<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH DAFTAR SURAH AL -ANFAL>>
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=2&SuratKe=8#Top
21 dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya), dan janganlah kamu menjadi sebagai orang-orang (munafik) yang berkata: `Kami mendengarkan`, padahal mereka tidak mendengarkan.(QS. 8:21)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 21
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ (21)
Kemudian daripada itu Allah swt. melarang orang-orang mukmin berbuat sebagai orang-orang munafik dan orang-orang kafir apabila mendengar seruan Rasul, mereka berbuat seolah-olah mendengar seruan itu, tetapi sebenarnya hati mereka mengingkarinya. Maka kaum Muslimin pun dilarang berbuat seperti mereka yang kelihatannya mendengarkan seruan Nabi dengan penuh perhatian padahal mereka tidak menaruh perhatian sedikit pun apalagi melaksanakannya.
Dalam ayat ini orang-orang munafik dinyatakan sebagai orang yang tidak mau mendengarkan perkataan Nabi, yaitu memeluk agama Islam, hal ini memberikan petunjuk bahwa mereka tidak mau membenarkan sama sekali apa yang diserukan Nabi itu. Allah swt. berfirman:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ حَتَّى إِذَا خَرَجُوا مِنْ عِنْدِكَ قَالُوا لِلَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مَاذَا قَالَ آنِفًا أُولَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ (16)
Artinya:
Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): "Apakah yang dikatakannya tadi?" Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka. (Q.S Muhammad: 16)
Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): "Apakah yang dikatakannya tadi?" Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka. (Q.S Muhammad: 16)
22 Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun.(QS. 8:22)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 22
إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ (22)
Dalam pada itu Allah swt. menyamakan orang-orang munafik itu dengan binatang yang paling buruk karena mereka itu tidak mau mempergunakan pendengarannya untuk mengetahui seruan-seruan yang benar dan tidak memperhatikan nasihat-nasihat yang baik.
Orang-orang munafik disamakan dengan binatang dalam ayat ini, bukanlah fisik mereka seperti binatang, tetapi sifat kejiwaan merekalah yang seperti binatang. Mereka menolak pengertian dari firman Allah dan tidak mau memikirkan dan memahami kebenaran. Dalam hal ini mereka tidak mau membedakan mana seruan yang hak dan mana ajakan yang batil dan mana iktikad yang benar serta mana kepercayaan yang salah.
Sebagai alasan yang lain dipersamakannya mereka dengan binatang adalah karena tidak mau menuturkan kebenaran, seolah-olah mereka tidak berpikir, karena mereka menyia-nyiakan akal mereka sehingga tidak dapat menuturkan kebenaran itu sebagaimana mestinya. Seandainya mereka menggunakan akal tentulah mereka mau mendengarkan seruan Rasul serta mau mengikutinya.
Di dalam ayat ini atau ayat yang lain Allah swt. menerangkan bahwa orang-orang munafik itu lebih sesat dari binatang.
Firman Allah:
Orang-orang munafik disamakan dengan binatang dalam ayat ini, bukanlah fisik mereka seperti binatang, tetapi sifat kejiwaan merekalah yang seperti binatang. Mereka menolak pengertian dari firman Allah dan tidak mau memikirkan dan memahami kebenaran. Dalam hal ini mereka tidak mau membedakan mana seruan yang hak dan mana ajakan yang batil dan mana iktikad yang benar serta mana kepercayaan yang salah.
Sebagai alasan yang lain dipersamakannya mereka dengan binatang adalah karena tidak mau menuturkan kebenaran, seolah-olah mereka tidak berpikir, karena mereka menyia-nyiakan akal mereka sehingga tidak dapat menuturkan kebenaran itu sebagaimana mestinya. Seandainya mereka menggunakan akal tentulah mereka mau mendengarkan seruan Rasul serta mau mengikutinya.
Di dalam ayat ini atau ayat yang lain Allah swt. menerangkan bahwa orang-orang munafik itu lebih sesat dari binatang.
Firman Allah:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (179)
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi) neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak diperguankannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Q.S Al A'raf: 179)
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi) neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak diperguankannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Q.S Al A'raf: 179)
23 Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu).(QS. 8:23)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 23
وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا لَأَسْمَعَهُمْ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ (23)
Sesudah itu Allah swt. memberikan pernyataan terhadap orang-orang munafik dan orang-orang musyrik bahwa andaikata mereka mempunyai bakat untuk menerima iman dan harapan untuk mengikuti petunjuk yang disampaikan oleh Rasulullah, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Tetapi lantaran bakat mereka untuk menerima petunjuk Allah telah dikotori dengan noda-noda kemusyrikan dan kenifakan, maka tidak ada jalan lain lagi untuk mengarahkan bakat-bakat mereka untuk menerima petunjuk.
Dan seumpama Allah swt. menjadikan mereka dapat memahami seruan Rasul itu tentulah mereka enggan melaksanakan apa yang mereka dengar, apalagi untuk mengamalkannya karena di dalam hati mereka telah bersarang keingkaran dan kekafiran. Dari firman Allah itu dapat dipahami bahwa derajat orang yang mendengarkan seruan Rasul itu bertingkat-tingkat.
1. Ada orang yang sengaja tidak mau mendengarkan seruan Rasul secara terang-terangan dan menyambutnya dengan permusuhan dari sejak semula, karena mereka merasa bahwa seruannya itu akan menghancurkan keyakinannya.
2. Ada orang yang mendengarkan seruan Rasul akan tetapi tidak berniat untuk memahami dan memikirkan apa yang diserukan, seperti orang-orang munafik.
3. Ada orang yang mendengarkan seruan Rasul dengan maksud untuk mencari kesempatan buat membantah dan menolaknya. Hal serupa ini dilakukan oleh orang-orang musyrik dan ahli kitab yang mengingkari kebenaran ayat Alquran.
4. Ada orang yang mendengarkan dengan maksud ingin memahami dan memikirkan seruan Rasul. Tetapi adakalanya ajaran Islam itu dijadikan sebagai pengetahuan yang dipergunnakan untuk tujuan-tujuan tertentu dan adakalanya ajaran Islam itu dijadikan bahan pembicaraan dan sasaran kritikan. Perbuatan ini dilakukan oleh kebanyakan orang-orang ahli ketimuran (orientalis).
Dan seumpama Allah swt. menjadikan mereka dapat memahami seruan Rasul itu tentulah mereka enggan melaksanakan apa yang mereka dengar, apalagi untuk mengamalkannya karena di dalam hati mereka telah bersarang keingkaran dan kekafiran. Dari firman Allah itu dapat dipahami bahwa derajat orang yang mendengarkan seruan Rasul itu bertingkat-tingkat.
1. Ada orang yang sengaja tidak mau mendengarkan seruan Rasul secara terang-terangan dan menyambutnya dengan permusuhan dari sejak semula, karena mereka merasa bahwa seruannya itu akan menghancurkan keyakinannya.
2. Ada orang yang mendengarkan seruan Rasul akan tetapi tidak berniat untuk memahami dan memikirkan apa yang diserukan, seperti orang-orang munafik.
3. Ada orang yang mendengarkan seruan Rasul dengan maksud untuk mencari kesempatan buat membantah dan menolaknya. Hal serupa ini dilakukan oleh orang-orang musyrik dan ahli kitab yang mengingkari kebenaran ayat Alquran.
4. Ada orang yang mendengarkan dengan maksud ingin memahami dan memikirkan seruan Rasul. Tetapi adakalanya ajaran Islam itu dijadikan sebagai pengetahuan yang dipergunnakan untuk tujuan-tujuan tertentu dan adakalanya ajaran Islam itu dijadikan bahan pembicaraan dan sasaran kritikan. Perbuatan ini dilakukan oleh kebanyakan orang-orang ahli ketimuran (orientalis).
24 Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah mendinding antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.(QS. 8:24)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 24
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (24)
Allah swt. menyerukan kepada orang-orang mukmin, bahwa apabila Allah dan Rasul-Nya menyampaikan hukum-hukumnya yang berguna untuk kehidupan mereka, hendaklah mereka mengabulkan seruan itu dan menerimanya dengan penuh perhatian serta berusaha untuk mengabulkannya. Karena seruan itu mengandung ajaran-ajaran yang berguna bagi kehidupan mereka, seperti mengetahui hukum-hukum Allah yang diberikan kepada makhluk-Nya, suri teladan hidup yang dapat dijadikan contoh dan pelajaran yang utama untuk meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan serta mengangkat kehidupan mereka kepada martabat yang sempurna, sehingga mereka dapat menempuh jalan lurus yang mendekatkan diri kepada Tuhan. Akhirnya mereka akan hidup di bawah keridaan Allah; di dunia mereka akan berbahagia dan di akhirat akan mendapat surga. Di dalam ayat lain perintah mengikuti Rasul itu disertai dengan perintah memegang teguh-teguh.
Allah berfirman:
Allah berfirman:
خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاسْمَعُوا
Artinya:
Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah.
(Q.S Al Baqarah: 93)
Menaati Rasul hukumnya wajib, baik di waktu beliau hidup maupun setelah wafatnya. Menaati Rasul ialah menaati segala macam perintahnya dan menjauhi larangannya yang termuat dalam Kitab Alquran dan yang termuat dalam kitab-kitab hadis yang diketahui kesahihannya.
Dan Allah swt. memerintahkan kepada kaum Muslimin agar mereka betul-betul mengetahui bahwa Allah mendinding antara manusia dan hatinya mengandung banyak pengertian:
1. Bahwa Allah swt. menguasai hati seseorang, maka Allahlah yang menentukan kecenderungan hati itu menurut kehendak-Nya. Dalam pada itu Allah swt. berkuasa untuk mengarahkan hati orang kafir apabila Ia menghendaki orang kafir itu mendapat hidayah dan menguasai hati seseorang yang beriman untuk menyesatkannya apabila Ia berkehendak untuk menyesatkan. Pengertian serupa ini terdapat pula dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Kitab Al-Mustadrak dari Ibnu Abbas dan dari sebagian besar ulama salaf.
Hadis-hadis yang menguatkan pengertian ini ialah bahwa Nabi Muhammad saw. seringkali mengatakan:
يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك، فقيل: يا رسول الله آمنا بك وبما جئت به، فهل تخاف علينا؟ قال: نعم، إن القلوب بين اصبعين من أصابع الله تعالى يقلبها
Artinya:
Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku atas agamamu. Lalu Rasulullah ditanya: "Ya Rasulullah, kami telah beriman kepadamu dan kepada Kitab yang engkau bawa, maka apakah yang engkau khawatirkan terhadap kami?" Maka Rasulullah saw. menjawab: "Ya! Sungguh hati itu berada di antara dua jari dari jari-jari Tuhan, Dialah Yang membolak-balikkannya.
(H.R Imam Ahmad dan At Turmuzi dari Anas)
2. Bahwa Allah swt. menyuruh hambanya untuk bersegera menaati Allah sebelum terlepasnya jiwa, tetapi mereka tidak mempedulikan perintah itu. Ini berarti bahwa Allah mematikan hatinya hingga hilanglah kesempatan yang baik itu. Hilangnya kesempatan ini ialah hilangnya kesempatan seseorang untuk melakukan amal yang baik dan usaha untuk mengobati hati dengan bermacam penawar jiwa sehingga jiwanya menjadi sehat sesuai dengan kehendak Allah. Kata-kata mendinding adalah merupakan kata persamaan yang digunakan untuk pengertian mati, karena hati itulah biasanya yang dapat memahami sesuatu, maka apabila dikatakan hati seseorang telah mati berarti hilanglah kesempatan seseorang untuk memanfaatkan ilmu pengetahuannya.
3. Kata-kata mendinding adalah merupakan kata-kata majaz yang menggambarkan batas terdekat kepada hamba. Karena sesuatu yang memisahkan antara dua buah barang adalah sangat dekat kepada dua barang itu.
Pengertian serupa ini dinukilkan dari Qatadah, karena pada saat membicarakan makna ayat ia membawakan firman Allah:
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16)
Artinya:
Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.
(Q.S Qaf: 16)
Bagaimana juga perbedaan pendapat di kalangan para mufassir mengenai penafsiran ayat ini, tetapi hal yang tidak dapat disangkal ialah bahwa Allah swt. telah membuat bakat-bakat dalam diri seseorang. Bakat baik dan bakat buruk kedua-duanya dapat berkembang menurut sunah Allah yang telah ditetapkan bagi manusia. Berkembangnya bakat-bakat itu bergantung pada situasi, kondisi dan lingkungan. Apabila seseorang dididik dengan baik, niscaya jiwanya akan menjadi baik. Sebaliknya apabila jiwa itu dididik dengan jahat, atau berada dalam lingkungan yang jahat niscaya jiwa itu akan menjadi jahat. Hati adalah merupakan pusat dari perasaan, kemampuan serta kehendak seseorang yang dapat mengendalikan jasmaninya untuk mewujudkan amal perbuatan.
Maka pantaslah kalau di dalam ayat ini dikatakan, bahwa Allah mendinding antara seseorang dengan hatinya, karena Allahlah Yang lebih mengetahui hati nurani seseorang. Dan Dialah Yang menguasai hati itu, karena Dialah pula yang menciptakan bakat-bakat yang terdapat dalam hati dan Dia pula yang paling dapat menentukan ke mana hati itu mengarah.
Kemudian di akhir ayat Allah swt. menegaskan, bahwa sesungguhnya seluruh manusia itu akan dikumpulkan kepada Allah swt., yaitu mereka pada hari akhir akan dikumpulkan di padang Mahsyar untuk mempertanggungjawabkan segala macam amalnya dan menerima pembalasan yang setimpal dengan amal perbuatan mereka.
Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah.
(Q.S Al Baqarah: 93)
Menaati Rasul hukumnya wajib, baik di waktu beliau hidup maupun setelah wafatnya. Menaati Rasul ialah menaati segala macam perintahnya dan menjauhi larangannya yang termuat dalam Kitab Alquran dan yang termuat dalam kitab-kitab hadis yang diketahui kesahihannya.
Dan Allah swt. memerintahkan kepada kaum Muslimin agar mereka betul-betul mengetahui bahwa Allah mendinding antara manusia dan hatinya mengandung banyak pengertian:
1. Bahwa Allah swt. menguasai hati seseorang, maka Allahlah yang menentukan kecenderungan hati itu menurut kehendak-Nya. Dalam pada itu Allah swt. berkuasa untuk mengarahkan hati orang kafir apabila Ia menghendaki orang kafir itu mendapat hidayah dan menguasai hati seseorang yang beriman untuk menyesatkannya apabila Ia berkehendak untuk menyesatkan. Pengertian serupa ini terdapat pula dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Kitab Al-Mustadrak dari Ibnu Abbas dan dari sebagian besar ulama salaf.
Hadis-hadis yang menguatkan pengertian ini ialah bahwa Nabi Muhammad saw. seringkali mengatakan:
يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك، فقيل: يا رسول الله آمنا بك وبما جئت به، فهل تخاف علينا؟ قال: نعم، إن القلوب بين اصبعين من أصابع الله تعالى يقلبها
Artinya:
Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku atas agamamu. Lalu Rasulullah ditanya: "Ya Rasulullah, kami telah beriman kepadamu dan kepada Kitab yang engkau bawa, maka apakah yang engkau khawatirkan terhadap kami?" Maka Rasulullah saw. menjawab: "Ya! Sungguh hati itu berada di antara dua jari dari jari-jari Tuhan, Dialah Yang membolak-balikkannya.
(H.R Imam Ahmad dan At Turmuzi dari Anas)
2. Bahwa Allah swt. menyuruh hambanya untuk bersegera menaati Allah sebelum terlepasnya jiwa, tetapi mereka tidak mempedulikan perintah itu. Ini berarti bahwa Allah mematikan hatinya hingga hilanglah kesempatan yang baik itu. Hilangnya kesempatan ini ialah hilangnya kesempatan seseorang untuk melakukan amal yang baik dan usaha untuk mengobati hati dengan bermacam penawar jiwa sehingga jiwanya menjadi sehat sesuai dengan kehendak Allah. Kata-kata mendinding adalah merupakan kata persamaan yang digunakan untuk pengertian mati, karena hati itulah biasanya yang dapat memahami sesuatu, maka apabila dikatakan hati seseorang telah mati berarti hilanglah kesempatan seseorang untuk memanfaatkan ilmu pengetahuannya.
3. Kata-kata mendinding adalah merupakan kata-kata majaz yang menggambarkan batas terdekat kepada hamba. Karena sesuatu yang memisahkan antara dua buah barang adalah sangat dekat kepada dua barang itu.
Pengertian serupa ini dinukilkan dari Qatadah, karena pada saat membicarakan makna ayat ia membawakan firman Allah:
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16)
Artinya:
Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.
(Q.S Qaf: 16)
Bagaimana juga perbedaan pendapat di kalangan para mufassir mengenai penafsiran ayat ini, tetapi hal yang tidak dapat disangkal ialah bahwa Allah swt. telah membuat bakat-bakat dalam diri seseorang. Bakat baik dan bakat buruk kedua-duanya dapat berkembang menurut sunah Allah yang telah ditetapkan bagi manusia. Berkembangnya bakat-bakat itu bergantung pada situasi, kondisi dan lingkungan. Apabila seseorang dididik dengan baik, niscaya jiwanya akan menjadi baik. Sebaliknya apabila jiwa itu dididik dengan jahat, atau berada dalam lingkungan yang jahat niscaya jiwa itu akan menjadi jahat. Hati adalah merupakan pusat dari perasaan, kemampuan serta kehendak seseorang yang dapat mengendalikan jasmaninya untuk mewujudkan amal perbuatan.
Maka pantaslah kalau di dalam ayat ini dikatakan, bahwa Allah mendinding antara seseorang dengan hatinya, karena Allahlah Yang lebih mengetahui hati nurani seseorang. Dan Dialah Yang menguasai hati itu, karena Dialah pula yang menciptakan bakat-bakat yang terdapat dalam hati dan Dia pula yang paling dapat menentukan ke mana hati itu mengarah.
Kemudian di akhir ayat Allah swt. menegaskan, bahwa sesungguhnya seluruh manusia itu akan dikumpulkan kepada Allah swt., yaitu mereka pada hari akhir akan dikumpulkan di padang Mahsyar untuk mempertanggungjawabkan segala macam amalnya dan menerima pembalasan yang setimpal dengan amal perbuatan mereka.
25 Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.(QS. 8:25)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 25
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (25)
Kemudian daripada itu Allah swt. menyerukan kepada orang-orang beriman agar memelihara diri mereka dari siksaan yang tidak hanya khusus menimpa orang-orang zalim itu saja di antara orang-orang beriman. Maksudnya ialah apabila di dalam suatu kaum perbuatan maksiat telah merata maka Allah swt. akan menyiksa mereka itu secara keseluruhan. Siksaan itu tidak hanya bagi orang yang melakukan kemaksiatan itu saja, akan tetapi siksaan itu akan menimpa mereka secara merata tanpa pilih kasih, meskipun di dalamnya terdapat juga orang-orang yang saleh yang berada di antara mereka itu.
Rasulullah saw. bersabda:
يا من قوم يعمل بهم بالمعاصي هم أغر وأكثر ممن لا يعلمون ثم لم يغيروه إلا عمهم الله بعقاب
Artinya:
Tidak ada siksaan yang pantas dijatuhkan kepada suatu kaum yang sebagian besar orang-orangnya melakukan kemaksiatan kemudian mereka tidak mau mengubahnya selain Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang merata.
(H.R Ahmad dari Jabir)
Oleh sebab itulah di dalam masyarakat ada yang mengurus kemaslahatan dan mengurus amar makruf dan nahi mungkar. Lembaga ini hendaknya bertugas meneliti kemaksiatan yang timbul dalam masyarakat, serta berusaha pula untuk mencari cara-cara pencegahannya. Juga lembaga ini berusaha untuk menggiatkan masyarakat melakukan segala yang diperintahkan oleh agama dan menghentikan segala sesuatu yang dilarang. Sebab apabila kemaksiatan itu telah merata, dan masyarakat telah melupakan agama, maka bencana yang menimpa masyarakat itu tidak hanya akan menimpa sesuatu kelompok atau golongan tertentu saja, tetapi bencana itu akan dirasakan oleh anggota masyarakat secara keseluruhan dan merata.
Di ahkir ayat Allah swt. memperingatkan orang-orang mukmin agar mereka itu mengetahui bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. Siksaan Allah ditimpakan atas siapa saja yang melanggar hukum-Nya, baik oleh anggota-anggota masyarakat. Ancaman Tuhan yang sangat keras ini mencakup ancaman di dunia akan berlaku apabila kejahatan itu telah merajalela dan merata di segenap anggota masyarakat itu tanpa pandang bulu. Sedangkan ancaman-ancamannya di akhirat ditimpakan kepada orang-orang yang melakukannya secara sendiri-sendiri atau pun bersama-sama sesuai dengan berat ringannya perbuatan yang dilakukan oleh orang itu.
Rasulullah saw. bersabda:
يا من قوم يعمل بهم بالمعاصي هم أغر وأكثر ممن لا يعلمون ثم لم يغيروه إلا عمهم الله بعقاب
Artinya:
Tidak ada siksaan yang pantas dijatuhkan kepada suatu kaum yang sebagian besar orang-orangnya melakukan kemaksiatan kemudian mereka tidak mau mengubahnya selain Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang merata.
(H.R Ahmad dari Jabir)
Oleh sebab itulah di dalam masyarakat ada yang mengurus kemaslahatan dan mengurus amar makruf dan nahi mungkar. Lembaga ini hendaknya bertugas meneliti kemaksiatan yang timbul dalam masyarakat, serta berusaha pula untuk mencari cara-cara pencegahannya. Juga lembaga ini berusaha untuk menggiatkan masyarakat melakukan segala yang diperintahkan oleh agama dan menghentikan segala sesuatu yang dilarang. Sebab apabila kemaksiatan itu telah merata, dan masyarakat telah melupakan agama, maka bencana yang menimpa masyarakat itu tidak hanya akan menimpa sesuatu kelompok atau golongan tertentu saja, tetapi bencana itu akan dirasakan oleh anggota masyarakat secara keseluruhan dan merata.
Di ahkir ayat Allah swt. memperingatkan orang-orang mukmin agar mereka itu mengetahui bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. Siksaan Allah ditimpakan atas siapa saja yang melanggar hukum-Nya, baik oleh anggota-anggota masyarakat. Ancaman Tuhan yang sangat keras ini mencakup ancaman di dunia akan berlaku apabila kejahatan itu telah merajalela dan merata di segenap anggota masyarakat itu tanpa pandang bulu. Sedangkan ancaman-ancamannya di akhirat ditimpakan kepada orang-orang yang melakukannya secara sendiri-sendiri atau pun bersama-sama sesuai dengan berat ringannya perbuatan yang dilakukan oleh orang itu.
26 Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.(QS. 8:26)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 26
وَاذْكُرُوا إِذْ أَنْتُمْ قَلِيلٌ مُسْتَضْعَفُونَ فِي الْأَرْضِ تَخَافُونَ أَنْ يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَآوَاكُمْ وَأَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهِ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (26)
Dalam pada itu Allah swt. mengingatkan kaum muslimin kepada nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka pada peristiwa hijrah. Pada saat itu mereka berhijrah dari Mekah ke Madinah berjumlah sedikit, lagi pula termasuk golongan yang tertindas. Pada saat permulaan Islam kaum muslimin merasa khawatir apabila orang-orang musyrik Quraisy menculik mereka. Kemudian Allah swt. menghilangkan kekhawatiran itu. Allah swt. memberikan tempat yang aman buat mereka yaitu di Madinah. Sesudah itu Allah swt. memberikan pertolongan kepada kaum muslimin sehingga mereka itu menjadi umat yang kuat, baik pertolongan yang diberikan oleh orang-orang Ansar pada ketika beliau dan pengikut-pengikutnya berada di Madinah, atau pun bantuan-bantuan Allah yang diberikan pada ketika mereka berhadapan dengan kaum musyrikin dalam peperangan Badar. Allah swt. juga mengingatkan kepada kaum Muslimin kepada nikmat-Nya yang lain yaitu rezeki yang baik-baik, baik berupa kemakmuran bumi Madinah yang mereka alami atau pun kemenangan dalam perang Badar.
Nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kaum muslimin yang disebutkan dalam ayat-ayat ini adalah untuk memberikan rangsangan agar kaum muslimin mensyukuri nikmat-nikmat itu.
Nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kaum muslimin yang disebutkan dalam ayat-ayat ini adalah untuk memberikan rangsangan agar kaum muslimin mensyukuri nikmat-nikmat itu.
27 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.(QS. 8:27)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 27
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (27)
Allah swt. menyeru kaum Muslimin agar mereka tidak mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, yaitu mengabaikan kewajiban-kewajiban yang harus mereka laksanakan, melanggar larangan-larangan-Nya yang telah ditentukan dengan perantaraan wahyu. Dan tidak mengkhianati amanat yang telah dipercayakan kepada mereka, yaitu mengkhianati segala macam urusan yang menyangkut ketertiban umat, seperti urusan pemerintahan, urusan perang, urusan perdata, urusan kemasyarakatan dan tata tertib hidup masyarakat. Untuk mengatur segala macam urusan yang ada dalam masyarakat itu diperlukan adanya peraturan yang ditaati oleh segenap anggota masyarakat dan oleh pejabat-pejabat yang dipercaya mengurusi kepentingan umat. Peraturan-peraturan itu secara prinsip telah diberikan ketentuannya secara garis besar di dalam Alquran dan Hadis. Maka segenap yang berpautan dengan segala urusan kemasyarakatan itu tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip yang telah ditentukan. Karenanya segenap peraturan yang menyangkut kepentingan umat tidak boleh dikhianati, dan wajib ditaati sebagaimana mestinya. Hampir seluruh kegiatan dalam masyarakat ini berhubungan dengan kepercayaan itu. Itulah sebabnya maka Allah swt. melarang kaum Muslimin mengkhianati amanat karena apabila amanat sudah tidak terpelihara lagi berarti hilanglah kepercayaan. Dan apabila kepercayaan telah hilang maka berarti ketertiban hukum tidak akan terpelihara lagi dan ketenangan hidup bermasyarakat tidak dapat dinikmati lagi.
Di akhir ayat Allah swt. menegaskan bahwa bahaya yang akan menimpa masyarakat lantaran mengkhianati amanat yang telah diketahui, baik bahaya yang akan menimpa mereka di dunia, yaitu merajalelanya kejahatan dan kemaksiatan yang menggoncangkan hidup bermasyarakat, ataupun penyesalan yang abadi dan siksaan api neraka yang akan menimpa mereka di akhirat nanti.
Khianat adalah sifat orang-orang munafik, sedang amanah adalah sifat orang-orang mukmin. Maka orang mukmin harus menjauhi sifat khianat itu agar tidak kejangkitan penyakit nifak yang dapat mengikis habis imannya.
Anas bin Malik berkata:
ما خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم إلا قال: لا إيمان لمن لا عهدله ولا دين لمن لا عهدله
Artinya:
Rasulullah saw. pada setiap khutbahnya bersabda: "Tidak beriman orang yang tak dapat dipercaya dan tidak beragama orang yang tak dapat dipercaya.
(H.R Ahmad dan Ibnu Hibban dari Anas bin Malik)
Sabda Nabi saw.:
آية المنافق ثلاث: إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا ائتمن خان
Artinya:
Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. Apabila menuturkan kata-kata ia berdusta, dan apabila berjanji ia menyalahi, dan apabila diberi kepercayaan ia berkhianat.
(H.R Muslim dari Abu Hurairah)
Abdullah bin Abu Qatadah berkata:
نزلت في أبي لبابة حين حاصر رسول الله قريظة وأمرهم أن ينزلوا على حكم سعد، فاستشار قريظة من أبى لبابة فى النزول على حكم سعد، وكان أهل أبى لبابة وأموالهم فيهم، فأشار إلى حلقه -أنه الذبح-قال أبو لبابة: ما زالت قدماي حتى علمت إني خفت الله ورسوله، ثم حلف أن لا يذوق ذوقا حتى يموت أو يتوب الله عليه، وانطلق الى المسجد فربط نفسه بسارية فمكث أياما حتى كان يخر مغشيا عليه من الجهد، ثم أنزل الله توبته وحلف لا يحله إلا رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده فحله فقال: يارسول الله إنى كنت نذرت أن تخلع من مالى صدقة، فقال: يحزيك الثلث أن تصدق به
Artinya:
Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Lubabah pada ketika Rasulullah saw. mengepung suku Quraizah dan memerintahkan mereka untuk menerima putusan Sa`ad. Sesudah itu Quraizah berunding dengan Abu Lubabah tentang menerima putusan Sa'ad itu, karena keluarga Abu Lubabah dan harta bendanya berada dalam kekuasaan mereka. Kemudian Quraizah menunjuk ke lehernya (yakni sebagai tanda untuk disembelih). Abu Lubabah berkata: "Sebelum kedua telapak kakiku bergerak, aku telah mengetahui bahwa diriku telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya." Kemudian ia bersumpah tidak akan makan apa pun sehingga ia mati, atau Allah menerima taubatnya. Kemudian ia pergi ke mesjid dan mengikat dirinya ke tiang, dan tinggal beberapa hari di sana sehingga jatuh pingsan karena badannya sangat lemah. Kemudian Allah swt. menerima taubatnya. Dan ia bersumpah, bahwa dia tidak boleh dilepaskan dirinya dari ikatannya selain oleh Rasulullah sendiri. Kemudian ia berkata: "Hai Rasulullah! Saya bernazar untuk melepaskan hartaku sebagai sedekah." Rasulullah saw. bersabda: "Cukuplah bersedekah sepertiganya."
(H.R Saad bin Mansur dari Abdillah bin Abi Qatadah)
Di akhir ayat Allah swt. menegaskan bahwa bahaya yang akan menimpa masyarakat lantaran mengkhianati amanat yang telah diketahui, baik bahaya yang akan menimpa mereka di dunia, yaitu merajalelanya kejahatan dan kemaksiatan yang menggoncangkan hidup bermasyarakat, ataupun penyesalan yang abadi dan siksaan api neraka yang akan menimpa mereka di akhirat nanti.
Khianat adalah sifat orang-orang munafik, sedang amanah adalah sifat orang-orang mukmin. Maka orang mukmin harus menjauhi sifat khianat itu agar tidak kejangkitan penyakit nifak yang dapat mengikis habis imannya.
Anas bin Malik berkata:
ما خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم إلا قال: لا إيمان لمن لا عهدله ولا دين لمن لا عهدله
Artinya:
Rasulullah saw. pada setiap khutbahnya bersabda: "Tidak beriman orang yang tak dapat dipercaya dan tidak beragama orang yang tak dapat dipercaya.
(H.R Ahmad dan Ibnu Hibban dari Anas bin Malik)
Sabda Nabi saw.:
آية المنافق ثلاث: إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا ائتمن خان
Artinya:
Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. Apabila menuturkan kata-kata ia berdusta, dan apabila berjanji ia menyalahi, dan apabila diberi kepercayaan ia berkhianat.
(H.R Muslim dari Abu Hurairah)
Abdullah bin Abu Qatadah berkata:
نزلت في أبي لبابة حين حاصر رسول الله قريظة وأمرهم أن ينزلوا على حكم سعد، فاستشار قريظة من أبى لبابة فى النزول على حكم سعد، وكان أهل أبى لبابة وأموالهم فيهم، فأشار إلى حلقه -أنه الذبح-قال أبو لبابة: ما زالت قدماي حتى علمت إني خفت الله ورسوله، ثم حلف أن لا يذوق ذوقا حتى يموت أو يتوب الله عليه، وانطلق الى المسجد فربط نفسه بسارية فمكث أياما حتى كان يخر مغشيا عليه من الجهد، ثم أنزل الله توبته وحلف لا يحله إلا رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده فحله فقال: يارسول الله إنى كنت نذرت أن تخلع من مالى صدقة، فقال: يحزيك الثلث أن تصدق به
Artinya:
Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Lubabah pada ketika Rasulullah saw. mengepung suku Quraizah dan memerintahkan mereka untuk menerima putusan Sa`ad. Sesudah itu Quraizah berunding dengan Abu Lubabah tentang menerima putusan Sa'ad itu, karena keluarga Abu Lubabah dan harta bendanya berada dalam kekuasaan mereka. Kemudian Quraizah menunjuk ke lehernya (yakni sebagai tanda untuk disembelih). Abu Lubabah berkata: "Sebelum kedua telapak kakiku bergerak, aku telah mengetahui bahwa diriku telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya." Kemudian ia bersumpah tidak akan makan apa pun sehingga ia mati, atau Allah menerima taubatnya. Kemudian ia pergi ke mesjid dan mengikat dirinya ke tiang, dan tinggal beberapa hari di sana sehingga jatuh pingsan karena badannya sangat lemah. Kemudian Allah swt. menerima taubatnya. Dan ia bersumpah, bahwa dia tidak boleh dilepaskan dirinya dari ikatannya selain oleh Rasulullah sendiri. Kemudian ia berkata: "Hai Rasulullah! Saya bernazar untuk melepaskan hartaku sebagai sedekah." Rasulullah saw. bersabda: "Cukuplah bersedekah sepertiganya."
(H.R Saad bin Mansur dari Abdillah bin Abi Qatadah)
28 Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.(QS. 8:28)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 28
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (28)
Sesudah itu Allah memperingatkan kaum Muslimin agar supaya mereka mengetahui bahwasanya harta dan anak-anak mereka itu adalah cobaan. Maksudnya ialah bahwa Allah menganugerahkan harta benda dan anak-anak kepada kaum Muslimin sebagai ujian bagi mereka itu apakah harta dan anak-anak banyak itu menambah ketakwaan kepada Allah, mensyukuri nikmat serta melaksanakan hak dan kewajiban seperti yang telah ditentukan Allah.
Apabila seorang muslim diberi harta kekayaan oleh Allah, kemudian ia mensyukuri Allah atas kekayaan itu dengan membelanjakannya menurut ketentuan-ketentuan Allah berarti memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan Allah terhadap mereka. Tetapi apabila dengan kekayaan yang mereka peroleh kemudian mereka bertambah tamak dan berusaha menambah kekayaannya dengan jalan yang tidak halal serta enggan menafkahkan hartanya berarti orang yang demikian ini adalah orang yang mengingkari nikmat Allah. Demikian juga kehidupan manusia dalam masyarakat harta benda adalah merupakan kebanggaan dalam kehidupan dunia. Sering orang lupa bahwa harta benda itu hanyalah amanah dari Allah yang dititipkan kepada mereka, sehingga mereka kebanyakan tertarik kepada harta kekayaan itu dan melupakan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan.
Demikian juga anak adalah salah satu kesenangan hidup dan menjadi kebanggaan seseorang. Hal ini adalah merupakan cobaan pula terhadap kaum Muslimin. Anak itu harus dididik dengan pendidikan yang baik sehingga menjadi anak yang saleh. Maka apabila seseorang berhasil mendidik anak-anaknya menurut tuntunan agama, berarti anak itu menjadi rahmat yang tak ternilai harganya. Akan tetapi apabila anak itu dibiarkan sehingga menjadi anak yang menuruti hawa nafsunya, tidak mahu melaksanakan perintah-perintah agama, maka hal ini menjadi bencana, tidak saja kepada kedua orang tuanya, bahkan kepada masyarakat seluruhnya. Oleh sebab itu wajiblah bagi seorang muslim memelihara diri dari kedua cobaan tersebut. Hendaklah dia mengendalikan harta dan anak untuk dipergunakan dan dididik sesuai dengan tuntunan agama serta menjauhkan diri dari bencana yang ditimbulkan oleh harta dan anak tadi.
Di akhir ayat Allah swt. menegaskan bahwa sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar. Maksudnya ialah barang siapa yang mengutamakan keridaan Allah daripada mencintai harta dan anak-anaknya, maka ia akan mendapat pahala yang besar dari sisi Allah. Peringatan Allah agar manusia tidak lupa kepada ketentuan agama lantaran harta yang banyak dan anak yang banyak disebutkan pula dalam ayat yang lain.
Firman Allah swt.:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (9)
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
(Q.S Al Munafiqun: 9)
Apabila seorang muslim diberi harta kekayaan oleh Allah, kemudian ia mensyukuri Allah atas kekayaan itu dengan membelanjakannya menurut ketentuan-ketentuan Allah berarti memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan Allah terhadap mereka. Tetapi apabila dengan kekayaan yang mereka peroleh kemudian mereka bertambah tamak dan berusaha menambah kekayaannya dengan jalan yang tidak halal serta enggan menafkahkan hartanya berarti orang yang demikian ini adalah orang yang mengingkari nikmat Allah. Demikian juga kehidupan manusia dalam masyarakat harta benda adalah merupakan kebanggaan dalam kehidupan dunia. Sering orang lupa bahwa harta benda itu hanyalah amanah dari Allah yang dititipkan kepada mereka, sehingga mereka kebanyakan tertarik kepada harta kekayaan itu dan melupakan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan.
Demikian juga anak adalah salah satu kesenangan hidup dan menjadi kebanggaan seseorang. Hal ini adalah merupakan cobaan pula terhadap kaum Muslimin. Anak itu harus dididik dengan pendidikan yang baik sehingga menjadi anak yang saleh. Maka apabila seseorang berhasil mendidik anak-anaknya menurut tuntunan agama, berarti anak itu menjadi rahmat yang tak ternilai harganya. Akan tetapi apabila anak itu dibiarkan sehingga menjadi anak yang menuruti hawa nafsunya, tidak mahu melaksanakan perintah-perintah agama, maka hal ini menjadi bencana, tidak saja kepada kedua orang tuanya, bahkan kepada masyarakat seluruhnya. Oleh sebab itu wajiblah bagi seorang muslim memelihara diri dari kedua cobaan tersebut. Hendaklah dia mengendalikan harta dan anak untuk dipergunakan dan dididik sesuai dengan tuntunan agama serta menjauhkan diri dari bencana yang ditimbulkan oleh harta dan anak tadi.
Di akhir ayat Allah swt. menegaskan bahwa sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar. Maksudnya ialah barang siapa yang mengutamakan keridaan Allah daripada mencintai harta dan anak-anaknya, maka ia akan mendapat pahala yang besar dari sisi Allah. Peringatan Allah agar manusia tidak lupa kepada ketentuan agama lantaran harta yang banyak dan anak yang banyak disebutkan pula dalam ayat yang lain.
Firman Allah swt.:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (9)
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
(Q.S Al Munafiqun: 9)
29 Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.(QS. 8:29)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 29
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (29)
Dalam pada itu Allah swt. menyeru orang-orang yang beriman bahwa apabila mereka bertakwa kepada Allah yaitu memelihara diri mereka dengan melaksanakan apa yang mereka tetapkan berdasar hukum-hukum Allah serta menjauhi segala macam larangan-Nya seperti tidak mau berkhianat, lebih mengutamakan hukum-hukum Allah akan memberikan kepada mereka petunjuk yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil, dan petunjuk itu merupakan penolong bagi mereka di kala kesusahan dan sebagai pelita di kala kegelapan.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (28)
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman (kepada para Rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Q.S Al Hadid: 28)
Di samping itu Allah swt. menjanjikan kepada mereka itu akan menghapus segala kesalahan mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka lantaran mereka itu bertakwa, dan diberi pula furqan, sehingga mereka dapat mengetahui mana perbuatan yang harus dijauhi karena dilarang Allah, serta dapat pula memelihara dirinya dari hal-hal yang menjatuhkan kepada kerusakan. Orang-orang yang mendapat pengampunan Allah berarti ia hidup bahagia. Hal yang demikian ini dapat mereka capai adalah karena karunia Allah semata.
Di akhir ayat Allah swt. menegaskan bahwa Allah mempunyai karunia yang besar karena Dialah yang dapat memberikan keutamaan yang besar kepada makhluk-Nya, baik keutamaan yang merata kepada hamba-Nya di dunia atau pun magfirah dan surga-Nya yang diberikan kepada hamba-Nya yang dikasihi di akhirat.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (28)
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman (kepada para Rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Q.S Al Hadid: 28)
Di samping itu Allah swt. menjanjikan kepada mereka itu akan menghapus segala kesalahan mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka lantaran mereka itu bertakwa, dan diberi pula furqan, sehingga mereka dapat mengetahui mana perbuatan yang harus dijauhi karena dilarang Allah, serta dapat pula memelihara dirinya dari hal-hal yang menjatuhkan kepada kerusakan. Orang-orang yang mendapat pengampunan Allah berarti ia hidup bahagia. Hal yang demikian ini dapat mereka capai adalah karena karunia Allah semata.
Di akhir ayat Allah swt. menegaskan bahwa Allah mempunyai karunia yang besar karena Dialah yang dapat memberikan keutamaan yang besar kepada makhluk-Nya, baik keutamaan yang merata kepada hamba-Nya di dunia atau pun magfirah dan surga-Nya yang diberikan kepada hamba-Nya yang dikasihi di akhirat.
30 Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.(QS. 8:30)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 30
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ (30)
Allah swt. mengingatkan Nabi Muhammad dan sahabatnya tentang suatu peristiwa yang pernah mereka alami pada saat mereka berada di Mekah. Mereka diselamatkan dari siksaan orang-orang musyrikin. Pada ketika itu orang-orang kafir Quraisy merencanakan tipu daya yang harus dilakukan terhadap Nabi, yaitu menawan Nabi sehingga ia tidak dapat bertemu dengan manusia dan tidak dapat lagi menyebarkan agama Islam, atau membunuh Nabi dengan cara yang menyukarkan kabilahnya untuk menuntut balas, sehingga tidak menyebabkan bahaya bagi siapa yang membunuhnya, atau mengusir Nabi dan mengasingkan ke tempat yang terpencil.
Diriwayatkan dari ahli-ahli tafsir bahwasanya Abu Talib berkata kepada Nabi:
إن أبا طالب قال للنبى صلى الله عليه وسلم: ما يأتمربه قومك؟ قال: يريدون أن يسجنوني أو يقتدوني أو يخرجوني، قال: من حدثك بهذا؟ قال: ربي، قال: نعم، الرب ربك فاستوصى به خيرا، قال: أنا استوصى به؟ بل هو يستوصى بى فنزل (وإذ يمكربك) الآية
Artinya:
Abu Talib bertanya kepada Nabi saw.: "Apa yang dirundingkan oleh kaummu?" Nabi menjawab: "Mereka menginginkan untuk memenjarakanku, membunuhku, atau mengusirku." Abu Talib bertanya: "Siapa yang memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi Muhammad menjawab: "Tuhanku." Abu Talib berkata: "Tuhan itu adalah Tuhanmu, maka perintahkanlah Dia (menjagamu) baik-baik." Nabi Muhammad menjawab: "Apakah aku akan memerintah Tuhanku?" Abu Talib menjawab: "Ya. Bahkan Tuhanmu telah memerintahkan kepadaku (supaya menjagamu)." Kemudian turunlah ayat ini."
(H.R Ibnu Juraij dan 'Ata)
Pada saat itu orang-orang kafir Quraisy merencanakan tipu daya. Allah swt. memberikan bantuan-Nya kepada Nabi Muhammad saw. yaitu Allah swt. menggagalkan usaha mereka dengan jalan memerintahkan Nabi dan sahabatnya berhijrah ke Madinah sehingga Nabi dan para sahabatnya selamat dari tipu daya orang musyrikin.
Di akhir ayat Allah swt. menegaskan bahwa Dia adalah sebaik-baik pembalas tipu daya, yaitu dapat mengalahkan tipu daya orang-orang musyrikin, dan orang-orang kafir Quraisy yang ingin mencelakakan Nabi.
Diriwayatkan dari ahli-ahli tafsir bahwasanya Abu Talib berkata kepada Nabi:
إن أبا طالب قال للنبى صلى الله عليه وسلم: ما يأتمربه قومك؟ قال: يريدون أن يسجنوني أو يقتدوني أو يخرجوني، قال: من حدثك بهذا؟ قال: ربي، قال: نعم، الرب ربك فاستوصى به خيرا، قال: أنا استوصى به؟ بل هو يستوصى بى فنزل (وإذ يمكربك) الآية
Artinya:
Abu Talib bertanya kepada Nabi saw.: "Apa yang dirundingkan oleh kaummu?" Nabi menjawab: "Mereka menginginkan untuk memenjarakanku, membunuhku, atau mengusirku." Abu Talib bertanya: "Siapa yang memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi Muhammad menjawab: "Tuhanku." Abu Talib berkata: "Tuhan itu adalah Tuhanmu, maka perintahkanlah Dia (menjagamu) baik-baik." Nabi Muhammad menjawab: "Apakah aku akan memerintah Tuhanku?" Abu Talib menjawab: "Ya. Bahkan Tuhanmu telah memerintahkan kepadaku (supaya menjagamu)." Kemudian turunlah ayat ini."
(H.R Ibnu Juraij dan 'Ata)
Pada saat itu orang-orang kafir Quraisy merencanakan tipu daya. Allah swt. memberikan bantuan-Nya kepada Nabi Muhammad saw. yaitu Allah swt. menggagalkan usaha mereka dengan jalan memerintahkan Nabi dan sahabatnya berhijrah ke Madinah sehingga Nabi dan para sahabatnya selamat dari tipu daya orang musyrikin.
Di akhir ayat Allah swt. menegaskan bahwa Dia adalah sebaik-baik pembalas tipu daya, yaitu dapat mengalahkan tipu daya orang-orang musyrikin, dan orang-orang kafir Quraisy yang ingin mencelakakan Nabi.
Surah AL-ANFAL
<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH DAFTAR SURAH AL -ANFAL>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar