Senin, 02 April 2012

Al-Anfal 41 - 50

Surah AL-ANFAL
<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH                         DAFTAR SURAH AL -ANFAL>>
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=3&SuratKe=8#Top

41 Ketahuilah, sesungguhnya apa saya yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. 8:41)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 41

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (41)

Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan cara pembagian barang rampasan itu sesuai dengan syariat Islam. Jumhur ulama berpendapat bahwa ayat ini diturunkan pada perang Badar dan permulaan pembagian harta rampasan adalah sesudah perang Badar. Allah swt. menjelaskan, bahwa semua ganimah yang diperoleh kaum Muslimin dari orang-orang kafir dalam peperangan, maka pertama-tama harus diambil seperlimanya untuk Allah dan Rasul, yaitu untuk soal-soal yang berhubungan dengan ketuhanan, seperti kemaslahatan agama dalam berdakwah, mendirikan syiar-syiar agama, untuk memelihara Kakbah, membuat kelambunya dan sebagainya dan untuk keperluan Rasulullah saw. dan rumah tangganya selama satu tahun. Kemudian harus diberikan pula kepada kerabat-kerabatnya. Dalam hal ini yang diberi bagian dari kerabat Rasulullah saw. itu hanya Bani Hasyim dan Bani Muttalib dan tidak kepada Bani Syam dan Bani Naufal. Kemudian diberikan pula kepada kaum Muslimin yang memerlukan bantuan seperti anak-anak yatim, fakir miskin dan ibnussabil.
Yang empat perlima lagi dibagikan kepada tentara yang ikut berperang. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Mut'im bin Jubair dari Bani Naufal, dia berkata: "Saya dengan Usman bin Affan dari kabilah Bani Abdisysyam bersama-sama datang kepada Rasulullah saw., lalu kami bertanya kepada beliau: "Wahai Rasulullah, engkau telah memberi ganimah kepada kabilah Bani Muttalib dan membiarkan kami tidak dapat bagian, padahal kami dengan mereka sederajat?" Rasulullah saw. menjawab: "Sesungguhnya kabilah Bani Muttalib dan Bani Hasyim merupakan satu kesatuan." Jawaban Rasulullah ini adalah sebagai sindiran kepada Bani Syam dan Bani Naufal, bahwa mereka tidak dapat dipersamakan dengan Bani Muttalib dan Bani Hasyim yang selalu berjuang mendampingi Rasulullah saw. dan tidak pernah memusuhinya. Mujahid, seorang ahli tafsir, mengatakan bahwa Allah mengetahui di antara kabilah Bani Hasyim dan Bani Muttalib banyak yang miskin. Karena itu mereka diberi bagian dari ganimah, sebab mereka tidak boleh menerima zakat.
Perbedaan ini jika akan diselidiki sebab-sebabnya harus dikembalikan kepada sejarah, yaitu ketika orang Quraisy menulis sebuah risalah yang menentukan sikap mereka terhadap Nabi Muhammad saw. untuk memboikot sahabat-sahabat Nabi. Maka orang Quraisy mengusir Bani Hasyim dari Mekah yang menempatkan mereka di syi'ib (lembah) Bani Hasyim, karena mereka selalu melindungi Nabi Muhammad saw. Kemudian datang pula kabilah Bani Muttalib bergabung dengan mereka, sedang kabilah Abdisysyams dan Bani Naufal tetap berada di luar tidak ikut diboikot oleh orang-orang Quraisy. Abu Sufyan dari keturunan Bani Umaiyah sering pula memerangi Nabi Muhammad saw. bersama-sama kaum musyrikin dan orang Yahudi sampai negeri Mekah dikuasai oleh Nabi Muhammad saw. dan baru ketika itulah Abu Sufyan masuk Islam.
Adapun hikmah dari pembagian ganimah itu untuk Allah dan Rasul ialah karena pemerintahan Islam dalam mengurus umatnya perlu mempunyai perbendaharaan untuk dipergunakan bagi kemaslahatan umum, untuk menegakkan syiar-syiar agama dan untuk pertahanan. Semuanya itu diambil dari seperlima untuk Allah. Kemudian untuk kepentingan kepala negara diberikan bagian Rasulullah dan rumah tangganya. Kemudian diberi pula karib-kerabatnya yang berdekatan dengan beliau, yaitu Bani Hasyim dan Bani Muttalib sebagai penghargaan atas bantuannya untuk perjuangan Nabi. Kemudian juga kepada orang-orang yang memerlukan bantuan, yaitu di antara umat Islam yang lemah ekonominya. Cara pembagian ini senantiasa dipraktekkan di sebagian besar negara-negara Islam walaupun ada sedikit perbedaan dalam praktek menghadapi keperluan masyarakat dan rakyatnya. Cara pembagian itu wajib dilaksanakan jika kaum Muslimin sungguh-sungguh beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan-Nya, kemenangan bagi kaum muslimin dengan bantuan berupa malaikat.
Hari perang Badar ini diberi nama "Hari Furqan" (hari bertemu dua pasukan), yaitu pasukan Nabi Muhammad saw. bertemu dengan pasukan Quraisy di bawah pimpinan Abu Jahal dan kawan-kawannya. Hari Furqan itu ialah hari yang memisahkan antara keimanan dan kekafiran, dan perang Badar itu adalah kemenangan yang pertama bagi kaum Muslimin terhadap kaum musyrikin walaupun jumlah mereka tiga kali lipat banyaknya dari kaum Muslimin. Allah swt. Maha Kuasa atas segala sesuatu, Kuasa memberi kemenangan kepada kaum Muslimin sesuai dengan janjinya.

42 (Yaitu di hari) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada di bawah kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), pastilah kamu tidak sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu, akan tetapi (Allah mempertemukan dua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,(QS. 8:42)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 42

إِذْ أَنْتُمْ بِالْعُدْوَةِ الدُّنْيَا وَهُمْ بِالْعُدْوَةِ الْقُصْوَى وَالرَّكْبُ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَوْ تَوَاعَدْتُمْ لَاخْتَلَفْتُمْ فِي الْمِيعَادِ وَلَكِنْ لِيَقْضِيَ اللَّهُ أَمْرًا كَانَ مَفْعُولًا لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَا مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَسَمِيعٌ عَلِيمٌ (42)

Dalam ayat ini Allah memperlihatkan rahmat-Nya kepada kaum Muslimin ketika terjadi Perang Badar. Kaum Muslimin menempati tempat yang sangat strategis, sangat memungkinkan untuk memperoleh kemenangan, yaitu memilih tempat yang berada di pinggir lembah yang dekat Madinah, sedang kaum musyrikin berada di ujung lembah yang jauh dari kafilah unta yang membawa barang dagangan yang dipimpin oleh Abu Sufyan di tepi pantai, kira-kira lima mil dari Badar. Kaum Muslimin berada di pinggir lembah yang terdekat ke Madinah, di mana baru saja turun hujan sehingga mereka mempunyai persediaan air minum yang cukup, sedang kaum musyrikin berada di ujung lembah yang jauh yang kering karena tidak mendapatkan air hujan dan tanah yang diinjak oleh kaum musyrikin adalah tanah yang mengandung debu sehingga kaki mereka mudah terperosok.
Seandainya kaum Muslimin mengadakan persetujuan untuk menentukan hari pertempuran, niscaya mereka tidak sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu, akan tetapi karena Allah telah menentukan jalannya pertempuran, maka saatnya pun tidak direncanakan oleh kaum Muslimin sendiri apalagi jika melihat jumlah tentara kaum Muslimin amat sedikit dibanding dengan jumlah tentara kaum musyrikin dan persenjataan mereka pun tidak lengkap.
Maksud kaum Muslimin pertama-tama ialah untuk menguasai kafilah unta yang penuh dengan barang dagangan yang dibawa dari Syam di bawah pimpinan Abu Sufyan. Semula kaum musyrikin tidak merasa gentar menghadapi kaum Muslimin yang dipimpin oleh Rasulullah saw. Tetapi setelah mereka mengetahui posisi dan keadaan mereka, maka mereka merasa gentar menghadapi kaum muslimin. Mereka ke Badar hanya sekedar untuk menyelamatkan kafilah unta dan barang dagangan yang dikhawatirkan akan dirampas oleh kaum muslimin.
Allah Taala mempertemukan dua pasukan itu tanpa adanya persetujuan dari kedua belah pihak untuk menentukan pertempuran. Allah Taala menghendaki akan melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan, yaitu memberi kemenangan kepada kaum Muslimin dan menghancurkan kaum musyrikin, supaya orang-orang yang hidupnya beriman mencapai kemenangan berdasarkan bukti-bukti yang nyata pula. Semuanya itu dapat disaksikan oleh mata sebagai bukti kebenaran Islam, dan sebagai bukti bahwa Allah telah melaksanakan janji-Nya kepada Nabi-Nya dan kaum muslimin sehingga lenyaplah keragu-raguan dan kemenangan terakhir pasti berada di tangan kaum muslimin.
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui segala yang diucapkan oleh orang-orang kafir dan orang-orang mukmin dan pasti akan memberikan balasan pula sesuai dengan apa yang didengar dan diketahui-Nya.

43 (yaitu) ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu (berjumlah) sedikit. Dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepada kamu (berjumlah) banyak tentu saja kamu menjadi gentar dan tentu saja kamu akan berbantah-bantahan dalam urusan itu, akan tetapi Allah telah menyelamatkan kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.(QS. 8:43)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 43

إِذْ يُرِيكَهُمُ اللَّهُ فِي مَنَامِكَ قَلِيلًا وَلَوْ أَرَاكَهُمْ كَثِيرًا لَفَشِلْتُمْ وَلَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَلَكِنَّ اللَّهَ سَلَّمَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (43)

Allah Taala mengetahui apa yang diucapkan oleh sahabat-sahabat Nabi dan mengetahui pula apa yang tersimpan dalam hatinya ketika Dia memperlihatkan kepada Nabi dalam mimpi bahwa bilangan musuh itu sedikit. Setelah Nabi memberitahukan kepada sahabat-sahabatnya tentang mimpinya itu, maka tenanglah hati mereka dan bertambah besarlah harapan mereka untuk mencapai kemenangan sehingga mimpi itu memberikan dorongan dan semangat kepada mereka menghadapi medan pertempuran.
Seandainya Allah memperlihatkan kepada Nabi-Nya jumlah kaum musyrikin itu banyak akan timbullah ketakutan dalam hati mereka, mereka gentar menghadapi musuh dan tentu akan menimbulkan pertentangan hebat di kalangan kaum muslimin yang tidak setuju untuk melangsungkan peperangan, karena di kalangan kaum muslimin ada yang kuat imannya dan ingin patuh melaksanakan perintah Rasul untuk berperang dan ada pula yang lemah imannya ingin menghindari peperangan. Allah menyelamatkan kaum muslimin daripada ketakutan dan perselisihan itu yang dapat mengakibatkan kelemahan dan kehancuran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam hatinya, yaitu perasaan takut dan cemas dari sebagian yang lemah imannya dan keberanian untuk maju ke medan juang dari sebagian yang kuat imannya yang penuh tawakal kepada Allah.

44 Dan ketika Allah menampakkan mereka kepada kamu sekalian, ketika kamu berjumpa dengan mereka berjumlah sedikit pada penglihatan matamu dan kamu ditampakkan-Nya berjumlah sedikit pada penglihatan mata mereka, karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan. Dan hanya kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.(QS. 8:44)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 44

وَإِذْ يُرِيكُمُوهُمْ إِذِ الْتَقَيْتُمْ فِي أَعْيُنِكُمْ قَلِيلًا وَيُقَلِّلُكُمْ فِي أَعْيُنِهِمْ لِيَقْضِيَ اللَّهُ أَمْرًا كَانَ مَفْعُولًا وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ (44)

Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya supaya mensyukuri nikmat-Nya, ketika Dia menampakkan musuh sedikit pada penglihatan Nabi dan para sahabat, demikian pula Allah menampakkan jumlah tentara kaum Muslimin sedikit pada penglihatan mata musuhnya agar supaya kedua belah pihak maju ke depan dengan harapan dapat mencapai kemenangan. Kaum Muslimin berperang dengan penuh semangat karena hatinya penuh dengan keimanan dan kepercayaan atas janji Allah bahwa mereka akan mencapai kemenangan dan akan dibantu oleh malaikat. Orang-orang kafir maju ke depan karena terdorong oleh perasaan sombong dan menipu diri sendiri, sehingga Abu Jahal berkata: "Jumlah tentara Muhammad sedikit, cukup diberi makan dengan seekor unta saja." Karena masing-masing golongan mempunyai harapan untuk menang, maka terjadilah pertempuran sengit yang berakhir sesuai dengan ketentuan Allah yaitu kemenangan di pihak kaum muslimin.

45 Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.(QS. 8:45)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 45
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (45)
Dalam ayat ini Allah Taala memerintahkan kepada kaum Muslimin, bila mereka menjumpai segolongan dari pasukan musuh supaya meneguhkan hati dan selalu menyebut nama Allah dengan banyak berzikir agar mereka mencapai kejayaan, ketabahan hati dalam pertempuran dan tidak lari dari musuh. Hal ini merupakan suatu pokok kekuatan yang menyebabkan kemenangan dalam setiap perjuangan, baik sebagai perorangan maupun sebagai tentara. Dalam arena adu tinju atau gulat kedua orang petinju atau pegulat itu setelah bergumul beberapa lama, tentu akan merasa letih dan lemah dan masing-masing menanti-nantikan suatu saat atau kesempatan dapat merobohkan lawannya. Akan tetapi kadang-kadang terlintas pula dalam hatinya bahwa lawannya itu akan dihinggapi ketakutan, sehingga ia bertahan memelihara ketabahan hati hingga pada saat ronde terakhir dinyatakan sebagai pemenang walaupun hanya dengan angka. Demikian pula dalam setiap pertempuran antara pasukan dengan pasukan, yang menyebabkan keunggulan itu ialah ketabahan hati dari tentaranya dan tidak ada sifat putus asa. Ketabahan hati itu sangat berguna dalam tiap-tiap perjuangan. Demikian pula Allah memerintahkan kaum Muslimin supaya memperbanyak zikir kepada Allah dalam menghadapi peperangan dengan selalu mengingat kekuasaan dan janji-Nya akan memberi pertolongan kepada Rasul-Nya dan kaum Muslimin. Setiap pejuang muslim harus yakin bahwa kemenangan itu berada di tangan Allah dan Allah akan memberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Berzikir itu ialah dengan membaca takbir "allahu akbar" atau memanjatkan doa dengan ikhlas serta meyakini bahwa Allah Maha Kuasa dan dapat memberi kemenangan. Ketabahan hati dan banyak zikir kepada Allah itu adalah dua perkara yang sangat penting untuk mencapai kejayaan.

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 45

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (45)

Dalam ayat ini Allah Taala memerintahkan kepada kaum Muslimin, bila mereka menjumpai segolongan dari pasukan musuh supaya meneguhkan hati dan selalu menyebut nama Allah dengan banyak berzikir agar mereka mencapai kejayaan, ketabahan hati dalam pertempuran dan tidak lari dari musuh. Hal ini merupakan suatu pokok kekuatan yang menyebabkan kemenangan dalam setiap perjuangan, baik sebagai perorangan maupun sebagai tentara. Dalam arena adu tinju atau gulat kedua orang petinju atau pegulat itu setelah bergumul beberapa lama, tentu akan merasa letih dan lemah dan masing-masing menanti-nantikan suatu saat atau kesempatan dapat merobohkan lawannya. Akan tetapi kadang-kadang terlintas pula dalam hatinya bahwa lawannya itu akan dihinggapi ketakutan, sehingga ia bertahan memelihara ketabahan hati hingga pada saat ronde terakhir dinyatakan sebagai pemenang walaupun hanya dengan angka. Demikian pula dalam setiap pertempuran antara pasukan dengan pasukan, yang menyebabkan keunggulan itu ialah ketabahan hati dari tentaranya dan tidak ada sifat putus asa. Ketabahan hati itu sangat berguna dalam tiap-tiap perjuangan. Demikian pula Allah memerintahkan kaum Muslimin supaya memperbanyak zikir kepada Allah dalam menghadapi peperangan dengan selalu mengingat kekuasaan dan janji-Nya akan memberi pertolongan kepada Rasul-Nya dan kaum Muslimin. Setiap pejuang muslim harus yakin bahwa kemenangan itu berada di tangan Allah dan Allah akan memberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Berzikir itu ialah dengan membaca takbir "allahu akbar" atau memanjatkan doa dengan ikhlas serta meyakini bahwa Allah Maha Kuasa dan dapat memberi kemenangan. Ketabahan hati dan banyak zikir kepada Allah itu adalah dua perkara yang sangat penting untuk mencapai kejayaan.

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 46

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (46)

Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin supaya tetap menaati Allah dan Rasul-Nya terutama dalam peperangan. Ketaatan kepada Rasul itu dengan pengertian bahwa beliau itu harus dipandang sebagai komandan tertinggi dalam peperangan yang akan melaksanakan perintah Allah dengan ucapan dan perbuatan. Ketaatan kepada Rasul itu mempunyai pengertian berdisiplin kepada perintahnya dan siasatnya dan menjadi syarat mutlak untuk mencapai kemenangan. Allah memerintahkan pula supaya jangan ada perselisihan di antara sesama tentara karena perselisihan itu membawa kelemahan dan akan menjurus kepada kehancuran sehingga akhirnya dikalahkan oleh musuh.
Berbantah itu menyebabkan kaum Muslimin menjadi gentar dan hilang kekuatannya. Kaum Muslimin diperintahkan supaya berlaku sabar karena Tuhan selalu bersama orang-orang yang sabar.
Sabar itu ada lima macam:
(1) Sabar menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
(2) Sabar menjauhi larangan-Nya.
(3) Sabar tidak mengeluh ketika menerima cobaan.
(4) Sabar dalam perjuangan, yaitu mempertahankan sampai tetes darah yang penghabisan.
(5) Sabar menjauhkan diri dari kemewahan dan perbuatan yang tidak berguna dengan melaksanakan hidup sederhana.

47 Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.(QS. 8:47)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 47

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَاللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ (47)

Dalam ayat ini Allah melarang kaum Muslimin agar tidak bersikap seperti orang-orang kafir Quraisy yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dengan maksud riya pada manusia serta menghalangi orang lain dari jalan Allah. Mereka keluar dengan penuh ketakaburan karena banyak membawa tentara dan perlengkapan. Mereka berlaku angkuh dan sombong terhadap manusia yang melihatnya dan mereka selalu memuji-muji tentaranya dengan menonjolkan sikap-sikap keperwiraan dan keberaniannya. Mereka bermaksud pula untuk menghalang-halangi manusia dari Agama Islam dengan membangkitkan permusuhan terhadap Nabi Muhammad saw. dan berpaling daripada dakwahnya dan menyiksa para sahabat yang mengikuti jejak Nabinya. Allah memberi peringatan, bahwa Dia Maha Mengetahui apa saja yang mereka kerjakan dan memberi ancaman dengan azab yang setimpal dengan kejahatannya.
Menurut Imam Bukhari, ayat itu diturunkan sehubungan dengan peristiwa kaum musyrikin Quraisy, ketika mereka meninggalkan negeri Mekah dan bergerak menuju Badar. Ketika Rasulullah berhadapan dengan tentara musyrikin itu beliau munajat dengan berkata: "Ya Allah, inilah kaum Quraisy telah datang dengan kesombongan dan kecongkakannya, mereka ingkar kepada-Mu dan mendustakan utusan-Mu, maka berikanlah pertolongan kepada kami yang Engkau telah janjikan kepada kami." Ketika Abu Sufyan yang memimpin kafilah unta niaga itu melihat, bahwa untanya telah selamat dibawa menyusur pantai, maka ia berkata kepada Abu Jahal yang memimpin pasukan Quraisy: "Kedatangan kamu itu hanya sekedar untuk menyelamatkan kafilah unta jangan sampai dirampas oleh sahabat-sahabat Muhammad, maka sekarang kafilah unta itu telah selamat. Karena itu pulanglah kamu kembali ke negeri Mekah." Abu Jahal berkata: "Demi Allah, kami tidak akan kembali sebelum sampai ke Badar." Kebetulan pada waktu itu di Badar ada pasar besar yang banyak menghimpun barang dagangan setiap tahun. Abu Jahal berkata: "Kami akan tinggal di Badar selama tiga hari sehingga sempat minum arak dengan puas, memakan hidangan yang enak, menyembelih unta dan menghibur diri dengan berbagai lagu dan kesenian. Biarlah semua bangsa Arab mengetahui dan menyaksikan, bahwa kaum Quraisy selalu berada dalam kebesaran dan kejayaan." Karena itu Allah Taala melarang hamba-hambanya kaum Muslimin berlaku seperti mereka itu, bahkan sebaliknya harus tetap memelihara keikhlasan hati, ketabahan, kesabaran dan ketaatan kepada Rasulullah saw.

48 Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: `Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu`. Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: `Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu; sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah`. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.(QS. 8:48)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 48

وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَكُمْ فَلَمَّا تَرَاءَتِ الْفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَى عَقِبَيْهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكُمْ إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ (48)

Dalam ayat ini Allah menyuruh kaum Muslimin supaya memperhatikan peristiwa yang dialami oleh kaum musyrikin dengan setan pada waktu perang Badar, yaitu ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dengan mengatakan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini dan saya pun tetap akan memberikan bantuan yang diperlukan. Setan membayangkan kepada kaum musyrikin Quraisy bahwa mereka pasti menang, tidak ada suatu golongan yang dapat mengalahkan mereka, karena jumlah tentaranya yang banyak dan perlengkapannya yang sempurna. Setan itu meniup kewas-wasan hati kepada pengikut-pengikutnya bahwa perjuangan mereka itu betul-betul suatu perjuangan yang suci dan setan sendiri akan tetap berdampingan dengan mereka sebagai kawan yang setia, sehingga orang-orang Quraisy itu berdoa yaitu: "Ya Tuhan berilah pertolongan kepada salah satu daripada keduanya."
Ketika pasukan-pasukan itu sudah berhadap-hadapan sehingga masing-masing melihat keadaan lawannya dengan jelas, maka sebelum terjadi peperangan setan itu berbalik ke belakang seraya berkata: "Aku berlepas diri dari kamu karena aku dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihatnya." Yang dilihat oleh setan itu ialah bala bantuan Allah Taala kepada kaum Muslimin, yaitu pasukan malaikat yang jumlahnya tidak kurang daripada 1.000 (seribu) malaikat. Setan berkata selanjutnya: "Saya takut kepada Allah, dan Allah sangat keras siksaan-Nya."
Ketakutan setan itu ialah disebabkan dia melihat malaikat yang diturunkan dari langit untuk membantu perjuangan umat Islam. Setan dan malaikat itu adalah dua golongan yang sangat bertentangan dan tidak dapat berkumpul. Seandainya kedua-duanya berkumpul maka pastilah golongan yang kuat ialah malaikat akan membinasakan golongan yang lemah yaitu setan dan kawan-kawannya. Ketakutan setan itu ialah kekhawatirannya jangan sampai kawan-kawannya binasa karena berhadapan dengan pasukan malaikat.

49 (Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: `Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya`. (Allah berfirman): `Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana`.(QS. 8:49)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 49

إِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ غَرَّ هَؤُلَاءِ دِينُهُمْ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (49)

Dalam ayat ini Allah menyuruh kaum Muslimin supaya memperingatkan pula, ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata demikian: "Apakah gerangan yang mendorong sahabat-sahabat Muhammad untuk maju ke medan pertempuran di Badar padahal jumlah mereka hanya sedikit, lebih kurang 300 (tiga ratus) orang dan jumlah musuhnya banyak sekali, keberanian mereka itu tidak lain hanya karena ditipu oleh agamanya." Allah membantah ucapan mereka itu dengan firman-Nya yang mengatakan: "Barang siapa yang tawakal kepada Allah dan beriman kepada-Nya dengan hati yang ikhlas dan tabah, maka Allah pasti memberikan pertolongan kepadanya dan tidak ada yang dapat mencegah kehendak Allah itu karena Dia adalah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

50 Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): `Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar`, (tentulah kamu akan merasa ngeri).(QS. 8:50)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 50

وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ (50)

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa seandainya Rasulullah saw. melihat dengan mata kepala sendiri hal-ihwal orang-orang kafir Quraisy ketika dicabut jiwanya oleh para malaikat, sambil memukul muka dan belakangnya, tentulah Rasulullah saw. akan merasa ngeri melihat azab itu. Di samping azab-azab yang dirasakan oleh tubuhnya, mereka menderita kesakitan pula karena hardikan dari malaikat yang berkata: "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar." Sebenarnya yang diterangkan Allah pada ayat ini adalah persoalan yang termasuk perkara gaib, manusia tidak dapat melihat dan menyaksikan azab itu. Seandainya mereka dapat melihat dan menyaksikan-Nya tentulah mereka akan menyaksikan suatu kejadian yang hebat dan dahsyat, sehingga dapat menjadikan orang kafir kembali dari kekafirannya dan orang-orang zalim berhenti dari kezalimannya karena takut akan akibat-akibatnya. Menurut suatu riwayat, maksud ayat ialah: "Mereka memukul muka mereka dari depan, sedang para malaikat memukul mereka dari belakang."

Surah AL-ANFAL
<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH                         DAFTAR SURAH AL -ANFAL>>

1 komentar: