<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH DAFTAR SURAH AL -A'RAAF>>
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=9&SuratKe=7#Top
161 Dan (ingatlah), ketika dikatakan kepada mereka (Bani Israil):` Diamlah di negeri ini saja (Baitul Maqdis) dan makanlah dari (hasil bumi) nya di mana saja kamu kehendaki `. Dan katakanlah:` Bebaskanlah kami dari dosa kami dan masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu `. Kelak akan Kami tambah (pahala) kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS. 7:161)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 161 - 162
وَإِذْ قِيلَ لَهُمُ اسْكُنُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ وَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ وَقُولُوا حِطَّةٌ وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا نَغْفِرْ لَكُمْ خَطِيئَاتِكُمْ سَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ (161) فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَظْلِمُونَ (162)
Ayat 161 dan 162 surah Al-A`raf ini pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari ayat 58 dan 59 surah Al-Baqarah serta menjelaskannya. Pada ayat 58 dan 59 surah Al-Baqarah Allah memerintahkan agar Bani Israil memasuki Baitul Makdis dengan menundukkan diri sebagai tanda ketaatan dan tanda bersyukur kepada Allah, karena mereka telah selamat dari pengejaran musuh, dan selamat pula dalam perjalanan yang amat berat dan sulit itu, dan selanjutnya memohonkan ampunan kepada Allah dari segala dosa yang telah mereka perbuat. Jika mereka melakukan semua perintah itu, Allah akan mengampuni segala dosa dan kesalahan mereka dan akan memberikan tambahan karunia dan pahala kepada mereka.
وَإِذْ قِيلَ لَهُمُ اسْكُنُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ وَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ وَقُولُوا حِطَّةٌ وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا نَغْفِرْ لَكُمْ خَطِيئَاتِكُمْ سَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ (161) فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَظْلِمُونَ (162)
Ayat 161 dan 162 surah Al-A`raf ini pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari ayat 58 dan 59 surah Al-Baqarah serta menjelaskannya. Pada ayat 58 dan 59 surah Al-Baqarah Allah memerintahkan agar Bani Israil memasuki Baitul Makdis dengan menundukkan diri sebagai tanda ketaatan dan tanda bersyukur kepada Allah, karena mereka telah selamat dari pengejaran musuh, dan selamat pula dalam perjalanan yang amat berat dan sulit itu, dan selanjutnya memohonkan ampunan kepada Allah dari segala dosa yang telah mereka perbuat. Jika mereka melakukan semua perintah itu, Allah akan mengampuni segala dosa dan kesalahan mereka dan akan memberikan tambahan karunia dan pahala kepada mereka.
Pada ayat 161 dan 162 surah Al-A`raf ini dipahami bahwa Bani Israil telah memasuki Baitul Makdis sebagaimana yang diperintahkan Allah itu. Juga mereka diperintahkan Allah supaya berdiam dan menetap di negeri itu. Akan tetapi orang-orang zalim di antara mereka tidak melaksanakan perintah-perintah Allah dengan sempurna, bahkan mereka telah melakukan perbuatan-perbuatan dan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan perintah itu, walaupun perintah itu datangnya dari Penolong Yang membebaskan mereka dari kesengsaraan dan kesulitan. Mereka dengan mudah memutarbalikkan perintah-perintah itu. Mereka memasuki Baitul Makdis tidak dengan merendahkan diri, dan mereka tidak memohon agar dibebaskan dari dosa. Akibat keingkaran dan pembangkangan mereka itu mereka ditimpa azab yang sangat. Menurut sebagian ahli tafsir, azab yang ditimpakan kepada mereka itu ialah berupa wabah penyakit kolera yang menular di antara mereka.
162 Maka orang-orang yang zalim di antara mereka itu mengganti (perkataan itu) dengan perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka, maka Kami timpakan kepada mereka azab dari langit disebabkan kezaliman mereka.(QS. 7:162)
163 Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.(QS. 7:163)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 163 وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا يَسْبِتُونَ لَا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (163)
Ayat ini diturunkan di Mekah di saat agama Islam mulai disiarkan dan disampaikan Nabi Muhammad saw. yang waktu beliau belum pernah berhubungan langsung dengan ulama-ulama Yahudi, dan beliau adalah seorang yang tidak tahu menulis dan membaca sebagaimana firman Allah swt.:
وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لَارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ
Artinya:
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Alquran) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).
(Q.S Al Ankabut: 48)
Oleh karena itu ayat ini menunjukkan kemukjizatan Alquran yang menerangkan berita, peristiwa-peristiwa, atau kejadian yang telah terjadi pada masa yang lalu, tanpa seorang pun yang memberikan beritanya selain dari Tuhan Yang Maha Tahu.
Ayat ini diterangkan dan ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. agar beliau menerangkan kepada orang-orang Yahudi di Madinah pada waktu itu tentang tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka dahulu, yang selalu mengingkari seruan para nabi, walau bukti-bukti apa pun yang telah dikemukakan kepada mereka. Yang menyatakan tentang tindakan dan sikap nenek moyang mereka itu adalah Nabi Muhammad saw. seorang nabi yang buta huruf, belum pernah berhubungan dengan orang-orang Yahudi di waktu menerima ayat ini. Apakah hal ini tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa Muhammad benar-benar utusan Allah?
Pada masa dahulu nenek moyang Bani Israil yang berdiam di Aylah, yaitu suatu kota pantai laut Merah antara kota Madyan dan Sinai yang bermata pencaharian menangkap ikan, pernah diuji dan dicoba Allah untuk menguji keimanan dan ketaatan mereka. Mereka diperintahkan melakukan ibadat-ibadat pada tiap-tiap hari Sabtu, dan dilarang menangkap ikan pada hari itu. Maka pada saat ketika banyak ikan bermunculan di permukaan air (laut) pada hari Sabtu yang nampak jinak dan mudah ditangkap. Karena itu mereka melanggar larangan Allah pada hari tersebut untuk menangkap ikan dengan tidak melaksanakan perintah Allah, yaitu melakukan ibadat sebagaimana yang diperintahkan Allah pada hari itu.
Demikianlah Allah swt. memberi ujian dan cobaan kepada Bani Israil. Mereka tidak tahan dan tidak tabah menghadapinya, bahkan mereka melanggar larangan Allah dan tidak melaksanakan perintah-Nya. Karena sikap dan tindakan mereka, maka bagi mereka berlaku sunah Allah (ketentuan Allah), yaitu barang siapa yang menaati perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya akan dianugerahi kenikmatan hidup di dunia dan di akhirat. Sebaliknya barang siapa yang ingkar kepada-Nya akan sengsara hidupnya di dunia, sedangkan di akhirat mereka mendapat azab yang pedih. Tentu sunatullah ini berlaku pula terhadap orang-orang yang fasik dan orang-orang Yahudi yang berada di Madinah, sebagaimana yang telah berlaku pada nenek moyang mereka.
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Alquran) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).
(Q.S Al Ankabut: 48)
Oleh karena itu ayat ini menunjukkan kemukjizatan Alquran yang menerangkan berita, peristiwa-peristiwa, atau kejadian yang telah terjadi pada masa yang lalu, tanpa seorang pun yang memberikan beritanya selain dari Tuhan Yang Maha Tahu.
Ayat ini diterangkan dan ditujukan kepada Nabi Muhammad saw. agar beliau menerangkan kepada orang-orang Yahudi di Madinah pada waktu itu tentang tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh nenek moyang mereka dahulu, yang selalu mengingkari seruan para nabi, walau bukti-bukti apa pun yang telah dikemukakan kepada mereka. Yang menyatakan tentang tindakan dan sikap nenek moyang mereka itu adalah Nabi Muhammad saw. seorang nabi yang buta huruf, belum pernah berhubungan dengan orang-orang Yahudi di waktu menerima ayat ini. Apakah hal ini tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa Muhammad benar-benar utusan Allah?
Pada masa dahulu nenek moyang Bani Israil yang berdiam di Aylah, yaitu suatu kota pantai laut Merah antara kota Madyan dan Sinai yang bermata pencaharian menangkap ikan, pernah diuji dan dicoba Allah untuk menguji keimanan dan ketaatan mereka. Mereka diperintahkan melakukan ibadat-ibadat pada tiap-tiap hari Sabtu, dan dilarang menangkap ikan pada hari itu. Maka pada saat ketika banyak ikan bermunculan di permukaan air (laut) pada hari Sabtu yang nampak jinak dan mudah ditangkap. Karena itu mereka melanggar larangan Allah pada hari tersebut untuk menangkap ikan dengan tidak melaksanakan perintah Allah, yaitu melakukan ibadat sebagaimana yang diperintahkan Allah pada hari itu.
Demikianlah Allah swt. memberi ujian dan cobaan kepada Bani Israil. Mereka tidak tahan dan tidak tabah menghadapinya, bahkan mereka melanggar larangan Allah dan tidak melaksanakan perintah-Nya. Karena sikap dan tindakan mereka, maka bagi mereka berlaku sunah Allah (ketentuan Allah), yaitu barang siapa yang menaati perintah Allah dan menghentikan larangan-larangan-Nya akan dianugerahi kenikmatan hidup di dunia dan di akhirat. Sebaliknya barang siapa yang ingkar kepada-Nya akan sengsara hidupnya di dunia, sedangkan di akhirat mereka mendapat azab yang pedih. Tentu sunatullah ini berlaku pula terhadap orang-orang yang fasik dan orang-orang Yahudi yang berada di Madinah, sebagaimana yang telah berlaku pada nenek moyang mereka.
164 Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata:` Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras? `Mereka menjawab:` Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa `.(QS. 7:164)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 164
وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (164)
Pada ayat ini Allah swt. menerangkan pula kepada Nabi Muhammad saw. sikap segolongan nenek moyang Bani Israil yang mencela segolongan Bani Israil yang lain, yaitu memperingatkan Bani Israil yang telah mengingkari perintah-perintah Allah dan tidak menghentikan larangan-Nya. Dalam ayat ini dipahami pula bahwa tidak semua nenek moyang Bani Israil mengabaikan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya pada hari Sabtu itu, ada di antara mereka yang melaksanakannya.
Dari ayat ini juga dapat diketahui bahwa dalam sikap terhadap perintah dan larangan Allah itu mereka terbagi atas tiga kelompok, yaitu:
1. Kelompok yang mengabaikan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya pada hari Sabtu itu.
2. Kelompok yang memberi nasihat pada kelompok yang mengabaikan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya.
3. Kelompok yang membantah tindakan kelompok yang memberi nasihat itu.
Kelompok kedua mengatakan kepada kelompok ketiga: "Kami memberi pelajaran kepada mereka itu adalah untuk membebaskan diri dari perbuatan dosa dan untuk melaksanakan tugas kami, yaitu mencegah perbuatan yang mungkar. Dalam pada itu juga kami mengharapkan agar orang-orang yang durhaka itu sadar dan kembali ke jalan yang benar dan lurus.
Tatkala Bani Israil yang membangkang itu tidak mau kembali ke jalan Allah dan tetap mengabaikan nasihat-nasihat yang telah diberikan, maka Allah menimpakan azab yang berat kepada mereka dan menyelamatkan orang-orang yang memberi nasihat tersebut.
Sebagian ulama berpendapat bahwa azab Allah tidak menimpa golongan ketiga, sedang sebagian ulama lagi berpendapat bahwa azab itu juga menimpa golongan ketiga, karena yang taat itu hanyalah golongan kedua saja, sedangkan golongan ketiga tidak melarang dari mengerjakan perbuatan yang mungkar, bahkan membantah orang yang melarang mengerjakan perbuatan yang mungkar itu.
وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (164)
Pada ayat ini Allah swt. menerangkan pula kepada Nabi Muhammad saw. sikap segolongan nenek moyang Bani Israil yang mencela segolongan Bani Israil yang lain, yaitu memperingatkan Bani Israil yang telah mengingkari perintah-perintah Allah dan tidak menghentikan larangan-Nya. Dalam ayat ini dipahami pula bahwa tidak semua nenek moyang Bani Israil mengabaikan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya pada hari Sabtu itu, ada di antara mereka yang melaksanakannya.
Dari ayat ini juga dapat diketahui bahwa dalam sikap terhadap perintah dan larangan Allah itu mereka terbagi atas tiga kelompok, yaitu:
1. Kelompok yang mengabaikan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya pada hari Sabtu itu.
2. Kelompok yang memberi nasihat pada kelompok yang mengabaikan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya.
3. Kelompok yang membantah tindakan kelompok yang memberi nasihat itu.
Kelompok kedua mengatakan kepada kelompok ketiga: "Kami memberi pelajaran kepada mereka itu adalah untuk membebaskan diri dari perbuatan dosa dan untuk melaksanakan tugas kami, yaitu mencegah perbuatan yang mungkar. Dalam pada itu juga kami mengharapkan agar orang-orang yang durhaka itu sadar dan kembali ke jalan yang benar dan lurus.
Tatkala Bani Israil yang membangkang itu tidak mau kembali ke jalan Allah dan tetap mengabaikan nasihat-nasihat yang telah diberikan, maka Allah menimpakan azab yang berat kepada mereka dan menyelamatkan orang-orang yang memberi nasihat tersebut.
Sebagian ulama berpendapat bahwa azab Allah tidak menimpa golongan ketiga, sedang sebagian ulama lagi berpendapat bahwa azab itu juga menimpa golongan ketiga, karena yang taat itu hanyalah golongan kedua saja, sedangkan golongan ketiga tidak melarang dari mengerjakan perbuatan yang mungkar, bahkan membantah orang yang melarang mengerjakan perbuatan yang mungkar itu.
165 Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.(QS. 7:165)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 165
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (165)
Dalam ayat ini orang-orang yang melanggar ketentuan-ketentuan Allah pada hari Sabtu itu disebut orang-orang yang melupakan peringatan. Maksudnya ialah orang-orang yang tidak menghiraukan ancaman-ancaman Allah yang ditujukan kepada orang-orang yang ingkar kepada-Nya, tidak mengindahkan nasihat dan peringatan-Nya, dan tidak melaksanakan ajaran-ajaran-Nya bahkan telah berpaling dari ajaran itu. Seolah-olah mereka telah melupakannya dan tidak ada bekas sedikit pun dalam diri mereka tentang peringatan yang telah diberikan itu.
Karena itu, Allah swt. menegaskan bagi mereka berlaku sunnatullah, yaitu Allah menyelamatkan orang-orang yang taat kepada-Nya, dan mengazab orang-orang yang fasik dan durhaka. Allah menerangkan bahwa Bani Israil itu diazab bukanlah semata-mata karena kefasikan mereka yang melanggar ketentuan-ketentuan Allah pada hari Sabtu itu, tetapi juga perbuatan-perbuatan fasik yang selalu mereka kerjakan. Dan menurut sunnah Allah pula bahwa Dia mengazab orang-orang yang durhaka secara langsung di dunia, karena perbuatan dosa yang telah mereka lakukan sebagaimana firman Allah swt.:
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ
Artinya:
Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata.
(Q.S An Nahl: 61)
Dan Allah memaafkan sebagian besar kesalahan-kesalahan hamba-hamba-Nya, seperti dalam firman-Nya:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Artinya:
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
(Q.S Asy Syura: 30)
Dalam ayat ini Allah swt. akan langsung mengazab sesuatu umat atau sesuatu bangsa di dunia sebelum mereka menerima azab di akhirat, jika kezaliman umat atau bangsa itu besar pengaruhnya dan sukar menghilangkannya pada kehidupan manusia dan kemanusiaan, sebagaimana dinyatakan Allah dalam firman-Nya:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya:
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.
(Q.S Al Anfal: 25)
Azab yang dimaksud telah ditimpakan kepada umat-umat yang terdahulu yang mengingkari seruan nabi-nabi yang diutus kepada mereka.
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (165)
Dalam ayat ini orang-orang yang melanggar ketentuan-ketentuan Allah pada hari Sabtu itu disebut orang-orang yang melupakan peringatan. Maksudnya ialah orang-orang yang tidak menghiraukan ancaman-ancaman Allah yang ditujukan kepada orang-orang yang ingkar kepada-Nya, tidak mengindahkan nasihat dan peringatan-Nya, dan tidak melaksanakan ajaran-ajaran-Nya bahkan telah berpaling dari ajaran itu. Seolah-olah mereka telah melupakannya dan tidak ada bekas sedikit pun dalam diri mereka tentang peringatan yang telah diberikan itu.
Karena itu, Allah swt. menegaskan bagi mereka berlaku sunnatullah, yaitu Allah menyelamatkan orang-orang yang taat kepada-Nya, dan mengazab orang-orang yang fasik dan durhaka. Allah menerangkan bahwa Bani Israil itu diazab bukanlah semata-mata karena kefasikan mereka yang melanggar ketentuan-ketentuan Allah pada hari Sabtu itu, tetapi juga perbuatan-perbuatan fasik yang selalu mereka kerjakan. Dan menurut sunnah Allah pula bahwa Dia mengazab orang-orang yang durhaka secara langsung di dunia, karena perbuatan dosa yang telah mereka lakukan sebagaimana firman Allah swt.:
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ
Artinya:
Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata.
(Q.S An Nahl: 61)
Dan Allah memaafkan sebagian besar kesalahan-kesalahan hamba-hamba-Nya, seperti dalam firman-Nya:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Artinya:
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
(Q.S Asy Syura: 30)
Dalam ayat ini Allah swt. akan langsung mengazab sesuatu umat atau sesuatu bangsa di dunia sebelum mereka menerima azab di akhirat, jika kezaliman umat atau bangsa itu besar pengaruhnya dan sukar menghilangkannya pada kehidupan manusia dan kemanusiaan, sebagaimana dinyatakan Allah dalam firman-Nya:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya:
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.
(Q.S Al Anfal: 25)
Azab yang dimaksud telah ditimpakan kepada umat-umat yang terdahulu yang mengingkari seruan nabi-nabi yang diutus kepada mereka.
166 Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya:` Jadilah kamu kera yang hina `.(QS. 7:166)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 166
فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ (166)
Tatkala Bani Israil bertambah-tambah kezalimannya tidak mengindahkan nasihat-nasihat saudaranya lagi, maka Allah mengazab mereka dengan menjadikan mereka sebagai kera yang hina. Menurut para mufassirin merupakan tafsiran dari perkataan "azab yang sangat pedih" yang terdapat pada ayat di atas. Sedangkan sebagian yang lain mengatakan bahwa hal ini merupakan azab yang lain yang ditimpakan Allah di samping azab yang pedih itu.
Para mufassir berbeda pendapatnya tentang: Apakah Bani Israil itu dijadikan kera yang sebenarnya atau hanya sifat dan watak mereka saja yang seperti kera, sedang badan mereka seperti badan manusia biasa. Jumhur ulama berpendapat: bahwa mereka benar-benar menjadi kera, seperti kera yang sebenar-benarnya. Akan tetapi tidak makan, tidak minum, dan tidak dapat hidup lebih dari tiga hari. Menurut Mujahid dan Ibnu Jarir: Rupa mereka tidak ditukar menjadi kera tetapi hati, jiwa dan sifat merekalah yang diubah menjadi kera. Oleh sebab itu mereka tidak dapat menerima pengajaran dan tidak dapat memahami sesuatu dengan benar. Pada ayat ini Allah swt. menggambarkan mereka seperti kera, sedang pada ayat yang lain mereka diserupakan dengan keledai sebagaimana firman Allah swt.:
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا
Artinya:
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.
(Q.S Al Jumuah: 5)
Menurut Ibnu Kasir dalam tafsirnya waktu menafsirkan ayat ini: Pendapat yang benar dalam ayat ini ialah perubahan maknawi, sebagai pendapat Mujahid. Jadi bukan perubahan bentuk (wujud) rupa, seperti yang dikemukakan oleh Jumhur.
Demikian pula menurut penafsiran Al-Manar: Pendapat Jumhur menafsirkan bahwa mereka melanggar ketentuan dari Sabtu itu benar-benar menjadi kera dan babi sukarlah diterima, walaupun Allah kuasa berbuat demikian. Mengubah manusia menjadi hewan, sebagaimana hukuman bagi orang-orang yang berbuat maksiat tidaklah sesuai dengan sunnatullah terhadap makhluk-Nya, terutama manusia makhluk yang dimuliakan Allah. Pendapat Mujahid adalah lebih tepat, bahwa yang berubah itu adalah mental mereka menjadi mental hewan karena nafsu duniawi yang besar pada mereka menjadikan mereka lupa dan jauh dari nilai-nilai moral kemanusiaan.
فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ (166)
Tatkala Bani Israil bertambah-tambah kezalimannya tidak mengindahkan nasihat-nasihat saudaranya lagi, maka Allah mengazab mereka dengan menjadikan mereka sebagai kera yang hina. Menurut para mufassirin merupakan tafsiran dari perkataan "azab yang sangat pedih" yang terdapat pada ayat di atas. Sedangkan sebagian yang lain mengatakan bahwa hal ini merupakan azab yang lain yang ditimpakan Allah di samping azab yang pedih itu.
Para mufassir berbeda pendapatnya tentang: Apakah Bani Israil itu dijadikan kera yang sebenarnya atau hanya sifat dan watak mereka saja yang seperti kera, sedang badan mereka seperti badan manusia biasa. Jumhur ulama berpendapat: bahwa mereka benar-benar menjadi kera, seperti kera yang sebenar-benarnya. Akan tetapi tidak makan, tidak minum, dan tidak dapat hidup lebih dari tiga hari. Menurut Mujahid dan Ibnu Jarir: Rupa mereka tidak ditukar menjadi kera tetapi hati, jiwa dan sifat merekalah yang diubah menjadi kera. Oleh sebab itu mereka tidak dapat menerima pengajaran dan tidak dapat memahami sesuatu dengan benar. Pada ayat ini Allah swt. menggambarkan mereka seperti kera, sedang pada ayat yang lain mereka diserupakan dengan keledai sebagaimana firman Allah swt.:
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا
Artinya:
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.
(Q.S Al Jumuah: 5)
Menurut Ibnu Kasir dalam tafsirnya waktu menafsirkan ayat ini: Pendapat yang benar dalam ayat ini ialah perubahan maknawi, sebagai pendapat Mujahid. Jadi bukan perubahan bentuk (wujud) rupa, seperti yang dikemukakan oleh Jumhur.
Demikian pula menurut penafsiran Al-Manar: Pendapat Jumhur menafsirkan bahwa mereka melanggar ketentuan dari Sabtu itu benar-benar menjadi kera dan babi sukarlah diterima, walaupun Allah kuasa berbuat demikian. Mengubah manusia menjadi hewan, sebagaimana hukuman bagi orang-orang yang berbuat maksiat tidaklah sesuai dengan sunnatullah terhadap makhluk-Nya, terutama manusia makhluk yang dimuliakan Allah. Pendapat Mujahid adalah lebih tepat, bahwa yang berubah itu adalah mental mereka menjadi mental hewan karena nafsu duniawi yang besar pada mereka menjadikan mereka lupa dan jauh dari nilai-nilai moral kemanusiaan.
167 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 7:167)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 167
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ يَسُومُهُمْ سُوءَ الْعَذَابِ إِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (167)
Nabi Muhammad saw. dalam ayat ini diingatkan oleh Allah swt. tentang pemberitahuan-Nya kepada orang-orang Yahudi bahwa Dia akan mengirimkan manusia lain yang lebih perkasa dari mereka untuk menjajah dan menyiksa mereka. Mereka selalu akan hidup dalam kehinaan dan penderitaan sampai akhir zaman disebabkan tindakan mereka yang bertentangan dengan hukum-hukum Tuhan. Dalam dunia, baik pada zaman dahulu, zaman pertengahan hingga zaman modern ini telah terbukti dengan jelas ancaman Allah swt. tersebut. Sesudah zaman Nabi Sulaiman, bangsa Yahudi diperangi oleh bangsa Babilonia di bawah Raja Nebukadnezar. Mereka hancur, laki-laki mereka banyak yang dibunuh dan wanita-wanitanya banyak yang dijadikan budak sahaya. Banyak pula di antara mereka yang dibawa ke Babilonia sebagai tawanan, sesudah itu dijajah berganti-ganti oleh bermacam-macam kerajaan, karena itu mereka mengalami penderitaan berabad-abad lamanya akibat peperangan yang tak henti-hentinya. Akhirnya mereka jatuh ke tangan bangsa Romawi sampai Nabi Isa a.s. Zaman Romawi Kristen mereka tidak mempunyai kekuasaan lagi bahkan mereka diusir dari negeri mereka dan terpencar-pencar di beberapa negeri. Sebagian mereka melarikan diri ke Jazirah Arab. Tinggallah mereka di daerah ini dengan aman. Tetapi kemudian sesudah agama Islam datang, mereka memusuhi Nabi Muhammad saw. Padahal beliau telah memberikan kebebasan kepada mereka hidup di daerah Islam berdasarkan perjanjian dengan mereka. Karena sikap permusuhan dan pengkhianatan mereka, terpaksa kaum Muslimin mengusir mereka dari daerah Islam. Ada pula di antara mereka yang di bunuh atau terbunuh karena berpihak kepada kaum musyrikin waktu peperangan.
Pada abad ke-20 ini pun, mereka mengalami penderitaan yang tak terperikan. Dalam perang dunia kedua yang lalu, banyak orang Yahudi menjadi korban kekuasaan Nazi Jerman. Di Amerika, di Eropa dan di Rusia, dewasa ini mereka banyak mengalami penghinaan. Meskipun orang Yahudi sekarang sudah mempunyai tanah air (Negara Israel) namun mereka tetap dalam penderitaan disebabkan umat manusia di dunia ini, terutama umat Islam memusuhi mereka. Negara Israel itu dibentuk dengan mengusir rakyat Palestina yang menjadi penduduk negara tersebut. Demikianlah nasib bangsa Yahudi itu. Sesungguhnya hukum Allah berlaku terhadap umat yang mendurhakai perintah-perintah-Nya dan membuat onar di dunia ini. Akan tetapi pengampunan dan kasih sayang Allah sangatlah besar dan luas bagi mereka yang taubat dari dosanya, kembali ke jalan Allah dengan penuh kesadaran, dan dengan jalan mengadakan perbaikan di atas dunia, Allah swt. pasti menghapuskan penderitaan mereka.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ يَسُومُهُمْ سُوءَ الْعَذَابِ إِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ (167)
Nabi Muhammad saw. dalam ayat ini diingatkan oleh Allah swt. tentang pemberitahuan-Nya kepada orang-orang Yahudi bahwa Dia akan mengirimkan manusia lain yang lebih perkasa dari mereka untuk menjajah dan menyiksa mereka. Mereka selalu akan hidup dalam kehinaan dan penderitaan sampai akhir zaman disebabkan tindakan mereka yang bertentangan dengan hukum-hukum Tuhan. Dalam dunia, baik pada zaman dahulu, zaman pertengahan hingga zaman modern ini telah terbukti dengan jelas ancaman Allah swt. tersebut. Sesudah zaman Nabi Sulaiman, bangsa Yahudi diperangi oleh bangsa Babilonia di bawah Raja Nebukadnezar. Mereka hancur, laki-laki mereka banyak yang dibunuh dan wanita-wanitanya banyak yang dijadikan budak sahaya. Banyak pula di antara mereka yang dibawa ke Babilonia sebagai tawanan, sesudah itu dijajah berganti-ganti oleh bermacam-macam kerajaan, karena itu mereka mengalami penderitaan berabad-abad lamanya akibat peperangan yang tak henti-hentinya. Akhirnya mereka jatuh ke tangan bangsa Romawi sampai Nabi Isa a.s. Zaman Romawi Kristen mereka tidak mempunyai kekuasaan lagi bahkan mereka diusir dari negeri mereka dan terpencar-pencar di beberapa negeri. Sebagian mereka melarikan diri ke Jazirah Arab. Tinggallah mereka di daerah ini dengan aman. Tetapi kemudian sesudah agama Islam datang, mereka memusuhi Nabi Muhammad saw. Padahal beliau telah memberikan kebebasan kepada mereka hidup di daerah Islam berdasarkan perjanjian dengan mereka. Karena sikap permusuhan dan pengkhianatan mereka, terpaksa kaum Muslimin mengusir mereka dari daerah Islam. Ada pula di antara mereka yang di bunuh atau terbunuh karena berpihak kepada kaum musyrikin waktu peperangan.
Pada abad ke-20 ini pun, mereka mengalami penderitaan yang tak terperikan. Dalam perang dunia kedua yang lalu, banyak orang Yahudi menjadi korban kekuasaan Nazi Jerman. Di Amerika, di Eropa dan di Rusia, dewasa ini mereka banyak mengalami penghinaan. Meskipun orang Yahudi sekarang sudah mempunyai tanah air (Negara Israel) namun mereka tetap dalam penderitaan disebabkan umat manusia di dunia ini, terutama umat Islam memusuhi mereka. Negara Israel itu dibentuk dengan mengusir rakyat Palestina yang menjadi penduduk negara tersebut. Demikianlah nasib bangsa Yahudi itu. Sesungguhnya hukum Allah berlaku terhadap umat yang mendurhakai perintah-perintah-Nya dan membuat onar di dunia ini. Akan tetapi pengampunan dan kasih sayang Allah sangatlah besar dan luas bagi mereka yang taubat dari dosanya, kembali ke jalan Allah dengan penuh kesadaran, dan dengan jalan mengadakan perbaikan di atas dunia, Allah swt. pasti menghapuskan penderitaan mereka.
168 Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).(QS. 7:168)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 168
وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الْأَرْضِ أُمَمًا مِنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (168)
Dalam ayat ini Allah swt. menguraikan siksaan dan penderitaan mereka yakni mereka dicerai-beraikan di atas bumi ini. Suatu golongan berada di suatu daerah lain lagi. Mereka tidak mempunyai negara sendiri sebagai tempat perlindungan mereka semenjak Nebukadnezar menghancurkan mereka. Judah dan Israil (daerah Palestina sekarang) kira-kira 572 S.M. Tetapi pengaruh kebudayaan umat manusia merupakan sebagian dari kebudayaan mereka.
Sebagian mereka ada yang menjadi orang-orang yang selalu mengadakan perbaikan dan beriman kepada nabi-nabi, tetapi ada pula yang benar-benar tenggelam dalam kekafiran dan kefasikan hingga membunuh nabi-nabi, memutarbalikkan isi Kitab Taurat dan memusuhi Nabi Muhammad saw.
Orang-orang Yahudi itu tidak pula selalu dalam penderitaan yang tidak putus-putusnya. Di samping itu, Allah swt. menurunkan pula kepada mereka kesenangan dan kenikmatan. Mereka yang baik diberi anugerah kebaikan dan kebahagiaan. Hanyalah kepada mereka yang durhaka diturunkan bencana kesengsaraan. Semuanya itu cobaan bagi mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.
وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الْأَرْضِ أُمَمًا مِنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (168)
Dalam ayat ini Allah swt. menguraikan siksaan dan penderitaan mereka yakni mereka dicerai-beraikan di atas bumi ini. Suatu golongan berada di suatu daerah lain lagi. Mereka tidak mempunyai negara sendiri sebagai tempat perlindungan mereka semenjak Nebukadnezar menghancurkan mereka. Judah dan Israil (daerah Palestina sekarang) kira-kira 572 S.M. Tetapi pengaruh kebudayaan umat manusia merupakan sebagian dari kebudayaan mereka.
Sebagian mereka ada yang menjadi orang-orang yang selalu mengadakan perbaikan dan beriman kepada nabi-nabi, tetapi ada pula yang benar-benar tenggelam dalam kekafiran dan kefasikan hingga membunuh nabi-nabi, memutarbalikkan isi Kitab Taurat dan memusuhi Nabi Muhammad saw.
Orang-orang Yahudi itu tidak pula selalu dalam penderitaan yang tidak putus-putusnya. Di samping itu, Allah swt. menurunkan pula kepada mereka kesenangan dan kenikmatan. Mereka yang baik diberi anugerah kebaikan dan kebahagiaan. Hanyalah kepada mereka yang durhaka diturunkan bencana kesengsaraan. Semuanya itu cobaan bagi mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.
169 Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata:` Kami akan diberi ampun `. Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?(QS. 7:169)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 169
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الْأَدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لَا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ وَالدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (169)
Dalam ayat ini Allah swt. menerangkan suatu angkatan dari Yahudi yang menggantikan golongan bangsa Yahudi tersebut di atas. Mereka adalah bangsa Yahudi yang hidup di zaman Nabi Muhammad saw. mereka mendapati Kitab Taurat dari nenek moyang mereka dan menerima begitu saja segala apa yang tercantum di dalamnya. Hukum halal dan haram, perintah dan larangan dalam kitab itu mereka ketahui, tetapi mereka tidak mengamalkannya. Mereka mengutamakan kepentingan duniawi dengan segala kemegahan yang akan lenyap itu. Mereka mencari harta benda dengan usaha-usaha yang lepas dari hukum moral dan agama, mengembangkan riba, makan suap, pilih kasih dalam hukum dan lain-lain sebagainya, karena mereka berpendapat bahwa Allah swt. kelak akan mengampuni dosa perbuatan mereka itu. Orang-orang Yahudi itu menganggap dirinya kekasih Allah dan bangsa pilihan. Anggapan demikian yang menyesatkan pikiran mereka. Maka setiap ada kesempatan untuk memperoleh keuntungan duniawi seperti uang suap, riba dan sebagainya, tidaklah mereka biarkan luput dari mereka.
Allah swt. kemudian menegaskan kesalahan pendapat dan anggapan mereka. Mereka berkepanjangan dalam kesesatan dan tenggelam dalam nafsu kebendaan. Allah mengungkapkan adanya ikatan perjanjian antara mereka dengan Tuhan yang tercantum dalam Taurat, bahwa mereka itu tidak akan mengatakan terhadap Tuhan kecuali kebenaran. Tetapi mereka memutarbalikkan isi Taurat, karena didorong oleh keinginan untuk memperoleh keuntungan duniawi padahal mereka telah memahami dengan baik isi Taurat itu dan sadar akan kesalahan perbuatan itu. Seharusnya mereka lebih mengutamakan kepentingan ukhrawi dengan berbuat sesuai petunjuk Tuhan dan Taurat daripada keuntungan duniawi. Bagi orang yang takwa, kebahagiaan di akhirat adalah tujuan terakhir dari kehidupannya, karena kebahagiaan akhirat lebih baik daripada kebahagiaan duniawi yang terbatas itu. Mengapa mereka tidak merenungkan hal yang demikian?
Ayat ini menjelaskan bahwa kecenderungan kepada materi dan hidup kebendaan merupakan faktor yang menyebabkan kecurangan orang Yahudi sebagai suatu bangsa yang punya negara. Karena kecintaan yang besar kepada kehidupan duniawi, mereka kehilangan petunjuk agama serta ketinggalan dalam kehidupan kerohanian.
Apa yang menimpa orang Yahudi zaman dahulu mungkin pula menimpa orang-orang Islam zaman sekarang, karena mereka lebih banyak mengutamakan kehidupan materiil dan menyampingkan kehidupan spirituil kerohanian.
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الْأَدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لَا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ وَالدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (169)
Dalam ayat ini Allah swt. menerangkan suatu angkatan dari Yahudi yang menggantikan golongan bangsa Yahudi tersebut di atas. Mereka adalah bangsa Yahudi yang hidup di zaman Nabi Muhammad saw. mereka mendapati Kitab Taurat dari nenek moyang mereka dan menerima begitu saja segala apa yang tercantum di dalamnya. Hukum halal dan haram, perintah dan larangan dalam kitab itu mereka ketahui, tetapi mereka tidak mengamalkannya. Mereka mengutamakan kepentingan duniawi dengan segala kemegahan yang akan lenyap itu. Mereka mencari harta benda dengan usaha-usaha yang lepas dari hukum moral dan agama, mengembangkan riba, makan suap, pilih kasih dalam hukum dan lain-lain sebagainya, karena mereka berpendapat bahwa Allah swt. kelak akan mengampuni dosa perbuatan mereka itu. Orang-orang Yahudi itu menganggap dirinya kekasih Allah dan bangsa pilihan. Anggapan demikian yang menyesatkan pikiran mereka. Maka setiap ada kesempatan untuk memperoleh keuntungan duniawi seperti uang suap, riba dan sebagainya, tidaklah mereka biarkan luput dari mereka.
Allah swt. kemudian menegaskan kesalahan pendapat dan anggapan mereka. Mereka berkepanjangan dalam kesesatan dan tenggelam dalam nafsu kebendaan. Allah mengungkapkan adanya ikatan perjanjian antara mereka dengan Tuhan yang tercantum dalam Taurat, bahwa mereka itu tidak akan mengatakan terhadap Tuhan kecuali kebenaran. Tetapi mereka memutarbalikkan isi Taurat, karena didorong oleh keinginan untuk memperoleh keuntungan duniawi padahal mereka telah memahami dengan baik isi Taurat itu dan sadar akan kesalahan perbuatan itu. Seharusnya mereka lebih mengutamakan kepentingan ukhrawi dengan berbuat sesuai petunjuk Tuhan dan Taurat daripada keuntungan duniawi. Bagi orang yang takwa, kebahagiaan di akhirat adalah tujuan terakhir dari kehidupannya, karena kebahagiaan akhirat lebih baik daripada kebahagiaan duniawi yang terbatas itu. Mengapa mereka tidak merenungkan hal yang demikian?
Ayat ini menjelaskan bahwa kecenderungan kepada materi dan hidup kebendaan merupakan faktor yang menyebabkan kecurangan orang Yahudi sebagai suatu bangsa yang punya negara. Karena kecintaan yang besar kepada kehidupan duniawi, mereka kehilangan petunjuk agama serta ketinggalan dalam kehidupan kerohanian.
Apa yang menimpa orang Yahudi zaman dahulu mungkin pula menimpa orang-orang Islam zaman sekarang, karena mereka lebih banyak mengutamakan kehidupan materiil dan menyampingkan kehidupan spirituil kerohanian.
170 Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al Kitab (Taurat) serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan.(QS. 7:170)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 170
وَالَّذِينَ يُمَسِّكُونَ بِالْكِتَابِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ الْمُصْلِحِينَ (170)
Dalam ayat ini Allah swt. menyebutkan lagi sebagian orang Yahudi yang patut mendapat anugerah penghargaan karena sikap mereka yang teguh berpegang kepada isi Taurat. Mereka menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Orang Yahudi tersebut sewaktu mendengar seruan Nabi Muhammad saw. segera beriman kepadanya sesuai dengan petunjuk Taurat, seperti Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya. Mereka mendirikan salat yang menjadi tiang agama dan pembeda antara orang yang mukmin dengan orang yang kafir. Allah swt. tidak akan menyia-nyiakan segala amal kebaikan dan perbuatan yang telah mereka lakukan. Tentulah Dia akan memberikan ganjaran kepada mereka karena mereka telah mengadakan perbaikan atas perbuatan mereka.
Allah swt. berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا
Artinya:
Sesungguhnya mereka yang beriman dan berbuat amal saleh, benar-benar Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik.
(Q.S Al Kahfi: 30)
وَالَّذِينَ يُمَسِّكُونَ بِالْكِتَابِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ الْمُصْلِحِينَ (170)
Dalam ayat ini Allah swt. menyebutkan lagi sebagian orang Yahudi yang patut mendapat anugerah penghargaan karena sikap mereka yang teguh berpegang kepada isi Taurat. Mereka menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Orang Yahudi tersebut sewaktu mendengar seruan Nabi Muhammad saw. segera beriman kepadanya sesuai dengan petunjuk Taurat, seperti Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya. Mereka mendirikan salat yang menjadi tiang agama dan pembeda antara orang yang mukmin dengan orang yang kafir. Allah swt. tidak akan menyia-nyiakan segala amal kebaikan dan perbuatan yang telah mereka lakukan. Tentulah Dia akan memberikan ganjaran kepada mereka karena mereka telah mengadakan perbaikan atas perbuatan mereka.
Allah swt. berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا
Artinya:
Sesungguhnya mereka yang beriman dan berbuat amal saleh, benar-benar Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik.
(Q.S Al Kahfi: 30)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar