<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH DAFTAR SURAH AL -A'RAAF>>
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=2&SuratKe=7#Top
31 Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.(QS. 7:31)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 31
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (31)
Sebab ayat ini turun diterangkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdun bin Hamid dari Said bin Jubair, katanya bahwa orang-orang di zaman Jahiliah tawaf sekeliling Kakbah dalam keadaan telanjang bulat. Mereka berkata: "Kami tidak akan tawaf dengan memakai pakaian yang telah kami pakai untuk berbuat dosa." Lalu datanglah seorang perempuan untuk mengerjakan tawaf dan pakaiannya dilepaskannya sama sekali sedang ia dalam keadaan bertelanjang hanya tangannya saja yang menutup kemaluannya. Karena itu turunlah ayat ini. Dan diriwayatkan pula bahwa Bani Amir di musim haji tidak memakan daging dan lemak, kecuali makanan biasa saja. Dengan demikian mereka memuliakan dan menghormati haji, maka orang Islam berkata: "Kamilah yang lebih berhak melaksanakan itu." Maka turunlah ayat ini. Dalam ayat ini Allah swt. memerintahkan supaya manusia memakai "zinah" (pakaian yang indah) dalam mengerjakan ibadat, seperti salat, tawaf dan lain-lainnya.
Yang dimaksud dengan memakai "zinah" ialah memakai pakaian yang dapat menutupi auratnya. Lebih sopan lagi kalau pakaian itt selain bersih dan baik juga indah yang dapat menambah keindahan seseorang dalam beribadat menyembah Allah sebagaimana kebiasaan seseorang berdandan dengan memakai pakaian yang indah di kala akan pergi ke tempat-tempat undangan dan lain-lain, maka untuk pergi ke tempat-tempat beribadat untuk menyembah Allah tentu lebih pantas lagi, bahkan lebih utama. Hal ini bergantung pada kemauan dan kesanggupan seseorang, juga bergantung pada kesadaran. Kalau seseorang hanya mempunyai pakaian selembar saja, cukup untuk menutupi aurat dalam beribadat itu pun memadailah. Tetapi kalau seseorang mempunyai pakaian yang agak banyak, maka lebih utamalah kalau dia memakai yang bagus. Rasulullah saw. telah bersabda:
إذا صلى أحدكم فليلبس ثوبيه فإن الله عزوجل أحق من تزين له فإن لم يكن له ثوبان فليتزر إذا صلى ولا يشتمل احدكم فى صلاته إشتمال اليهود
Artinya:
Apabila salah seorang di antaramu mengerjakan salat hendaklah memakai dua kain, karena untuk Allahlah yang lebih pantas seseorang berdandan. Jika tidak ada dua helai kain, maka cukuplah sehelai saja untuk dipakai salat. Janganlah berkemul dalam salat, seperti berkemulnya orang-orang Yahudi.
(H.R At Tabrani dan Al Baihaqy dari Ibnu Umar)
Diriwayatkan dari Hasan, cucu Rasulullah, bahwa dia apabila akan mendirikan salat memakai pakaian yang sebagus-bagusnya. Maka dia ditanya orang dalam hal itu. Dia menjawab: "Allah indah suka kepada keindahan, maka saya memakai pakaian yang bagus." Dan Allah berfirman:
خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ
Artinya:
Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.
(Q.S Al A'raf: 31)
Jelaslah dari ayat ini, bahwa agama Islamlah yang menyebabkan umat manusia di dunia ini berkemajuan dan beradab. Perintah memakai pakaian yang baik ini sebelum Islam datang belum ada. Manusia masih banyak yang belum tahu pakaian, masih bertelanjang, baik di dunia barat atau dunia timur. Setelah turun perintah berpakaian dan cara berpakaian, banyak di antara umat-umat yang masih terbelakang itu setelah masuk Islam menjadi umat yang beradab dan sampai kepada kemajuan yang tinggi. Tumbuh pulalah kemajuan dalam bidang pertanian, menanam kapas dan lain-lainnya yang menjadi bahan baku buat pakaian manusia.
Kemudian dalam ayat ini, Allah swt. mengatur pula perkara makan dan minum manusia. Kalau pada masa Jahiliah manusia yang mengerjakan haji hanya memakan makanan yang mengenyangkan saja, tidak memakan makanan yang sedap-sedap yang dapat menambah gizi dan vitamin yang diperlukan oleh badan, maka dengan turunnya ayat ini, makanan dan minuman manusia itu harus disempurnakan dan diatur untuk dapat dipelihara kesehatannya. Dengan begitu manusia lebih kuat mengerjakan ibadat. Maka dalam ayat ini diterangkan Allah memakai pakaian yang bagus dengan memakan makanan yang baik dan minum minuman yang bermanfaat dalam rangka mengatur kesempurnaan dan kesehatan untuk dapat beribadat kepada Allah dengan baik. Kesehatan badan banyak hubungannya dengan makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang berlebih-lebihan membawa kepada kerusakan kesehatan. Karena itu, Allah melarang berlebih-lebihan dalam makan dan minum.
Larangan berlebih-lebihan itu mengandung beberapa arti, di antaranya:
1. Jangan berlebih-lebihan dalam makan dan minum itu sendiri. Sebab makan dan minum berlebih-lebihan dan melampaui batas akan mendatangkan penyakit. Makanlah kalau sudah merasa lapar, dan kalau sudah makan, janganlah sampai terlalu kenyang. Begitu juga minumlah, kalau merasa haus dan bila haus terasa hilang, berhentilah minum, walaupun nafsu makan atau minum masih ada.
2. Jangan berlebih-lebihan dalam berbelanja untuk membeli makan atau minuman karena akan mendatangkan kerugian dan akhirnya akan menghadapi kerugian kalau pengeluaran lebih besar dari pendapatan, akan menimbulkan utang yang banyak. Oleh sebab itu manusia harus berusaha supaya jangan besar pasak dari tiang.
3. Termasuk berlebih-lebihan juga kalau sudah berani memakan dan meminum yang diharamkan Allah. Dalam hal ini Rasulullah saw. telah bersabda:
كلوا واشربوا وتصدقوا والبسوا في غير مخيلة ولا سرف فإن الله يحب أن يرى أثر نعمه على عبده
Artinya:
Makanlah, minumlah, bersedekahlah dan berpakaianlah dengan cara yang tidak sombong dan tidak berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah suka melihat penggunaan nikmat-Nya pada hamba-Nya.
(H.R Ahmad, Turmuzi dan Hakim dari Abi Hurairah)
Perbuatan berlebih-lebihan yang melampaui batas itu selain merusak dan merugikan juga Allah tidak menyukainya. Setiap pekerjaan yang tidak disukai Allah kalau dikerjakan juga tentu akan mendatangkan bahaya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al A'raaf 31
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (31)
(Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah) yaitu buat menutupi auratmu (di setiap memasuki mesjid) yaitu di kala hendak melakukan salat dan tawaf (makan dan minumlah) sesukamu (dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan).
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (31)
Sebab ayat ini turun diterangkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdun bin Hamid dari Said bin Jubair, katanya bahwa orang-orang di zaman Jahiliah tawaf sekeliling Kakbah dalam keadaan telanjang bulat. Mereka berkata: "Kami tidak akan tawaf dengan memakai pakaian yang telah kami pakai untuk berbuat dosa." Lalu datanglah seorang perempuan untuk mengerjakan tawaf dan pakaiannya dilepaskannya sama sekali sedang ia dalam keadaan bertelanjang hanya tangannya saja yang menutup kemaluannya. Karena itu turunlah ayat ini. Dan diriwayatkan pula bahwa Bani Amir di musim haji tidak memakan daging dan lemak, kecuali makanan biasa saja. Dengan demikian mereka memuliakan dan menghormati haji, maka orang Islam berkata: "Kamilah yang lebih berhak melaksanakan itu." Maka turunlah ayat ini. Dalam ayat ini Allah swt. memerintahkan supaya manusia memakai "zinah" (pakaian yang indah) dalam mengerjakan ibadat, seperti salat, tawaf dan lain-lainnya.
Yang dimaksud dengan memakai "zinah" ialah memakai pakaian yang dapat menutupi auratnya. Lebih sopan lagi kalau pakaian itt selain bersih dan baik juga indah yang dapat menambah keindahan seseorang dalam beribadat menyembah Allah sebagaimana kebiasaan seseorang berdandan dengan memakai pakaian yang indah di kala akan pergi ke tempat-tempat undangan dan lain-lain, maka untuk pergi ke tempat-tempat beribadat untuk menyembah Allah tentu lebih pantas lagi, bahkan lebih utama. Hal ini bergantung pada kemauan dan kesanggupan seseorang, juga bergantung pada kesadaran. Kalau seseorang hanya mempunyai pakaian selembar saja, cukup untuk menutupi aurat dalam beribadat itu pun memadailah. Tetapi kalau seseorang mempunyai pakaian yang agak banyak, maka lebih utamalah kalau dia memakai yang bagus. Rasulullah saw. telah bersabda:
إذا صلى أحدكم فليلبس ثوبيه فإن الله عزوجل أحق من تزين له فإن لم يكن له ثوبان فليتزر إذا صلى ولا يشتمل احدكم فى صلاته إشتمال اليهود
Artinya:
Apabila salah seorang di antaramu mengerjakan salat hendaklah memakai dua kain, karena untuk Allahlah yang lebih pantas seseorang berdandan. Jika tidak ada dua helai kain, maka cukuplah sehelai saja untuk dipakai salat. Janganlah berkemul dalam salat, seperti berkemulnya orang-orang Yahudi.
(H.R At Tabrani dan Al Baihaqy dari Ibnu Umar)
Diriwayatkan dari Hasan, cucu Rasulullah, bahwa dia apabila akan mendirikan salat memakai pakaian yang sebagus-bagusnya. Maka dia ditanya orang dalam hal itu. Dia menjawab: "Allah indah suka kepada keindahan, maka saya memakai pakaian yang bagus." Dan Allah berfirman:
خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ
Artinya:
Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.
(Q.S Al A'raf: 31)
Jelaslah dari ayat ini, bahwa agama Islamlah yang menyebabkan umat manusia di dunia ini berkemajuan dan beradab. Perintah memakai pakaian yang baik ini sebelum Islam datang belum ada. Manusia masih banyak yang belum tahu pakaian, masih bertelanjang, baik di dunia barat atau dunia timur. Setelah turun perintah berpakaian dan cara berpakaian, banyak di antara umat-umat yang masih terbelakang itu setelah masuk Islam menjadi umat yang beradab dan sampai kepada kemajuan yang tinggi. Tumbuh pulalah kemajuan dalam bidang pertanian, menanam kapas dan lain-lainnya yang menjadi bahan baku buat pakaian manusia.
Kemudian dalam ayat ini, Allah swt. mengatur pula perkara makan dan minum manusia. Kalau pada masa Jahiliah manusia yang mengerjakan haji hanya memakan makanan yang mengenyangkan saja, tidak memakan makanan yang sedap-sedap yang dapat menambah gizi dan vitamin yang diperlukan oleh badan, maka dengan turunnya ayat ini, makanan dan minuman manusia itu harus disempurnakan dan diatur untuk dapat dipelihara kesehatannya. Dengan begitu manusia lebih kuat mengerjakan ibadat. Maka dalam ayat ini diterangkan Allah memakai pakaian yang bagus dengan memakan makanan yang baik dan minum minuman yang bermanfaat dalam rangka mengatur kesempurnaan dan kesehatan untuk dapat beribadat kepada Allah dengan baik. Kesehatan badan banyak hubungannya dengan makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang berlebih-lebihan membawa kepada kerusakan kesehatan. Karena itu, Allah melarang berlebih-lebihan dalam makan dan minum.
Larangan berlebih-lebihan itu mengandung beberapa arti, di antaranya:
1. Jangan berlebih-lebihan dalam makan dan minum itu sendiri. Sebab makan dan minum berlebih-lebihan dan melampaui batas akan mendatangkan penyakit. Makanlah kalau sudah merasa lapar, dan kalau sudah makan, janganlah sampai terlalu kenyang. Begitu juga minumlah, kalau merasa haus dan bila haus terasa hilang, berhentilah minum, walaupun nafsu makan atau minum masih ada.
2. Jangan berlebih-lebihan dalam berbelanja untuk membeli makan atau minuman karena akan mendatangkan kerugian dan akhirnya akan menghadapi kerugian kalau pengeluaran lebih besar dari pendapatan, akan menimbulkan utang yang banyak. Oleh sebab itu manusia harus berusaha supaya jangan besar pasak dari tiang.
3. Termasuk berlebih-lebihan juga kalau sudah berani memakan dan meminum yang diharamkan Allah. Dalam hal ini Rasulullah saw. telah bersabda:
كلوا واشربوا وتصدقوا والبسوا في غير مخيلة ولا سرف فإن الله يحب أن يرى أثر نعمه على عبده
Artinya:
Makanlah, minumlah, bersedekahlah dan berpakaianlah dengan cara yang tidak sombong dan tidak berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah suka melihat penggunaan nikmat-Nya pada hamba-Nya.
(H.R Ahmad, Turmuzi dan Hakim dari Abi Hurairah)
Perbuatan berlebih-lebihan yang melampaui batas itu selain merusak dan merugikan juga Allah tidak menyukainya. Setiap pekerjaan yang tidak disukai Allah kalau dikerjakan juga tentu akan mendatangkan bahaya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al A'raaf 31
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (31)
(Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah) yaitu buat menutupi auratmu (di setiap memasuki mesjid) yaitu di kala hendak melakukan salat dan tawaf (makan dan minumlah) sesukamu (dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan).
32 Katakanlah:` Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik? `Katakanlah:` Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.(QS. 7:32)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 32
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (32)
Orang-orang Arab pada masa Jahiliah telah mengharamkan memakai pakaian ketika tawaf sekeliling Kakbah, telah mengharamkan sebagian makanan ketika mengerjakan haji seperti memakan daging, memakan yang berlemak dan lain-lain. Orang-orang Nasrani dan ahli kitab pun, sebagian mereka juga mengharamkan memakan yang baik-baik seperti halnya perbuatan orang pada masa Jahiliah itu. Maka ayat ini dengan tegas memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk menanyakan kepada mereka, siapa yang mengharamkan semuanya itu? Jelaslah bahwa yang mengharamkan itu mereka sendiri dan setan bukan merupakan wahyu Allah yang disampaikan-Nya kepada Rasul Allah.
Pakaian dan perhiasan yang memang sudah disediakan Allah untuk mereka dan Allah tidak mengharamkan makanan yang baik-baik, yang lezat-lezat seperti rezeki yang halal dari Allah. Memakai pakaian yang indah, berdandan dan berhias, serta memakan makanan yang lezat-lezat yang dihalalkan Allah adalah merupakan kesenangan dan kegemaran manusia. Agama Islam membolehkannya selama tidak bertentangan dengan hukum Allah, seperti berlebih-lebihan dan lain-lain.
Tidaklah meninggalkan kesenangan dan kegemaran seperti itu termasuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, seperti yang dilakukan oleh penganut agama lain, umpama agama Hindu. Kegemaran berpakaian yang bagus dan kegemaran memakan makanan yang baik lagi halal akan mendorong manusia untuk berpikir meningkatkan pertanian, membuat irigasi serta meningkatkan kemajuan dalam bidang industri, seperti pabrik benang, pabrik kain, meningkatkan pemeliharaan binatang-binatang, seperti biri-biri, ulat sutera, binatang-binatang ternak dan lain-lain.
Selanjutnya dalam ayat ini Allah swt. memerintahkan kepada Rasulullah agar menyampaikan kepada umatnya, bahwa berhias dan berdandan dengan pakaian yang bagus dan indah begitu juga memakan makanan yang baik-baik dan lezat-lezat adalah diperbolehkan menikmatinya bagi orang-orang yang beriman dalam hidup mereka di dunia juga dibolehkan untuk orang-orang yang bukan mukmin. Tetapi pada hari kiamat, kenikmatan yang seperti itu hanyalah khusus bagi orang-orang yang beriman saja. Orang-orang kafir tidak berhak untuk menikmatinya. Orang-orang mukmin berhak untuk mendapatkan hidup bahagia, menikmati segala macam pemberian yang baik dan halal selama hidup di dunia ini. Bukanlah kebahagiaan hidup itu untuk orang-orang kafir saja.
Dalam ayat ini jelaslah, bahwa Allah menganjurkan kepada orang-orang yang beriman agar dapat mencapai bahagia dan sentosa di dunia dan di akhirat. Di akhirat orang-orang mukminlah yang lebih berhak menikmati segala macam nikmat Allah supaya lebih bertambah syukurnya kepada-Nya dan lebih mendorongnya untuk mencapai kebahagiaan yang sebenarnya. Mereka di dunia tentu akan bersyukur kepada Allah, baik dalam hatinya dengan mengakui kekayaan Allah, atau dengan lidahnya mengucapkan "alhamdulillah", maupun dengan anggotanya, yaitu dengan dengan memakai dan memakan karunia Allah itu dengan sebaik-baiknya dan mempergunakannya kepada jalan yang diridai Allah. Orang mukmin tentu akan bertambah ilmunya dan kemajuannya bila hidupnya di dunia telah bahagia dan tentu akan bertambah kuat pula imannya kepada Allah bila dia telah dapat merasakan betapa besarnya karunia yang diberikan Allah kepadanya.
Sabda Rasulullah saw.:
الطاعم الشاكر بمنزلة الصائم الصابر
Artinya:
Orang (mukmin) yang makan makanan yang baik lagi pandai bersyukur sama derajatnya dengan orang puasa yang sabar menahan lapor.
(Q.S H.R Ahmad, At Turmuzi, An Nasa'I, dan Al Hakim dari Abu Hurairah)
Firman Allah swt.:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
Artinya:
Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunnya nanti pada hari kiamat dalam keadaan buta.
(Q.S Taha: 124)
Pada penutup ayat ini, Allah swt. mengatakan bahwa Allah sudah menjelaskan ayat-ayat-Nya bagi kaum yang mengetahui. Di antaranya dalam ayat ini dijelaskan perkara adab berpakaian dan makanan yang sebagian manusia belum mengetahuinya, malahan dianggapnya masalah kecil saja. Padahal makan dan minum yang tidak berlebih-lebihan itu merupakan sendi hidup dan pokok pangkal kesehatan. Bila badan tidak kuat dan tidak sehat, semua pekerjaan tidak akan terlaksana, baik pekerjaan untuk mencari kehidupan, atau pun untuk beribadat kepada Allah. Begitu juga berdandan dan berpakaian merupakan tanda kebahagiaan dan kemuliaan dan erat juga hubungannya dengan kesehatan. Orang-orang yang berdandan dan berpakajan bagus adalah terhormat dan terpuji asal berdandan dan berpakaian bagus dengan niat yang baik bukan untuk menyombongkan diri.
Sabda Rasulullah saw.:
أتيت رسول الله صلى الله عليه وسلم في ثوب دون فقال: الك مال؟ قلت نعم قال: من أي مال؟ قلت: قد أتاني الله من الأبل والغنم والخيل والرقيق قال: فإذا أتاك الله فلير أثر نعمته عليك وكرامته لك
Artinya:
Saya datang kepada Rasulullah saw. dengan pakaian yang buruk, maka Rasulullah bertanya, "Adakah engkau mempunyai harta?" Saya jawab: "Ya." Rasulullah bertanya pula: "Harta apa saja?" Saya jawab: "Allah memberikan karunia kepada saya unta, kambing, kuda dan budak." Berkata Rasulullah: "Kalau Allah sudah mengaruniaimu harta, maka hendaklah dapat dilihat bekas nikmat Allah itu dan kemuliaan-Nya kepadamu."
(H.R Abu Daud dari Abil Ahwas dari ayahnya)
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (32)
Orang-orang Arab pada masa Jahiliah telah mengharamkan memakai pakaian ketika tawaf sekeliling Kakbah, telah mengharamkan sebagian makanan ketika mengerjakan haji seperti memakan daging, memakan yang berlemak dan lain-lain. Orang-orang Nasrani dan ahli kitab pun, sebagian mereka juga mengharamkan memakan yang baik-baik seperti halnya perbuatan orang pada masa Jahiliah itu. Maka ayat ini dengan tegas memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk menanyakan kepada mereka, siapa yang mengharamkan semuanya itu? Jelaslah bahwa yang mengharamkan itu mereka sendiri dan setan bukan merupakan wahyu Allah yang disampaikan-Nya kepada Rasul Allah.
Pakaian dan perhiasan yang memang sudah disediakan Allah untuk mereka dan Allah tidak mengharamkan makanan yang baik-baik, yang lezat-lezat seperti rezeki yang halal dari Allah. Memakai pakaian yang indah, berdandan dan berhias, serta memakan makanan yang lezat-lezat yang dihalalkan Allah adalah merupakan kesenangan dan kegemaran manusia. Agama Islam membolehkannya selama tidak bertentangan dengan hukum Allah, seperti berlebih-lebihan dan lain-lain.
Tidaklah meninggalkan kesenangan dan kegemaran seperti itu termasuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, seperti yang dilakukan oleh penganut agama lain, umpama agama Hindu. Kegemaran berpakaian yang bagus dan kegemaran memakan makanan yang baik lagi halal akan mendorong manusia untuk berpikir meningkatkan pertanian, membuat irigasi serta meningkatkan kemajuan dalam bidang industri, seperti pabrik benang, pabrik kain, meningkatkan pemeliharaan binatang-binatang, seperti biri-biri, ulat sutera, binatang-binatang ternak dan lain-lain.
Selanjutnya dalam ayat ini Allah swt. memerintahkan kepada Rasulullah agar menyampaikan kepada umatnya, bahwa berhias dan berdandan dengan pakaian yang bagus dan indah begitu juga memakan makanan yang baik-baik dan lezat-lezat adalah diperbolehkan menikmatinya bagi orang-orang yang beriman dalam hidup mereka di dunia juga dibolehkan untuk orang-orang yang bukan mukmin. Tetapi pada hari kiamat, kenikmatan yang seperti itu hanyalah khusus bagi orang-orang yang beriman saja. Orang-orang kafir tidak berhak untuk menikmatinya. Orang-orang mukmin berhak untuk mendapatkan hidup bahagia, menikmati segala macam pemberian yang baik dan halal selama hidup di dunia ini. Bukanlah kebahagiaan hidup itu untuk orang-orang kafir saja.
Dalam ayat ini jelaslah, bahwa Allah menganjurkan kepada orang-orang yang beriman agar dapat mencapai bahagia dan sentosa di dunia dan di akhirat. Di akhirat orang-orang mukminlah yang lebih berhak menikmati segala macam nikmat Allah supaya lebih bertambah syukurnya kepada-Nya dan lebih mendorongnya untuk mencapai kebahagiaan yang sebenarnya. Mereka di dunia tentu akan bersyukur kepada Allah, baik dalam hatinya dengan mengakui kekayaan Allah, atau dengan lidahnya mengucapkan "alhamdulillah", maupun dengan anggotanya, yaitu dengan dengan memakai dan memakan karunia Allah itu dengan sebaik-baiknya dan mempergunakannya kepada jalan yang diridai Allah. Orang mukmin tentu akan bertambah ilmunya dan kemajuannya bila hidupnya di dunia telah bahagia dan tentu akan bertambah kuat pula imannya kepada Allah bila dia telah dapat merasakan betapa besarnya karunia yang diberikan Allah kepadanya.
Sabda Rasulullah saw.:
الطاعم الشاكر بمنزلة الصائم الصابر
Artinya:
Orang (mukmin) yang makan makanan yang baik lagi pandai bersyukur sama derajatnya dengan orang puasa yang sabar menahan lapor.
(Q.S H.R Ahmad, At Turmuzi, An Nasa'I, dan Al Hakim dari Abu Hurairah)
Firman Allah swt.:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
Artinya:
Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunnya nanti pada hari kiamat dalam keadaan buta.
(Q.S Taha: 124)
Pada penutup ayat ini, Allah swt. mengatakan bahwa Allah sudah menjelaskan ayat-ayat-Nya bagi kaum yang mengetahui. Di antaranya dalam ayat ini dijelaskan perkara adab berpakaian dan makanan yang sebagian manusia belum mengetahuinya, malahan dianggapnya masalah kecil saja. Padahal makan dan minum yang tidak berlebih-lebihan itu merupakan sendi hidup dan pokok pangkal kesehatan. Bila badan tidak kuat dan tidak sehat, semua pekerjaan tidak akan terlaksana, baik pekerjaan untuk mencari kehidupan, atau pun untuk beribadat kepada Allah. Begitu juga berdandan dan berpakaian merupakan tanda kebahagiaan dan kemuliaan dan erat juga hubungannya dengan kesehatan. Orang-orang yang berdandan dan berpakajan bagus adalah terhormat dan terpuji asal berdandan dan berpakaian bagus dengan niat yang baik bukan untuk menyombongkan diri.
Sabda Rasulullah saw.:
أتيت رسول الله صلى الله عليه وسلم في ثوب دون فقال: الك مال؟ قلت نعم قال: من أي مال؟ قلت: قد أتاني الله من الأبل والغنم والخيل والرقيق قال: فإذا أتاك الله فلير أثر نعمته عليك وكرامته لك
Artinya:
Saya datang kepada Rasulullah saw. dengan pakaian yang buruk, maka Rasulullah bertanya, "Adakah engkau mempunyai harta?" Saya jawab: "Ya." Rasulullah bertanya pula: "Harta apa saja?" Saya jawab: "Allah memberikan karunia kepada saya unta, kambing, kuda dan budak." Berkata Rasulullah: "Kalau Allah sudah mengaruniaimu harta, maka hendaklah dapat dilihat bekas nikmat Allah itu dan kemuliaan-Nya kepadamu."
(H.R Abu Daud dari Abil Ahwas dari ayahnya)
33 Katakanlah: `Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui`.(QS. 7:33)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 33
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ (33)
Dalam ayat ini Allah swt. memerintahkan kepada Rasulullah saw. untuk menyampaikan kepada orang-orang yang musyrik dan lain-lain apa-apa yang telah diharamkan Allah. Yang diharamkan Allah itu bukanlah seperti yang telah diharamkan oleh orang-orang musyrik yang tiada ada dalilnya atau tidak ada wahyu yang turun untuk mengharamkannya, tetapi mereka buat-buat saja, seperti mengharamkan memakai pakaian ketika tawaf atau mengharamkan makan daging ketika mengerjakan haji. Sesungguhnya yang diharamkan Allah tersebut dalam ayat ini harus dijauhi benar-benar karena bahayanya sangat besar, baik terhadap yang mengerjakannya maupun terhadap umat manusia semuanya. Larangan-larangan Allah itu adalah sebagai berikut:
1. Mengerjakan perbuatan yang keji secara lahir atau tersembunyi termasuk ke dalam perbuatan yang keji seperti berzina, homoseksual, perbuatan jijik dan kotor yang menimbulkan dosa yang besar.
2. Perbuatan yang menimbulkan dosa, seperti minum khamar, berjudi dan lain-lain.
3. Perbuatan yang melampaui batas, berlaku aniaya sesama manusia dan memperkosa hak pribadi atau hak bersama.
4. Mempersekutukan Allah ini adalah perbuatan yang paling keji dan merupakan dosa yang besar yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah. Mempersekutukan Allah tidak ada dalil yang membolehkannya dan tidak ada pula wahyu Allah. Perbuatan manusia yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, seperti dengan berhala, batu kuburan, pohon kayu dan lain-lain menunjukkan suatu perbuatan bodoh tanpa mempergunakan akal dan pikiran.
5. Mengada-ada terhadap Allah apa yang tidak diketahui, seperti membuat-buat hukum dalam agama sekehendak hati saja dengan mengatakan ini halal, itu haram padahal dia tidak mempunyai ilmu dalam soal ini. Dia mudah saja memutar-balikkan hukum, yang halal dikatakan haram dan yang haram dikatakan halal. Perbuatan seperti ini sangat dilarang Allah, sebab bisa menimbulkan agama-agama yang palsu atau bisa menjadikan agama yang benar jadi agama yang batil.
Dari perbuatan seperti inilah timbulnya perpecahan-perpecahan dalam agama, mereka mengaku tahu dalam persoalan agama tapi yang sebenarnya mereka tidak mempunyai pengetahuan, malahan mereka bodoh sama sekali. Disengaja atau tidak disengaja, pekerjaan mengada-ada seperti ini dilarang Allah, apalagi untuk menentukan suatu hukum dalam Islam. Untuk menentukan hukum itu, harus ada dalil yang nyata, baik dari Alquran atau pun sunnah yang muktabarah, tidak dapat diterka-terka atau main sangka-sangka saja. Main terka atau sangka-sangka itu tidaklah termasuk ilmu. Ilmu itu menumbuhkan keyakinan. Firman Allah swt.:
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ
Artinya:
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, "Ini halal dan itu haram," untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.
(Q.S An Nahl: 116)
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ (33)
Dalam ayat ini Allah swt. memerintahkan kepada Rasulullah saw. untuk menyampaikan kepada orang-orang yang musyrik dan lain-lain apa-apa yang telah diharamkan Allah. Yang diharamkan Allah itu bukanlah seperti yang telah diharamkan oleh orang-orang musyrik yang tiada ada dalilnya atau tidak ada wahyu yang turun untuk mengharamkannya, tetapi mereka buat-buat saja, seperti mengharamkan memakai pakaian ketika tawaf atau mengharamkan makan daging ketika mengerjakan haji. Sesungguhnya yang diharamkan Allah tersebut dalam ayat ini harus dijauhi benar-benar karena bahayanya sangat besar, baik terhadap yang mengerjakannya maupun terhadap umat manusia semuanya. Larangan-larangan Allah itu adalah sebagai berikut:
1. Mengerjakan perbuatan yang keji secara lahir atau tersembunyi termasuk ke dalam perbuatan yang keji seperti berzina, homoseksual, perbuatan jijik dan kotor yang menimbulkan dosa yang besar.
2. Perbuatan yang menimbulkan dosa, seperti minum khamar, berjudi dan lain-lain.
3. Perbuatan yang melampaui batas, berlaku aniaya sesama manusia dan memperkosa hak pribadi atau hak bersama.
4. Mempersekutukan Allah ini adalah perbuatan yang paling keji dan merupakan dosa yang besar yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah. Mempersekutukan Allah tidak ada dalil yang membolehkannya dan tidak ada pula wahyu Allah. Perbuatan manusia yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, seperti dengan berhala, batu kuburan, pohon kayu dan lain-lain menunjukkan suatu perbuatan bodoh tanpa mempergunakan akal dan pikiran.
5. Mengada-ada terhadap Allah apa yang tidak diketahui, seperti membuat-buat hukum dalam agama sekehendak hati saja dengan mengatakan ini halal, itu haram padahal dia tidak mempunyai ilmu dalam soal ini. Dia mudah saja memutar-balikkan hukum, yang halal dikatakan haram dan yang haram dikatakan halal. Perbuatan seperti ini sangat dilarang Allah, sebab bisa menimbulkan agama-agama yang palsu atau bisa menjadikan agama yang benar jadi agama yang batil.
Dari perbuatan seperti inilah timbulnya perpecahan-perpecahan dalam agama, mereka mengaku tahu dalam persoalan agama tapi yang sebenarnya mereka tidak mempunyai pengetahuan, malahan mereka bodoh sama sekali. Disengaja atau tidak disengaja, pekerjaan mengada-ada seperti ini dilarang Allah, apalagi untuk menentukan suatu hukum dalam Islam. Untuk menentukan hukum itu, harus ada dalil yang nyata, baik dari Alquran atau pun sunnah yang muktabarah, tidak dapat diterka-terka atau main sangka-sangka saja. Main terka atau sangka-sangka itu tidaklah termasuk ilmu. Ilmu itu menumbuhkan keyakinan. Firman Allah swt.:
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ
Artinya:
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, "Ini halal dan itu haram," untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.
(Q.S An Nahl: 116)
34 Tiap-tiap umat mempunyai ajal; maka apabila telah datang ajalnya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.(QS. 7:34)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 34
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ (34)
Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa tiap-tiap umat atau bangsa itu ada ketentuan ajalnya, yaitu mempunyai batas-batas waktu yang tertentu untuk maju atau mundurnya, untuk jaya atau hancurnya. Yang menentukan ialah Allah swt. sesuai dengan sunah-Nya dan kehendak-Nya. Ketentuan ajal, maksudnya ialah ketentuan waktu turunnya azab bagi umat atau bangsa yang telah durhaka, tidak mau menerima kebenaran, berlaku sewenang-wenang sekehendak nafsunya, tidak segan-segan mengerjakan yang keji dan yang mungkar.
Maka ketentuan turunnya azab itu ada dua macam, yaitu umat itu harus hancur musnah sampai hilang dari permukaan bumi. Seperti malapetaka yang telah diturunkan Allah kepada kaum Nuh, `Ad, Tsamud, Firaun, Luth dan lain-lainnya. Sesungguhnya umat itu telah hilang dari permukaan bumi tersebab kedurhakaan dan keingkaran mereka tidak menerima ajaran-ajaran yang dibawa oleh rasul-rasul mereka. Sudah diberi peringatan berkali-kali, namun mereka tidak percaya, bahkan semakin membangkang dan sombong. Maka tibalah ajal mereka dengan kehancuran dan kebinasaan sampai musnah.
Firman Allah swt.:
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
Artinya:
Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.
(Q.S Hud: 102)
Azab yang merupakan kehancuran seperti ini hanya khusus bagi umat-umat rasul-rasul yang terdahulu yang tidak akan terjadi lagi pada umat Nabi Muhamamd saw. sebab kedatangan Nabi Muhammad saw. adalah rahmat bagi semua penghuni alam ini.
Firman Allah swt. lagi:
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
Artinya:
Kami tidak mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
(Q.S Al Anbiya': 107)
Selain ketentuan harus hancur juga ada ketentuan umat itu menjadi hina, miskin, bodoh, dijajah dan lain-lain. Allah menurunkan azab bukan untuk menghancurkannya tapi umat itu hilang kebesarannya dan kemuliaannya, jatuh jadi umat yang hina dina, tidak ada harga dan kemuliaan lagi.
Sejarah sudah banyak menunjukkan suatu umat pada mulanya menjadi jaya dan terhormat, tapi akhirnya jatuh hina dan melarat, sebab mereka sudah lupa daratan, gila kesenangan pribadi, berfoya-foya menghamburkan harta kekayaan untuk maksiat. Berlaku sewenang-wenang berbuat aniaya sesama manusia, menghabiskan harta umat dengan cara yang tidak benar dengan korupsi, menipu dan lain-lain. Penyakit syirik sudah berjangkit pula yaitu di samping menyembah Allah, juga menyembah makhluknya. Sebab demikian, maka datanglah ajal umat atau bangsa itu, mereka menjadi umat yang lemah dan hina di mata manusia. Azab kalau sudah datang, tak dapat diminta undurkan agak sesaat dan tidak pula dapat dimajukan. Tidak seorang pun yang tahu saat datangnya azab itu hanya Allah sendirilah yang menentukannya. Apakah dalam waktu yang dekat, apakah di waktu malam, apakah di waktu siang, tidak seorang pun yang tahu, kadang-kadang datangnya dengan tiba-tiba di saat umat itu sedang terlengah, sedang lupa daratan, sedang bersenang-senang, turunlah azab Allah dengan sekonyong-konyong. Umpama diketahui kapan ajal itu akan datang, tentu mereka meminta ditangguhkan, mereka bersegera memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka, meninggalkan perbuatan keji dan dosa dan lain-lain.
Datang sekonyong-konyong ajal itu memberikan pengertian bahwa Allah Maha Berkuasa dan tidak bisa dihalangi dan ditandingi oleh kekuasaan manusia. Akhirnya menyesallah umat itu, sesal yang tidak berguna lagi.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ (34)
Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa tiap-tiap umat atau bangsa itu ada ketentuan ajalnya, yaitu mempunyai batas-batas waktu yang tertentu untuk maju atau mundurnya, untuk jaya atau hancurnya. Yang menentukan ialah Allah swt. sesuai dengan sunah-Nya dan kehendak-Nya. Ketentuan ajal, maksudnya ialah ketentuan waktu turunnya azab bagi umat atau bangsa yang telah durhaka, tidak mau menerima kebenaran, berlaku sewenang-wenang sekehendak nafsunya, tidak segan-segan mengerjakan yang keji dan yang mungkar.
Maka ketentuan turunnya azab itu ada dua macam, yaitu umat itu harus hancur musnah sampai hilang dari permukaan bumi. Seperti malapetaka yang telah diturunkan Allah kepada kaum Nuh, `Ad, Tsamud, Firaun, Luth dan lain-lainnya. Sesungguhnya umat itu telah hilang dari permukaan bumi tersebab kedurhakaan dan keingkaran mereka tidak menerima ajaran-ajaran yang dibawa oleh rasul-rasul mereka. Sudah diberi peringatan berkali-kali, namun mereka tidak percaya, bahkan semakin membangkang dan sombong. Maka tibalah ajal mereka dengan kehancuran dan kebinasaan sampai musnah.
Firman Allah swt.:
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
Artinya:
Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.
(Q.S Hud: 102)
Azab yang merupakan kehancuran seperti ini hanya khusus bagi umat-umat rasul-rasul yang terdahulu yang tidak akan terjadi lagi pada umat Nabi Muhamamd saw. sebab kedatangan Nabi Muhammad saw. adalah rahmat bagi semua penghuni alam ini.
Firman Allah swt. lagi:
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
Artinya:
Kami tidak mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
(Q.S Al Anbiya': 107)
Selain ketentuan harus hancur juga ada ketentuan umat itu menjadi hina, miskin, bodoh, dijajah dan lain-lain. Allah menurunkan azab bukan untuk menghancurkannya tapi umat itu hilang kebesarannya dan kemuliaannya, jatuh jadi umat yang hina dina, tidak ada harga dan kemuliaan lagi.
Sejarah sudah banyak menunjukkan suatu umat pada mulanya menjadi jaya dan terhormat, tapi akhirnya jatuh hina dan melarat, sebab mereka sudah lupa daratan, gila kesenangan pribadi, berfoya-foya menghamburkan harta kekayaan untuk maksiat. Berlaku sewenang-wenang berbuat aniaya sesama manusia, menghabiskan harta umat dengan cara yang tidak benar dengan korupsi, menipu dan lain-lain. Penyakit syirik sudah berjangkit pula yaitu di samping menyembah Allah, juga menyembah makhluknya. Sebab demikian, maka datanglah ajal umat atau bangsa itu, mereka menjadi umat yang lemah dan hina di mata manusia. Azab kalau sudah datang, tak dapat diminta undurkan agak sesaat dan tidak pula dapat dimajukan. Tidak seorang pun yang tahu saat datangnya azab itu hanya Allah sendirilah yang menentukannya. Apakah dalam waktu yang dekat, apakah di waktu malam, apakah di waktu siang, tidak seorang pun yang tahu, kadang-kadang datangnya dengan tiba-tiba di saat umat itu sedang terlengah, sedang lupa daratan, sedang bersenang-senang, turunlah azab Allah dengan sekonyong-konyong. Umpama diketahui kapan ajal itu akan datang, tentu mereka meminta ditangguhkan, mereka bersegera memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka, meninggalkan perbuatan keji dan dosa dan lain-lain.
Datang sekonyong-konyong ajal itu memberikan pengertian bahwa Allah Maha Berkuasa dan tidak bisa dihalangi dan ditandingi oleh kekuasaan manusia. Akhirnya menyesallah umat itu, sesal yang tidak berguna lagi.
35 Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS. 7:35)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 35
يَا بَنِي آدَمَ إِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (35)
Ayat ini mengingatkan kepada manusia tentang kedatangan rasul-rasul Allah. Rasul-rasul itu diutus Allah kepada tiap-tiap umat pada masa yang telah ditentukan Allah. Mereka itu adalah manusia-manusia bukan makhluk lain. Tugas mereka menyampaikan ayat-ayat Allah yang merupakan wahyu, menjelaskan mana yang halal dan mana yang haram, mana yang hak dan mana yang batil. Disampaikannya kepada manusia, supaya manusia itu jangan sesat jalannya, menyimpang dari jalan yang benar. Dibacakannya ayat-ayat Allah supaya jelas mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang. Yang diperintahkan untuk dapat dikerjakan dan diamalkan dan yang dilarang untuk dijauhi dan dihindarkan. Maka orang-orang yang patuh dan taat terhadap ajaran yang dibawa rasul-rasul itu, bertakwa kepada Allah dan senantiasa memperbaiki dirinya dan mengerjakan amal-amal saleh, orang-orang itu akan berbahagia dan gembira. Tidak ada baginya rasa takut dan sedih, baik ketika hidup di dunia atau pun di akhirat kelak. Hidup berbahagia dan gembira adalah merupakan karunia Allah yang sangat berharga, lebih berharga dari harta dan kekayaan yang bertumpuk-tumpuk.
يَا بَنِي آدَمَ إِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (35)
Ayat ini mengingatkan kepada manusia tentang kedatangan rasul-rasul Allah. Rasul-rasul itu diutus Allah kepada tiap-tiap umat pada masa yang telah ditentukan Allah. Mereka itu adalah manusia-manusia bukan makhluk lain. Tugas mereka menyampaikan ayat-ayat Allah yang merupakan wahyu, menjelaskan mana yang halal dan mana yang haram, mana yang hak dan mana yang batil. Disampaikannya kepada manusia, supaya manusia itu jangan sesat jalannya, menyimpang dari jalan yang benar. Dibacakannya ayat-ayat Allah supaya jelas mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang. Yang diperintahkan untuk dapat dikerjakan dan diamalkan dan yang dilarang untuk dijauhi dan dihindarkan. Maka orang-orang yang patuh dan taat terhadap ajaran yang dibawa rasul-rasul itu, bertakwa kepada Allah dan senantiasa memperbaiki dirinya dan mengerjakan amal-amal saleh, orang-orang itu akan berbahagia dan gembira. Tidak ada baginya rasa takut dan sedih, baik ketika hidup di dunia atau pun di akhirat kelak. Hidup berbahagia dan gembira adalah merupakan karunia Allah yang sangat berharga, lebih berharga dari harta dan kekayaan yang bertumpuk-tumpuk.
36 Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.(QS. 7:36)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 36
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (36)
Ayat ini menerangkan bahwa ada pula manusia yang tak mau percaya kepada ayat-ayat Allah. Bukan saja tidak percaya, tetapi ditentangnya setiap rasul yang datang membawa ayat-ayat Allah dengan sombong dan angkuh. Menurut anggapan mereka tidaklah pantas mereka dipimpin oleh seorang rasul yang kurang kemuliaannya, kurang kekayaannya dan kurang umurnya dari mereka. Seperti halnya pemuka-pemuka suku Quraisy terhadap Nabi Muhammad saw. yang dengan sombong dan takabur menentang Nabi, tidak mau percaya kepadanya dan tidak mau mengikutinya. Sebab mereka menganggap merekalah yang lebih berhak jadi pemimpin, seperti Abu Jahal, Abu Sufyan dan lain-lain. Mereka itu menganggap dirinya lebih mulia dari Nabi Muhammad saw. Begitu pula pemimpin-pemimpin Yahudi tidak mau percaya atas kerasulan Nabi Muhammad saw. karena bukan dari golongan Bani Israil tetapi hanya seorang nabi dari golongan Arab. Raja-raja dan pemimpin-pemimpin Majusi juga begitu, tidak mau menerima kerasulan Nabi Muhammad saw. pada permulaannya karena mereka memandang hina terhadap orang Arab. Tetapi akhirnya banyak juga di antara mereka masuk agama Islam, di samping banyak pula yang membangkang, ingkar menolak sama sekali kerasulan Nabi dengan secara sombong. Mereka itulah yang akan menjadi penghuni neraka buat selama-lamanya.
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (36)
Ayat ini menerangkan bahwa ada pula manusia yang tak mau percaya kepada ayat-ayat Allah. Bukan saja tidak percaya, tetapi ditentangnya setiap rasul yang datang membawa ayat-ayat Allah dengan sombong dan angkuh. Menurut anggapan mereka tidaklah pantas mereka dipimpin oleh seorang rasul yang kurang kemuliaannya, kurang kekayaannya dan kurang umurnya dari mereka. Seperti halnya pemuka-pemuka suku Quraisy terhadap Nabi Muhammad saw. yang dengan sombong dan takabur menentang Nabi, tidak mau percaya kepadanya dan tidak mau mengikutinya. Sebab mereka menganggap merekalah yang lebih berhak jadi pemimpin, seperti Abu Jahal, Abu Sufyan dan lain-lain. Mereka itu menganggap dirinya lebih mulia dari Nabi Muhammad saw. Begitu pula pemimpin-pemimpin Yahudi tidak mau percaya atas kerasulan Nabi Muhammad saw. karena bukan dari golongan Bani Israil tetapi hanya seorang nabi dari golongan Arab. Raja-raja dan pemimpin-pemimpin Majusi juga begitu, tidak mau menerima kerasulan Nabi Muhammad saw. pada permulaannya karena mereka memandang hina terhadap orang Arab. Tetapi akhirnya banyak juga di antara mereka masuk agama Islam, di samping banyak pula yang membangkang, ingkar menolak sama sekali kerasulan Nabi dengan secara sombong. Mereka itulah yang akan menjadi penghuni neraka buat selama-lamanya.
37 Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Orang-orang itu akan memperoleh bahagian yang telah ditentukan untuknya dalam Kitab (Lauh Mahfuzh); hingga bila datang kepada mereka utusan-utusan Kami (malaikat) untuk mengambil nyawanya, (di waktu itu) utusan Kami bertanya: `Di mana (berhala-berhala) yang biasa kamu sembah selain Allah?` Orang-orang musyrik itu menjawab: `Berhala-berhala itu semuanya telah lenyap dari kami`, dan mereka mengakui terhadap diri mereka bahwa mereka adalah orang-orang kafir.(QS. 7:37)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 37
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ أُولَئِكَ يَنَالُهُمْ نَصِيبُهُمْ مِنَ الْكِتَابِ حَتَّى إِذَا جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا يَتَوَفَّوْنَهُمْ قَالُوا أَيْنَ مَا كُنْتُمْ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالُوا ضَلُّوا عَنَّا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِينَ (37)
Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa mengadakan dusta terhadap Allah dan mendustakan ayat-ayat-Nya adalah pekerjaan yang paling zalim. Mengada-adakan dusta terhadap Allah ialah mewajibkan yang tidak diwajibkan Allah, memutar-balikkan hukum-hukum Allah yang halal dikatakan haram, yang haram dikatakan halal, yang hak dikatakan batil, yang batil dikatakan hak, atau berani mengatakan bahwa Allah beranak dan bersekutu. Mendustakan ayat-ayat Allah ialah tidak mau menerimanya, sengaja menolaknya, mempermainkan dan mengejeknya, atau lidahnya mengaku menerima pembagiannya seperti yang ditulis di dalamnya tentang nasib seseorang, baik-buruknya. Walaupun perbuatan mereka termasuk yang paling zalim, namun mereka akan menerima nasibnya di dunia, nasib baik dan nasib buruk, nasib bahagia dan nasib sengsara. Firman Allah swt.:
نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلًا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ
Artinya:
Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras.
(Q.S Luqman: 24)
Ketika orang yang paling zalim itu menerima nasib yang sudah ditentukan Allah semasa hidupnya di dunia, maka tiba-tiba berakhirlah nasibnya itu karena ajalnya sudah datang di saat malaikat maut telah datang mencabut nyawanya. Barulah timbul penyesalannya, ketika malaikat mengajukan pertanyaan kepadanya, manakah orang-orang yang kamu seru selama ini, kamu menyembah dan minta tolong kepadanya dan tidak mau menyembah dan minta tolong kepada Allah? Panggillah mereka itu untuk menolong kamu supaya terhindar dari bahaya api neraka yang kamu hadapi ini. Tapi apa daya, dengan sangat menyesal mereka menjawab: "Orang-orang yang kami sembah dan kami minta tolong kepadanya sudah hilang lenyap dari kami, tidak tahu kami ke mana perginya dan di mana tempatnya. Putuslah harapan kami akan mendapat pertolongan daripadanya." Maka dengan terus-terang mereka mengakui bahwa mereka telah jadi kafir tersebab menyembah dan minta tolong kepada berhala-berhala dan pemimpin-pemimpin yang mereka persekutukan dengan Allah.
Kejadian ini adalah suatu peringatan dan ancaman Allah bagi orang-orang yang masih kafir agar berhati-hati jangan bertaklid buta saja mengikuti propaganda seseorang yang akibatnya akan membawa kepada kekafiran dan kesesatan.
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ أُولَئِكَ يَنَالُهُمْ نَصِيبُهُمْ مِنَ الْكِتَابِ حَتَّى إِذَا جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا يَتَوَفَّوْنَهُمْ قَالُوا أَيْنَ مَا كُنْتُمْ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالُوا ضَلُّوا عَنَّا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِينَ (37)
Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa mengadakan dusta terhadap Allah dan mendustakan ayat-ayat-Nya adalah pekerjaan yang paling zalim. Mengada-adakan dusta terhadap Allah ialah mewajibkan yang tidak diwajibkan Allah, memutar-balikkan hukum-hukum Allah yang halal dikatakan haram, yang haram dikatakan halal, yang hak dikatakan batil, yang batil dikatakan hak, atau berani mengatakan bahwa Allah beranak dan bersekutu. Mendustakan ayat-ayat Allah ialah tidak mau menerimanya, sengaja menolaknya, mempermainkan dan mengejeknya, atau lidahnya mengaku menerima pembagiannya seperti yang ditulis di dalamnya tentang nasib seseorang, baik-buruknya. Walaupun perbuatan mereka termasuk yang paling zalim, namun mereka akan menerima nasibnya di dunia, nasib baik dan nasib buruk, nasib bahagia dan nasib sengsara. Firman Allah swt.:
نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلًا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ
Artinya:
Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras.
(Q.S Luqman: 24)
Ketika orang yang paling zalim itu menerima nasib yang sudah ditentukan Allah semasa hidupnya di dunia, maka tiba-tiba berakhirlah nasibnya itu karena ajalnya sudah datang di saat malaikat maut telah datang mencabut nyawanya. Barulah timbul penyesalannya, ketika malaikat mengajukan pertanyaan kepadanya, manakah orang-orang yang kamu seru selama ini, kamu menyembah dan minta tolong kepadanya dan tidak mau menyembah dan minta tolong kepada Allah? Panggillah mereka itu untuk menolong kamu supaya terhindar dari bahaya api neraka yang kamu hadapi ini. Tapi apa daya, dengan sangat menyesal mereka menjawab: "Orang-orang yang kami sembah dan kami minta tolong kepadanya sudah hilang lenyap dari kami, tidak tahu kami ke mana perginya dan di mana tempatnya. Putuslah harapan kami akan mendapat pertolongan daripadanya." Maka dengan terus-terang mereka mengakui bahwa mereka telah jadi kafir tersebab menyembah dan minta tolong kepada berhala-berhala dan pemimpin-pemimpin yang mereka persekutukan dengan Allah.
Kejadian ini adalah suatu peringatan dan ancaman Allah bagi orang-orang yang masih kafir agar berhati-hati jangan bertaklid buta saja mengikuti propaganda seseorang yang akibatnya akan membawa kepada kekafiran dan kesesatan.
38 Allah berfirman: `Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu:` Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka `. Allah berfirman:` Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui `.(QS. 7:38)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 38
قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ فِي النَّارِ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا حَتَّى إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لِأُولَاهُمْ رَبَّنَا هَؤُلَاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَكِنْ لَا تَعْلَمُونَ (38)
Pada hari kiamat Allah swt. memerintahkan kepada orang-orang kafir supaya masuk ke dalam neraka, bersama-sama umat-umat yang telah terdahulu, yaitu bangsa jin dan manusia. Mereka sudah lebih dahulu masuk ke dalam neraka karena kekafiran dan kedurhakaan mereka. Bangsa jin dan manusia yang durhaka bersama setan-setan selalu menggoda kaumnya dan menggoda manusia supaya tersesat dari jalan yang benar. Mereka pun sudah lebih dahulu berada dalam neraka. Tinggallah kamu bersama-sama mereka dalam neraka dan jadikanlah mereka sebagai penolong-penolongmu sebagaimana kamu hidup di dunia menjadikan mereka tempat minta tolong dan menyembah. Dari ayat ini jelaslah bahwa orang-orang kafir itu tidak sekaligus serempak masuk neraka semuanya, tetapi bergelombang-gelombang. Gelombang pertama masuk, kemudian menyusul gelombang berikutnya, maka terjadilah kutuk-mengutuk sesama orang kafir itu dalam neraka. Setiap kali suatu umat masuk ke neraka, dilihatnya bagaimana hebatnya azab neraka itu, maka dikutukinyalah kawan-kawan yang telah menyesatkannya. Dia telah mengikuti dengan penuh setia kawan-kawan yang telah menyesatkannya selama hidup di dunia, yang sekarang telah sama-sama terjerumus ke dalam neraka. Firman Allah swt.:
ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا
Artinya:
Kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain).
(Q.S Al Ankabut: 25)
Orang-orang musyrik mengutuki pemimpin-pemimpinnya yang telah menyesatkannya, begitu juga orang-orang Yahudi dan Nasrani mengutuki pemimpin-pemimpinnya yang telah menyesatkannya. Begitulah tiap-tiap umat atau golongan mengutuki kawan-kawannya yang jadi pemimpin yang telah menyesatkannya selama hidup di dunia. Akhirnya kalau semuanya sudah masuk ke dalam neraka dan mereka sudah berkumpul di dalamnya, sudah sama-sama merasakan pedih azab neraka, maka berkatalah pengikut-pengikut terhadap pemimpin-pemimpin yang telah menyesatkan mereka, "Ya Tuhan kami, pemimpin kami inilah yang menyesatkan kami sudah bertaklid buta mengikuti perintah mereka dan kami. Ya Allah, berikanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dalam neraka ini, lebih berat dari siksaan kami ini, karena mereka telah sesat dan telah menyesatkan kami." Allah memberi jawaban terhadap permintaan pengikut-pengikut itu, firman-Nya: "Bagi masing-masing mereka sudah diberi azab yang berlipat ganda tetapi kamu tidak tahu." Mereka di dalam neraka sama-sama menderita azab, tidak ada perbedaan antara pengikut dengan pemimpin yang menyesatkan. Karena mereka telah sesat dan menyesatkan orang lain demikian pula yang dipimpin karena mereka telah sesat dan bertaklid buta menerima kesesatan. Masing-masing golongan tidak mengetahui macam siksaan yang ditimpakan kepada yang lain.
قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ فِي النَّارِ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا حَتَّى إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لِأُولَاهُمْ رَبَّنَا هَؤُلَاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَكِنْ لَا تَعْلَمُونَ (38)
Pada hari kiamat Allah swt. memerintahkan kepada orang-orang kafir supaya masuk ke dalam neraka, bersama-sama umat-umat yang telah terdahulu, yaitu bangsa jin dan manusia. Mereka sudah lebih dahulu masuk ke dalam neraka karena kekafiran dan kedurhakaan mereka. Bangsa jin dan manusia yang durhaka bersama setan-setan selalu menggoda kaumnya dan menggoda manusia supaya tersesat dari jalan yang benar. Mereka pun sudah lebih dahulu berada dalam neraka. Tinggallah kamu bersama-sama mereka dalam neraka dan jadikanlah mereka sebagai penolong-penolongmu sebagaimana kamu hidup di dunia menjadikan mereka tempat minta tolong dan menyembah. Dari ayat ini jelaslah bahwa orang-orang kafir itu tidak sekaligus serempak masuk neraka semuanya, tetapi bergelombang-gelombang. Gelombang pertama masuk, kemudian menyusul gelombang berikutnya, maka terjadilah kutuk-mengutuk sesama orang kafir itu dalam neraka. Setiap kali suatu umat masuk ke neraka, dilihatnya bagaimana hebatnya azab neraka itu, maka dikutukinyalah kawan-kawan yang telah menyesatkannya. Dia telah mengikuti dengan penuh setia kawan-kawan yang telah menyesatkannya selama hidup di dunia, yang sekarang telah sama-sama terjerumus ke dalam neraka. Firman Allah swt.:
ثُمَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُ بَعْضُكُمْ بِبَعْضٍ وَيَلْعَنُ بَعْضُكُمْ بَعْضًا
Artinya:
Kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain).
(Q.S Al Ankabut: 25)
Orang-orang musyrik mengutuki pemimpin-pemimpinnya yang telah menyesatkannya, begitu juga orang-orang Yahudi dan Nasrani mengutuki pemimpin-pemimpinnya yang telah menyesatkannya. Begitulah tiap-tiap umat atau golongan mengutuki kawan-kawannya yang jadi pemimpin yang telah menyesatkannya selama hidup di dunia. Akhirnya kalau semuanya sudah masuk ke dalam neraka dan mereka sudah berkumpul di dalamnya, sudah sama-sama merasakan pedih azab neraka, maka berkatalah pengikut-pengikut terhadap pemimpin-pemimpin yang telah menyesatkan mereka, "Ya Tuhan kami, pemimpin kami inilah yang menyesatkan kami sudah bertaklid buta mengikuti perintah mereka dan kami. Ya Allah, berikanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dalam neraka ini, lebih berat dari siksaan kami ini, karena mereka telah sesat dan telah menyesatkan kami." Allah memberi jawaban terhadap permintaan pengikut-pengikut itu, firman-Nya: "Bagi masing-masing mereka sudah diberi azab yang berlipat ganda tetapi kamu tidak tahu." Mereka di dalam neraka sama-sama menderita azab, tidak ada perbedaan antara pengikut dengan pemimpin yang menyesatkan. Karena mereka telah sesat dan menyesatkan orang lain demikian pula yang dipimpin karena mereka telah sesat dan bertaklid buta menerima kesesatan. Masing-masing golongan tidak mengetahui macam siksaan yang ditimpakan kepada yang lain.
39 Dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian:` Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikitpun atas kami, maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kamu lakukan `.(QS. 7:39)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 39
وَقَالَتْ أُولَاهُمْ لِأُخْرَاهُمْ فَمَا كَانَ لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ (39)
Dalam ayat ini dijelaskan, bagaimana caranya pemimpin-pemimpin mereka berlepas diri dari tuntutan pengikut-pengikutnya. Pemimpin-pemimpin mereka yang telah menyesatkan mereka yang telah lebih dahulu masuk neraka mengatakan: "Kalau memang seperti yang kamu tuduhkan itu, bahwa kami telah menyesatkan kamu dan azab kami hendaklah berlipat ganda dari azab yang kamu terima, maka sekarang kamu rasakan azab neraka ini karena kebodohanmu, mau saja disesatkan dari jalan yang benar. Kami tidak memaksamu untuk mengikuti kami tetapi kamu sendirilah yang memilih jalan yang sesat itu, berbuat dosa dan mendurhakai Allah." Begitulah akhirnya mereka semuanya salah-menyalahkan dan tidak ada gunanya lagi, karena mereka akan sama-sama berada dalam api neraka yang bergejolak itu.
Firman Allah swt.:
وَلَنْ يَنْفَعَكُمُ الْيَوْمَ إِذْ ظَلَمْتُمْ أَنَّكُمْ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ
Artinya:
(Harapanmu itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu di hari itu karena kamu telah menganiaya (dirimu sendiri). Sesungguhnya kamu bersekutu dalam azab itu.
(Q.S Az Zukhruf: 39)
وَقَالَتْ أُولَاهُمْ لِأُخْرَاهُمْ فَمَا كَانَ لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ (39)
Dalam ayat ini dijelaskan, bagaimana caranya pemimpin-pemimpin mereka berlepas diri dari tuntutan pengikut-pengikutnya. Pemimpin-pemimpin mereka yang telah menyesatkan mereka yang telah lebih dahulu masuk neraka mengatakan: "Kalau memang seperti yang kamu tuduhkan itu, bahwa kami telah menyesatkan kamu dan azab kami hendaklah berlipat ganda dari azab yang kamu terima, maka sekarang kamu rasakan azab neraka ini karena kebodohanmu, mau saja disesatkan dari jalan yang benar. Kami tidak memaksamu untuk mengikuti kami tetapi kamu sendirilah yang memilih jalan yang sesat itu, berbuat dosa dan mendurhakai Allah." Begitulah akhirnya mereka semuanya salah-menyalahkan dan tidak ada gunanya lagi, karena mereka akan sama-sama berada dalam api neraka yang bergejolak itu.
Firman Allah swt.:
وَلَنْ يَنْفَعَكُمُ الْيَوْمَ إِذْ ظَلَمْتُمْ أَنَّكُمْ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ
Artinya:
(Harapanmu itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu di hari itu karena kamu telah menganiaya (dirimu sendiri). Sesungguhnya kamu bersekutu dalam azab itu.
(Q.S Az Zukhruf: 39)
40 Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk syurga, hingga unta masuk ke lobang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.(QS. 7:40)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 40
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ (40)
Yang dimaksud dengan mendustakan ayat-ayat Allah dalam ayat ini ialah mendustakan pokok-pokok dan hukum-hukum agama, seperti yang berhubungan dengan adanya Allah dan keesaan-Nya, yang berhubungan dengan kenabian, hari kiamat, hari kebangkitan dan lain-lainnya. Terhadap ayat-ayat yang seperti ini, mereka mendustakan, mereka tidak mau menerimanya dan mereka tolak dengan secara sombong dan takabur. Maka terhadap mereka itu tidak akan dibukakan pintu langit.
Ada beberapa pengertian tentang tidak dibukakan pintu langit, di antaranya tidak akan diterima amal mereka dan tidak akan sampai kepada Allah, walaupun bagaimana besar amal dan usaha mereka. Bukan saja amal dan usaha mereka tidak sampai kepada Allah, juga doa dan permintaan mereka tidak akan sampai. Dalam pengertian lain menurut Ibnu Abbas roh mereka tidak lansung diterima Allah. Firman Allah swt.:
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
Artinya:
Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.
(Q.S Fatir: 10)
Selain dari itu mereka tidak akan masuk ke dalam surga buat selama-lamanya. Dalam ayat ini Allah memberikan perumpamaan bagi mereka, bahwa mereka tidak akan masuk ke dalam surga kecuali bila unta dapat masuk ke dalam lubang jarum. Maksudnya mereka mustahil akan masuk surga buat selama-lamanya. Demikianlah balasan yang diberikan Allah terhadap mereka yang berdosa seperti itu, yaitu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan tidak mau menerimanya dengan cara menyombongkan diri.
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ (40)
Yang dimaksud dengan mendustakan ayat-ayat Allah dalam ayat ini ialah mendustakan pokok-pokok dan hukum-hukum agama, seperti yang berhubungan dengan adanya Allah dan keesaan-Nya, yang berhubungan dengan kenabian, hari kiamat, hari kebangkitan dan lain-lainnya. Terhadap ayat-ayat yang seperti ini, mereka mendustakan, mereka tidak mau menerimanya dan mereka tolak dengan secara sombong dan takabur. Maka terhadap mereka itu tidak akan dibukakan pintu langit.
Ada beberapa pengertian tentang tidak dibukakan pintu langit, di antaranya tidak akan diterima amal mereka dan tidak akan sampai kepada Allah, walaupun bagaimana besar amal dan usaha mereka. Bukan saja amal dan usaha mereka tidak sampai kepada Allah, juga doa dan permintaan mereka tidak akan sampai. Dalam pengertian lain menurut Ibnu Abbas roh mereka tidak lansung diterima Allah. Firman Allah swt.:
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
Artinya:
Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.
(Q.S Fatir: 10)
Selain dari itu mereka tidak akan masuk ke dalam surga buat selama-lamanya. Dalam ayat ini Allah memberikan perumpamaan bagi mereka, bahwa mereka tidak akan masuk ke dalam surga kecuali bila unta dapat masuk ke dalam lubang jarum. Maksudnya mereka mustahil akan masuk surga buat selama-lamanya. Demikianlah balasan yang diberikan Allah terhadap mereka yang berdosa seperti itu, yaitu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan tidak mau menerimanya dengan cara menyombongkan diri.
<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH DAFTAR SURAH AL -A'RAAF>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar