Jumat, 30 Maret 2012

Al-An'aam 141 - 160

Surah Al An'AM

<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH                           DAFTAR SURAH AL AN'AAM>>
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=8&SuratKe=6#Top


141 Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnaya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.(QS. 6:141)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 141
وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ جَنَّاتٍ مَعْرُوشَاتٍ وَغَيْرَ مَعْرُوشَاتٍ وَالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا أُكُلُهُ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ كُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (141)
Dengan ayat ini Allah swt. menegaskan bahwa Dialah yang menciptakan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung tanamannya. Dialah yang menciptakan pohon kurma dan pohon-pohon lain yang berbagai macam buahnya dan beraneka ragam bentuk warna dan rasanya. Sesungguhnya hal itu menarik perhatian hamba-Nya dan menjadikannya beriman, bersyukur dan bertakwa kepada-Nya. Dengan pohon kurma saja mereka telah mendapat berbagai macam manfaat. Mereka dapat memakan buahnya yang masih segar, yang manis dan gurih rasanya dan dapat pula mengeringkannya sehingga dapat disiapkan untuk waktu yang lama, dan dapat dibawa ke mana-mana dalam perjalanan dan tidak perlu dimasak lagi seperti makanan lainnya.
Bijinya dapat dijadikan makanan unta, batangnya, daunnya, pelepahnya dan seratnya dapat diambil manfaatnya. Kalau dibandingkan dengan pohon-pohon di Indonesia samalah pohon kurma itu dengan pohon kelapa. Allah membuahkan pula pohon zaitun dan delima. Ada yang serupa bentuk dan rasanya dan ada pula yang berlain-lainan. Allah membolehkan hamba-Nya menikmati hasilnya dari berbagai macam pohon dan tanaman itu sebagai karunia daripada-Nya. Maka tidak ada hak sama sekali bagi hamba-Nya untuk mengharamkan apa yang telah dikaruniakan-Nya. Karena Dialah yang menciptakan, Dialah yang memberi, maka Dia pulalah yang berhak mengharamkan atau menghalalkan-Nya. Kalau ada di antara hamba-Nya yang mengharamkan-Nya maka dia telah menganggap dirinya sama dengan Allah dan orang-orang yang menaatinya mempersekutukan Allah pula dan inilah syirik yang tak dapat diragukan lagi. Yang dimaksudkan dengan mengharamkan memakan di sini ialah menjadikannya haram untuk dimakan, bila dimakan tentu berdosa. Adapun melarang makanan karena dilarang dokter dan membahayakan kesehatan atau karena sebab-sebab lain yang membahayakan tidaklah termasuk syirik, karena kita diperintahkan Allah untuk menjauhkan diri dari bahaya.
Kemudian Allah memerintahkan untuk memberikan sebagian dari hasil tanaman di waktu selesai panen kepada fakir miskin, kaum kerabat dan anak yatim untuk mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia itu. Ibnu Munzir, Abu Syaikh dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abu Said Al-Khudry bahwa Rasulullah berkata tentang firman Allah:

وَءَاتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ
Artinya:
Tunaikanlah haknya di hari memetiknya (dengan dikeluarkan zakatnya).
(Q.S Al An'am: 141)
Mujahid berkata tentang ini; apabila engkau sudah panen dan datang orang-orang miskin, maka pukullah tangkai buah yang kamu panen itu dan berilah mereka apa yang jatuh dari tangkainya itu; apabila engkau telah memisahkan biji dari tangkainya maka berilah mereka sebagian dari padanya. Apabila engkau telah menampi dan membersihkannya dan telah mengumpulkannya dan telah diketahui berapa banyak zakatnya maka keluarkanlah zakatnya.
Maimun bin Mihran dan Zaid bin Al-A'sam meriwayatkan bahwa penduduk kota Madinah, bila mereka memanen kurma mereka membawa tangkai-tangkai kurma ke mesjid lalu mereka letakkan di sana, maka berdatanganlah fakir miskin lalu dipukulkannya tangkai kurma itu dan diberikannya kepada mereka kurma yang berjatuhan dari tangkainya. Menurut Said bin Zubair, hal ini berlaku sebelum turunnya perintah zakat. Biasa seseorang memberikan sebagian dari hasil tanamannya untuk memberi makanan binatang, memberi sedekah kepada anak yatim dan fakir miskin dan biasanya memberikan seikat.
Pemberian ini adalah sebagai sedekah biasa. Yang menguatkan pendapat ini ialah karena ayat ini adalah ayat Makiyah sedang zakat diwajibkan pada kedua hijriah di Madinah.
Selanjutnya Allah melarang makan berlebih-lebihan karena hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan dan dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit yang mungkin membahayakan jiwa. Allah Yang Maha Pengasih kepada hamba-Nya tidak menyukai hamba-Nya yang berlebih-lebihan itu.


142 Dan di antara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu,(QS. 6:142)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 142
وَمِنَ الْأَنْعَامِ حَمُولَةً وَفَرْشًا كُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (142)
Dengan ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia menciptakan pula untuk hamba-Nya binatang ternak, di antaranya ada yang besar dan panjang kakinya, dapat dimakan dagingnya, dapat pula dijadikan kendaraan untuk membawa mereka ke tempat yang mereka tuju, dan dapat pula mengangkut barang-barang keperluan dan barang-barang perniagaan mereka dari suatu tempat ke tempat lain. Ada pula di antara binatang-binatang itu yang kecil tubuhnya dan pendek kakinya untuk dimakan dagingnya, ditenun bulunya menjadi pakaian dan diambil kulitnya menjadi tikar atau alas kaki dan sebagainya.
Dengan demikian dapat dipahami bagaimana kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Dia melengkapkan segala kebutuhan manusia dengan tanaman dan binatang bahkan menjadikan segala apa yang di langit dan di bumi untuk kepentingan makhluk-Nya sebagaimana yang tersebut dalam firman-Nya:

أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ(20)
Artinya:
Tidakkah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentinganmu) apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.
(Q.S Luqman: 20)
Kemudian Allah menyuruh hamba-Nya supaya memakan rezeki yang telah dianugerahkan-Nya tetapi janganlah sekali-kali mengikuti langkah-langkah setan, baik dari jin maupun dari manusia, seperti pemimpin-pemimpin dan penjaga-penjaga berhala yang bertindak sewenang-wenang sehingga membuat-buat peraturan dan menghalalkan serta mengharamkan nikmat Allah yang dikaruniakan kepada hamba-Nya dengan sesuka hati mereka tanpa ada petunjuk atau perintah dari Tuhan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang paling nyata bagi manusia, tidak ada usaha dan kerjanya kecuali menyesatkan hamba Allah di muka bumi.


143 (yaitu) delapan binatang yang berpasangan, sepasang dari domba dan sepasang dari kambing. Katakanlah:` Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya? `Terangkanlah kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar,(QS. 6:143)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 143
ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ مِنَ الضَّأْنِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْمَعْزِ اثْنَيْنِ قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ نَبِّئُونِي بِعِلْمٍ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (143)
Kemudian pada ayat ini Allah menerangkan secara terperinci bahwa Dia menciptakan delapan ekor binatang berpasang-pasangan, sepasang terdiri dari domba betina dan domba jantan, yang sepasang lagi terdiri dari kambing betina dan kambing jantan dan memerintahkan kepada Rasul-Nya supaya mengatakan kepada kaum musyrikin sebagai kritik yang amat tajam yang mengandung cemoohan dan celaan yaitu: "Manakah yang diharamkan Allah di antara pasangan-pasangan binatang itu. Apakah yang diharamkan Allah dua ekor yang jantan saja? Atau anak yang dikandung oleh domba dan kambing betina itu? Cobalah kamu kemukakan suatu bukti dan keterangan dari kitab Allah atau keterangan dari Nabi-nabi-Nya bahwa Allah mengharamkan yang demikian itu jika kamu orang-orang yang benar dan bukan mengada-ada saja ketetapan itu dan kamu katakan dengan berbohong bahwa itulah keterangan-Nya.


144 dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah:` Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya. Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan? `. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.(QS. 6:144)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 144
وَمِنَ الْإِبِلِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْبَقَرِ اثْنَيْنِ قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ وَصَّاكُمُ اللَّهُ بِهَذَا فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (144)
Demikian pula Allah telah menciptakan pasangan unta ada yang jantan dan ada yang betina dan Dia ciptakan lagi pasangan sapi, ada yang jantan dan ada yang betina, Allah memerintahkan lagi kepada Rasul-Nya supaya mengajukan pula pertanyaan kepada kaum musyrikin itu, yaitu: "Manakah yang diharamkan Allah, unta atau sapi jantan sajakah? Atau yang betina saja ataukah anak yang dikandung unta dan sapi betina itu? Tentu saja kaum musyrikin tidak akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mematahkan segala hujah dan keterangan mereka.
Mereka telah mengharamkan sebagian dari binatang yang dihalalkan oleh Allah untuk memakannya dengan alasan-alasan yang tidak benar dan dengan cara berbohong terhadap Allah. Maka untuk membatalkan alasan mereka dan membukakan kebohongan mereka dikemukakanlah pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Kalau mereka mengharamkan yang jantan saja di antara empat macam binatang tersebut tentulah semua binatang jantan dari domba, kambing unta dan sapi haram memakannya. Kalau yang mereka haramkan itu yang betina saja tentulah semua yang betina dari keempat jenis binatang itu haram pula memakannya. Dan kalau yang diharamkan semua anak dari jenis keempat binatang itu, mana lagi yang dibolehkan memakannya, sebab semua binatang yang akan lahir kemudian adalah anak dari binatang yang akan lahir kemudian adalah anak dari betina itu.
Ringkasnya tidak satu pun di antara empat jenis binatang yang diharamkan oleh Allah memakannya dan masalah mengharamkan sebagian dari binatang itu hanya bikinan-bikinan kaum musyrikin saja.
Kemudian dengan kata-kata yang lebih tajam lagi Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya supaya mengajukan pertanyaan kepada mereka yaitu: Apakah kamu telah menyaksikan sendiri bahwa Dia memerintahkan kepadamu untuk mengharamkan binatang itu?
Pasti mereka tidak akan dapat menjawab pertanyaan ini karena mereka mengharamkan sebagian dari binatang itu hanyalah karena mengikuti setan-setan dan pemimpin-pemimpin mereka atau karena mendapati bapak-bapak dan nenek moyang mereka mengharamkannya sebagaimana tersebut dalam firman Allah:

وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا ءَابَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا قُلْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ
Artinya:
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu dan Allah menyuruh kami mengerjakannya." Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji."
(Q.S Al A'raf: 28)
Mengapa kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui? Setelah terbukti bahwa mereka tak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan tidak dapat mengemukakan bukti-bukti yang nyata untuk membenarkan sikap dan perbuatan mereka dan ternyata bahwa mereka hanya membuat-buat saja ketetapan-ketetapan untuk menghalalkan dan mengharamkan sesuatu bahkan mereka telah berdusta terhadap Allah dengan mengatakan bahwa ketetapan-ketetapan itu adalah dari Allah, maka Allah menegaskan bahwa mereka adalah kaum yang lalim dan berdusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar. Karena dari kesalahan mereka dengan sengaja berbuat kesesatan dan menyesatkan manusia, maka Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan nanti di akhirat mereka akan menerima balasan yang setimpal berupa siksaan yang amat pedih dalam neraka jahanam.


145 Katakanlah:` Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi--karena sesungguhnya semua itu kotor--atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. `(QS. 6:145)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 145
قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (145)
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasulullah Muhammad saw. supaya mengatakan kepada kaum musyrikin yang telah membuat-buat peraturan sendiri dan telah berdusta terhadap Allah, dan mengatakan kepada manusia lainnya bahwa dia tidak menemukan dalam wahyu yang diwahyukan kepadanya sesuatu yang diharamkan oleh Allah memakannya kecuali empat macam saja, yaitu:
1. Binatang yang mati dengan tidak disembelih sesuai dengan peraturan syariat, di antaranya binatang yang mati sendirinya, binatang yang mati karena tercekik, terpukul, terjatuh, dan lain-lain sebagainya.
2. Darah yang mengalir atau yang keluar dari tubuh binatang yang disembelih atau karena luka, dan sebagainya. Tidak termasuk darah yang tidak mengalir seperti hati dan limpa. Ketentuan ini ada disebutkan dalam sebuah hadis:

أحلت لنا ميتتان السمك والجراد ودمان الكبد والطحال
Artinya:
Dihalalkan untuk kami dua macam bangkai, yaitu bangkai ikan dan bangkai belalang, dan dihalalkan pula dua macam darah yaitu hati dan limpa.
(H.R Hakim dari Ibnu Umar)
3. Daging babi.
4. Binatang yang disembelih dengan tidak menyebut nama Allah, seperti disembelih dengan menyebut nama berhala atau sesembahan lainnya selain Allah.
Tetapi barang siapa yang terpaksa memakan makanan tersebut karena sangat lapar dan tidak ada makanan yang lain sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas ia boleh memakannya sekadar untuk menghilangkan laparnya dan memelihara dirinya dari bahaya kematian.
Selain dari makanan yang diharamkan di atas, di dalam hadis-hadis banyak terdapat berbagai macam binatang yang dilarang memakannya, seperti yang terdapat dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abu Syaibah dan Bukhari dari Ibnu Umar bahwa beliau berkata:

نهى النبي صلى الله عليه وسلم عن لحوم الحمر الأهلية يوم خيبر
Artinya:
Nabi saw. melarang memakan makanan daging keledai peliharaan pada peperangan Khaibar.
(H.R Ibnu Abi Syaibah dan Bukhari dari Ibnu Umar)
Dan juga tersebut dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Salabah Al-Khasyani:

نهى عن كل ذى ناب من السباع وكل ذى مخلب من الطير
Artinya:
Rasulullah saw. melarang memakan semua binatang yang bertaring dan semua burung yang bercakar.
(H.R Bukhari dan Muslim)
Menurut pendapat Jumhur Ulama memakan makanan yang dilarang oleh Rasul itu adalah haram hukumnya.


146 Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku; dan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang di perut besar dan usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka; dan sesungguhnya Kami adalah Maha Benar.(QS. 6:146)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 146
وَعَلَى الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا كُلَّ ذِي ظُفُرٍ وَمِنَ الْبَقَرِ وَالْغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُومَهُمَا إِلَّا مَا حَمَلَتْ ظُهُورُهُمَا أَوِ الْحَوَايَا أَوْ مَا اخْتَلَطَ بِعَظْمٍ ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِبَغْيِهِمْ وَإِنَّا لَصَادِقُونَ (146)
Pada ayat ini Allah menerangkan pula makanan yang diharamkan bagi kaum Yahudi saja, yaitu semua binatang yang tidak berkuku. Maksudnya binatang-binatang yang jarinya tidak pernah terpisah antara yang satu dengan yang lain, seperti unta, itik, angsa, dan lain-lain sebagainya Dan diharamkan pula bagi mereka lemak sapi dan lemak kambing, kecuali yang melekat di punggung atau di perut besar dan usus atau lemak yang bercampur dengan tulang.
Semua makanan yang tersebut di atas diharamkan bagi kaum Yahudi saja disebabkan hukuman kedurhakaan mereka bukan karena makanan itu haram zatnya seperti haramnya babi dan bangkai. Yang mengharamkan makanan itu bagi mereka bukan syariat Nabi Muhammad, tetapi semua itu adalah haram menurut syariat mereka. Nabi hanya menceritakannya dengan perantaraan wahyu dari Allah (Alquran).
Dengan demikian nyatalah bahwa Alquran itu bukan karya Muhammad saw. tetapi adalah wahyu dari Allah yang disampaikan kepadanya. Sebab Nabi Muhammad sendiri takkan dapat mengetahui yang demikian karena dia tak tahu membaca dan menulis, sedangkan kaum musyrikin Mekah tak mengetahui pula hal yang demikian. Kemudian Allah menekankan bahwa diharamkannya makanan-makanan itu bagi kaum Yahudi saja adalah sebagai hukuman atas kedurhakaan mereka dan menegaskan bahwa Dia adalah Maha Benar dalam segala pemberitaan dan tindakan-Nya.


147 Maka jika mereka mendustakan kamu katakanlah:` Tuhanmu mempunyai rahmat yang luas; dan siksanya tidak dapat ditolak dari kaum yang berdosa `.(QS. 6:147)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 147
فَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ رَبُّكُمْ ذُو رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ (147)
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw., jika orang kafir itu mendustakannya tentang kebenaran apa yang dijelaskannya mengenai makanan yang halal dan haram, baik untuk kaum Muslimin maupun yang diharamkan khusus untuk kaum Yahudi, hendaklah Nabi saw. menjawab bahwa demikianlah ketetapan Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang yang amat luas rahmat-Nya dan Maha Bijaksana yang tidak enggan menimpakan siksa-Nya kepada kaum yang durhaka.
Ayat ini menurut pendapat Mujahid dan As-Suddy ditujukan kepada orang-orang Yahudi dan menurut pendapat sebagian ahli tafsir ditujukan kepada kaum musyrikin Mekah karena surat Al-An`am ini adalah surat Makiyah. Menurut pendapat pertama maka maksud ayat ini adalah sebagai berikut:
Jika orang-orang Yahudi mendustakanmu hai Muhammad, karena mereka menyangkal bahwa syariat yang diturunkan kepada mereka yang mengharamkan sebagian makanan sebagai balasan dan siksaan atas kedurhakaan mereka, maka katakanlah kepada mereka bahwa meskipun Allah Maha Luas rahmat-Nya dan Maha Pengasih terhadap hamba-Nya, tetapi hal ini tidak bertentangan dengan kebijaksanaan-Nya karena Dia sebagai Yang Maha Kuasa, Maha Bijaksana dan Maha Adil tetap akan menjatuhkan siksaan dan balasan-Nya kepada orang-orang yang lalim dan durhaka. Menimpakan siksaan kepada orang yang ingkar dan membangkang dapat dianggap sebagai tindakan kasih sayang, karena dengan demikian orang yang bersalah akan menginsyafi kesalahannya dan kembali kepada yang benar. Dan mungkin juga sebagai pelajaran bagi orang-orang lain agar mereka jangan berbuat kelaliman seperti orang yang telah ditimpa azab Allah itu.
Menurut pendapat kedua, maka pengertian ayat ini adalah sebagai berikut: Bila kaum musyrikin itu mendustakanmu tentang kesesatan mereka mengharamkan dan menghalalkan sesuatu, maka katakanlah kepada mereka bahwa Tuhanmu adalah Maha Pengasih dan amat luas rahmat-Nya, karena itu Dia tidak segan menimpakan siksa-Nya di dunia kepadamu atas kesesatan dan kesalahan itu. Maka janganlah kamu terpedaya karena hal ini hanya semata-mata penangguhan sementara bukan karena Dia tidak akan menyiksamu. Ini adalah ancaman yang keras terhadap mereka apabila mereka tetap membangkang dan tetap mengada-ada kebohongan terhadap Allah dengan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, dan suatu pemberian harapan kepada mereka bahwa mereka akan diampuni-Nya dengan rahmat dan kasih sayang-Nya bila mereka menghentikan pembangkangan itu dan beriman kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya. Dengan demikian mereka akan berbahagia di dunia dengan menikmati apa-apa yang dihalalkan-Nya dan berbahagia pula di akhirat dengan terhindar dari masuk neraka dan memasuki surga yang disediakan-Nya bagi orang-orang yang beriman.


148 Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan:` Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apapun `. Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah:` Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami? `Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanya berdusta.(QS. 6:148)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 148
سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتَّى ذَاقُوا بَأْسَنَا قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ (148)
Allah menerangkan dalam ayat ini bahwa orang-orang musyrikin itu akan mengatakan kepada Nabi Muhammad saw. bahwa kalau Allah menghendaki tentulah mereka tidak akan mempersekutukan-Nya dengan yang lain, dan tidak akan mengagungkan dan memuja berhala-berhala dan sembahan-sembahan lainnya, dan tentulah nenek-moyang mereka tidak akan melakukan hal-hal yang sama dengan apa yang mereka lakukan itu. Dan kalau Allah menghendaki tentulah mereka tidak akan mengharamkan sebagian binatang, selanjutnya mereka mengatakan bahwa semua tindak-tanduk dan tingkah-laku itu adalah kehendak dari Allah menurut anggapan mereka dan dengan demikian itulah mereka dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Dialah yang menghendaki agar mereka mengharamkan saibah dan bahirah dan Dia telah meridai ketetapan-ketetapan yang mereka tetapkan itu. Hal seperti ini tersebut pula dalam firman Allah:

وَقَالَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا عَبَدْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ نَحْنُ وَلَا ءَابَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ فَعَلَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ(35)
Artinya:
Dan berkatalah orang-orang musyrik: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apa pun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatu pun tanpa (izin)-Nya. Demikianlah yang diperbuat orang-orang sebelum mereka, maka tidak ada kewajiban atas para rasul selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.
(Q.S An Nahl: 35)
Ucapan-ucapan kaum musyrikin itu dibantah oleh Allah dengan menjelaskan bahwa umat-umat sebelum mereka yang mempersekutukan Allah dan mendustakan Rasul-Nya dan mengharamkan sesuatu tanpa izin-Nya telah ditimpa siksaan Allah dan telah dibinasakan-Nya sebagai balasan atas kekafiran dan keingkaran mereka. Kalau hal-hal yang mereka lakukan itu diridai Allah tentulah Dia tidak akan menyiksa dan menghancurkan mereka. Kemudian Allah menentang mereka dengan memerintahkan kepada Muhammad saw. supaya mengatakan kepada mereka. Apakah kamu hai kaum musyrikin mempunyai suatu ilmu pengetahuan tentang ketetapan-ketetapan kamu itu sehingga dapat kamu kemukakan kepada kami? Kalau memang ada pengetahuan itu, maka kemukakanlah agar dapat kami pertimbangkan dan bandingkan dengan ayat-ayat yang diturunkan kepada kami atau dengan syariat Nabi-nabi sebelum kami. Tentu saja mereka tidak dapat menjawab tantangan itu, karena memang apa yang mereka katakan hanyalah buatan mereka sendiri tidak didasarkan kepada pengetahuan syariat umat-umat yang terdahulu. Karena itu dengan tegas Allah mencap mereka sebagai orang yang mengikuti sangkaan dan dugaan belaka dan berdusta terhadap Allah.


149 Katakanlah:` Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat; maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya `.(QS. 6:149)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 149
قُلْ فَلِلَّهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُ فَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ (149)
Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya saw. agar menegaskan kepada orang-orang musyrik yang mendasarkan tindakan dan ketetapan mereka kepada sangkaan dan dugaan saja bukan kepada ilmu pengetahuan dan peraturan-peraturan nabi-nabi yang terdahulu bahwa Allahlah yang mempunyai ilmu pengetahuan, hujah, dan dasar-dasar yang kuat, Dialah yang berhak memberi petunjuk kepada yang benar yang harus diikuti dengan patuh oleh hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Barangsiapa di antara hamba-Nya yang taat kepada-Nya dan menjalankan petunjuk yang diberikan-Nya, niscaya ia akan menjadi hamba yang saleh dan bahagia. Tetapi bila ada di antara hamba-Nya yang membangkang, mengingkari petunjuk-petunjuk itu, bahkan berani menyamakan dirinya dengan Allah, maka akan celakalah dia di dunia dan di akhirat. Semuanya terserah kepada manusia apakah dia akan memilih jalan bahagia dengan menjalankan petunjuk Tuhannya atau jalan celaka dengan mengingkari petunjuk itu dan memperturutkan hawa nafsunya.
Inilah jalan yang ditetapkan oleh Allah bagi manusia dan jin seluruhnya. Jika Allah menghendaki tentulah Dia dapat menjadikan kamu seperti malaikat yang selalu patuh kepada Tuhannya sesuai dengan tabiatnya seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya:

لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ(6)
Artinya:
Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(Q.S At Tahrim: 6)
Tetapi sudah menjadi sunah dan ketetapan-Nya bahwa manusia harus mempergunakan akalnya untuk memilih jalan mana yang ditempuhnya. Bila dia memilih jalan yang benar akan berbahagialah dia, dan bila memilih jalan yang salah dan menyesatkan akan celakalah dia. Demikianlah sunah Allah dan tiada seorang pun yang dapat mengubahnya.


150 Katakanlah:` Bawalah ke mari saksi-saksi kamu yang dapat mempersaksikan bahwasanya Allah telah mengharamkan (makanan yang kamu) haramkan ini. `Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut (pula) menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan mereka.(QS. 6:150)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 150
قُلْ هَلُمَّ شُهَدَاءَكُمُ الَّذِينَ يَشْهَدُونَ أَنَّ اللَّهَ حَرَّمَ هَذَا فَإِنْ شَهِدُوا فَلَا تَشْهَدْ مَعَهُمْ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَهُمْ بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ (150)
Pada ayat ini Allah memerintahkan lagi bahwa kepada Nabi Muhammad saw. supaya menentang kaum musyrikin yaitu tuntutan mendatangkan saksi-saksi yang mengakui bahwa mereka benar-benar menyaksikan di hadapan Allah bahwa Dia telah mengharamkan sebagian dari binatang-binatang ternak, seperti saibah dan bahirah. Pastilah mereka tidak akan dapat menghadirkan saksi-saksi itu karena mustahil seseorang dapat berhadapan muka dengan Allah kecuali di akhirat sehingga dia dapat menyaksikan dengan mata kepalanya bahwa Allah telah mengharamkan sebagian binatang-binatang ternak bagi mereka. Apalagi telah jelas bahwa mereka hanya membikin-bikin saja ketetapan ini menurut kemauan mereka sendiri. Tantangan ini adalah tantangan yang mematahkan segala hujah-hujah yang mereka kemukakan dan pastilah mereka tidak dapat menjawabnya.
Akan tetapi andaikata mereka menghadirkan saksi-saksi yang sudah pasti saksi-saksi itu adalah saksi palsu, maka Allah melarang Nabi Muhammad saw. agar membenarkan kesaksian mereka menyuruh untuk menolaknya dengan tegas karena mereka adalah kaum yang telah mempersekutukan Allah dan tidak segan-segan mengadakan kebohongan terhadap Allah apalagi terhadap Nabi Muhammad saw. Di samping itu Allah melarangnya pula mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat yang diturunkan kepadanya. Tidak percaya kepada hari akhirat dan selalu mempersekutukan Allah dengan berhala-berhala dan sesembahan lainnya. Nabi saw. diperintahkan supaya bersikap tegas terhadap kaum musyrikin itu bahkan terhadap semua orang yang menyeleweng dari jalan Allah. Berlaku lemah lembut terhadap mereka apalagi mengadakan kompromi dengan mereka akan membawa kepada kesesatan yang nyata sesuai dengan firman Allah:

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ(116)
Artinya:
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).
(Q.S Al An'am: 116)


151 Katakanlah:` Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar `. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).(QS. 6:151)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 151
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (151)
Di dalam permulaan ayat ini Allah swt. memerintahkan kepada Rasulullah Muhammad saw. agar mengatakan kepada kaum musyrikin yang menetapkan hukum menurut kehendak hawa nafsu bahwa ia akan membacakan wahyu yang akan diturunkan Allah kepadanya. Wahyu itu memuat beberapa ketentuan tentang sesuatu yang diharamkan kepada mereka. Ketentuan-ketentuan hukum itu datangnya dari Allah, maka ketentuan-ketentuan itulah yang harus ditaati, karena dia sendirilah yang berhak menentukan ketentuan hukum dengan perantara wahyu disampaikan oleh Rasul-Nya yang memang diutus untuk menyampaikan ketentuan-ketentuan hukum itu kepada sekalian manusia.
Ketentuan-ketentuan hukum yang disampaikan Rasul kepada kaum musyrikin itu berinti 10 ajaran pokok yang sangat penting yang menjadi inti pula dari agama Islam dan semua agama yang diturunkan Allah ke dunia. Lima buah ketentuan di antara ketentuan-ketentuan itu terdapat dalam ayat ini, empat buah di antaranya terdapat dalam ayat berikutnya, sedang sebuah ketentuan lagi terdapat dalam ayat berikutnya lagi.
Pada permulaan ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya Muhammad saw. supaya mengatakan kepada kaum musyrikin, bahwa dia akan membacakan kepada mereka wahyu yang diturunkan oleh Allah kepadanya tentang apa yang diharamkan-Nya kepada mereka. Dia sendirilah yang mempunyai syariat yang berhak menentukan hukum dan aku adalah sebagai rasul-Nya untuk menyampaikannya. Apa yang dikatakan oleh Rasulullah kepada mereka itu yang terkandung dalam ayat 151, 152, dan 153 ini berintikan sepuluh pokok ajaran yang sangat penting dalam Islam dan semua agama yang diturunkan Tuhan ke dunia ini.
Sepuluh ajaran pokok itu para ulama tafsir menamakannya "Al-Washaya Al-Asyrah" (sepuluh perintah) yang mana dalam ayat 151 ini disebutkan lima di antaranya, dan lima lainnya disebutkan dalam dua ayat berikutnya (152 dan 153). Lima yang disebutkan pada ayat ini adalah:
(1) Jangan mempersekutukan Allah. (2) Berbuat baik terhadap dua orang ibu bapak. (3) Jangan membunuh anak karena takut kemiskinan. (4) Jangan mendekati (berbuat) kejahatan secara lahir maupun secara tersembunyi. (5) Jangan membunuh jiwa yang diharamkan membunuhnya oleh Tuhan.
Adapun larangan tidak boleh mempersekutukan Allah adalah pokok pertama yang paling mutlak, baik dengan perkataan atau iktikad, seperti mengatakan mempercayai bahwa Tuhan itu bersekutu maupun dengan perbuatan seperti mempersekutukannya dengan berhala-berhala atau sembahan-sembahan lainnya.
Pada ayat ini sebagaimana pada ayat-ayat lainnya di dalam Alquran setelah Allah memerintahkan manusia supaya bertauhid dan jangan mempersekutukan-Nya, maka pada urutan kedua Allah memerintahkan manusia supaya berbuat baik terhadap kedua orang tua. Ini semua cukup jelas menerangkan bagaimana pentingnya berbuat baik terhadap kedua orang tua, meskipun mereka salah atau menyuruh anaknya mempersekutukan Tuhan, namun si anak tetap harus berbuat baik terhadap mereka dalam dunia ini dan menolak suruhan atau ajakannya untuk mempersekutukan Tuhan itu dengan baik sebagai mana firman Allah:

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
Artinya:
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.
(Q.S Luqman :15)
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Masud, dia menceritakan yang maksudnya sebagai berikut, "Saya bertanya kepada Rasulullah saw. tentang amal apa yang lebih afdal?" Rasulullah saw. menjawab, "Salat tepat pada waktunya." "Apalagi sesudah itu?" Jawabnya, "Berbuat baik terhadap kedua orang tua." "Apalagi sesudah itu?" Jawabnya, "Berjihad di jalan Allah."
Yang dimaksud dengan berbuat baik terhadap kedua orang tua ialah menghormati keduanya, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan, penuh rasa cinta dan kasih sayang bukan karena takut karena penghormatan anak terhadap orang tuanya yang disebabkan takut akan merusak pendidikan anak dan mendorong mereka berbuat durhaka. Penghormatan tersebut adalah di samping kewajiban anak membelanjai ibu bapaknya yang tidak mampu sesuai dengan kesanggupan anak itu. Di dalam ayat ini Allah melarang manusia membunuh anak mereka disebabkan kemiskinan yang menimpa mereka karena Tuhan akan memberi rezeki kepada mereka dan anak-anak mereka.
Firman Allah:

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا(31)
Artinya:
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan, Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.
(Q.S Al Isra': 31)
Larangan membunuh anak pada ayat ini ialah berbeda dengan larangan membunuh anak pada ayat lain dalam surat Al-Isra. Pada ayat ini larangan membunuh anak karena kemiskinan yang akan atau sedang menimpa. Sedangkan dalam surat Al-Isra larangan membunuh anak itu karena takut kemiskinan yang diperhitungkan akan menimpa. Oleh karena itu pada ayat ini Allah menerangkan "Kami akan memberi rezeki kepadamu" yakni pada orang tua yang membelanjai anaknya, "dan kepada mereka" yakni para anak yang dibelanjai orang tua, sedang pada surat Al-Isra Allah menerangkan "Kami akan memberi rezeki kepada mereka" yakni anak-anak setelah mereka mampu berusaha kelak, "dan kepada kamu" yakni pada orang tua yang mungkin karena kemiskinannya akan dibelanjai oleh anaknya. Pada ayat ini Allah melarang mendekati perbuatan-perbuatan keji apalagi mengerjakannya, baik berupa perbuatan seperti berzina, atau menuduh orang berzina, biar pun perbuatan itu dilakukan dengan terang-terangan atau dengan sembunyi.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini, pada masa jahiliah orang-orang tidak memandang jahat melakukan zina secara tersembunyi dan malahan mereka memandang jahat kalau dilakukan secara terang-terangan. Maka dengan ayat ini Allah mengharamkan zina secara terang-terangan atau tersembunyi. Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan yang nampak (terang) ialah semua perbuatan anggota tubuh, sedangkan yang tersembunyi adalah perbuatan hati, seperti takabur, iri hati dan sebagainya.
Pada ayat ini Allah melarang pula membunuh jiwa tanpa sebab yang benar menurut ajaran Tuhan. Rasulullah saw. bersabda

لايحل دم امرئ مسلم إلا بإحدى ثلاث: كفر بعد إسلام أو زنا بعد إحصان أو قتل نفس بغير نفس
Artinya:
Tidak boleh membunuh jiwa seorang muslim terkecuali disebabkan salah satu dari tiga perkara: yaitu karena murtad (muslim yang berbalik jadi kafir), zina muhsan (zina orang yang sudah pernah kawin) dan membunuh manusia tanpa sebab yang benar.
(H.R Abu Daud (hal 170 Juz 4)
Dan juga orang-orang kafir yang ada perjanjian damai dengan kaum muslimin tidak boleh dibunuh atau diganggu sesuai dengan sabda Rasulullah saw.:

لهم مالنا وعليهم ما علينا
Artinya:
Mereka mempunyai hak sebagaimana hak yang ada pada kami (kaum muslimin) dan mempunyai kewajiban sebagaimana kewajiban yang ada pada kami (kaum muslimin).
(H.R At Tirmizi)
Setelah diterangkan lima dari ajaran pokok yang sangat penting itu, maka Allah mengakhiri ayat ini dengan suatu penegasan yang maksudnya: Demikian itulah yang diperintahkan oleh Tuhan kepadamu supaya kamu memahami sasaran dan tujuan dan bukan seperti tindak-tanduk kamu yang menghalalkan dan mengharamkan sesuatu menurut hawa nafsu.


152 Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sehingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat,(QS. 6:152)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 152
وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى وَبِعَهْدِ اللَّهِ أَوْفُوا ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (152)
Pada ayat 151 telah disebutkan lima dari sepuluh "Al-Washaya Al-Asyrah" sedang dalam ayat 152 ini disebutkan lima lagi atau empat lagi (menurut sebagian mufassirin) sedang yang satu lagi (yang kesepuluh) terdapat pada ayat l53 yaitu:
(6). Jangan mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat.
(7/8). Keharusan menyempurnakan takaran dan keharusan menyempurnakan timbangan.
(9). Berlaku adil dalam perkataan meskipun terhadap keluarga.
(10). Memenuhi janji Allah.
Adapun larangan mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang baik, maksudnya tidak boleh mengganggu siapa jua pun, baik orang lain maupun walinya sendiri, kecuali untuk memelihara, memperkembangkan dan membelanjakan untuk keperluan yang bermanfaat bagi anak yatim itu sendiri. Dan bila anak yatim itu sudah dewasa barulah diserahkan harta tersebut kepadanya. Mengenai usia para ulama menyatakan sekitar 15-18 tahun; artinya antara usia tersebut seorang anak yang normal sudah akan dapat menjaga dan memelihara hartanya. Keharusan menyempurnakan takaran dan timbangan ini berulang kali disebutkan di beberapa surat dalam Alquran dengan bermacam cara, bentuk dan hubungannya dengan persoalan yang bermacam-macam pula, antara lain firman Allah:

وَأَوْفُوا الْكَيْلَ إِذَا كِلْتُمْ وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا(35)
Artinya:
Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(Q.S Al Isra': 35)
Perintah Tuhan untuk menyempurnakan takaran dan timbangan adalah sekadar menurut kemampuan yang biasa dilaksanakan dalam soal ini, karena Tuhan tidak memberati hamba-Nya melainkan sekadar kemampuannya. Yang penting tidak ada unsur atau maksud penipuan. Yang dimaksud tentang keharusan berkata dengan adil kendatipun terhadap keluarga ialah setiap perkataan terutama dalam memberikan kesaksian dan putusan hukum. Dan ini adalah yang utama bagi setiap pembangunan terutama di bidang akhlak dan sosial, tanpa membedakan orang lain dengan kaum kerabat. Hal ini telah diterangkan pula dalam firman Allah:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا(29)
Artinya:
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
(Q.S Al Fath: 29)
Adapun yang dimaksud dengan janji Allah ialah semua janji baik terhadap Tuhan seperti firman Allah:

أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَابَنِي ءَادَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ(60)
Artinya:
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam, supaya kamu tidak menyembah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
(Q.S Yasin: 60)
Dan firman Allah lagi:

وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا
Artinya:
Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji.
(Q.S Al Baqarah: 177)
Ayat ini diakhiri dengan "semoga kamu ingat" sebab semua perintah atau larangan yang tersebut dalam ayat ini pada umumnya orang-orang Arab Jahiliah berbuat sesuai dengan itu, bahkan mereka berbangga karena memiliki sifat-sifat terpuji itu. Jadi ayat ini hanya mengingatkan mereka agar tidak lupa, atau agar mereka saling ingat-mengingatkan.


153 dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.(QS. 6:153)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 153
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (153)
Ayat ini menguraikan bahwa Rasulullah saw. diperintahkan supaya menjelaskan kepada kaumnya bahwa Alquran yang mengajak kamu untuk mengikutinya adalah untuk kepentingan hidupmu. Dialah pedoman dan petunjuk dari Allah untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat yang diridai-Nya, dan jalan ini adalah jalan yang lurus, ikutilah dia, dan jangan mengikuti jalan-jalan yang lain yang mencerai-beraikan kamu dari jalan Allah.
Dalam hadis dari Ahmad, Nasai, Abu Syaikh dan Hakim dari Abdullah bin Masud dia menceritakan yang maksudnya: Rasulullah saw. membuat satu garis lurus dengan tangannya lalu bersabda, "Ini jalan Allah yang lurus." Kemudian menggariskan beberapa garis lagi dari kanan-kiri garis pertama tadi lalu bersabda lagi, "Pada setiap jalan dari jalan-jalan itu ada setan yang mengajak untuk menempuhnya." Kemudian Rasulullah membaca ayat ini: (Q.S. 6. Al-An'am:152).
Para ahli tafsir mengatakan bahwa bercerai-berai dalam agama Islam, karena perdebatan pendapat dan mazhab adalah dilarang oleh Allah, karena sangat membahayakan kepada mereka dan kepada agama itu sendiri. Kemudian ayat 153 ini diakhiri dengan anjuran bertakwa karena dengan bertakwalah dapat dicapai kebahagiaan dunia dan akhirat yang diridai Tuhan.


Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al An'aam 153

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (153)
(Dan bahwa) dengan memakai harakat fatah mentakdirkan lam, dan dengan memakai harakat kasrah sebagai jumlah isti'naf/permulaan (hal ini) apa yang Kami pesankan kepada kamu (adalah jalan-Ku yang lurus) menjadi hal (maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan) cara-cara yang bertentangan dengannya (karena jalan itu mencerai-beraikan) dengan membuang salah satu di antara dua huruf ta, yakni akan menyelewengkan (kamu dari jalan-Nya) agama-Nya (yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.)


154 Kemudian Kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang berbuat kebaikan, dan untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat, agar mereka beriman (bahwa) mereka akan menemui Tuhan mereka.(QS. 6:154)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 154
ثُمَّ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ تَمَامًا عَلَى الَّذِي أَحْسَنَ وَتَفْصِيلًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لَعَلَّهُمْ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ (154)
Selanjutnya dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. supaya mengatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa Allah telah memberikan Kitab kepada Musa, yaitu Kitab Taurat untuk menyempurnakan nikmatnya kepada orang yang berbuat kebaikan dan untuk menjelaskan segala hukum sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi Bani Israel (umat Nabi Musa a.s.) yang percaya bahwa mereka akan menemui Tuhan mereka.


155 Dan Al quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat,(QS. 6:155)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 155
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (155)
Pada ayat ini Allah menerangkan lagi sifat-sifat dan kedudukan Alquran yang lebih luas jangkauannya dalam segala macam petunjuk dan hukum syariat yang dibutuhkan oleh umat manusia dan jin untuk mencapai kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi. Kitab Taurat yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa penuh berisi ajaran-ajaran syariat dan petunjuk-petunjuk yang dibutuhkan oleh umat Bani Israel untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, dan Alquran ini yang dibacakan kepada kamu ayat-ayatnya dalam kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, sangat banyak berkatnya untuk dunia dan akhirat, berisi lebih banyak petunjuk dan lebih luas jangkauannya dari Kitab Taurat. Oleh karena itu, ikutilah petunjuknya dengan memenuhi semua perintah dan larangan yang ada di dalamnya agar kamu diberi rahmat sebab dengan turunnya Alquran ini sebagai kitab suci yang paling lengkap dan terakhir diturunkan ke dunia ini.


156 (Kami turunkan Al quran itu) agar kamu (tidak) mengatakan:` Bahwa kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami, dan sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca. `(QS. 6:156)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 156
أَنْ تَقُولُوا إِنَّمَا أُنْزِلَ الْكِتَابُ عَلَى طَائِفَتَيْنِ مِنْ قَبْلِنَا وَإِنْ كُنَّا عَنْ دِرَاسَتِهِمْ لَغَافِلِينَ (156)
Pada ayat ini Allah swt. menjelaskan dengan menerangkan sebab-sebab dan hikmah diturunkannya Alquran ini, yaitu supaya Alquran dijadikan sebagai petunjuk untuk mengesakan Allah, berjalan di jalan-Nya, membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran syirik dan menjauhkan diri dari perbuatan fasik dan kejahatan-kejahatan lainnya, dan supaya kamu orang-orang Arab yang selalu menentangnya tidak dapat lagi mengatakan di hari akhirat bahwa kitab-kitab Allah hanya diturunkan kepada dua golongan saja (Yahudi dan Nasrani) sebelum kami, dan sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca dalam kitab yang diturunkan kepada mereka, karena bahasanya lain dari bahasa kami, sedang umumnya kami adalah orang-orang ummi (tidak tahu tulis baca) dan kami tidak diperintahkan untuk mengikuti isi kitab-kitab itu.


157 Atau agar kamu (tidak) mengatakan:` Sesungguhnya jikalau kitab itu diturunkan kepada kami, tentulah kami lebih mendapat petunjuk dari mereka. `Sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat. Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling daripadanya?. Kelak Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Kami dengan siksaan yang buruk, disebabkan mereka selalu berpaling.(QS. 6:157)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 157
أَوْ تَقُولُوا لَوْ أَنَّا أُنْزِلَ عَلَيْنَا الْكِتَابُ لَكُنَّا أَهْدَى مِنْهُمْ فَقَدْ جَاءَكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَّبَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَصَدَفَ عَنْهَا سَنَجْزِي الَّذِينَ يَصْدِفُونَ عَنْ آيَاتِنَا سُوءَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوا يَصْدِفُونَ (157)
Permulaan ayat ini adalah kelanjutan dari ayat 156 yang menerangkan sebab-sebab diturunkannya Alquran yaitu karena kaum musyrikin Mekah tidak mengatakan "andaikata diturunkan kepada kami kitab sebagaimana diturunkan kepada kedua golongan (Yahudi dan Nasrani) sebelum kami, dan kami diperintahkan atau pun kami dilarang menuruti isinya serta dijelaskan kesalahan-kesalahan kami, tentulah kami lebih mendapat petunjuk dari orang-orang Yahudi dan Nasrani sebab kami lebih cerdas dan lebih sungguh-sungguh dalam melaksanakan ketetapan ini". Memang perkataan serupa itu selalu diucapkan oleh orang-orang Arab jahiliah sebagaimana dikisahkan oleh Allah dalam Alquran antara lain dalam surat Fathir ayat 42. Akan tetapi nyatanya orang yang bercakap demikian itu, setelah petunjuk atau peringatan datang sebagaimana mereka minta, mereka tambah ingkar dan sesat. Oleh karena itu, maka pada ayat ini pun Allah menyudutkan dan memojokkan mereka yang maksudnya: kalau benar apa yang kamu katakan, maka sesungguhnya telah datang kepadamu kitab dari Tuhanmu yang menyatakan kebenaran dengan keterangan yang lengkap dan dengan dalil-dalil yang kuat tentang akidah, ibadah, muamalah, fadilah, akhlak, dan hukum syariat yang diperlukan untuk hubungan manusia dengan Khalik dan hubungan manusia sesama manusia, sehingga apabila manusia mematuhinya ia akan hidup aman dan damai bahagia dunia akhirat.
Setelah Allah menjelaskan bagaimana besarnya petunjuk yang dibawa oleh Alquran, maka Allah memperingatkan akibat mendustakan Alquran dengan firman-Nya yang berbentuk pertanyaan: ...."maka siapakah yang lebih lalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling daripadanya?....
Selanjutnya pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia akan memberikan balasan siksa yang buruk kepada orang yang berpaling dari ayat-ayat-Nya ditambah dengan siksa orang-orang yang berpaling karenanya sebagaimana firman Allah:

الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ زِدْنَاهُمْ عَذَابًا فَوْقَ الْعَذَابِ بِمَا كَانُوا يُفْسِدُونَ(88)
Artinya:
Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan.
(Q.S An Nahl: 88)


158 Yang mereka nanti-nantikan tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya beberapa ayat dari Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah:` Tunggulah olehmu sesungguhnya kamipun menunggu (pula) `.(QS. 6:158)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 158
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا قُلِ انْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُونَ (158)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa yang ditunggu-tunggu oleh kaum musyrikin ini hanyalah datangnya malaikat pencabut nyawa mereka sebagai tantangan atau yang mereka tunggu ialah datangnya siksaan Tuhan atau tanda-tanda kedatangan hari kiamat di mana mereka akan mendapat siksaan yang berat.
Mengenai sebab nuzul ayat ini Tafsir Al-Qasimi menafsirkan yang mengambil dasar dari Bukhari dan dari Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat sebelum terbit matahari dari ufuk barat. Apabila manusia melihat peristiwa itu, maka berimanlah mereka semuanya (padahal) waktu itu tidak bermanfaat lagi iman seseorang untuk dirinya sendiri yang belum beriman sebelumnya."
Secara ringkas ayat tersebut menerangkan sikap orang-orang musyrikin itu yaitu mereka tidak akan mau beriman, bahkan dengan cara menentang, meminta atau menunggu salah satu dari tiga perkara, yaitu: Pertama kedatangan malaikat untuk mencabut nyawa mereka sebagaimana mereka sarankan kepada Nabi Muhammad saw. Kedua datangnya siksaan Tuhan sesuai dengan keinginan mereka. Ketiga datangnya tanda-tanda hari kiamat. Oleh karena semua permintaan itu hanyalah menunjukkan pembangkangan yang terus-menerus, maka pada akhir ayat ini Allah memperingatkan mereka dengan ancaman: Katakanlah hai Muhammad kepada mereka, "Tunggulah apa yang kamu tunggu itu dan kami pun menunggu pula apa yang kami peroleh kelak." Ini sesuai seperti yang diterangkan dalam firman Allah:

الَّذِينَ ءَاتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ(121)
Artinya:
Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya mereka itulah yang beriman kepadanya, dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
(Q.S Al Baqarah: 121)


159 Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.(QS. 6:159)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 159
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (159)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang berpecah-belah dalam agamanya dan mereka menjadi bermacam-macam golongan dan kelompok yang sangat fanafik sehingga dari perbedaan paham dan pendapat itu timbullah perselisihan dan permusuhan, masing-masing ingin benar sendiri sehingga mencari segala jalan untuk kemenangan bukan untuk mencari kebenaran dengan mempergunakan hadis-hadis yang tidak patut dipergunakan dan menakwilkan Alquran menurut selera dan kemauannya sendiri. Orang yang begini telah lepas dari tanggung jawab Nabi Muhammad dan urusan mereka terserah kepada Allah untuk memberi balasan yang sewajarnya. Menurut sunah Allah di dalam dunia ini, bahwa dua pihak yang berkelahi akan menjadi mangsa bagi pihak ketiga yang mencari keuntungan. Ini adalah balasan di dunia dan mereka akan merasakan balasan lainnya di akhirat setimpal dengan apa yang mereka perbuat. Menurut tafsir Al-Maragi, maka dengan pembahasan yang sama dapat diketahui bahwa sebab-sebab perpecahan di kalangan umat Islam dalam agama yang mengakibatkan kelemahan mereka dalam urusan dunia ada lima perkara yang maksudnya secara rigkas sebagai berikut:
1. Pertentangan (perebutan) kekuasaan dan ini terjadi semenjak permulaan Islam sampai sekarang.
2. Fanatik kebangsaan (rumpun keturunan). Karena setiap bangsa dan rumpun keturunan (ras) tidak senang dikuasai oleh yang lain.
3. Fanatik mazhab-mazhab dan pendapat-pendapat pokok agama dan cabang-cabangnya, seperti mazhab Syiah mencaci mazhab-mazhab lainnya seperti mazhab Hanafiah dan mazhab Syafiiyah, dan orang-orang ahli hadis mempertahankan dengan menyoroti orang-orang ahli qias.
4. Fatwa agama menurut pikiran saja. Karenanya banyak orang yang berani memberikan fatwa di dalam agama Islam padahal dia belum bisa mengambil suatu hukum sebagaimana mestinya dari dalil-dalilnya sehingga fatwanya membentur dan menabrak dalil-dalil yang pada hakikatnya ada tetapi tidak diketahui.
5. Usaha dan tipu daya dari kelompok musuh-musuh Islam sehingga banyak yang tersiar hadis mauduk (yang tidak benar) yang dapat merembes kepada pemimpin Islam dan mereka mempergunakannya sebagai dalil-dalil dalam agama Islam.


160 Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).(QS. 6:160)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al An'aam 160
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (160)
Pada ayat ini diterangkan dengan jelas bahwa barang siapa berbuat amal baik, maka Allah akan memberikan pahala balasannya di hari akhirat dengan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan hanya dibalas setimpal dengan kejahatannya, sebab Allah tidak akan menganiaya sedikit pun atau merugikan mereka. Yang dimaksud dengan orang yang beramal baik di sini ialah orang-orang mukmin karena amal baik orang kafir sebelum masuk Islam tidak akan bermanfaat bagi mereka di akhirat, seperti yang diterangkan di dalam firman Allah:

ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ(88)
Artinya:
Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.
(Q.S Al An'am: 88)
Dan yang dimaksud dengan balasan sepuluh kali lipat di sini belum termasuk apa yang dijanjikan Allah dengan balasan yang jauh lebih banyak dan berlipat ganda dari itu lagi kepada orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah sampai 700 kali seperti disebutkan dalam firman Allah atau hadis qudsi:

إِنْ تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ(17)
Artinya:
Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan (pembalasan semuanya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas jasa lagi Maha Penyantun.
(Q.S At Taghabun: 17)
Di dalam hadis Nabi Muhammad saw. banyak dijumpai tentang balasan amal baik dan amal jahat sehingga diterangkan juga pahala balasan terhadap orang-orang yang belum mengerjakannya hanya sekadar niat dan putusan atau ketetapan hatinya. Hal ini tersebut dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah yang menceritakan dengan terjemahannya sebagai berikut:
Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Allah berfirman kepada malaikatnya, "Apabila hamba-Ku hendak mengerjakan sesuatu pekerjaan jahat, janganlah dituliskan (jangan dicatat) sebagai suatu kesalahan sebelum dikerjakannya. Dan apabila dikerjakannya, catatlah baginya satu kesalahan (kejahatan). Dan jika ditinggalkannya (tidak jadi diperbuatnya) karena Aku (karena Allah), maka tulislah baginya satu kebaikan. Dan apabila ia hendak mengerjakan kebaikan dan tidak dikerjakannya, maka tulislah baginya satu pahala kebaikan. Dan apabila dikerjakannya, maka tulislah sampai tujuh ratus kali lipat pahala kebaikan baginya."



<<KEMBALI KE DAFTAR SURAH                           DAFTAR SURAH AL AN'AAM>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar