http://rumahislam.com/tafsir-depag-ri/158-qs-003-al-imran/1087-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-065.html
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ إِلَّا مِنْ بَعْدِهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?(QS. 3:65)
Kemudian di dalam ayat ini Allah SWT mencela perbuatan-perbuatan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani yang selalu berselisih dalam hal kemurnian agama mereka masing-masing. Juga menganggap bahwa agama merekalah yang paling benar.
Allah SWT mencela Ahli Kitab, orang-orang Yahudi dan Nasrani mengapa mereka itu saling berselisih dan berbantah-bantah dalam persoalan agama nenek moyang Nabi Ibrahim. Orang-orang Yahudi mengatakan bahwa Nabi Ibrahim beragama Yahudi dan orang-orang Nasrani mengatakan bahwa Nabi Ibrahim memeluk agama Nasrani. Mereka itu berpendapat demikian ialah karena Nabi Ibrahim itu dianggap sebagai lambang ketinggian martabat bagi masing-masing golongan, dan di dalam kitab mereka terdapat pujian terhadap Ibrahim as, baik dalam perjanjian lama maupun dalam perjanjuan baru. sebagaimana juga orang Quraisy memuliakan namanya, merekapun mengakui bahwa agama merekalah yang sesuai dengan agama Ibrahim.
Menurut pernyataan Alquran pengakuan mereka itu sedikitpun tidak beralasan, karena ajaran Ibrahim sedikitpun tidak membekas dalam upacara-upacara keagamaan mereka. Akan tetapi yang benar ialah Nabi Ibrahim itu memeluk agama yang sesuai dengan agama yang diserahkan oleh Nabi Muhammad saw.
Ketentuan serupa ini telah diisyaratkan oleh firman Allah tersebut, bahwa Taurat dan Injil itu tidak diturunkan oleh Allah terkecuali sesudah datangnya Ibrahim. Logikanya karena kedua Kitab itu diturunkan sesudah Ibrahim.
Semestinya tidak akan terjadi perselisihan pendapat dan bantah membantah seperti itu. Akan tetapi adanya perselisihan yang hebat itu menunjukkan ketidak benaran alasan yang dikemukakan mereka. karena tidak mungkin yang datang terlebih dahulu itu mengikuti yang datang sesudahnya.
Itulah sebabnya maka Allah SWT menegur mereka: "Apakah mereka itu tidak berpikir". Hal ini menunjukkan buhwa andaikata mereka itu man berpikir tentulah tidak akan terjadi bantah membantah seperti itu.
Dalam hal ini terdapat isyarat yang kuat, yang menunjukkan kelemahan pikiran dun hujjah mereka. Mengenai sebab nuzul ayat ini lbnu Ishak' dan lbnu Jarir telah mengemukakan sebuah riwayat dari Ibnu `Abbas ra, beliau berkata: "Orang-orang Nasrani dari suku Najran dan beberapa pendeta Yahudi berkumpul di muka Nabi Muhammad saw, kemudian mereka berselisih pendapat. Pendeta-pendeta itu berkata: Nabi Ibrahim tak memeluk agama kecuali agama Yahudi. Sedangkan orang-orang Nasrani berkata: Nabi Ibrahim tak memeluk agama kecuali agama Nasrani.
TAFSIR DEPAG RI : QS 003 - AL IMRAN-066
http://rumahislam.com/tafsir-depag-ri/158-qs-003-al-imran/1086-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-066.html
هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui?; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.(QS. 3:66)
Ayat ini mengungkapkan bahwa memang sewajarnyalah orang-orang berbantahan tentang urusan Nabi Isa itu dan sewajarnya pulalah bila berbantahan mereka itu berdasarkan hal-hal yang mereka ketahui.
Akan tetapi ternyata di antara yang berbantahan itu ada yang terlibat pada persoalan yang berlebih-lebihan, hingga mengakui bahwa Nabi Isa itu tuhan bahkan di antaranya ada yang sebaliknya, menuduhnya sebagai pembual dan pendusta. Yang demikian itu terjadi karena masing-masing pihak tidak mengetahui yang sebenarnya sehingga masing-masing pihak tak dapat menghindarkan diri dari kesalahan.
Seterusnya Allah SWT mencela orang Yahudi dan orang Nasrani yang berbantahan tentang agama Nabi Ibrahim, karena perbuatan itu tidak didasarkan pada alasan yang benar dan ilmu pengetahuan. Maka bukanlah lebih baik dan masuk akal apabila mereka itu mengikuti saja wahyu yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang memang betul-betul datang dari Allah SWT yang mempunyai pengetahuan yang luas lak terbatas.
Karena itu maka Allah SWT menegaskan kepada mereka bahwa Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang nyata maupun yang tidak nyata, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
Hal ini menunjukkan adanya pengertian bahwa mengenai hal-hal yang bersifat gaib seharusnyalan orang tidak memperdebatkan dan tidak membenarkannya kecuali yang telah diterangkan oleh wahyu. Dengan perkataan lain pengetahuan manusia dibatasi oleh ruang lingkup, waktu dan tempat, sedangkan pengetahuan Allah SWT tidak terikat dengan ketentuan-ketentuan tersebut.
TAFSIR DEPAG RI : QS 003 - AL IMRAN-067
http://rumahislam.com/tafsir-depag-ri/158-qs-003-al-imran/1085-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-067.html
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang yang musyrik. `(QS. 3:67)
Kemudian di dalam ayat ini Allah SWT memberikan ketegasan kepada Nabi Ibrahim yang sebenarnya 324)
Ayat ini merupakan jawaban bagi perdebatan orang-orang Yahudi dan Nasrani mengenai agama Nabi Ibrahim as. Mereka masing-masing berpendapat bahwa Ibrahim menganut agama yang dipeluk oleh golongannya. Pendapat mereka itu sebenarnya adalah dusta karena tidak didasarkan pada bukti-bukti yang nyata.Yang benar ialah keterangan yang didasarkan wahyu yang dipegangi kaum muslim, karena orang-orang Islam memeluk agama seperti agama yang dipeluk oleh Nabi Ibrahim dan agama Islam mempunyai prinsip-prinsip yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Maka jelaslah bahwa Nabi Ibrahim itu tidak memeluk agama Nasrani dan tidak pula pemeluk agama Yahudi akan tetapi Nabi Ibrahim itu seorang yang taat kepada Allah, tetap berpegang kepada petunjuk Tuhan serta tunduk dan taat kepada segala yang diperintahkan Nya.
Kemudian Allah SWT menegaskan hahwa Nabi Ibrahim tidak menganut kepercayaan orang-orang musyrikin, yaitu orang-orang kafir Quraisy dan suku Arab lainnya, yang menganggap diri mereka mengikuti agama Nabi Ibrahim.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Nabi Ibrahim itu adalah orang yang dimuliakan oleh segala pihak, baik orang-orang Yahudi, Nasrani ataupun orang-orang musyrikin. Akan tetapi sayang pendapat mereka tidak benar, karena Nabi Ibrahim itu tidak beragama seperti agama mereka. Beliau adalah orang muslim yang ikhlas kepada Allah, sedikitpun tidak pernah mempersekutukan Nya.
TAFSIR DEPAG RI : QS 003 - AL IMRAN-068
http://rumahislam.com/tafsir-depag-ri/158-qs-003-al-imran/1084-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-068.html
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.(QS. 3:68)
Allah SWT memberikan penegasan dalam ayat ini bahwa orang-orang yang paling berhak menjadi pendukung Nabi Ibrahim dan yang paling setia agamanya bukanlah orang-orang yang mengaku saja bahwa Nabi Ibrahim memeluk agamanya akan tetapi orang-orang yang mengikuti jejak Nabi Ibrahim dan meneruskan dakwahnya, Tentu saja orang-orang itu adalah orang-orang yang beragama tauhid dan dengan ikhlas melaksanakan agamanya. Mereka itu haruslah orang-orang yang berserah diri kepada Allah semata, jauh dari sifat-sifat syirik. Sifat-sifat serupa ini terdapa pada Nabi Muhammad saw, dan pengikut-pengikutnya. Mereka memeluk agama Tauhid, sedikitpun tidak terdapat dalam agamanya ajaran-ajaran pemujaan terhadap pemimpin dan tidak membenarkan adanya gerantara dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Mereka itu ikhlas dan beramal semata-mata karena Allah tidak karena syirik dan riya.
Kesemuanya itu adalah inti dari pada ajaran Islam. Oleh sebab itu apabila ada agama yang tidak mengikuti prinsip-prinsip tersebut maka agama itu telah jauh menyeleweng dan hanya tinggal bekas-bekasnya saja.
Kemudian Allah SWT menjanjikan bahwa Dia akan memberikan bantuan, kekuatan dan taufik kepada orang-orang mukmin karena memang Allah lah yang menguasai dan mengendalikan urusan mereka, dan memperbaiki keadaan mereka serta memberikan pahala sesuai dengan banyak sedikitnya mereka mengamalkan ajaran Islam.
TAFSIR DEPAG RI : QS 003 - AL IMRAN-069
http://rumahislam.com/tafsir-depag-ri/158-qs-003-al-imran/1083-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-069.html
وَدَّتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يُضِلُّونَكُمْ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya. (QS. 3:69)
Allah SWT menegaskan bahwa usaha mereka akan sia-sia belaka, bahwa tipu daya mereka akan menimpa mereka sendiri. Sebabnya tiada lain karena perhatian mereka selalu diarahkan pada tujuan untuk menyesatkan orang-orang mukmin, maka mereka tidak mempunyai kesempatan lagi untuk memperhatikan cara-cara mendapatkan petunjuk. pandangan mereka akan tertutup sehingga tidak dapat melihat lagi kebenaran ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, yang memberikan penjelasan tentang kebenaran dari kenabian beliau. Boleh dikatakan bahwa mereka itu tidak berpikir sebagaimana mestinya. bahkan mereka menyia-nyiakan akal, juga mereka telah merusak fitrah mereka sendiri sehingga tidak bisa menjangkau kebenaran.
Selanjutnya Allah SWT mencela sikap perbuatan segolongan Ahli Kitab itu karena mereka tidak menyadari keadaan mereka yang jelek. Karena itu mereka akhirnya jatuh dalam lembah kesesatan dan tidak dapat melihat lagi adanya kebenaran yang menuntun ke jalan yang lurus.
Firman Allah:
ود كثير من أهل الكتاب لو يردونكم من بعد إيمانكم كفارا حسدا من عند أنفسهم
Artinya:
Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri (Q.S Al Baqarah: 109)
Dan firman Allah:
ودوا لو تكفرون كما كفروا فتكونون سواء
Artinya:
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). (Q.S An Nisa': 89)
Dengan demikian dapatlah diketahui bahwa tujuan Ahli Kitab menimbulkan persoalan yang meragukan di kalangan kaum muslimin, tiada lain hanyalah untuk menyesatkan orang-orang mukmin dari agama yang benar, sehingga mengingkari ajaran-ajaran Nabi Muhammad saw seperti mereka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar