http://rumahislam.com/tafsir-depag-ri/158-qs-003-al-imran/1200-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-040.html
قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي عَاقِرٌ قَالَ كَذَلِكَ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ
Zakariya berkata: `Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?`. Berfirman Allah: `Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya`.(QS. 3:40)
Setelah Zakaria yakin akan kebenaran kabar gembira itu mulailah dia merasa heran terhadap kemungkinan kelahiran anak dari padanya yang sudah tua itu. Terbidah kata-kata dari lidahnya: "Ya Tuhan bagaimana bisa jadi aku akan mendapat anak laki-laki, sedang umurku sudah tua dan istrikupun mandul". Allah berfirman dan firman-Nya itu disampaikan oleh malaikat "Demikianlah Allah melaksanakan apa-apa yang Dia kehendaki:. Apabila Allah menghendaki sesuatu, Allah mengadakan sebabnya atau Dia menjadikannya dengan tidak melalui sebab-sebab yang biasa. Tidak ada suatupun terjadi tanpa kehendak Nya. Segala perkara terletak pada kekuasaan Nya. Tidak patut pertanyaan tentang bagaimana caranya Allah menjadikannya, karena pikiran manusia tidak akan dapat mengetahuinya.
TAFSIR DEPAG RI : QS 003 - AL IMRAN-041
http://rumahislam.com/tafsir-depag-ri/158-qs-003-al-imran/1122-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-041.html
قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آيَةً قَالَ آيَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمْزًا وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
Berkata Zakariya: `Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)`. Allah berfirman: `Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari`
Setelah Zakaria mendengar jawaban itu dari malaikat Jibril maka dia berkata: "Tuhanku berilah aku sesuatu tanda bahwa istriku akan hamil". Menurut Hasan Al-Basri, Nabi Zakaria bertanya demikian itu adalah untuk segera memperoleh kegembiraan hatinya atau untuk menyambut nikmat dengan syakur, tanpa menunggu sampai anak itu lahir.
Kemudian Allah menjelaskan bahwa tanda istrinya mengandung itu ialah, bahwa dia sendiri tidak dapat berbicara dengan orang lain selama tiga hari. Selama tiga hari itu dia hanya dapat mempergunakan isyarat dengan tangan, kepala dan lain-lainnya. Dan beliau tidak lalai dari berzikir dan bertasbih kepada Allah. Dan Allah menjadikan Zakaria tidak bisa berbicara selama tiga hari itu adalah, agar seluruh waktunya digunakan untuk zikir dan bertasbih kepada-Nya, sebagai pernyataan syukur yang hakiki.
Menurut Al Qurtubi, sebagian mufassirin mengatakan bahwa tiga hari Zakaria menjadi bisu itu adalah sebagai hukuman Allah terhadapnya, karena dia meminta pertanda kepada Malaikat sehabis percakapan mereka.
Di akhir ayat ini Allah memerintahkan kepada Zakaria agar tetap ingat kepada Allah dan berzikir sebanyak-banyaknya pada waktu pagi dan petang hari, sebagai tanda syukur kepada-Nya.
TAFSIR DEPAG RI : QS 003 - AL IMRAN-042
http://rumahislam.com/tafsir-depag-ri/158-qs-003-al-imran/1121-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-042.html
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ
Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: `Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).(QS. 3:42)
Ayat ini kembali menceritakan keluarga Imran, sesudah pada ayat-ayat yang lalu telah diceritakan hal ihwal keluarga Zakaria yang juga termasuk keluarga `Iman.
Dalam ayat ini Allah mengingatkan Nabi Muhammad saw, tentang peristiwa yang dialami oleh Maryam ketika dia didatangi oleh Malikat Jibril as .
Pembicaraan Jibril dan Maryam di sini bukanlah seperti pembicaraan Jibril dengan nabi-nabi, yang merupakan penyampaian wahyu Allah kepada mereka melainkan sebagai pemibicaraan malaikat dengan wali-wali Allah, yang berupa ilham.
Kesyukuran Maryam kepada Allah dengan 'ibadah dan ketaatannya yang tidak putus-putusnya, menambankan terpeliharanya kemuliaan dan kesempurnaan diri pribadinya, serta menambah jauhnya dari segala sifat yang tidak baik. Karena itu wajarlah bila Maryam memperolehlangsung ilham dari Jibril as sebagai penghormatan atas dirinya.
Jibril as menandaskan bahwa Allah telah memilih Maryam untuk berkhidmat di Baitul Makdis, din membersihkan dia dari keaiban lahir dan batin, serta menentukannya untuk melahirkan seorang nabi meskipun dia tidak dijamah oleh seorang lelaki. Dan Allah melebihkannya atas segala wanita di masanya.
Sabda Rasul Saw:
كمل من نساء العالمين أربع: مريم وآسية امرأة فرعون وخديجة وفاطمة
Artinya:
Sebaik-baiknya wanita di dunia ini adalah empat orang : Maryam. Asiyah istri Firaun. Khadijah dan Fatimah (Ibnu 'Asakir dari Ibnu 'Abbas)
TAFSIR DEPAG RI : QS 003 - AL IMRAN-043
http://rumahislam.com/tafsir-depag-ri/158-qs-003-al-imran/1120-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-043.html
يَا مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ
Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukulah bersama orang-orang yang ruku.(QS. 3:43)
Pada ayat ini Allah mewajibkan kepada Maryam untuk taat kepada. Nya sebagai tanda syukur atas nikmat yang dianugerahkan Nya kepadanya, dengan firman-Nya yang artinya: "Taatilah Tuhanmu hai, Maryam bersujudlah, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk". Yang dimaksud dengan "sujud" di sini adalah sujud seperti sujud dalam salat dan dimaksudkan dengan "rukuk" ialah salat itu sendiri. Ayat ini memerintahkan kepada Maryam supaya melakukan salat berjemaah bersama-sama orang lain.
Salat menurut pengertian orang Yahudi waktu itu ialah doa atau bersujud. Sujud dengan meletakkan dahi ke bumi itu salat mereka, semua 'ibadah yang dilakukan Maryam bertempat di Mihrab.
TAFSIR DEPAG RI : QS 003 - AL IMRAN-044
http://rumahislam.com/tafsir-depag-ri/158-qs-003-al-imran/1119-tafsir-depag-ri--qs-003-al-imran-044.html
ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلَامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ
Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (ya Muhammad); padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.(QS. 3:44)
Pada ayat ini Allah menutup ceritera itu dengan mengarahkan pembicaraan kepada Nabi Muhammad saw, bahwa ceritera itu termasuk ceritera yang belum diketahuinya, sedang hal itu sesuai dengan isi Kitab Taurat. Allah menyatakan dalam ayat ini bahwa apa yang telah dikisahkkan yaitu kisah Maryam din Zakaria adalah dari kisah-kisah yang tidak pernah disaksikan oleh Nabi Muhammad saw, atau keluarganya,dan tidak pula pernah Muhammad membacanya dalam suatu kitab, serta tidak pula diajarkan oleh seorang guru. Itulah wahyu, yang diturunkan Allah kepadanya dengan perantara Ruhul Amin, untuk menjadi bukti atas kebenaran kenabiannya. dan untuk mematahkan hujjah orang yang mengingkarinya.
Kemudian Allah menyatakan pula bahwa Nabi Muhammad saw, belum ada dan tentu saja tidak menyaksikan mereka ketika mengadakan undian itu diantara Zakaria dan lain-lainnya itu untuk menetapkan siapa yang akan mengasuh Maryam.
Nabi Muhammad saw, tidaklah hadir dalam perselisihan mereka untuk mengasuh Maryam. Mereka terpaksa mengadakan undian untuk menyelesaikan perselisihan itu. Mereka yang berselisih itu adalah orang-orang terkemuka yakni para pendeta mereka. Dan perselisihan itu semata-mata didorong oleh keinginan yang besar untuk mengasuh dan memelihara Maryam. Boleh jadi keinginan ini disebabkan karena bapaknya yaitu 'Imran adalah pemimpin mereka, sehingga dengan itu mereka mengharapkan akan mendapatkan hadiah dari tugas mengasuh Maryam itu. Dan boleh jadi pula disebabkan mereka mengetahui dalam kitab-kitab agama bahwasanya kelak akan terjadi peristiwa besar bagi Maryam dan putranya. Atau mungkin disebabkan mereka berpendapat bahwa mengasuh bayi perempuan itu adalah suatu kewajiban agama, karena bayi itu dimazarkan untuk mengabdi kepada Baitulmakdis. Ayat ini diletakkan sesudah menerangkan kisah tersebut adalah untuk menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw, tidak pernah membaca ceritera keluarga Imran (Bani Israel), karena beliau seorang yang ummi. Lagi pula beliau tidak pernah mendengar dari seseorang, sebab beliau juga waktu itu ditengah-tengah orang yang ummi.
Tidak ada jalan bagi Nabi saw, untuk mengetahui seluk beluk ceritera ini kecuali dengan jalan menyaksikan dengan mata kepala sendiri, atau dengan jalan wahyu. Menyaksikan dengan mata kepala sendiri adalah suatu hal yang mustahil, karena peristiwa itu terjadi di zaman sebelum lahirnya Nabi Muhammad saw.
Kalau demikian tentulah Nabi Muhammad mengetahuinya dengan jalan wahyu.
Para ahli Kitab yang mengingkari Alquran mengatakan bahwa segala isi Alquran yang sesuai dengan isi Kitab mereka itu adalah berasal dari kitab mereka sedang yang bertentangan dengan isi Kitab mereka itu mereka katakan tidak benar. Isi Alquran yang tidak terdapat dalam kitab mereka juga dianggap tidak benar. Sikap demikian itu hanyalah karena sifat sombong dan sifat permusuhan mereka.
Kaum muslimin meyakini, bahwa segala yang diterangkan Alquran adalah benar. Karena cukup dalil-dalil yang membuktikan bahwa Muhammad Saw itu adalah seorang nabi, dan ayat Alquran yang bertentangan dengan kitab-kitab yang terdahulu dipandang sebagai koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang terdapat pada kitab-kitab itu karena sudah diubah-ubah atau tidak sesuai lagi dengan kemaslahatan umat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar