1 | Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.(QS. 6:1) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 1
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ (1)
Dalam ayat ini, Allah swt. memuji dirinya dengan "alhamdulillah". Dengan demikian para hamba mengetahui bagaimana hendaknya mereka memuji Tuhan yaitu dengan mengucap kalimat "alhamdulillah". Segala puji adalah untuk Allah swt. karena Dialah yang paling berhak untuk menerima pujian itu. Dialah yang memiliki segala sifat-sifat yang terpuji dan segala sifat-sifat kesempurnaan. Allah menjelaskan tentang diri-Nya sebagai zat Yang Maha terpuji itu dengan menerangkan bahwa Dialah Pencipta langit dan bumi, gelap dan terang. Penciptaan langit dan bumi disebutkan secara khusus dalam ayat ini adalah untuk menunjukkan keistimewaannya sebagai ciptaan Allah yang besar dan senantiasa disaksikan oleh umat manusia dan pada keduanya terdapat pelajaran kemanfaatan dan kemudaratan yang kesemuanya itu merupakan tanda-tanda dari kesempurnaan Allah. Sedangkan bumi merupakan wadah bagi perwujudan dari kemanfaatan dan kemudaratan yang kesemuanya itu adalah merupakan akibat-akibat.
Pengadaan gelap dan terang yang dimaksudkan dalam ayat ini ialah pengadaan kegelapan-kegelapan dan cahaya terang itu sendiri yang nampak oleh indra. Kegelapan nampak di malam hari dan terang di siang hari, keduanya ada manfaat bagi hamba-hamba Allah swt. Di antara ulama salaf ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan "Zulmah" (gelap) dalam ayat ini ialah kekafiran dan yang dimaksud dengan "nur" (terang) ialah iman, maka mereka menguraikan makna ayat-ayat ini sebagai berikut: Allah swt. menciptakan langit dan bumi lalu Dia menegakkan bukti-bukti untuk mengenali-Nya dan mentauhidkan-Nya dan membentangkan jalan-jalan kesesatan dan jalan-jalan petunjuk dengan menurunkan syariat-syariat dan kitab-kitab-Nya, walaupun demikian orang-orang kafir itu berbuat jauh dari pikiran yang sehat dan mereka selalu memilih jalan kesesatan. Karena itu Allah swt. berfirman pada akhir ayat ini yang artinya, "Namun orang-orang kafir itu mempersekutukan dengan Tuhan mereka". Dalam ayat ini Allah swt. mempergunakan Zulumat (kegelapan-kegelapan) dalam bentuk jamak (plural) dari Zulmah (gelap), sedangkan kata "Nur" (terang) dipergunakan bentuk kata tunggal. Dimaksudkan dengan perbedaan bentuk itu ialah kesesatan (gelap) banyak macamnya sedangkan petunjuk (terang) hanya satu, kebenaran hanya satu, sedang kebatilan itu berbilang. Di akhir ayat ini, ditegaskan bahwa orang-orang kafir itu mengambil sikap bertolak belakang. Mereka tidak mengkhususkan pujian dan ibadah kepada Allah sebagai Pencipta langit dan bumi dan Yang mengadakan gelap dan terang tetapi mereka mempersamakan Allah dengan selain-Nya dalam ibadah dan pujian. Padahal mereka menyadari, hanyalah Allah yang paling berhak menerima ibadah dan pujian itu. |
|
2 | Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).(QS. 6:2) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 2
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ ثُمَّ قَضَى أَجَلًا وَأَجَلٌ مُسَمًّى عِنْدَهُ ثُمَّ أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ (2)
Kemudian Allah swt. menghadapkan firman-Nya kepada orang-orang musyrikin yang mempersamakan Allah swt. dengan selain-Nya dalam peribadatan. Allah dalam ayat ini menunjukkan lagi bukti-bukti keesaan dan kekuasaan-Nya untuk membangkitkan manusia pada hari kiamat. Dialah yang menciptakan manusia turunan Adam dari tanah yang basah. Setiap kejadian manusia tentulah mengandung unsur zat dari asal-usul kejadian induknya yang pertama yakni Adam a.s. Sifat-sat kejadian induk pertama itu tidaklah terbatas pada induk itu saja tetapi diturunkan kepada kesatuan jenisnya. Oleh karena itu penciptaan Adam a.s. dari tanah yang basah dapat juga dalam penciptaan untuk setiap turunannya.
Jika diperhatikan proses kejadian manusia, lebih jelas lagi bahwa kejadiannya dari tanah. Manusia mula kejadiannya dalam rahim berupa nutfah (zygote), yaitu percampuran antara sel mani laki-laki "sperma" dengan sel telur dari ibu "ovum". Disebabkan berasimilasi dengan zat makanan, maka nutfah yang sudah bercampur itu mengembangkan dirinya ke dalam janin, kemudian keadaan itu berubah sampai menjadi bayi. Sel hidup itu tersusun dari zat-zat yang bermacam dan zat itu sendiri hakikatnya terdiri dari zat-zat unsur kimia yang mati seperti zat besi, zat air yang berasal dari tanah. Demikian pula zat makanan itu baik dari tumbuh-tumbuhan ataupun daging hewan tersusun dari zat unsur kimia yang berasal dari tanah. Dari zat-zat makanan ini pula terbentuk sel mani yang ada pada manusia atau hewan. Demikian dengan kodrat Allah swt. Yang Maha Besar, zat unsur kimia yang mati itu menjadi sel hidup dan akhirnya menjadi bibit manusia.
Bilamana Allah swt. kuasa menciptakan sel hidup dari zat-zat mati, mengapa pula Allah tidak kuasa membangkitkan manusia pada hari kiamat? Bukankah pada proses kejadian manusia itu sendiri bukti nyata yang menunjukkan kodrat Tuhan untuk mengadakan hari berbangkit. Allah menentukan pula dua waktu untuk manusia yang tak dapat dilampauinya, yaitu waktu kematian dan waktu dibangkitkan dari kubur, sesudah kehancuran dunia. Waktu yang ditetapkan Tuhan untuk berbangkit itu tidak ada yang mengetahui kecuali Allah swt.
Firman Allah swt:
إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ
Artinya:
Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat ada pada sisi Tuhanku, tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain dari Dia....
(Q.S Al A'raf: 187)
Meskipun orang-orang musyrikin menyaksikan kejadian diri mereka dan terbatasnya umur mereka yang kesemuanya itu membuktikan kekuasaan Allah swt. untuk menentukan hari berbangkit, namun mereka masih tetap ragu ragu. Seharusnya mereka dapat menarik kesimpulan dari kesaksian-kesaksian itu bahwa Yang Kuasa menciptakan zat-zat yang mati menghimpunkannya menjadi satu lalu memberinya hidup serta menentukan perkembangannya, tentu Dia Kuasa pula menghimpunkan kembali zat-zat yang mati dan menghidupkannya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. |
|
3 | Dan Dialah Allah (Yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.(QS. 6:3) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 3
وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الْأَرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ (3)
Kemudian dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa Dialah Allah Yang disembah, Yang menerima doa dan harapan dari semua makhluk-Nya di langit dan di bumi. "Allah" ialah nama yang Maha Agung bagi Tuhan Rabbulalamin, sudah dikenal oleh Bangsa Arab sebelum Islam. Sebab bangsa Arab pada zaman Jahiliah, bila mereka akan menjawab "Allah", maka maksudnya ialah Tuhan Yang berhak disembah. Tuhan Yang mempunyai sifat-sifat yang mereka kenal itulah yang patut mereka sembah.
Ayat lain yang sejalan dengan maksud ayat ini ialah firman Allah swt.:
وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الْأَرْضِ إِلَهٌ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ(84)
Artinya:
Dialah Tuhan (Yang disembah) di langit dan Tuhan (Yang disembah) di bumi dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
(Q.S Az Zukhruf: 84)
Kedua ayat ini, yakni ayat ini dan ayat surah Zukhruf dengan jelas mengagungkan Allah karena kekuasaan-Nya menghidupkan kembali orang yang telah mati dan lebih-lebih karena kekhususan diri-Nya dalam mengetahui hari berbangkit dan keesaan-Nya dalam ketuhanan serta keesaan zat-Nya yang disembah di langit dan di bumi. Kepada Dia sajalah tujuan doa segala makhluk dalam alam semesta ini.
Kemudian Allah menegaskan lagi bahwa Dia mengetahui segala yang mereka rahasiakan atau yang mereka lahirkan, baik perkataan dan perbuatan mereka maupun gerak-gerik hati mereka, segala apa yang diusahakan oleh manusia, tidak luput dari pengetahuan Tuhan. Usaha yang baik akan diberi pahala usaha yang buruk akan diberi hukuman. Sangatlah sempurna perhatian Tuhan terhadap usaha manusia itu disebabkan hubungan usaha itu dengan balasan balasan-Nya. |
|
4 | Dan tak ada suatu ayatpun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada mereka, malainkan mereka selalu berpaling daripadanya (mendustakannya).(QS. 6:4) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 4
وَمَا تَأْتِيهِمْ مِنْ آيَةٍ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِمْ إِلَّا كَانُوا عَنْهَا مُعْرِضِينَ (4)
Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan sikap orang musyrikin yang sama sekali tidak dapat menanggapi dalil-dalil dan bukti-bukti kebenaran ayat ayat Alquran. Ayat-ayat yang menjelaskan bukti-bukti Keesaan Allah, hari berbangkit dan keluasan ilmu-Nya, tidak mereka renungkan. Bahkan mereka tidak pula berusaha mencari petunjuk dari tanda-tanda alamiah yang mereka saksikan di permukaan bumi ini ataupun di dalam diri mereka sendiri. Semua ayat-ayat Alquran yang menunjuk kepada ayat-ayat alamiah dan meneguhkan kenabian Muhammad saw. semuanya mereka tinggalkan dan dustakan. Mereka acuh tak acuh dan tidak mau merenungkan ayat-ayat alamiah padahal ayat-ayat itulah yang menunjukkan adanya Tuhan Yang Maha Esa yang menguasai dan mengurusi alam semesta ini dan tidak ada Tuhan Yang disembah kecuali Dia.
Sekiranya mereka tidak berpaling dari ayat-ayat Allah karena keras kepala atau fanatik kepada pemimpin-pemimpin mereka, tentu tampaklah kebenaran bagi mereka dan tentu pula mereka tidak akan ragu-ragu serta tidak pula menentang ajaran Rasul saw.
Senada dengan ayat ini, Allah berfirman di awal surah Al Anbiya
مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلَّا اسْتَمَعُوهُ وَهُمْ يَلْعَبُونَ(2)لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ
Artinya:
Tidak datang kepada mereka suatu ayat Alquran pun yang baru (diturunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya. sedang mereka bermain-main lagi hati mereka dalam keadaan lalai.
(Q.S Al Anbiya': 2-3) |
|
5 | Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang hak (Al quran) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokan.(QS. 6:5) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 5
فَقَدْ كَذَّبُوا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ فَسَوْفَ يَأْتِيهِمْ أَنْبَاءُ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (5)
Kemudian dalam ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa sebab orang-orang musyrikin itu selalu berpaling dari ayat-ayat Allah karena sebenarnya mereka telah mendustakan yang hak ketika yang hak tersebut datang kepada mereka. Tindakan mereka yang salah itu karena kejahatan dari mereka sendiri sebagai akibat mereka menutup jalan bagi diri mereka sendiri untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Yang dimaksudkan dengan "yang hak" di sini ialah agama Allah yang dibawa Nabi Muhammad saw. yang mengandung kaidah-kaidah agama, hukum-hukum syariat, ibadah-ibadah, muamalah, hukum haram dan halal, akhlak dan lain sebagainya yang kesemuanya dijelaskan dalam Alquran, mereka mendustakan agama berarti mendustakan Alquran yang menjadi dasar agama ini. Jika kiranya mereka memahami Alquran dan merenungkannya tentulah mereka tidak akan mendustakan ajaran-ajaran agama itu.
Allah menegaskan kelak akan sampai kepada mereka kebenaran berita-berita besar yang selalu mereka perolok-olokan. Suatu ketika mereka akan mengalami penghinaan di dunia dan kebinasaan di akhirat akibat pendustaan mereka kepada agama itu. Sebaliknya mereka akan menyaksikan kemenangan Rasul kaum Muslimin. Ancaman-ancaman Allah kepada mereka, sebelumnya merupakan berita belaka. Oleh karena itu mereka memperolok-olokkannya, demikian pula janji Allah untuk kemenangan kaum Muslimin. Tetapi kemudian berita-berita itu terbukti yaitu dengan datangnya musim kering yang menimpa mereka dan hancurnya kaum musyrikin itu dalam perang Badar dan perang lain-lainnya dan kemenangan kaum Muslimin dengan penaklukan kota Mekah.
Dalam Alquran berulang kali diceritakan ejekan-ejekan orang musyrikin zaman dahulu terhadap para nabi dan agama Allah, melalui tiga tingkatan. Pertama mereka tidak memperdulikan ayat-ayat Allah swt. dan tanda-tanda alamiah serta tidak mau merenungkannya. Kedua: mereka mendustakannya. Sikap tingkatan kedua ini melebihi tingkatan pertama, karena orang-orang yang bersikap acuh tak acuh belum tentu mendustakan, kemungkinan lain dia alpa dan lalai. Ketiga: mereka memperolok-olokannya. Orang yang mendustakan belum tentu dia sampai kepada sikap memperolok-olokkan. Sikap memperolok-olokkan ini sudah mencapai puncak keingkaran. Orang-orang kafir itu telah melalui ketiga tingkatan tersebut. |
|
6 | Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.(QS. 6:6) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 6
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آخَرِينَ (6)
Kemudian Allah swt. memperingatkan dalam ayat ini bukankah orang orang kafir itu sudah mengetahui berapa banyak generasi-generasi dari umat zaman dahulu yang telah dimusnahkan Allah seperti kaum Nuh, Ad, Samud dan lain-lain. Padahal mereka termasuk generasi-generasi umat yang telah diberi Allah kekuatan, keteguhan, kemerdekaan di bumi yang belum pernah diberikan Allah kepada orang Arab yang musyrik itu. Bumi mereka senantiasa mendapat siraman air hujan yang deras menimbulkan kemakmuran dan kesuburan. Sungai-sungai mengalir di bawah kebun-kebun tanaman tanaman mereka, menambah indah dan makmur bumi mereka. Segala nikmat dan karunia Tuhan tersebut yang telah diberikan kepada umat dahulu itu tidaklah dapat menghalangi azab Allah disebabkan dosa yang mereka perbuat. Dua macam dosa yang mereka lakukan yang mengakibatkan kebinasaan mereka. Pertama dosa menentang Rasul-rasul dan mengingkari ajaran-ajaran mereka serta memperolok-olokkannya. Kedua: dosa kafir nikmat yaitu mereka mempergunakan nikmat-nikmat itu ke jalan yang berlawanan dengan petunjuk Allah.
Banyak ayat Allah dalam Alquran yang menceritakan tentang sebab-sebab kehancuran mereka. Seperti firman Allah swt:
وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَى إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ(59)
Artinya:
Tidaklah pernah (pula) kami membinasakan kota-kota kecuali penduduknya dalam melakukan kelaliman.
(Q.S Al Qasas: 59).
Azab Tuhan yang dijatuhkan kepada umat yang ingkar ada dua macam pula.
Pertama: azab dengan membinasakan secara keseluruhan dengan menghapuskan mereka sampai ke akarnya. Kedua: azab dengan melenyapkan kemerdekaan dan kekuatan umat itu sehingga mereka menjadi umat yang hina.
Bila mereka sudah binasa, maka yang lain yang memiliki sifat-sifat yang baik, berlawanan dengan sifat-sifat umat yang binasa itu.
Ayat ini memperingatkan kaum musyrikin Mekah bahwa kekuatan dan kekuasaan mereka tidak dapat menghalangi hukuman Allah, seperti halnya bangsa-bangsa yang telah lalu. |
|
7 | Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata: `Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata`.(QS. 6:7) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 7
وَلَوْ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ لَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ (7)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan keragu-raguan orang-orang kafir yang ingkar terhadap kebenaran wahyu dan kerasulan Muhammad saw. Nabi Muhammad saw. sesungguhnya sudah mengetahui berdasarkan keterangan-keterangan Allah swt. pada ayat-ayat yang lalu bahwa sebab-sebab mereka mendustakan agama ialah berpalingnya mereka dari ayat-ayat Alquran dan tertutupnya hati mereka untuk merenungkan dan memikirkan kejadian-kejadian dalam alam ini. Banyak bukti-bukti keesaan Allah nampak pada diri sendiri dan di atas bumi ini, baik ayat kauniah maupun ayat alamiah yang sangat jelas, tak ada yang kabur dan yang samar-samar. Namun demikian orang-orang musyrikin itu tetap dalam kekafiran. Penjelasan-penjelasan Alquran terhadap bukti Keesaan Allah dalam alam ini tidak merubah pendirian mereka. Umpamanya wahyu itu diturunkan dari langit kepada Muhammad saw. tercetak di atas kertas dan mereka dapat menyaksikannya dengan mata kepala mereka, lalu ketika tiba di bumi mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang kafir itu masih akan berkata, "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata". Kata-keta demikian didorong oleh kesombongan di luar batas dan permusuhan yang mendalam. Mereka tetap memandang wahyu ilahi itu sebagai sihir dan merasa diri mereka kena sihir. Sihir ialah tanggapan indrawi terhadap sesuatu tidak menurut wujudnya yang sebenarnya. Umpamanya seutas tali nampak sebagai seekor ular. Orang-orang kafir mengatakan Alquran yang tercetak di atas kertas yang turun dari langit itu (kalau misalnya hal ini benar-benar terjadi) sebagai sihir. Jadi mereka tetap tidak akan percaya, karena mereka merasa penglihatan demikian itu palsu, sebab tidak ada kenyataannya dan mereka merasa menjadi orang yang kena sihir. |
|
8 | Dan mereka berkata: `Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) seorang malaikat?` Dan kalau Kami turunkan (kepadanya) seorang malaikat, tentu selesailah urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun).(QS. 6:8) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 8
وَقَالُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ مَلَكٌ وَلَوْ أَنْزَلْنَا مَلَكًا لَقُضِيَ الْأَمْرُ ثُمَّ لَا يُنْظَرُونَ (8)
Kemudian Allah menerangkan lagi dalam ayat ini pikiran orang kafir Mekah tentang kerasulan. Mereka berpendapat semestinya ada seorang malaikat mendampingi Muhammad saw. yang turut memberi peringatan bersama dia dan memperkuat kerasulan beliau atau sama sekali Allah menurunkan Malaikat sebagai Rasul, bahkan mereka menghendaki dapat melihat Tuhan.
Di kalangan bangsa Arab terdapat kepercayaan tentang adanya hubungan antara Allah dengan makhluk-Nya. Menurut mereka, yang patut menjadi penghubung (Rasul) ini haruslah makhluk rohani (malaikat). Manusia, meskipun dia memiliki kesempurnaan rohani yang tinggi, seperti akal, akhlak dan adab yang mulia, namun tidak mungkin dia menjadi Rasul disebabkan dia masih bergaul dengan manusia dan terikat kepada kebutuhan jasmani, seperti makan minum dan berusaha. Aliran Kepercayaan seperti ini, bukanlah baru ada pada zaman Nabi Muhammad saw. bahkan sejak zaman Nabi Hud a.s.
Kaum musyrikin Mekah mempunyai dua pandangan mengenai kedudukan malaikat dalam kerasulan. Pandangan pertama ialah malaikat itu sendiri yang menjadi Rasul. Pandangan kedua ialah malaikat itu menyertai Nabi dan menjelaskan langsung kepada mereka bahwa Muhammad itu adalah Nabi. Pandangan mereka yang kedua ini, jika sekiranya tidak dikaitkan dengan kehadiran malaikat secara langsung di hadapan mereka, tidaklah menjadi perselisihan, sebab Nabi Muhammad saw. sudah menerangkan kepada mereka, bahwa beliau selalu didatangi malaikat. Tetapi mereka memandang diri mereka sederajat dengan Nabi saw. dalam sifat-sifat kemanusiaan. Oleh karena itu mereka berpendapat sanggup pula berhadapan dengan malaikat dan menerima pelajaran langsung dari malaikat. Di sinilah letak kekeliruan yang besar dari orang-orang kafir terhadap wahyu. Karena anggapan yang berlebihan terhadap diri sendiri, mereka menolak segala sesuatu yang tidak diperoleh mereka dengan langsung.
Terhadap pandangan mereka yang kedua, Allah menjelaskan dalam ayat ini hawa kalau Allah menghadirkan malaikat di hadapan mereka menurut wujud bentuknya yang asli, tentulah selesai urusan itu dengan kehancuran mereka dan mereka tidak akan diberi kesempatan lagi untuk menyatakan iman, bahkan azab segera akan menimpa mereka. Kehancuran mereka dapat disebabkan kedahsyatan rupa dari malaikat itu di saat malaikat itu menampakkan diri kepada mereka atau dapat pula mereka dimusnahkan oleh malaikat karena mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah swt.
Mengenai pandangan mereka yang pertama dijelaskan dalam ayat berikut. |
|
9 | Dan kalau Kami jadikan rasul itu seorang malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa seorang laki-laki dan (kalau Kami jadikan dia berupa seorang laki-laki) tentulah Kami meragu-ragukan atas mereka apa yang mereka ragu-ragukan atas diri mereka sendiri.(QS. 6:9) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 9
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ مَلَكًا لَجَعَلْنَاهُ رَجُلًا وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِمْ مَا يَلْبِسُونَ (9)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan pandangan kaum musyrikin Mekah tentang kerasulan malaikat seperti tersebut dalam tafsir surah Al An'am ayat 8. Kalau Allah menjadikan Rasul-rasul dari golongan malaikat, seperti pendapat orang musyrikin Mekah itu, tentulah Allah akan menjadikan malaikat itu seperti manusia laki-laki dan mendengarkan ajaran-ajarannya. Tetapi bilamana malaikat yang menjadi Rasul (Nabi) itu berujud dalam bentuk manusia, maka tentulah mereka akan mengatakan dia itu manusia. Memang mereka itu tidak akan melihat lain kecuali bentuk rupa dengan sifat-sifat kemanusiaannya. Pada saat itu timbullah kesangsian dan keragu-raguan lagi dalam jiwa mereka dan tentulah mereka akan mendustakan seperti halnya mereka mendustakan Nabi Muhammad saw. Mereka menyatakan lagi pendapat mereka yaitu Rasul itu haruslah seorang malaikat. Demikianlah mereka berputar dalam suatu lingkaran keragu-raguan yang tak tentu ujung pangkalnya. Kaum musyrikin Mekah ini adalah suatu contoh dari kebanyakan manusia yang terjerumus dalam kesulitan disebabkan kesalahan mereka dalam memilih pegangan hidup dan akhirnya mereka kebingungan mencari jalan keluar. |
|
10 | Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (azab) olok-olokan mereka.(QS. 6:10) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 10
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (10)
Sesudah Allah swt. menerangkan kekacauan pikiran orang-orang kafir tentang kerasulan dan keadaan mereka yang terus menerus mengingkarinya, maka pada ayat ini Allah swt. menjelaskan bahwa sikap perlawanan mereka terhadap kerasulan Nabi Muhammad saw. itu serupa halnya dengan perlawanan orang-orang kafir terhadap Rasul-rasul Allah pada zaman dahulu. Permusuhan dan penghinaan yang dialami Nabi Muhammad dialami pula oleh Rasul-rasul sebelum beliau. Firman Allah:
يَاحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ(30)
Artinya:
Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang Rasulpun kepada mereka, melainkan mereka selalu memperolok-olok kaumnya.
(Q.S Yasin: 30)
Penghinaan orang-orang kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad saw. merupakan kelanjutan dari permusuhan terhadap Rasul-rasul sejak zaman dahulu, maka akibat yang mereka hadapi tentulah sama dengan akibat yang dihadapi oleh umat-umat musuh Rasul-rasul itu. Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa mereka yang mencemoohkan dan menghina rasul-rasul itu akan ditimpa azab, sebagai yang selalu mereka olok-olokkan bilamana Rasul-rasul itu mengingatkan kepada mereka jalan yang betul. Mereka dibinasakan dalam dunia dengan suatu bencana yang sangat mengerikan.
Ayat ini menerangkan kepada Nabi, sunah Allah yang berlaku bagi umat manusia di masa dahulu dengan Rasul-rasul-Nya dan juga ayat ini sebagai penghibur dan pelipur hati Nabi Muhammad saw. karena penghinaan kaumnya kepadanya dan sebagai berita yang menggembirakan, yaitu berita kemenangan terakhir kelak bagi Nabi dan pengikut-pengikut beliau dan kekalahan kaumnya. Hanya saja kaum Nabi Muhammad tidak akan menerima azab seperti umat-umat yang lalu yakni kemusnahan sampai ke akar-akarnya. Azab yang dijatuhkan kepada mereka tidaklah mengakibatkan kemusnahan dan kehancuran karena Nabi Muhammad saw. adalah "nabiyyurrahmah" nabi yang membawa rahmat kepada umat manusia. |
|
11 | Katakanlah: `Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu`.(QS. 6:11) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 11
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (11)
Sesudah menjelaskan kemusnahan kaum-kaum yang memusuhi rasul-rasul pada zaman dahulu, maka Allah swt. dalam ayat ini menyuruh Nabi Muhammad saw. untuk mengatakan kepada kaumnya agar mereka mengembara di atas bumi ini terutama sekali mendatangi negeri-negeri kaum-kaum yang telah binasa itu. Sebab dengan pengembaraan itu mereka akan dapat menyaksikan sendiri tempat-tempat yang bersejarah menjadi bahan renungan bagi mereka dan memikirkan mengapa bangsa-bangsa dahulu itu sampai binasa padahal mereka termasuk bangsa yang perkasa dan berkuasa. Sesudah itu hendaklah mereka melihat kepada diri mereka sendiri dan membandingkannya dengan umat-umat yang musnah itu.
Orang-orang kafir Mekah sebenarnya adalah pengembara karena pada umumnya mereka hidup sebagai pedagang antar daerah di semenanjung Arabia. Tetapi dalam pengembaraan sebagai pedagang, mereka tidak memperhatikan bekas-bekas peninggalan umat-umat yang musnah itu, seperti kaum Nuh dan Samud di Arabia Utara dan kaum Ad di Arabia Selatan. Betapa banyak generasi-generasi yang telah dibinasakan lalu diganti dengan generasi baru, sebagaimana diterangkan Allah dalam ayat enam surah ini. Kesemuanya itu hendaklah dijadikan bahan penyelidikan sejarah bangsa itu sendiri walaupun akan memakan waktu yang panjang, karena dari pengalaman sejarah bangsa-bangsa yang lampau banyak diperoleh pelajaran yang berguna bagi generasi mendatang.
Dengan turunnya ayat ini, hati Nabi Muhammad saw. tambah terhibur, karena di dalamnya mengandung isyarat-isyarat lagi bahwa kaum musyrikin akan mengalami kekalahan. |
|
12 | Katakanlah: `Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?`. Katakanlah: `Kepunyaan Allah`. Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman.(QS. 6:12) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 12
قُلْ لِمَنْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلْ لِلَّهِ كَتَبَ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (12)
Allah swt. menyuruh Rasul-Nya, agar menanyakan kepada kaumnya yang ingkar itu, "Kepunyaan siapakah segala yang ada di langit dan di bumi ini?" Pertanyaan ini untuk mematahkan dasar pikiran syirik, karena bangsa Arab Jahiliah itu sebenarnya telah mengakui bahwa yang menciptakan langit dan bumi ini ialah "Allah"
Kemudian Allah memerintahkan Rasul saw. untuk menjawab sendiri pertanyaan itu dengan jawaban, "Kepunyaan Allah". Kaum musyrikin tentulah akan menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang serupa. Tidak ada jawaban lain bagi mereka. Mereka tidak akan memungkirinya dan mengelakkannya. Karena itu mereka tidak boleh menyandarkan sesuatu dari alam ini kepada orang lain selain kepada Allah. Hanyalah Allah sendiri Raja dan Pemilik alam raya ini dengan segala isinya.
Allah swt. yang diakui ada-Nya oleh orang musyrikin Yang menciptakan langit dan bumi dan Yang memiliki keduanya itu telah menyatakan tentang diri-Nya melalui Rasul-Nya bahwasanya sifat kasih sayang merupakan keharusan dari zat-Nya dan sifat kasih itu meliputi keseluruhan makhluk-Nya. Dia Maha Penyayang kepada seluruh hamba-hamba-Nya dengan melimpahkan bermacam-macam nikmat lahir dan batin kepada mereka. Jika mereka berbuat dosa, Dia tidak segera menjatuhkan azab kepada mereka, sebaliknya mereka diberi kesempatan untuk bertobat dan kembali ke jalan Allah. Perbuatan dosa yang mereka lakukan sehingga mengakibatkan murka Allah, bukanlah sebabnya dari Allah tetapi adalah merupakan akibat kesalahan manusia itu sendiri. Bukankah karena kasih sayang Allah, manusia itu diciptakan di atas dasar fitrah kejadian yang sempurna? Kemudian mereka diberi petunjuk untuk mengenali dan mengesakan-Nya dengan jalan menunjukkan bukti-bukti yang ada pada manusia dan pada alam semesta ini, karena rahmat Allah diutus-Nya Rasul-rasul kepada mereka dengan membawa Kitab-kitab yang penuh dengan ajaran-ajaran yang menuju kepada rida-Nya dan ajaran yang mencegah mereka dari murka-Nya. Akan tetapi kemudian manusia itulah yang menodai ajaran yang baik itu dengan kejahatan-kejahatan. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan menghina para Rasul. Allah berfirman:
وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا هُمُ الظَّالِمِينَ(76)
Artinya:
Tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
(Q.S Az Zukhruf: 76)
Karena rahmat Tuhan itu pulalah orang musyrikin Mekah tidak dibinasakan seperti umat-umat di masa yang silam.
Rasulullah saw. bersabda.
إن الله لما خلق الخلق كتب كتابا عنده فوق العرش: رحمتي سبقت غضبي
Artinya:
Tatkala Allah selesai menciptakan makhluk ini, Allah menulis di dalam kitab-Nya (Lohmahfuz) yang ada di sisi-Nya di atas Arasy, "Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku"
(HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Dengan kasih sayang Allah itu pula, pasti Dia akan menghimpunkan manusia itu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Keadilan akan ditegakkan hari itu. Manusia dikumpulkan pada hari itu, tak seorangpun yang akan dialpakan. Adalah menjadi rahmat yang besar bagi hidup dan kehidupan manusia, bilamana dia yakin dan sadar akan kejadian hari berkumpul itu. Kesadaran ini menjadi pendorong baginya untuk membersihkan jiwanya dan meluhurkan budinya. Ketidakadilan yang terjadi dalam kehidupan duniawi, tentulah akan diperhitungkan oleh Allah dan diputuskan kembali dengan penuh keadilan pada hari kiamat itu.
Allah swt. tidak akan membiarkan saja pada pagi hari berkumpul itu orang yang merugikan dirinya yakni orang menodai fitrah kejadian dirinya yang bersih, merusak mentalnya yang sehat dan menghilangkan kesediaannya untuk menerima kerasulan Muhammad saw. dan tidak mau mendengarkan wahyu, mereka memilih jalan kekafiran, karena mereka tidak beriman kepada hari akhirat |
|
13 | Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang hari. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. 6:13) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 13
وَلَهُ مَا سَكَنَ فِي اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (13)
Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa alam dengan segala isinya menjadi milik-Nya dan juga segala yang terjadi di waktu malam dan di siang hari adalah kepunyaan Allah swt. Bagaimanapun kecilnya sesuatu benda yang menempati sudut manapun dalam ruang alam semesta ini, baik di waktu mana dia mulai menempati dan maupun di waktu mana dia meninggalkannya pastilah dia dalam kekuasaan Ilahi. Demikian pula tak mungkin dia bergerak dan dia di segala bidang dan waktu tanpa kodrat dan iradat Allah, sebab dia milik-Nya. Penguasaan atasnya mutlak pada Allah swt.
Kemudian Allah swt. menegaskan pula bahwa Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Jarak jangkauan pendengaran-Nya sangatlah jauh dan luas, meliputi ruang lingkup alam ini. Walaupun bunyi langkah seekor semut di atas batu yang licin di malam gelap gulita, pasti tak akan luput dari pendengaran dan pengetahuan-Nya. |
|
14 | Katakanlah: `Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak diberi makan?`. Katakanlah: `Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama sekali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik.`(QS. 6:14) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 14
قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (14)
Kemudian Allah dalam ayat ini memerintahkan lagi kepada Rasul-Nya agar bertanya kepada kaum musyrikin, "Apakah patut selain Allah aku jadikan pelindung yang memberikan pertolongan kepadaku sewaktu dalam kesulitan atau menolak bencana menimpaku?" Tentulah Rasul saw. tidak berbuat seperti halnya orang-orang musyrikin dan ahli-ahli kitab zaman dulu. Mereka itu menjadikan sembahan-sembahan dan pendeta-pendeta mereka, sebagai pelindung, yang menurut iktikad mereka dapat menolong dengan memberikan kebahagiaan mereka atau menolak kesengsaraan dari mereka.
Tiada pelindung atau penolong yang sebenarnya kecuali Allah yang menciptakan langit dan bumi. Allah mengemukakan sifat-Nya sebagai Pencipta untuk menegaskan penolakan pikiran yang menempatkan selain Allah sebagai penolong, sebab hanya Allah sajalah yang patut dimintai pertolongan dan tidak patut selain Dia dijadikan perantara yang dapat mempengaruhi kehendak Ilahi. Hanya kepada Pencipta langit dan bumi ini doa dan harapan ditujukan. Kehendak-Nya tak dapat dipengaruhi oleh siapapun juga. Dialah Tuhan Yang memberi rezeki, makan dan minum serta segala kemanfaatan kepada manusia. Sebaliknya Dia tidak memerlukan makan, minum dan rezeki, bahkan Dia suci dari segala kebutuhan akan makan, minum dan lain-lain sebagainya dan Dia tidak memerlukan orang lain. Firman Allah swt.
مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ(57)
Artinya:
Aku tidak menghendaki rezeki dari mereka sedikitpun dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.
(Q.S Az Zariyat: 57)
Kemudian Rasul saw. disuruh pula berkata di hadapan orang kafir bahwa beliau diperintahkan Allah untuk menjadi orang yang pertama berserah diri kepada-Nya, menjunjung tinggi perintah-Nya, tidak akan memohon kepada selain Dia dan terus akan menegakkan agama di tengah-tengah umatnya. Rasul Muhammad saw. juga dilarang untuk menjadi orang musyrik yakni orang yang menganggap selain Allah swt. sebagai penolong atau perantara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. |
|
15 | Katakanlah: `Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku.`(QS. 6:15) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 15
قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (15)
Sesudah Allah menjelaskan pokok asas agama yang harus menjadi pegangan oleh seorang Rasul, maka dalam ayat ini Allah memerintahkan pula kepada Rasul-Nya agar menyatakan kepada kaum musyrikin bahwa jika sekiranya beliau melakukan kemaksiatan yakni melanggar perintah Allah atau menyimpang dari asas agama yang ditetapkan Allah, maka dia takut azab hari kiamat akan menimpanya, sebab pada hari itu Allah swt. akan berhadapan dengan hamba-hamba-Nya untuk menjatuhkan azab kepada mereka yang berdosa dan memberikan pahala kepada mereka yang beramal saleh. Pada hari yang dahsyat ini tidak seorangpun yang dapat menolong orang lain, karena kasih sayang atau persaudaraan. Ayat ini menunjukkan sifat Rasulullah saw. bahwa beliau meskipun jauh dari kemungkinan melakukan maksiat, namun hati beliau tetap takut kepada Allah swt. dalam segala keadaan. |
|
16 | Barangsiapa yang dijauhkan azab daripadanya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata.(QS. 6:16) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al An'aam 16
مَنْ يُصْرَفْ عَنْهُ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمَهُ وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْمُبِينُ (16)
(Siapa yang dijauhkan siksaan) dalam bentuk pasif, maf'ulnya azab/siksaan; dan dalam bentuk aktif, fa'ilnya Allah, sedangkan dhamirnya dibuang (daripadanya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya) Maha Tinggi Allah, artinya Ia menghendaki kebaikan untuknya. (Dan itu keberuntungan yang nyata) keselamatan yang nyata. |
|
17 | Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.(QS. 6:17) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 17
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (17)
Kemudian Allah dalam ayat ini menegaskan lagi ke Maha Kuasaan-Nya yaitu tak ada seorangpun yang dapat melenyapkan suatu kemudaratan yang ditimpakan Tuhan kepada seseorang kecuali Allah sendiri, seperti sakit, kemiskinan, dukacita, kehinaan dan lain sebagainya yang mengakibatkan penderitaan manusia baik lahir maupun batin. Maka bukanlah berhala berhala, dukun-dukun atau pelindung lainnya selain Allah yang acap kali dipandang oleh orang musyrik, dapat menghilangkan kemudaratan tersebut. Demikian pula halnya tak ada seorangpun yang dapat mencegah suatu kebaikan yang dianugerahkan Allah kepada seseorang seperti kekayaan, kesehatan, kemuliaan, kekuatan dan lain sebagainya yang menimbulkan kebahagiaan baik lahir maupun batin. Allah Kuasa memelihara segala kebaikan itu agar seseorang tetap sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
Nabi Muhammad saw. setiap habis salat lima waktu membaca antara lain:
اللهم لا مانع لما أعطيت ولا معطى لما منعت ولا ينفع ذاالجد منك الجد
Artinya:
Ya Allah tak ada yang mencegah terhadap apa yang Kau berikan, tak ada yang memberi terhadap apa yang Engkau cegah dan tidak memberi manfaat segala kesungguhan orang yang bersungguh-sungguh terhadap kehendak Mu
(HR Bukhari dari Warrad. Sekretaris al Mughirah Ibnu Syu'bah)
Ayat ini menunjukkan pula bahwa setiap manusia baik yang menginginkan kebaikan atau yang menghindari kemudaratan, haruslah meminta pertolongan kepada Allah swt. semata-mata dengan berusaha menurut sunah-Nya yang berlaku dalam alam ini dan dengan menghadapkan doa sepenuhnya kepada-Nya.
Firman Allah swt.
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Artinya:
Berdoalah kepada Ku, niscaya Ku perkenankan bagimu.
(Q.S Al Mu'min: 60) |
|
18 | Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.(QS. 6:18) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 18
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ (18)
Allah dalam ayat ini menegaskan kesempurnaan kedaulatan-Nya yang mutlak atas hamba-hamba-Nya. Dialah Penguasa yang tertinggi di atas hamba hamba-Nya dan menyelenggarakan serta mengatur segala masalah dan urusan mereka menurut kehendak-Nya dan tidak seorangpun yang dapat mencampuri-Nya yang dapat keluar dari daerah kekuasaan-Nya.
Kesempurnaan kekuasaan dan kedaulatan-Nya atas hamba-hamba-Nya itu disertai dengan kesempurnaan hikmah-Nya dalam mengatur kebutuhan hamba hamba-Nya dan keluasan ilmu-Nya terhadap segala perkara yang kecil dan tersembunyi. Dialah Yang Maha Mengetahui apa yang bermanfaat dan yang mudarat bagi hamba-hamba-Nya. Tak ada suatu perkarapun, melainkan diketahui-Nya akhir dari perkara itu. Pentadbiran-Nya atas hamba-hamba-Nya ini diarahkan kepada suatu tujuan yakni kesempurnaan kemanusiaan.
Dialah Yang Maha Kuasa lagi Maha Esa tak ada sekutu bagi-Nya. Karena itu tidakkah patut menyembah kepada selain dari pada-Nya.
Firman Allah swt:
فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا(18)
Artinya:
Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.
(Q.S Al Jin: 18) |
|
19 | Katakanlah: `Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?`. Katakanlah: `Allah`. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al quran (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah? `. Katakanlah:` Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah) `.(QS. 6:19) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 19
قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَى قُلْ لَا أَشْهَدُ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (19)
Dalam ayat ini Allah swt. memerintahkan lagi kepada Rasul-Nya agar menanyakan kepada orang-orang kafir Quraisy tentang syahadat (persaksian pembuktian) yang lebih kuat yakni persaksian yang tidak mungkin mengandung unsur kedustaan, kepalsuan atau kesalahan.
Syahadat ialah keterangan yang bersumber dari pengetahuan, pengenalan dan keyakinan yang didasarkan atas penyerapan indrawi atau tanggapan pikiran dan perasaan. Perkara apakah yang akan disaksikan itu?
Dan siapakah yang menjadi saksi, supaya persaksian itu tidak diragu-ragukan?
Perkara yang meminta persaksian itu ialah kerasulan Muhammad saw. dan keesaan Allah yang mutlak yang diajarkan beliau. Orang-orang kafir itu menolaknya. Untuk menghadapi perkara ini Allah swt. menanyakan kepada mereka melalui Rasul-Nya, "Persaksian siapakah yang lebih kuat dan lebih benar yang tidak menimbulkan keraguan lagi. Kemudian Allah menyuruh Rasul-Nya untuk menjawab sendiri pertanyaan itu dengan jawaban, "Bahwa Allah yang menjadi saksi antara beliau dengan mereka dan Allah telah menurunkan Alquran kepada beliau untuk memperingatkan mereka tentang azab bagi mereka yang mendustakan kenabiannya dan ajaran yang dibawanya yang sudah diperkuat dengan persaksian Allah swt." Demikian juga, Alquran itu diturunkan untuk memberikan peringatan kepada semua orang yang telah sampai Alquran itu kepada mereka. Wajiblah atas mereka untuk mengikuti Alquran sampai hari kiamat.
Persaksian Allah atas kerasulan Muhammad saw ialah:
Pertama; Kitab Alquran sebagai mukjizat yang abadi. Manusia tidak mampu menirunya baik mengenai bahasa ataupun makna serta isinya yang mengandung berita-berita gaib, janji kemenangan bagi Rasul dan umatnya terhadap orang-orang musyrikin. Dalam Alquran itu sendiri banyak pertanyaan-pertanyaan Allah swt. tentang kenabian dan kerasulan Muhammad saw.
Kedua: Kitab-kitab samawi seperti Taurat dan Injil yang menggambarkan tentang kelahiran Nabi Muhammad saw. serta sifat-sifat dan tanda-tanda kenabian beliau.
Adapun persaksian Allah swt. atas ke Maha Esaan-Nya dan ke Maha Kekuasaan-Nya untuk mengadakan hari berbangkit di samping persaksian kitab-Nya ialah:
Pertama kejadian manusia dan alam semesta ini yang banyak di dalamnya menunjukkan bukti-bukti Keesaan-Nya dan kesempurnaan sifat-sifat-Nya
Kedua: hakikat tabiat manusia yang condong untuk percaya kepada Keesaan Tuhan dengan sifat-sifat-Nya yang sempurna. Kemudian Allah menyuruh lagi Rasul saw. mengatakan kepada orang musyrikin bahwa mereka sebenarnya mengakui adanya tuhan lain di samping Allah swt. dan kepada Nabi disuruh mengatakan bahwa beliau tidak akan mengakui sebagaimana pengakuan mereka. Bahkan beliau diperintahkan untuk mengatakan bahwa sesungguhnya Tuhan itu Allah Yang Maha Esa, sebagai pernyataan keyakinan yang berlawanan sepenuhnya dengan keyakinan orang musyrikin itu dan beliau bersih dari menuhankan apa yang mereka pandang sebagai sekutu Allah seperti patung, berhala atau nama-nama lain yang semakna dengan pengertian sekutu itu.
Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al An'aam 19
قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً قُلِ اللَّهُ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَى قُلْ لَا أَشْهَدُ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (19)
(Katakanlah) kepada mereka ("Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?") menjadi tamyiz yang dialihkan dari mubtada (Katakanlah, "Allah.") jika kamu tidak mengatakannya, maka tidak ada jawaban lain bagimu selain itu. (Dia menjadi saksi antara aku dan kamu) yang menyaksikan kebenaranku. (Dan Alquran ini diwahyukan kepadaku supaya aku memberi peringatan kepadamu) aku membuat kamu takut hai penduduk Mekah (dengannya dan kepada orang-orang yang sampai kepadanya Alquran) diathafkan kepada dhamir yang terdapat dalam Lafal undzirakum; artinya manusia dan jin yang sampai kepadanya Alquran. ("Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?") kata tanya mengandung arti ingkar. (Katakanlah) kepada mereka ("Aku tidak mengakui") hal tersebut. (Katakanlah, "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.") terhadap Allah. |
|
20 | Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah).(QS. 6:20) |
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul:: |
|
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 20
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمُ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (20)
Dalam ayat ini, Allah swt. menambahkan keterangan tentang kebenaran kerasulan Nabi Muhammad Saw yaitu keterangan bahwa ahli-ahli kitab dari Yahudi dan Nasrani, sebenarnya mengetahui bahwa Muhammad saw. itu sendiri karena tanda-tanda kenabian beliau sangat jelas tercantum dalam kitab-kitab mereka.
Ada di riwayatkan bahwa orang-orang kafir Mekah pergi ke Madinah menanyakan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani tentang sifat Muhammad saw. tetapi mereka memungkiri bahwa dalam Taurat dan Injil ada bagian yang menunjukkan kenabian Muhammad saw.
Allah swt. setelah menyatakan mereka telah merugikan diri sendiri disebabkan mereka tidak mempercayai kerasulan Muhammad saw. bahkan mengingkarinya dengan permusuhan. Oleh karena itu mereka mengingkari apa yang mereka ketahui. Keingkaran pendeta-pendeta Yahudi itu sama alasannya dengan keingkaran orang-orang musyrikin Mekah. Pendeta-pendeta Yahudi itu tidak mau beriman kepada Muhammad saw. karena takut kehilangan martabat dan kedudukan di tengah-tengah kaumnya, sedang dalam agama Islam sama kedudukannya Tidak berbeda antara pendeta dengan rakyat. Bila melakukan kesalahan yang sama, hukumnya akan serupa pula tak berbeda antara ulama dengan rakyat umum.
Demikian pemimpin-pemimpin Quraisy, tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad saw. karena takut kehilangan martabat dan kedudukan. Bila mereka menganut agama Islam mereka akan duduk sejajar dengan rakyat jelata dan orang-orang miskin seperti Bilal orang Habsyah dan lain-lain, mereka itulah yang merugikan diri sendiri. Kerugian mereka itu disebabkan kelemahan cita cita dan keamanan mereka dan kehilangan pertimbangan akal sehat sehingga mereka mengingkari ilmu pengetahuan yang mereka miliki. |
|
Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.
BalasHapus