<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH DAFTAR SURAH AT-TAUBAH>>
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=2&SuratKe=9#Top
21. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keredhaan dan syurga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal,(QS. 9:21)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 21
وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya:
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga Aden. Dan keridaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.
(Q.S. At Taubah :72)
Hal ini disebutkan juga dalam hadis Nabi Muhammad saw.:
إن الله يقول لأهل الجنة: يا أهل الجنة فيقولون: لبيك ربنا وسعديك فيقول: هل رضيتم؟ فيقولون: وما لنا لا نرضى وقد أعطتينا ما لم تعط احدا من خلقك فيقول: انا أعطيكم افضل من ذلك فيقولون ربنا وأي شيء أفضل من ذلك؟ فيقول: أحل عليكم رضواني فلا أسخط عليكم بعده أبدا
Artinya:
Allah berkata kepada ahli surga, "Wahai ahli surga!" Mereka menjawab, "Kami patuh kepada Engkau ya Tuhan kami." Allah berkata, "Apakah kamu sekalian telah rida?" Mereka menjawab, "Bagaimanakah kami tidak akan rida sedangkan Kami telah Engkau karuniakan sesuatu yang belum pernah Engkau karuniakan kepada siapa pun?" Allah berkata lagi, "Aku akan memberikan kepadamu sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Kuberikan." Mereka bertanya, "Ya Tuhan kami pemberian apakah yang lebih utama itu?" Allah berkata, "Aku telah meridai kamu sekalian dan tidak akan memurkaimu sesudah itu selama-lamanya."
(H.R. Bukhari, Muslim, Tirmizi, dan Nasa'i dari Abi Said Al-Khudri)
يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُقِيمٌ (21)
Ayat ini menerangkan, bahwa Allah swt. memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang berhijrah dan berjihad fisabilillah akan mendapat balasan berupa rahmat yang luas, keridaan yang sempurna dan surga yang menjadi tempat tinggal mereka selama lamanya. Di dalamnya mereka akan menerima segala macam kenikmatan yang kekal dan abadi. Sebesar-besar pahala dari Allah swt. adalah memperoleh rida-Nya sebagaimana firman-Nya:وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya:
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga Aden. Dan keridaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.
(Q.S. At Taubah :72)
Hal ini disebutkan juga dalam hadis Nabi Muhammad saw.:
إن الله يقول لأهل الجنة: يا أهل الجنة فيقولون: لبيك ربنا وسعديك فيقول: هل رضيتم؟ فيقولون: وما لنا لا نرضى وقد أعطتينا ما لم تعط احدا من خلقك فيقول: انا أعطيكم افضل من ذلك فيقولون ربنا وأي شيء أفضل من ذلك؟ فيقول: أحل عليكم رضواني فلا أسخط عليكم بعده أبدا
Artinya:
Allah berkata kepada ahli surga, "Wahai ahli surga!" Mereka menjawab, "Kami patuh kepada Engkau ya Tuhan kami." Allah berkata, "Apakah kamu sekalian telah rida?" Mereka menjawab, "Bagaimanakah kami tidak akan rida sedangkan Kami telah Engkau karuniakan sesuatu yang belum pernah Engkau karuniakan kepada siapa pun?" Allah berkata lagi, "Aku akan memberikan kepadamu sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Kuberikan." Mereka bertanya, "Ya Tuhan kami pemberian apakah yang lebih utama itu?" Allah berkata, "Aku telah meridai kamu sekalian dan tidak akan memurkaimu sesudah itu selama-lamanya."
(H.R. Bukhari, Muslim, Tirmizi, dan Nasa'i dari Abi Said Al-Khudri)
22. mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.(QS. 9:22)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 22
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (22)
Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan selanjutnya bahwa orang-orang yang memperoleh karunia tersebut akan tetap tinggal di dalam surga untuk selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah telah tersedia pahala yang sangat besar bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh terutama bagi orang-orang yang beriman dengan berhijrah dan berjihad dengan harta dan jiwa raganya.23. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali (mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.(QS. 9:23)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 23
Di dalam ayat ini Allah swt. melarang orang yang beriman menjadikan ibu bapak dan saudara-saudara mereka yang masih kafir menjadi pemimpin karena dikhawatirkan mereka akan mengetahui keadaan kaum muslim dan kekuatan persiapannya. Perbuatan yang serupa itu akan berarti kekuatan bagi kaum kafir untuk menentang kaum Muslimin.
Orang-orang mukmin yang tidak menaati larangan itu, yaitu di dalam keadaan perang, mereka masih membantu orang-orang kafir karena yang dibantu itu ada hubungan kekeluargaan. Orang yang demikian itu adalah orang yang lalim terhadap dirinya dan terhadap pengikut-pengikutnya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى الْإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (23)
Ayat ini diturunkan sehubungan dengan sikap sebagian kaum Muslimin sewaktu diperintah hijrah ke Madinah, mereka menjawab: "Jika kami hijrah, putuslah hubungan kami dengan orang-orang tua kami, anak-anak dan famili-famili kami, hancurlah perdagangan kami dan akhirnya kami menjadi orang yang sia-sia."Di dalam ayat ini Allah swt. melarang orang yang beriman menjadikan ibu bapak dan saudara-saudara mereka yang masih kafir menjadi pemimpin karena dikhawatirkan mereka akan mengetahui keadaan kaum muslim dan kekuatan persiapannya. Perbuatan yang serupa itu akan berarti kekuatan bagi kaum kafir untuk menentang kaum Muslimin.
Orang-orang mukmin yang tidak menaati larangan itu, yaitu di dalam keadaan perang, mereka masih membantu orang-orang kafir karena yang dibantu itu ada hubungan kekeluargaan. Orang yang demikian itu adalah orang yang lalim terhadap dirinya dan terhadap pengikut-pengikutnya.
24. Katakanlah: `Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.` Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.(QS. 9:24)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 24
1. Bahwa cinta anak terhadap bapak adalah naluri yang ada pada tiap-tiap diri manusia. Anak sebagai keturunan dari bapaknya adalah mewarisi sebagian sifat-sifat dari tabiat-tabiat bapaknya.
2. Bahwa cinta bapak kepada anaknya adalah naluri juga, bahkan lebih mendalam lagi karena anak merupakan jantung hati yang diharapkan melanjutkan keturunan dan meneruskan sejarah hidupnya. Dalam hal ini bapak rela menanggung segala macam pengorbanan untuk kebahagiaan masa depan anaknya.
3. Bahwa cinta kepada saudara dan karib kerabat adalah suatu cinta yang berjalan dalam rangka pelaksanaan hidup dan kehidupan tolong-menolong, bantu-membantu dan bela-membela baik kehidupan rumah tangga maupun kehidupan bermasyarakat. Cinta yang demikian itu akan menumbuhkan perasaan hormat-menghormati dan sayang-menyayangi.
4. Bahwa cinta suami istri adalah cinta yang terpadu antara dua jenis makhluk yang akan membina keturunan dan membangun rumah tangga untuk kebahagiaan hidup dan kehidupan dalam dunia dan akhirat. Oleh karena itu keutuhan hubungan suami istri yang harmonis menjadi pokok bagi kerukunan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan yang diidam-idamkan.
5. Bahwa cinta terhadap harta dalam segala jenis bentuknya baik harta usaha, warisan, perdagangan maupun rumah tempat tinggal dan lain-lain adalah cinta yang sudah menjadi tabiat manusia. Semua yang dicintai merupakan kebutuhan yang tidak dapat terpisahkan bagi hidup dan kehidupan manusia yang diusahakannya dengan menempuh segala jalan yang dihalalkan Allah swt. Adapun cinta kepada Allah swt. wajib didahulukan daripada segala macam cinta tersebut di atas karena Dialah yang memberi hidup dan kehidupan dengan segala macam karunia-Nya kepada manusia dan Dialah yang bersifat sempurna dan Maha Suci dari segala kekurangan. Begitu juga cinta kepada Rasulullah saw. haruslah lebih dahulu diutamakan pula karena Rasulullah saw. itu diutus Allah swt. untuk membawa petunjuk dan menjadi rahmat bagi alam semesta.
Firman Allah:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
Artinya:
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.
(Q.S. Ali Imran: 31)
Dan sabda Rasulullah saw.:
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين
Artinya:
Tidaklah sempurna iman salah seorang kamu sebelum ia mencintai aku lebih dari mencintai orang tuanya, anak anaknya dan manusia seluruhnya.
(H.R. Bukhari, dan Muslim dari Anas)
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ (24)
Pada ayat ini Allah memberikan peringatan bahwa jika orang-orang yang beriman lebih mencintai bapak-bapaknya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, istri-istrinya, kaum keluarganya, harta kekayaannya, perniagaannya dan rumah-rumahnya daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berjihad menegakkan Asma-Nya, maka biarlah mereka berbuat demikian sampai datang saatnya, bahwa Allah akan mendatangkan siksa kepada mereka cepat atau lambat, mereka yang bersikap demikian itu adalah orang-orang fasik yang tidak akan mendapat hidayah dari Allah swt. Dengan demikian ayat ini memberi peringatan sebagai berikut:1. Bahwa cinta anak terhadap bapak adalah naluri yang ada pada tiap-tiap diri manusia. Anak sebagai keturunan dari bapaknya adalah mewarisi sebagian sifat-sifat dari tabiat-tabiat bapaknya.
2. Bahwa cinta bapak kepada anaknya adalah naluri juga, bahkan lebih mendalam lagi karena anak merupakan jantung hati yang diharapkan melanjutkan keturunan dan meneruskan sejarah hidupnya. Dalam hal ini bapak rela menanggung segala macam pengorbanan untuk kebahagiaan masa depan anaknya.
3. Bahwa cinta kepada saudara dan karib kerabat adalah suatu cinta yang berjalan dalam rangka pelaksanaan hidup dan kehidupan tolong-menolong, bantu-membantu dan bela-membela baik kehidupan rumah tangga maupun kehidupan bermasyarakat. Cinta yang demikian itu akan menumbuhkan perasaan hormat-menghormati dan sayang-menyayangi.
4. Bahwa cinta suami istri adalah cinta yang terpadu antara dua jenis makhluk yang akan membina keturunan dan membangun rumah tangga untuk kebahagiaan hidup dan kehidupan dalam dunia dan akhirat. Oleh karena itu keutuhan hubungan suami istri yang harmonis menjadi pokok bagi kerukunan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan yang diidam-idamkan.
5. Bahwa cinta terhadap harta dalam segala jenis bentuknya baik harta usaha, warisan, perdagangan maupun rumah tempat tinggal dan lain-lain adalah cinta yang sudah menjadi tabiat manusia. Semua yang dicintai merupakan kebutuhan yang tidak dapat terpisahkan bagi hidup dan kehidupan manusia yang diusahakannya dengan menempuh segala jalan yang dihalalkan Allah swt. Adapun cinta kepada Allah swt. wajib didahulukan daripada segala macam cinta tersebut di atas karena Dialah yang memberi hidup dan kehidupan dengan segala macam karunia-Nya kepada manusia dan Dialah yang bersifat sempurna dan Maha Suci dari segala kekurangan. Begitu juga cinta kepada Rasulullah saw. haruslah lebih dahulu diutamakan pula karena Rasulullah saw. itu diutus Allah swt. untuk membawa petunjuk dan menjadi rahmat bagi alam semesta.
Firman Allah:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
Artinya:
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.
(Q.S. Ali Imran: 31)
Dan sabda Rasulullah saw.:
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين
Artinya:
Tidaklah sempurna iman salah seorang kamu sebelum ia mencintai aku lebih dari mencintai orang tuanya, anak anaknya dan manusia seluruhnya.
(H.R. Bukhari, dan Muslim dari Anas)
25. Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.(QS. 9:25)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 25
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Baihaqi dan lain-lain dari Aksam bin Aljan bahwa peperangan Hunain itu terjadi pada tahun kedelapan Hijrah, sesudah penaklukan Mekah di suatu tempat yang bernama Hunain, yaitu suatu lembah terletak antara Mekah dan Taif. Tentara kaum Muslimin berjumlah 12.000 orang, sedang tentara orang kafir hanya 4.000 orang saja. Pada peperangan ini kaum Muslimin mengalami kekalahan sampai mundur, tetapi akhirnya turunlah pertolongan Allah dan menanglah kaum Muslimin.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Al-Barra' bin Azib r.a. yang menggambarkan suasana perang Hunain. Yaitu seorang laki-laki dari Qais bertanya: "Hai Abu Ammarah, apakah kamu turut meninggalkan Rasulullah pada perang Hunain?" Abu Ammarah menjawab: "Rasulullah tidak lari sekalipun orang-orang Hunain, tukang pemanah yang jitu dan pihak musuh dapat melancarkan serangannya, tetapi masih dapat kami lumpuhkan." Pada waktu kaum Muslimin sedang berebutan harta rampasan, maka musuh menghujani mereka dengan anak panah sehingga kaum Muslimin menderita kekalahan dan musuh mendapat kemenangan. Di waktu itu aku lihat Rasulullah saw. berkuda tampil ke muka sambil mengatakan dengan secara gagah berani: "Akulah nabi, anak Abdul Muttalib, jangan ragu, ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu."
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 25
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (25)
(Sesungguhnya Allah telah menolong kalian di tempat-tempat) peperangan (yang banyak) seperti dalam perang Badar, perang melawan Bani Quraizhah dan perang melawan Bani Nadhir (dan) ingatlah (peperangan Hunain) Hunain adalah nama sebuah lembah yang terletak di antara kota Mekah dan Thaif. Artinya ingatlah sewaktu kalian berperang melawan orang-orang Hawazin, yaitu dalam bulan Syawal, tahun 8 Hijriah (yaitu di waktu) lafal idz menjadi kata ganti dari lafal yaum (kalian menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian) lalu pada saat itu kalian mengatakan bahwa kami tidak akan dapat dikalahkan oleh golongan yang sedikit. Pada saat itu jumlah pasukan kaum Muslimin ada dua belas ribu orang sedangkan pasukan orang kafir hanya berjumlah empat ribu orang (maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikit pun dan bumi yang luas itu telah terasa sempit oleh kalian) huruf maa adalah mashdariyah, artinya sekalipun bumi itu luas tetapi kalian tidak dapat menemukan tempat yang aman sebagai akibat dari pengaruh rasa takut yang menimpa pada saat itu (kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai-berai) karena terpukul akan tetapi Nabi saw. tetap bertahan pada posisinya seraya menaiki kendaraan bagal putihnya dan tiada yang menemaninya selain Abbas serta Abu Sofyan yang memegang tali kendali kendaraan beliau.
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (25)
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang mukminin mendapat pertolongan yang banyak dari Allah di dalam peperangan menghadapi kaum musyrikin yang menghalang-halangi tersiarnya agama Islam. Pertolongan itu adalah berupa kemenangan yang sempurna baik cepat maupun lambat, seperti perang Badar yang mendapat kemenangan yang besar, dan perang Hunain yang pada mulanya kalah kemudian menang. Pada perang Hunain itu kaum Muslimin memiliki tentara yang sangat banyak, sedang orang kafir memiliki tentara dalam jumlah yang lebih kecil dari tentara kaum Muslimin. Dengan jumlah tentara yang banyak itu kaum Muslimin merasa bangga dan merasa tidak akan dapat dikalahkan, tetapi kenyataan tidak demikian kaum Muslimin dipukul mundur oleh orang kafir, seolah-olah tentara yang banyak, harta serta persiapan perang yang demikian lengkapnya tidak berguna sedikit pun sehingga terasa bagi mereka bahwa bumi yang luas ini telah menjadi sempit yang menyebabkan mereka lari ke belakang dalam keadaan bercerai-berai.Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Baihaqi dan lain-lain dari Aksam bin Aljan bahwa peperangan Hunain itu terjadi pada tahun kedelapan Hijrah, sesudah penaklukan Mekah di suatu tempat yang bernama Hunain, yaitu suatu lembah terletak antara Mekah dan Taif. Tentara kaum Muslimin berjumlah 12.000 orang, sedang tentara orang kafir hanya 4.000 orang saja. Pada peperangan ini kaum Muslimin mengalami kekalahan sampai mundur, tetapi akhirnya turunlah pertolongan Allah dan menanglah kaum Muslimin.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Al-Barra' bin Azib r.a. yang menggambarkan suasana perang Hunain. Yaitu seorang laki-laki dari Qais bertanya: "Hai Abu Ammarah, apakah kamu turut meninggalkan Rasulullah pada perang Hunain?" Abu Ammarah menjawab: "Rasulullah tidak lari sekalipun orang-orang Hunain, tukang pemanah yang jitu dan pihak musuh dapat melancarkan serangannya, tetapi masih dapat kami lumpuhkan." Pada waktu kaum Muslimin sedang berebutan harta rampasan, maka musuh menghujani mereka dengan anak panah sehingga kaum Muslimin menderita kekalahan dan musuh mendapat kemenangan. Di waktu itu aku lihat Rasulullah saw. berkuda tampil ke muka sambil mengatakan dengan secara gagah berani: "Akulah nabi, anak Abdul Muttalib, jangan ragu, ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu."
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 25
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (25)
(Sesungguhnya Allah telah menolong kalian di tempat-tempat) peperangan (yang banyak) seperti dalam perang Badar, perang melawan Bani Quraizhah dan perang melawan Bani Nadhir (dan) ingatlah (peperangan Hunain) Hunain adalah nama sebuah lembah yang terletak di antara kota Mekah dan Thaif. Artinya ingatlah sewaktu kalian berperang melawan orang-orang Hawazin, yaitu dalam bulan Syawal, tahun 8 Hijriah (yaitu di waktu) lafal idz menjadi kata ganti dari lafal yaum (kalian menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian) lalu pada saat itu kalian mengatakan bahwa kami tidak akan dapat dikalahkan oleh golongan yang sedikit. Pada saat itu jumlah pasukan kaum Muslimin ada dua belas ribu orang sedangkan pasukan orang kafir hanya berjumlah empat ribu orang (maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikit pun dan bumi yang luas itu telah terasa sempit oleh kalian) huruf maa adalah mashdariyah, artinya sekalipun bumi itu luas tetapi kalian tidak dapat menemukan tempat yang aman sebagai akibat dari pengaruh rasa takut yang menimpa pada saat itu (kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai-berai) karena terpukul akan tetapi Nabi saw. tetap bertahan pada posisinya seraya menaiki kendaraan bagal putihnya dan tiada yang menemaninya selain Abbas serta Abu Sofyan yang memegang tali kendali kendaraan beliau.
26. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.(QS. 9:26)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 26
Firman Allah swt.:
قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ
Artinya:
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka.
(Q.S. At Taubah: 14)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 26
ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ (26)
(Kemudian Allah menurunkan ketenangan) rasa aman (kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang Mukmin) sehingga mereka kembali lagi bergabung dengan Nabi saw. sewaktu Abbas memanggil/menyeru mereka atas instruksi dari Nabi, lalu mereka meneruskan peperangan itu (dan Allah menurunkan bala tentara yang kalian tiada melihatnya) yakni para malaikat (dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang kafir) sehingga banyak di antara mereka yang terbunuh dan tertawan (dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang kafir).
ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ (26)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa sesudah kaum Muslimin sedih dan duka cita akibat kekalahan dalam peperangan Hunain, maka Allah menurunkan pertolongan kepada mereka yang merupakan ketetapan hati dan mendatangkan bala tentara yang tak dapat mereka lihat. Bala tentara itu terdiri dari malaikat-malaikat yang gagah perkasa. Perasaan sedih dan berduka cita bagi kaum Muslimin berubah menjadi tenang, berani dan maju ke depan. Akhirnya orang-orang kafir menderita kekalahan, dibunuh, ditawan dan hartanya menjadi rampasan. Kekalahan itu adalah merupakan azab bagi mereka itulah balasan atas kekafiran mereka dan balasan atas permusuhan mereka terhadap kaum Muslimin.Firman Allah swt.:
قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ
Artinya:
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka.
(Q.S. At Taubah: 14)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 26
ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ (26)
(Kemudian Allah menurunkan ketenangan) rasa aman (kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang Mukmin) sehingga mereka kembali lagi bergabung dengan Nabi saw. sewaktu Abbas memanggil/menyeru mereka atas instruksi dari Nabi, lalu mereka meneruskan peperangan itu (dan Allah menurunkan bala tentara yang kalian tiada melihatnya) yakni para malaikat (dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang kafir) sehingga banyak di antara mereka yang terbunuh dan tertawan (dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang kafir).
27. Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 9:27)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 27
ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (27)
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa terhadap orang-orang yang sudah mendapat azab dari Allah di dunia ini karena kekafiran, mereka dapat diberi ampunan dan diterima tobatnya bilamana mereka itu telah mendapat petunjuk dari Allah masuk Islam. Bilamana mereka telah masuk Islam dan tidak lagi mempersekutukan Allah. Maka hapuslah kesalahannya dan diampuni oleh Allah segala dosanya karena Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.28. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS. 9:28)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 28
Pada akhirnya ayat ini Allah menjamin kehidupan orang-orang mukmin dari kemelaratan. Mereka tidak perlu khawatir akan kekurangan makanan dan barang-barang dagangan akibat larangan Allah terhadap orang-orang musyrik tersebut yang biasanya datang ke tanah suci membawa barang dagangan. Jaminan Allah kepada orang-orang mukmin untuk mendapat kehidupan yang baik tergantung kepada kegiatan usaha dan ikhtiar seseorang. Namun demikian tidak terlepas daripada kehendak Allah swt. kepada siapa Allah memberikan karunia-Nya. Oleh karena itu orang-orang mukmin hendaklah mempertebal keimanan dan tawakalnya kepada Allah di samping melakukan usaha dan ikhtiar.
Allah Taala Maha Mengetahui urusan yang akan datang, baik yang mengenai kemakmuran atau kemelaratan yang menimpa penduduk suatu negeri. Allah Maha Bijaksana dalam segala sesuatu terutama yang mengenai ketentuannya, baik merupakan perintah maupun berupa larangan.
Allah Taala telah memenuhi janji-Nya karena kenyataannya penduduk tanah suci Mekah tidak mengalami kesulitan kehidupan. Setelah tersiarnya larangan tersebut maka semakin banyaklah orang-orang musyrik masuk Islam, bukan saja mereka yang berada di sekitar Jazirah Arab, malahan hampir sampai ke segenap penjuru dunia. Mereka tentulah berkewajiban menunaikan ibadah haji di samping mereka bebas mengunjungi tanah suci. Hal yang demikian ini merupakan salah satu jalan bagi penduduk Mekah untuk memperoleh kemakmuran hidup. Dengan adanya larangan Allah terhadap orang-orang musyrik memasuki Masjidil Haram terjadilah perselisihan pendapat antara ulama fikih sebagai berikut:
1. Orang-orang yang musyrik termasuk ahli kitab tidak dibolehkan memasuki Masjidil Haram, sedang mesjid lainnya dibolehkan terhadap orang-orang kafir ahli kitab. Demikian menurut mazhab Imam Syafii.
2. Orang-orang musyrik termasuk Ahli Kitab tidak dibolehkan memasuki seluruh mesjid. Demikian menurut mazhab Maliki.
3. Yang dilarang memasuki Masjidil Haram adalah orang-orang yang musyrik saja (tidak termasuk Ahli Kitab). Demikian menurut mazhab Hanafi.
4. Sebagian ulama berpendapat bahwa orang-orang musyrik dilarang memasuki tanah haram dan jikalau dia datang secara diam-diam (menyamar) kemudian ia mati dan dikuburkan, maka setelah diketahui wajiblah digali mayatnya dan dikuburkan di luar tanah haram.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 28
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (28)
(Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis) maksudnya kotor karena batin mereka najis (maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam) artinya, mereka tidak boleh memasuki tanah suci (sesudah tahun ini) yakni tahun kesembilan Hijriah. (Dan jika kalian khawatir menjadi beban) fakir oleh sebab orang-orang musyrik itu tidak mau lagi berdagang dengan kalian (maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepada kalian dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki) dan memang Allah telah membuat mereka kaya sesudah itu melalui banyaknya futuh/kemenangan dan jizyah yang berhasil mereka peroleh. (Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (28)
Setelah Rasulullah saw. menunjuk Abu Bakar menjadi Amirul Hajj, maka Rasulullah memberi tugas kepada Ali bin Abu Talib supaya mendampingi Abu Bakar membacakan ayat-ayat permulaan surat At-Taubah di hadapan orang banyak. Maka timbullah kecemasan di kalangan kaum muslimin karena khawatir akan menghadapi kesulitan makanan akibat orang-orang musyrik tidak dibolehkan masuk ke Mekah untuk melakukan ibadah haji. Orang-orang musyrik itu biasanya apabila datang ke Mekah untuk mengerjakan haji mereka membawa bahan-bahan makanan sebagai barang dagangan. Hal ini mempengaruhi orang-orang Islam sehingga mereka bertanya satu sama lain, dari manakah kita akan mendapat makanan sekiranya orang-orang musyrik itu tidak dibolehkan lagi masuk Mekah. Maka turunlah ayat ini yang menerangkan kepada orang-orang mukmin bahwa orang-orang musyrik itu adalah hukumnya najis, disebabkan akidah mereka kotor dan rusak, mereka menyembah berhala dan patung, percaya kepada tahayul dan khurafat. Mereka makan barang yang kotor, seperti bangkai dan darah. Perjudian dan perzinaan mereka anggap perbuatan yang baik; Orang-orang yang kotor akidah dan perbuatannya dilarang datang ke Masjidil Haram. Karena itu setelah berakhir tahun 9 hijriah mereka dilarang masuk ke tanah suci terutama memasuki Masjidil Haram.Pada akhirnya ayat ini Allah menjamin kehidupan orang-orang mukmin dari kemelaratan. Mereka tidak perlu khawatir akan kekurangan makanan dan barang-barang dagangan akibat larangan Allah terhadap orang-orang musyrik tersebut yang biasanya datang ke tanah suci membawa barang dagangan. Jaminan Allah kepada orang-orang mukmin untuk mendapat kehidupan yang baik tergantung kepada kegiatan usaha dan ikhtiar seseorang. Namun demikian tidak terlepas daripada kehendak Allah swt. kepada siapa Allah memberikan karunia-Nya. Oleh karena itu orang-orang mukmin hendaklah mempertebal keimanan dan tawakalnya kepada Allah di samping melakukan usaha dan ikhtiar.
Allah Taala Maha Mengetahui urusan yang akan datang, baik yang mengenai kemakmuran atau kemelaratan yang menimpa penduduk suatu negeri. Allah Maha Bijaksana dalam segala sesuatu terutama yang mengenai ketentuannya, baik merupakan perintah maupun berupa larangan.
Allah Taala telah memenuhi janji-Nya karena kenyataannya penduduk tanah suci Mekah tidak mengalami kesulitan kehidupan. Setelah tersiarnya larangan tersebut maka semakin banyaklah orang-orang musyrik masuk Islam, bukan saja mereka yang berada di sekitar Jazirah Arab, malahan hampir sampai ke segenap penjuru dunia. Mereka tentulah berkewajiban menunaikan ibadah haji di samping mereka bebas mengunjungi tanah suci. Hal yang demikian ini merupakan salah satu jalan bagi penduduk Mekah untuk memperoleh kemakmuran hidup. Dengan adanya larangan Allah terhadap orang-orang musyrik memasuki Masjidil Haram terjadilah perselisihan pendapat antara ulama fikih sebagai berikut:
1. Orang-orang yang musyrik termasuk ahli kitab tidak dibolehkan memasuki Masjidil Haram, sedang mesjid lainnya dibolehkan terhadap orang-orang kafir ahli kitab. Demikian menurut mazhab Imam Syafii.
2. Orang-orang musyrik termasuk Ahli Kitab tidak dibolehkan memasuki seluruh mesjid. Demikian menurut mazhab Maliki.
3. Yang dilarang memasuki Masjidil Haram adalah orang-orang yang musyrik saja (tidak termasuk Ahli Kitab). Demikian menurut mazhab Hanafi.
4. Sebagian ulama berpendapat bahwa orang-orang musyrik dilarang memasuki tanah haram dan jikalau dia datang secara diam-diam (menyamar) kemudian ia mati dan dikuburkan, maka setelah diketahui wajiblah digali mayatnya dan dikuburkan di luar tanah haram.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 28
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (28)
(Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis) maksudnya kotor karena batin mereka najis (maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam) artinya, mereka tidak boleh memasuki tanah suci (sesudah tahun ini) yakni tahun kesembilan Hijriah. (Dan jika kalian khawatir menjadi beban) fakir oleh sebab orang-orang musyrik itu tidak mau lagi berdagang dengan kalian (maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepada kalian dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki) dan memang Allah telah membuat mereka kaya sesudah itu melalui banyaknya futuh/kemenangan dan jizyah yang berhasil mereka peroleh. (Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana).
29. Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.(QS. 9:29)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 29
1. Mereka tidak beriman kepada Allah karena mereka telah menghancurkan asas ketauhidan. Mereka menjadikan pendeta-pendeta selaku orang suci yang berhak menentukan sesuatu, baik mengenai peraturan yang berkenaan dengan ibadat maupun yang berhubungan dengan halal dan haram. Demikian juga orang-orang Nasrani memandang bahwa Isa itu anak Allah atau Allah, sedangkan orang-orang Yahudi memandang pula Uzair anak Allah. Hal itu dengan tegas menunjukkan bahwa semua mereka mempersekutukan Allah dalam membuat peraturan agama.
2. Mereka tidak beriman kepada hari kemudian, karena mereka menganggap bahwa kehidupan di akhirat sekadar kehidupan rohaniah belaka di mana manusia menjadi malaikat. Kesesatan anggapan mereka seperti ini karena tidak ada ketegasan, baik dalam Taurat maupun dalam Injil tentang adanya hari kebangkitan dan pembalasan sesudah mati di mana manusia bangkit kembali sebagai kejadiannya semula, yaitu terdiri dari jasad dan roh yang masing-masing akan merasakan kenikmatan karunia Allah sebagaimana ditegaskan dalam Alquran.
3. Mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Orang-orang Yahudi tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah pada syariat yang dibawa oleh Musa dan yang sebagiannya dinasakhkan oleh Isa, yakni dinyatakan tidak berlaku lagi hukumnya. Mereka memandang halal memakan harta manusia dengan jalan yang tidak halal (batal), seperti riba dan sebagainya dan mereka mengikuti cara-cara orang musyrik dalam keganasan berperang dan dalam memperlakukan orang-orang tawanan. Sedangkan orang-orang Nasrani memandang halal apa yang diharamkan oleh Allah pada syariat Musa yang belum dinasakhkan oleh Injil. Dalam Taurat Allah mengharamkan memakan gajih daging atau harga penjualannya. Orang-orang Nasrani tidak memandangnya haram.
4. Mereka tidak berpegang kepada agama yang benar yaitu agama yang Allah wahyukan kepada Musa dan Isa a.s. Apa yang mereka anggap agama sebenarnya adalah merupakan suatu cara yang dibuat oleh pendeta-pendeta mereka berdasarkan pikiran dan kepentingan. Yang membawa pendeta kepada perbuatan tersebut karena pendeta Yahudi tidak sanggup menghafal kitab Taurat yang dibawa oleh Musa, demikian juga pendeta-pendeta Nasrani tidak dapat menghafal apa-apa yang disampaikan oleh Isa. Injil yang mereka terima jumlahnya puluhan, kemudian setelah melalui beberapa abad dari kenaikan Isa mereka memilih empat Injil daripadanya yang masing-masing terdapat pertentangan. Demikianlah keadaan mereka diisyaratkan oleh firman Allah:
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya:
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka berubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
(Q.S. Al-Ma'idah: 13)
Karena itulah Allah swt. memerintahkan orang-orang mukmin supaya memerangi Ahli Kitab ketika mereka melakukan perbuatan-perbuatan permusuhan yang mengancam keamanan orang-orang mukmin, baik mengenai kehidupan beragama maupun kehidupan sosial. Jika mereka menerima Islam sebagai pengganti agamanya, maka mereka telah kembali kepada agama yang benar; dan jika mereka tunduk, takluk dan bertekuk lutut sehingga tidak sanggup lagi mengganggu dan mengancam kehidupan orang-orang mukmin, maka hendaklah mereka membayar jizyah sebagai tanda bahwa mereka berada dalam posisi yang rendah di mana kewajiban orang-orang mukmin seluruhnya menjamin kepada mereka, membela mereka, memberikan kebebasan kepada mereka terutama dalam menjalankan ibadat menurut agama mereka dan memperlakukan mereka dengan keadilan dan persamaan dalam kehidupan sosial sebagaimana diperlakukan terhadap kaum Muslimin sendiri.
Dengan membayar jizyah mereka disebut ahli zimmah atau kafir zimmi.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 29
قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ (29)
(Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari kemudian) jika tidak demikian niscaya dari dahulu mereka sudah beriman kepada Nabi saw. (dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya) seperti khamar (dan tidak beragama dengan agama yang benar) yakni agama yang telah ditetapkan oleh Allah yang mengganti agama-agama lainnya, yaitu agama Islam (yaitu orang-orang) lafal alladziina pada ayat ini berkedudukan menjelaskan lafal alladziina pada awal ayat (yang diberikan Alkitab kepada mereka) kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani (sampai mereka membayar jizyah) kharaj yang dibebankan kepada mereka untuk membayarnya setiap tahun (dengan patuh) lafal yadin berkedudukan menjadi hal/kata keterangan, artinya, secara taat dan patuh, atau mereka menyerahkannya secara langsung tanpa memakai perantara atau wakil (sedangkan mereka dalam keadaan tunduk) yaitu patuh dan taat terhadap peraturan/hukum Islam.
قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ (29)
Pada ayat ini Allah memerintahkan kaum Muslimin supaya memerangi Ahli Kitab karena pada mereka terdapat empat unsur yang menyebabkan mereka memusuhi Islam. Empat unsur itu ialah:1. Mereka tidak beriman kepada Allah karena mereka telah menghancurkan asas ketauhidan. Mereka menjadikan pendeta-pendeta selaku orang suci yang berhak menentukan sesuatu, baik mengenai peraturan yang berkenaan dengan ibadat maupun yang berhubungan dengan halal dan haram. Demikian juga orang-orang Nasrani memandang bahwa Isa itu anak Allah atau Allah, sedangkan orang-orang Yahudi memandang pula Uzair anak Allah. Hal itu dengan tegas menunjukkan bahwa semua mereka mempersekutukan Allah dalam membuat peraturan agama.
2. Mereka tidak beriman kepada hari kemudian, karena mereka menganggap bahwa kehidupan di akhirat sekadar kehidupan rohaniah belaka di mana manusia menjadi malaikat. Kesesatan anggapan mereka seperti ini karena tidak ada ketegasan, baik dalam Taurat maupun dalam Injil tentang adanya hari kebangkitan dan pembalasan sesudah mati di mana manusia bangkit kembali sebagai kejadiannya semula, yaitu terdiri dari jasad dan roh yang masing-masing akan merasakan kenikmatan karunia Allah sebagaimana ditegaskan dalam Alquran.
3. Mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Orang-orang Yahudi tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah pada syariat yang dibawa oleh Musa dan yang sebagiannya dinasakhkan oleh Isa, yakni dinyatakan tidak berlaku lagi hukumnya. Mereka memandang halal memakan harta manusia dengan jalan yang tidak halal (batal), seperti riba dan sebagainya dan mereka mengikuti cara-cara orang musyrik dalam keganasan berperang dan dalam memperlakukan orang-orang tawanan. Sedangkan orang-orang Nasrani memandang halal apa yang diharamkan oleh Allah pada syariat Musa yang belum dinasakhkan oleh Injil. Dalam Taurat Allah mengharamkan memakan gajih daging atau harga penjualannya. Orang-orang Nasrani tidak memandangnya haram.
4. Mereka tidak berpegang kepada agama yang benar yaitu agama yang Allah wahyukan kepada Musa dan Isa a.s. Apa yang mereka anggap agama sebenarnya adalah merupakan suatu cara yang dibuat oleh pendeta-pendeta mereka berdasarkan pikiran dan kepentingan. Yang membawa pendeta kepada perbuatan tersebut karena pendeta Yahudi tidak sanggup menghafal kitab Taurat yang dibawa oleh Musa, demikian juga pendeta-pendeta Nasrani tidak dapat menghafal apa-apa yang disampaikan oleh Isa. Injil yang mereka terima jumlahnya puluhan, kemudian setelah melalui beberapa abad dari kenaikan Isa mereka memilih empat Injil daripadanya yang masing-masing terdapat pertentangan. Demikianlah keadaan mereka diisyaratkan oleh firman Allah:
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya:
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka berubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
(Q.S. Al-Ma'idah: 13)
Karena itulah Allah swt. memerintahkan orang-orang mukmin supaya memerangi Ahli Kitab ketika mereka melakukan perbuatan-perbuatan permusuhan yang mengancam keamanan orang-orang mukmin, baik mengenai kehidupan beragama maupun kehidupan sosial. Jika mereka menerima Islam sebagai pengganti agamanya, maka mereka telah kembali kepada agama yang benar; dan jika mereka tunduk, takluk dan bertekuk lutut sehingga tidak sanggup lagi mengganggu dan mengancam kehidupan orang-orang mukmin, maka hendaklah mereka membayar jizyah sebagai tanda bahwa mereka berada dalam posisi yang rendah di mana kewajiban orang-orang mukmin seluruhnya menjamin kepada mereka, membela mereka, memberikan kebebasan kepada mereka terutama dalam menjalankan ibadat menurut agama mereka dan memperlakukan mereka dengan keadilan dan persamaan dalam kehidupan sosial sebagaimana diperlakukan terhadap kaum Muslimin sendiri.
Dengan membayar jizyah mereka disebut ahli zimmah atau kafir zimmi.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 29
قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ (29)
(Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari kemudian) jika tidak demikian niscaya dari dahulu mereka sudah beriman kepada Nabi saw. (dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya) seperti khamar (dan tidak beragama dengan agama yang benar) yakni agama yang telah ditetapkan oleh Allah yang mengganti agama-agama lainnya, yaitu agama Islam (yaitu orang-orang) lafal alladziina pada ayat ini berkedudukan menjelaskan lafal alladziina pada awal ayat (yang diberikan Alkitab kepada mereka) kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani (sampai mereka membayar jizyah) kharaj yang dibebankan kepada mereka untuk membayarnya setiap tahun (dengan patuh) lafal yadin berkedudukan menjadi hal/kata keterangan, artinya, secara taat dan patuh, atau mereka menyerahkannya secara langsung tanpa memakai perantara atau wakil (sedangkan mereka dalam keadaan tunduk) yaitu patuh dan taat terhadap peraturan/hukum Islam.
30. Orang-orang Yahudi berkata: `Uzair itu putera Allah` dan orang Nasrani berkata: `Al Masih itu putera Allah`. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?(QS. 9:30)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah At Taubah 30
Uzair adalah seorang tukang tenung bangsa Yahudi, penduduk negeri Babylon, hidup di sekitar tahun 457 sebelum Masehi. Dia seorang pengarang ulung, pendiri suatu perhimpunan besar, dan rajin mengumpulkan naskah-naskah Kitab Suci dari berbagai daerah. Dialah yang memasukkan huruf-huruf Kaldaniyah sebagai pengganti huruf-huruf Ibrani kuno. Dia juga yang menulis hal-hal yang mengenai peredaran matahari, menyusun kembali kitab-kitab bermutu yang telah hancur binasa. Semasa hidupnya dianggap orang sebagai masa kesuburan agama Yahudi karena dialah penyair syariat Taurat yang terkemuka, menghidupkan syariat itu kembali sesudah sekian lama dilupakan orang. Oleh karena kaum Yahudi menganggapnya sebagai seorang suci yang lebih dekat kepada Allah bahkan sebagian dari mereka yang fanatik menganggap dan memanggilnya dengan "anak Allah". Meskipun hanya sebagian dari kaum Yahudi yang berkepercayaan demikian tetapi dapat dianggap bahwa kepercayaan itu adalah kepercayaan mereka seluruhnya karena ucapan yang salah itu tidak dibantah dan diingkari oleh golongan yang lain. Hal ini sejalan dengan firman Allah:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً
Artinya:
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu.
(Q.S. Al-Anfal: 25)
Demikian juga halnya kaum Nasrani terhadap Isa Al-Masih. Mereka beriktikad bahwa Isa itu anak Allah. Kepercayaan ini pun sangat bertentangan dengan iman kepada Allah swt. Sekalipun pada mulanya kata-kata "Isa itu anak Allah" hanyalah merupakan ucapan nenek moyang mereka yang bermaksud bahwa dia itu adalah seorang yang mulia, dikasihi Allah dan terhormat, dan bukanlah ucapan itu berarti anak Allah sebenarnya. Tetapi lambat laun, terutama ketika kepercayaan agama Hindu menyusup masuk ke dalam kaum Nasrani dan kedua agama itu berdampingan rapat, bahu-membahu, tertanamlah di dalam hati mereka kepercayaan bahwa Isa Al-Masih itu adalah benar-benar anak Allah. Kemudian setelah berlalu beberapa waktu lamanya, timbullah perubahan baru di dalam kepercayaan mereka, bahwa arti anak Allah dan Allah juga Roh Kudus (ruh suci) yang kemudian dikenal dengan "Bapak, anak dan ruh suci".
Menurut keyakinan mereka, tiga oknum tersebut yaitu "Anak Allah, Allah dan Ruh Suci" pada hakikatnya hanya satu. Ajaran Gereja ini sudah menjadi ketetapan di dalam agama Nasrani, tiga abad sepeninggal Isa Al-Masih dan murid-muridnya. Meskipun kepercayaan ini ditentang oleh sebagian dari mereka yang tidak sedikit jumlahnya, tetapi gereja-gereja Katholik, Ortodoks dan Protestan tetap pada pendiriannya. Bahkan orang-orang yang tidak membenarkan kepercayaan yang salah itu, dianggap tidak lagi termasuk kaum Nasrani dan telah murtad dari agamanya.
Mengatakan Isa Al-Masih anak Allah dan meyakini bahwa tiga oknum suci itu adalah hakikat Tuhan Yang Maha Esa, tidak dibenarkan oleh Allah swt. dan tidak dapat diterima oleh akal yang sehat dan belum ada satu juga agama Nabi-nabi sebelum itu menganut kepercayaan demikian. Allah swt. menandaskan bahwa ucapan mereka seperti itu adalah bohong, tidak mempunyai hakikat kebenaran sedikit juga dan tidak ada satu dalil dan bukti yang nyata dapat menguatkannya. Sejalan dengan ini Allah swt. berfirman:
كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا
Artinya:
Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.
(Q.S. Al-Kahfi: 5)
Di dalam kitab-kitab perjanjian baru sendiri tidak terdapat keterangan yang menyatakan bahwa Isa Al-Masih itu anak Allah. Sesungguhnya mereka sudah sesat jauh dari yang sebenarnya. Mereka meniru-niru ucapan orang-orang kafir sebelumnya, seperti orang-orang musyrik bangsa Arab yang mengatakan "Malaikat-malaikat itu adalah putri-putri Allah".
Sejarah mencatat bahwa kepercayaan "Tuhan beranak, Tuhan menjelma dalam tiga oknum berhakikat satu" adalah kepercayaan kaum Brahma dan Budha di India, kepercayaan bangsa-bangsa Jepang, Persia, Mesir, Yunani dan Romawi zaman dahulu. Keadaan orang-orang Yahudi dan orang Nasrani mempercayai bahwa Allah swt. itu beranak, belum pernah ada seorang pun dari bangsa Arab yang mengetahuinya, begitu pula orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan baru dengan turunnya Alquran diketahui. Ini adalah salah satu mukjizat Alquran.
Allah swt. mengutuk mereka karena mereka belum mau menginsafi dan menyadari kekeliruan dan kesesatannya. Meskipun Rasul-rasul Allah telah menjelaskan bahwa Allah itu Maha Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, namun mereka tidak mau kembali ke akidah tauhid, bahkan tetap bertahan pada iktikadnya yang keliru, yaitu menganggap bahwa Uzair dan Isa Al-Masih adalah anak Allah, padahal keduanya itu adalah manusia-manusia hamba-Nya seperti juga manusia-manusia lain, sekalipun diakui bahwa keduanya itu adalah manusia yang saleh, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mulia dan dihormati sebagaimana firman Allah:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ
Artinya:
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak." Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan.
(Q.S. Al-Anbiya': 26)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 30
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (30)
(Orang-orang Yahudi berkata, "Uzair itu putra Allah," dan orang-orang Nasrani berkata, "Almasih itu) yakni Nabi Isa (adalah putra Allah." Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka tanpa ada sandaran dalil yang mendukung perkataannya itu, bahkan (mereka meniru-niru) perkataan mereka itu meniru (perkataan orang-orang kafir yang terdahulu) dari kalangan nenek moyang mereka, karena menuruti tradisi mereka. (Semoga mereka dilaknat) dikutuk (oleh Allah, bagaimana) mengapa (mereka sampai berpaling) maksudnya bagaimana mereka sampai berani berpaling dari kebenaran, padahal dalilnya sudah jelas dan gamblang.
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (30)
Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan keyakinan ahli kitab yang salah, baik orang-orang Yahudi atau pun orang-orang Nasrani. Mereka berkeyakinan bahwa "Uzair itu putra Allah". Kepercayaan ini bertentangan sekali dengan pengertian iman yang sebenarnya kepada Allah. Karena iman yang benar ialah bahwa Allah itu esa, tunggal, tidak beranak, tidak berbapak dan tidak bersekutu dengan apa dan siapa pun. Dia Maha Sempurna, Maha Kuasa dan tidak ada satu pun yang menyerupai dan menyamai-Nya.Uzair adalah seorang tukang tenung bangsa Yahudi, penduduk negeri Babylon, hidup di sekitar tahun 457 sebelum Masehi. Dia seorang pengarang ulung, pendiri suatu perhimpunan besar, dan rajin mengumpulkan naskah-naskah Kitab Suci dari berbagai daerah. Dialah yang memasukkan huruf-huruf Kaldaniyah sebagai pengganti huruf-huruf Ibrani kuno. Dia juga yang menulis hal-hal yang mengenai peredaran matahari, menyusun kembali kitab-kitab bermutu yang telah hancur binasa. Semasa hidupnya dianggap orang sebagai masa kesuburan agama Yahudi karena dialah penyair syariat Taurat yang terkemuka, menghidupkan syariat itu kembali sesudah sekian lama dilupakan orang. Oleh karena kaum Yahudi menganggapnya sebagai seorang suci yang lebih dekat kepada Allah bahkan sebagian dari mereka yang fanatik menganggap dan memanggilnya dengan "anak Allah". Meskipun hanya sebagian dari kaum Yahudi yang berkepercayaan demikian tetapi dapat dianggap bahwa kepercayaan itu adalah kepercayaan mereka seluruhnya karena ucapan yang salah itu tidak dibantah dan diingkari oleh golongan yang lain. Hal ini sejalan dengan firman Allah:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً
Artinya:
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu.
(Q.S. Al-Anfal: 25)
Demikian juga halnya kaum Nasrani terhadap Isa Al-Masih. Mereka beriktikad bahwa Isa itu anak Allah. Kepercayaan ini pun sangat bertentangan dengan iman kepada Allah swt. Sekalipun pada mulanya kata-kata "Isa itu anak Allah" hanyalah merupakan ucapan nenek moyang mereka yang bermaksud bahwa dia itu adalah seorang yang mulia, dikasihi Allah dan terhormat, dan bukanlah ucapan itu berarti anak Allah sebenarnya. Tetapi lambat laun, terutama ketika kepercayaan agama Hindu menyusup masuk ke dalam kaum Nasrani dan kedua agama itu berdampingan rapat, bahu-membahu, tertanamlah di dalam hati mereka kepercayaan bahwa Isa Al-Masih itu adalah benar-benar anak Allah. Kemudian setelah berlalu beberapa waktu lamanya, timbullah perubahan baru di dalam kepercayaan mereka, bahwa arti anak Allah dan Allah juga Roh Kudus (ruh suci) yang kemudian dikenal dengan "Bapak, anak dan ruh suci".
Menurut keyakinan mereka, tiga oknum tersebut yaitu "Anak Allah, Allah dan Ruh Suci" pada hakikatnya hanya satu. Ajaran Gereja ini sudah menjadi ketetapan di dalam agama Nasrani, tiga abad sepeninggal Isa Al-Masih dan murid-muridnya. Meskipun kepercayaan ini ditentang oleh sebagian dari mereka yang tidak sedikit jumlahnya, tetapi gereja-gereja Katholik, Ortodoks dan Protestan tetap pada pendiriannya. Bahkan orang-orang yang tidak membenarkan kepercayaan yang salah itu, dianggap tidak lagi termasuk kaum Nasrani dan telah murtad dari agamanya.
Mengatakan Isa Al-Masih anak Allah dan meyakini bahwa tiga oknum suci itu adalah hakikat Tuhan Yang Maha Esa, tidak dibenarkan oleh Allah swt. dan tidak dapat diterima oleh akal yang sehat dan belum ada satu juga agama Nabi-nabi sebelum itu menganut kepercayaan demikian. Allah swt. menandaskan bahwa ucapan mereka seperti itu adalah bohong, tidak mempunyai hakikat kebenaran sedikit juga dan tidak ada satu dalil dan bukti yang nyata dapat menguatkannya. Sejalan dengan ini Allah swt. berfirman:
كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا
Artinya:
Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.
(Q.S. Al-Kahfi: 5)
Di dalam kitab-kitab perjanjian baru sendiri tidak terdapat keterangan yang menyatakan bahwa Isa Al-Masih itu anak Allah. Sesungguhnya mereka sudah sesat jauh dari yang sebenarnya. Mereka meniru-niru ucapan orang-orang kafir sebelumnya, seperti orang-orang musyrik bangsa Arab yang mengatakan "Malaikat-malaikat itu adalah putri-putri Allah".
Sejarah mencatat bahwa kepercayaan "Tuhan beranak, Tuhan menjelma dalam tiga oknum berhakikat satu" adalah kepercayaan kaum Brahma dan Budha di India, kepercayaan bangsa-bangsa Jepang, Persia, Mesir, Yunani dan Romawi zaman dahulu. Keadaan orang-orang Yahudi dan orang Nasrani mempercayai bahwa Allah swt. itu beranak, belum pernah ada seorang pun dari bangsa Arab yang mengetahuinya, begitu pula orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan baru dengan turunnya Alquran diketahui. Ini adalah salah satu mukjizat Alquran.
Allah swt. mengutuk mereka karena mereka belum mau menginsafi dan menyadari kekeliruan dan kesesatannya. Meskipun Rasul-rasul Allah telah menjelaskan bahwa Allah itu Maha Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, namun mereka tidak mau kembali ke akidah tauhid, bahkan tetap bertahan pada iktikadnya yang keliru, yaitu menganggap bahwa Uzair dan Isa Al-Masih adalah anak Allah, padahal keduanya itu adalah manusia-manusia hamba-Nya seperti juga manusia-manusia lain, sekalipun diakui bahwa keduanya itu adalah manusia yang saleh, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mulia dan dihormati sebagaimana firman Allah:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ
Artinya:
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak." Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan.
(Q.S. Al-Anbiya': 26)
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah At Taubah 30
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (30)
(Orang-orang Yahudi berkata, "Uzair itu putra Allah," dan orang-orang Nasrani berkata, "Almasih itu) yakni Nabi Isa (adalah putra Allah." Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka tanpa ada sandaran dalil yang mendukung perkataannya itu, bahkan (mereka meniru-niru) perkataan mereka itu meniru (perkataan orang-orang kafir yang terdahulu) dari kalangan nenek moyang mereka, karena menuruti tradisi mereka. (Semoga mereka dilaknat) dikutuk (oleh Allah, bagaimana) mengapa (mereka sampai berpaling) maksudnya bagaimana mereka sampai berani berpaling dari kebenaran, padahal dalilnya sudah jelas dan gamblang.
Surah AT-TAUBAH
<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH DAFTAR SURAH AT-TAUBAH>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar