<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH DAFTAR SURAH AT-TAUBAH>>
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=4&SuratKe=9#Top
60. Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: `Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya`. Katakanlah: `Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu`. Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih.(QS. 9:61)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 61
وَمِنْهُمُ الَّذِينَ يُؤْذُونَ النَّبِيَّ وَيَقُولُونَ هُوَ أُذُنٌ قُلْ أُذُنُ خَيْرٍ لَكُمْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَيُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَرَحْمَةٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ رَسُولَ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (61)
Menurut sesuatu riwayat pada suatu ketika terjadilah pertemuan antara sesama orang munafik, di antara mereka adalah Jullas bin Suwaid bin Samit, Mikhasi bin Umar dan Wadi'ah bin Sabit. Di antara mereka ada yang hendak mempergunjingkan Nabi, maka sebagian mereka melarangnya dengan alasan kekhawatiran akan sampai kepada Nabi, dan ini akan menyusahkan mereka, lalu di antara mereka ada yang berkata: "Muhammad itu adalah terlalu percaya pada tiap-tiap sesuatu yang didengarnya asalkan saja kita bersumpah meyakinkannya." Maka turunlah ayat ini.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa di antara golongan munafik terdapat orang-orang yang menyakiti Nabi Muhammad saw. mereka mempergunjingkannya dan mengatakan bahwa Nabi itu terlalu cepat terpengaruh tanpa memikirkan dan meneliti kebenaran sesuatu yang didengarnya itu. Tuduhan mereka ini atas dasar bahwa perlakuan Nabi Muhammad saw. kepada mereka serupa saja dengan perlakuan beliau kepada orang-orang mukmin secara umum. Hal mana menunjukkan bahwa Nabi itu dapat dipengaruhi sebagaimana beliau terpengaruh oleh ucapan-ucapan mereka. Atas dasar ini mereka memandang adanya suatu cacat pada Nabi Muhammad saw. dan cacat seperti ini jika terdapat pada penguasa seperti raja tentu akan tersingkirlah orang-orang yang baik, berkumpullah di sekeliling raja orang-orang yang pandai menjilat. Setelah Allah menerangkan apa yang terjadi di kalangan orang-orang munafik itu, Muhammad saw. diperintah mendengar segala yang disampaikan kepadanya sambil mengadakan penelitian untuk membedakan antara yang hak dan yang batil, antara yang sesungguhnya dan yang dibuat-buat. Keadaan Nabi Muhammad saw. melebihi raja-raja (penguasa) yang meskipun mereka itu dipandang bijaksana namun adakalanya juga terpedaya oleh kata-kata manis dari para penjilat. Berlainan halnya dengan Nabi Muhammad saw. karena ia beriman kepada Allah yang selalu menuntun dan melindunginya. Ia mempercayai apa yang didengarnya dari orang-orang yang beriman dari kalangan Muhajirin dan Ansar yang telah menunjukkan ketabahan dalam menghadapi percobaan-percobaan dan fitnahan dari golongan orang-orang musyrik. Nabi itu bukanlah mendengar sesuatu dengan penelitian, tetapi dia juga pembawa rahmat bagi orang-orang yang beriman. Memanglah ia penyebab kegagalan dan kerugian bagi orang-orang yang penuh di hatinya kemunafikan, yang menyatakan sesuatu berlainan dengan apa yang disimpan dalam hatinya. Pada akhir ayat ini Allah menerangkan azab yang sepedih-pedihnya yang akan menjadi hukuman bagi orang-orang munafik yang menuduh Nabi dengan tuduhan-tuduhan yang tidak pada tempatnya.
Dari segi hukum, ayat ini mengandung larangan Tuhan menyakiti Rasul, baik pada masa hidupnya maupun sesudah wafatnya. Menyakiti Rasul pada masa hidupnya dapat berbentuk:
a. Meragukan kerasulannya atau menganggapnya ahli sihir. Orang-orang yang menyakiti Rasul seperti ini hukumnya kafir karena mereka mengingkari kerasulannya.
b. Mengganggu ketenangan rumah tangganya seperti bertamu terlalu lama atau berkata di hadapannya dengan suara keras. Pekerjaan seperti ini hukumnya haram sebagaimana diutarakan dalam Alquran. Firman Allah:
إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ
Artinya:
Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar).
(Q.S. Al-Ahzab: 53)
Dan firman-Nya lagi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.
(Q.S. Al-Hujurat: 2)
Menyakiti Rasul setelah wafatnya sama halnya dengan menyakitinya pada masa hidupnya seperti mempergunjingkan ibu bapaknya, keluarganya dengan menghina dan menjelek-jelekkannya. Keimanan seseorang kepada Rasul menimbulkan rasa cinta kepadanya. Orang yang cinta kepada sesuatu, tentulah sesuatu yang dicintainya itu selalu dipandangnya besar dan mulia.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 61
وَمِنْهُمُ الَّذِينَ يُؤْذُونَ النَّبِيَّ وَيَقُولُونَ هُوَ أُذُنٌ قُلْ أُذُنُ خَيْرٍ لَكُمْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَيُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَرَحْمَةٌ لِلَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ رَسُولَ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (61)
(Di antara mereka) orang-orang munafik (ada yang menyakiti Nabi) dengan mencelanya dan menyampaikan perkataannya kepada kaum munafikin (dan mereka mengatakan) bilamana mereka dicegah dari perbuatan tersebut supaya jangan menyakiti nabi ("Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya.") yakni Nabi selalu mendengar apa yang dikatakan kepadanya dan selalu menerimanya. Bilamana kami bersumpah kepadanya bahwa kami tidak menyatakannya, maka dia mempercayai kami. (Katakanlah,) "Ia (mempercayai) mendengarkan (semua yang baik bagi kalian) bukannya mendengarkan hal-hal yang buruk (ia beriman kepada Allah, mempercayai) artinya selalu percaya (orang-orang mukmin) atas semua berita yang telah disampaikan mereka, akan tetapi ia tidak mempercayai orang-orang selain mereka. Huruf lam di sini adalah lam zaidah; dimaksud untuk memberikan pengertian yang membedakan antara iman karena sadar dan iman karena faktor lainnya (dan menjadi rahmat) bila dibaca rafa' maka diathafkan kepada lafal udzunun, dan bila dibaca jar maka diathafkan kepada lafal khairin (bagi orang-orang yang beriman di antara kalian." Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka siksa yang pedih).
62. Mereka bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, padahal Allah dan Rasul-Nya itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang mukmin.(QS. 9:62)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 62
يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَكُمْ لِيُرْضُوكُمْ وَاللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَقُّ أَنْ يُرْضُوهُ إِنْ كَانُوا مُؤْمِنِينَ (62)
Ayat ini menerangkan tentang kebiasaan orang-orang munafik sebagaimana halnya dengan orang-orang yang membuat suatu kesalahan, umpama mencuri dan membunuh. Mereka itu selalu merasa dalam kesulitan karena mereka selalu dibayang-bayangi oleh akibat perbuatan-perbuatan mereka yang buruk yang mereka lakukan, dan mereka takut kepalsuan mereka diketahui oleh manusia. Mereka sering bersumpah sebagai suatu cara untuk menutupi kejahatan dan kemunafikan mereka.
Demikian kelakuan orang-orang munafik, mereka bersumpah untuk meyakinkan orang-orang mukmin bahwa apa yang disampaikannya tentang kelakuan buruk mereka baik merupakan menentang maupun memburukkan Rasulullah adalah tidak benar dengan maksud supaya orang-orang mukmin mengakui bahwa mereka adalah orang-orang yang bersih dari segala yang mereka tuduhkan. Mereka sering bersumpah dengan maksud mendapat keridaan serta mendapat kepercayaan dari orang-orang mukmin sehingga mereka dapat perlindungan dari orang-orang mukmin; semestinya mereka berusaha supaya mendapat keridaan Tuhan dan Rasul-Nya dengan iman yang sungguh-sungguh yang jauh dari kemunafikan dan keraguan jika benar-benar mereka ingin menjadi orang mukmin. Meskipun orang-orang mukmin dapat diyakinkan dengan jalan bersumpah, dan kebohongan mereka masih tertutup, namun Allah swt. tetap mengetahui segala sesuatu yang mereka perbuat dan sesuatu yang masih tersimpan di hati mereka. Maka ketika kemaslahatan menghendaki, Allah menurunkan kepada Rasul wahyu yang menjelaskan tentang semua yang mereka lakukan.
Diriwayatkan Ibnu Munzir dari Qatadah tentang sebab nuzulnya ayat, Qatadah berkata yang artinya sebagai berikut: "Kepada kami diberitahukan bahwa seorang laki-laki dari kalangan munafik berkata tentang golongan yang tidak turut pada peperangan Tabuk di mana turun ayat khusus mengenai mereka itu. Lelaki itu berkata: "Demi Allah bahwa sesungguhnya mereka yang tidak ikut berperang itu adalah orang-orang pilihan dan orang-orang yang mulia." Jika sekiranya benar apa yang dikatakan Muhammad tentulah mereka lebih jahat daripada keledai." Ucapan laki-laki itu didengar oleh laki-laki dari kalangan muslim, lalu ia berkata (sebagai jawaban terhadap orang-orang munafik itu): "Demi Allah, bahwa apa yang dikatakan Muhammad itu adalah benar dan engkau adalah paling jelek daripada himar (keledai)." Orang-orang muslim itu pergi kepada Rasulullah untuk menceritakan kejadian itu maka orang-orang munafik itu didatangkan menghadapi Nabi dan Nabi berkata: "Apakah yang mendorong engkau berkata demikian?" Orang munafik itu mengingkari laporan itu dan melaknati dirinya dengan bersumpah bahwa ia tidak pernah berkata demikian. Orang muslim itu berkata: "Hai Tuhanku, benarkanlah orang yang benar dan dustakanlah orang yang dusta." Maka turunlah ayat ini.
Demikian kelakuan orang-orang munafik, mereka bersumpah untuk meyakinkan orang-orang mukmin bahwa apa yang disampaikannya tentang kelakuan buruk mereka baik merupakan menentang maupun memburukkan Rasulullah adalah tidak benar dengan maksud supaya orang-orang mukmin mengakui bahwa mereka adalah orang-orang yang bersih dari segala yang mereka tuduhkan. Mereka sering bersumpah dengan maksud mendapat keridaan serta mendapat kepercayaan dari orang-orang mukmin sehingga mereka dapat perlindungan dari orang-orang mukmin; semestinya mereka berusaha supaya mendapat keridaan Tuhan dan Rasul-Nya dengan iman yang sungguh-sungguh yang jauh dari kemunafikan dan keraguan jika benar-benar mereka ingin menjadi orang mukmin. Meskipun orang-orang mukmin dapat diyakinkan dengan jalan bersumpah, dan kebohongan mereka masih tertutup, namun Allah swt. tetap mengetahui segala sesuatu yang mereka perbuat dan sesuatu yang masih tersimpan di hati mereka. Maka ketika kemaslahatan menghendaki, Allah menurunkan kepada Rasul wahyu yang menjelaskan tentang semua yang mereka lakukan.
Diriwayatkan Ibnu Munzir dari Qatadah tentang sebab nuzulnya ayat, Qatadah berkata yang artinya sebagai berikut: "Kepada kami diberitahukan bahwa seorang laki-laki dari kalangan munafik berkata tentang golongan yang tidak turut pada peperangan Tabuk di mana turun ayat khusus mengenai mereka itu. Lelaki itu berkata: "Demi Allah bahwa sesungguhnya mereka yang tidak ikut berperang itu adalah orang-orang pilihan dan orang-orang yang mulia." Jika sekiranya benar apa yang dikatakan Muhammad tentulah mereka lebih jahat daripada keledai." Ucapan laki-laki itu didengar oleh laki-laki dari kalangan muslim, lalu ia berkata (sebagai jawaban terhadap orang-orang munafik itu): "Demi Allah, bahwa apa yang dikatakan Muhammad itu adalah benar dan engkau adalah paling jelek daripada himar (keledai)." Orang-orang muslim itu pergi kepada Rasulullah untuk menceritakan kejadian itu maka orang-orang munafik itu didatangkan menghadapi Nabi dan Nabi berkata: "Apakah yang mendorong engkau berkata demikian?" Orang munafik itu mengingkari laporan itu dan melaknati dirinya dengan bersumpah bahwa ia tidak pernah berkata demikian. Orang muslim itu berkata: "Hai Tuhanku, benarkanlah orang yang benar dan dustakanlah orang yang dusta." Maka turunlah ayat ini.
63. Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka Jahannamlah baginya, dia kekal di dalamnya. Itu adalah kehinaan yang besar.(QS. 9:63)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 63
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّهُ مَنْ يُحَادِدِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَأَنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدًا فِيهَا ذَلِكَ الْخِزْيُ الْعَظِيمُ (63)
Semestinyalah orang-orang munafik itu segera menjadi sadar karena tidak mungkin mereka tidak mengetahui bahwa membuat-buat tuduhan terhadap Rasul seperti tuduhan berlaku curang dalam membagi zakat atau menuduh Rasul dengan sifat suka mendengar saja laporan tanpa meneliti kebenarannya adalah termasuk perbuatan menentang Allah dan Rasul-Nya. Dan orang yang demikian halnya akan mendapat ganjaran api neraka, kekal di dalamnya. Azab seperti ini adalah suatu kehinaan yang besar yang tentunya harus ditakuti.
64. Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: `Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan Rasul-Nya)`. Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.(QS. 9:64)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 64
يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجٌ مَا تَحْذَرُونَ (64)
Ayat ini menggambarkan tentang tingkah laku orang-orang munafik yang pernah diungkapkan dalam peperangan Tabuk. Mereka itu merasa khawatir kalau-kalau diturunkan ayat atau surat yang menerangkan segala sesuatu yang mereka lakukan. Karena itulah Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. supaya mengatakan kepada mereka agar meneruskan ejekan-ejekan yang mereka lakukan. Orang-orang munafik adalah manusia yang tidak mempunyai pendirian, mereka berada antara iman dan kufur, mereka tidak percaya kepada kebenaran wahyu yang diturunkan kepada Rasul, mereka berada di antara cemas dan harap. Andaikata mereka mengingkari Rasul secara tegas tentulah mereka tidak akan cemas. Demikian juga jika mereka beriman kepada Rasul secara tegas. Karena mereka di antara iman dan kufur dan selalu mencela dan mengejek-ejek Nabi dan orang-orang mukmin, timbullah kekhawatiran dan kecemasan mereka kalau-kalau Allah menurunkan lagi ayat-ayat yang membukakan keaiban mereka dan menerangkan segala sesuatu yang ada pada mereka meskipun masih tersimpan pada hati mereka.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 64
يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجٌ مَا تَحْذَرُونَ (64)
(Merasa takut) merasa khawatir (orang-orang munafik itu akan diturunkan terhadap mereka) yaitu kaum Mukminin (suatu surah yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka) yakni tentang kemunafikan mereka, tetapi sekalipun demikian mereka masih tetap memperolok-olokkannya (Katakanlah, "Teruskanlah ejekan-ejekan kalian.") perintah yang mengandung makna ancaman (Sesungguhnya Allah akan menyatakan) akan menampakkan (apa yang kalian takuti) yaitu kemunafikan kalian akan ditampakkan.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 64
يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجٌ مَا تَحْذَرُونَ (64)
(Merasa takut) merasa khawatir (orang-orang munafik itu akan diturunkan terhadap mereka) yaitu kaum Mukminin (suatu surah yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka) yakni tentang kemunafikan mereka, tetapi sekalipun demikian mereka masih tetap memperolok-olokkannya (Katakanlah, "Teruskanlah ejekan-ejekan kalian.") perintah yang mengandung makna ancaman (Sesungguhnya Allah akan menyatakan) akan menampakkan (apa yang kalian takuti) yaitu kemunafikan kalian akan ditampakkan.
65. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: `Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja`. Katakanlah: `Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?`(QS. 9:65)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 65
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65)
Ayat ini menggambarkan kepada Nabi Muhammad tentang tingkah laku orang-orang munafik itu yaitu manakala Nabi Muhammad saw. bertanya kepada mereka tentang ucapan-ucapan mereka yang berupa tuduhan yang sengaja dilontarkan kepada Muhammad saw. yang mengatakan seolah-olah Nabi itu mencari pengaruh, kekuasaan dan kekayaan, niscaya mereka akan menjawab bahwa mereka mengucapkan kata-kata demikian itu sekadar iseng (omong-omong kosong dan bersenda-gurau) tidak dengan sungguh-sungguh dan mereka mengira bahwa Nabi Muhammad saw. dapat memaafkan dan menerima dalih yang mereka kemukakan. Tetapi Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. supaya mengatakan kepada kaum munafik bahwa tidaklah patut dengan cara-cara sinis mereka mengejek Allah dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya. Perbuatan demikian itu melampaui batas dan tidak ada yang melakukannya kecuali orang-orang yang ingkar kepada Allah.
Turunnya ayat ini erat hubungannya dengan peperangan Tabuk sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Munzir dari Qatadah, ketika Rasulullah saw. pada peperangan Tabuk melihat segolongan manusia di hadapannya mengatakan: "Apakah laki-laki ini (Muhammad) mengharapkan akan memperoleh istana dan benteng di negeri Syam, tidak mungkin, tidak mungkin." Allah memberitahukan kepada Nabi-Nya apa yang dibicarakan oleh segolongan manusia tersebut, maka Muhammad saw. berkata: "Kamu telah berkata begini begitu." Mereka menjawab: "Hai Nabi Allah, kami hanya bersenda gurau dan main-main." Maka turunlah ayat ini.
Turunnya ayat ini erat hubungannya dengan peperangan Tabuk sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Munzir dari Qatadah, ketika Rasulullah saw. pada peperangan Tabuk melihat segolongan manusia di hadapannya mengatakan: "Apakah laki-laki ini (Muhammad) mengharapkan akan memperoleh istana dan benteng di negeri Syam, tidak mungkin, tidak mungkin." Allah memberitahukan kepada Nabi-Nya apa yang dibicarakan oleh segolongan manusia tersebut, maka Muhammad saw. berkata: "Kamu telah berkata begini begitu." Mereka menjawab: "Hai Nabi Allah, kami hanya bersenda gurau dan main-main." Maka turunlah ayat ini.
66. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan daripada kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.(QS. 9:66)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 66
لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (66)
Pada Ayat ini Allah menerangkan bahwa tak ada gunanya mereka meminta maaf dengan mengemukakan dalih seperti tersebut pada ayat 65 karena sesungguhnya orang-orang munafik itu telah kembali menjadi kafir sesudah beriman, mereka mengejek Nabi dan memandang rendah kepada beliau. Sikap demikian itu terhadap Rasul menunjukkan kekosongan jiwa mereka dari keimanan. Mereka telah melakukan dosa yang sangat besar karena dengan sengaja menghina Nabi dan mengingkari Allah. Jika sekiranya segolongan orang-orang munafik benar-benar melakukan tobat atas dorongan iman yang sesungguhnya, seperti seseorang yang bernama Mikhasy bin Humair, tentulah Allah menerima tobatnya dan Allah tetap mengazab orang-orang munafik yang masih terus-menerus bergelimang dalam dosa kemunafikan.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 66
لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (66)
(Tidak usah kalian meminta maaf) akan hal tersebut (karena kalian kafir sesudah beriman) artinya kekafiran kalian ini tampak sesudah kalian menampakkan keimanan. (Jika Kami memaafkan) bila dibaca memakai ya berarti menjadi mabni maf'ul sehingga bacaannya menjadi ya'fa. Jika dibaca memakai huruf nun, berarti mabni fa'il, dan bacaannya seperti yang tertera pada ayat (segolongan daripada kalian) lantaran keikhlasan dan tobatnya, seperti apa yang dilakukan oleh Jahsy bin Humair (niscaya Kami akan mengazab) dapat dibaca tu`adzdzib dan dapat pula dibaca nu`adzdzib (golongan yang lain disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa) yakni, karena mereka selalu menetapi kemunafikannya dan selalu melancarkan ejekan-ejekan.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 66
لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (66)
(Tidak usah kalian meminta maaf) akan hal tersebut (karena kalian kafir sesudah beriman) artinya kekafiran kalian ini tampak sesudah kalian menampakkan keimanan. (Jika Kami memaafkan) bila dibaca memakai ya berarti menjadi mabni maf'ul sehingga bacaannya menjadi ya'fa. Jika dibaca memakai huruf nun, berarti mabni fa'il, dan bacaannya seperti yang tertera pada ayat (segolongan daripada kalian) lantaran keikhlasan dan tobatnya, seperti apa yang dilakukan oleh Jahsy bin Humair (niscaya Kami akan mengazab) dapat dibaca tu`adzdzib dan dapat pula dibaca nu`adzdzib (golongan yang lain disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa) yakni, karena mereka selalu menetapi kemunafikannya dan selalu melancarkan ejekan-ejekan.
67. Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.(QS. 9:67)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 67
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (67)
Ayat ini menerangkan tentang adanya persamaan di kalangan orang-orang munafik baik pria maupun wanita baik mengenai sifat-sifat mereka maupun mengenai akhlak dan perbuatan mereka. Masing-masing saling menganjurkan kepada yang lainnya berbuat kemungkaran seperti yang diterangkan oleh Nabi saw.:
آية المنافق ثلاث: إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا ائتمن خان
Artinya:
Tanda orang munafik itu ada tiga. Apabila ia berbicara berdusta, apabila ia berjanji mungkir, dan apabila ia dipercayai berkhianat.
(H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Demikian juga orang munafik itu masing-masing saling melarang sesamanya berbuat baik seperti melakukan jihad dan mengeluarkan harta untuk amal-amal sosial terutama perang sabil sebagaimana firman Allah:
هُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُنْفِقُوا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ حَتَّى يَنْفَضُّوا
Artinya:
Merekalah orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Ansar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).
(Q.S. Al-Munafiqun: 7)
Semua itu disebabkan mereka lupa kepada kebesaran Allah, lupa kepada petunjuk-petunjuk agama-Nya dan lupa kepada siksa-Nya, tegasnya mereka lupa mendekatkan diri kepada Allah dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sebagaimana tidak terlintas di hati sanubari mereka kewajiban berterima kasih atas nikmat-nikmat yang diberikan Tuhan sehingga mereka mengikuti kehendak nafsu mereka dan godaan setan. Maka sewajarnyalah pula Allah melupakan mereka dengan menjauhkan mereka dari karunia taufik-Nya di dunia dan karunia ganjaran pahala di akhirat. Sesungguhnya orang-orang munafik yang tetap dalam kemunafikannya itu merupakan manusia yang paling fasik di dunia ini bahkan mereka lebih rendah dari orang-orang kafir biasa, karena orang kafir ini sekadar jatuh pada kesalahan iktikad terhadap Tuhan mengenai keesaan atau mengenai adanya Tuhan. Berlainan halnya dengan orang-orang munafik itu di mana mereka sengaja membuat kesalahan baik mengenai akidah atau pun mengenai akhlak dan tindak tanduk perbuatan yang jauh menyimpang dari fitrah manusia yang murni.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 67
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (67)
(Orang-orang munafik laki-laki dan orang-orang munafik perempuan sebagian dari mereka dengan sebagian yang lain adalah sama) yakni mereka mempunyai sikap dan sepak terjang yang sama, perihalnya sama dengan setali tiga uang (mereka menyuruh membuat yang mungkar) berupa kekafiran dan maksiat-maksiat (dan melarang berbuat yang makruf) berupa keimanan dan ketaatan (dan mereka menggenggam tangannya) daripada berinfak di jalan ketaatan (mereka telah lupa kepada Allah) artinya mereka tidak mau taat kepada-Nya (maka Allah melupakan mereka) dibiarkannya mereka melupakan pertanda sifat pemurah Allah. (Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik).
آية المنافق ثلاث: إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا ائتمن خان
Artinya:
Tanda orang munafik itu ada tiga. Apabila ia berbicara berdusta, apabila ia berjanji mungkir, dan apabila ia dipercayai berkhianat.
(H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Demikian juga orang munafik itu masing-masing saling melarang sesamanya berbuat baik seperti melakukan jihad dan mengeluarkan harta untuk amal-amal sosial terutama perang sabil sebagaimana firman Allah:
هُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُنْفِقُوا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ حَتَّى يَنْفَضُّوا
Artinya:
Merekalah orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Ansar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).
(Q.S. Al-Munafiqun: 7)
Semua itu disebabkan mereka lupa kepada kebesaran Allah, lupa kepada petunjuk-petunjuk agama-Nya dan lupa kepada siksa-Nya, tegasnya mereka lupa mendekatkan diri kepada Allah dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sebagaimana tidak terlintas di hati sanubari mereka kewajiban berterima kasih atas nikmat-nikmat yang diberikan Tuhan sehingga mereka mengikuti kehendak nafsu mereka dan godaan setan. Maka sewajarnyalah pula Allah melupakan mereka dengan menjauhkan mereka dari karunia taufik-Nya di dunia dan karunia ganjaran pahala di akhirat. Sesungguhnya orang-orang munafik yang tetap dalam kemunafikannya itu merupakan manusia yang paling fasik di dunia ini bahkan mereka lebih rendah dari orang-orang kafir biasa, karena orang kafir ini sekadar jatuh pada kesalahan iktikad terhadap Tuhan mengenai keesaan atau mengenai adanya Tuhan. Berlainan halnya dengan orang-orang munafik itu di mana mereka sengaja membuat kesalahan baik mengenai akidah atau pun mengenai akhlak dan tindak tanduk perbuatan yang jauh menyimpang dari fitrah manusia yang murni.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 67
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (67)
(Orang-orang munafik laki-laki dan orang-orang munafik perempuan sebagian dari mereka dengan sebagian yang lain adalah sama) yakni mereka mempunyai sikap dan sepak terjang yang sama, perihalnya sama dengan setali tiga uang (mereka menyuruh membuat yang mungkar) berupa kekafiran dan maksiat-maksiat (dan melarang berbuat yang makruf) berupa keimanan dan ketaatan (dan mereka menggenggam tangannya) daripada berinfak di jalan ketaatan (mereka telah lupa kepada Allah) artinya mereka tidak mau taat kepada-Nya (maka Allah melupakan mereka) dibiarkannya mereka melupakan pertanda sifat pemurah Allah. (Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik).
68. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan Allah melaknati mereka; dan bagi mereka azab yang kekal,(QS. 9:68)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 68
وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ حَسْبُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُقِيمٌ (68)
Ayat ini menerangkan ancaman Tuhan kepada orang-orang munafik baik pria maupun wanita dan ancaman-Nya kepada orang-orang kafir. Allah mengancam semua mereka itu dengan azab api neraka dan mereka kekal abadi di dalamnya. Cukuplah api neraka itu sebagai siksaan terhadap mereka di akhirat, dan mereka mendapat kutukan Tuhan di dunia dan di akhirat serta mereka tidak berhak mendapat rahmat Allah. Azab Tuhan terus-menerus menimpa mereka baik azab fisik maupun siksaan batin yang tak habis-habisnya. Mereka tidak dapat melihat wajah Allah karena melihat wajah Allah itu tidak dikaruniakan kepada orang-orang yang mengingkarinya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 68
وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ حَسْبُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُقِيمٌ (68)
(Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka) sebagai pembalasan dan hukuman (dan Allah melaknat mereka) Dia menjauhkan mereka dari rahmat-Nya (dan bagi mereka azab yang kekal) yang abadi.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 68
وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ حَسْبُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُقِيمٌ (68)
(Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka) sebagai pembalasan dan hukuman (dan Allah melaknat mereka) Dia menjauhkan mereka dari rahmat-Nya (dan bagi mereka azab yang kekal) yang abadi.
69. (keadaan kamu hai orang-orang munafik dan musyrikin adalah) seperti keadaan orang-orang yang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta benda dan anak-anaknya daripada kamu. Maka mereka telah menikmati bagian mereka, dan kamu telah menikmati bagianmu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu, amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang merugi.(QS. 9:69)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 69
كَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْكُمْ قُوَّةً وَأَكْثَرَ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا فَاسْتَمْتَعُوا بِخَلَاقِهِمْ فَاسْتَمْتَعْتُمْ بِخَلَاقِكُمْ كَمَا اسْتَمْتَعَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ بِخَلَاقِهِمْ وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (69)
Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang munafik yang menyakiti Nabi Muhammad dan orang-orang mukmin, mereka itu tidak ubahnya seperti orang-orang munafik yang terdapat pada masa dahulu. Jika kiranya pada masa Nabi Muhammad saw. mereka terpedaya oleh harta kekayaan dunia dan terpengaruh oleh anak-anak mereka, maka serupa itu pulalah orang-orang munafik pada masa dahulu dalam menghadapi utusan-utusan Allah. Mereka memiliki kekuatan, kekayaan harta benda yang cukup dan anak-anak yang banyak yang menyebabkan mereka terpedaya oleh kelezatan hidup dunia. Mereka selalu dipengaruhi oleh keinginan hidup mewah lagi ingin bebas berbuat semaunya untuk kepuasan hawa nafsunya. Demikian pulalah halnya orang-orang munafik di masa Nabi, mereka mengutamakan kehidupan dunia tanpa mengindahkan petunjuk-petunjuk Allah dan Rasul-Nya dan suka mempercakapkan hal-hal yang batil. Orang-orang munafik pada masa dahulu memang wajar berlaku demikian karena faktor-faktor yang membawa mereka kepada kejahatan lebih banyak karena mereka mempunyai kekuatan dan kekayaan. Berlainan halnya dengan orang-orang munafik pada zaman Nabi Muhammad saw. di samping kekurangan kekuatan dan harta kekayaan, faktor-faktor yang membawa mereka berbuat kebaikan adalah lebih banyak. Semua perbuatan orang munafik meskipun berupa perbuatan yang baik adalah menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat karena melakukannya tanpa kejujuran dan keikhlasan. Maka seharusnya mereka menjadi orang-orang yang beruntung karena mereka juga turut melakukan amalan sosial, tetapi mereka lupa bahwa diterimanya sesuatu amalan yang baik itu adalah disertai dengan kejujuran dan keikhlasan. Kekeliruan sangkaan mereka ini digambarkan dalam firman Allah:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Artinya:
Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
(Q.S. Al-Kahfi: 103, 104)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 69
كَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْكُمْ قُوَّةً وَأَكْثَرَ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا فَاسْتَمْتَعُوا بِخَلَاقِهِمْ فَاسْتَمْتَعْتُمْ بِخَلَاقِكُمْ كَمَا اسْتَمْتَعَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ بِخَلَاقِهِمْ وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (69)
Keadaan kalian hai orang-orang munafik (seperti keadaan orang-orang yang sebelum kalian, mereka lebih kuat daripada kalian dan lebih banyak harta benda dan anak-anaknya daripada kalian. Maka mereka telah menikmati) mereka telah bersenang-senang (dengan bagian mereka) maksudnya bagian duniawi mereka (dan kalian telah menikmati) hai orang-orang munafik (bagian kalian sebagaimana orang-orang yang sebelum kalian menikmati bagiannya dan kalian mempercakapkan) hal-hal yang batil dan mencela Nabi saw. (sebagaimana mereka mempercakapkannya) seperti apa yang biasa mereka pergunjingkan. (Mereka itu amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat dan mereka itulah orang-orang yang merugi).
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Artinya:
Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
(Q.S. Al-Kahfi: 103, 104)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 69
كَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْكُمْ قُوَّةً وَأَكْثَرَ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا فَاسْتَمْتَعُوا بِخَلَاقِهِمْ فَاسْتَمْتَعْتُمْ بِخَلَاقِكُمْ كَمَا اسْتَمْتَعَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ بِخَلَاقِهِمْ وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (69)
Keadaan kalian hai orang-orang munafik (seperti keadaan orang-orang yang sebelum kalian, mereka lebih kuat daripada kalian dan lebih banyak harta benda dan anak-anaknya daripada kalian. Maka mereka telah menikmati) mereka telah bersenang-senang (dengan bagian mereka) maksudnya bagian duniawi mereka (dan kalian telah menikmati) hai orang-orang munafik (bagian kalian sebagaimana orang-orang yang sebelum kalian menikmati bagiannya dan kalian mempercakapkan) hal-hal yang batil dan mencela Nabi saw. (sebagaimana mereka mempercakapkannya) seperti apa yang biasa mereka pergunjingkan. (Mereka itu amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat dan mereka itulah orang-orang yang merugi).
70. Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Mad-yan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata; maka Allah tidak sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.(QS. 9:70)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 70
أَلَمْ يَأْتِهِمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَقَوْمِ إِبْرَاهِيمَ وَأَصْحَابِ مَدْيَنَ وَالْمُؤْتَفِكَاتِ أَتَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (70)
Pada ayat ini Allah swt. mencela orang-orang munafik mengapa mereka tidak mengetahui cerita tentang umat-umat dahulu kala seperti umat Nabi Nuh, kaum `Ad dan Samud, kaum Ibrahim dan penduduk Madyan dan kaum Lut. Kepada mereka, Allah telah mengutus Rasul-rasul-Nya yang membawa petunjuk-petunjuk dari Allah, tetapi mereka sambut Rasul-rasul Allah itu dengan tantangan yang karenanya Allah turunkan kepada mereka azab seperti topan yang menenggelamkan kaum Nuh, angin yang membinasakan kaum Ad, dan petir yang membinasakan kaum Samud. Hal demikian itu tidaklah berarti Allah berbuat aniaya terhadap mereka itu, karena bertentangan dengan sifat keadilan Tuhan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri disebabkan mereka tidak mengindahkan petunjuk-petunjuk Allah yang dibawa oleh Rasul-rasul-Nya dengan disertai janji dan ancaman-Nya. Sunnatullah tidak akan berubah sebagaimana Allah menjatuhkan azab kepada orang-orang yang menentang rasul-Nya pada masa dahulu pasti pula di masa sekarang Allah akan mengazab orang-orang yang bersalah jika mereka tidak bertobat.
<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH DAFTAR SURAH AT-TAUBAH>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar