<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH DAFTAR SURAH AL -ANFAL>>
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=3&SuratKe=8#Top
50 Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): `Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar`, (tentulah kamu akan merasa ngeri).(QS. 8:50)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 50
وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ (50)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa seandainya Rasulullah saw. melihat dengan mata kepala sendiri hal-ihwal orang-orang kafir Quraisy ketika dicabut jiwanya oleh para malaikat, sambil memukul muka dan belakangnya, tentulah Rasulullah saw. akan merasa ngeri melihat azab itu. Di samping azab-azab yang dirasakan oleh tubuhnya, mereka menderita kesakitan pula karena hardikan dari malaikat yang berkata: "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar." Sebenarnya yang diterangkan Allah pada ayat ini adalah persoalan yang termasuk perkara gaib, manusia tidak dapat melihat dan menyaksikan azab itu. Seandainya mereka dapat melihat dan menyaksikan-Nya tentulah mereka akan menyaksikan suatu kejadian yang hebat dan dahsyat, sehingga dapat menjadikan orang kafir kembali dari kekafirannya dan orang-orang zalim berhenti dari kezalimannya karena takut akan akibat-akibatnya. Menurut suatu riwayat, maksud ayat ialah: "Mereka memukul muka mereka dari depan, sedang para malaikat memukul mereka dari belakang."
51 Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya,(QS. 8:51) وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ (50)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa seandainya Rasulullah saw. melihat dengan mata kepala sendiri hal-ihwal orang-orang kafir Quraisy ketika dicabut jiwanya oleh para malaikat, sambil memukul muka dan belakangnya, tentulah Rasulullah saw. akan merasa ngeri melihat azab itu. Di samping azab-azab yang dirasakan oleh tubuhnya, mereka menderita kesakitan pula karena hardikan dari malaikat yang berkata: "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar." Sebenarnya yang diterangkan Allah pada ayat ini adalah persoalan yang termasuk perkara gaib, manusia tidak dapat melihat dan menyaksikan azab itu. Seandainya mereka dapat melihat dan menyaksikan-Nya tentulah mereka akan menyaksikan suatu kejadian yang hebat dan dahsyat, sehingga dapat menjadikan orang kafir kembali dari kekafirannya dan orang-orang zalim berhenti dari kezalimannya karena takut akan akibat-akibatnya. Menurut suatu riwayat, maksud ayat ialah: "Mereka memukul muka mereka dari depan, sedang para malaikat memukul mereka dari belakang."
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 51
ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ (51)
Azab yang mereka rasakan itu adalah sebagai akibat perbuatan tangan mereka sendiri, yaitu kekafiran dan kezalimannya, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Disebut "tangan" yang mengadakan perbuatan itu, padahal sesuatu perbuatan itu kadang-kadang dilaksanakan dengan tangan atau kaki, panca indra atau akal ialah oleh karena menurut kebiasaan bahwa sebagian besar amal perbuatan manusia itu dengan tangan. Allah tidak akan berbuat zalim kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya. Allah tidak akan menyiksa seseorang pun, kecuali (sebab) dosa-dosa dan pelanggaran yang dibuatnya sendiri. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Zar, bahwa Nabi Muhammad saw. berkata demikian: "Sesungguhnya Allah berfirman: "Wahai hamba-hamba Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku sendiri dan telah mengharamkan pula kezaliman itu di antara kamu. Oleh karena itu kamu jangan sekali-kali berbuat zalim. Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya amal-amalmu saja yang akan Aku perhitungkan bagimu. Barangsiapa yang mendapat kebaikan, maka hendaklah ia memuji Allah dan barangsiapa yang mendapat kejelekan, maka janganlah dia mencela, kecuali dirinya sendiri."
ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ (51)
Azab yang mereka rasakan itu adalah sebagai akibat perbuatan tangan mereka sendiri, yaitu kekafiran dan kezalimannya, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Disebut "tangan" yang mengadakan perbuatan itu, padahal sesuatu perbuatan itu kadang-kadang dilaksanakan dengan tangan atau kaki, panca indra atau akal ialah oleh karena menurut kebiasaan bahwa sebagian besar amal perbuatan manusia itu dengan tangan. Allah tidak akan berbuat zalim kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya. Allah tidak akan menyiksa seseorang pun, kecuali (sebab) dosa-dosa dan pelanggaran yang dibuatnya sendiri. Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Zar, bahwa Nabi Muhammad saw. berkata demikian: "Sesungguhnya Allah berfirman: "Wahai hamba-hamba Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku sendiri dan telah mengharamkan pula kezaliman itu di antara kamu. Oleh karena itu kamu jangan sekali-kali berbuat zalim. Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya amal-amalmu saja yang akan Aku perhitungkan bagimu. Barangsiapa yang mendapat kebaikan, maka hendaklah ia memuji Allah dan barangsiapa yang mendapat kejelekan, maka janganlah dia mencela, kecuali dirinya sendiri."
52 (keadaan mereka) serupa dengan keadaan Firaun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras siksaan-Nya.(QS. 8:52)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 52
كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ (52)
Keadaan orang-orang musyrikin Quraisy itu serupa dengan keadaan Firaun dan pengikut-pengikutnya dan orang-orang kafir sebelumnya. Mereka itu mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah membalas dengan menyiksa mereka disebabkan karena dosa-dosanya dengan siksaan yang ditimpakan Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa. Telah menjadi sunnatullah bahwa Allah menyiksa orang-orang kafir disebabkan dosa-dosanya, maka demikian pulalah yang terjadi ketika perang Badar. Allah memberikan pertolongan kepada Rasul-Nya dan kaum muslimin, dan menghancurkan orang-orang kafir disebabkan dosa-dosanya. Allah adalah Maha Kuasa lagi keras siksa-Nya. Tidak ada seorang pun dapat meloloskan diri daripada azab-Nya yang telah ditentukan-Nya. Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah dari sahabat Abu Musa Al-Asyari bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah Taala memberikan tempo (tidak segera menyiksa) kepada orang yang zalim, akan tetapi bilamana akan menyiksanya, maka dia tidak akan lolos dari siksa-Nya."
كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ (52)
Keadaan orang-orang musyrikin Quraisy itu serupa dengan keadaan Firaun dan pengikut-pengikutnya dan orang-orang kafir sebelumnya. Mereka itu mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah membalas dengan menyiksa mereka disebabkan karena dosa-dosanya dengan siksaan yang ditimpakan Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa. Telah menjadi sunnatullah bahwa Allah menyiksa orang-orang kafir disebabkan dosa-dosanya, maka demikian pulalah yang terjadi ketika perang Badar. Allah memberikan pertolongan kepada Rasul-Nya dan kaum muslimin, dan menghancurkan orang-orang kafir disebabkan dosa-dosanya. Allah adalah Maha Kuasa lagi keras siksa-Nya. Tidak ada seorang pun dapat meloloskan diri daripada azab-Nya yang telah ditentukan-Nya. Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah dari sahabat Abu Musa Al-Asyari bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah Taala memberikan tempo (tidak segera menyiksa) kepada orang yang zalim, akan tetapi bilamana akan menyiksanya, maka dia tidak akan lolos dari siksa-Nya."
53 Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,(QS. 8:53)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 53
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (53)
Kejadian ini yaitu menyiksa orang-orang Quraisy adalah karena mereka mengingkari nikmat-nikmat Allah, ketika Allah mengutus seorang rasul dari kalangan mereka sendiri yang membacakan ayat-ayat-Nya, lalu mereka mendustakan, bahkan mengusirnya dari negerinya, lalu memerangi secara bertubi-tubi. Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Yang demikian ini membuktikan sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu. Allah tidak merubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, sehingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Ayat ini mengandung isyarat, bahwa nikmat-nikmat pemberian Allah itu yang diberikan kepada umat atau perorangan, selalu dikaitkan kelangsungannya dengan akhlak dan amal mereka itu sendiri. Jika akhlak dan perbuatan mereka terpelihara baik, maka nikmat pemberian Allah itu pun tetap berada bersama mereka dan tidak akan dicabut. Allah tidak akan mencabutnya, tanpa kezaliman dan pelanggaran daripada mereka. Akan tetapi manakala mereka sudah merubah nikmat-nikmat itu yang berbentuk akidah akhlak dan perbuatan baik, maka Allah Taala akan merubah keadaan mereka dan akan mencabut nikmat pemberian-Nya dari mereka sehingga yang kaya jadi miskin, yang mulia jadi hina dan yang kuat jadi lemah. Dan bukanlah sekali-kali kebahagiaan umat itu dikaitkan dengan kekayaan atau jumlah bilangan yang banyak seperti disangka oleh sebagian besar kaum musyrikin yang diceritakan oleh Allah dengan firman-Nya.
وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ (35)
Artinya:
Dan mereka berkata: "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu), dan kami sekali-kali tidak akan diazab.
(Q.S Saba': 35)
Demikianlah bahwa keluhuran sesuatu umat tidak dikaitkan dengan keturunannya atau kelebihan nenek moyangnya, seperti yang diakui oleh orang-orang Yahudi. Mereka tertipu dengan keangkuhannya bahwa mereka dijadikan Allah sebagai umat pilihan melebihi umat-umat yang lain, karena dikaitkan kepada kemuliaan Nabi Musa a.s. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengelahui apa yang diucapkan oleh orang-orang yang mendustakan rasul-rasul itu. Dia Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan, apa yang mereka tinggalkan dan pasti akan memberi balasan yang setimpal dengan perbuatannya.
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (53)
Kejadian ini yaitu menyiksa orang-orang Quraisy adalah karena mereka mengingkari nikmat-nikmat Allah, ketika Allah mengutus seorang rasul dari kalangan mereka sendiri yang membacakan ayat-ayat-Nya, lalu mereka mendustakan, bahkan mengusirnya dari negerinya, lalu memerangi secara bertubi-tubi. Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Yang demikian ini membuktikan sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu. Allah tidak merubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, sehingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Ayat ini mengandung isyarat, bahwa nikmat-nikmat pemberian Allah itu yang diberikan kepada umat atau perorangan, selalu dikaitkan kelangsungannya dengan akhlak dan amal mereka itu sendiri. Jika akhlak dan perbuatan mereka terpelihara baik, maka nikmat pemberian Allah itu pun tetap berada bersama mereka dan tidak akan dicabut. Allah tidak akan mencabutnya, tanpa kezaliman dan pelanggaran daripada mereka. Akan tetapi manakala mereka sudah merubah nikmat-nikmat itu yang berbentuk akidah akhlak dan perbuatan baik, maka Allah Taala akan merubah keadaan mereka dan akan mencabut nikmat pemberian-Nya dari mereka sehingga yang kaya jadi miskin, yang mulia jadi hina dan yang kuat jadi lemah. Dan bukanlah sekali-kali kebahagiaan umat itu dikaitkan dengan kekayaan atau jumlah bilangan yang banyak seperti disangka oleh sebagian besar kaum musyrikin yang diceritakan oleh Allah dengan firman-Nya.
وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ (35)
Artinya:
Dan mereka berkata: "Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu), dan kami sekali-kali tidak akan diazab.
(Q.S Saba': 35)
Demikianlah bahwa keluhuran sesuatu umat tidak dikaitkan dengan keturunannya atau kelebihan nenek moyangnya, seperti yang diakui oleh orang-orang Yahudi. Mereka tertipu dengan keangkuhannya bahwa mereka dijadikan Allah sebagai umat pilihan melebihi umat-umat yang lain, karena dikaitkan kepada kemuliaan Nabi Musa a.s. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengelahui apa yang diucapkan oleh orang-orang yang mendustakan rasul-rasul itu. Dia Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan, apa yang mereka tinggalkan dan pasti akan memberi balasan yang setimpal dengan perbuatannya.
54 (keadaan mereka) serupa dengan keadaan Firaun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya maka Kami membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikut-pengikutnya; dan kesemuanya adalah orang-orang yang zalim.(QS. 8:54)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 54
كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَكُلٌّ كَانُوا ظَالِمِينَ (54)
Mereka itu merubah nikmat Allah yang ada pada dirinya seperti tingkah laku Firaun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang kafir sebelumnya. Pertama mereka mengingkari ayat-ayat yang dibawa oleh para rasul tentang keesaan Allah dan tentang kewajiban menyembah hanya kepada Allah, dan tentang adanya azab Allah di akhirat, dan kedua mereka mendustakan ayat-ayat Allah itu dan mengingkari nikmat-nikmat pemberian padahal Allah itulah yang menciptakan segala-galanya. Allah membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan telah menenggelamkan Firaun bersama pengikut-pengikutnya karena mereka kesemuanya adalah orang-orang yang zalim.
كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَكُلٌّ كَانُوا ظَالِمِينَ (54)
Mereka itu merubah nikmat Allah yang ada pada dirinya seperti tingkah laku Firaun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang kafir sebelumnya. Pertama mereka mengingkari ayat-ayat yang dibawa oleh para rasul tentang keesaan Allah dan tentang kewajiban menyembah hanya kepada Allah, dan tentang adanya azab Allah di akhirat, dan kedua mereka mendustakan ayat-ayat Allah itu dan mengingkari nikmat-nikmat pemberian padahal Allah itulah yang menciptakan segala-galanya. Allah membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan telah menenggelamkan Firaun bersama pengikut-pengikutnya karena mereka kesemuanya adalah orang-orang yang zalim.
55 Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang kafir, karena mereka itu tidak beriman.(QS. 8:55)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 55
إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الَّذِينَ كَفَرُوا فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (55)
Sesungguhnya sejahat-jahatnya binatang (makhluk) yang melata di bumi menurut pandangan Allah ialah orang-orang kafir yang mempunyai dua sifat. Yaitu sifat pertama: Keadaan mereka terus-menerus dalam kekafiran dan berketetapan hati untuk selama-lamanya berada dalam keingkaran kepada Nabi sehingga tidak dapat diharapkan iman dari mereka, baik mengenai perorangannya maupun mengenai kaumnya. Mereka itu ada yang kedudukannya sebagai pemimpin yang selalu dengki kepada Rasulullah saw., membantah setiap ayat yang dalam Taurat yang menjadi saksi atas kebenarannya, padahal mereka dalam hati kecilnya meyakini bahwa Muhammad itu betul-betul utusan Allah, sehingga mengenal Nabi Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan yang menjadi pengikut-pengikut mereka adalah orang-orang yang dalam keadaan membabi buta mengikuti saja pemimpin-pemimpinnya dan tidak mau melihat bukti-bukti yang tersebut dalam kitab mereka. Dalam ayat ini Allah menyamakan mereka itu dengan binatang, bahkan lebih sesat dari binatang karena binatang-binatang itu ada manfaatnya bagi manusia, sedang mereka itu sama sekali tidak ada manfaatnya bagi dirinya maupun bagi orang lain. Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya:
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا (44)
Artinya:
Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).
(Q.S Al Furqan; 44)
Sifat kedua dari orang-orang Yahudi itu ialah suka melanggar perjanjian. Setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, maka dia adakan perjanjian dengan orang-orang Yahudi di Madinah di mana dalam perjanjian itu mereka dibiarkan menetap di Madinah dengan memeluk agamanya, dan mereka diberi jaminan keamanan bagi dirinya dan harta bendanya. Tetapi masing-masing kabilah Yahudi itu melanggar perjanjiannya. Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, bahwa orang-orang Yahudi Madinah itu yang melanggar janji adalah kabilah Bani Quraizah. Mereka telah melanggar janjinya kepada Rasulullah saw. karena memberi bantuan senjata kepada orang-orang kafir Quraisy waktu perang Badar. Kemudian mereka berkata: "Kami terlupa dan merasa berbuat kesalahan." Lalu Rasulullah saw. mengadakan perjanjian kedua, tetapi oleh mereka dilanggar pula dengan menghasut orang supaya memerangi Rasulullah ketika terjadi perang Khandak. Salah seorang kepalanya sengaja datang ke Mekah mengadakan perjanjian dengan orang-orang Quraisy untuk bersama-sama memerangi Nabi Muhammad saw.
56 (Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya).(QS. 8:56)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 56
الَّذِينَ عَاهَدْتَ مِنْهُمْ ثُمَّ يَنْقُضُونَ عَهْدَهُمْ فِي كُلِّ مَرَّةٍ وَهُمْ لَا يَتَّقُونَ (56)
Orang-orang Yahudi itu telah beberapa kali mengadakan perjanjian dengan kaum Muslimin tetapi mereka selalu mengkhianati janjinya itu dan mereka tidak takut kepada Allah menghadapi akibat-akibat pengkhianatan itu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Anfaal 56
الَّذِينَ عَاهَدْتَ مِنْهُمْ ثُمَّ يَنْقُضُونَ عَهْدَهُمْ فِي كُلِّ مَرَّةٍ وَهُمْ لَا يَتَّقُونَ (56)
(Yaitu orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka) hendaknya mereka jangan membantu orang-orang musyrik (sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya) di mana mereka melakukan perjanjian (dan mereka tidak takut) kepada Allah sewaktu mereka berbuat khianat.
57 Jika kamu menemui mereka dalam peperangan, maka cerai beraikanlah orang-orang yang di belakang mereka dengan (menumpas) mereka, supaya mereka mengambil pelajaran.(QS. 8:57)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 57
فَإِمَّا تَثْقَفَنَّهُمْ فِي الْحَرْبِ فَشَرِّدْ بِهِمْ مَنْ خَلْفَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (57)
Pada ayat ini Allah menjelaskan apa yang harus diperbuat kaum Muslimin setelah berkali-kali terjadi pelanggaran janji dari orang-orang Yahudi itu. Allah menjelaskan bahwa jika kaum Muslimin menemui mereka dalam peperangan, mereka harus dicerai-beraikan, dan demikian pula orang-orang yang ada di belakang mereka harus ditumpas pula agar mereka mengambil pelajaran daripada tindakan kaum Muslimin ini. Tindakan yang tegas dari kaum Muslimin pada mereka itu harus dapat menimbulkan kesan yang menakutkan bagi orang-orang yang berada di belakang mereka sehingga mereka tidak berani melanggar janjinya lagi.
Dalam ayat ini Allah memberi peringatan pula kepada kaum Muslimin supaya jangan tertipu untuk kedua kalinya setelah dikhianati pertama kali dan mereka memohon maaf. Mungkin timbul rasa belas kasihan di kalangan kaum Muslimin, jika mereka mohon diadakan perdamaian. Maka Allah dengan tegas menjelaskan bahwa kaum Muslimin tidak usah ragu-ragu untuk mengadakan tindakan yang tegas supaya pelanggaran-pelanggaran semacam itu tidak terulang kembali di belakang hari dan agar supaya orang-orang yang berada di belakang mereka mengambil pelajaran daripadanya.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa Nabi Muhammad saw. pernah berkhutbah di muka para sahabat dalam menghadapi pertempuran sebagai berikut: "Wahai sekalian manusia, janganlah kamu mencita-citakan (menginginkan) berjumpa dengan musuh dan mohonlah keselamatan kepada Allah. Akan tetapi bilamana kamu berjumpa dengan mereka, maka bertahanlah dengan kesabaran (dalam pertempuran) dan ketahuilah bahwa surga itu berada di bawah bayangan pedang." Kemudian beliau menambah dengan doa: "Ya Allah yang menurunkan Alquran, dan yang menjalankan awan di langit, hancurkanlah golongan-golongan musuh ini, cerai-beraikanlah mereka dan berilah pertolongan kepada kami untuk mengalahkan mereka."
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Anfaal 57
فَإِمَّا تَثْقَفَنَّهُمْ فِي الْحَرْبِ فَشَرِّدْ بِهِمْ مَنْ خَلْفَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (57)
(Jika) lafal immaa merupakan gabungan dari in syarthiyyah dan maa zaidah, kemudian keduanya diidgamkan sehingga jadilah immaa (kamu menemui mereka) menjumpai mereka (dalam peperangan, maka cerai-beraikanlah) hancurkanlah (orang-orang yang di belakang mereka dengan menumpas mereka) yang berada dalam barisan depan dengan membasmi dan menghukum mereka (supaya) orang-orang yang berada di belakang mereka (mengambil pelajaran) menjadikannya sebagai pelajaran buat mereka.
58 Dan jika kamu mengetahui pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.(QS. 8:58)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 58
وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ (58)
Jika kaum Muslimin merasa ada gejala-gejala pengkhianatan dari satu golongan musuh, maka haruslah dikembalikan perjanjian itu kepada mereka dan hendaklah mereka berusaha untuk menghalangi pengkhianatan itu sebelum terjadi dengan jalan mengembalikan perjanjian itu secara jujur disertai peringatan bahwa setelah adanya pengkhianatan itu pihak kaum muslimin tidak terikat lagi dengan janji-janji apa pun terhadap mereka. Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat, dan juga tidak membolehkan pengkhianatan secara mutlak.
Kaum Muslimin dilarang memerangi mereka sebelum ada pengumuman, bahwa perjanjian antara mereka dengan pihak lawan tidak berlaku lagi, karena adanya pengkhianatan. Hal ini perlu diumumkan supaya tidak ada tuduhan dari pihak musuh bahwa kaum Muslimin yang melanggar perjanjian. Setelah itu Allah swt. memberi peringatan pula kepada orang-orang yang berkhianat itu dengan azab yang akan menimpa diri mereka sebagai akibat daripada pengkhianatannya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Anfaal 58
وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ (58)
(Dan jika kamu merasa khawatir dari suatu kaum) yang telah mengadakan perjanjian denganmu (akan perbuatan khianat) terhadap janjinya melalui tanda-tanda yang terlihat jelas olehmu (maka kembalikanlah perjanjian itu) lemparkanlah perjanjian mereka itu (kepada mereka dengan cara yang jujur) lafal sawaaun menjadi kata keterangan, artinya: secara adil antara kamu dan mereka, supaya kedua belah pihak mengetahui bersama siapakah yang merusak perjanjian terlebih dahulu. Yaitu dengan cara kamu memberitahukan kepada mereka tentang pelanggaran tersebut, supaya mereka tidak menuduhmu berbuat khianat bila kamu mengadakan tindakan. (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat).
59 Dan janganlah orang-orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah).(QS. 8:59)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 59
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَبَقُوا إِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُونَ (59)
Dan janganlah orang-orang kafir itu mengira bahwa mereka dapat lolos dari akibat kekuasaan Allah, dan dapat selamat dari akibat kejahatan dan pengkhianatan mereka, karena sesungguhnya mereka sama sekali tidak dapat melemahkan Allah. Sebaliknya Allah akan memberi balasan kepada mereka di dunia dengan dikalahkan oleh Rasulullah dan kaum muslimin, sehingga mereka merasakan akibat pengkhianatannya, dan di akhirat pun mereka akan merasakan azab dari Allah yang lebih menghinakan.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Anfaal 59
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَبَقُوا إِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُونَ (59)
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang merasa dirinya dapat lolos dari kekuasaan Allah (Dan janganlah mengira) engkau hai Muhammad (orang-orang yang kafir itu bahwa mereka dapat lolos) dari kekuasaan Allah. (Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan Allah) artinya mereka justru tidak dapat meloloskan diri dari Allah. Menurut suatu qiraat dibaca tahsabanna, maf'ul pertamanya tidak disebutkan, yakni lafal anfusahum artinya: janganlah engkau mengira diri mereka hai Muhammad. Menurut qiraat yang lain, innahum dibaca annahum, dengan mentakdirkan lam lengkapnya liannahum.
60 Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya.(QS. 8:60)
إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الَّذِينَ كَفَرُوا فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (55)
Sesungguhnya sejahat-jahatnya binatang (makhluk) yang melata di bumi menurut pandangan Allah ialah orang-orang kafir yang mempunyai dua sifat. Yaitu sifat pertama: Keadaan mereka terus-menerus dalam kekafiran dan berketetapan hati untuk selama-lamanya berada dalam keingkaran kepada Nabi sehingga tidak dapat diharapkan iman dari mereka, baik mengenai perorangannya maupun mengenai kaumnya. Mereka itu ada yang kedudukannya sebagai pemimpin yang selalu dengki kepada Rasulullah saw., membantah setiap ayat yang dalam Taurat yang menjadi saksi atas kebenarannya, padahal mereka dalam hati kecilnya meyakini bahwa Muhammad itu betul-betul utusan Allah, sehingga mengenal Nabi Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan yang menjadi pengikut-pengikut mereka adalah orang-orang yang dalam keadaan membabi buta mengikuti saja pemimpin-pemimpinnya dan tidak mau melihat bukti-bukti yang tersebut dalam kitab mereka. Dalam ayat ini Allah menyamakan mereka itu dengan binatang, bahkan lebih sesat dari binatang karena binatang-binatang itu ada manfaatnya bagi manusia, sedang mereka itu sama sekali tidak ada manfaatnya bagi dirinya maupun bagi orang lain. Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya:
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا (44)
Artinya:
Apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).
(Q.S Al Furqan; 44)
Sifat kedua dari orang-orang Yahudi itu ialah suka melanggar perjanjian. Setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, maka dia adakan perjanjian dengan orang-orang Yahudi di Madinah di mana dalam perjanjian itu mereka dibiarkan menetap di Madinah dengan memeluk agamanya, dan mereka diberi jaminan keamanan bagi dirinya dan harta bendanya. Tetapi masing-masing kabilah Yahudi itu melanggar perjanjiannya. Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, bahwa orang-orang Yahudi Madinah itu yang melanggar janji adalah kabilah Bani Quraizah. Mereka telah melanggar janjinya kepada Rasulullah saw. karena memberi bantuan senjata kepada orang-orang kafir Quraisy waktu perang Badar. Kemudian mereka berkata: "Kami terlupa dan merasa berbuat kesalahan." Lalu Rasulullah saw. mengadakan perjanjian kedua, tetapi oleh mereka dilanggar pula dengan menghasut orang supaya memerangi Rasulullah ketika terjadi perang Khandak. Salah seorang kepalanya sengaja datang ke Mekah mengadakan perjanjian dengan orang-orang Quraisy untuk bersama-sama memerangi Nabi Muhammad saw.
56 (Yaitu) orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya).(QS. 8:56)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 56
الَّذِينَ عَاهَدْتَ مِنْهُمْ ثُمَّ يَنْقُضُونَ عَهْدَهُمْ فِي كُلِّ مَرَّةٍ وَهُمْ لَا يَتَّقُونَ (56)
Orang-orang Yahudi itu telah beberapa kali mengadakan perjanjian dengan kaum Muslimin tetapi mereka selalu mengkhianati janjinya itu dan mereka tidak takut kepada Allah menghadapi akibat-akibat pengkhianatan itu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Anfaal 56
الَّذِينَ عَاهَدْتَ مِنْهُمْ ثُمَّ يَنْقُضُونَ عَهْدَهُمْ فِي كُلِّ مَرَّةٍ وَهُمْ لَا يَتَّقُونَ (56)
(Yaitu orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka) hendaknya mereka jangan membantu orang-orang musyrik (sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya) di mana mereka melakukan perjanjian (dan mereka tidak takut) kepada Allah sewaktu mereka berbuat khianat.
57 Jika kamu menemui mereka dalam peperangan, maka cerai beraikanlah orang-orang yang di belakang mereka dengan (menumpas) mereka, supaya mereka mengambil pelajaran.(QS. 8:57)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 57
فَإِمَّا تَثْقَفَنَّهُمْ فِي الْحَرْبِ فَشَرِّدْ بِهِمْ مَنْ خَلْفَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (57)
Pada ayat ini Allah menjelaskan apa yang harus diperbuat kaum Muslimin setelah berkali-kali terjadi pelanggaran janji dari orang-orang Yahudi itu. Allah menjelaskan bahwa jika kaum Muslimin menemui mereka dalam peperangan, mereka harus dicerai-beraikan, dan demikian pula orang-orang yang ada di belakang mereka harus ditumpas pula agar mereka mengambil pelajaran daripada tindakan kaum Muslimin ini. Tindakan yang tegas dari kaum Muslimin pada mereka itu harus dapat menimbulkan kesan yang menakutkan bagi orang-orang yang berada di belakang mereka sehingga mereka tidak berani melanggar janjinya lagi.
Dalam ayat ini Allah memberi peringatan pula kepada kaum Muslimin supaya jangan tertipu untuk kedua kalinya setelah dikhianati pertama kali dan mereka memohon maaf. Mungkin timbul rasa belas kasihan di kalangan kaum Muslimin, jika mereka mohon diadakan perdamaian. Maka Allah dengan tegas menjelaskan bahwa kaum Muslimin tidak usah ragu-ragu untuk mengadakan tindakan yang tegas supaya pelanggaran-pelanggaran semacam itu tidak terulang kembali di belakang hari dan agar supaya orang-orang yang berada di belakang mereka mengambil pelajaran daripadanya.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa Nabi Muhammad saw. pernah berkhutbah di muka para sahabat dalam menghadapi pertempuran sebagai berikut: "Wahai sekalian manusia, janganlah kamu mencita-citakan (menginginkan) berjumpa dengan musuh dan mohonlah keselamatan kepada Allah. Akan tetapi bilamana kamu berjumpa dengan mereka, maka bertahanlah dengan kesabaran (dalam pertempuran) dan ketahuilah bahwa surga itu berada di bawah bayangan pedang." Kemudian beliau menambah dengan doa: "Ya Allah yang menurunkan Alquran, dan yang menjalankan awan di langit, hancurkanlah golongan-golongan musuh ini, cerai-beraikanlah mereka dan berilah pertolongan kepada kami untuk mengalahkan mereka."
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Anfaal 57
فَإِمَّا تَثْقَفَنَّهُمْ فِي الْحَرْبِ فَشَرِّدْ بِهِمْ مَنْ خَلْفَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (57)
(Jika) lafal immaa merupakan gabungan dari in syarthiyyah dan maa zaidah, kemudian keduanya diidgamkan sehingga jadilah immaa (kamu menemui mereka) menjumpai mereka (dalam peperangan, maka cerai-beraikanlah) hancurkanlah (orang-orang yang di belakang mereka dengan menumpas mereka) yang berada dalam barisan depan dengan membasmi dan menghukum mereka (supaya) orang-orang yang berada di belakang mereka (mengambil pelajaran) menjadikannya sebagai pelajaran buat mereka.
58 Dan jika kamu mengetahui pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.(QS. 8:58)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 58
وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ (58)
Jika kaum Muslimin merasa ada gejala-gejala pengkhianatan dari satu golongan musuh, maka haruslah dikembalikan perjanjian itu kepada mereka dan hendaklah mereka berusaha untuk menghalangi pengkhianatan itu sebelum terjadi dengan jalan mengembalikan perjanjian itu secara jujur disertai peringatan bahwa setelah adanya pengkhianatan itu pihak kaum muslimin tidak terikat lagi dengan janji-janji apa pun terhadap mereka. Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat, dan juga tidak membolehkan pengkhianatan secara mutlak.
Kaum Muslimin dilarang memerangi mereka sebelum ada pengumuman, bahwa perjanjian antara mereka dengan pihak lawan tidak berlaku lagi, karena adanya pengkhianatan. Hal ini perlu diumumkan supaya tidak ada tuduhan dari pihak musuh bahwa kaum Muslimin yang melanggar perjanjian. Setelah itu Allah swt. memberi peringatan pula kepada orang-orang yang berkhianat itu dengan azab yang akan menimpa diri mereka sebagai akibat daripada pengkhianatannya.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Anfaal 58
وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِنْ قَوْمٍ خِيَانَةً فَانْبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَى سَوَاءٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ (58)
(Dan jika kamu merasa khawatir dari suatu kaum) yang telah mengadakan perjanjian denganmu (akan perbuatan khianat) terhadap janjinya melalui tanda-tanda yang terlihat jelas olehmu (maka kembalikanlah perjanjian itu) lemparkanlah perjanjian mereka itu (kepada mereka dengan cara yang jujur) lafal sawaaun menjadi kata keterangan, artinya: secara adil antara kamu dan mereka, supaya kedua belah pihak mengetahui bersama siapakah yang merusak perjanjian terlebih dahulu. Yaitu dengan cara kamu memberitahukan kepada mereka tentang pelanggaran tersebut, supaya mereka tidak menuduhmu berbuat khianat bila kamu mengadakan tindakan. (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat).
59 Dan janganlah orang-orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah).(QS. 8:59)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 59
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَبَقُوا إِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُونَ (59)
Dan janganlah orang-orang kafir itu mengira bahwa mereka dapat lolos dari akibat kekuasaan Allah, dan dapat selamat dari akibat kejahatan dan pengkhianatan mereka, karena sesungguhnya mereka sama sekali tidak dapat melemahkan Allah. Sebaliknya Allah akan memberi balasan kepada mereka di dunia dengan dikalahkan oleh Rasulullah dan kaum muslimin, sehingga mereka merasakan akibat pengkhianatannya, dan di akhirat pun mereka akan merasakan azab dari Allah yang lebih menghinakan.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Anfaal 59
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَبَقُوا إِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُونَ (59)
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang merasa dirinya dapat lolos dari kekuasaan Allah (Dan janganlah mengira) engkau hai Muhammad (orang-orang yang kafir itu bahwa mereka dapat lolos) dari kekuasaan Allah. (Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan Allah) artinya mereka justru tidak dapat meloloskan diri dari Allah. Menurut suatu qiraat dibaca tahsabanna, maf'ul pertamanya tidak disebutkan, yakni lafal anfusahum artinya: janganlah engkau mengira diri mereka hai Muhammad. Menurut qiraat yang lain, innahum dibaca annahum, dengan mentakdirkan lam lengkapnya liannahum.
60 Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya.(QS. 8:60)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 60
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ (60)
Untuk menghadapi pengkhianatan kaum Yahudi dan persekongkolan mereka dengan kaum musyrikin karena ingin menghancurkan kaum Muslimin Allah memerintahkan pada ayat ini agar kaum Muslimin menyiapkan kekuatan guna menghadapi musuh-musuh Islam, baik musuh yang nyata yang telah mereka ketahui, maupun yang belum menyatakan permusuhannya secara terang-terangan. Pertama-tama sekali yang harus dibina ialah kekuatan iman yang akan menjadikan mereka percaya dan berkeyakinan bahwa mereka adalah pembela kebenaran, penegak kalimat Allah di muka bumi dan mereka pasti menang dalam menghadapi dan membasmi kezaliman dan keangkaramurkaan. Kekuatan iman yang sempurna inilah yang dapat membina kekuatan mental yang selalu ditanamkan pada hati segenap rakyat agar mereka benar-benar menjadi bangsa yang tangguh dan perkasa dalam menghadapi berbagai macam kesulitan dan cobaan. Bangsa yang kuat mentalnya tidak akan dapat dikalahkan oleh bangsa lain bagaimana pun sempurnanya peralatan dan senjata mereka. Hal ini telah dibuktikan dalam perang Badar di mana tentara kaum musyrikin jauh lebih besar jumlah dan persenjataannya. Mereka dapat dipukul mundur oleh tentara Islam yang sedikit jumlahnya dan amat kurang persenjataannya tetapi kuat mental dan teguh imannya.
Di samping kekuatan mental harus pula dipersiapkan kekuatan fisik karena kedua kekuatan ini harus digabung menjadi satu, kekuatan fisik saja akan kurang keampuhannya bila tidak disertai dengan kekuatan mental. Demikian pula sebaliknya kekuatan mental saja tidak akan berdaya bila tidak ditunjang oleh kekuatan fisik.
Dalam ayat ini Allah memerintahkan supaya kaum muslimin mempersiapkan tentara berkuda yang ditempatkan pada tempat strategis, siap untuk menggempur dan menghancurkan setiap serangan musuh dari mana pun datangnya. Pada masa Nabi pasukan berkuda inilah yang amat tinggi nilainya dan amat besar keampuhannya. Suatu negeri yang mempunyai pasukan berkuda yang besar akan disegani oleh negeri-negeri lain, dan negeri lain itu akan berpikir-pikir lebih dulu bila akan menyerang negeri itu. Pada masa sekarang pasukan berkuda itu (kavaleri) telah digantikan oleh pasukan tank baja, malah peperangan di masa kini sudah lain corak dan bentuknya dari peperangan masa dulu. Alat senjata yang dipergunakan sudah bermacam pula, berupa armada udara, armada laut, bahkan sampai mempergunakan roket-roket berkepala nuklir. Jika di masa Nabi Muhammad saw. Allah memerintahkan supaya mempersiapkan pasukan berkuda, maka pada masa sekarang haruslah kaum muslimin mempersiapkan berbagai senjata modern untuk mempertahankan negaranya dari serangan musuh. Sebagaimana diketahui senjata-senjata modern sekarang ini adalah hasil dari kemajuan tekhnologi. Maka wajiblah umat Islam berusaha mencapai ilmu pengetahuan setinggi-tingginya dan menguasai tekhnologi dan selalu mengikuti perkembangan dan kemajuannya. Untuk mencapai ilmu tekhnologi yang tinggi kita memerlukan biaya yang tidak tanggung-tanggung besarnya. Maka wajiblah pula kita mempercepat kemajuan ekonomi dan memperbesar penghasilan rakyat. Dengan demikian akan mudahlah bagi rakyat menafkahkan sebagian hartanya untuk kepentingan dan pertahanan negaranya.
Suatu negara yang kuat mentalnya, kuat pertahanannya dan kuat pula perekonomiannya pasti akan disegani oleh negara lain dan mereka tidak berani memusuhinya apalagi menyerangnya. Inilah yang dituntut Allah dari kaum muslimin di masa sekarang sekalipun kita belum melihat siapa musuh kita yang akan menghancurkan kita, tetapi siapa tahu yang kita anggap bukan musuh karena tidak ada tanda-tanda permusuhan, dialah yang menjadi musuh utama kita. Allahlah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Anjuran menafkahkan harta fi sabilillah karena sangat pentingnya terdapat dalam beberapa ayat dalam Alquran di antaranya firman Allah:
وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (195)
Artinya:
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
(Q.S Al Baqarah; 195)
Dan firman Allah swt.:
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (265)
Artinya:
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka seperti sebuah kebun yang terletak di daratan tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiramnya, maka hujan gerimis pun memadai. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
(Q.S Al Baqarah: 265)
Allah menjanjikan pahala yang besar kepada setiap orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, dan juga Dia akan menyempurnakan balasan bagi orang yang menafkahkan, dan dia tidak akan dirugikan sedikit pun disebabkan bernafkah itu. Sebab dengan bernafkah ia akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Dan di samping itu negerinya akan terhindar dari kekejaman dan pemerasan musuh karena kuatnya pertahanan negara. Dengan demikian dia akan hidup aman sentosa dalam suatu negara yang makmur, kuat dan tangguh, diridai dan dilindungi oleh Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengampun.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Anfaal 60
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ (60)
(Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka) untuk memerangi mereka (kekuatan apa saja yang kalian sanggupi) Rasulullah saw. menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan kekuatan adalah ar-ramyu atau pasukan pemanah. Demikianlah menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (dan dari kuda-kuda yang ditambat) lafal ribath berbentuk mashdar, artinya kuda-kuda yang sengaja disediakan untuk berperang di jalan Allah (untuk membuat takut) kalian membuat gentar (dengan adanya persiapan itu musuh Allah dan musuh kalian) artinya orang-orang kafir Mekah (dan orang-orang yang selain mereka) terdiri dari orang-orang munafik atau orang-orang Yahudi (yang kalian tidak mengetahuinya sedangkan Allah mengetahuinya. Apa saja yang kalian nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalaskan kepada kalian dengan balasan yang cukup) yakni pahalanya (dan kalian tidak akan dianiaya) tidak akan dikurangi sedikit pun dari pahala kalian.
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ (60)
Untuk menghadapi pengkhianatan kaum Yahudi dan persekongkolan mereka dengan kaum musyrikin karena ingin menghancurkan kaum Muslimin Allah memerintahkan pada ayat ini agar kaum Muslimin menyiapkan kekuatan guna menghadapi musuh-musuh Islam, baik musuh yang nyata yang telah mereka ketahui, maupun yang belum menyatakan permusuhannya secara terang-terangan. Pertama-tama sekali yang harus dibina ialah kekuatan iman yang akan menjadikan mereka percaya dan berkeyakinan bahwa mereka adalah pembela kebenaran, penegak kalimat Allah di muka bumi dan mereka pasti menang dalam menghadapi dan membasmi kezaliman dan keangkaramurkaan. Kekuatan iman yang sempurna inilah yang dapat membina kekuatan mental yang selalu ditanamkan pada hati segenap rakyat agar mereka benar-benar menjadi bangsa yang tangguh dan perkasa dalam menghadapi berbagai macam kesulitan dan cobaan. Bangsa yang kuat mentalnya tidak akan dapat dikalahkan oleh bangsa lain bagaimana pun sempurnanya peralatan dan senjata mereka. Hal ini telah dibuktikan dalam perang Badar di mana tentara kaum musyrikin jauh lebih besar jumlah dan persenjataannya. Mereka dapat dipukul mundur oleh tentara Islam yang sedikit jumlahnya dan amat kurang persenjataannya tetapi kuat mental dan teguh imannya.
Di samping kekuatan mental harus pula dipersiapkan kekuatan fisik karena kedua kekuatan ini harus digabung menjadi satu, kekuatan fisik saja akan kurang keampuhannya bila tidak disertai dengan kekuatan mental. Demikian pula sebaliknya kekuatan mental saja tidak akan berdaya bila tidak ditunjang oleh kekuatan fisik.
Dalam ayat ini Allah memerintahkan supaya kaum muslimin mempersiapkan tentara berkuda yang ditempatkan pada tempat strategis, siap untuk menggempur dan menghancurkan setiap serangan musuh dari mana pun datangnya. Pada masa Nabi pasukan berkuda inilah yang amat tinggi nilainya dan amat besar keampuhannya. Suatu negeri yang mempunyai pasukan berkuda yang besar akan disegani oleh negeri-negeri lain, dan negeri lain itu akan berpikir-pikir lebih dulu bila akan menyerang negeri itu. Pada masa sekarang pasukan berkuda itu (kavaleri) telah digantikan oleh pasukan tank baja, malah peperangan di masa kini sudah lain corak dan bentuknya dari peperangan masa dulu. Alat senjata yang dipergunakan sudah bermacam pula, berupa armada udara, armada laut, bahkan sampai mempergunakan roket-roket berkepala nuklir. Jika di masa Nabi Muhammad saw. Allah memerintahkan supaya mempersiapkan pasukan berkuda, maka pada masa sekarang haruslah kaum muslimin mempersiapkan berbagai senjata modern untuk mempertahankan negaranya dari serangan musuh. Sebagaimana diketahui senjata-senjata modern sekarang ini adalah hasil dari kemajuan tekhnologi. Maka wajiblah umat Islam berusaha mencapai ilmu pengetahuan setinggi-tingginya dan menguasai tekhnologi dan selalu mengikuti perkembangan dan kemajuannya. Untuk mencapai ilmu tekhnologi yang tinggi kita memerlukan biaya yang tidak tanggung-tanggung besarnya. Maka wajiblah pula kita mempercepat kemajuan ekonomi dan memperbesar penghasilan rakyat. Dengan demikian akan mudahlah bagi rakyat menafkahkan sebagian hartanya untuk kepentingan dan pertahanan negaranya.
Suatu negara yang kuat mentalnya, kuat pertahanannya dan kuat pula perekonomiannya pasti akan disegani oleh negara lain dan mereka tidak berani memusuhinya apalagi menyerangnya. Inilah yang dituntut Allah dari kaum muslimin di masa sekarang sekalipun kita belum melihat siapa musuh kita yang akan menghancurkan kita, tetapi siapa tahu yang kita anggap bukan musuh karena tidak ada tanda-tanda permusuhan, dialah yang menjadi musuh utama kita. Allahlah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Anjuran menafkahkan harta fi sabilillah karena sangat pentingnya terdapat dalam beberapa ayat dalam Alquran di antaranya firman Allah:
وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (195)
Artinya:
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
(Q.S Al Baqarah; 195)
Dan firman Allah swt.:
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (265)
Artinya:
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka seperti sebuah kebun yang terletak di daratan tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiramnya, maka hujan gerimis pun memadai. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
(Q.S Al Baqarah: 265)
Allah menjanjikan pahala yang besar kepada setiap orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, dan juga Dia akan menyempurnakan balasan bagi orang yang menafkahkan, dan dia tidak akan dirugikan sedikit pun disebabkan bernafkah itu. Sebab dengan bernafkah ia akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Dan di samping itu negerinya akan terhindar dari kekejaman dan pemerasan musuh karena kuatnya pertahanan negara. Dengan demikian dia akan hidup aman sentosa dalam suatu negara yang makmur, kuat dan tangguh, diridai dan dilindungi oleh Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengampun.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Anfaal 60
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ (60)
(Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka) untuk memerangi mereka (kekuatan apa saja yang kalian sanggupi) Rasulullah saw. menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan kekuatan adalah ar-ramyu atau pasukan pemanah. Demikianlah menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (dan dari kuda-kuda yang ditambat) lafal ribath berbentuk mashdar, artinya kuda-kuda yang sengaja disediakan untuk berperang di jalan Allah (untuk membuat takut) kalian membuat gentar (dengan adanya persiapan itu musuh Allah dan musuh kalian) artinya orang-orang kafir Mekah (dan orang-orang yang selain mereka) terdiri dari orang-orang munafik atau orang-orang Yahudi (yang kalian tidak mengetahuinya sedangkan Allah mengetahuinya. Apa saja yang kalian nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalaskan kepada kalian dengan balasan yang cukup) yakni pahalanya (dan kalian tidak akan dianiaya) tidak akan dikurangi sedikit pun dari pahala kalian.
<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH DAFTAR SURAH AL -ANFAL>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar