Minggu, 08 April 2012

Yunus 41 - 50

SURAH YUNUS
<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH                         DAFTAR SURAH YUNUS >>
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=3&SuratKe=10#Top

41. Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah:` Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan `.(QS. 10:41)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Yunus 41
وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ (41)
Kemudian Allah swt. memberikan penjelasan bahwa apabila orang-orang musyrikin itu tetap mendustakan Muhammad saw., maka Allah swt. memerintahkan kepadanya untuk mengatakan kepada mereka bahwa Nabi Muhammad saw. berhak meneruskan tugasnya yaitu meneruskan tugas-tugas kerasulannya sebagai penyampai perintah Allah yang nyata kebenarannya, yang mengandung peringatan dan penghibur serta tuntunan ibadah serta pokok-pokok kemaslahatan yang menjadi pedoman untuk kehidupan dunia. Nabi Muhammad saw. tidak diperintahkan untuk memeriksa mereka, apabila mereka tetap mempertahankan sikap mereka yang mendustakan Alquran dan mempersekutukan Allah swt. Allah swt. berfirman:

قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلًا
Artinya:
Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
(Q.S. Al-Isra': 84)
Mereka berlepas diri (tidak bertanggung jawab) terhadap apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. dan Nabi Muhammad pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Maksudnya Allah swt. tidak akan menjatuhkan hukuman kepada seseorang karena kesalahan orang yang lain.
Allah swt. berfirman:

قُلْ إِنِ افْتَرَيْتُهُ فَعَلَيَّ إِجْرَامِي وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تُجْرِمُونَ
Artinya:
Katakanlah: "Jika aku membuat-buat nasihat itu, maka hanya akulah yang memikul dosaku, dan aku berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat."
(Q.S. Hud: 35)
Dan firman-Nya lagi:

فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ
Artinya:
Jika mereka mendurhakaimu, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan."
(Q.S. Asy Syu'ara: 216)

42. Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar walaupun mereka tidak mengerti.(QS. 10:42)

وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُونَ إِلَيْكَ أَفَأَنْتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ وَلَوْ كَانُوا لَا يَعْقِلُونَ (42)
Sesudah itu Allah swt. menjelaskan kepada Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya bahwa di antara orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah itu ada sekelompok manusia yang mendengarkan secara sembunyi-sembunyi apabila Alquran itu dibacakan. Mereka memperhatikan pokok-pokok agama yang terkandung di dalamnya, hanya saja mereka itu bukanlah bermaksud untuk mendengarnya dengan ketulusan hati. Karena mereka pada saat mendengar itu tidak mau mempergunakan akalnya untuk memperhatikan kandungan isinya dan tidak pula mau memikirkan maksud dan tujuannya, sehingga mereka itu dapat memahami tujuan yang sebenarnya.
Mereka mendengarkan itu karena tertarik kepada susunan bahasa yang indah dari Alquran dan mereka merasa tercengang mendengar keindahan susunannya, seperti seorang yang tertarik kepada kicauan murai di atas pepohonan, mereka hanya dapat menikmati keindahannya tetapi tidak dapat memahami maksud apa yang terkandung dalam kicauannya itu. Allah swt. berfirman:

مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلَّا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ
Artinya:
Tidak datang kepada mereka suatu ayat Alquran pun yang baru (diturunkan) dari Tuhan mereka melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main.
(Q.S. Al-Anbiya': 2)
Dan firman-Nya:

وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلَّا دُعَاءً وَنِدَاءً صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
Artinya:
Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.
(Q.S. Al-Baqarah: 171)
Di akhir ayat Allah swt. menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw. tidak akan dapat dan tidak akan mampu untuk membuat mereka itu mendengar dan mengerti akan apa yang mereka dengarkan, karena mereka itu telah kehilangan manfaat dari indra pendengaran dalam arti yang sebenar-benarnya. Mereka itu bukanlah pendengar yang baik, sebab pendengar yang baik ialah orang yang dapat memikirkan dan memahami serta melaksanakan maksud dan tujuan dari apa yang didengarnya. Apalagi di samping itu mereka selamanya memang tidak akan berusaha untuk ikut mengerti, maka mereka tidak akan dapat manfaat dari apa yang mereka dengarkan dan tidak akan dapat memahami petunjuk-petunjuk yang dikandungnya.

43. Dan di antara mereka ada orang yang melihat kepadamu, apakah dapat kamu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka tidak dapat memperhatikan.(QS. 10:43)

وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْظُرُ إِلَيْكَ أَفَأَنْتَ تَهْدِي الْعُمْيَ وَلَوْ كَانُوا لَا يُبْصِرُونَ (43)
Sesudah itu Allah swt. menjelaskan bahwa di antara orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah itu ada pula kelompok orang yang memperhatikan Nabi Muhammad saw. pada saat dibacakan Alquran. Perhatian mereka itu adalah secara lahiriah semata yang hanya dapat melihat gerakan lisan pada saat mengucapkan lafal dan susunannya, bukan merupakan perhatian yang murni yang dapat memahami dan memikirkan makna yang terkandung di dalam kata yang tersusun dalam kalimat itu. Itulah sebabnya maka cahaya iman dalam hati mereka tidak dapat memancar karena tertutup oleh noda-noda kemusyrikan. Mereka tidak dapat melihat tanda-tanda kebenaran dan petunjuk yang terkandung dalam ayat Alquran. Padahal pandangan batin inilah yang membedakan manusia dengan binatang. Seharusnyalah dengan perhatian itu manusia dapat memahami dan memikirkan apa yang dilihatnya karena Allah menyamakan mereka itu dengan orang buat, jelas tampak dalam akhir ayat pada saat Allah swt. menandaskan bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan tidaklah mampu membuat mereka itu melihat akan tanda-tanda kebenaran yang terdapat di dalam ayat-ayat Alquran itu. Karena mereka itu memang tidak akan mampu mengindra tanda-tanda kebenaran ayatnya apalagi mereka tidak mempunyai niat untuk mempergunakan indra batinnya untuk memahami kandungan isi ayat-ayat Alquran itu selama-lamanya.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yunus 43
وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْظُرُ إِلَيْكَ أَفَأَنْتَ تَهْدِي الْعُمْيَ وَلَوْ كَانُوا لَا يُبْصِرُونَ (43)
(Dan di antara mereka ada orang yang melihat kepadamu, apakah dapat kamu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka tidak dapat memperhatikan) Allah swt. menyerupakan keadaan mereka dengan keadaan orang-orang yang tidak dapat melihat, karena mereka tidak mau mengambil petunjuk dari apa yang mereka lihat. Bahkan keadaan mereka lebih parah lagi; gambaran ini diungkapkan pula di dalam firman-Nya yang lain, yaitu, "Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada." (Al-Hajj 46).

44. Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.(QS. 10:44)

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (44)
Kemudian daripada itu Allah swt. menandaskan kepada kaum Muslimin, bahwa Allah tidak akan berbuat aniaya. Dia tidak akan mengurangi daya indra dan semua alat yang dimiliki manusia untuk memperoleh petunjuk agar mereka sampai kepada kebenaran dan dapat mempedomani petunjuk itu sehingga dapat melaksanakannya untuk mencapai segala sesuatu yang bermanfaat bagi mereka asalkan manusia itu sendiri mau mempergunakan pancaindranya sebaik-baiknya. Kalau terjadi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Karena mereka diberi mata, tetapi tidak mau memahami petunjuk Allah berarti mereka yang menganiaya diri mereka sendiri. Karena mereka tidak mau mendengar dan diberi hati tetapi tidak mau mengerti, maka sepantasnyalah apabila mereka disiksa sebab menganiaya diri mereka sendiri. Allah swt. telah menurunkan utusan untuk membimbing mereka kepada kehidupan yang berbahagia di dunia dan di akhirat tetapi mereka tidak mau mendengar dan tidak mau menaatinya, maka apabila kehidupan mereka tersesat dan di akhirat kelak dijatuhi siksaan yang berat, maka yang menganiaya mereka itu tiada lain adalah diri mereka sendiri.

45. Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.(QS. 10:45)

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَنْ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (45)
Allah swt. memerintahkan Rasul-Nya agar memberikan peringatan kepada mereka bahwa Allah swt. akan menimpakan siksa kepada mereka di hari kiamat yaitu pada saat mereka dihimpun di padang Mahsyar setelah mereka dibangkitkan kembali dari alam kubur. Mereka akan diperiksa pada hari itu dan akan diberikan pembalasan yang setimpal dengan amalnya. Pada hari itu mereka akan dapat membandingkan betapa lamanya waktu yang harus mereka lalui apabila dibandingkan dengan kehidupan dunia yang terasa sebentar saja. Di saat itulah mereka akan merasa menyesal karena tertipu oleh kehidupan dan kenikmatan dunia yang sifatnya hanya sementara, serta melupakan kehidupan akhirat padahal kehidupan akhirat itu adalah kehidupan yang kekal dan di saat itu pulalah mereka akan merasakan penyesalan yang berkepanjangan dan menerima hukuman. Allah swt. berfirman:

كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya:
Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka, (mereka merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.
(Q.S. Al-Ahqaf: 35)
Dan firman Allah swt.:

وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ كَذَلِكَ كَانُوا يُؤْفَكُونَ
Artinya:
Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa: "Mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)." Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran).
(Q.S. Ar Rum: 55)
Allah swt. menjelaskan bahwa mereka itu merasa merugi, karena mereka tidak dapat merasakan kebahagiaan yang abadi dan karena mereka tidak beriman dengan iman yang benar serta tidak melakukan amal yang baik, yang dapat meningkatkan diri mereka menjadi makhluk yang mulia yang pantas menerima keridaan Allah, sehingga mereka berhak memasuki surga Aden. Mereka pun mendustakan kepercayaan bahwa orang-orang yang diridai oleh Allah itu dapat bertemu dengan Allah swt. Itulah sebabnya maka Allah swt. pada akhir ayat menandaskan bahwa mereka itu tergolong orang-orang yang tidak mendapat petunjuk, karena mereka telah menentukan pilihan yang salah mengutamakan kehidupan dunia yang fana dan sementara daripada kehidupan akhirat yang abadi yang mengandung kenikmatan yang tak ada taranya.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yunus 45
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَنْ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (45)
(Dan di hari ketika Allah mengumpulkan mereka, seakan-akan) artinya keadaan mereka seolah-olah (tidak pernah tinggal) di dunia atau di alam kubur (melainkan hanya sesaat saja di siang hari) mengingat kengerian yang mereka lihat pada saat itu. Jumlah tasybih atau kalimat ka-allam yalbatsuu illaa saa'atan minan nahaar menjadi hal atau kata keterangan daripada dhamir maf'ul yang terdapat di dalam lafal yahsyuruhum (mereka saling berkenalan di antara sesama mereka) sebagian di antara mereka berkenalan dengan sebagian yang lain bila mereka dibangkitkan dari alam kubur, kemudian terputuslah perkenalan mereka mengingat ngerinya keadaan yang sedang mereka hadapi. Kalimat ayat ini menjadi jumlah hal yang muqaddarah atau berta'alluq pada zharaf. (Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah) yaitu mereka yang tidak mempercayai adanya hari berbangkit (dan mereka tidak mendapat petunjuk).

46. Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka, (tentulah kamu akan melihatnya) atau (jika) Kami wafatkan kamu (sebelum itu), maka kepada Kami jualah mereka kembali, dan Allah menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan.(QS. 10:46)

وَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ اللَّهُ شَهِيدٌ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ (46)
Sesudah itu Allah swt. menegaskan akan terjadinya siksaan yang dijanjikan Allah kepada orang-orang musyrikin baik siksaan itu berupakan siksaan yang akan ditimpakan kepada mereka di dunia, atau pun siksaan yang akan ditimpakan kepada mereka di akhirat. Siksaan yang akan ditimpakan kepada mereka itu akan diperlihatkan kepada Rasul keseluruhan atau sebagiannya baik di waktu Rasul masih hidup atau pun setelah wafat. Hal itu bergantung kepada kehendak Allah semata. Tetapi yang dimaksud di dalam ayat itu bahwa Rasulullah saw. akan mengetahui siksaan-siksaan yang akan ditimpakan kepada mereka itu tidak secara keseluruhannya tetapi hanya sebagian saja, yaitu siksaan-siksaan yang telah ditimpakan kepada mereka di dunia seperti terkabulnya doa Nabi di waktu perang Badar, yaitu turunnya hujan yang deras yang menguntungkan kaum muslimin dan merugikan orang-orang musyrikin sehingga kaum muslimin mendapat kemenangan yang gilang-gemilang. Dan juga seperti kekalahan total orang-orang musyrikin pada Futuh (penaklukan) Mekah sehingga kekuatan mereka menjadi binasa sama sekali. Sekalipun demikian kepada Allah jualah persoalan mereka itu akan kembali karena di hari Mahsyar kelak Allah akan memperlihatkan kepada Nabi Muhammad saw. keseluruhan azab yang akan mereka rasakan.
Kemudian Allah akan memberikan balasan yang setimpal dengan perbuatan yang mereka lakukan dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalang-halangi pembalasan itu dan siksaan itu akan mereka rasakan dan mereka alami sebagaimana mestinya. Allah berfirman:

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ
Artinya:
Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar maka meskipun Kami perlihatkan kepadamu sebahagian siksa yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu (sebelum ajal menimpa mereka), namun kepada Kami sajalah mereka dikembalikan.
(Q.S. Al-Mu'min: 77)
Dan firman Allah swt.:

أَوْ نُرِيَنَّكَ الَّذِي وَعَدْنَاهُمْ فَإِنَّا عَلَيْهِمْ مُقْتَدِرُونَ
Artinya:
Atau Kami memperlihatkan kepadamu (azab) yang telah Kami (Allah) ancamkan kepada mereka. Maka sesungguhnya Kami berkuasa atas mereka.
(Q.S. Az Zukhruf: 42)

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yunus 46
وَإِمَّا نُرِيَنَّكَ بَعْضَ الَّذِي نَعِدُهُمْ أَوْ نَتَوَفَّيَنَّكَ فَإِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ ثُمَّ اللَّهُ شَهِيدٌ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ (46)
(Dan jika) lafal immaa ini asalnya adalah terdiri dari in syarthiyah dan maa zaidah yang digabungkan menjadi satu (Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari apa yang Kami ancamkan kepada mereka) berupa azab, di dalam hidupmu. Jawab syarath dibuang, lengkapnya adalah fadzaaka, artinya tentulah kamu dapat menyaksikannya (atau jika Kami wafatkan kamu) sebelum mereka tertimpa azab (maka kepada Kamilah mereka kembali, dan Allah menjadi saksi) selalu melihat (atas apa yang mereka kerjakan) berupa kedustaan mereka dan kekafiran yang mereka lakukan itu, kelak Allah akan mengazab mereka dengan siksaan yang amat keras.

47. Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.(QS. 10:47)

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (47)
Kemudian daripada itu Allah swt. menjelaskan bahwa Allah swt. telah mengutus utusan pada tiap-tiap umat pada saat-saat umat itu memerlukan utusan. Tujuan diutusnya rasul itu ialah untuk memberikan pedoman-pedoman yang wajib mereka turuti seperti pokok-pokok akidah dan segala amal saleh yang menyelamatkan mereka itu dari siksaan di hari pembalasan. Dan pada saat rasul-rasul itu telah datang kepada mereka dan telah menyampaikan kepada mereka petunjuk-petunjuk yang harus mereka ketahui mengenai urusan agama, maka seharusnyalah mereka tidak membuat alasan untuk menolak dan menentangnya. Dan demikian pada hari pembalasan nanti Allah swt. juga akan memberikan keputusan tentang apa yang harus mereka rasakan dengan seadil-adilnya, dan mereka sedikit pun tidak teraniaya, tidak mungkin ada yang menolak siksaan yang harus ditimpakan kepada mereka, karena pembalasan itulah pembalasan yang setimpal dengan perbuatan yang mereka lakukan, dan oleh karena itu mereka berhak dijatuhi siksaan yang pedih.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Yunus 47
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (47)
(Tiap-tiap umat) dari umat-umat semuanya (mempunyai rasul, maka apabila telah datang rasul mereka) kepadanya mereka mendustakannya (diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil) secara adil; untuk itu Allah mengazab mereka dan menyelamatkan rasul-Nya bersama orang-orang yang beriman kepadanya (dan mereka sedikit pun tidak dianiaya) seumpamanya mereka diazab tanpa dosa. Demikianlah Kami melakukan hal yang serupa terhadap mereka.

48. Mereka mengatakan:` Bilakah (datangnya) ancaman itu, jika memang kamu orang-orang yang benar? `(QS. 10:48)

وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (48)
Dalam pada itu mereka akan bertanya kepada Rasulullah dan pengikut-pengikutnya: "Kapan saatnya janji yang telah dijanjikan kepada mereka itu akan terjadi." Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang mengejek kepada Rasulullah dan pengikut-pengikutnya seolah-olah menurut penilaian mereka bahwa janji Allah itu tidak akan terjadi. Hal ini jelas dapat diketahui dari kelanjutan pertanyaan mereka: "Jika memang Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya adalah orang-orang yang benar." Janji Allah yang ditanyakan kepada Nabi saw. dan pengikutnya ialah ancaman Allah swt. yang akan ditimpakan kepada mereka baik siksaan di dunia atau pun siksaan di akhirat.
Allah swt. berfirman:

إِذَا رَأَوْا مَا يُوعَدُونَ إِمَّا الْعَذَابَ وَإِمَّا السَّاعَةَ فَسَيَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضْعَفُ جُنْدًا
Artinya:
Sehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepadanya baik siksa maupun kiamat, maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah penolong-penolongnya.
(Q.S. Maryam: 75)
Dan firman-Nya:

قُلْ إِنْ أَدْرِي أَقَرِيبٌ مَا تُوعَدُونَ أَمْ يَجْعَلُ لَهُ رَبِّي أَمَدًا
Artinya:
Katakanlah: "Aku tidak mengetahui apakah azab yang diancamkan kepadamu itu dekat ataukah Tuhanku menjadikan bagi (kedatangan) azab itu masa yang panjang.
(Q.S. Al-Jin: 25)
  
49. Katakanlah:` Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah. `Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan (nya).(QS. 10:49)

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ (49)
Sesudah itu Allah swt. mengajarkan kepada Rasulullah saw. jawaban yang harus dikatakan kepada mereka dengan memerintah kepada Rasulullah saw. agar mengatakan kepada mereka bahwa Rasulullah tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak pula mendatangkan kemanfaatan kepada dirinya. Sebab dia itu hanya utusan Allah yang tidak berkuasa untuk mempercepat atau pun memperlambat datangnya siksaan yang dijanjikan Allah kepada mereka itu sebagaimana ia juga tidak dapat memperlambat datangnya pertolongan Allah yang dijanjikan oleh Allah kepada orang-orang Muslimin. Akan tetapi datangnya manfaat dan mudarat yang ditimpakan kepada manusia, tiada lain hanyalah atas kehendak Allah semata. Yang demikian itu berarti apabila Allah menghendaki terjadinya sesuatu, maka hal itu tidak ada sangkut-pautnya dengan kehendak Rasul-Nya karena kehendak itu hanyalah semata-mata milik Allah Yang memelihara alam semesta. Tugas rasul hanyalah menyampaikan kehendak Allah itu bukan menciptakan kehendak. Dan apabila Rasulullah mengetahui akan hal-hal yang gaib, juga tiada lain terkecuali hanya karena mengetahuinya dari wahyu Allah semata.
Firman Allah swt.:

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya:
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman."
(Q.S. Al-A'raf: 188)
Sebagai penegasan Allah swt. menjelaskan bahwa tiap-tiap umat mempunyai ajal yang telah ditentukan waktunya oleh Allah. Ajal itu akan tiba saatnya apabila waktu yang telah ditentukan Allah tiba. Waktu tibanya ajal itu termasuk pengetahuan Allah yang tidak dapat diketahui oleh siapa pun juga selain-Nya. Maka apabila ajal mereka telah tiba mereka tidak berkuasa mengundurkannya barang sesaat pun, dan tidak pula mereka mampu mendahulukannya dari waktu yang telah ditentukan. Dan demikian pula Rasulullah saw. tidak akan berkuasa untuk menentukan panjang pendeknya ajal yang telah ditentukan oleh Allah itu.

50. Katakanlah:` Terangkan kepadaku, jika datang kepada kamu sekalian siksaan-Nya di waktu malam atau di siang hari, apakah orang-orang yang berdosa itu minta disegerakan juga? `(QS. 10:50)

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُهُ بَيَاتًا أَوْ نَهَارًا مَاذَا يَسْتَعْجِلُ مِنْهُ الْمُجْرِمُونَ (50)
Dalam pada itu Allah swt. memerintahkan kepada Rasulullah saw. untuk mengatakan kepada orang-orang musyrikin agar mereka itu menerangkan apa yang dapat mereka lakukan seandainya siksaan Allah yang dijanjikan kepada mereka itu datang dengan segera. Baik datangnya di waktu malam pada saat mereka tidur lelap atau di waktu siang hari, pada saat mereka sibuk dengan urusan mereka, apakah orang-orang yang berdosa itu minta disegerakan juga. Lalu apakah yang mereka inginkan, apakah mereka menginginkan siksaan akhirat yang akan ditimpakan kepada mereka pada hari pembalasan. Maka pilihan mana pun juga yang mereka pilih hanyalah menunjukkan kepicikan dan kebodohan mereka sebab janji Allah itu pasti akan datang dan tidak seorang pun dapat menghalang-halanginya. Pertanyaan ini mengandung ejekan terhadap mereka karena pada umumnya orang yang berbuat jahat dan bergelimang dalam kedurhakaan merasa takut akan siksaan yang akan ditimpakan kepadanya. Lambat laun siksaan itu tentu akan datang juga, dan mereka tidak akan dapat mengelakkan diri dari siksaan itu.

SURAH YUNUS
<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH                         DAFTAR SURAH YUNUS >>

1 komentar: