa dan azab yang disediakan bagi orang-orang yang ingkar dan durhaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar