Kembali ke Daftar Surah Kembali ke Surah Al-Baqarah
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=2&SuratKe=2#Top
31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:` Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar! `(QS. 2:31)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 31
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (31)
Dalam ayat ini Allah swt. menunjukkan suatu keistimewaan yang telah dikaruniakan-Nya kepada Adam a.s yang tidak pernah dikaruniakan-Nya kepada makhluk-makhluk-Nya yang lain, yaitu ilmu pengetahuan dan kekuatan akal atau daya pikir yang memungkinkannya untuk mempelajari sesuatu dengan sedalam-dalamnya. Keistimewaan ini diturunkan pula kepada turunannya, yaitu umat manusia. Oleh sebab itu, manusia (Adam a.s. dan keturunannya) lebih patut dari malaikat untuk dijadikan khalifah.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt. mengajarkan kepada Adam a.s. nama-nama dan sifat-sifat dari semua benda yang penting-penting di antara-Nya. Adapun cara mengajarkan nama benda-benda tersebut kepada Adam a.s. ialah dengan memberikan ilham kepadanya serta menanamkan daya pikir, yang memungkinkannya untuk mengembangkan pengetahuannya itu. Setelah nama benda-benda itu diajarkan-Nya kepada Adam a.s. maka Allah swt. memperlihatkan benda-benda itu kepada para malaikat dan diperintahkan-Nya agar mereka menyebutkan nama benda-benda tersebut yang telah diajarkan-Nya kepada Adam a.s. Dan ternyata mereka tak dapat menyebutkannya.
Hal ini untuk memperlihatkan keterbatasan ilmu pengetahuan para malaikat itu dan agar mereka mengetahui keunggulan Adam a.s. terhadap mereka dan agar dapat pula mereka mengetahui ketinggian hikmah-Nya dalam memilih Adam a.s. sebagai khalifah. Juga untuk menunjukkan bahwa jabatan sebagai khalifah, yaitu untuk mengatur segala sesuatu dan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan di bumi ini memerlukan ilmu pengetahuan yang banyak serta kemampuan dan daya pikir yang kuat. Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt. mengajarkan kepada Adam a.s. nama-nama dan sifat-sifat dari semua benda yang penting-penting di antara-Nya. Adapun cara mengajarkan nama benda-benda tersebut kepada Adam a.s. ialah dengan memberikan ilham kepadanya serta menanamkan daya pikir, yang memungkinkannya untuk mengembangkan pengetahuannya itu. Setelah nama benda-benda itu diajarkan-Nya kepada Adam a.s. maka Allah swt. memperlihatkan benda-benda itu kepada para malaikat dan diperintahkan-Nya agar mereka menyebutkan nama benda-benda tersebut yang telah diajarkan-Nya kepada Adam a.s. Dan ternyata mereka tak dapat menyebutkannya.
Perintah Allah swt. kepada mereka untuk menyebutkan nama makhluk-makhluk itu juga merupakan suatu peringatan kepada mereka yang tadinya merasa bahwa diri mereka adalah lebih patut untuk diangkat sebagai khalifah, maka Allah swt. menunjukkan kekurangan mereka sehingga seakan-akan Ia berfirman kepada mereka, "Hai para malaikat! Jika kamu menganggap Adam dan keturunannya tidak patut dijadikan khalifah di bumi dan kamu merasa lebih patut memangku jabatan itu, maka cobalah buktikan kebenaran alasan itu, cobalah kamu sebutkan nama benda-benda ini yang Aku perlihatkan kepadamu".
Ternyata mereka tidak dapat menyebutkannya karena mereka memang tidak diberi ilmu seperti yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Karena mereka tidak dapat mengetahui dan menyebutkan nama benda-benda yang dapat mereka lihat di hadapan mereka, tentulah mereka lebih tidak mengetahui hal-hal yang gaib yang belum mereka saksikan, antara lain ialah hikmah Allah swt. dalam menjadikan Adam a.s. sebagai khalifah.
32.Mereka menjawab:` Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana `.(QS. 2:32)
Surah Al Baqarah 32
قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (32)
Setelah para malaikat menyadari kurangnya ilmu pengetahuan mereka karena tidak dapat menyebutkan nama makhluk-makhluk yang ada di hadapan mereka, lalu mengakui terus terang kelemahan diri mereka dan berkata kepada Allah swt. bahwa Dia Maha Suci dari segala sifat-sifat kekurangan yang tidak layak bagi-Nya dan mereka menyatakan tobat kepada-Nya. Mereka pun yakin bahwa segala apa yang dilakukan Allah swt. tentulah berdasarkan ilmu dan hikmah-Nya yang Maha Tinggi dan Sempurna, termasuk masalah pengangkatan Adam a.s. menjadi khalifah. Mereka mengetahui bahwa ilmu pengetahuan mereka hanyalah terbatas kepada apa yang di ajarkan-Nya kepada mereka. Dengan demikian habislah keragu-raguan mereka tentang hikmah Allah swt. dalam pengangkatan Adam a.s. menjadi khalifah di bumi.
Dari pengakuan para malaikat ini, dapatlah dipahami bahwa pertanyaan yang mereka ajukan semula mengapa Allah mengangkat Adam a.s. sebagai khalifah, bukanlah merupakan suatu sanggahan dari mereka terhadap kehendak Allah swt, melainkan hanyalah sekadar pertanyaan meminta penjelasan. Setelah penjelasan itu diberikan dan setelah mereka mengakui kelemahan mereka, maka dengan rendah hati dan penuh ketaatan mereka mematuhi kehendak Allah, terutama dalam pengangkatan Adam a.s. menjadi khalifah. Mereka memuji Allah swt karena Dia telah memberikan ilmu pengetahuan kepada mereka sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka. Selanjutnya, mereka mengakui pula dengan penuh keyakinan dan menyerah kepada ilmu Allah yang Maha luas dan hikmah-Nya yang Maha Tinggi. Lalu mereka menegaskan bahwa hanyalah Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
Hal ini mengandung suatu pelajaran bahwa manusia yang telah dikaruniai ilmu pengetahuan yang lebih banyak dari yang diberikan kepada para malaikat dan makhluk-makhluk lainnya, hendaklah selalu mensyukuri nikmat tersebut, serta tidak menjadi sombong dan angkuh karena ilmu pengetahuan yang dimilikinya serta kekuatan dan daya pikirannya. Sebab, betapa pun tingginya ilmu pengetahuan dan teknologi manusia pada zaman kita sekarang ini, namun masih banyak rahasia-rahasia alam ciptaan Tuhan yang belum dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan manusia, misalnya ialah hakikat roh yang ada pada diri manusia sendiri. Allah swt. telah memperingatkan bahwa ilmu pengetahuan yang dikaruniakan-Nya kepada manusia hanyalah sedikit sekali dibandingkan kepada ilmu dan hakikat-Nya.
Allah swt. telah berfirman:
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Artinya:
...tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (Q.S Al Isra': 85)
Selama manusia tetap menyadari kekurangan ilmu pengetahuannya, tentulah ia tidak akan menjadi sombong dan angkuh dan niscaya ia tidak akan segan mengakui kekurangan pengetahuannya tentang sesuatu apabila ia benar-benar belum mengetahuinya dan ia. tidak akan merasa malu mempelajarinya kepada yang mengetahui. Sebaliknya, apabila ia mempunyai pengetahuan tentang sesuatu yang berfaedah, maka ilmunya itu tidak akan disembunyikannya, melainkan diajarkan dan dikembangkannya kepada orang lain, agar mereka pun dapat mengambil manfaatnya.
Dari pengakuan para malaikat ini, dapatlah dipahami bahwa pertanyaan yang mereka ajukan semula mengapa Allah mengangkat Adam a.s. sebagai khalifah, bukanlah merupakan suatu sanggahan dari mereka terhadap kehendak Allah swt, melainkan hanyalah sekadar pertanyaan meminta penjelasan. Setelah penjelasan itu diberikan dan setelah mereka mengakui kelemahan mereka, maka dengan rendah hati dan penuh ketaatan mereka mematuhi kehendak Allah, terutama dalam pengangkatan Adam a.s. menjadi khalifah. Mereka memuji Allah swt karena Dia telah memberikan ilmu pengetahuan kepada mereka sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka. Selanjutnya, mereka mengakui pula dengan penuh keyakinan dan menyerah kepada ilmu Allah yang Maha luas dan hikmah-Nya yang Maha Tinggi. Lalu mereka menegaskan bahwa hanyalah Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.
Hal ini mengandung suatu pelajaran bahwa manusia yang telah dikaruniai ilmu pengetahuan yang lebih banyak dari yang diberikan kepada para malaikat dan makhluk-makhluk lainnya, hendaklah selalu mensyukuri nikmat tersebut, serta tidak menjadi sombong dan angkuh karena ilmu pengetahuan yang dimilikinya serta kekuatan dan daya pikirannya. Sebab, betapa pun tingginya ilmu pengetahuan dan teknologi manusia pada zaman kita sekarang ini, namun masih banyak rahasia-rahasia alam ciptaan Tuhan yang belum dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan manusia, misalnya ialah hakikat roh yang ada pada diri manusia sendiri. Allah swt. telah memperingatkan bahwa ilmu pengetahuan yang dikaruniakan-Nya kepada manusia hanyalah sedikit sekali dibandingkan kepada ilmu dan hakikat-Nya.
Allah swt. telah berfirman:
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Artinya:
...tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (Q.S Al Isra': 85)
Selama manusia tetap menyadari kekurangan ilmu pengetahuannya, tentulah ia tidak akan menjadi sombong dan angkuh dan niscaya ia tidak akan segan mengakui kekurangan pengetahuannya tentang sesuatu apabila ia benar-benar belum mengetahuinya dan ia. tidak akan merasa malu mempelajarinya kepada yang mengetahui. Sebaliknya, apabila ia mempunyai pengetahuan tentang sesuatu yang berfaedah, maka ilmunya itu tidak akan disembunyikannya, melainkan diajarkan dan dikembangkannya kepada orang lain, agar mereka pun dapat mengambil manfaatnya.
33. Allah berfirman:` Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini `. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:` Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan? `(QS. 2:33)
Surah Al Baqarah 33 قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ (33)
Setelah ternyata para malaikat itu tidak tahu dan tidak dapat menyebutkan nama benda-benda yang diperlihatkan Allah kepada mereka, maka Allah memerintahkan kepada Adam a.s. untuk memberitahukan nama-nama tersebut kepada mereka. Dan Adam melaksanakan perintah itu lalu diberitahukannya nama-nama tersebut kepada mereka. Kemudian, setelah Adam a.s. selesai memberitahukan nama-nama tersebut kepada malaikat dan diterangkannya pula sifat-sifat dan keistimewaan masing masing makhluk itu, maka Allah berfirman kepada para malaikat itu, bahwa Dia telah pernah mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya Dia mengetahui pula apa-apa yang mereka lahirkan dengan ucapan-ucapan mereka dan pikiran-pikiran yang mereka sembunyikan dalam hati mereka. Selamanya Dia menciptakan sesuatu tidaklah dengan sia-sia belaka, melainkan berdasarkan ilmu dan hikmah-Nya.
Dalam masalah pengangkatan Adam a.s. sebagai khalifah di bumi ini terkandung suatu makna yang tinggi dari hikmah Ilahi yang tak diketahui oleh para malaikat menjadi khalifah dan penghuni bumi ini, niscaya mereka tidak akan dapat mengetahui rahasia-rahasia alam ini, serta ciri khas yang ada pada masing-masing makhluk, sebab para malaikat itu sangat berbeda keadaannya dengan manusia. mereka tidak mempunyai kebutuhan apa-apa, seperti sanding pangan dan harta benda. Maka seandainya merekalah yang dijadikan penghuni dan penguasa di bumi ini, niscaya tak akan ada sawah dan ladang, tak akan ada pabrik dan tambang-tambang, tak akan ada gedung-gedung yang tinggi menjulang, tak akan ada musik dan seni. Juga tidak akan lahir bermacam-macam ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang telah dicapai umat manusia sampai sekarang ini yang hampir tak terhitung jumlahnya.
Pengangkatan manusia menjadi khalifah, berarti pengangkatan Adam a.s. dan keturunannya menjadi khalifah terhadap makhluk-makhluk lainnya di bumi ini karena keistimewaan yang telah dikaruniakan Allah swt. kepada mereka yang tidak diberikan kepada makhluk-makhluk-Nya yang lain, seperti kekuatan akal yang memungkinkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya guna menyelidiki dan memanfaatkan isi alam di bumi ini, seperti kesanggupan mengatur alam menurut ketentuan-ketentuan Allah.
Dengan kekuatan akalnya itu, manusia dapat memiliki pengetahuan dan kemampuan yang hampir tak terbatas, serta dapat melakukan hal-hal yang hampir tak terhitung jumlahnya. Dengan kekuatan itu, manusia dapat menemukan hal-hal yang baru yang belum ada sebelumnya. Dia dapat mengolah tanah yang gersang menjadi tanah yang subur. Dan dengan bahan bahan yang telah tersedia di bumi ini manusia dapat membuat variasi-variasi baru yang belum pernah ada. Dikawinkannya kuda dengan keledai, maka lahirlah hewan jenis baru yang belum pernah ada sebelumnya, yaitu hewan yang disebut "bagal". Dengan mengawinkan atau menyilangkan tumbuh-tumbuhan yang berbunga putih dengan yang berbunga merah, maka lahirlah tumbuh-tumbuhan jenis baru, yang berbunga merah putih. Diolahnya logam menjadi barang-barang perhiasan yang beraneka ragam dan alat-alat keperluan hidupnya sehari-hari. Diolahnya bermacam -macam tumbuh-tumbuhan menjadi bahan pakaian dan makanan mereka. Dan pada zaman sekarang ini dapat disaksikan berjuta-juta macam benda hasil penemuan manusia, baik yang kecil maupun yang besar, sebagai hasil kekuatan akalnya.
Adapun para malaikat, mereka tidak mempunyai hawa nafsu yang akan mendorong mereka untuk bekerja mengolah benda-benda alam ini dan memanfaatkannya untuk kepentingan hidup mereka. Oleh karena itu, apabila mereka yang telah dikaruniakan kekuatan akal serta bakat-bakat dan kemampuan yang demikian diangkat menjadi khalifah Allah di bumi, maka hal ini adalah wajar dan menunjukkan pula kesempurnaan ilmu dan ketinggian hikmah Allah swt. dalam mengatur makhluk-Nya.
34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:` Sujudlah kamu kepada Adam, `maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takbur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.(QS. 2:34)
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (34)
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah swt. memerintahkan kepada para malaikat agar mereka bersujud kepada Adam a.s. Maka malaikat menaati perintah itu kecuali iblis, artinya: setelah Adam a.s. selesai memberitahukan makhluk-makhluk itu kepada para malaikat, maka Allah swt. memerintahkan kepada mereka bersujud kepada Adam a.s. Dan sujudlah malaikat kepada Adam a.s. Yang diperintahkan itu bukanlah sujud untuk beribadah kepadanya, melainkan sujud sebagai penghormatan semata-mata dan sebagai pengakuan mereka terhadap kelebihan dan keistimewaan yang ada padanya. Di samping itu juga sebagai pernyataan tobat mereka kepada Allah swt, serta pernyataan maaf mereka kepada Adam a.s. karena mereka pernah menyatakan bahwa diri mereka lebih patut dari pada Adam a.s. untuk diangkat menjadi khalifah di bumi.Dalam agama Islam, sujud ibadah hanyalah diperbolehkan kepada Allah swt. semata-mata. Dan pada hakikatnya sujud kepada Allah swt. ada dua macam. Pertama; sujud manusia kepada Allah dalam beribadah, yaitu salat, menurut cara-cara yang telah ditentukan dalam ajaran syara'. Kedua; bersujud semua makhluk kepada Allah swt. dengan arti tunduk dan patuh kepada-Nya. Arti yang asli dari kata-kata "sujud" adalah "tunduk dan patuh".
Allah berfirman:
وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ (6)
Artinya:
Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan, kedua-duanya tunduk kepada-Nya. (Q.S Ar Rahman: 6)
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا
Artinya:
Hanya kepada Allahlah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri atau pun dengan terpaksa: (Q.S Ar Ra'du: 15)
Sujud para malaikat kepada Adam a.s. sebagai penghormatan dan pernyataan tunduk kepadanya, bukan untuk beribadah. Dan perintah Allah swt. kepada mereka untuk sujud kepada Adam a.s. menunjukkan kelebihan Adam a.s. dari mereka, sehingga ia benar-benar lebih berhak untuk dijadikan khalifah di bumi.
Mengenal asal usul kejadian Adam, malaikat dan iblis, disebutkan bahwa Adam a.s. diciptakan Allah dari tanah dan malaikat diciptakan dari cahaya (nur) sedang jin, iblis dan setan diciptakan dari api (nar).
Iblis dan setan selalu membisikkan kepada manusia hal-hal yang tidak benar untuk menggoda dan menyesatkan dari jalan yang lurus. Bahkan Adam dan Hawa sebagai manusia pertama telah digoda mereka untuk melanggar larangan Allah swt.
Iblis bukanlah termasuk jenis malaikat, melainkan suatu makhluk dari bangsa jin. Iblis itu pada mulanya pernah berada dalam kalangan malaikat, bergaul ! dengan mereka dan mempunyai sifat-sifat seperti mereka pula, walaupun asal kejadiannya berbeda dari asal kejadian malaikat. Buktinya ialah firman Allah ! swt. pada akhir ayat tersebut yang menerangkan bahwa ketika Allah swt. memerintahkan kepada para malaikat itu bersujud kepada Adam a.s. maka mereka semuanya patuh, kecuali iblis. Jadi teranglah bahwa iblis itu bukanlah dari kalangan malaikat, sebab malaikat selalu patuh dan taat kepada perintah Allah dan tidak pernah membangkang.
Firman Allah swt. dalam ayat yang lain pun mengatakan:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka, kecuali iblis, dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. (Q.S Al Kahfi: 50)
Iblis itu, sama halnya dengan jin dan setan. diciptakan Allah dari api. Dan iblis menganggap bahwa api lebih mulia dari pada tanah. Sebab itu ia memandang dirinya lebih mulia dari pada Adam a.s. sebab Adam a.s. diciptakan Allah dari tanah. Dan itulah sebabnya maka iblis menolak bersujud kepada Adam a.s.
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa iblis itu adalah termasuk jenis malaikat juga, sebab perintah Allah swt. kepada malaikat agar bersujud kepada Adam a.s. adalah ditujukan kepada semua malaikat. Lalu disebutkan, bahwa para malaikat itu semuanya bersujud kepada Adam a.s. kecuali iblis, ini menunjukkan bahwa iblis itupun malaikat juga. Dan memang benar, bahwa sitat yang asli dari para malaikat adalah patuh dan taat kepada Allah swt.
Namun demikian tidaklah mustahil bahwa sebahagian atau salah satu dari mereka ada yang bersifat durhaka, sebagai sifat yang datang kemudian. Dan itulah iblis.
Dalam ayat lain disebutkan, bahwa Allah swt. menanyakan kepada iblis apa alasannya untuk tidak bersujud kepada Adam a.s.
Firman-Nya:
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَأَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ (75)
Artinya:
Allah berfirman, "Hai Iblis! Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri, ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?." (Q.S Sad: 75)
Firman Allah:
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (12)
Artinya:
"Saya lebih baik dari padanya, Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (Q.S Al A'raf: 12 dan Q.S Sad: 76)
Iblis enggan mematuhi perintah Allah yang menyuruh sujud kepada Adam dan ia bersikap angkuh karena ia merasa dirinya lebih mulia dan lebih berhak dari Adam dijadikan khalifah. Karena iblis menolak perintah Allah berdasarkan anggapannya itu, maka ia termasuk makhluk yang kafir kepada Allah. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa iblis adalah makhluk yang pertama-tama mengingkari perintah Allah. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Iblis merupakan asal dari semua jin, sebagaimana Adam asal dari semua manusia. Jin itu mempunyai keturunan dan mereka menghuni bumi sebelum Adam diciptakan Allah dan mereka telah berbuat kerusakan di bumi. Itulah sebabnya, ketika Allah memberitahukan kepada para malaikat bahwa Dia akan menjadikan Adam sebagai khalifah di bumi untuk menggantikan jin, maka para malaikat berkata, "Apakah engkau akan menjadikan khalifah di bumi itu orang-orang yang suka berbuat kerusakan dan suka menumpahkan darah? Jadi malaikat mengira bahwa manusia pun akan berbuat seperti jin ketika mereka berkuasa di bumi.
35. Dan Kami berfirman:` Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.(QS. 2:35)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Baqarah 35
Mengenai surga yang disebutkan dalam ayat ini, sebagian besar ahli tafsir mengatakan bahwa surga yang dimaksudkan dalam ayat ini ialah surga di langit yang dijanjikan Allah swt. sebagai balasan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Menurut ahli tafsir yang lain bahwa surga yang tersebut dalam ayat itu adalah suatu taman, tempat Adam a.s. dan istrinya berdiam dan diberi kenikmatan hidup yang cukup.
Dalam ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa Adam a.s. dan istrinya dibolehkan menikmati makanan apa saja dan di mana saja dalam surga tersebut dengan aman dan leluasa, hanya saja Allah swt. melarang mereka mendekati dan memakan buah suatu pohon tertentu yang hanya merupakan salah satu pohon saja di antara banyak pohon-pohon yang ada dalam surga itu. Setan menamakan pohon tersebut "pohon huldi" karena menurutnya, jika Adam a.s. dan istrinya memakan buah pohon itu, maka mereka akan dapat kekal selama-lamanya dalam surga itu. Padahal yang sebenarnya adalah sebaliknya, yaitu, apabila ia dan istrinya memakan buah pohon itu, maka mereka akan dikeluarkan dari surga karena hal itu merupakan pelanggaran atau larangan Allah swt. Jika mereka melanggar larangan itu, maka mereka termasuk golongan orang-orang yang zalim terhadap diri mereka dan akan menerima hukuman dari Allah swt. yang akan mengakibatkan mereka kehilangan kehormatan dan kebahagiaan yang telah mereka peroleh.
Dalam ayat ini Allah swt. tidak menjelaskan hakikat dari pohon tersebut. Seseorang tak akan dapat menentukannya tanpa adanya suatu dalil yang pasti. Lagi pula, maksud utama dari kisah ini sudah tercapai tanpa memberikan keterangan tentang hakikat pohon tersebut.
Akan tetapi dapat dikatakan, bahwa larangan Allah swt, kepada Adam a.s. dan istrinya untuk mendekati pohon itu dan memakan buahnya, tentulah berdasarkan suatu hikmah dari-Nya, yaitu merupakan suatu ujian dari Allah swt. terhadap Adam a.s. dan istrinya.
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (35)
Allah swt. menerangkan bahwa Dia memerintahkan kepada Adam a.s. dan istrinya menempati surga yang telah disediakan untuk mereka.Mengenai surga yang disebutkan dalam ayat ini, sebagian besar ahli tafsir mengatakan bahwa surga yang dimaksudkan dalam ayat ini ialah surga di langit yang dijanjikan Allah swt. sebagai balasan bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Menurut ahli tafsir yang lain bahwa surga yang tersebut dalam ayat itu adalah suatu taman, tempat Adam a.s. dan istrinya berdiam dan diberi kenikmatan hidup yang cukup.
Dalam ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa Adam a.s. dan istrinya dibolehkan menikmati makanan apa saja dan di mana saja dalam surga tersebut dengan aman dan leluasa, hanya saja Allah swt. melarang mereka mendekati dan memakan buah suatu pohon tertentu yang hanya merupakan salah satu pohon saja di antara banyak pohon-pohon yang ada dalam surga itu. Setan menamakan pohon tersebut "pohon huldi" karena menurutnya, jika Adam a.s. dan istrinya memakan buah pohon itu, maka mereka akan dapat kekal selama-lamanya dalam surga itu. Padahal yang sebenarnya adalah sebaliknya, yaitu, apabila ia dan istrinya memakan buah pohon itu, maka mereka akan dikeluarkan dari surga karena hal itu merupakan pelanggaran atau larangan Allah swt. Jika mereka melanggar larangan itu, maka mereka termasuk golongan orang-orang yang zalim terhadap diri mereka dan akan menerima hukuman dari Allah swt. yang akan mengakibatkan mereka kehilangan kehormatan dan kebahagiaan yang telah mereka peroleh.
Dalam ayat ini Allah swt. tidak menjelaskan hakikat dari pohon tersebut. Seseorang tak akan dapat menentukannya tanpa adanya suatu dalil yang pasti. Lagi pula, maksud utama dari kisah ini sudah tercapai tanpa memberikan keterangan tentang hakikat pohon tersebut.
Akan tetapi dapat dikatakan, bahwa larangan Allah swt, kepada Adam a.s. dan istrinya untuk mendekati pohon itu dan memakan buahnya, tentulah berdasarkan suatu hikmah dari-Nya, yaitu merupakan suatu ujian dari Allah swt. terhadap Adam a.s. dan istrinya.
36. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari syurga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: `Turunlah kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan`.(QS. 2:36)
Surah Al Baqarah 36
Firman Allah :
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى (120)
Artinya:
Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya dengan berkata, "Hai Adam! Maukah kamu saya tunjukkan. kepada sebuah pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa." (Q.S Taha: 120)
Dan dalam firman-Nya yang lam disebutkan pula bujukan setan itu:
وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِين
Artinya:
Ia berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)". (Q.S Al A'raf: 20)
Dalam melakukan godaan itu, setan berusaha untuk meyakinkan Adam a.s. bahwa ia benar-benar hanya memberikan nasihat yang baik dan untuk itu ia bersumpah.
Firman Allah:
إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ (21)
Artinya:
Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua (Q.S Al A'raf: 21)
Karena kesalahan yang telah dilakukan Adam dan istrinya itu, maka Allah swt. mengeluarkan mereka dari kenikmatan (dan kemuliaan yang telah mereka peroleh selama ini, lalu Allah swt. memerintahkan supaya mereka turun dari surga itu ke bumi. Mereka dalam keadaan bermusuhan satu dengan yang lainnya.
Selanjutnya, Allah swt. menerangkan bahwa mereka itu akan memperoleh tempat tinggal dan kenikmatan hidup di bumi sampai kepada ajal masing masing. Dengan demikian, tak seorang pun yang akan hidup kekal di bumi. Dan teranglah kebatalan bisikan-bisikan setan kepada Adam a.s. dan istrinya, bahwa dengan memakan buah pohon itu mereka akan kekal selama-lamanya di dalam surga itu.
Dalam ayat tersebut terdapat isyarat, bahwa dikeluarkan Adam a.s. bersama istrinya dari surga ke bumi bukanlah untuk membinasakan mereka, melainkan agar mereka bekerja memakmurkan bumi ini dan bukanlah menjauhkan mereka dari kenikmatan hidup, sebab di bumi pun mereka tetap dikaruniai kenikmatan itu dan tidak pula untuk hidup kekal karena suatu ketika mereka akan menemui ajal dan meninggalkan dunia yang fana ini.
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ (36)
Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan, bahwa setan telah menggoda Adam a.s. dan istrinya sehingga akhirnya mereka tergoda dan melanggar larangan Allah swt. untuk memakan buah pohon itu. Dalam ayat lain juga disebutkan bagaimana setan itu membujuk Adam a.s. dan istrinya.Firman Allah :
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى (120)
Artinya:
Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya dengan berkata, "Hai Adam! Maukah kamu saya tunjukkan. kepada sebuah pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa." (Q.S Taha: 120)
Dan dalam firman-Nya yang lam disebutkan pula bujukan setan itu:
وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِين
Artinya:
Ia berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)". (Q.S Al A'raf: 20)
Dalam melakukan godaan itu, setan berusaha untuk meyakinkan Adam a.s. bahwa ia benar-benar hanya memberikan nasihat yang baik dan untuk itu ia bersumpah.
Firman Allah:
إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ (21)
Artinya:
Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua (Q.S Al A'raf: 21)
Karena kesalahan yang telah dilakukan Adam dan istrinya itu, maka Allah swt. mengeluarkan mereka dari kenikmatan (dan kemuliaan yang telah mereka peroleh selama ini, lalu Allah swt. memerintahkan supaya mereka turun dari surga itu ke bumi. Mereka dalam keadaan bermusuhan satu dengan yang lainnya.
Selanjutnya, Allah swt. menerangkan bahwa mereka itu akan memperoleh tempat tinggal dan kenikmatan hidup di bumi sampai kepada ajal masing masing. Dengan demikian, tak seorang pun yang akan hidup kekal di bumi. Dan teranglah kebatalan bisikan-bisikan setan kepada Adam a.s. dan istrinya, bahwa dengan memakan buah pohon itu mereka akan kekal selama-lamanya di dalam surga itu.
Dalam ayat tersebut terdapat isyarat, bahwa dikeluarkan Adam a.s. bersama istrinya dari surga ke bumi bukanlah untuk membinasakan mereka, melainkan agar mereka bekerja memakmurkan bumi ini dan bukanlah menjauhkan mereka dari kenikmatan hidup, sebab di bumi pun mereka tetap dikaruniai kenikmatan itu dan tidak pula untuk hidup kekal karena suatu ketika mereka akan menemui ajal dan meninggalkan dunia yang fana ini.
37. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(QS. 2:37)
Al Baqarah 37
Firman Allah:
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (23)
Artinya:
Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi" (Q.S Al A'raf: 23)
Setelah Adam berdoa untuk memohon ampun kepada Allah dengan mengucapkan kata-kata tersebut, maka Allah pun menerima tobatnya dan melimpahkan rahmat-Nya kepada Adam. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat dan Maha Pengasih. Sebab Allah senantiasa memberikan maaf dan ampunan serta rahmat-Nya kepada orang yang bertobat dari kesalahannya. Tobat yang diterima Allah adalah tobat yang memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1.Menyesali dan meninggalkan segera kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan.
2.Menjauhi dan tidak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan dan perbuatan-perbuatan semacam itu.
3.Menyusuli perbuatan dosa itu dengan perbuatan-perbuatan yang baik.
Dalam hal ini Rasulullah saw. telah bersabda:
أتبع السيئة الحسنة تمحها
Artinya:
Iringilah perbuatan jahat itu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan dapat menghapuskan dosanya": (H.R At Tirmizi dari Abi Zar)
Dalam ayat ini ada dua macam sifat-sifat Allah swt. disebutkan sekaligus, yaitu : " Maha Penerima tobat" dan "Maha Pengasih". Hal ini adalah merupakan isyarat tentang jaminan Allah kepada setiap orang yang bertobat menurut cara-cara yang tersebut di atas, bahwa Allah swt. akan melimpahkan kepadanya kebaikan serta maaf dan ampunan-Nya.
فَتَلَقَّى آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (37)
Dalam ayat ini diterangkan bahwa setelah Adam a.s. dike1uarkan dari surga itu, ia telah menerima ilham dari Allah swt. yang mengajarkan kepadanya kata-kata untuk bertobat. Lalu Adam bertobat dan memohon ampun kepada Allah swt. dengan menggunakan. kata-kata tersebut, yang berbunyi sebagai berikut:Firman Allah:
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (23)
Artinya:
Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi" (Q.S Al A'raf: 23)
Setelah Adam berdoa untuk memohon ampun kepada Allah dengan mengucapkan kata-kata tersebut, maka Allah pun menerima tobatnya dan melimpahkan rahmat-Nya kepada Adam. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat dan Maha Pengasih. Sebab Allah senantiasa memberikan maaf dan ampunan serta rahmat-Nya kepada orang yang bertobat dari kesalahannya. Tobat yang diterima Allah adalah tobat yang memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1.Menyesali dan meninggalkan segera kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan.
2.Menjauhi dan tidak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan dan perbuatan-perbuatan semacam itu.
3.Menyusuli perbuatan dosa itu dengan perbuatan-perbuatan yang baik.
Dalam hal ini Rasulullah saw. telah bersabda:
أتبع السيئة الحسنة تمحها
Artinya:
Iringilah perbuatan jahat itu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan dapat menghapuskan dosanya": (H.R At Tirmizi dari Abi Zar)
Dalam ayat ini ada dua macam sifat-sifat Allah swt. disebutkan sekaligus, yaitu : " Maha Penerima tobat" dan "Maha Pengasih". Hal ini adalah merupakan isyarat tentang jaminan Allah kepada setiap orang yang bertobat menurut cara-cara yang tersebut di atas, bahwa Allah swt. akan melimpahkan kepadanya kebaikan serta maaf dan ampunan-Nya.
38. Kami berfirman: `Turunlah kamu dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati`.(QS. 2:38)
Al Baqarah 38
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (38)
Pada ayat 36 yang lalu telah disebutkan perintah Allah swt. kepada Adam, Hawa dan Iblis agar mereka keluar dari surga. Kemudian dalam ayat 38 ini Allah swt. mengulangi lagi perintah-Nya itu, yaitu agar Adam dan Hawa keluar dari surga yang penuh kenikmatan dan kesenangan hidup, pindah ke bumi yang menghendaki kerja keras dan perjuangan, kepadanya dibentangkan dua macam jalan. Pertama, adalah jalan yang dapat mengantarkan kepada kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat yaitu dengan beriman kepada Allah swt. serta mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya. Kedua, jalan orang kafir dan durhaka terhadap-Nya menuruti bujukan-bujukan setan dan jalan ini akan membawa manusia kepada kerugian dan kesengsaraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.Barangsiapa mengikuti petunjuk-petunjuk Allah swt. yang disampaikan-Nya melalui rasul-rasul-Nya, maka mereka itulah yang akan memperoleh kebahagiaan dan ketenteraman. Terhadap mereka tak akan ada kekhawatiran apa pun dan mereka tidak pula dikhawatirkan karena iman dan ketaatan mereka yang teguh kepada kekuasaan dan rahmat Allah swt. dan mereka tak akan merasa sedih atas kejadian-kejadian yang menimbulkan kerugian harta benda atau pun kehilangan anggota keluarga dan sebagainya karena bagi orang-orang yang beriman teguh dan selalu berpegang kepada petunjuk-petunjuk Allah mudah baginya menghadapi segala macam musibah dan cobaan-cobaan yang menimpa dirinya. sebab ia percaya bahwa kesabaran dan penyerahan diri kepada Allah swt. adalah jalan yang terbaik untuk memperoleh keridaan-Nya, di samping pahala dan ganjaran yang diperolehnya dari Allah yang merupakan ganti yang lebih baik dari yang telah hilang dari nya.
Agama telah mengharamkan sebagian dari barang-barang yang lezat yang manusia mampu untuk menikmatinya. Larangan tersebut disebabkan karena kerusakan yang dapat ditimbulkannya, balk terhadap pribadi orang yang melakukannya, maupun terhadap orang lain dan masyarakat umum. Maka barangsiapa yang dapat membayangkan bahaya yang mungkin timbul karena menikmati kelezatan yang telah diharamkan itu dan dapat pula menggambarkan dalam pikirannya pengaruh-pengaruh dan bekas-bekas jelek yang akan menimpa dirinya karena perbuatan, itu baik terhadap dirinya maupun terhadap umatnya, niscaya dia akan lari dari setiap kelezatan yang diharamkan itu, seperti larinya orang-orang yang sehat dari penyakit kusta. Lebih-lebih orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, dia akan memandang bahwa yang dilarang agama akan menimbulkan aib dan kekotoran pada dirinya dan akan menjauhkannya dari kebahagiaan dan kemuliaan di hari kiamat kelak. Orang orang yang bersih dari perbuatan dosa di dunia ini nanti akan kelihatan wajahnya berseri-seri, sedang orang-orang yang selalu bergelimang dosa akan kelihatan wajahnya hitam muram.
39. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.(QS. 2:39)
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (39)
Dalam ayat ini Allah swt. menegaskan bahwa orang-orang yang tidak mau mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya dan orang-Orang yang kafir terhadap ayat-ayat-Nya, serta mendustakan ayat-ayat itu dengan ucapannya, maka balasan bagi mereka itu adalah neraka. Keingkaran terhadap ayat-ayat Allah swt. suatu kekafiran, baik kekafiran itu disebabkan karena tidak percaya atas kebenaran Rasulullah atau kekafiran yang disebabkan oleh kesombongan dan keangkuhan yang mendorong untuk mendustakan rasul. Mengenai mereka ini Allah swt. berfirman kepada Rasul-Nya:فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ (33)
Artinya:
Janganlah kamu sedih hati, sesungguhnya mereka itu sebenarnya bukan mendustakan kamu akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah . (Q.S Al An'am: 33)
Orang-orang mukmin mempunyai keimanan di dalam hati dan diucapkannya dengan lidahnya. Ada pula orang kafir di dalam hati tetapi lidahnya mengucapkan bahwa ia beriman. Inilah orang munafik. Lain di mulut, lain di hati dan lain pula dalam perbuatan.
40. Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).(QS. 2:40)
Al Baqarah 40
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ (40)
Allah swt. memulai ayat ini dengan menyebut Bani Israel (orang-orang Yahudi) karena merekalah bangsa yang paling dahulu mengemban Kitab-kitab samawiyah dan karena di antara mereka terdapat pula orang-orang yang paling keras memusuhi orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad saw. Kalau mereka masuk Islam maka hal itu akan merupakan alasan yang kuat yang dapat dihadapkan kepada orang-orang Nasrani dan orang kafir yang lain yang tidak mau beriman dan pula karena bangsa Yahudi lah yang paling dahulu berjanji kepada Allah swt. bahwa mereka akan beriman kepada setiap nabi yang diutus-Nya, apabila telah ada bukti-bukti yang nyata.
Bani Israel itu keturunan Nabi Yakub a.s. dan Nabi Yakub ini terkenal sebagai hamba Allah yang amat saleh serta sabar dan tawakal. Maka Allah swt. memanggil anak cucu Yakub dalam permulaan ayat ini dengan sebutan "Bani Israel" untuk mengingatkan kepada mereka agar mereka mencontoh nenek moyang mereka itu dalam hal keimanan, ketaatan, kesalehan, ketakwaan dan kesabaran serta sifat-sifat lain yang terpuji. Hal ini disebabkan karena pada waktu turunnya Alquran kepada Nabi Muhammad, tampaklah gejala-gejala bahwa tingkah laku Bani Israel itu sudah melampaui batas dan jauh menyimpang dari ajaran dan sifat-sifat nenek moyang mereka itu, terutama sikap mereka terhadap Alquran yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw. Mereka tidak mau beriman bahwa Alquran itu adalah wahyu Allah, bahkan mereka mendustakan kenabian dan kerasulan Muhammad saw. Seharusnya merekalah yang paling dahulu beriman kepada Nabi Muhammad saw, sebab berita tentang kedatangan beliau telah disebutkan lebih dahulu dalam kitab suci mereka, yaitu Taurat.
Dalam ayat ini terdapat tiga macam perintah Allah swt. kepada Bani Israel, yaitu.
1.Agar mereka senantiasa mengingat nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka dan mensyukurinya dengan lisan dan dengan perbuatan. Apa wujudnya nikmat-nikmat tersebut, memang tidak diterangkan dalam ayat ini. Tetapi yang dimaksud antara lain ialah bahwa Allah telah memilih nabi-nabi-Nya diri kalangan mereka itu. Dan hal ini terjadi dalam masa yang cukup lama, sehingga mereka diberi julukan sebagai "Sya`bullah al Mukhtar" yaitu "hamba-hamba Allah yang terpilih". Semuanya itu harus mereka ingat dan mereka syukuri. Dan salah satu cara untuk mensyukurinya ialah beriman kepada setiap nabi yang diutus Allah untuk memberikan bimbingan kepada manusia. Akan tetapi dalam kenyataannya mereka menjadikan nikmat tersebut sebagai alasan untuk tidak menerima seruan Nabi Muhammad saw, malah mengejeknya dan mengatakan bahwa nikmat dan karunia Allah hanya tertentu untuk mereka saja.
2.Janji mereka kepada Allah swt. ada dua macam, pertama ialah janji yang berlaku bagi seluruh manusia, yaitu bahwa mereka harus menimbang segala masalah dengan timbangan akal dan pikiran serta penyelidikan yang akan membawa mereka kepada mengetahui hakikat segala sesuatu, sebagai jalan untuk mengenal Allah. Kedua, janji bahwa mereka hanya akan menyembah Allah semata-mata dan tidak akan memperserikatkan-Nya dengan sesuatu pun dan bahwa mereka akan beriman kepada rasul-rasul-Nya. Andai kata Bani Israel yang ada pada masa itu memperhatikan janji janji tersebut, antara lain ialah bahwa Allah swt. akan mengutus seorang nabi yang berasal dari keturunan saudara nenek moyang mereka yang menurunkan suatu bangsa yang baru, yaitu bangsa Arab, niscaya mereka beriman kepada Nabi Muhammad saw dan pastilah pula mereka mengikuti petunjuk yang diturunkan Allah kepadanya dan dengan demikian mereka akan termasuk orang-orang yang memperoleh kemenangan.
Sebaliknya, jika mereka memenuhi janji kepada Allah, maka Allah akan mengizinkan mereka untuk menetap di tanah suci Palestina dan mereka akan diberi kemuliaan serta kehidupan yang makmur. Kenyataan menunjukkan bahwa mereka tidak memenuhi janji-janji mereka itu, antara lain disebabkan karena rasa takut dan khawatir terhadap satu sama lainnya.
3.Agar mereka hanya takut kepada Allah semata-mata. Perintah ini diberikan Allah karena kenyataan menunjukkan bahwa Bani Israel itu tidak memenuhi janji-janji mereka kepada Allah antara lain, mereka tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad. Hal itu disebabkan karena rasa takut mereka terhadap satu sama lain. Maka Allah memerintahkan agar mereka hanya takut kepada Allah semata-mata dan jangan takut kepada selain Allah. Sebab, hanya Allah sajalah yang menguasai segala persoalan dan Dialah yang telah memberikan nikmat yang begitu besar kepada mereka dan Dia pulalah yang kuasa untuk mencabut kembali nikmat itu dari tangan mereka dan Dia pulalah yang akan mengazab mereka lantaran tidak mensyukuri nikmat itu. Mereka seharusnya tidak perlu merasa takut terhadap sesamanya karena khawatir akan hilangnya sebagian dari keuntungan-keuntungan mereka atau akan terjadinya malapetaka atas diri mereka karena mengikuti yang hak dan menyalahi kemauan pemimpin-pemimpin mereka. Allah lebih kuasa dari pada pemimpin-pemimpin itu.
Surah Al-BaqarahBani Israel itu keturunan Nabi Yakub a.s. dan Nabi Yakub ini terkenal sebagai hamba Allah yang amat saleh serta sabar dan tawakal. Maka Allah swt. memanggil anak cucu Yakub dalam permulaan ayat ini dengan sebutan "Bani Israel" untuk mengingatkan kepada mereka agar mereka mencontoh nenek moyang mereka itu dalam hal keimanan, ketaatan, kesalehan, ketakwaan dan kesabaran serta sifat-sifat lain yang terpuji. Hal ini disebabkan karena pada waktu turunnya Alquran kepada Nabi Muhammad, tampaklah gejala-gejala bahwa tingkah laku Bani Israel itu sudah melampaui batas dan jauh menyimpang dari ajaran dan sifat-sifat nenek moyang mereka itu, terutama sikap mereka terhadap Alquran yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw. Mereka tidak mau beriman bahwa Alquran itu adalah wahyu Allah, bahkan mereka mendustakan kenabian dan kerasulan Muhammad saw. Seharusnya merekalah yang paling dahulu beriman kepada Nabi Muhammad saw, sebab berita tentang kedatangan beliau telah disebutkan lebih dahulu dalam kitab suci mereka, yaitu Taurat.
Dalam ayat ini terdapat tiga macam perintah Allah swt. kepada Bani Israel, yaitu.
1.Agar mereka senantiasa mengingat nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka dan mensyukurinya dengan lisan dan dengan perbuatan. Apa wujudnya nikmat-nikmat tersebut, memang tidak diterangkan dalam ayat ini. Tetapi yang dimaksud antara lain ialah bahwa Allah telah memilih nabi-nabi-Nya diri kalangan mereka itu. Dan hal ini terjadi dalam masa yang cukup lama, sehingga mereka diberi julukan sebagai "Sya`bullah al Mukhtar" yaitu "hamba-hamba Allah yang terpilih". Semuanya itu harus mereka ingat dan mereka syukuri. Dan salah satu cara untuk mensyukurinya ialah beriman kepada setiap nabi yang diutus Allah untuk memberikan bimbingan kepada manusia. Akan tetapi dalam kenyataannya mereka menjadikan nikmat tersebut sebagai alasan untuk tidak menerima seruan Nabi Muhammad saw, malah mengejeknya dan mengatakan bahwa nikmat dan karunia Allah hanya tertentu untuk mereka saja.
2.Janji mereka kepada Allah swt. ada dua macam, pertama ialah janji yang berlaku bagi seluruh manusia, yaitu bahwa mereka harus menimbang segala masalah dengan timbangan akal dan pikiran serta penyelidikan yang akan membawa mereka kepada mengetahui hakikat segala sesuatu, sebagai jalan untuk mengenal Allah. Kedua, janji bahwa mereka hanya akan menyembah Allah semata-mata dan tidak akan memperserikatkan-Nya dengan sesuatu pun dan bahwa mereka akan beriman kepada rasul-rasul-Nya. Andai kata Bani Israel yang ada pada masa itu memperhatikan janji janji tersebut, antara lain ialah bahwa Allah swt. akan mengutus seorang nabi yang berasal dari keturunan saudara nenek moyang mereka yang menurunkan suatu bangsa yang baru, yaitu bangsa Arab, niscaya mereka beriman kepada Nabi Muhammad saw dan pastilah pula mereka mengikuti petunjuk yang diturunkan Allah kepadanya dan dengan demikian mereka akan termasuk orang-orang yang memperoleh kemenangan.
Sebaliknya, jika mereka memenuhi janji kepada Allah, maka Allah akan mengizinkan mereka untuk menetap di tanah suci Palestina dan mereka akan diberi kemuliaan serta kehidupan yang makmur. Kenyataan menunjukkan bahwa mereka tidak memenuhi janji-janji mereka itu, antara lain disebabkan karena rasa takut dan khawatir terhadap satu sama lainnya.
3.Agar mereka hanya takut kepada Allah semata-mata. Perintah ini diberikan Allah karena kenyataan menunjukkan bahwa Bani Israel itu tidak memenuhi janji-janji mereka kepada Allah antara lain, mereka tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad. Hal itu disebabkan karena rasa takut mereka terhadap satu sama lain. Maka Allah memerintahkan agar mereka hanya takut kepada Allah semata-mata dan jangan takut kepada selain Allah. Sebab, hanya Allah sajalah yang menguasai segala persoalan dan Dialah yang telah memberikan nikmat yang begitu besar kepada mereka dan Dia pulalah yang kuasa untuk mencabut kembali nikmat itu dari tangan mereka dan Dia pulalah yang akan mengazab mereka lantaran tidak mensyukuri nikmat itu. Mereka seharusnya tidak perlu merasa takut terhadap sesamanya karena khawatir akan hilangnya sebagian dari keuntungan-keuntungan mereka atau akan terjadinya malapetaka atas diri mereka karena mengikuti yang hak dan menyalahi kemauan pemimpin-pemimpin mereka. Allah lebih kuasa dari pada pemimpin-pemimpin itu.
Kembali ke Daftar Surah Kembali ke Surah Al-Baqarah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar