Kembali ke Daftar Surah Kembali ke Surah HUUD
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=1&SuratKe=11#Top
Surah Huud 7
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Di dalam
ayat ini disebutkan "sittati ayyam" artinya "enam hari", akan tetapi
pengertian hari di sini tidak dapat disamakan dengan hari seperti yang
kita alami sehari-hari, tetapi disesuaikan dengan hari menurut
perhitungan Allah, sebab ada satu hari pada sisi Allah yang lamanya sama
dengan seribu tahun menurut perhitungan kita seperti firman Allah swt.:
Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.
(Q.S. al-Hajj: 47)
Dan ada pula hari yang lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun seperti firman Allah swt.:
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.
(Q.S. Al-Ma'arij: 4)
Dan ulama ilmu falak pun telah menetapkan bahwa hari-hari yang ada hubungannya dengan peredaran bintang-bintang tidak sama dengan kadar hari yang berlaku di bumi ini.
Kemudian Allah swt. menjelaskan bahwa singgasana-Nya sebelum penciptaan langit dan bumi itu berada di atas air. Arasy atau singgasana Allah itu termasuk alam gaib yang tidak dapat dicapai dengan pancaindera, dan tidak mungkin pula dibayangkan atau dikhayalkan bentuk dan rupanya, apalagi caranya Tuhan bersemayam di atas singgasana itu.
Ayat-ayat yang menerangkan soal itu termasuk ayat yang mutasyabihat, yang wajib kita percayai kebenarannya dengan menyerahkan pengertiannya kepada Allah swt.
Ummu Salamah, Rabi'ah dan Malik meriwayatkan bahwa para sahabat dalam menafsirkan ayat mutasyabihat seperti itu selalu berkata: "Istiwa" (bersemayam-Nya) sudah diketahui akan tetapi caranya tidak diketahui." Ayat ini menunjukkan bahwa yang berada di bawah Arasy Allah itu ialah air yang oleh Allah swt. dijadikan unsur pokok dalam menciptakan makhluk yang hidup sebagaimana firman-Nya:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman.
(Q.S. Al-Anbiya': 30)
Kemudian Allah swt. menerangkan, bahwa tujuan menciptakan langit dan bumi itu dalam enam masa, dan adanya Arasy Allah semula di atas air, yang menjadi unsur pokok dari semua makhluk yang hidup ialah agar Dia menguji siapa di antara kamu yang lebih baik amal perbuatannya. Allah telah menyediakan semua yang berada di bumi ini untuk kemanfaatan manusia sebagaimana firman-Nya:
Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.
(Q.S. Al-Baqarah: 29)
Semua manusia yang berada di atas permukaan bumi itu diperintah supaya berusaha dengan segala kemampuan dan kesanggupannya untuk mengambil manfaat daripadanya, untuk menggali pendayagunaan dari alam semesta ini, yang ada di bumi, di lautan dan di udara seperti barang tambang yang terdapat di perut bumi, di dasar laut dan sebagainya supaya digali kemanfaatannya semaksimal mungkin untuk dimanfaatkan oleh seluruh umat manusia sebagai anugerah dari Allah Rabbul Alamin.
Allah swt. menciptakan langit dan bumi itu menjadi ujian bagi manusia siapakah di antara mereka yang paling kuat imannya dan paling baik amalannya, yang paling berjasa untuk perikemanusiaan, siapa yang paling menonjol keterampilannya, siapa yang paling tinggi hasil produksinya, siapa yang paling jujur dan ikhlas dalam usahanya, dan sebagainya. Dan tentulah Allah swt. tidak hanya menguji saja, akan tetapi akan memperhatikan pula hasil ujiannya, dan memberi pahala yang seimbang dengan jasanya. Balasan Allah itu diberikan setelah hari kiamat. Akan tetapi, jika Nabi Muhammad berkata kepada kaum musyrikin di kota Mekah bahwa mereka akan dibangkitkan setelah mati untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya ketika di dunia, maka mereka akan menjawab: "Apa yang kamu kemukakan dari Alquran itu hanyalah sihir belaka, untuk menekan kami supaya taat kepadamu dan untuk mencegah kami dari kenikmatan dan kelezatan dunia."
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Huud 7
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Huud 1
الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ (1)
1.Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta di jelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu,(QS. 11:1)
Allah
swt. memulai surat ini dengan tiga buah huruf Alif, Lam, Ra seperti
pada permulaan surat Yunus yang lalu, dengan maksud yang sama yaitu
menuntut perhatian yang sungguh dari pendengar. Sesudah itu Allah swt.
menerangkan bahwa Alquran itu adalah sebuah kitab yang ayat-ayatnya
tersusun rapi daripada, lagi jelas artinya. Karena kerapian dan
kepadatan susunan ayat itu, tak mungkin dapat ditukar-tukar
kata-katanya, baik letaknya atau hurufnya. Di samping kerapian
susunannya, ayat-ayat itu dijelaskan pula secara terperinci menurut
masalahnya dan tersebar di dalam surat. Ada ayat yang berhubungan dengan
akidah-akidah, hukum-hukum, akhlak, kisah ada pula yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan, seperti proses kejadian manusia. Demikianlah
ayat-ayat Alquran itu bagaikan kalung mutiara dengan berbagai cahaya
yang cemerlang dan dengan ikatan yang rapi, memiliki nilai keseluruhan
yang tinggi. Sesungguhnya Alquran itu dengan kerapian susunan ayat-ayat
dan uraiannya yang terperinci menurut isinya, diturunkan dari sisi Allah
Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dengan bijaksana, Dia
turunkan ayat menurut kebutuhan hamba-hamba-Nya, apa yang baik untuk
mereka, karena Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Huud 1
الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ (1)
(Alif laam raa) hanya Allahlah yang mengetahui maksudnya; inilah (suatu Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi) hal ini tampak pada susunan ayat-ayatnya yang memukau dan keindahan makna-maknanya (serta dijelaskan secara rinci) yang kandungannya menjelaskan tentang hukum-hukum, kisah-kisah dan nasihat-nasihat (yang diturunkan dari sisi Yang Maha Bijaksana lagi Maha Waspada) yaitu Allah.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Huud 1
الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ (1)
(Alif laam raa) hanya Allahlah yang mengetahui maksudnya; inilah (suatu Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi) hal ini tampak pada susunan ayat-ayatnya yang memukau dan keindahan makna-maknanya (serta dijelaskan secara rinci) yang kandungannya menjelaskan tentang hukum-hukum, kisah-kisah dan nasihat-nasihat (yang diturunkan dari sisi Yang Maha Bijaksana lagi Maha Waspada) yaitu Allah.
2. agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya,(QS. 11:2)
أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنَّنِي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ (2)
Dalam
ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa Alquran diturunkan dengan
ayat-ayatnya yang disusun rapi dan dengan uraian yang terperinci ini
agar manusia jangan menyembah sesuatu kecuali menyembah Allah saja,
tidak ada sekutu bagi-Nya. Rasul saw. hanyalah pembawa peringatan akan
siksa Allah kepada mereka yang mempersekutukan Allah, dan pembawa kabar
gembira tentang pahala bagi mereka yang taat dan tulus ikhlas dalam
menyembah Allah swt. Menyeru manusia menyembah Allah swt. merupakan
tugas rasul-rasul sejak zaman dahulu.
Firman Allah:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku. Maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.
(Q.S. Al-Anbiya': 25)
Firman Allah:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Artinya:
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku. Maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.
(Q.S. Al-Anbiya': 25)
3. dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.(QS. 11:3)
DEPAG / Surah Huud 3
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ (3)
Nabi Muhammad saw. menyeru kaum musyrikin
untuk memohon ampun kepada Tuhan terhadap dosa perbuatan-perbuatan
syirik, kekafiran dan kejahatan mereka umumnya yang telah mereka
lakukan. Sesudah itu hendaklah mereka kembali kepada Allah dengan taat
melakukan perintah-Nya dan beribadah kepada Allah sepenuh hati tidak
menyembah selain Allah seperti patung-patung dan berhala-berhala dan
lain sebagainya. Jika mereka berbuat demikian hendaklah mereka minta
ampun dan bertobat dengan teguh dan terus-menerus niscaya Allah swt.
akan memberi kenikmatan hidup di dunia ini dan rezeki yang melimpah,
kemakmuran, kesehatan dan kesejahteraan sampai akhir hayat mereka.
Demikianlah keimanan yang bersih kepada Allah dan Rasul, hidup beragama
yang baik dari setiap individu merupakan faktor utama yang menyebabkan
kemakmuran dan kebahagiaan hidup.
Firman Allah:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
(Q.S. An Nahl: 97)
Selain memberikan kenikmatan hidup di dunia ini Allah juga memberikan kepada orang yang mempunyai keutamaan seperti orang yang memiliki ilmu pengetahuan atau karya besar ganjaran di dunia dan pahala di akhirat atas keutamaannya itu. Tetapi bilamana manusia itu berpaling dari tauhid dan tobat bahkan terus-menerus dalam kemusyrikan, kemaksiatan, kerusakan akhlak, tentulah mereka akan mengalami kehancuran, atau kemelaratan hidup sesuai dengan sunah Allah pada umat manusia dan azab Allah di hari kiamat.
Firman Allah:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
(Q.S. An Nahl: 97)
Selain memberikan kenikmatan hidup di dunia ini Allah juga memberikan kepada orang yang mempunyai keutamaan seperti orang yang memiliki ilmu pengetahuan atau karya besar ganjaran di dunia dan pahala di akhirat atas keutamaannya itu. Tetapi bilamana manusia itu berpaling dari tauhid dan tobat bahkan terus-menerus dalam kemusyrikan, kemaksiatan, kerusakan akhlak, tentulah mereka akan mengalami kehancuran, atau kemelaratan hidup sesuai dengan sunah Allah pada umat manusia dan azab Allah di hari kiamat.
4. Kepada Allah-lah kembalimu, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS. 11:4)
إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (4)
Dalam
ayat ini Allah swt. menegaskan bahwa semua umat manusia baik mereka
yang beriman ataupun mereka yang kafir, yang bertobat atau pun yang
ingkar dan maksiat akan kembali kepada Allah swt. sesudah akhir hayat
mereka, tak seorang pun yang tertinggal. Pada hadirat Allah itulah
manusia masing-masing memperoleh balasan dengan seadil-adilnya. Maha
Suci Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu, Dia berikan kebaikan kepada
orang yang mencintai-Nya dan Dia berikan keburukan kepada orang yang
memusuhi-Nya.
5. Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan dada mereka untuk menyembunyikan diri daripadanya (Muhammad). Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati..(QS. 11:5)
أَلَا إِنَّهُمْ يَثْنُونَ صُدُورَهُمْ لِيَسْتَخْفُوا مِنْهُ أَلَا حِينَ يَسْتَغْشُونَ ثِيَابَهُمْ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (5)
Dalam ayat ini
Allah swt. memperingatkan dan menuntut perhatian manusia untuk mengambil
pelajaran dan sifat orang yang menolak kebenaran. Mereka ini tidak mau
mendengarkan dakwah tauhid dan ajaran agama, lalu mereka menekurkan
kepala untuk menyembunyikan mukanya karena malu. Wajah mereka tidak kuat
menghadapi sinar kebenaran (Alquran) sewaktu dibacakan kepada mereka,
tetapi sinar-sinar ini menembus jiwa mereka. Mereka menyemnbunyikan muka
mereka dari Rasul saw. Kata Abdullah Ibnu Saddad: "Adalah seorang di
antara mereka bila lewat di hadapan Rasul saw. menekurkan mukanya supaya
dia tidak dilihat orang. Mengapa mereka berbuat demikian itu padahal
tidak ada faedahnya sedikit pun untuk melindungi sikap mereka yang
sebenarnya? Allah, mengetahui keadaan mereka sewaktu mereka di malam
hari, di dalam kamar tidurnya, berselimut dengan kain kumal sehingga
menutupi seluruh badan mereka. Allah mengetahui apa yang mereka
rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Dia Maha Mengetahui apa yang
tersimpan dalam dada manusia, dan segala yang terlintas dalam jiwa
mereka. Seharusnya mereka tidak bersikap demikian, semua isi langit dan
bumi ini tidak ada yang tersembunyi dari Allah swt.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Huud 5
أَلَا إِنَّهُمْ يَثْنُونَ صُدُورَهُمْ لِيَسْتَخْفُوا مِنْهُ أَلَا حِينَ يَسْتَغْشُونَ ثِيَابَهُمْ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (5)
Ayat ini seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari melalui Ibnu Abbas r.a. diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang merasa malu untuk membuang air besar atau merasa malu berjimak karena kemaluan mereka terlihat dari atas langit. Akan tetapi menurut pendapat yang lain dikatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan perihal orang-orang munafik (Ingatlah sesungguhnya orang-orang munafik itu memalingkan dada mereka untuk menyembunyikan diri daripada-Nya) daripada Allah (Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain) menutupi dirinya dengan kain (Allah mengetahui) Maha Tinggi Allah (apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan) sehingga sembunyi mereka tidak ada gunanya lagi (sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati) artinya Dia mengetahui semua apa yang ada di dalam hati.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Huud 5
أَلَا إِنَّهُمْ يَثْنُونَ صُدُورَهُمْ لِيَسْتَخْفُوا مِنْهُ أَلَا حِينَ يَسْتَغْشُونَ ثِيَابَهُمْ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (5)
Ayat ini seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari melalui Ibnu Abbas r.a. diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang merasa malu untuk membuang air besar atau merasa malu berjimak karena kemaluan mereka terlihat dari atas langit. Akan tetapi menurut pendapat yang lain dikatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan perihal orang-orang munafik (Ingatlah sesungguhnya orang-orang munafik itu memalingkan dada mereka untuk menyembunyikan diri daripada-Nya) daripada Allah (Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain) menutupi dirinya dengan kain (Allah mengetahui) Maha Tinggi Allah (apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan) sehingga sembunyi mereka tidak ada gunanya lagi (sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati) artinya Dia mengetahui semua apa yang ada di dalam hati.
6. Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).(QS. 11:6) |
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (6)
Binatang-binatang yang melata yang hidup di atas bumi yang
meliputi binatang yang merayap, merangkak atau pun yang berjalan dengan
kedua kakinya, semuanya dijamin rezekinya oleh Allah swt.
Binatang-binatang itu diberi naluri dan kemampuan untuk mencari
rezekinya sesuai dengan kejadiannya, semuanya itu diatur oleh Allah
Taala dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya sehingga selalu ada
keserasian. Jika tidak diatur demikian, mungkin pada suatu saat ada
semacam binatang yang berkembang biak terlalu cepat sehingga mengancam
kelangsungan hidup binatang-binatang yang lain, atau ada yang mati
terlalu banyak sehingga mengganggu kesehatan umum. Maka pantaslah jika
sebagian binatang memakan sebagian yang lain lagi, sehingga kehidupan
yang harmonis selalu dapat dipertahankan.
Allah mengetahui tempat berdiam binatang-binatang itu dan tempat penyimpanannya ketika masih berada dalam perut induknya. Pada kedua tempat itu Allah senantiasa menjamin rezekinya dan semua itu telah tercatat dan diatur serapi-rapinya dalam sebuah kitab yang nyata yaitu Lohmahfuz yang berisi semua perencanaan dan pelaksanaan dari seluruh ciptaan Allah secara menyeluruh dan sempurna.
Allah mengetahui tempat berdiam binatang-binatang itu dan tempat penyimpanannya ketika masih berada dalam perut induknya. Pada kedua tempat itu Allah senantiasa menjamin rezekinya dan semua itu telah tercatat dan diatur serapi-rapinya dalam sebuah kitab yang nyata yaitu Lohmahfuz yang berisi semua perencanaan dan pelaksanaan dari seluruh ciptaan Allah secara menyeluruh dan sempurna.
Surah Huud 7
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ
عَمَلًا وَلَئِنْ قُلْتَ إِنَّكُمْ مَبْعُوثُونَ مِنْ بَعْدِ الْمَوْتِ
لَيَقُولَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ (7)
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Di dalam
ayat ini disebutkan "sittati ayyam" artinya "enam hari", akan tetapi
pengertian hari di sini tidak dapat disamakan dengan hari seperti yang
kita alami sehari-hari, tetapi disesuaikan dengan hari menurut
perhitungan Allah, sebab ada satu hari pada sisi Allah yang lamanya sama
dengan seribu tahun menurut perhitungan kita seperti firman Allah swt.:
وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Artinya:
Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.
(Q.S. al-Hajj: 47)
Dan ada pula hari yang lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun seperti firman Allah swt.:
تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Artinya:
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.
(Q.S. Al-Ma'arij: 4)
Dan ulama ilmu falak pun telah menetapkan bahwa hari-hari yang ada hubungannya dengan peredaran bintang-bintang tidak sama dengan kadar hari yang berlaku di bumi ini.
Kemudian Allah swt. menjelaskan bahwa singgasana-Nya sebelum penciptaan langit dan bumi itu berada di atas air. Arasy atau singgasana Allah itu termasuk alam gaib yang tidak dapat dicapai dengan pancaindera, dan tidak mungkin pula dibayangkan atau dikhayalkan bentuk dan rupanya, apalagi caranya Tuhan bersemayam di atas singgasana itu.
Ayat-ayat yang menerangkan soal itu termasuk ayat yang mutasyabihat, yang wajib kita percayai kebenarannya dengan menyerahkan pengertiannya kepada Allah swt.
Ummu Salamah, Rabi'ah dan Malik meriwayatkan bahwa para sahabat dalam menafsirkan ayat mutasyabihat seperti itu selalu berkata: "Istiwa" (bersemayam-Nya) sudah diketahui akan tetapi caranya tidak diketahui." Ayat ini menunjukkan bahwa yang berada di bawah Arasy Allah itu ialah air yang oleh Allah swt. dijadikan unsur pokok dalam menciptakan makhluk yang hidup sebagaimana firman-Nya:
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ
حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Artinya:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman.
(Q.S. Al-Anbiya': 30)
Kemudian Allah swt. menerangkan, bahwa tujuan menciptakan langit dan bumi itu dalam enam masa, dan adanya Arasy Allah semula di atas air, yang menjadi unsur pokok dari semua makhluk yang hidup ialah agar Dia menguji siapa di antara kamu yang lebih baik amal perbuatannya. Allah telah menyediakan semua yang berada di bumi ini untuk kemanfaatan manusia sebagaimana firman-Nya:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا
Artinya:
Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.
(Q.S. Al-Baqarah: 29)
Semua manusia yang berada di atas permukaan bumi itu diperintah supaya berusaha dengan segala kemampuan dan kesanggupannya untuk mengambil manfaat daripadanya, untuk menggali pendayagunaan dari alam semesta ini, yang ada di bumi, di lautan dan di udara seperti barang tambang yang terdapat di perut bumi, di dasar laut dan sebagainya supaya digali kemanfaatannya semaksimal mungkin untuk dimanfaatkan oleh seluruh umat manusia sebagai anugerah dari Allah Rabbul Alamin.
Allah swt. menciptakan langit dan bumi itu menjadi ujian bagi manusia siapakah di antara mereka yang paling kuat imannya dan paling baik amalannya, yang paling berjasa untuk perikemanusiaan, siapa yang paling menonjol keterampilannya, siapa yang paling tinggi hasil produksinya, siapa yang paling jujur dan ikhlas dalam usahanya, dan sebagainya. Dan tentulah Allah swt. tidak hanya menguji saja, akan tetapi akan memperhatikan pula hasil ujiannya, dan memberi pahala yang seimbang dengan jasanya. Balasan Allah itu diberikan setelah hari kiamat. Akan tetapi, jika Nabi Muhammad berkata kepada kaum musyrikin di kota Mekah bahwa mereka akan dibangkitkan setelah mati untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya ketika di dunia, maka mereka akan menjawab: "Apa yang kamu kemukakan dari Alquran itu hanyalah sihir belaka, untuk menekan kami supaya taat kepadamu dan untuk mencegah kami dari kenikmatan dan kelezatan dunia."
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Huud 7
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ
عَمَلًا وَلَئِنْ قُلْتَ إِنَّكُمْ مَبْعُوثُونَ مِنْ بَعْدِ الْمَوْتِ
لَيَقُولَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ (7)
(Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari) yang
permulaannya adalah hari Ahad dan berakhir pada hari Jumat (dan adalah
Arasy-Nya) sebelum diciptakan langit dan bumi (di atas air) yaitu berada
di atas angin (agar Dia menguji kalian) lafal liyabluwakum berta'alluq
kepada lafal khalaqa artinya, Allah menciptakan langit dan bumi beserta
isinya yaitu berupa manfaat-manfaat dan maslahat-maslahat bagi kalian
untuk menguji kalian (siapakah di antara kalian yang lebih baik amalnya)
artinya yang lebih taat kepada Allah (dan jika kamu berkata) hai
Muhammad, kepada penduduk Mekah ("Sesungguhnya kalian akan dibangkitkan
sesudah mati," niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata, "Tiada
lain) tidak lain (ini) yakni Alquran yang menceritakan adanya hari
berbangkit seperti yang telah engkau katakan itu (hanyalah sihir yang
nyata") sihir yang jelas. Menurut qiraat dibaca saahirun bukannya
sihrun; sedangkan yang diisyaratkan oleh musyar ilaih adalah Nabi
Muhammad saw. bukannya Alquran.
8. Dan sesungguhnya jika Kami undurkan azab dari mereka sampai kepada suatu waktu yang ditentukan, niscaya mereka akan berkata: `Apakah yang menghalanginya?` Ingatlah, di waktu azab itu datang kepada mereka tidaklah dapat dipalingkan dari mereka dan mereka diliputi oleh azab yang dahulunya mereka selalu memperolok-olokkannya.(QS. 11:8)
وَلَئِنْ أَخَّرْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ إِلَى أُمَّةٍ مَعْدُودَةٍ لَيَقُولُنَّ مَا يَحْبِسُهُ أَلَا يَوْمَ يَأْتِيهِمْ لَيْسَ مَصْرُوفًا عَنْهُمْ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (8)
Dari
jawaban orang-orang musyrik ini, jelaslah bahwa mereka hanyalah
mengikuti adanya kehidupan di dunia saja sedang kehidupan yang ada di
akhirat mereka dustakan. Jika Allah mengundurkan datangnya azab yang
telah diancamkan oleh Rasul-Nya kepada mereka itu sampai kepada waktu
yang telah ditentukan, tentulah mereka dengan cara memperolok-olokan
akan berkata: "Apakah gerangan yang menghalang-halangi datangnya azab
itu kepada kami, jika benar azab itu akan datang."
Allah swt. mengancam, bahwa azab itu pasti datang pada waktu yang telah ditentukan oleh Allah sendiri dan nanti bila azab itu datang, maka tidaklah dapat dipalingkan lagi dari mereka, dan tidak ada seorang pun yang dapat menahan atau menolaknya. Mereka akan dikepung dari segala penjuru oleh azab yang selalu mereka perolok-olokan.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Huud 8
وَلَئِنْ أَخَّرْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ إِلَى أُمَّةٍ مَعْدُودَةٍ لَيَقُولُنَّ مَا يَحْبِسُهُ أَلَا يَوْمَ يَأْتِيهِمْ لَيْسَ مَصْرُوفًا عَنْهُمْ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (8)
(Dan sesungguhnya jika Kami undurkan azab dari mereka sampai pada) datangnya (suatu waktu) beberapa waktu (yang ditentukan, niscaya mereka akan berkata) yang dimaksud dari keterangan ini adalah cemoohan ("Apakah yang menghalanginya?") apakah gerangan yang mencegah turunnya azab. Sebagai sanggahannya Allah berfirman: (Ingatlah, di waktu azab itu datang kepada mereka tidaklah dapat dipalingkan) tidak dapat ditahan lagi (dari mereka dan mereka diliputi) dikepung (oleh azab yang dahulunya mereka selalu memperolok-olokkannya) yang dimaksud adalah mereka memperolok-olokkan azab itu sebelumnya.
Allah swt. mengancam, bahwa azab itu pasti datang pada waktu yang telah ditentukan oleh Allah sendiri dan nanti bila azab itu datang, maka tidaklah dapat dipalingkan lagi dari mereka, dan tidak ada seorang pun yang dapat menahan atau menolaknya. Mereka akan dikepung dari segala penjuru oleh azab yang selalu mereka perolok-olokan.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Huud 8
وَلَئِنْ أَخَّرْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ إِلَى أُمَّةٍ مَعْدُودَةٍ لَيَقُولُنَّ مَا يَحْبِسُهُ أَلَا يَوْمَ يَأْتِيهِمْ لَيْسَ مَصْرُوفًا عَنْهُمْ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (8)
(Dan sesungguhnya jika Kami undurkan azab dari mereka sampai pada) datangnya (suatu waktu) beberapa waktu (yang ditentukan, niscaya mereka akan berkata) yang dimaksud dari keterangan ini adalah cemoohan ("Apakah yang menghalanginya?") apakah gerangan yang mencegah turunnya azab. Sebagai sanggahannya Allah berfirman: (Ingatlah, di waktu azab itu datang kepada mereka tidaklah dapat dipalingkan) tidak dapat ditahan lagi (dari mereka dan mereka diliputi) dikepung (oleh azab yang dahulunya mereka selalu memperolok-olokkannya) yang dimaksud adalah mereka memperolok-olokkan azab itu sebelumnya.
9. Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.(QS. 11:9)
وَلَئِنْ أَذَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَاهَا مِنْهُ إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ (9)
Allah
swt. menjelaskan jika Allah memberikan kepada manusia suatu macam
nikmat sebagai karunia-Nya seperti kemurahan rezeki, keuntungan dalam
perdagangan, kesehatan badan, keamanan dalam negeri dan anak-anak yang
saleh, kemudian Allah mencabut nikmat-nikmat itu, maka manusia itu
segera berubah tabiatnya menjadi orang yang putus asa. Mereka hanya
memperlihatkan keingkaran dan tidak lagi menghargai nikmat-nikmat yang
masih ada padanya.
Di samping mereka putus asa akan hilangnya nikmat itu juga ingkar kepada nikmat-nikmat yang masih ada padanya. Dan hal itu disebabkan karena ia tidak memiliki dua sifat yang utama yaitu kesabaran dan kesyukuran.
Di samping mereka putus asa akan hilangnya nikmat itu juga ingkar kepada nikmat-nikmat yang masih ada padanya. Dan hal itu disebabkan karena ia tidak memiliki dua sifat yang utama yaitu kesabaran dan kesyukuran.
10. Dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata: `Telah hilang bencana-bencana itu daripadaku`; sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga,(QS. 11:10)
وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ نَعْمَاءَ بَعْدَ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ ذَهَبَ السَّيِّئَاتُ عَنِّي إِنَّهُ لَفَرِحٌ فَخُورٌ (10)
Dan
jika Allah menghindarkan darinya kemudaratan yang telah menimpa
dirinya, dan menggantinya dengan beberapa nikmat seperti sembuh dari
sakit, bertambah tenaga dan kekuatan, terlepas dari kesulitan, selamat
dari ketakutan dan kehinaan, maka ia berkata: "Telah hilang dariku
musibah dan penderitaan yang tidak akan kembali lagi."
Musibah dan penderitaan itu tidak lain hanya seperti awan di musim kemarau dan akan segera hilang. Mereka mengucapkan kata-kata yang demikian itu dengan penuh kesombongan dan kebanggaan. Mereka merasa lebih berbahagia dari semua orang yang berada di sekitarnya. Pada dasarnya mereka tidak menerima nikmat-nikmat Allah itu dengan bersyukur bahkan sebaliknya mereka bersikap sombong dan takabur.
Musibah dan penderitaan itu tidak lain hanya seperti awan di musim kemarau dan akan segera hilang. Mereka mengucapkan kata-kata yang demikian itu dengan penuh kesombongan dan kebanggaan. Mereka merasa lebih berbahagia dari semua orang yang berada di sekitarnya. Pada dasarnya mereka tidak menerima nikmat-nikmat Allah itu dengan bersyukur bahkan sebaliknya mereka bersikap sombong dan takabur.
Kembali ke Daftar Surah Kembali ke Surah HUUD
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=1&SuratKe=11#Top
alhamdulillah masih ada yang mau menulis ayat2 Alloh di dunia maya..terima kasih mas bro
BalasHapusmas nama template blognya apa yo mas, dan terimakasih atas informasi tentang ayat ayat allah
BalasHapus