<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH DAFTAR SURAH AL -ANFAL>>
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=1&SuratKe=8#Top
1 Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: `Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman`.(QS. 8:1)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 1
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَنْفَالِ قُلِ الْأَنْفَالُ لِلَّهِ وَالرَّسُولِ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (1)
Ayat ini membicarakan persoalan harta rampasan perang yang diperoleh kaum Muslimin setelah usainya perang Badar Kubra. Perang ini berakhir dengan kemenangan kaum Muslimin. Mereka memperoleh harta rampasan perang yang banyak.
Al-Anfal (Al-Ganimah) ialah segala macam harta yang diperoleh kaum Muslimin dari musuh dalam medan pertempuran. Harta rampasan perang dinamakan Al-Anfal (bentuk jamak dari Nafal) karena harta-harta ini menjadi harta kekayaan kaum Muslimin.
Setelah kaum Muslimin memperoleh harta rampasan perang itu, terjadilah perselisihan pendapat di antara mereka yang ikut berperang. Perselisihan itu mengenai cara-cara pembagiannya, dan pihak-pihak manakah yang berhak mendapatnya. Pihak pemuda ataukah pihak orang-orang tua, pihak-pihak orang Muhajirin atau pihak Ansar, ataukah pula masing-masing pihak sama-sama mendapat bagian. Persoalan itu dibawa kepada Rasulullah saw. agar mendapat keputusan yang adil. Al-Anfal (Al-Ganimah) ialah segala macam harta yang diperoleh kaum Muslimin dari musuh dalam medan pertempuran. Harta rampasan perang dinamakan Al-Anfal (bentuk jamak dari Nafal) karena harta-harta ini menjadi harta kekayaan kaum Muslimin.
Perselisihan kaum Muslimin tentang harta rampasan perang yang menjadi latar belakang turunnya ayat ini diriwayatkan Ubadah bin Shamit, katanya:
خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فشهدت معه بدرا فالتقى الناس فهزم الله تعالى العدو، فانطلقت طائفة في آثارهم يهزمون ويقتلون وأقبلت طائفة على العسكرى يحوزون ويجمعونه وأحدقت طائفة برسول الله صلى الله عليه وسلم لا يصيب العدوا منه غرة حتى إذا كان الليل وفاء الناس بعضهم إلى بعض قال الذين جمعوا الغنائم: نحن هويناها وجمعنا ها، فليس لأحد فيها نصيب وقال الذين خرجوا فى طاب العدو: لستم بأحق بها منا نحن نفينا عنها العدو وهزمنا هم وقال الذين أحدقوا برسول الله صلى الله عليه وسلم: لستم بأحق بها منا نحن أحدقنا برسول الله صلى الله عليه وسلم وخفنا أن يصيب العدو منه غرة واشتغلنا به فنزلت: (يسئلونك عن الأنفال) الأية فقسمها رسول الله صلى الله عليه وسلم على فواق من المسلمين
Artinya:
Kami pergi bersama-sama Rasulullah dan saya turut menghadiri Badar. Orang-orang pun telah berhadapan muka satu dengan yang lain. Maka Allah telah menghancurkan musuh-musuhnya. Kemudian satu kelompok mengejar sambil menyerang dan menggempur musuh, dan satu kelompok menghadapi barisan untuk menghimpun mereka, dan sekelompok lagi melindungi Rasulullah saw. agar musuh tidak menyerang diri beliau secara tiba-tiba. (Peristiwa ini berlangsung) hingga malam tiba dan orang-orang telah bergabung kembali satu dengan yang lain. Orang-orang yang bertugas mengumpulkan harta rampasan perang berkata: "Kamilah yang merampas dan mengumpulkannya, maka tak ada seorang pun yang mendapat bagian selain kami." Sedang orang-orang yang maju mengejar musuh berkata: "Kamu tidak lebih berhak untuk mendapatkannya daripada kami. Kamilah yang merampas harta rampasan perang itu dan kamilah yang menyerang mereka." Sedang Orang-orang yang melindungi Rasulullah, berkata: "Kamu tiadalah lebih berhak untuk mendapatkannya daripada kami, Kamilah yang melindungi Rasulullah, sedang kami khawatir kalau-kalau musuh menyerang beliau, kami sibuk melindungi beliau." Maka turunlah ayat ini. Setelah itu Rasulullah saw. membagi harta rampasan itu di antara kelompok kaum muslimin."
(H.R Ahmad dan Al Bukhari dari Ubadah bin Samit)
Sebagai jawaban atas pertanyaan kaum Muslimin itu Allah swt. memerintahkan kepada Rasulullah saw. untuk menetapkan hukumnya, bahwa harta rampasan perang itu adalah hak Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu yang menentukan pembagian harta rampasan itu bukan regu pemuda atau bukan regu orang-orang tua, bukan orang-orang Muhajirin atau orang-orang Ansar, bukan pula regu penyerang, regu pelindung, atau regu pengumpul harta rampasan perang tetapi Allahlah yang menentukan dengan wahyu-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Rasulullah membagi harta rampasan perang itu secara merata di antara kaum Muslimin.
Dalam ketentuan ini terkandung pelajaran yang tinggi bagi kaum Muslimin agar mereka tidak beranggapan, bahwa harta rampasan perang yang mereka peroleh itu merupakan imbalan jasa peperangan, tetapi semata-mata mereka peroleh karena karunia Allah. Kalau mereka beranggapan bahwa harta rampasan perang itu mereka peroleh sebagai imbalan jasa, maka perjuangan mereka tidak murni lagi, tidak semata-mata karena Allah dan Rasul-Nya. Dan memberi dorongan pula kepada kaum Muslimin agar mereka dalam menghadapi tanggungjawab yang berat, hendaklah mereka hadapi secara bersama-sama, dan apabila mendapat kenikmatan supaya dirasakan bersama-sama pula.
Mengenai pembagian harta rampasan perang secara terperinci akan diuraikan penafsirannya pada ayat 41 surah ini. Allah swt. memerintahkan pula kepada Rasulullah saw. agar kaum Muslimin bertakwa, menjauhi perselisihan dan persengketaan yang biasanya menimbulkan kesusahan dan menjerumuskan mereka kepada kemurkaan Allah. Takwa diperlukan dalam setiap keadaan, terlebih-lebih dalam peperangan, akibat perselisihan dapat dirasakan, yaitu mengganggu persatuan dan menyebabkan perpecahan yang mengakibatkan kekalahan.
Sesudah itu Allah swt. memerintahkan agar kaum Muslimin memperbaiki hubungan sesama muslim, yaitu menjalin cinta kasih dan memperkokoh kesatuan pendapat. Hal inilah yang dapat mengikat mereka dalam kesatuan gerak dalam mencapai cita-cita bersama, yaitu mempertinggi kalimat Allah. Persatuan dan kesatuan ini menjadi dasar kekuatan umat dalam segala bidang. Itulah sebabnya, maka memperbaiki hubungan di antara sesama muslim diwajibkan agar kaum Muslimin menyadari akan kepentingannya, yaitu menghindari bahaya yang mengancam mereka, bahaya keretakan yang mengguncangkan kesatuan umat. Hal ini jelas tergambar pada saat terjadinya perselisihan yang terjadi di antara kelompok-kelompok karena yang satu merasa lebih berjasa dari kelompok yang lain. Demikian pula hal ini terjadi karena mereka melupakan tugas mereka yang penting, yaitu bahwa tugas mempertahankan kebenaran itu adalah tugas keseluruhan mereka.
Pada akhir ayat Allah swt. menegaskan agar kaum muslimin menaati Allah dan Rasul dalam hal ini menaati macam ketentuan perang, yaitu yang disampaikan kepada Rasulullah saw. dengan perantaraan wahyu. Ketentuan Allah wajib ditaati, lantaran Dia itu Tuhan seru sekalian alam dan Yang Maha Kuasa, sedang taat kepada Rasul dalam urusan agama berarti taat kepada Allah karena dialah yang menyampaikan agama itu dan memberikan penjelasan yang tertuang dalam perkataan, perbuatan serta keputusannya.
Perintah ini ditegaskan pada saat kaum muslimin dalam keadaan bersengketa mengenai pembagian harta rampasan perang untuk mengingatkan mereka bahwa dalam saat-saat bagaimana pun juga kaum muslimin harus tetap menaati Allah dan Rasul-Nya, agar mereka tidak tersesat kepada perpecahan karena ambisi golongan dan kemauan hawa nafsu yang biasanya menjerumuskan mereka kepada kehancuran.
Di dalam ayat ini terdapat beberapa anasir penting yang dapat memelihara kesatuan umat; yaitu takwa, memperbaiki hubungan sesama muslim, dan menaati Allah dan Rasul di dalam setiap keadaan.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Anfaal 1
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَنْفَالِ قُلِ الْأَنْفَالُ لِلَّهِ وَالرَّسُولِ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (1)
(Mereka menanyakan kepadamu) hai Muhammad (tentang harta rampasan) perang, siapakah yang berhak menerimanya (Katakanlah,) kepada mereka ("Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan rasul-Nya) harta rampasan perang itu terserah menurut kesukaan Allah dan rasul-Nya; kemudian Rasulullah saw. membagi-bagikan harta rampasan itu secara merata kepada mereka semuanya. Demikianlah menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim di dalam kitab Al-Mustadrak (sebab itu bertakwalah kalian kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu) yakni jalinlah kembali hubungan antara kalian dengan penuh kecintaan dan tinggalkanlah persengketaan (dan taatlah kalian kepada Allah dan rasul-Nya, jika kamu adalah orang-orang yang beriman.") yang benar-benar beriman.
2 Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal,(QS. 8:2)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 2
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2)
Allah swt. menjelaskan bahwa orang-orang mukmin ialah mereka yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat seperti tersebut dalam ayat ini. Tiga sifat disebutkan dalam ayat ini, sedang dua sifat lagi disebutkan dalam ayat berikutnya.
Sifat yang pertama:
Ialah mereka yang apabila disebutkan nama Allah gemetarlah hatinya karena ingat keagungan dan kekuasaan-Nya. Pada saat itu timbullah dalam jiwanya perasaan penuh haru mengingat besarnya nikmat dan karunia-Nya. Dalam pada itu mereka merasa takut apabila mereka tidak memenuhi tugas kewajiban sebagai hamba Allah, dan merasa berdosa apabila melanggar larangan-larangan-Nya.
Gemetarlah hati sebagai perumpamaan dari perasaan takut adalah sikap mental yang bersifat abstrak yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Sedang orang lain dapat mengetahui dengan memperhatikan tanda-tanda lahiriah dari orang yang merasakannya yang terlukis dalam perkataan atau gerak-gerik dalam perbuatan.
Sikap mental itu adakalanya tampak dalam perkataan sebagaimana tergambar dalam firman Allah:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (60)
Artinya:
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.
(Q.S Al Mu'minun: 60)
Dan adakalanya tampak pada gerak-gerik dalam perbuatan, firman Allah swt.:
إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ إِنَّا مِنْكُمْ وَجِلُونَ (52)
Artinya:
Ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mereka mengucapkan "salam". Berkata Ibrahim: "Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu."
(Q.S Al Hijr: 52)
Sifat yang kedua:
Ialah mereka yang apabila dibacakan ayat-ayat Allah bertambah iman mereka karena ayat-ayat itu mengandung dalil-dalil yang kuat yang mempengaruhi jiwanya sedemikian rupa, sehingga mereka bertambah yakin dan mantap serta dapat memahami kandungan isinya, sedang anggota badannya tergerak untuk melaksanakannya.
Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa iman seseorang dapat bertambah dan dapat berkurang sesuai dengan ilmu dan amalnya, Rasulullah bersabda:
الأيمان بضع وسبعون شعبة أعلاها شهادة أن لا إله إلا الله وأدناها إماطة الأذى عن الطريق
Artinya:
Iman itu ada 79 cabang yang tertinggi adalah pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.
(H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa bertambahnya iman seseorang tampak apabila ia lebih giat beramal. Iman dan amal adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisahkan.
Firman Allah swt.:
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (173)
Artinya:
(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu karena itu takutlah pada mereka." Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadikan Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."
(Q.S Ali Imran: 173)
Dan firman Allah:
وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا (22)
Artinya:
Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan memang benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.
(Q.S Al ahzab: 22)
Sifat yang ketiga:
Ialah mereka yang bertawakal hanya kepada Allah Yang Maha Esa, tidak berserah diri kepada yang lain-Nya. Tawakal adalah tingkat tinggi dan tangga tauhid, dan merupakan senjata terakhir dan rentetan usaha seseorang dalam mewujudkan serentetan amal setelah dipersiapkan sarana-sarana dan syarat-syarat yang diperlukan guna terwujudnya rangkaian amal itu. Hal ini dapat dipahami, karena pada hakikatnya segala macam gerak dan perbuatan hanyalah terwujud menurut hukum-hukum yang berlaku yang tunduk di bawah kekuasaan Allah. Maka tidak benarlah apabila seseorang itu berserah diri kepada selain Allah.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2)
Allah swt. menjelaskan bahwa orang-orang mukmin ialah mereka yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat seperti tersebut dalam ayat ini. Tiga sifat disebutkan dalam ayat ini, sedang dua sifat lagi disebutkan dalam ayat berikutnya.
Sifat yang pertama:
Ialah mereka yang apabila disebutkan nama Allah gemetarlah hatinya karena ingat keagungan dan kekuasaan-Nya. Pada saat itu timbullah dalam jiwanya perasaan penuh haru mengingat besarnya nikmat dan karunia-Nya. Dalam pada itu mereka merasa takut apabila mereka tidak memenuhi tugas kewajiban sebagai hamba Allah, dan merasa berdosa apabila melanggar larangan-larangan-Nya.
Gemetarlah hati sebagai perumpamaan dari perasaan takut adalah sikap mental yang bersifat abstrak yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Sedang orang lain dapat mengetahui dengan memperhatikan tanda-tanda lahiriah dari orang yang merasakannya yang terlukis dalam perkataan atau gerak-gerik dalam perbuatan.
Sikap mental itu adakalanya tampak dalam perkataan sebagaimana tergambar dalam firman Allah:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (60)
Artinya:
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.
(Q.S Al Mu'minun: 60)
Dan adakalanya tampak pada gerak-gerik dalam perbuatan, firman Allah swt.:
إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ إِنَّا مِنْكُمْ وَجِلُونَ (52)
Artinya:
Ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mereka mengucapkan "salam". Berkata Ibrahim: "Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu."
(Q.S Al Hijr: 52)
Sifat yang kedua:
Ialah mereka yang apabila dibacakan ayat-ayat Allah bertambah iman mereka karena ayat-ayat itu mengandung dalil-dalil yang kuat yang mempengaruhi jiwanya sedemikian rupa, sehingga mereka bertambah yakin dan mantap serta dapat memahami kandungan isinya, sedang anggota badannya tergerak untuk melaksanakannya.
Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa iman seseorang dapat bertambah dan dapat berkurang sesuai dengan ilmu dan amalnya, Rasulullah bersabda:
الأيمان بضع وسبعون شعبة أعلاها شهادة أن لا إله إلا الله وأدناها إماطة الأذى عن الطريق
Artinya:
Iman itu ada 79 cabang yang tertinggi adalah pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.
(H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa bertambahnya iman seseorang tampak apabila ia lebih giat beramal. Iman dan amal adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisahkan.
Firman Allah swt.:
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (173)
Artinya:
(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu karena itu takutlah pada mereka." Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadikan Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."
(Q.S Ali Imran: 173)
Dan firman Allah:
وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا (22)
Artinya:
Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan memang benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.
(Q.S Al ahzab: 22)
Sifat yang ketiga:
Ialah mereka yang bertawakal hanya kepada Allah Yang Maha Esa, tidak berserah diri kepada yang lain-Nya. Tawakal adalah tingkat tinggi dan tangga tauhid, dan merupakan senjata terakhir dan rentetan usaha seseorang dalam mewujudkan serentetan amal setelah dipersiapkan sarana-sarana dan syarat-syarat yang diperlukan guna terwujudnya rangkaian amal itu. Hal ini dapat dipahami, karena pada hakikatnya segala macam gerak dan perbuatan hanyalah terwujud menurut hukum-hukum yang berlaku yang tunduk di bawah kekuasaan Allah. Maka tidak benarlah apabila seseorang itu berserah diri kepada selain Allah.
3 (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.(QS. 8:3)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 3
الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3)
Kemudian daripada itu Allah swt. menjelaskan sifat-sifat lahiriyah dari orang-orang muslim sebagai kelanjutan dari sifat-sifat yang telah lalu.
Sifat yang keempat:
Ialah mereka yang mendirikan salat secara tetap dan sempurna syarat-syarat atau rukun-rukunnya, serta tepat pada waktunya, sedang jiwanya khusyuk mengikuti gerak lahiriyah dan tunduk semata kepada Allah swt.
Sifat yang kelima: /4
Ialah mereka yang membelanjakan sebagian dari harta yang diberikan kepadanya. Yang dimaksud dengan membelanjakan harta dalam ayat ini ialah pengeluaran zakat, memberi nafkah kepada keluarga dekat atau pun jauh atau membantu kegiatan sosial dan kepentingan agama serta kemaslahatan umat.
الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3)
Kemudian daripada itu Allah swt. menjelaskan sifat-sifat lahiriyah dari orang-orang muslim sebagai kelanjutan dari sifat-sifat yang telah lalu.
Sifat yang keempat:
Ialah mereka yang mendirikan salat secara tetap dan sempurna syarat-syarat atau rukun-rukunnya, serta tepat pada waktunya, sedang jiwanya khusyuk mengikuti gerak lahiriyah dan tunduk semata kepada Allah swt.
Sifat yang kelima: /4
Ialah mereka yang membelanjakan sebagian dari harta yang diberikan kepadanya. Yang dimaksud dengan membelanjakan harta dalam ayat ini ialah pengeluaran zakat, memberi nafkah kepada keluarga dekat atau pun jauh atau membantu kegiatan sosial dan kepentingan agama serta kemaslahatan umat.
4 Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.(QS. 8:4)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 4
أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (4)
Sesudah itu Allah swt. menegaskan bahwa orang-orang yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat tersebut adalah orang-orang mukmin yang benar. Ibnu Hazm menjelaskan bahwa sifat-sifat ini adalah sifal-sifat yang dapat diketahui dari dirinya, maka apabila seseorang mengetahui bahwa dirinya telah beriman kepada Allah, kepada Rasul-Nya Muhammad saw. dan meyakini bahwa apa yang dibawa Nabi itu benar, sedang orang itu mengikrarkan semua pengakuannya itu dengan lisan, maka wajiblah ia mengatakan bahwa ia telah menjadi orang mukmin yang benar.
Di akhir ayat Allah swt. menjelaskan imbalan yang akan diterima oleh orang-orang mukmin yang benar-benar beriman dan menghiasi dirinya dengan sifat sifat yang telah disebutkan, yaitu mereka akan memperoleh derajat yang tinggi dan kedudukan yang mulia di sisi Allah. Hal ini adalah karena kuasa Allah semata. Allah berkuasa menciptakan segala macam bentuk kehidupan, maka Dia berkuasa pula memberikan keutamaan kepada makhluk-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.
Derajat yang tinggi itu dapat berupa keutamaan hidup di dunia dan dapat berupa keutamaan hidup di akhirat, atau kedua-duanya.
Allah berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (20)
Artinya:
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
(Q.S At Taubah: 20)
Dan firman Allah swt.:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ
Artinya:
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat. (Q.S Al An'am: 165)
أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (4)
Sesudah itu Allah swt. menegaskan bahwa orang-orang yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat tersebut adalah orang-orang mukmin yang benar. Ibnu Hazm menjelaskan bahwa sifat-sifat ini adalah sifal-sifat yang dapat diketahui dari dirinya, maka apabila seseorang mengetahui bahwa dirinya telah beriman kepada Allah, kepada Rasul-Nya Muhammad saw. dan meyakini bahwa apa yang dibawa Nabi itu benar, sedang orang itu mengikrarkan semua pengakuannya itu dengan lisan, maka wajiblah ia mengatakan bahwa ia telah menjadi orang mukmin yang benar.
Di akhir ayat Allah swt. menjelaskan imbalan yang akan diterima oleh orang-orang mukmin yang benar-benar beriman dan menghiasi dirinya dengan sifat sifat yang telah disebutkan, yaitu mereka akan memperoleh derajat yang tinggi dan kedudukan yang mulia di sisi Allah. Hal ini adalah karena kuasa Allah semata. Allah berkuasa menciptakan segala macam bentuk kehidupan, maka Dia berkuasa pula memberikan keutamaan kepada makhluk-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.
Derajat yang tinggi itu dapat berupa keutamaan hidup di dunia dan dapat berupa keutamaan hidup di akhirat, atau kedua-duanya.
Allah berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (20)
Artinya:
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
(Q.S At Taubah: 20)
Dan firman Allah swt.:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ
Artinya:
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat. (Q.S Al An'am: 165)
5 Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya,(QS. 8:5)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 5
كَمَا أَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِنْ بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ (5)
Allah swt. menjelaskan bahwa Dia mengatur pembagian harta rampasan perang itu secara adil sebagaimana juga Allah swt. memerintahkan kepada mereka pergi untuk bertempur untuk membela agama Allah secara adil pula. Timbullah perselisihan pendapat mereka mengenai harta rampasan perang sama halnya dengan perselisihan pendapat mereka sewaktu mereka dibawa pergi untuk menghadapi kafilah yang dipimpin Abu Sufyan atau pasukan kafir Quraisy yang datang dari Mekah untuk membela kafilah Abu Sufyan itu.
Maka apabila ada sebagian orang yang tidak menyukai ketetapan Allah mengenai pembagian harta rampasan perang, maka hal itu adalah tanda bahwa iman mereka belum benar sebagaimana juga halnya yang demikian itu terjadi pada saat menjelang perang Badar. Mereka itu tidak mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya enggan meninggalkan rumah untuk bertempur ke medan perang, karena mereka masih belum menjadi orang mukmin yang benar.
Di akhir ayat Allah swt. menjelaskan bahwa sebagian dari orang mukmin ada yang tidak senang akan keputusan Nabi Muhammad saw. untuk menyerang musuh ke luar kota. Hal ini disebabkan karena persiapan perang mereka belum lengkap. Namun anggapan serupa ini adalah tidak benar, karena betapa pun juga kesulitan yang akan mereka hadapi, semestinya mereka tidak boleh mengelak lagi, karena hal itu telah menjadi keputusan.
Perselisihan yang terjadi di antara mereka ini dapat diperhatikan dalam riwayat tersebut di bawah ini:
"Setelah Rasulullah mendengar berita bahwa Abu Sufyan bin Harb membawa rombongan unta dari Syam, Nabi menggerakkan kaum Muslimin untuk menghadangnya. Nabi bersabda: "Kafilah ini membawa harta benda (barang dagangan), maka pergilah kamu untuk menghadapinya boleh jadi Allah menjadikan harta benda itu sebagai rampasan perang bagi kamu." Maka bergeraklah para sahabat. Di antara kaum muslimin itu ada yang tidak merasa keberatan, dan ada pula yang merasa keberatan, hal ini karena mereka tidak meyakini bahwa Rasulullah saw. akan menghadapi peperangan sedang Abu Sufyan pada ketika mendekati Hijaz telah mengerahkan orang-orang yang memata-matai untuk memperoleh keterangan dengan jalan menanyakan kepada orang-orang yang berkendaraan yang ditemuinya, sehingga ia memperoleh berita dari mereka itu bahwa Muhammad telah mengerahkan para sahabatnya untuk menghadapi kafilahnya. Maka Abu Sufyan mengupah Damdam bin Amr Al-Giffari untuk pergi ke Mekah dan menyuruhnya supaya menemui orang-orang Quraisy agar mereka menggerakkan orang-orang melindungi harta mereka dan agar disampaikan berita bahwa Muhammad telah menghadang harta benda itu. Sesudah itu pergilah Damdam bin Amr dengan segera ke Mekah, dan Rasul pun pergi bersama para sahabatnya sehingga sampai ke lembah yang disebut Zafran. Setelah beliau sampai di wadi itu, sampailah berita keberangkatan orang-orang Quraisy kepada beliau untuk melindungi kafilah mereka. Karena itu Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabatnya. Lalu Abu Bakar bangkit dan berkata mengemukakan tanggapan yang baik pula. Sesudah itu Miqdad bin Amir bangkit dan berkata: "Ya Rasulullah! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah, kami selalu menyertaimu. Demi Allah, kami tidak akan berkata kepadamu seperti apa yang telah dikatakan Bani Israil kepada Musa "pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanyalah duduk menanti di sini saja", tetapi pergilah engkau bersama-sama Tuhanmu, maka sungguh kami akan menyertaimu. Demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar! Andaikata kamu pergi membawa kami ke Barkil Gimad (sebuah kota di Habasyah) niscaya kami tetap bersamamu menuju kota itu, sehingga engkau sampai ke sana." Kemudian Rasulullah saw. mengucapkan tanggapan yang baik dan berdoa untuknya dengan doa yang baik pula. Sesudah itu Rasulullah saw. bersabda: "Wahai manusia, berilah pertimbangan kepadaku!" Perkataan itu ditujukan kepada orang-orang Ansar. Hal ini karena mereka telah berbaiat kepada Nabi di Aqabah. Mereka berkata: "Hai Rasulullah! Sebenarnya kami telah melindungi engkau hingga engkau tiba di negeri kami, maka apabila engkau telah sampai kepada kami, engkau telah berada di bawah perlindungan kami. Kami melindungi engkau sebagaimana kami melindungi anak-anak kami dan istri-istri kami." Rasulullah saw. sebenarnya khawatir bahwa orang-orang Ansar tidak merasa perlu membantunya, terkecuali apabila musuh menyerang ke dalam kota, dan mereka tidak merasa berkewajiban membela Nabi apabila Nabi menyerang. Maka setelah Rasulullah saw. mengatakan demikian, Sa'ad bin Mu'az berkata: "Demi Allah! Rupanya yang engkau maksud ialah kami (para Ansar)." Nabi menjawab: "Ya." Kemudian Sa'ad berkata: "Sebenarnyalah kami telah beriman kepadamu dan telah membenarkan agamamu, serta menyaksikan bahwa apa yang engkau bawa itu telah memberikan perjanjian untuk dipatuhi, maka laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah. Maka demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar, andaikata engkau mengajak kami menyeberang lautan, tentulah kami akan menyeberanginya, tidak ada seorang pun di antara kami yang berkeberatan dan tidak pula yang mengingkari apabila engkau mengajak kami menghadap musuh esok pagi. Sebenarnya kami ini adalah orang-orang yang tabah dalam peperangan serta ikhlas menghadapi musuh. Semoga Allah menampakkan kepadamu apa yang menyenangkan hatimu. Maka pergilah bersama kami di bawah lindungan Allah." Sesudah itu Rasulullah merasa gembira dengan pendapat Sa'ad dan ketangkasannya menghadapi perang. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: "Pergilah kamu di bawah lindungan Allah dan bergembiralah bahwa Allah telah menjanjikan kemenangan di antara dua barisan musuh. Demi Allah seolah-olah kami melihat musuh dalam keadaan tersungkur."
(H.R Ibnu Ishak dari Ibnu 'Abbas)
كَمَا أَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِنْ بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ (5)
Allah swt. menjelaskan bahwa Dia mengatur pembagian harta rampasan perang itu secara adil sebagaimana juga Allah swt. memerintahkan kepada mereka pergi untuk bertempur untuk membela agama Allah secara adil pula. Timbullah perselisihan pendapat mereka mengenai harta rampasan perang sama halnya dengan perselisihan pendapat mereka sewaktu mereka dibawa pergi untuk menghadapi kafilah yang dipimpin Abu Sufyan atau pasukan kafir Quraisy yang datang dari Mekah untuk membela kafilah Abu Sufyan itu.
Maka apabila ada sebagian orang yang tidak menyukai ketetapan Allah mengenai pembagian harta rampasan perang, maka hal itu adalah tanda bahwa iman mereka belum benar sebagaimana juga halnya yang demikian itu terjadi pada saat menjelang perang Badar. Mereka itu tidak mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya enggan meninggalkan rumah untuk bertempur ke medan perang, karena mereka masih belum menjadi orang mukmin yang benar.
Di akhir ayat Allah swt. menjelaskan bahwa sebagian dari orang mukmin ada yang tidak senang akan keputusan Nabi Muhammad saw. untuk menyerang musuh ke luar kota. Hal ini disebabkan karena persiapan perang mereka belum lengkap. Namun anggapan serupa ini adalah tidak benar, karena betapa pun juga kesulitan yang akan mereka hadapi, semestinya mereka tidak boleh mengelak lagi, karena hal itu telah menjadi keputusan.
Perselisihan yang terjadi di antara mereka ini dapat diperhatikan dalam riwayat tersebut di bawah ini:
"Setelah Rasulullah mendengar berita bahwa Abu Sufyan bin Harb membawa rombongan unta dari Syam, Nabi menggerakkan kaum Muslimin untuk menghadangnya. Nabi bersabda: "Kafilah ini membawa harta benda (barang dagangan), maka pergilah kamu untuk menghadapinya boleh jadi Allah menjadikan harta benda itu sebagai rampasan perang bagi kamu." Maka bergeraklah para sahabat. Di antara kaum muslimin itu ada yang tidak merasa keberatan, dan ada pula yang merasa keberatan, hal ini karena mereka tidak meyakini bahwa Rasulullah saw. akan menghadapi peperangan sedang Abu Sufyan pada ketika mendekati Hijaz telah mengerahkan orang-orang yang memata-matai untuk memperoleh keterangan dengan jalan menanyakan kepada orang-orang yang berkendaraan yang ditemuinya, sehingga ia memperoleh berita dari mereka itu bahwa Muhammad telah mengerahkan para sahabatnya untuk menghadapi kafilahnya. Maka Abu Sufyan mengupah Damdam bin Amr Al-Giffari untuk pergi ke Mekah dan menyuruhnya supaya menemui orang-orang Quraisy agar mereka menggerakkan orang-orang melindungi harta mereka dan agar disampaikan berita bahwa Muhammad telah menghadang harta benda itu. Sesudah itu pergilah Damdam bin Amr dengan segera ke Mekah, dan Rasul pun pergi bersama para sahabatnya sehingga sampai ke lembah yang disebut Zafran. Setelah beliau sampai di wadi itu, sampailah berita keberangkatan orang-orang Quraisy kepada beliau untuk melindungi kafilah mereka. Karena itu Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabatnya. Lalu Abu Bakar bangkit dan berkata mengemukakan tanggapan yang baik pula. Sesudah itu Miqdad bin Amir bangkit dan berkata: "Ya Rasulullah! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah, kami selalu menyertaimu. Demi Allah, kami tidak akan berkata kepadamu seperti apa yang telah dikatakan Bani Israil kepada Musa "pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanyalah duduk menanti di sini saja", tetapi pergilah engkau bersama-sama Tuhanmu, maka sungguh kami akan menyertaimu. Demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar! Andaikata kamu pergi membawa kami ke Barkil Gimad (sebuah kota di Habasyah) niscaya kami tetap bersamamu menuju kota itu, sehingga engkau sampai ke sana." Kemudian Rasulullah saw. mengucapkan tanggapan yang baik dan berdoa untuknya dengan doa yang baik pula. Sesudah itu Rasulullah saw. bersabda: "Wahai manusia, berilah pertimbangan kepadaku!" Perkataan itu ditujukan kepada orang-orang Ansar. Hal ini karena mereka telah berbaiat kepada Nabi di Aqabah. Mereka berkata: "Hai Rasulullah! Sebenarnya kami telah melindungi engkau hingga engkau tiba di negeri kami, maka apabila engkau telah sampai kepada kami, engkau telah berada di bawah perlindungan kami. Kami melindungi engkau sebagaimana kami melindungi anak-anak kami dan istri-istri kami." Rasulullah saw. sebenarnya khawatir bahwa orang-orang Ansar tidak merasa perlu membantunya, terkecuali apabila musuh menyerang ke dalam kota, dan mereka tidak merasa berkewajiban membela Nabi apabila Nabi menyerang. Maka setelah Rasulullah saw. mengatakan demikian, Sa'ad bin Mu'az berkata: "Demi Allah! Rupanya yang engkau maksud ialah kami (para Ansar)." Nabi menjawab: "Ya." Kemudian Sa'ad berkata: "Sebenarnyalah kami telah beriman kepadamu dan telah membenarkan agamamu, serta menyaksikan bahwa apa yang engkau bawa itu telah memberikan perjanjian untuk dipatuhi, maka laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah. Maka demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar, andaikata engkau mengajak kami menyeberang lautan, tentulah kami akan menyeberanginya, tidak ada seorang pun di antara kami yang berkeberatan dan tidak pula yang mengingkari apabila engkau mengajak kami menghadap musuh esok pagi. Sebenarnya kami ini adalah orang-orang yang tabah dalam peperangan serta ikhlas menghadapi musuh. Semoga Allah menampakkan kepadamu apa yang menyenangkan hatimu. Maka pergilah bersama kami di bawah lindungan Allah." Sesudah itu Rasulullah merasa gembira dengan pendapat Sa'ad dan ketangkasannya menghadapi perang. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: "Pergilah kamu di bawah lindungan Allah dan bergembiralah bahwa Allah telah menjanjikan kemenangan di antara dua barisan musuh. Demi Allah seolah-olah kami melihat musuh dalam keadaan tersungkur."
(H.R Ibnu Ishak dari Ibnu 'Abbas)
6 mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).(QS. 8:6)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 6
يُجَادِلُونَكَ فِي الْحَقِّ بَعْدَ مَا تَبَيَّنَ كَأَنَّمَا يُسَاقُونَ إِلَى الْمَوْتِ وَهُمْ يَنْظُرُونَ (6)
Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan, bahwa di antara orang-orang mukmin ada yang membantah keputusan yang telah ditetapkan, yaitu keputusan menyerang musuh yang datang dari Mekah di bawah pimpinan Abu Jahal padahal keputusan itu adalah kebenaran yang sudah nyata dan mereka telah dijanjikan kemenangan oleh Allah di mana saja mereka berada. Akan tetapi mereka mengelak dari keputusan itu, karena lebih menyukai menghadapi rombongan musuh di bawah pimpinan Abu Sufyan. Mereka mengelak untuk bertempur dengan pasukan musuh yang datang dari Mekah dan digambarkan oleh Allah seolah-olah mereka itu dihalau kepada kematian. Mereka memberikan alasan bahwa belum mempersiapkan segala-galanya untuk berperang. Dalam hal ini mereka seolah-olah berusaha membelokkan pengertian bahwa janji kemenangan yang akan diberikan Allah kepada orang-orang Muslimin dari salah satu dua rombongan itu ialah kafilah Abu Sufyan. Hal ini adalah pendapat mereka saja dengan alasan tidak lengkapnya persiapan mereka untuk berperang. Itulah sebabnya maka Allah swt. menggambarkan keadaan mereka seolah-olah mereka melihat sebab-sebab kematian itu. Apabila ditinjau dari segi strategi perang maka keputusan Nabi untuk menghadapi bala tentara Quraisy meskipun diperlengkapi dengan perlengkapan perang yang cukup adalah tepat, karena seumpama serangan mereka ditujukan kepada rombongan unta yang datang dari Syam, niscaya kaum Muslimin akan menjadi sasaran yang empuk bagi bala tentara Quraisy, karena orang-orang Quraisy dapat memukul kaum Muslimin dari belakang. Hal ini karena bala tentara Quraisy sudah menduga sebelumnya bahwa orang-orang Islam sudah siap untuk menghadang rombongan unta.
يُجَادِلُونَكَ فِي الْحَقِّ بَعْدَ مَا تَبَيَّنَ كَأَنَّمَا يُسَاقُونَ إِلَى الْمَوْتِ وَهُمْ يَنْظُرُونَ (6)
Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan, bahwa di antara orang-orang mukmin ada yang membantah keputusan yang telah ditetapkan, yaitu keputusan menyerang musuh yang datang dari Mekah di bawah pimpinan Abu Jahal padahal keputusan itu adalah kebenaran yang sudah nyata dan mereka telah dijanjikan kemenangan oleh Allah di mana saja mereka berada. Akan tetapi mereka mengelak dari keputusan itu, karena lebih menyukai menghadapi rombongan musuh di bawah pimpinan Abu Sufyan. Mereka mengelak untuk bertempur dengan pasukan musuh yang datang dari Mekah dan digambarkan oleh Allah seolah-olah mereka itu dihalau kepada kematian. Mereka memberikan alasan bahwa belum mempersiapkan segala-galanya untuk berperang. Dalam hal ini mereka seolah-olah berusaha membelokkan pengertian bahwa janji kemenangan yang akan diberikan Allah kepada orang-orang Muslimin dari salah satu dua rombongan itu ialah kafilah Abu Sufyan. Hal ini adalah pendapat mereka saja dengan alasan tidak lengkapnya persiapan mereka untuk berperang. Itulah sebabnya maka Allah swt. menggambarkan keadaan mereka seolah-olah mereka melihat sebab-sebab kematian itu. Apabila ditinjau dari segi strategi perang maka keputusan Nabi untuk menghadapi bala tentara Quraisy meskipun diperlengkapi dengan perlengkapan perang yang cukup adalah tepat, karena seumpama serangan mereka ditujukan kepada rombongan unta yang datang dari Syam, niscaya kaum Muslimin akan menjadi sasaran yang empuk bagi bala tentara Quraisy, karena orang-orang Quraisy dapat memukul kaum Muslimin dari belakang. Hal ini karena bala tentara Quraisy sudah menduga sebelumnya bahwa orang-orang Islam sudah siap untuk menghadang rombongan unta.
7 Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir,(QS. 8:7)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 7
وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ (7)
Sesudah itu Allah swt. mengingatkan kaum Muslimin akan suatu peristiwa yang penting, yaitu pada saat Allah swt. menjanjikan kemenangan kepada kaum Muslimin melawan salah satu dari dua golongan yang dihadapi itu yaitu salah satu di antara rombongan berkuda yang membawa harta dagangan atau bala tentara Quraisy yang membawa peralatan perang yang lengkap. Pada saat itu kaum Muslimin cenderung memilih berhadapan dengan rombongan yang membawa dagangan yang jumlahnya tidak lebih dari 40 kuda. Hal ini adalah sebagai sindiran kepada sebagian kaum muslimin yang takut terlibat dalam peperangan, tetapi mereka ingin mendapat harta yang banyak.
Kecenderungan mereka ini jauh dari kebenaran, karena tujuan mereka telah berbelok pada kesenangan materiil. Yaitu mereka telah berbelok dari menegakkan tauhid dan menghancurkan kemusyrikan. Itulah sebabnya Allah swt. menjelaskan kepada mereka bahwa yang dikehendaki Allah tidak seperti yang mereka inginkan. Allah menghendaki agar kaum Muslimin menegakkan kebenaran sesuai dengan wahyu yang telah diturunkan kepada Rasul-Nya yang menyatakan bahwa kemenangan itu akan diperoleh kaum Muslimin dari salah satu di antara dua rombongan. Sasaran tempur yang harus dipilih itu tidak dijelaskan adalah untuk melatih kaum Muslimin agar dapat menentukan pilihan serta menetapkan strategi perang dengan jalan menanggapi situasi dan menilainya dengan jalan bermusyawarah serta mendidik mereka agar menaati hasil keputusan.
Dalam pada itu Allah swt. menandaskan kehendak-Nya, yaitu untuk memusnahkan orang-orang musyrikin yang membangkang kepada agama Allah secara keseluruhan termasuk pula pendukung-pendukung mereka. Allah swt. menggambarkan hancurnya keseluruhan bala tentara kafir Quraisy dengan ungkapan hancurnya barisan belakang adalah usaha yang paling sulit, yang hanya dapat dilaksanakan apabila barisan depan telah dihancurkan terlebih dahulu. Tujuan utama ialah memusnahkan kaum musyrikin karena kemenangan kaum Muslimin melawan mereka dalam perang Badar adalah kemenangan pertama yang akan disusul oleh kemenangan-kemenangan yang lain pada peperangan-peperangan berikutnya, dan berakhir dengan penaklukan Mekah sebagai kemenangan total yang gilang-gemilang bagi kaum Muslimin dan kehancuran orang-orang kafir Quraisy secara menyeluruh.
وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ (7)
Sesudah itu Allah swt. mengingatkan kaum Muslimin akan suatu peristiwa yang penting, yaitu pada saat Allah swt. menjanjikan kemenangan kepada kaum Muslimin melawan salah satu dari dua golongan yang dihadapi itu yaitu salah satu di antara rombongan berkuda yang membawa harta dagangan atau bala tentara Quraisy yang membawa peralatan perang yang lengkap. Pada saat itu kaum Muslimin cenderung memilih berhadapan dengan rombongan yang membawa dagangan yang jumlahnya tidak lebih dari 40 kuda. Hal ini adalah sebagai sindiran kepada sebagian kaum muslimin yang takut terlibat dalam peperangan, tetapi mereka ingin mendapat harta yang banyak.
Kecenderungan mereka ini jauh dari kebenaran, karena tujuan mereka telah berbelok pada kesenangan materiil. Yaitu mereka telah berbelok dari menegakkan tauhid dan menghancurkan kemusyrikan. Itulah sebabnya Allah swt. menjelaskan kepada mereka bahwa yang dikehendaki Allah tidak seperti yang mereka inginkan. Allah menghendaki agar kaum Muslimin menegakkan kebenaran sesuai dengan wahyu yang telah diturunkan kepada Rasul-Nya yang menyatakan bahwa kemenangan itu akan diperoleh kaum Muslimin dari salah satu di antara dua rombongan. Sasaran tempur yang harus dipilih itu tidak dijelaskan adalah untuk melatih kaum Muslimin agar dapat menentukan pilihan serta menetapkan strategi perang dengan jalan menanggapi situasi dan menilainya dengan jalan bermusyawarah serta mendidik mereka agar menaati hasil keputusan.
Dalam pada itu Allah swt. menandaskan kehendak-Nya, yaitu untuk memusnahkan orang-orang musyrikin yang membangkang kepada agama Allah secara keseluruhan termasuk pula pendukung-pendukung mereka. Allah swt. menggambarkan hancurnya keseluruhan bala tentara kafir Quraisy dengan ungkapan hancurnya barisan belakang adalah usaha yang paling sulit, yang hanya dapat dilaksanakan apabila barisan depan telah dihancurkan terlebih dahulu. Tujuan utama ialah memusnahkan kaum musyrikin karena kemenangan kaum Muslimin melawan mereka dalam perang Badar adalah kemenangan pertama yang akan disusul oleh kemenangan-kemenangan yang lain pada peperangan-peperangan berikutnya, dan berakhir dengan penaklukan Mekah sebagai kemenangan total yang gilang-gemilang bagi kaum Muslimin dan kehancuran orang-orang kafir Quraisy secara menyeluruh.
8 agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.(QS. 8:8)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 8
لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ (8)
Kemudian daripada itu Allah swt. menjelaskan kepada kaum muslimin bahwa kemenangan yang mereka peroleh itu tiada lain agar tegaklah kebenaran (agama Islam) dan lenyaplah kebatilan (syirik). Inilah tujuan utama yang harus dipilih kaum Muslimin pada waktu melakukan peperangan.
Tujuan untuk menegakkan agama Islam dan menghancurkan kemusyrikan itu tidak akan tercapai, terkecuali apabila kaum Muslimin dapat mengalahkan bala tentara Quraisy yang datang dari Mekah dengan membawa peralatan perang yang lengkap dengan tujuan menghancurkan kaum Muslimin.
Di akhir ayat Allah swt. menegaskan bahwa tujuan untuk menegakkan agama Islam dan menghancurkan kemusyrikan itu pasti terwujud betapa pun sengitnya permusuhan dan kebencian orang-orang musyrikin.
لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ (8)
Kemudian daripada itu Allah swt. menjelaskan kepada kaum muslimin bahwa kemenangan yang mereka peroleh itu tiada lain agar tegaklah kebenaran (agama Islam) dan lenyaplah kebatilan (syirik). Inilah tujuan utama yang harus dipilih kaum Muslimin pada waktu melakukan peperangan.
Tujuan untuk menegakkan agama Islam dan menghancurkan kemusyrikan itu tidak akan tercapai, terkecuali apabila kaum Muslimin dapat mengalahkan bala tentara Quraisy yang datang dari Mekah dengan membawa peralatan perang yang lengkap dengan tujuan menghancurkan kaum Muslimin.
Di akhir ayat Allah swt. menegaskan bahwa tujuan untuk menegakkan agama Islam dan menghancurkan kemusyrikan itu pasti terwujud betapa pun sengitnya permusuhan dan kebencian orang-orang musyrikin.
9 (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: `Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut`.(QS. 8:9)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 9
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ (9)
Allah swt. mengingatkan kaum muslimin akan pertolongan Allah yang diberikan kepada mereka pada saat mereka menghadapi kesulitan dan berusaha untuk mengatasi kesulitan-kesulitan itu dengan jalan berdoa kepada Allah swt. agar Allah memberikan pertolongan kepada mereka dalam menghadapi musuh-musuh Allah swt. karena usaha mereka untuk mengatasi kesulitan dengan usaha lahir tidak memungkinkan. Menurut kenyataan kekuatan bala tentara Islam pada waktu itu adalah terdiri dari 300 orang lebih, sedang tentara musyrikin melebihi 3.000 orang, apalagi kalau ditinjau dan segi alat persenjataan. Mereka membawa alat-alat perang yang lebih lengkap daripada perlengkapan kaum muslimin. Sesudah itu Allah swt. mengabulkan doa kaum muslimin dengan jalan mendatangkan bala bantuan malaikat yang datang berturut-turut.
Untuk menggambarkan kesulitan kaum muslimin dalam pertempuran sehingga mereka berdoa kepada Allah untuk memberikan bantuan-Nya dapatlah dikemukakan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud, Turmuzi, Ibnu Jarir, Ibnu Munzir dan Ibnu Abu Hatim dan lain-lain dari Umar bin Khattab:
لما كان يوم البدر نظر النبى صلى الله عليه وسلم إلى أصحابه وهم ثلاثمائة رجل وبضعة عشر رجلا، ونظر إلى المشركين فإذا هم ألف وزيادة فاستقبل نبي الله القبلة ثم مد يده وجعل يهتف بربه: أللهم انجزلي ما وعدتني، اللهم إن تهلك هذه العصابة من أهل الأسلام لا تعبد فى الأرض بعد، فما زال يهتف بربه مادا يديه مستقبل القبلة حتى يسقط رداءه فاتاه أبو بكر رضي الله عنه، فأخذ رداءه فألقاه على منكبيه ثم لزمه من وراءه وقال: يا نبي الله كفاك مناشدتك ربك فإنه سيجزى لك ما وعدك فأنزل الله تعالى (إذتستغيثون ربكم) الآية
Artinya:
Setelah perang Badar berkobar, Nabi Muhammad saw. melihat sahabat-sahabatnya yang jumlah mereka 300 orang lebih dan melihat tentara musyrikin yang ternyata jumlahnya 1000 orang lebih. Kemudian Nabi menghadap ke arah kiblat dan ia menadahkan tangannya ke atas lalu ia berdoa kepada Allah swt.: "Ya Tuhanku, penuhilah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, apabila sekelompok kecil dari pemeluk agama Islam ini Engkau kalahkan, tentu Engkau tidak disembah lagi di bumi ini." Nabi terus berdoa kepada Tuhan dengan cara menadahkan tangannya ke atas sambil menghadap kiblat sampai serbannya jatuh. Setelah itu datanglah Aba Bakar r.a. dan mengambil serban itu serta diletakkannya di atas kedua bahunya (Rasulullah). Sesudah itu, Abu Bakar berdiri di belakang Nabi, dan ia berkata: "Wahai Nabi, cukuplah kiranya engkau bermunajat kepada Tuhanmu, Allah pasti akan menganugerahi apa yang telah dijanjikan kepadamu." Maka Allah swt. menurunkan ayat ini: (Ingatlah ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu).
(H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Mengenai bantuan Allah kepada kaum Muslimin dengan jumlah malaikat yang banyaknya 3.000 dijelaskan dalam ayat lain, yaitu dengan firman Allah swt.:
إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلَاثَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُنْزَلِينَ (124)
Artinya:
(Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan jumlah 3.000 malaikat yang diturunkan (dari langit)."
(Q.S Ali Imran: 124)
Dan firman Allah swt.:
بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ (125)
Artinya:
Ya (cukuplah) jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolongmu dengan 5.000 malaikat yang memakai tanda.
(Q.S Ali Imran: 125)
Mengenai bantuan Allah, yaitu malaikat yang jumlahnya berbeda-beda seperti disebutkan dalam ayat-ayat tersebut, para mufassir berbeda pendapat:
Bagi mereka yang berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut mengenai kisah perang Badar, maka hendaklah dipahami, bahwa pada pertama kalinya Allah swt. membantu kaum Muslimin dengan seribu malaikat. Sesudah itu bantuan tersebut dilengkapi dengan tiga ribu malaikat. Dan seterusnya bantuan itu disempurnakan menjadi lima ribu malaikat. Bantuan yang diberikan secara berturut-turut ini dengan jumlah yang bertambah-tambah adalah untuk memberi kesan yang lebih tandas pada mental musuh agar mereka lebih merasa takut dalam peperangan.
Tetapi bagi mereka yang memahami bahwa kedua ayat ini adalah kisah Uhud, maka jumlah 3.000 itu akan diberikan kepada kaum Muslimin, bahkan kalau mereka bersabar akan diberi bantuan lima ribu malaikat lagi. Tetapi hal ini adalah merupakan janji, tetapi karena mereka tidak patuh, maka janji itu tidak dilaksanakan oleh Allah swt.
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ (9)
Allah swt. mengingatkan kaum muslimin akan pertolongan Allah yang diberikan kepada mereka pada saat mereka menghadapi kesulitan dan berusaha untuk mengatasi kesulitan-kesulitan itu dengan jalan berdoa kepada Allah swt. agar Allah memberikan pertolongan kepada mereka dalam menghadapi musuh-musuh Allah swt. karena usaha mereka untuk mengatasi kesulitan dengan usaha lahir tidak memungkinkan. Menurut kenyataan kekuatan bala tentara Islam pada waktu itu adalah terdiri dari 300 orang lebih, sedang tentara musyrikin melebihi 3.000 orang, apalagi kalau ditinjau dan segi alat persenjataan. Mereka membawa alat-alat perang yang lebih lengkap daripada perlengkapan kaum muslimin. Sesudah itu Allah swt. mengabulkan doa kaum muslimin dengan jalan mendatangkan bala bantuan malaikat yang datang berturut-turut.
Untuk menggambarkan kesulitan kaum muslimin dalam pertempuran sehingga mereka berdoa kepada Allah untuk memberikan bantuan-Nya dapatlah dikemukakan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud, Turmuzi, Ibnu Jarir, Ibnu Munzir dan Ibnu Abu Hatim dan lain-lain dari Umar bin Khattab:
لما كان يوم البدر نظر النبى صلى الله عليه وسلم إلى أصحابه وهم ثلاثمائة رجل وبضعة عشر رجلا، ونظر إلى المشركين فإذا هم ألف وزيادة فاستقبل نبي الله القبلة ثم مد يده وجعل يهتف بربه: أللهم انجزلي ما وعدتني، اللهم إن تهلك هذه العصابة من أهل الأسلام لا تعبد فى الأرض بعد، فما زال يهتف بربه مادا يديه مستقبل القبلة حتى يسقط رداءه فاتاه أبو بكر رضي الله عنه، فأخذ رداءه فألقاه على منكبيه ثم لزمه من وراءه وقال: يا نبي الله كفاك مناشدتك ربك فإنه سيجزى لك ما وعدك فأنزل الله تعالى (إذتستغيثون ربكم) الآية
Artinya:
Setelah perang Badar berkobar, Nabi Muhammad saw. melihat sahabat-sahabatnya yang jumlah mereka 300 orang lebih dan melihat tentara musyrikin yang ternyata jumlahnya 1000 orang lebih. Kemudian Nabi menghadap ke arah kiblat dan ia menadahkan tangannya ke atas lalu ia berdoa kepada Allah swt.: "Ya Tuhanku, penuhilah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, apabila sekelompok kecil dari pemeluk agama Islam ini Engkau kalahkan, tentu Engkau tidak disembah lagi di bumi ini." Nabi terus berdoa kepada Tuhan dengan cara menadahkan tangannya ke atas sambil menghadap kiblat sampai serbannya jatuh. Setelah itu datanglah Aba Bakar r.a. dan mengambil serban itu serta diletakkannya di atas kedua bahunya (Rasulullah). Sesudah itu, Abu Bakar berdiri di belakang Nabi, dan ia berkata: "Wahai Nabi, cukuplah kiranya engkau bermunajat kepada Tuhanmu, Allah pasti akan menganugerahi apa yang telah dijanjikan kepadamu." Maka Allah swt. menurunkan ayat ini: (Ingatlah ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu).
(H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Mengenai bantuan Allah kepada kaum Muslimin dengan jumlah malaikat yang banyaknya 3.000 dijelaskan dalam ayat lain, yaitu dengan firman Allah swt.:
إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَنْ يَكْفِيَكُمْ أَنْ يُمِدَّكُمْ رَبُّكُمْ بِثَلَاثَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُنْزَلِينَ (124)
Artinya:
(Ingatlah) ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan jumlah 3.000 malaikat yang diturunkan (dari langit)."
(Q.S Ali Imran: 124)
Dan firman Allah swt.:
بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ (125)
Artinya:
Ya (cukuplah) jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolongmu dengan 5.000 malaikat yang memakai tanda.
(Q.S Ali Imran: 125)
Mengenai bantuan Allah, yaitu malaikat yang jumlahnya berbeda-beda seperti disebutkan dalam ayat-ayat tersebut, para mufassir berbeda pendapat:
Bagi mereka yang berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut mengenai kisah perang Badar, maka hendaklah dipahami, bahwa pada pertama kalinya Allah swt. membantu kaum Muslimin dengan seribu malaikat. Sesudah itu bantuan tersebut dilengkapi dengan tiga ribu malaikat. Dan seterusnya bantuan itu disempurnakan menjadi lima ribu malaikat. Bantuan yang diberikan secara berturut-turut ini dengan jumlah yang bertambah-tambah adalah untuk memberi kesan yang lebih tandas pada mental musuh agar mereka lebih merasa takut dalam peperangan.
Tetapi bagi mereka yang memahami bahwa kedua ayat ini adalah kisah Uhud, maka jumlah 3.000 itu akan diberikan kepada kaum Muslimin, bahkan kalau mereka bersabar akan diberi bantuan lima ribu malaikat lagi. Tetapi hal ini adalah merupakan janji, tetapi karena mereka tidak patuh, maka janji itu tidak dilaksanakan oleh Allah swt.
10 Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. 8:10)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 10
وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (10)
Sesudah itu Allah swt. memberikan penjelasan bahwa Allah tidak mengirimkan bala bantuan itu terkecuali sebagai kabar gembira, yaitu agar kaum Muslimin menjadi tenteram karenanya, dan mempunyai semangat tempur yang tinggi serta mempunyai keyakinan yang kuat bahwa kemenangan akan diperoleh mereka seperti yang telah dijanjikan Allah, juga supaya terhindar dari kegoncangan jiwa, terlepas dari rasa takut karena melihat jumlah kekuatan dan perlengkapan musuh yang banyak, dan juga supaya mereka lebih mempunyai daya tahan dan keyakinan yang kuat dalam mencapai kemenangan yang gemilang.
Di dalam ayat ini dijelaskan pula bahwa kemenangan yang mereka peroleh, bukanlah karena kekuatan dan persenjataan, tetapi semata-mata karena bantuan Allah dan hanya Allah sajalah yang dapat memberikan pertolongan dengan jalan mengirimkan bala tentara dari malaikat. Pernyataan Allah ini amat penting artinya bagi kaum muslimin, agar mereka tidak merasa congkak dan takabur pada saat menghadapi musuh. Karena kedua sifat ini dapat menghilangkan kehati-hatian dan kontrol terhadap diri pribadi dalam peperangan.
Di akhir ayat ini Allah swt. menandaskan bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Maha Kuasa berarti kuasa memberikan kemenangan kepada umat Muhammad menurut yang Dia kehendaki. Sedangkan Maha Bijaksana berarti memberikan kemenangan kepada hamba-Nya yang beragama tauhid dan menghancurkan hamba-Nya yang terjerumus ke dalam kemusyrikan.
وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (10)
Sesudah itu Allah swt. memberikan penjelasan bahwa Allah tidak mengirimkan bala bantuan itu terkecuali sebagai kabar gembira, yaitu agar kaum Muslimin menjadi tenteram karenanya, dan mempunyai semangat tempur yang tinggi serta mempunyai keyakinan yang kuat bahwa kemenangan akan diperoleh mereka seperti yang telah dijanjikan Allah, juga supaya terhindar dari kegoncangan jiwa, terlepas dari rasa takut karena melihat jumlah kekuatan dan perlengkapan musuh yang banyak, dan juga supaya mereka lebih mempunyai daya tahan dan keyakinan yang kuat dalam mencapai kemenangan yang gemilang.
Di dalam ayat ini dijelaskan pula bahwa kemenangan yang mereka peroleh, bukanlah karena kekuatan dan persenjataan, tetapi semata-mata karena bantuan Allah dan hanya Allah sajalah yang dapat memberikan pertolongan dengan jalan mengirimkan bala tentara dari malaikat. Pernyataan Allah ini amat penting artinya bagi kaum muslimin, agar mereka tidak merasa congkak dan takabur pada saat menghadapi musuh. Karena kedua sifat ini dapat menghilangkan kehati-hatian dan kontrol terhadap diri pribadi dalam peperangan.
Di akhir ayat ini Allah swt. menandaskan bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Maha Kuasa berarti kuasa memberikan kemenangan kepada umat Muhammad menurut yang Dia kehendaki. Sedangkan Maha Bijaksana berarti memberikan kemenangan kepada hamba-Nya yang beragama tauhid dan menghancurkan hamba-Nya yang terjerumus ke dalam kemusyrikan.
<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH DAFTAR SURAH AL -ANFAL>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar